Shilatur Rahim dan Berbakti kepada Orang Tua
Transcript of Shilatur Rahim dan Berbakti kepada Orang Tua
Shilatur Rahim dan Berbakti Kepada Orang Tua
Dosen: Bapak Anshori
Mata Kuliah: Qur’an Hadits
Makalah ini disusun oleh:
Dzawin Nur Ikram 1111014000126
Fandi Rohman Dianto 1111014000123
Maya Syarie 1111014000096
Lala Nurmalasari Dewi 1111014000128
Kelas 2C
Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta
2012
Daftar Isi
Daftar Isi .............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan ..............................................................................................................
Bab II Pembahasan
A. Shilatur Rahim
1. Pengertian Shilatur rahim ......................................................................................
2. Tingkatan Orang dalam Shilatur Rahim ................................................................
3. Keutamaan Shilatur Rahim ....................................................................................
B. Berbakti kepada Orang Tua
1. Berbakti kepada Orang Tua ..................................................................................
2. Amal yang Paling Dicintai Allah ..........................................................................
3. Durhaka kepada Orang Tua ..................................................................................
Bab III Kesimpulan .............................................................................................................
Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan
Silatur rahim memiliki makna universal yaitu segala perbuatan baik yang
dilakukan seseorang terhadap orang lain baik berbentuk material ataupun moral, tak
kenal batas waktu, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang ada. Atau
dengan kata lain perbuatan baik adalah segala tindakan yang bersifat mendatangkan
manfaat dan menolak kerusakan.
Silatur Rahim dan Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua mempunyai
keterkaitan yang sangat erat, karena perintah silatur rahim diutamakan terhadap
keluarga dan orang yang paling harus dihormati dalam keluarga adalah kedua orang
tua sesuai dengan konsep Al Quran dan Hadist.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian,
tingkatan, hukum, dan keutamaan silatur rahim. Selain itu, akan dibahas pula
mengenai amalan yang paling dicintai Allah, berbuat baik kepada orang tua beserta
pengertiannya, dosa yang paling besar, dan akibat dari durhaka kepada orang tua.
Bab II
Pembahasan
A. Shilatur Rahim
1. Pengertian Shilatur Rahim
Shilatur rahim adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang
terhadap orang lain sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang ada.
Shilatur rahim merupakan perbuatan yang bersifat mendatangkan manfaat dan
menolak kerusakan (mafsadat). Implikasi dari shilatur rahim yaitu tumbuhnya
kesadaran mencintai dan menyayangi sesamanya tanpa membedakan keturunan,
ras, bangsa, dan agama.
Pengertian dan asal usul kata shilatur rahim
ل لرحمن فقاالرحم شجنة من ل إن اسلم قاولنبي صلى هللاعليهاضيهللا عنه عن ة ر هريربي أ عن
ري﴾لبخااخرجه ﴿أمنقطعك قطعته و صلته و صلك و هللا من
Dari Abi Hurairah r.a dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya rahim
itu dari nama Allah “ar Rahman” kemudian Allah berfirman “Barang siapa yang
mengadakan shilah (hubungan baik) dengan engkau, maka Allah shilah kepadanya
dan barang siapa yang memutuskan hubungan dengan engkau, maka Akupun
memutus hubungan dengannya”. (HR Bukhari dan Muslim)
Mufradat:
حم = الر berasal dari bahasa Arab pula yaitu: yang رحم ـ يرهم ـ رحما ـ ومرحمة ـ ورحمة
mempunyai dua makna dasar, yaitu tempat mengandung anak dan kasih sayang.
.bergerak atau diambil= شجنة
.Aku shilah kepadanya, shilah berarti bertemu, berhubungan dan berhimpun = وصلته
Shilah Allah adalah rahmat-Nya.
Penjelasan
Berdasarkan hadits di atas, dapat dijelaskan bahwa:
1. Sesungguhnya rahim itu dari nama Allah “ar Rahman”
Kata rahim memiliki dua makna, yaitu:
Secara lafadz, rahim diartikan sebagai tempat mengandung janin, kemudian
diartikan kerabat atau sanak famili yang berasal dari seorang ibu. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia harus menjaga keutuhan dan kejelasan atas
kelahiran setiap bayi dengan pernikahan yang sah.
