Sertifikasi Bahan Kemasan Kayu-1
Transcript of Sertifikasi Bahan Kemasan Kayu-1
Nama : Nur Malinda
Nim : 11182202072
Kelas : V/A
Mata Kuliah : TPP
Dosen pengampu: Melda Afrianti, S.Pt., M.Si
Hari/Tanggal : 12 November 2013
1. jelaskan pendapat anda mengenai arti penting sebuah pengemasan dan bahaya apa
yang dapat ditimbulkan dari pengemasan itu sendiri beserta contohnya?
Pengemasan
Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan
atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun
yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan
“selamat”, secara kuantitas maupun kualitas.
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan.
Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan dan mempertahankan
mutu bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu
mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di
dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan,
benturan, getaran).
Disamping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan
atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan,pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau
pembungkusan berfungsi sebagtai perangsang atau daya tarik bagi konsumen. Karena
itu bentuk, warna, ukuran, kekuatan dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan
dalam perencanaannya.
1
Bahaya kemasan produk
a. Bahaya Kemasan Kertas
Kertas adalah kemasan yang paling murah dan mudah didapatkan. Biasanya
digunakan untuk produk pangan yang berbentuk padat dan langsung konsumsi,
sebagai kemasan primer. Namun banyak digunakan untuk kemasan sekunder.
Kertas mudah rusak, terutama bila kontak dengan minyak atau air sehingga tidak
digunakan untuk produk pangan yang berminyak dan cairan. Kecuali untuk kertas
yang dikombinasikan dengan plastik ataupun aluminium foil, tahan terhadap air
atau minyak.
Di Indonesia, masih banyak digunakan kemasan kertas yang berasal dari
kertas bekas, untuk membungkus gorengan, dengan alasan pemanfaatan kertas
bekas dan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan kertas yang masih
bersih/baru. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari kertas bekas adalah :
a.) Adanya kemungkinan kontaminasi dari mikroorganisme yang sudah berada
pada kertas bekas, sehingga dapat merusak produk pangan dan menimbulkan
penyakit.
b.) Bila kertas bekas yang digunakan mengandung tinta (kertas yang sudah di
print Apalagi bila digunakan untuk membungkus produk pangan yang
berminyak seperti gorengan. Minyak yang panas dapat melarutkan Pb,
sehingga akan bermigrasi ke dalam produk pangan, dan terkonsumsi oleh
konsumen. atau koran), berarti mengadung timbal (Pb) yang sangat berbahaya
bagi kesehatan.
Keracunan akut yang ditandai dengan kadar lebih dari 0,72 ppm dalam darah.
Efek astrigen menimbulkan rasa haus dan rasa logam. Setelah terpajan secara akut
oleh timbal penderita akan menimbulkan gejala-gejala seperti kram perut, kolik,
dan biasanya diawali oleh sembelit. Gejalah lain yang sering timbul ialah mual,
2
muntah dengan muntahan menyerupai susu karena Pb klorida. Tinja warna hitam
dapat disertai dengan diare atau konstipasi. Terhadap susunan saraf pusat,
timbale anorganik menyebabkan paraestesia, nyeri dan kelemahan otot. Anemia
berat dan hemoglobinuria terjadi karena hemolisis darah. Dapat timbul kerusakan
ginjal, gagal ginjal akut, dan kematian yang terjadi dalam 1-2 hari. Kalau
keracunan akut teratasi, umumnya akan terlihat gejala keracunan Pb kronik.
