Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
-
Upload
eg-giwangkara-s -
Category
Documents
-
view
615 -
download
11
description
Transcript of Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
SIFAT KHUSUS PRODUK MINYAK BUMI
( Aspek Heating Value )
Tugas Mata Kuliah Pengolahan Migas
Dosen : Ir. Syaiful Anam, MT.
Disusun oleh :
EG Giwangkara S
NIM : 340003
SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL
Jurusan Laboratorium Pengolahan
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 1 dari 9
I. HEATING VALUE
1. Maksud Dan Arti
Panas pembakaran adalah jumlah panas yang dihasilkan apabila bahan bakar dibakar pada
kondisi yang ideal dan dinyatakan dalam BTU/lb, kcal/kg atau BTU/USG. Kadar pembakaran
netto (NHV) adalah panas total yang dilepaskan (GHV) dikurangi panas yang dilepaskan
hasil kondensasi uap air yang terbentuk karena pembakaran hidrogen dalam bahan bakar.
Panas pembakaran sangat berkaitan erat dengan rasio perbandingan atom hidrogen (H)
dengan atom karbon (C) dalam suatu senyawa hidrokarbon. Pengukuran panas pembakaran
dapat dikerjakan dengan berbagai metoda, yaitu :
¨ Kromatografi Gas
Metoda ini untuk menghitung nilai kalori dari produk-produk minyak bumi fraksi gas.
Prinsip analisanya ialah dengan mengalikan faktor kalori komponen dengan % mol
komponen.
¨ Aniline Gravity Product, AGP (ASTM D-1405)
Metoda ini untuk menghitung nilai kalori dari produk-produk minyak bumi fraksi gasolin
sampai kerosin. Prinsip analisanya ialah dengan cara mengalikan Aniline Point dengan
gravity dalam °API. Makin tinggi harga AGP, makin tinggi panas pembakaran.
¨ Bomb Calorimeter (ASTM D-240)
Metoda ini untuk menghitung nilai kalori dari produk-produk minyak bumi fraksi solar
sampai residu. Prinsip analisanya ialah dengan menghitung temperatur sebelum
pengamatan, selama pengamatan dan setelah pengamatan yang dihasilkan oleh contoh
yang dibakar dalam Bomb Calorimeter dengan memperhitungkan koreksi transfer panas.
2. Penggunaan Heating Value
Nilai panas pembakaran suatu bahan bakar sangat penting, karena :
v Mengindikasikan potensi tenaga (atau jumlah bahan bakar) yang harus dibawa oleh
suatu kendaraan. Hal ini perlu diketahui karena adanya keterbatasan kapasitas bahan
bakar yang dapat dibawa oleh kendaraan, terutama pesawat udara.
v Keekonomian suatu bahan bakar. Misalkan pada konservasi energi, untuk mendapatkan
energi yang diperlukan pada unit pembangkit listrik diperlukan panas sebesar 12.000
Btu setiap KWh-nya. Bila panas pembakaran suatu bahan bakar rendah maka konsumsi
bahan bakar untuk mencapai kalori / tenaga tersebut akan tinggi sehingga akibatnya
pemakaian bahan bakar akan boros.
Faktor konversi energi :
1. Pembuatan steam, diperlukan energi sebesar 1.333 Btu/lb steam.
2. Pembangkit listrik, diperlukan energi sebesar 12.000 Btu/Kwh.
3. Air pendingin, diperlukan 3,69 Btu/gallon.
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 2 dari 9
3. Heating Value Pada Berbagai BBM
Setiap bahan bakar mempunyai nilai panas pembakaran masing-masing. Hal ini berkaitan
dengan rasio perbandingan jumlah atom hidrogen ( H ) dengan atom karbon ( C ). Semakin
ringan fraksi bahan bakar maka rasio perbandingan H/C semakin besar, sehingga panas
pembakarannya semakin tinggi.
- LPG
LPG mempunyai nilai panas pembakaran yang paling tinggi di kelompok bahan bakar.