Secara makna, kata rahim berasal dari kata al Rahman yang berarti Maha
Pengasih, yang maksudnya melahirkan keramah-tamahan dan sikap kasih
sayang terhadap sesama manusia. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan Turmudzi, Allah mengeluarkan kata rahim dari ar rahman
berdasarkan hadits Qudsi berikut:
ى﴾لترمذدود و ابو﴿رواہ اسمىاسما من اشققت لها و لرحم الرحمن خلقت اناأ
“Aku Tuhan yang Maha Pengasih, Aku ciptakan Rahim dan Aku keluarkan
sebuah nama dari nama-Ku” (HR Abu dawud dan al Turmudzi)
2. Barang siapa yang mengadakan shilah (hubungan baik) dengan engkau, maka
Allah shilah kepadanya dan barang siapa yang memutuskan hubungan dengan
engkau, maka Akupun memutus hubungan dengannya.
Kata shilat berasal dari kata: وصل ـ يصل ـ وصال ـ ووصوال ـ وصلة yang dapat
diartikan sebagai berikut:
a. Ibnu Manzhur dalam Lisan al Arab, shilat berarti bertemu, bersambung, dan
berhimpun, sebagai lawan dari kata : الفصل : berpisah, dan الهجر:
meninggalkan. Maksudnya adalah persahabatan antar sesamanya menjadi
bertemu, berhimpun, dan bersambung kembali setelah terputus sekian lama.
b. Kata shilat al rahim berarti: البرواإلحسن : berbuat baik
c. Kata shilat al rahim juga berarti الوصول : sampai pada tujuan, yaitu kebaikan
yang sampai pada kerabat.
Dari pengertian di atas, shilat al rahim lebih tepat diartikan “berbuat baik”,
sedangkan makna pertama dan ketiga sebagai sarana dan kegunaan shilat al rahim.
Dengan demikian, shilatur rahim dapat diartikan berbuat baik kepada
manusia, terutama yang ada hubungannya dengan keturunan. Menurut al Shan’ani
dan Ibn al Atsir dalam Subul al Salam, pengertian shilatur rahim adalah:
ح حم كناية عن اال صهاروالتعطف عليهم صلة الر سان إلى القربين من ذوى النسب واإل
والرعاية لحوالهم وكذالك إن بعدوا أي أساءوا
Shilatur rahim adalah suatu ungkapan perbuatan baik terhadap kerabat baik karena
keturunan atau persambungan, perbuatan kasih sayang, dan pemeliharaan kondisi
mereka sekalipun berbuat jahat. (Hadits Qudsi)
Pengertian di atas menunjukkan adanya hubungan perbuatan baik (ihsan)
yang mencakup segala perbuatan baik, dalam hubungan sosial (mu’amalah).
Ihsan (berbuat baik) yang diperintahkan dalam agama ada kalanya dalam ibadah
dan ada kalanya dalam mu’amalah. Ihsan dalam ibadah sebagaimana jawaban
Nabi ketika ditanya oleh Jibril: “Apa itu Ihsan?”. “Ihsan adalah engkau
menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya atau sesungguhnya Allah melihat
engkau” (HR Bukhari dan Muslim). Sedangkan Ihsan dalam mu’amalah
sebagaimana penjelasan beberapa ayat al Quran yang memerintahkan manusia
untuk berbuat baik kepada orang tua, kerabat, tetangga dekat maupun jauh, orang
miskin, dan sebagainya. Ihsan dalam mu’amalah inilah yang dimaksud dengan
shilatur rahim.
ان هللا عند عليم خبير هللااتقكم كم اكرمكم ان رفوا لتعا عل قبا و با شعو خعلنكم و نثي ا و كر ذ من اناخلقن
يآايهاالناس
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS al Hujurat: 13)
Dari segi objek rahim yang dishilah, al Qurtubi (dikutip oleh al Asqalani dalam
Fath al Bari’) membaginya menjadi dua macam, yaitu:
1) Rahim khusus, yaitu persaudaraan atau kerabat yang dihubungkan oleh nasab
dan keturunan dekat. Nilai shilah pada rahim khusus ini sangat tinggi karena
memiliki tanggung jawab material dan moral terutama pengawasan tingkah
laku dan akhlak.
2) Rahim umum, yaitu kerabat seagama dengan melaksanakan hak dan
kewajiban, saling mencintai, saling memberi nasihat untuk menegakkan
keadilan.
3. Barang siapa yang mengadakan shilah (hubungan baik) dengan engkau, maka
Allah shilah kepadanya dan barang siapa yang memutuskan hubungan dengan
engkau, maka Akupun memutus hubungan dengannya.
Berdasarkan hadits Qudsi di atas, balasan Allah sejenis dengan perbuatan
manusia, yakni shilah dibalas shilah dan memutus shilat dibalas putus shilat oleh
Allah. Makna shilat Allah adalah melimpahkan rahmat-Nya bagi yang melakukan
shilatur Rahim dan diputus dari rahmat Allah bagi yang memutus shilatur Rahim
dengan saudaranya.