Keracunan Kronik dari berbagai literatur diketahui bahwa timbal adalah
neurotoksin (racun yang menyerang saraf) yang bersifat akumulatif, yang
mengganggu fungsi ginjal (nefrotoksik), system hemopoietik, saluran pencernaan,
system saraf pada remaja, menurunkan fertilitas dan berpotensi menurunkan
kecerdasan (IQ) anak – anak.
b. Bahaya Kemasan Kaca/Gelas
Kaca/gelas dan porselen merupakan kemasan yang paling tahan terhadap air,
gas ataupun asam, atau memiliki sifat yang inert. Kemasan kaca juga dapat diberi
warna Kemasan kaca/gelas banyak digunakan untuk produk minuman yang
memiliki sifat-sifat tertentus sehingga dapat menyaring cahaya yang masuk ke
dalam kemasan kaca. Misalnya untuk minuman sari jeruk nipis, digunakan
kemasan kaca berwana coklat, bertujuan agar kandungan asamnya tidak bereaksi
dengan kemasan dan dipilih yang berwarna coklat agar cahaya tidak merusak
vitamin C yang terkandung di dalamnya. Warna yang paling baik menyaring
cahaya ultraviolet adalah warna amber dan merah. Jenis kemasan ini dianggap
kemasan yang paling aman untuk produk pangan.
Porselen atau keramik, biasanya sering digunakan sebagai gelas atau peralatan
makan. Porselen ada yang dibuat dari tanah liat ada pula yang dibuat dari bahan
dolomite dengan beberapa bahan campuran lainnya. porselen cukup aman
digunakan sebagai wadah makanan, terutama yang bersuhu tinggi. namun ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih gelas, atau peralatan makan
3
dari porselen. porselen dibuat dengan membakarnya pada suhu sangat tinggi
yaitu di atas suhu 1200°C.
Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan porselen yang baik dan kuat,
namun bila pembekaran kurang dari 800°C, maka porselen yang dihasilkan akan
kurang baik bila bahan baku yang digunakan adalah dolomite, maka kualitas
porselen juga kurang baik.
Porselen dari bahan baku dolomite atau dengan pembekaran yang kurang
sempurna masih akan terjadi migrasi ke dalam bahan pangan. Dolomit
merupakan bahan baku yang cukup luas penggunaannya, antara lain digunakan
dalam industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri
refraktori, pupuk dan pertanian. Warna porselen umunya putih, sedangkan bila
dengan bahan dolomite akan berwarna agak kusam.
c. Bahaya Plastik
Plastik merupakan kemasan yang mudah didapatkan dan murah harganya,
tersedia dalam berbagai jenis, ketebalan, dan bentuk yang dapat dipilih sesuai
dengan keinginan dan produk pangan. Kemasan plastik memiliki jenis yang
paling beragam, dengan karakteristiknya yang sangat beragam pula.
Saat ini penggunaan plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai
persoalan lingkungan, yaitu tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat diuraikan
secara alami oleh mikroba di dalam tanah, sehingga terjadi penumpukan sampah
palstik yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan.
Kelemahan lain adalah bahan utama pembuat plastik yang berasal dari minyak
bumi, yang keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui.
Penggunaan plastik yang aman digunakan untuk bahan pangan belum banyak
diperhatikan oleh industri kecil, industri rumah tangga, atau pedagang makanan
siap saji, seperti bakso ataupun lauk pauk. Bahan pangan yang dikemas, sering
berupa makanan yang berkuah panas ataupun berminyak. Harus diperhatikan
bahwa, plastik dapat bereaksi dengan panas dan minyak, polimer-polimernya
4
dapat lepas, sehingga masuk ke dalam produk pangan. Hal inilah yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit.
2. jelaskan tentang sertifikasi bahan kemasan kayu dan aplikasi pada produk pangan?
Sertifikasi Bahan Kemasan Kayu
Penggunaan kemasan kayu baik berupa peti, tong kayu, pallet, dunnage, dan
sebagainya unsure yang penting dalam pengangkutan berbagai komoditas. Pada
umumnya kemasan kayu yang di gunakan terbuat dari kayu mentah dan bermutu
rendah sehingga sangat berpotensi menjadi media pembawa organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) dalam perdagangan internasional, khususnya bagi serangga–
serangga penggerek kayu dan beberapa cendawan. Oleh karenanya beberapa negara
menerapkan syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan yang cukup ketat
terhadap kemasan kayu tersebut.
