Sesak Napas

11
Sesak napas atau napas pendek merupakan suatu keluhan yang menunjukkan ada gangguan atau penyakit kardiorespirasi. Foktor-faktor yang dapat menimbulkan keluhan sesak napas, secara umum dikelompokkan seperti di bawah ini: 1. Faktor psikis. 2. Faktor peningkatan kerja pernapasan. 2.1 Peningkatan vertilasi. 2.1.1 Latihan jasmani (exercise). 2.1.2 Hiperkapnia. 2.1.3 Hipoksia hipoksik. 2.1.4 Asidosis metabolic. 2.2 Sifat fisik yang berubah. 2.2.1 Tahanan elastis paru meningkat misalnya pada pneumonia, atelektasis, kongesti, pneumotoraks dan efusi pleura. 2.2.2 Tahanan elastis dinding toraks meningkat, misalnya pada obesitas dan kifoskoliosis. 2.2.3 Peningkatan tahanan bronkial selain dari tahanan elastis. Dapat dijumpai pada penyakit emfisema, bronkitis dan asma bronkial. 3. Otot pernapasan yang abnormal. 3.1 Penyakit otot.

description

sesak word

Transcript of Sesak Napas

Page 1: Sesak Napas

Sesak napas atau napas pendek merupakan suatu keluhan yang menunjukkan ada gangguan atau penyakit kardiorespirasi. Foktor-faktor yang dapat menimbulkan keluhan sesak napas, secara umum dikelompokkan seperti di bawah ini:

1. Faktor psikis.2. Faktor peningkatan kerja pernapasan.

2.1    Peningkatan vertilasi.

2.1.1    Latihan jasmani (exercise).

2.1.2    Hiperkapnia.

2.1.3    Hipoksia hipoksik.

2.1.4    Asidosis metabolic.

2.2 Sifat fisik yang berubah.

2.2.1    Tahanan elastis paru meningkat misalnya pada pneumonia, atelektasis, kongesti, pneumotoraks dan efusi pleura.

2.2.2    Tahanan elastis dinding toraks meningkat, misalnya pada obesitas dan kifoskoliosis.

2.2.3    Peningkatan tahanan bronkial selain dari tahanan elastis. Dapat dijumpai pada penyakit emfisema, bronkitis dan asma bronkial.

3.   Otot pernapasan yang abnormal.

3.1 Penyakit otot.

3.1.1    Kelemahan otot, misalnya pada miastenia grafis dan tiroktosikosis.

3.1.2    Kelumpuhan otot, misalnya pada penyakit poliomielitis dan sindrom guillain barre.

3.1.3    Otot yang mengalami distrofi.

3.2 Fungsi mekanis otot berkurang.

Page 2: Sesak Napas

3.2.1    Fungsi mekanis berkurang pada fase inspirasi, misalnya pada emfisema.

3.2.2    Fungsi mekanis otot berkurang pada fase ekspirasi, misalnya pada penderita obesitas.

Faktor Psikis

Keadaan emosi tertentu; menangis terisak-isak, tertawa terbahak-bahak, mengeluh dengan menarik napas panjang dan merintih atau mengerang karena sesuatu penyakit. Semua ini dapat mempengaruhi irama pernapasan. Perubahan emosi yang sering menimbulkan keluhan sesak napas ialah rasa takut, kagum atau berteriak yang disertai rasa gembira. Sesak napas yang disebabkan oleh foktor psikis seperti emosi, sering timbul pada waktu istirahat, sedangkan sesak napas yang mempunyai latar belakang penyakit paru obstruktif  menahun sering dijumpai pada waktu penderita melakukan aktifitas.

Sesak napas yang berhubungan dengan faktor emosi, terjadi melalui mekanisme hiperventilasi. Dalam penelitian Dudley ditemukan bahwa pengaruh emosi seperti depresi, kecemasan dapat menimbulkan sensasi sesak napas melalui mekanisme hiperventilasi. Kedua mekanisme tersebut yang sama-sama dapat dipakai oleh faktor psikis dalam menampilkan sensasi sesak napas, mungkin dapat dipergunakan sebagai suatu bukti bahwa foktor emosi khusus berperan atau tidak. Kesukaran bernapas yang timbul, semata-mata hanyalah merupakan reaksi somatik yang bersifat individu terhadap pengaruh emosi tadi.