Rasulullah bersabda:
“Seseorang tidak akan masuk surga karena amalnya”. Para sahabat bertanya:
“termasuk engkau ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Ya aku juga tidak bisa
masuk surga kecuali diselimuti rahmat Allah”. (HR Bukhari dan Muslim)
Hukum Shilatur rahim
Melihat ancaman orang yang memtus shilatur rahim terancam diputus
hubungan rahmat dengan Allah, maka hukum shilatur rahim adalah wajib. Syaikh
Muhammad Abduh dalam Tafsir al Mannar mengungkapkan bahwa manusia tidak
boleh lalai dari dua hal yang membuat kedamaian masyarakat, yaitu beriman kepada
Allah dan bershilatur rahim. Kewajiban melaksanakan shilatur rahim bersifat
kondisional. Tidak wajib hukumnya shilatur rahim yang dilakukan pada hari-hari
besar dimana umat Islam berada dalam perdamaian.
2. Tingkatan Orang dalam Shilatur Rahim
حمه ر قطعت ي إذالذاصل الوالكن و صلبالمكافئالواليسل سلم قاو لنبيصلىهللاعليهاعنو عنعبدهللابنعمر
صلهاو
﴿أخرجه البخاري﴾
Dari Abdillah bin Amr bin al ‘Ash dari nabi SAW bersabda: “Tidaklah orang yang
mengadakan shilatur Rahim itu orang yang membalas akan tetapi ia adalah jika
diputus hubungan rahimnya maka ia menyambungnya”. (HR Bukhari)
Mufradat
a. صلالوا = orang yang menyambung hubungan persaudaraan dengan shilatur
rahim.
b. لمكافئ = orang yang membalas atau mengimbangi budi orang lain.
c. قطعت = diputus.
Penjelasan
Shilatur rahim yang sesungguhnya dengan benar-benar berbuat sebagai
kewajiban terhadap orang lain tanpa perhitungan bukan ingin dibalas dan bukan
karena membalas budi orang lain. Allah tidak akan membalas orang yang bershilatur
rahim hanya karena ingin mendapat balasan dari orang lain.
Berdasarkan hadits di atas, Al Asqalany membagi tiga tingkatan orang dalam
bershilatur rahim, yaitu:
a. صلالوا (penyambung / pelaku shilatur rahim), yaitu seorang yang proaktif
dalam melakukan shilatur rahim dengan tulus demi tegaknya
kemashlahatan, persaudaraan, dan persatuan umat meskipun terhadap orang
yang telah menyakitinya.
واليوم االخر فليكرم هللامن باعليه وسلم قال من كان يؤ هللاعنه عن النبي صلىهللاعن أبي هريرة رضي
واليوم االخر فليقل خيرا أو هللاواليوم االخر فليصل رحمه ومن كان يؤمن باهللا ضيفه ومن كان يؤمن با
ليصمت ﴿متفق عليه﴾
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya, barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah bersilatur
rahim kepadanya dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah berkata yang baik atau hendaklah diam” (HR Mutafaq ‘alaih)
b. لمكافئ (pembalas shilatur rahim), yaitu orang yang proaktif mmelakukan
shilatur rahim hanya karena membalas budi orang lain.
وها إن ﴾٦٨كان على كل شيء حسيبا ﴿النساء:هللاوإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو رد
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan balasan yang
serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu” (QS an Nisa :
86)
c. القطعى (pemutus shilatur rahim), yaitu orang yang bersikap pasif dan
negatif yang suka memutus shilatur rahim seperti dengan cara menyakiti
orang lain. Orang seperti ini dikenal sebagai orang yang tidak tahu balas
budi, namun memiliki sifat egois yang ingin dihormati atau dipuji.
اليدخل الجنةقاطع رحم ﴿متفق عليه﴾
Tidaklah masuk syurga seorang pemutus Rahim (HR Mutafaq ‘alaih)
Dilihat dari aplikasi ragam shilatur rahim, para ulama memiliki pendapat
sebagai berikut:
a. Abu Jamrah menjelaskan bahwa shilatur rahim dapat dilaksanakan dengan
bantuan harta benda, memenuhi kebutuhan, tersenyum, maupun
mendo’akan orang lain.
b. Al Qadly ‘Iyadl (w. 544 H) menyatakan bahwa shilatur rahim dapat
dilakukan sesuai dengan kemampuan dan perkembanngan situasi dan
kondisi, misalnya dengan bertegur sapa, manyampaikan salam, maupun
berbincang-bincang.