Penggunaan sehari-hari sebagai bahan bakar rumah tangga, selain itu juga sebagai
bahan bakar kendaraan. Karena mempunya nilai panas yang tinggi maka penggunaan
LPG per satuan berat sebagai bahan bakar rumah tangga atau kendaraan sangat hemat
dibandingkan menggunakan kerosin atau mogas.
- Mogas / Avgas
Mogas setelah ditambahkan aditif cukup optimal sebagai bahan bakar kendaraan karena
mempunyai nilai panas pembakaran yang tinggi untuk dikonversikan menjadi tenaga
mekanik untuk menggerakkan kendaraan. Parameter penting yang membedakan mogas
dengan avgas ialah jenis dan jumlah aditif yang ditambahkan untuk menaikkan angka
oktan.
- Kerosin
Kerosin kurang efektif digunakan sebagai bahan bakar, karena memiliki nilai panas
pembakaran yang kecil dibandingkan LPG. Ditinjau dari segi ekonomi kerosin ideal
dikonversikan menjadi senyawa olefin sebagai bahan baku polimerisasi pada industri
petrokimia.
- Avtur
Avtur dipergunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang bermesin turbin. Yang
membedakan dengan avgas ialah pada angka oktan pada avgas tidak diperlukan di
pesawat bermesin turbin. Sebagai gantinya ialah sifat pembakaran yang sempurna serta
kandungan energi sebagai syarat mutlak.
- Solar
Syarat utama yang harus dipenuhi oleh solar adalah segera menyala dan terbakar
dengan baik sesuai kondisi yang ada didalam ruang bakar. Hal ini ditunjukkan dengan
angka cetan. Angka cetan adalah angka pengujian suatu bahan bakar diesel yang
menggambarkan sifat kelambatan pembakaran solar. Untuk menentukan angka cetan
dipakai campuran n-Cetana (angka ceta 100) dengan hepta metil nonana (angka cetan
15) sebagai bahan bakar pembanding (metoda ASTM D-613 atau IP-41). Angka cetan =
% n-Cetan + 0,15 x % hepta metil nonana. Nilai panas pembakaran solar dihitung
melalui persamaan : Nilai kalor, gross Btu/lb = ( 12.400 – 2.100 d2 ) x 1,8, dimana d
adalah berat jenis pada 60/60°F.
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 3 dari 9
- Minyak Bakar
Minyak bakar pada umumnya dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap, mesin kapal
besar dan pemanas gedung di negara beriklim dingin. Minyak bakar lebih disukai
daripada batubara, karena memiliki panas pembakaran yang lebih tinggi, abu sisa
pembakaran lebih kecil dan mudah menanganinya.
4. Metoda Test Heating Value
Nilai Panas Pembakaran Hidrokarbon Cair Dengan Kalorimeter Bom Oksigen
( Metoda ASTM D-240 )
1. Timbang contoh dengan berat sekitar 0,6 sampai 0,8 gram dalam mangkuk contoh kalorimeter
bom oksigen.
2. Tempatkan mangkuk contoh kalorimeter bomb oksigen yang berisi contoh tadi pada elektroda
yang terdapat di kepala / tutup bom.
3. Potong kawat nikel sepanjang 10 cm, pasang pada elektroda kemudian kawat dibengkokkan
sehingga menyentuh contoh. Usahakan sebanyak mungkin kawat platina menyentuh contoh.
4. Pipet 1 ml akuades kedalam bom.
5. Dengan hati-hati pasang kepala bom pada bom kemudian kencangkan dengan kekuatan tangan.
6. Masukkan oksigen ke dalam bom dengan hati-hati sampai tekanan mencapai 25 s.d. 30 atmosfir
tanpa melakukan purging untuk mengusir udara yang ada dalam contoh.
7. Masukkan 2000 ± 0,5 gram akuades bebas mineral ke dalam water bucket. Atau bisa juga
dilakukan dengan memasukkan 2000 ml akuades dengan labu takar, asalkan temperatur akuades
selalu sama.