Faktor Peningkatan Kerja Pernapasan

Jika kemampuan mengembang dinding toraks atau paru menurun sedang tahanan saluran napas meningkat, maka tenaga yang diperlukan oleh otot pernapasan guna memberikan perubahan volume serta tenaga yang diperlukan kerja pernapasan akan bertambah. Hal ini berakibat kebutuhan oksigen juga bertambah atau meningkat. Jika paru tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen, akhirnya akan menimbulkan sesak napas. Mekanisme sesak napas seperti yang dijelaskan tersebut sebenarnya berasal dari dua teori yaitu pertama, teori kerja pernapasan dari Marshall yang menekankan pada peningkatan energi jika kerja pernapasan bertambah dan selanjutnya menyebabkan sesak napas dan kedua, teori oxygen cost of breathing yang dikemukakan oleh Harrison pada tahun 1950. menurut Harrison, gangguan mekanik dari alat pernapasan yang disebabkan oleh beberapa penyakit paru akan meningkatkan kerja otot pernapasan yang melebihi pemasokan energi aliran darah dengan akibat terjadi penumpukan bahan-bahan metabolik. Bahan metabolik merangsang reseptor sensoris yang terdapat di dalam otot dan akan menimbulkan sensasi sesak napas.

Otot Pernapasan yang Abnormal

Kelainan otot pernapasan dapat berupa kelelahan, kelemahan dan kelumpuhan.monod Scherrer melakukan penelitian pada otot diagfragma yang mengalami kelelahan. Simpulnya, bahwa kelelahan yang terjadi dan berkembang pada otot tergantung dari jumlah energi yang tersimpan di dalam otot serta kecepatan pemasokan energi, pemakaian otot yang tepat guna, serta kecepatan kerja otot. Otot-otot yang lelah ini tidak mampu memenuhi kebutuhan ventilasi dalam jangka panjang, akibatnya timbul sesak napas. Kelemahan dan kelumpuhan seperti yang terjadi

Page 3: Sesak Napas

pada penyakit miastenia gravis, tirotoksikosis, poliomelitis dan sindroma guillain barre dapat menyebabkan sesak napas.

Dahulu mekanisme yang dapat menimbulkan sesak napas ini diduga melalui hipoksia dan hiperkapnia yang terjadi sebagai akibat dinding toraks dan paru tidak dapat mengenbang maupun mengepis dengan baik. Hal ini disebabkan otot-otot diagfragma dan otot-otot interkostalis mengalami kelemahan atau kelumpuhan. Tetapi penelitian Patterson dan kawan-kawan (1962) menunjukkan bahwa sensasi sesak napas telah timbul pada  lebih dari 20 mmHg, malahan Noble (1970) pada penderita poliomelitis yang memakai ventilator, sensasi sesak napas tidak terjadi walaupun  telah dinaikkan dari 36 hingga 64 mmHg.

Percobaan yang dilakukan oleh Douglas & Haldane yang kemudian diulang dengan cara yang sama oleh Godfrey & Cambell membuktikan bahwa perasaan tidak menyenangkan sewaktu bernapas akan bertambah sesuai dengan lama menahan napas serta perubahan  dan  yang terjadi. Dengan kata lain, hipoksia dan hiperkapnia ikut berperan dalam hal timbulnya sensasi sesak napas. Jadi, rangsang terhadap kemoreseptor sentral maupun perifer akan meningkatkan aktivitas eferen neuron medula. Aktivitas ini akan diteruskan ke pusat yang lebih tinggi sehingga menimbulkan sensasi sesak napas. Karena itu mereka menyimpulkan bahwa perubahan oksigenasi,  dan konsentrasi ion H sendiri tidak langsung menyebabkan sensasi sesak napas.

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi sesak napas akut dapat dibagi sebagai berikut:

1. Oksigenasi jaringan menurun.2. Kebutuhan oksigen meningkat.3. kerja pernapasan meningkat.4. Rangsang pada sistem saraf pusat.5. Penyakit neuromuskuler.

Oksigenasi Jaringan Menurun

Penyakit atau keadaan tertentu secara akut dapat menyebabkan kecepatan pengiriman oksigen ke seluruh jaringan menurun. Penurunan oksigenasi jaringan ini akan meningkatkan sesak napas. Karena transportasi oksigentergantung dari sirkulasi darah dan kadar hemoglobin, maka beberapa keadaan seperti perdarahan, animea (hemolisis), perubahan hemoglobin (sulfhemoglobin, methemoglobin, karboksihemoglobin) dapat menyebabkan sesak napas.