3. Keutamaan Shilatur Rahim
Setiap perbuatan baik pasti ada konsekuensi yang baik pula, begitu juga dengan
shilatur rahmi yang merupakan suatu yang sangat diperintahkan oleh Allah SWT.
a. Dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur
ہ أن عليه وسلم هللاصلىهللاعنه قال سمعت رسول هللاعن أنس بن مالك رضي يقول من سر
يبسط له في رزقه أو ينسأ له في أثرہ فليصل رحمه ﴿متفق عليه﴾
Dari Anas bin Malik ra berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang senang diperluaskan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah bershiltur rahim” ( HR Mutafaq ‘alaih)
Mufradat
.diperluas, diperbanyak atau deberkahi hartanya = أن يبسط له
.ditangguhkan atau diundur waktunya = ينسأ له
.sisa umur (ajal) = أثرہ
Penjelasan
o Dimudahkan rizki
Perangai yang baik akan menumbuhkan kecintaan dan kasih sayang dari
sesamanya yang kemudian termotivasi untuk dijadikan persaudaraan
bahkan partner bisnis.
o Umur panjang
Maksud panjang umur disini adalah bermanfaat waktunya dan bertambah
umurnya dengan kehendak Allah.
b. Diampuni segala dosa
أذنبت ذنبا كبيرا فهل لي توبة هللا عليه وسلم رجل فقال يارسولهللاصلىهللاعن ابن عمر قال أتى رسول
ة قال نعم فقال عليه وسلم ألك والدان قال ال قال فلك خال هللاصلىهللافقال له رسول
ها إذا ﴿اخرجه احمد﴾هللاصلىهللارسول عليه وسلم فبر
Dari Umar ra berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW
bertanya: “Ya Rasulullah aku telah melakukan dosa besar, apakah aku bisa
bertaubat?”. Rasulullah menjawab: “Apakah engkau mempunyai dua orang
tua?”. Dia menjawab: “Tidak”. Beliau bertanya lagi: “Apakah engkau masih
mempunyai bibi?”. Dia menjawab: “Ya”. Beliau bersabda: “Hendaklah
engkau berbuat baik kepadanya”. (HR Ahmad)
Mufradat
aku berdosa = أذنبت
kembali, orang yang beraubat berarti kembali dari kejahatan menuju = توبة
kebaikan yang diridhai Allah
bibi, saudara dari ibu = خالة
Penjelasan
Hadits di atas menunjukkan bahwa shilatur rahim dapat menghapus dosa
sekalipun dosa besar karena shilatur rahim termasuk amal pebuatan baik,
dimana perbuatan baik itu dapat menghapus perbuatan buruk seperti yang
ditunjukkan oleh firman Allah SWT dalam QS Hud: 114
﴾۱۱۱إن الحسنات يذهبن السيئات ﴿هود:
Sesungguhnya perbutan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-
perbuatan yang buruk (dosa).
Menurut jumhur ulama, perbuatan buruk yang dapat terhapus dengan
amal baik adalah dosa-dosa kecil yang berhubungan dengan Allah. Misalnya
berwudhu menghapus dosa-dosa kecil yang dilakukan oleh anggota wudhu
tersebut. Dosa besar yang berkaitan dengan Allah tidak bisa terhapus dengan
amal baik tersebut melainkan dengan taubat yang sungguh-sungguh taubat.
Sedang dosa yang berkaitan denan sesama manusia dapat terhapus dengan
penghalalan atau minta maaf baik kesalahan kecil maupun kealahan besar atau
dosa besar. Oleh karena itu sangat mungkin maksud dosa yang disebutkan
dalam Hadits adalah dosa yang berkaitan dengan sesama manusia.
c. Sarana mendekatkan diri kepada Allah
حم معلقة بالعرش تقول ماوصلني وصله هللاصلىهللاعائشة قالت قال رسول عن ومن قطعني هللا عليه وسلم الر
هللاقطعه
﴿ اخرجه مسلم﴾
Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah bersabda: Rahim itu bergantung pada
arasy, berkata: “Barang siapa yang shilatur Rahim kepadaku, maka Allah
shilat kepadanya dan barang siapa yang memutus shilatur Rahim kepadaku,
maka Allah memutus shilat kepadanya”. (HR Muslim)
Penjelasan
Rahim disini maksudnya non pisik yaitu sifat hubungan kerabat atau sanak
famili. Rahim ini bergantung atau berdiri di arsy kemudian berkata demikian.