8. Masukkan bom ke dalam water bucket dengan penjepit khusus, kemudian water bucket
dimasukkan ke dalam kalorimeter.
9. Pasangkan kabel terminal pada kepala bom, kemudian tutup kalorimeter dan pasang termometer.
10. Jalankan motor selama 5 menit pertama untuk mencapai kesetimbangan panas, tetapi jangan
mencatat temperatur selama perioda ini. Baca dan catat temperatur setiap interval satu menit
pada 5 menit kedua dengan ketelitian 0,005°F (0,002°C).
11. Kemudian tekan tombol IGNITE untuk membakar contoh dalam bom. Baca dan catat temperatur
pada detik ke 45, 60, 75, 90 dan 105 setelah pembakaran tanpa bantuan lensa.
12. Setelah 4 sampai 5 menit dari pembakaran, atur lensa pembaca dan catat temperatur setiap
interval 1 menit sampai perbedaan antara pembacaan berikutnya konstan selama 5 menit.
13. Setelah pembacaan selesai matikan motor, buka kalorimeter, lepaskan kabel terminal dari bom.
14. Angkat bom dari water bucket, buang sisa udara dalam bom dengan pelan-pelan sampai habis.
15. Buka bom kalorimeter, bila masih ada contoh yang belum terbakar, ulangi pengujian dari awal.
16. Bilas bagian dalam bom dengan akuades, tampung bilasannya dalam erlenmeyer. Tambahkan 3
sampai 5 tetes indikator MO. Titrasi dengan larutan standar Na2CO3 0,0725 N sampai terbentuk
warna jingga dan catat volume titran yang dipakai.
17. Ambil sisa kawat platina pada elektroda, luruskan, gabungkan dan ukur panjangnya. Kawat yang
terbakar = 100 – panjang sisa kawat yang terbakar.
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 4 dari 9
18. Untuk contoh yang mengandung sulfur diatas 0,1% maka kadar sulfurnya harus ditetapkan
menggunakan metoda standar ASTM D-1551 atau D-1552.
19. Hitung koreksi temperatur dengan persamaan berikut :
t = t c – ta – r1 ( b – a ) – r2 ( c – b )
dimana :
a = waktu penyalaan b = waktu ketika temperatur mencapai 60% dari total kenaikan temperatur. c = waktu pada awal perioda sesudah temperatur naik dimana kecepatan perubahan
temperatur menjadi konstan. ta = temperatur pada waktu a, dikoreksi untuk kesalahan skala termometer. tc = temperatur pada waktu c, dikoreksi untuk kesalahan skala termometer. r1 = kecepatan unit temperatur per menit saat temperatur naik selama perioda 5
menit kedua sebelum penyalaan. r2 = kecepatan unit temperatur per menit saat temperatur naik selama perioda 5
menit setelah waktu c.
20. Hitung koreksi termokimia untuk setiap pengujian.
e1 = koreksi untuk panas pembentukan HNO3 (Mjoule). = ml larutan Na2CO3 0,0725 N untuk titrasi x 4,1868 / 106
e2 = koreksi untuk panas pembentukan H2SO4 (Mjoule). = 58,6 x % Sulfur dalam contoh / 106
e3 = koreksi untuk panas pembakaran kawat terbakar. = 0,96 x mm kawat terbakar / 106 à bila menggunakan kawat nikel-kromium. = 1,13 x mm kawat terbakar / 106 à bila menggunakan kawat besi.
21. Hitung Panas Pembakaran Kotor ( GHV ) dalam satuan kalori/gram dengan persamaan berikut :
W x t – e1 – e2 – e3
Qg = Mjoule/kg 1000m
dimana :
Qg = panas pembakaran kotor contoh pada volume konstan ( Mjoule/kg). W = kesetaraan energi kalorimeter ( Mjoule/kg). t = kenaikan temperatur yang sudah dikoreksi (°C) m = berat contoh (gram) e1, e2, e3 = koreksi termokimia hasil perhitungan.