Penerapan syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan terhadap kemasan
kayu, baik secara ilmiah maupun aturan-aturan internasional, merupakan suatu hal
yang logis dan dapat dibenarkan. Pada umumnya penerapan syarat-syarat dan
tindakan karantina tumbuhan dibeberapa negara maíz bersifat konvensional, tanpa
melihat jenis komoditas yang dilemas. Kondisi ini mengakibatkan hambatan yang
cukup serius bagi kelancaran perdagangan.
Untuk mengatasi hal tersebut, FAO memandang perlu menetapkan suatu standar
sebagai pedoman bagi semua negara anggotanya dalam mengatur syarat-syarat dan
tindakan karantina tumbuhan bagi kemasan kayu yang digunakan untuk mengangkut
komoditas dalam perdagangan internasional. Pada bulan maret 2002, Interim
Comission on Phytosanitari Measures (ICPM) mensahkan International Standard for
Pytosanitari Measures (ISPM#15) tentang Guidelines for Regulating Word
Packaging Material in Internacional Trade.
Dokumen ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksankan registrasi
terhadap perusahaan yang akan ditunjuk untuk melaksanakan perlakuan dan
sertifikasi terhadap kemasan kayu yang digunakan dalam pengangkutan komoditas
5
ekspor sesuai dengan persyaratan International Standard for Pytosanitari Measures
(ISPM#15).
Landasan hukum penyelenggaraan tindakan perlakuan dan sertifikasi terhadap
kemasan kayu dalam perdagangan internasional sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentan Karantina Hewan, Ikan, dan
Tumbuhan
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Piagam
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang karantina Tumbuhan
4. Keputusan Republik Indonesia No. 22Tahun 1977 juncto keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 45 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi
Perlindungan Tanaman Internacional (Internacional Plant Protection Convention)
5. Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/OT.210/1/2001 tentang Organisasi dan
Tata Verja Departemen Pertanian sebagaiman telah diubah dengan Keputusan
Menteri Pertanian No. 354.1/Kpts/OT.210/7/2001
6. Keputusan Menteri Pertanian No. 99/Kpts/OT.210/2/2001 tentang kelengkapan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian sebagaimana telah diubah
dengan keputusan Menteri Pertanian No. 354.1/Kpts/OT.210/7/2001
7. Pasal IV Ayat 1 Huruf (a) Konvensi Perlindungan Tanaman Internasional
(Internacional Plant Protection Convention)
8. ISPM#15 International Standard for Pytosanitari Measures tentang Guidelines for
Regulating Word Packaging Material in Internacional Trade.
a. Komoditas dan Sertifikasi
Komoditas yang perlu disertifikasi adalah semua kemasan kayu yang terbuat
dari kayu mentah baik berupa peti, tong kayu, penopang, pengganjal, dan
sejenisnya yang digunakan dalam pengangkutan komoditas ekspor.
Dikecualikan dari ketentuan tersebut di atas adalah kemasan kayu yang
terbuat dari kayu yang diolah dengan menggunakan perekat, panas, dan/atau
tekanan seperti kayu lapis (plywood), veneer, dan particle board atau kayu yang
ketebalan kurang dari 6 mm.
6
b. Perlakuan
Perlakuan terhadap kemasan kayu yang digunakan dalam pengiriman
komoditas ekspor dilakukan dengan salah satu dari kedua cara sebagaimana
tersebut dibawah ini ;
Pemanasan (Heat Treatment)
Pemanasan harus dilakukan dalam waktu dan suhu yang cukup sehingga
temperature inti kayu (wood core temperature) mencapai sekurang-
kurangnya/minimal 56 °C selama sekurang-kurangnya/minimal 30 menit serta
menurunkan kadar air kayu hingga setingi-tinginya 20 %. Klin-drying (KD)
dan Chemical Pressure Impregnation (CPI) dapat dianggap perlakuan
pemanasan apabila memenuhi standard dan spesifikasi seperti tersebut diatas
Fumigasi
Fumigasi menggunakan metal bromide (CH3Br) dengan dosis sebagai
berikut :
Suhu Ruang
Dan
Suhu Kayu
Dosis
(g/m3)
Konsentrasi
0,5 jam
Minimum
2 jam
(g/m3)pd
4 jam16 jam
21°C atau lebih 48 36 24 17 14
16°C atau lebih 56 42 28 20 17
11°C atau lebih 64 48 32 22 19
Suhu ruangan dan suhu kayu pada saat fumigasi harus berada di atas 10°C dan
waktu pelaksanaan fumigasi tidak boleh kurang dari 16 jam. Fumigasi harus
dilaksanakan oleh perusahaan fumigasi (Fumigator) yang telah diregistrasi oleh
Badan Karantina Pertanian.