Maksud kalimat ini adalah pribahasa arab yang menunjukkan penting dan
keagungan rahim. Atau ada kalannya malaikat yang berdiri di arsy dan berkata
dalam kata rahim.
d. Dimasukkan ke syurga
عليه وسلم فقال دلني على عمل أعمله يدنيني من الجنة هللاعن أبي أيوب قال جاءرجل إلى النبي صلى
كاة وتصل ذارحمك ﴿متفق هللا تعبد ويباعدني من النار قال الة وتؤتي الز ال تشرك به شيئا وتقيم الص
عليه﴾
Dari Abi ayub berkata: Ada seorang laki-laki dating kepada Rasululllah SAW
berkata: “Tunjukkanlah aku suatu amal yang aku lakukan yang dapat
mendekatkan aku ke syurga dan menjauhkan aku dari neraka”, beliau
menjawab: “engku menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan shilatur Rahim kepada
keluargamu”.(HR Mutafaq ‘alaih)
Mufradat
tunjukkanlah aku, kalimat mohon petunjuk kepada Rasul = دلني
mendektkan aku = يدنيني
dan menjauhkan aku = ويباعدني
Dza disini maksudnya orang yang mempunyai hubungan rahim = ذارحمك
dengan kamu.
Penjelasan
Shilatur rahim adalah salah satu sebab seseorang masuk surga sebagaimana
yang disebut Nabi dalam hadits tersebut. Menyembah hanya kepada Allah
dengan tidak menyekutukan-Nya dan mendirikan shalat adalah hubungan
dengan Allah, sedangkan zakat dan shilatur rahim adalah ibadah sosial yang
berhubungan dengan sesama manusia.
B. Berbakti Kepada Orang Tua
1. Berbakti kepada Orang Tua
Hormat kepada orang tua adalah salah satu kewajiban setiap anak yang
dilahirkan. Hormat berarti menghargai dan mematuhi segala harapan dan
keinginan orang tua selama hal itu benar dan bertujuan baik. Dalam islam, berbuat
baik kepada orang tua lebih didahulukan sebelum berbuat baik kepada saudara-
saudara dan kerabat lain. Beberapa ayat dan hadits memerintahkan untuk berbuat
baik kepada orang tua setelah menyembah Allah. Hal ini menunjukkan akan
penting dan agungnya menghormati orang tua. Manusia tidak mungkin bisa
bersyukur kepada Allah jika tidak pandai bersyukur kepada sesama manusia.
Berbuat baik kepada orang tua adalah shilatur rahim khusus secara internal yang
berkaitan dengan darah dan agama. Allah berfirman dalam QS Luqman ayat 14:
ه وهنا على وهن وفصاله في ع نسان بوالديه حملته أم امين أن اشكرلي ولوالديك ووالصينا اإل
﴾ ۱١إلي المصير ﴿لقمن:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
2. Amal yang Paling Dicintai Allah
قال الصالة هللا عليه وسلم أي العمل أحب إلى هللابن مسعود قال سألت النبي صلى هللاعن عبد
الوالدين قال ثم أي قال الجهاد في سبيل على وقته ثني بهن هللا ا قال ثم أي قال ثم بر قال حد
ولواستزدته لزادني ﴿أخرجه البخاري﴾
Dari Abdillah bin Mas’ud ra berkata: Aku bertanya kepada Nabi SAW: Amal apa
yang lebih dicintai Allah?. Beliau menjawab: “shalat pada waktunya”. Dia bertanya
lagi: kemudian amal apa lagi?. Beliau menjawab: “berbuat baik kepada orang tua”.
Dia bertanya lagi: Kemudian apa lagi?. Beliau menjawab jihad di jalan Allah. Ibnu
Mas’ud berkata: Beliau memberitakan kepadaku beberapa hal tersebut, andaikata
aku minta tambah sungguh beliau akan menambahkan lagi. (HR Bukhari)
Mufradat
هللاأحب إلى = lebih dicintai maksudnya lebih dekat kepada Allah
shalat pada waktunya = الصالة على وقتها
usaha yang sungguh-sungguh di jalan Allah = الجهاد
Hadist diatas menunjukkan dialog antara seorang sahabat yang bernama
Abdullah bin Mas’ud dengan Rasulullah saw. Masalah yang dibahas dalam dialog
tersebut mengenai amal yang paling dicintai Allah. Maksud dicintai Allah adalah
lebih dekat kepada Allah yang berarti lebih afdhal. Seorang sahabat yang kritis dan
selalu merindukan amal shaleh memberikan pertanyaan demi pertanyaan kepada
nabi, karena tidak puas dengan satu jawaban amal shaleh saja. Nabi pun dengan
sabar melayani dan perlahan-lahan menjawabnya dengan pasti. Ada tiga amalan yang
paling dicintai Allah yaitu shalat pada waktunya, berbuat baik kepada orang tua, dan
jihad di jalan Allah.
a. Shalat pada waktunya
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim di dunia. Salah satu
syarat wajib shalat yaitu mengetahui telah masuk waktu shalat. Oleh karena
itu, shalat pada waktunya menempati posisi pertama dari amal-amal yang
lebih dicintai Allah. Dijelaskan firman Allah dalam QS. al-Nisa’ (4: 103)
الة كانت على المؤمنين كتابا موقوتا ﴿النساء: ﴾ ۱٠١إن الص
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiaban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman”.