II. PERFORMANCE BBM
1. Tekanan Uap
Tekanan Uap diperiksa untuk produk-produk yang berasal dari fraksi gasolin. Sifat
penguapan gasolin dapat mempengaruhi kinerja mesin, antara lain tehadap kemudahan
start pada saat mesin dingin, pemanasan pendahuluan, terjadinya vapour lock,
pembentukan es di karburator, losses yang berlebihan, akselerasi mesin dan terjadinya
pembakaran yang tidak sempurna yang dapat mengakibatkan mencemari pelumas mesin.
Sifat penguapan gasolin diperiksa dengan menggunakan distilasi starndar ASTM D-86 dan
pemeriksaan tekanan uap Reid (RVP - Reid Vapour Pressure). RVP merupakan indikasi
terhadap bagian yang mudah menguap dan menggambarkan kemungkinan kehilangan
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 5 dari 9
karena penguapan, juga sebagai indikasi terhadap kecenderungan penyumbatan pada
saluran bahan bakar karena uap (vapour lock).
2. Distilasi
a. Mogas / Avgas
§ Distilasi 10% volume recovery teruapkan pada temperatur 74°C, hal ini
menjamin agar mesin mudah start dan cepat memanas. Bila temperatur yang
diperoleh diatas 74°C maka mesin akan sulit start dan akan memerlukan
pemanasan yang lama.
§ Distilasi 50% volume recovery tercapai pada temperatur maksimum 125°C, hal
ini menjamin akselerasi mesin yang cepat. Bila temperatur yang diperoleh diatas
125°C maka akselerasi mesin akan lambat.
§ Distilasi 90% volume recovery tercapai pada temperatur maksimum 180°C dan
end point maksimum 205°C, hal ini menjamin gasolin akan habis terbakar. Bila
temperatur yang tercapai diatas kedua temperatur tersebut akan
mengakibatkan pembakaran tidak sempurna sehingga menghasilkan sisa gasolin
dalam ruang bakar yang dapat mengakibatkan pengenceran pelumas oleh sisa
bahan bakar (oil dilution).
§ Residue hasil distilasi maksimum 2,0% volume, hal ini menjamin didalam ruang
bakar tidak akan terlalu banyak terbentuk coke. Bila residu yang diperoleh
diatas 2,0% volume akan mengakibatkan banyaknya coke dalam ruang bakar
yang akan menyebabkan terjadinya pijar (hot spot) didalam ruang bakar,
terutama dikepala busi. Bila terjadi hot spot maka akan mengakibatkan
knocking, sebab bahan bakar akan terbakar karena pijar hot-spot sebelum 13°
menjelang titik mati atas.
b. Kerosin
§ Distilasi pada temperatur 200°C harus diperoleh minimum recovery 18%
volume, hal ini untuk menjamin kerosin mudah terbakar dan mudah mengalir
pada kapiler sumbu.
§ End Point maksimum tercapai pada 310°C, hal ini untuk menjamin tidak ada
kontaminasi fraksi berat. Kontaminasi ini akan menimbulkan jelaga pada
pemakaiannya sebagai bahan bakar rumah tangga.
c. Avtur
§ Distilasi 10% volume recovery teruapkan pada temperatur 205°C, hal ini
menjamin agar mudah terjadinya pengkabutan dalam ruang bakar sehinggan
mesin mudah menyala dan dan cepat memanas.
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 6 dari 9
§ End point tercapai pada temperatur maksimum 300°C, hal ini menjamin avtur
akan habis terbakar. Bila temperatur yang tercapai diatas kedua temperatur
tersebut akan mengakibatkan pembakaran tidak sempurna sehingga
menghasilkan sisa avutr dalam ruang bakar yang dapat mengakibatkan
pengenceran pelumas oleh sisa bahan bakar (oil dilution).