Penyakit perenkim paru yang menimbulkan intrapulmonal shunt, gangguan ventilasi juga mengakibatkan sesak napas. Jadi, sesak napas dapat disebabkan penyakit-penyakit asma bronkial, bronkitis dan kelompok penyakit pembulu darah paru seperti emboli, veskulitis dan hipertensi pulmonal primer.

Kebutuhan Oksigen Meningkat

Page 4: Sesak Napas

Penyakit atau keadaan yang sekonyong-konyong meningkat kebutuhan oksigen akan memberi sensasi sesak napas. Misalnya, infeksi akut akan membutuhkan oksigen lebih banyak karena peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu tubuh karena bahan pirogen atau rangsang pada saraf sentral yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat dan akhirnya menimbulkan sesak napas. Begitupun dengan penyakit tirotoksikosis, basal metabolic rate meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga meningkat. Aktivitas jasmani juga membutuhkan oksigen yang lebih banyak sehingga menimbulkan sesak napas.

Kerja Pernapasan Meningkat

Panyakit perenkim paru seperti pneumonia, sembab paru yang menyebabkan elastisitas paru berkurang serta penyakit yang menyebabkan penyempitan saluran napas seperti asma bronkial, bronkitis dan bronkiolitis dapat menyebabkan ventilasi paru menurun. Untuk mengimbangi keadaan ini dan supaya kebutuhan oksigen juga tetap dapat dipenuhi, otot pernapasan dipaksa bekerja lebih keras atau dengan perkataan lain kerja pernapasan ditingkatkan. Keadaan ini menimbulkan metabolisme bertambah dan akhirnya metabolit-metabolit yang berada di dalam aliran darah juga meningkat. Metabolit yang terdiri dari asam laktat dan asam piruvat ini akan merangsang susunan saraf pusat. Kebutuhan oksigen yang meningkat pada obesitas juga menyebabkan kerja pernapasan meningkat.

Rangsang Pada Sistem Saraf Pusat

Penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dapat menimbulkan serangan sesak napas secara tiba-tiba. Bagaimana terjadinya serangan ini, sampai sekarang belum jelas, seperti pada meningitis, cerebrovascular accident dan lain-lain. Hiperventilasi idiopatik juga dijumpai, walaupun mekanismenya belum jelas.

Penyakit Neuromuskuler

Cukup banyak penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan terutama jika penyakit tadi mengenai diagfragma, seperti miastenia gravis dan amiotropik leteral sklerosis. Mekanisme yang menyebabkan terjadinya sesak napas karena penyakit neuromuskuler ini sampai sekarang belum jelas.

KLASIFIKASI SESAK NAPAS

Sesuai dengan berat ringannya keluhan, sesak napas dapat dibagi menjadi lima tingkat dengan penjelasan sebagai berikut:

Sesak Napas Tingkat I

Tidak ada pembatasan atau hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas akan terjadi bila penderita melakukan aktivitas jasmani lebih berat dari pada biasanya. Pada tahap ini, penderita dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik.

Sesak Napas Tingkat II

Page 5: Sesak Napas

Sesak napas tidak terjadi bila melakukan aktivitas penting atau aktivitas yang biasa dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Sesak baru timbul bila melakukan aktivitas yang lebih berat. Pada waktu naik tangga atau mendaki, sesak napas mulai terasa, tetapi bila berjalan di jalan yang datar tidak sesak. Sebaiknya penderita bekerja pada kantor/tempat yang tidak memerlukan tenaga lebih banyak atau pada pekerjaan yang tidak berpindah-pindah.

Sesak Napas Tingkat III

Sesak napas sudah terjadi bila penderita melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi atau berpakaian, tetapi penderita masih dapat melakukan tanpa bantuan orang lain. Sesak napas tidak timbul di saat penderita sedang istirahat. Penderita juga masih mampu berjalan-jalan di daerah sekitar, walaupun kemampuannya tidak sebaik orang-orang sehat seumurnya. Lebih baik penderita tidak dipekerjakan lagi, mengingat penyakit cukup berat.

Sesak Napas Tingkat IV

Penderita sudah sesak pada waktu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian dan lain-lain sehingga tergantung pada orang lain pada waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas belum tampak waktu penderita istirahat, tetapi sesak napas sudah mulai timbul bila penderita melakukan pekerjaan ringan sehingga pada waktu mendaki atau berjalan-jalan sedikit, penderita terpaksa berhinti untuk istirahat sebentar. Pekerjaan sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan leluasa.