Shalat pada awal waktunya lebih afdhal daripada pada waktunya
terutama di tempat umum seperti mesjid dan mushalla yang dilaksanakan
secara jamaah. Hal itu karena beberapa alasan, antara lain:
1. Pada awal waktu akan lebih mudah mengumpulkan jamaah ke masjid;
2. Bersegera dalam kebaikan menumbuhkan semangat beribadah termasuk
tandanya orang beriman;
3. Tandanya lebih mencintai ibadah;
4. Shalat Rasulullah selalu pada awal waktu; dan
5. Mendidik disiplin dalam beribadah dan dalam segala pekerjaan.
Kecuali jika ada halangan atau kesibukan tertentu atau ada kesepakatan
jamaah seperti ada majelis pengajian yang belum selesai pada saat awal
waktu shalat, maka dapat dilaksanakan bergantung pada kesepakatan jamaah
asal tidak keluar dari waktunya.
b. Berbuat baik kepada orang tua
Shalat berhubungan dengan Allah, sementara berbuat baik kepada orang
tua berhubungan dengan sesama manusia. Permasalahan yang brhubungan
dengan Allah lebih didahulukan dari permasaahan yang brhubungan dengan
manusia. Berikut ini ayat yang menerangkan setelah perintah menyembah
Allah baru kemudian berbuat baik kepada kedua orang tua.
وال تشركوا به شيئا وبالوالدين إحسانا وبذى القربى واليتامى والمساكين والجارذى هللا واعبدوا
بيلوماملكت أيمانكم إن القربى والجارالج احب بالجنب وابنالس اليحب من كان هللانب والص
﴾١٨مختاالفخورا ﴿النساء:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu memperskutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
(QS An Nisa: 36)
Redaksi hadits maupun ayat di atas menunjukkan betapa agung dan
tingginya berbuat baik kepada orang tua yang dijatuhkan setelah perintah
menyembah kepada Allah. Orang tua adalah manusia pertama yang paling
berhak menerima kebaikan dari anak-anaknya. Hormat kepada orang tua
berarti menghargai perintah dan larangan-larangannya, mengindahkan
pembicaraan dan tidak memotong pembicaraan orang tua. Kewajiban anak
terhadap orang tua dalam Kitab Tabih al Ghafilin oleh al Samarqandi, antara
lain:
1) Memberi makan jika salah satunya membutuhkan
2) Memberi pakaian jika diperlukan dan jika anak ada kemampuan
نيا معروفا ﴿لقمن: ﴾۱١وصاحبهما فى الد
“Dan pergaulilah keduanya dengan baik”
3) Berkhidmah atau melayaninya ketika perlu dilayani
4) Menjawab dan hadir ketika dipanggil
5) Taat ketika diperintah selagi tidak maksiat.
Dalam ayat QS. Luqman / 31 : 15, Allah berfirman :
﴾۱١وإن جاحداك على أن تشرك بي ما ليس لك به علم فال تطعهما... ﴿لقمن:
“ Dan jika keduanya memaksmu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya.”
Sesuai dengan Hadist yang diriwayatkan Ahmad disebutkan Nabi
bersabda :
وجل ﴿اخرجه احمد﴾ هللا صيةال طاعة لمخلوق في مع عز
“Tidak ada taat kepada makhluk itu wajib dalam maksiat kepada Allah”
6) Berbicara dihadapannya dengan lemah lembut tidak boleh dengan
suara kasar dan keras
7) Tidak memanggilnya dengan namanya akan tetapi dengan jabatannya
yang terhormat
8) Berjalan di belakangnya tidak boleh di hadapan atau di sampingnya
kecuali dengan izin dari padanya
9) Berbuat sesuatu yang menyenangkan orangtuanya sebagaimana
menyenangkan untuk dirinya dan menghindarkan yang
membencikannya sebagaimana membencikan dirinya
10) Memohonkan pengampunan kepadanya setiap mohon
pengampunan untuk dirinya baik orang tua masih hidup maupun telah
meninggal. Memohonkan pengampunan kepada orang tua ini paling
tidak sehari semalam 5 kali setiap selesai shalat wajib. Doa yang
dibaca minimal seperti yang dianjurkan para ulama :
رب اغفرلي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا
“ Wahai Tuhan! Ampunilah dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku
dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku ketika aku
kecil. ”
Sedangkan kewajiban anak terhadap orang tua yang telah meninggal dunia
yaitu :
1) Anak tetap menjadi orang shaleh karena tidak ada yang lebih dicintai
orang tua dari pada keshalehan anaknya.