§ Residue hasil distilasi maksimum 1,5% volume, hal ini menjamin didalam ruang
bakar tidak akan terlalu banyak terbentuk coke, terutama pada sudu turbin. Bila
residu yang diperoleh diatas 1,5% volume akan mengakibatkan banyaknya coke
pada sudu turbin (turbin blade) yang akan menyebabkan terjadinya pijar (hot
spot). Bila terjadi hot spot maka akan mengakibatkan kerusakan sudu turbin.
d. Solar
§ Distilasi pada temperatur 300°C minimum tercapai 40% volume recovery, hal ini
menjamin agar mudah terjadinya pengkabutan dalam ruang bakar sehingga
mesin mudah menyala dan dan cepat memanas.
3. Calculated Cetan Index
Cetan Index adalah suatu angka dugaan terhadap angka cetan dari bahan bakar solar.
Cetan Index dihitung melalui persamaan (ASTM D-976 atau IP 218) :
Cetan Index = 0,49083 + 1,06577 X – 0,0010552 ( X2 )
dimana :
X = 97,833 x (log 50% vol. recovery °F)2 + 2,208 (°API) x
(log 50% vol. recovery °F) + 0,0124 x (°API)2 –
423,51 x (log 50% vol. recovery °F) – 4,7808 x (°API) + 419,59
4. Freezing Point
Freezing Point adalah suhu dimana kristal hidrokarbon yang terbentuk pada pendinginan
hilang bila suhu dibiarkan naik. Freezing Point diperiksa pada bahan bakar penerbangan
dengan menggunakan metoda standar ASTM D-2836 atau IP-16. Sifat ini perlu diuji untuk
mengetahui temperatur terendah dimana pemakaian bahan bakar penerbangan masih aman
tanpa resiko terbentuknya padatan hidrokarbon. Pembentukan padatan hidrokarbon akan
menyumbat pada saluran bahan bakar dan juga mengakibatkan pengurangan bahan bakar
yang tersedia membeku dalam tanki.
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 7 dari 9
5. Angka Oktan
Syarat utama yang diinginkan dari bahan bakar yang berasal dari komponen gasolin adalah
sifat pembakaran atau waktu penyalaan yang tepat, yaitu jika pembakaran dinyalakan oleh
busi merambat lancar ke seluruh ruang pembakaran untuk menghasilkan tenaga yang
dibutuhkan. Pembakaran gasolin yang tepat adalah pembakaran oleh busi menyala maksi-
Proses pembakaran yang ideal, busi menyala pa- da sudut maksimum 13° sebelum titik mati atas.
mum pada 13° sebelum titik mati atas. Bila
angka oktan yang dimiliki oleh gasolin rendah
maka pembakaran akan terjadi sendirinya
tanpa penyalaan busi pada sudut diatas 13°
sebelum titik mati atas. Hal ini akan menekan
kembali piston kearah yang berlawanan
dengan arah putaran mesin, dan ini akan
menimbulkan ketukan (knocking) pada mesin.
Knocking ini akan mengakibatkan berkurang-
nya tenaga mesin, bila hal ini dibiarkan maka
akan mengakibatkan kerusakan mesin,
terutama akan mengakibatkan lengan piston
patah. Sifat anti ketukan dari gasolin diuji
dengan menggunakan mesin CFR F-1 dengan
metode standar ASTM D-2699, yaitu dengan
memakai bahan bakar pembanding sebagai
standar anti ketukan. Bahan bakar
pembanding tersebut adalah campuran iso-
Oktan dengan normal-Heptan pada
perbandingan tertentu sesuai angka oktan
yang diinginkan.
Untuk menaikkan angka oktan dari gasolin selain dengan mengatur kompisisi kimia dari
komponen blendingnya, dapat juga dengan menatur penambahan adtifnya. Jenis aditif
yang banyak digunakan ialah TEL (Tetra Ethyl Lead), dan MTBE (Methyl Tertier Buthyl Eter).
Aditif lain yang bisa juga dipakai sebagai anti knock adalah antara lain TML (Tetra Methyl
Lead), methanol. Penambahan TEL selain berfungsi untuk menaikkan angka oktan juga
berfungsi untuk pelumasan pada ruang bakar dan sebagai anti bakteri pada gasolin selama
penyimpanan dalam tanki timbun, sehingga akan menghambat terjadinya degradasi gasolin
oleh bakteri.