c. Sertifikasi
7
Sertifikasi dilakukan oleh preusan yang memproduksi kemasan kayu
(packaging house) atas penunjukan Kepala Badan Karantina Pertanian dengan
membubuhkan logo/cap (marking) pada kemasan kayu sebagaimana yang
tercantum berikut ini :
dan
ID 000 : Nomor registrasi Perusan Kemasan Kayu
HT : Heat Treatment
MB : Metil Bromida
DB : Debarked
000-000-000 : Identifikasi Kemasan Kayu
Aplikasi Kemasan Kayu Pada Produk Pangan
Kemasan kayu yang berbentuk peti, krats atau tong kayu merupakan bentuk
kemasan yang umum untuk pengangkutan berbagai komoditas dalam
perdagangan internasional. Penggunaan peti kayu untuk transportasi botol
8
ID 000
HT DB
000-000-000
IPPC
ID 000
MD DB
000-000-000
IPPC
minuman baik untuk melindungi botol agar tidak pecah. Pengemasan buah segar
dalam transportasi hingga saat ini juga masih banyak dilakukan. Kemasan kayu
biasanya digunakan sebagai kemasan tersier yaitu kemasan yang digunakan untuk
mengemas kemasan lain yang ada di dalamnya.
Ada dua metode penanganan yang berbeda untuk pengemasan bahan
pangan, penyimpanan dan pengiriman, yaitu :
1. Kotak dan Nampan , untuk ukuran kecil dengan berat sampai 20 kg.
2. Tabung kontainer untuk produk-produk seperti kentang dan apel (berat
sampai 150 kg).
Kedua sistem ini dilengkapi dengan penggunaan alat dorong (forklift). Bahan
yang biasa digunakan dalam pembuatan kemasan kayu untuk bahan pangan
adalah kayu gergajian, kayu lapis tipis dan papan keras (hard board). Kayu yang
berwarna terang lebih baik dari kayu yang berwarna gelap, karena kayu yang
berwarna gelap biasanya banyak mengandung tanin, yang jika berhubungan
langsung dengan bahan yang dikemas akan mengurangi kesegarannya. Kayu yang
digunakan juga harus tanpa perlakuan kimiawi. Penguatan dilakukan dengan
menggunakan kawat jepret (staples), paku atau kawat lingkar yang dilapisi bahan
anti karat. Ketebalan kayu sekitar 3-5 mm untuk kawat jepret dan kawat lingkar
serta 100 mm untuk pemakuan. Kemasan kayu yang sudah berisi bahan harus
diberi anda yang memuat keterangan isi dari kemasan dengan menggunakan
bahan yang mudah dilihat dan tidak mudah luntur. Tanda atau label pada kemasan
kayu harus berisi informasi tentang :
Nama barang yang dikemas
Ukuran
Isi (jumlah atau volume bahan)
Mutu Kayu
Jenis Kayu
Tanda pengenal dan nama perusahaan
3. sebutkan dan jelaskan cara pengujian mutu pada kemasan gelas?
Cara pengujian mutu kemasan gelas yang dilakukan pada line produksi adalah :
9
a. Hot end Checker
Melaksanakan pengujian muttu gelas end hot, untuk mengetahui secara dini cacat-
cacat botol yang terjadi dan langsung diinformasikan ke unit forming untuk
dilakukan perbaikan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan mutu
yang telah ditetapkan. Cacat tersebut melipui cacat visual dan cacat dimensional.
b. Cold end Checker
Melakukan pengujian botol yang keluar dari Annealing lehr baik yan polos
maupun yang ber-ACL secara visual dengan pengamatan dan secara dimensional
dengan menggunakan peralatan.