2) Bersilaturahim kepada kerabat orang tua dan teman-temannya ketika
masih hidup
Diriwayatkan dari Nabi bahwasannya beliau bersabda :
صلة الوالد أهل ود أبيه ﴿ اخرجه مسلم﴾ البر إن أبر
“Sesungghnya sebaik-baik perbuatan berbakti kepada orang tua adalah
seorang anak yang menyambung persaudaraan dengan keluarga yang
dicintai bapaknya. ”
3) Memohonkan pengampunan, mendoa’kan dan bersedekah untuk
kedua orang tua.
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abi Usayd
Mallik bin Rabi’ah al- Sai’dy berkata : ketika dihadapan Nabi ada
seorang laki-laki dari Bani Salamah bertanya : Ya Rasulullah apakah
aku masih bisa berbuat baik kepada orang tuaku yang telah meninggal
beliau menjawab :
ستغفارلهما وإنفاذ الة عليهما واإل حم التي ال نعم الص عهدهما من بعدهما وصلة الر
توصل إال بهما وإكرام صديقهما ﴿أخرجه البخاري وابودود﴾
“Ya yaitu shalat atas mereka, membacakan istighfar, memenuhi janjinya
setelah meninggal shiltur raim kepada kerabat yang tidak dishlah keculi
oleh mereka dan memuliakan teman-teman mereka”. (Bukhari dan HR
Abu Duad)
Berbuat baik kepada orang tua merupakan perbuatan yang lebih disukai
Allah bahkan merupakan kewajiban bagi setiap anak, terutama terhadap ibunya.
c. Jihad di jalan Allah
Jihad artinya adalah usaha sungguh-sungguh untuk menempuh suatu tujuan.
Jihad al-Nafsi melawan atau menaklukkan hawa nafsu dan jihad melawan
syetan. Jika makna jihad diartikan melawan musuh berarti ragam jihad ada
beberapa macam, yaitu:
1) Jihad melawan musuh hawa nafsu yang mengajak kepada keburukan;
2) Jihad melawan musuh orang kafir yang memusuhi umat islam;
3) Jihad melawan musuh berupa syetan; dan
4) Jihad melawan tindakan kejahatan.
Konteks jihad dalam hadits adalah jihad melawan musuh orang-orang
kafir yang memusuhi umat islam. Interpretasi ini dilakukan dengan hadits lain
yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ada seorang laki-laki datang
(pamit jihad) kepada Nabi berkata: “Aku ingin jihad”, Beliau bertanya:
“Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”. Sahut laki-laki itu: “Ya”. Rasul
menjawab: “Hendaknya kamu mengurus atau berbuat baik kepada kedua
orang tuamu kemudian baru jihad”. Dari sini jelas bahwa seorang laki-laki
boleh jihad karena berbuat baik kepada orang tuanya.
3. Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
عليه وسلم أال أنبعكم بأكبر الكبائر ثالثا قالوا بلى هللاعنه قال لنبي صلىهللا عن أبي بكرة رضي
شراك باهللا يارسول ور هللا قال اإل قال فما وعقوق الوالدين وجلس وكان متكئا فقال أال وقول الز
رها حتى قلنا ليته سكت ﴿أخرجه البخارى﴾ زال يكر
Dari Abi Bakrah ra. berkata: Nabi saw bersabda: “Maukah kalian aku beritahu
tentang di antara dosa-dosa yang paling besar?” (3kali). Mereka menjawab: “Ya,
ya Rasulullah”. Beliau bersabda: “Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada
kedua orang tua”. Lantas beliau duduk dan bersandar kemudian melanjutkan
sabdanya: “dan perkataan dusta”. Dia berkata: beliau mengulang-ulanginya
sehingga kami katakan barang kali diam.
Mufradat
dosa besar yang paling besar, yaitu dosa yang ada ancaman keras dalam = بأكبر الكبائر
al Quran atau Hadits
kata ‘uquq dari kata al-‘aqq mengandung makana al-qath’u asal = وعقوق الوالدين
artinya memotong seolah anak memotong kata-katanya kepada orang tua.
Disini diartikan durhaka atau menyakiti orang tua, baik dengan perbuatan
atau perkataan.