Sesak Napas Tingkat V

Penderita harus membatasi diri dalam segala tindakan atau aktivitas sehari-hari yang pernah dilakukan secara rutin.

Keterbatasan ini menyebabkan penderita lebih banyak berada di tempat tidur atau hanya duduk di kursi. Untuk memenuhi segala kebutuhannya, penderita sangat tergantung pada bantuan orang lain.

DIAGNOSIS

Pendekatan diagnosis sesak napas dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Melakukan pendekatan dengan sistem organ2. Melakukan pendekatan sistematik, atas dasar sesak napas akut atau kronis.

1.   Pendekatan Sistem Organ

1.1    Penyebab sesak napas yang berasal dari jantung, antara lain:

1.1.1    Kegagalan ventrikal kiri oleh berbagai sebab, akan menimbulkan sesak napas yang disertai ortopneu, paroksismal nokturnal dispneu, kadang-kadang disertai batuk dengan

Page 6: Sesak Napas

kelelahan, pembesaran jantung disertai irama gallop. Sedangkan pada paru ditemukan ronki basah yang merupakan tanda sembab paru dan kongesti pembuluh darah vena paru.

1.1.2    Kegagalan ventrikel kanan ditandai dengan peningkatan tekanan darah sentral, hepatomegali dan sembab tungkai. Peningkatan tekanan vena jungularis melebihi 10 cm air, sedangkan hati yang membesar terasa lunak dengan tepi tajam, kadang-kadang terasa pulsasi dan mungkin pula disertai dengan asites.

1.1.3    Selain kedua gangguan di atas, masih banyak penyebab lain yang menimbulkan sembab paru dan hipertensi pulmonal yang semua akan menyebabkan sesak napas. Kelompok penyakit ini akan memberi gangguan sesuai dengan kombinasi di atas.

1.2    Penyebab sesak napas karena gangguan paru

1.2.1    Pneumotoraks

Terutama pada tipe tension, didapat frekuensi pernapasan meningkat, dangkal dan tampak sesak. Suara pernapasan menghilang atau berkurang pada daerah yang sakit disertai pencembungan ruangan antar iga, trakea deviasi ke arah yang sehat dan terdengar hipersonor pada perkusi.

1.2.2    Infeksi paru

Terutama pneumonia, keluhan sesak napas yang ditimbulkan sesuai dengan luas proses. Pada pemeriksaan tampak frekuensi pernapasan meningkat, pernapasan dangkal dan sering disertai sianosis.

1.2.3    Bronkospasme

Asma bronkial yang paling sering. Pada asma ringan keluhan subjektif mungkin tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik. Tetapi pada asma berat akan dijumpai kelainan-kelainan sebagai berikut:

Penderita tampak sukar bernapas, otot pernapasan sekunder ikut berkontraksi dan takikardia. Mungkin terdengar wheezing yang cukup keras sehingga dapat didengar tanpa menggunakan stetoskop. Pada pemeriksaan didapatkan hipersonor dan waktu ekspirasi memanjang.

1.2.4    Emboli paru

Keluhan penderita sering ditemukan pada emboli paru selain sesak napas adalah nyeri pleura, batuk, keringat dingin, sinkop dan batuk darah.

Gejala yang sering menyertai ialah takikardia, takipneu, ronki basah, panas badan yang meningkat disertai suara P2 yang mengeras, kadang-kadang dijumpai sianosis dan tanda-tanda troboflebitis. Diagnosis lebih diperkuat, jika keluhan tersebut dijumpai pada penderitatua dengan penyakit kronis, tirah baring cukup lama, ada riwayat trombosis vena yang terletak lebih dalam atau didahului trauma pada kaki. Keadaan lain yang sering dihubungkan dengan emboli paru

Page 7: Sesak Napas

ialah pemakaian estrogen (pil KB = pil keluarga berencana), penyakit jantung, obesitas, kehamilan dan pasca operasi.

1.2.5    Pneumonitis interstisialis (alveolitis)

Keradangan pada perenkim paru disebut pneumonitis atau pneumonia. Jika keradangan ini mengenai interstisial disebut pneumonitis interstisialis.