Bahan Baku
↓
Tungku
↓
Pembentukan Gumpalan
↓
Cetakan Parison
↓
Cetakan Wadah
↓
Pelapisan Wadah
↓
Pelapisan Permukaan
↓
Annealing Lehr
Skema Pembuatan Wadah Gelas
4. Jelaskan secara singkat pengemasan edible film dan pengemasan aseptik
serta bagaimana perkembangannya saat sekarang disertai dengan contoh ?
a) Pengemasan Edible Film
10
Edible film adalah kemasan berupa lapisan yang dapat didegradasi oleh mikroba
dan reaksi kimia serta terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui. Kemasan edible
adalah kemasan yang dapat dimakan karena terbuat dari bahan-bahan yang dapat
dimakan seperti pati, protein atau lemak, sedangkan kemasan biodegradable adalah
kemasan yang jika dibuang dapat didegradasi melalui proses fotokimia atau dengan
menggunakan mikroba penghancur.
Bahan baku utama pembuatan edible film adalah hidrokoloid, lipida dan
komposit. Selain itu edible film memberikan perlindungan yang unik dengan
mengurangi transmisi uap air, aroma, dan lemak dari bahan pangan yang dikemas, hal
tersebut merupakan karakteristik edible film yang tidak didapatkan pada kemasan
konvensional.
Perkembangan pengemasan edible film
Meningkatnya pola hidup masyarakat yang konsumtif ikut meningkatkan inovasi
dalam pembuatan kemasan yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan
dikembangkannya edible film, suatu kemasan primer yang ramah lingkungan,
berfungsi untuk mengemas dan melindungi pangan, dan dapat menampakkan produk
pangan karena bersifat transparan, serta dapat langsung dimakan bersama produk
yang dikemas karena terbuat dari bahan pangan tertentu.
Perkembangan penelitian tentang edible film dan aplikasinya pada produk pangan
di Indonesia kini cukup baik. Berbagai macam penelitian dilakukan untuk
mendapatkan edible film dengan modifikasi untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Modifikasi juga dilakukan pada bahan dasar, seperti protein atau pati hingga
penambahan bahan lain atau dengan perlakuan-perlakuan khusus. Salah satu
penelitian yang telah berhasil dilakukan adalah pembuatan edible film dari pati
ganyong dengan perlakuan gliserin (Ayu, 2010).
Untuk menunjang perannya sebagai pembungkus yang dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan pangan, maka edible film perlu
dikembangkan menjadi kemasan aktif. Kemasan aktif adalah teknik pengemas yang
memiliki kemampuan aktif untuk menunjukkan mutu produk yang dikemas.
Pengemasan aktif biasanya mempunyai bahan penyerap O2, penyerap atau penambah
11
O2, ethanol emitters, penyerap etilen, penyerap air, bahan antimikroba, bahan
penyerap dan yang dapat mengeluarkan aroma/flavor dan pelindung cahaya.
b) Pengemasan aseptik
Kemasan aseptik adalah kemasan yang dapat melindungi produk dari berbagai
kontaminasi lingkungan luar. Pengemasan jenis ini biasanya dipakai pada bahan
pangan yang diproses dengan teknik sterilisasi, seperti pada pengemasan makanan
kaleng atau susu UHT (ultra high temperature).
Perkembangan pengemasan aseptik
Kemasan aseptik lahir di 1940-an, digunakan pada tahun 1960, dikembangkan
pada tahun 1970an sampai 1990an, perusahaan asing telah puluhan produksi berbagai
peralatan kemasan aseptik. Saat ini, negara-negara maju dari kemasan makanan cair,
rekening kemasan aseptik untuk lebih dari 65%, dan lebih dari 5% dari tingkat
pertumbuhan setiap tahun. Dari set awal peralatan steril untuk pengenalan lini
produksi asing dan konsumsi kemasan bahan untuk penelitian independen dan
pengembangan, kemasan aseptik China teknologi setelah awal, dan proses
pembangunan secara bertahap dewasa.