ور .perkataan dusta atau membohongi orang lain= وقول الز
Penjelasan
Suatu metode Nabi dalam menyampaikan berita dengan mangajukan pertanyaan
terlebih dahulu. Pertanyaan yang tujuannya untuk membangkitkan semangat mereka
agar menunggu-nunggu dan merindukan apa yang akan diberikan itu. Dalam islam,
dosa ada dua macam, yaitu:
a. Dosa kecil, dinamakan karena dampak negatif/mafsadah yang ditimbulakannya
kecil, ancaman hukman tidak terlalu keras dan cara penghapusannya ringan
dibandingkan dengan dosa besar yakni dengan amal sholeh.
b. Dosa besar, dinamakan dosa besar karena dampak/mafsadah yang ditimbulkannya
besar, ancaman hukuman sangat keras dan diterangkan dalam al-Qur’an dan
hadits dan cara penghapusannya lebih berat yakni dengan bertaubat.
Dosa besar yang terdapat dalam hadits ada tiga, yaitu:
a. Menyekutukan Allah
Akidah yang murni percaya bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah, segala sesuatu yang terjadi dikehendaki Allah dan yang tidak
terjadi tidak dikehendaki Allah.
فقدافترى إثماعظيماهللا ال يغفر أن يشرك به ويغفرمادون ذلك لمن يشاء ومن يشرك با هللا إن
Sesungguhnya Allah tidak akan mengamouni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang menyekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar. (QS an Nisa: 48)
b. Durhaka Kepada Orang Tua
Termasuk durhaka kepada orang tua yang mencaci orang tuanya sendiri,
sebagaimana Hadits yang diriwayatkan al-Turmudzi dari Abdillah bin ‘Amr
berkata bahwa rasulillah saw bersabda:
جل والديه جل والديه قال نعم يسب هللا يارسول قال من الكبائر أن يشتم الر وهل يشتم الر
ه ﴿أخرجه الترمذى قال أبو عيسى هذا حديث ه فيسب أم جل فيشتم أباہ ويشتم أم أباالر
حسن صحيح﴾
"Di antara dosa besar adalah seseorang laki-laki mencaci kedua orang
tuanya”. Mereka bertanya : Ya Rasulullah apakah ada seseorang mencaci
kepada kedua orang tuanya? Beliau menjawab: “ Ya ada, yaitu seseorang
mencaci bapak laki-laki lain, maka ia membalas mencaci bapaknya,
seseorang mencaci ibu orang lain, maka ia membalas mencaci ibunya”. (HR
al- Turmudzi dan berkata ini Hadits Hasan Shahih)
Mencaci orang tua adakalanya langsung dan adakalanya tidak langsung.
Cacian yang tidak langsung sebagaimana yang disebutkan dalam Hadits di
atas, yaitu dengan mencaci bapaknya orang lain, otomatis orang lain itu akan
membalas mencaci bapaknya orang tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa cacian terhadap bapak orang tersebut karena ulah
anaknya sendiri. Cacian yang seperti itu termasuk durhaka kepada orang tua
dan termasuk dosa besar.
c. Perkataan dusta
Perkataan dusta ini termasuk dosa besar yang paling besar ketiga setelah
syirik menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua. Dalam
periwayatan lain disebutkan perkataan dusta dan saksi palsu. Keduanya sama
yakni berkata dusta dan bohong. Dusta itu artinya berkata tidak benar, tidak
jujur atau diartikan perkataan tidak sesuai dengan keyataan.
Bab III
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa shilatur rahim adalah
perbuatan baik yang dilakukan dalam rangka menegakkan persatuan dan perdamaian,
baik terhadap kerabat dekat, sesama muslim, maupun non muslim. Hukum silatur
rahim bisa wajib apabila kondisinya sangat mendesak, dan bisa juga menjadi sunah.
Diantara keutamaan silatur rahim adalah dimurahkan rizki, dipanjangkan umur,
menghapus dosa, mendekatkan diri kepada Allah dan mendatangkan rahmat dan
memasukkan dalam surga.
Selain itu, ada pula amalan yang paling dicintai oleh Allah salah satunya yaitu
berbuat baik kepada orang tua. Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya ketika
orang tua kita masih hidup, tetapi juga ketika setelah meninggal dunia. Sedangkan
diantara dosa yang paling besar adalah durhaka kepada orang tua yang berarti tidak
hormat, tidak taat, dan merendahkan orang tua, termasuk mencaci bapak orang lain.
Akibat dari durhaka kepada orang tua yaitu tidak selamat dunia dan akhiratnya.
Sumber: Modul Pembelajaran untuk Mahasiswa Semester 2