Di dalam kepustakaan dipakai pula nama lain yaitu fibrosis interstisialis, fibrosing alveolitis dan Hamman Rich Syndrome. Sesak napas yang terjadi pada penyakit ini disebabkan oleh gangguan ventilasi perfusi akibat penebalan septa antara alveol dan kapiler (alveolar-cappilary block).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita panas disertai infeksi akut lain, sesak napas yang progresif disertai batuk dan dahak purulen. Proses lebih lanjut dapat dijumpai sianosis dan jari tabuh. Kadang-kadang disertai osteoartropati hipertropik. Radiologis menunjukkan honey comb yang luas.

1.2.6    Adult respiratory distress syndrome (ARDS).

Keadaan ini sering menyertai shock karena bermacam-macam penyebab, infeksi, trauma, aspirasi cairan atau inhalasi bahan racun, penyakit darah, gangguan metabolisme dan masih banyak lagi penyebab lain. Mula-mula ada sembab interstisiel dan alveol, selanjutnya terjadi penebalan alveol sehingga proses ventilasi perfusi terhambat. ARDS perlu dibedakan dengan kegagalan jantung kiri karena mempunyai gejala yang hampir sama pada ARDS sembab paru bersifat non-kardiogenik, penyakit berkembang dengan cepat dalam beberapa jam sampai beberapa hari.

Pada kegagalan jantung kiri, beberapa gejala dan keluhan yang dapat membantu ialah sembab paru disebabkan oleh gangguan primer pada jantung. Pada EKG dijumpai hipertropi ventrikel kiri atau baji mati jantung.

1.3    Gangguan metabolik

Terutama gangguan metabolik yang menimbulkan asidosis, seperti ketoasidosis diaberik, asidosis laktik (karena obat-obatan, hipoksia, shock sekunder dan lain-lain). Diduga ada asidosis metabolik bila terjadi hiperventilasi dan diare berat tanpa diketahui penyebabnya, anamnesa ada keracunan obat, koma, riwayat penderita sebagai peminum alkohol.

Gejala klinis yang timbul, tergantung dari akut atau kronisitas proses penyakit dasar sebagai penyebab. Sebagian besar terjadi karena gangguan neurologi atau kardiovaskuler, seperti bingung, koma, shock, aritmia, hiperkalemia atau hiperfosfatemia.

1.4    Kelainan darah

Amat banya kelainan darah yang dapat menyebabkan sesak napas, antara lain : animea, leukemia, hemoglobin abnormal, perdarahan masif, gangguan tranfusi dan lain-lain. Semua gangguan ini pada dasarnya menyebabkan transportasi oksigen terganggu. Konsentrasi oksigen

Page 8: Sesak Napas

di dalam darah yang rendah menyebabkan kemoreseptor perifer yang terletak di badan karotis dan badan aortik menjadi terangsang. Rangsang ini diteruskan ke saraf pusat melalui n. glossopharyngeus untuk badan karotis dan n. vagus untuk badan aortik. Keluhan dan gejala yang timbul sebagai akibat hipoksemia ialah sesak napas, palpitasi, gelisah, bingung, takipneu, takikardia, aritmia, hipotensi atau hipertensi dan koma.

1.5    Penyakit saraf dan penyakit neuromuskuler

Penyakit saraf yang biasa menimbulkan sesak napas ialah Amiotropik lateral sklerosis, Miastenia gravis, Multipel sklerosis dan sindrom Guillain Barre. Sedangkan penyakit neuromuskuler yang sering menyebabkan sesak napas ialah poliomielitis,  atrofi atau distrofi otot, tumor otak, gangguan n. phrenicus, mungkin pula keracunan obat seperti kurare, antikolinesterase dan antibiotika terutama golongan aminoglikosid (yang sering dipergunakan ialah streptomisin, kanamisin, gentamisin dan amikain) sesak napas yang terjadi sebagai akibat hiperkapnia, seperti yang tersebut di atas akan menyebabkan gangguan pada saraf sehingga menimbulkan keluhan dan gejala antara lain bingung (confusion), nyeri kepala, papiledema, aritmia, miosis, diaforesis/keringat banyak, hipotensi dan koma.

1.6    Hiperventilasi idiopatik

Hiperventilasi yang tidak diketahui penyebabnya digolongkan ke dalam hiperventilasi idiopatik. Gangguan yang paling jelas terlihat adalah alkalosis respiratorik (penurunan ) dan gejala yang mungkin timbul antara lain, tetani, tremor, asteriksis (suatu bentuk tremor yang ditandai dengan gerakan-gerakan yang menyentak) pada tangan, lidah serta otot kaki.