Aseptik kemasan sejalan dengan tren kemasan ramah lingkungan. Aseptik bahan
kemasan kertas, mudah terdegradasi, dan membantu melindungi lingkungan.
Kemasan aseptik keunggulan ini, teknologi telah banyak digunakan dalam makanan,
minuman, susu dan industri lainnya. Hari ini, sebagian besar susu di negara maju dan
lebih dari setengah jus digunakan kemasan aseptik.
5. Jelaskan secara singkat aplikasi kemasan logam, plastik dan kertas pada
produk hasil pertanian ?
Aplikasi kemasan logam
Penggunaan kemasan logam banyak ditemukan pada beberapa produk pangan.
Sekitar 78,05% dari total kemasan logam/kaleng yang ada di bumi merupakan
kemasan minuman. Kaleng untuk minuman dibedakan non-karbonatasi (kopi, teh,
12
susu kental manis dan sport drink) dan karbonatasi (soft drink dan beer), dan lainnya
adalah kaleng untuk pasteurisasi.
Ada beberapa fungsi dari penggunaan kemasan kaleng pada produk hasil
pertanian. Di antaranya adalah :
Melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis. Sifat ini terutama
didapatkan dari bahan baja sebagai penyusunnya. Baja yang digunakan
merupakan baja rendah karbon(biasanya diproduksi sebagai plat hitam).
Kemudian, dikonversikan menjadi tinplate atau tin-free steel (TFS) untuk wadah
dan manufaktur penutup.Tinplate dibuat dengan coating elektrolic plat hitam
black plate dengan lapisan tipis timah. Timah dilapiskan pada kedua sisi plat
dengan ketebalan yang tepat internal untuk produk dikemas dan lingkungan
eksternal.
Melindungi produk dari kontaminasi udara luar. Kontaminasi ini dapat
menyebabkan kerusakan pada produk. Kondisi seperti ini sangat penting dalam
perlindungan produk.
Aplikasi kemasan plastik
Penggunaan plastik sebagai pengemas pangan terutama karena keunggulannya
dalam hal bentuknya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang
dikemas; berbobot ringan; tidak mudah pecah; bersifat transparan/tembus pandang,
mudah diberi label dan dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara massal,
harga relatif murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.
Beberapa jenis plastik yang ada dipasaran adalah: poli etilen (PE) cocok untuk
mengemas pangan yang beraroma, yang akan disimpan beku, tapi tidak cocok untuk
produk berlemak; Poli Etilen Tereptalat (PET) bisa digunakan untuk kemasan buah
kering, permen, sari buah, air minum, minuman ringan berkarbonasi, minyak goreng,
saus, jeli, selai; Polipropilen (PP) tahan suhu tinggi sehingga dapat digunakan untuk
pangan sterilisasi atau makanan panas, tahan asam sehingga bisa dipakai untuk sari
buah dan tahan minyak sehingga bisa dipakai untuk produk olahan minyak.
Aplikasi kemasan kertas
13
Keuntungan penggunaan kemasan dari kertas: harga murah dan mudah diperoleh.
Kelemahan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifatnya yang sensitif
terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. Hal ini
menyebabkan makanan yang dikemas dengan kertas akan sangat mudah mengalami
penurunan mutu.
Modifikasi proses pembuatan dan aditif yang digunakan dilakukan untuk
memperoleh kertas dengan sifat khusus. Contohnya: Kertas tahan minyak (grease
proof) mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan
yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun
permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin. Kertas perkamen
mempunyai ketahanan lemak yang baik, mempunyai kekuatan basah yang baik, tidak
berbau/berasa, tidak memberikan penghambatan yang baik terhadap gas, kecuali jika
dilapisi dengan bahan tertentu dan dapat digunakan untuk mengemas bahan pangan
seperti mentega, margarin, keju, teh, kopi. Kertas lilin memiliki lapisan lilin dengan
bahan dasar parafin; sifatnya dapat menghambat air, tahan minyak dan memiliki daya
rekat panas yang baik.
14