á = 13°
Busi
Klep inlet campuran BBMdan udara
Klep outletgas buang
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 8 dari 9
Reaksi yang terjadi dalam ruang bakar berlangsung pada tekanan dan temperatur yang
tinggi dengan reaksi kimia sebagai berikut :
a. Gasolin dengan angka oktan rendah (tanpa penambahan TEL).
Proses pembentukan radikal pada pembakaran.
RH R° + H°
R° + O2 ROO° ( radikal peroksida )
ROO° + RH R° + ROOH ( asam karboksilat )
ROOH RO° + OH° ( radikal hidroksil )
RO° + RH R° + ROH ( alkohol )
OH° + ROH R° + H2O
R° + O2 ROO° ……. dan seterusnya
Dengan terbentuknya ROO° mengakibatkan terjadinya detonasi (knocking).
b. Gasolin dengan angka oktan tinggi (dengan penambahan TEL).
Bila tidak terbentuk ROO° maka tidak akan terjadi detonasi (knocking).
Pb(C2H5)4 Pb° + 4C2H5°
C2H5° 2C4H10
Pb° + O2 PbO2
PbO2 + RH PbO + RHO
PbO yang terbentuk diikat oleh etilen bromida yang terdapat dalam TEL.
C2H5Br 2C2H5 + 2 HBr
PbO + HBr PbBr2 (gas) + H2O
Gas PbBr2 yang terbentuk keluar melalui saluran pembuangan bersama dengan sisa
pembakaran lainnya.
TEL maupun sisa pembakaran TEL pada ruang bakar sangat berbahaya bagi kesehatan
karena berupa gas yang mengandung logam berat (mengandung Pb / Lead) yang dapat
meracuni syaraf manusia. Oleh karena itu kandungan TEL dalam gasolin dibatasi jumlahnya.
Kadar TEL atau timbal lainnya dalam gasolin diperiksa menggunakan salah satu metoda
standar, yaitu ASTM D-3341.
6. Smoke Point
Smoke Point adalah tinggi api maksimum dalam milimeter dimana bahan bakar dapat
menyala tanpa menimbulkan asap. Smoke Point diperiksa menggunakan metoda standar
ASTM D-1322. Pada kerosin smoke point dibatasi minimum 16 milimeter, jika smoke point
yang diperoleh dibawah 16 milimeter maka kerosin akan banyak menimbulkan jelaga pada
pemakaiannya. Pada avtur smoke point dibatasi minimum 25 milimeter, jika smoke point
yang diperoleh dibawah 25 milimeter maka avtur akan menimbulkan jelaga dan
akumulasinya pada sudu turbin akan menimbulkan hot-spot.
Tugas Mata Kuliah PENGOLAHAN MIGAS Dosen : Ir. M. Syaiful Anam, MT. Judul : Sifat Khusus Produk Minyak Bumi
EG Giwangkara S - NIM : 340003 STEM - Jurusan Laboratorium Pengolahan http://www.giwangkara.com/
Hal. 9 dari 9
DAFTAR PUSTAKA
1. American Society for Testing and Materials, Section 05.01, 1999, D-240 & D-1405.
2. Anam, Syaiful., Ir., MT., Hand-Out Mata Kuliah Produk Migas, PPT Migas, Cepu 2000.
3. Haryono, S.Si., Hand-Out Mata Kuliah Metode Pemeriksaan Sifat Kimia Minyak Bumi,
PPT Migas, Cepu 2000.
4. Pangarso, Subagdjo., Ir., Penentuan Sifat-Sifat Minyak Bumi, PPTMGB Lemigas, Jakarta
1980.
5. Sittig, Marshall., Petroleum Refining Industry : Energy Saving and Environmental
Control ; Refinery Energy Conservation, New Jersey – USA 1978.