Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN ... · Seminar Nasional Keramik XVIII...
Transcript of Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN ... · Seminar Nasional Keramik XVIII...
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PANITIA PENYELENGGARA
SEMINAR KERAMIK NASIONAL XVIII
Pengarah : Dr. Ir. Ngakan Timur Antara
Penanggung jawab : Dr. Gunawan, S.Si, M.Eng
Ketua : Junadi Marki, ST, MT.
Sekretaris : Ria Julyana Manullang, ST, MT
Anggota :
- DR. Handoko Setyo Kuncoro, ST, MT, M.Eng, Ph.D
- Dr. Eneng Maryani, S.Si, MT
- Kiki Aditama, MBA
- M. Syaifun Nizar, ST
- Naili Sofiyaningsih, M.Si
- Dadan Hadian, S.Si, M.Si
Dewan Penyunting :
1 Ir. Hernawan, MT Balai Besar Keramik
2 Dr.Handoko Setyo Kuncoro, ST, MT Balai Besar Keramik
3 Dr.Eneng Maryani Balai Besar Keramik
4 Dr. Rifki Septawendar Balai Besar Keramik
5 Kristanto Wahyudi, MT Balai Besar Keramik
Moderator :
1 Dr. Ir. Lintong Sopandi Hutahaean STMI Jakarta
2 Ir. Supomo, M.Sc Politeknik ATK Yogyakarta
3 Dra. Sri Cicih Kurniasih, M.Si Balai Besar Keramik
4 Ir. Hernawan, MT Balai Besar Keramik
5 Cucu Setyawati, MT Balai Besar Keramik
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
TATA TERTIB PERSIDANGAN
1. Presentasi ilmiah dilakukan dalam sidang kelompok.
2. Sidang kelompok dipimpin oleh seorang Moderator didampingi Notulis dan
Petugas Persidangan.
3. Tugas Moderator :
● Membuka dan menutup persidangan.
● Memimpin sidang sehingga terlaksana dengan lancar dan tepat waktu
● Memperkenalkan penyaji makalah kepada hadirin.
● Memimpin sesi tanya jawab setelah presentasi.
● Bila pembicara berhalangan, mengatur sidang agar terlaksana dengan lancar.
4. Tugas Notulis:
● Mencatat dan membuat notulen.
5. Tugas Petugas Persidangan:
● Membantu Notulis mengumpulkan lembar pertanyaan dari hadirin dan
jawaban dari penyaji.
● Membantu Moderator menjaga batas waktu presentasi ditepati.
6. Aturan dalam presentasi sidang kelompok (oral)
Waktu presentasi yang diberikan kepada penyaji dalam sidang kelompok adalah
15 (lima belas) menit.
Dalam 1 (satu) panel akan dipresentasikan 3 – 4 makalah. Sesi tanya jawab
disediakan selama 30 (tiga puluh) menit setelah semua makalah selesai
dipresentasikan.
Pertanyaan kepada Penyaji diajukan secara lisan dan tertulis melalui Moderator.
Jawaban dari Penyaji juga dilakukan secara lisan dan tertulis.
7. Aturan dalam presentasi poster
Penyaji poster akan diberikan waktu 3 menit untuk memaparkan makalahnya
secara berurutan .
Penyaji poster harus berada di depan poster masing-masing saat sesi istirahat
Diskusi mengenai poster akan dilakukan selama sesi istirahat.
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
JADWAL SEMINAR NASIONAL KERAMIK XVIII
Keterangan Acara Seminar Waktu No
Rabu, 23
Oktober 2019
Panitia Pendaftaran Ulang Peserta 08.00 – 09.00 1
Pembukaan dan keynote speech
oleh DR. Ir. Ngakan Timur
Antara (Kepala BPPI)
- Menyanyikan lagu Indonesia
Raya
- Pembukaan & Keynote
Speech 1
09.00 – 09.45 2.
Tandatangan Mou 09.45 – 10.00 3.
REHAT KOPI dan Konferensi
Pers
10.00 – 10.15 4.
Moderator :
Dr. Ir. Lintong Sopandi
Hutahaean, M.ChE.
Keynote Speech 2
Dr. Bambang Setiadi, IPU
(Ketua Dewan Riset Nasional)
10.15 – 10.45 5.
Keynote Speech 3
Dr. Bambang Ari Wahjoedi,
M.Sc.Tech (ITB)
10.45 – 11.15 6.
D I S K U S I 11.15- 11.45 7.
Acara dipandu MC Pemaparan Poster secara Seri
Doorprize
11.45 – 12.15 8.
Ruangan B Ruangan A ISHOMA 12.15 – 13.15 9
Moderator :
Ir.
Hernawan,
M.T.
Moderator :
Ir. Supomo, M.Sc
Pemaparan Makalah Oral
Session 1
13.15 – 13.30 10.
Pemaparan Makalah Oral
Session 1
13.30 – 13.45 11.
Pemaparan Makalah Oral
Session 1
13.45 – 14.00 12.
Pemaparan Makalah Oral
Session 1
14.00 – 14.15 13.
D I S K U S I P A N E L 1 14.15-14.45 14.
REHAT KOPI 14.45 – 15.00 15.
Moderator :
Dra. Sri
Cicih
Kurniasih,
M.Si
Moderator :
Cucu Setyawati,
M.T.
Pemaparan Makalah Oral
Session 2
15.00-15.15 16.
Pemaparan Makalah Oral
Session 2
15.15 – 15.30 17.
Pemaparan Makalah Oral
Session 2
15.30 – 15.45 18.
Pemaparan Makalah Oral
Session 2
15.45 – 16.00 19.
D I S K U S I P A N E L 2 16.00 – 16.30 20
Acara dipandu MC, Penutupan
oleh Ka. BBK
Pengumuman Paper Terbaik,
Doorprize dan Penutupan
16.30 – 16.45 21.
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
Topik Makalah Ruangan A mencakup :
Desain dan Seni Keramik
Semen, Bahan Bangunan dan Refraktori
Teknologi Pengolahan Limbah dan Bahan Baku Industri
Rancang Bangun dan Perekayasaan Teknologi Keramik
Karakterisasi dan Pengujian Material Keramik
Topik Makalah Ruangan B mencakup :
Teknologi Material Keramik dan Material Terbarukan
Nanomaterial dan Nanoteknologi Keramik
Biomaterial dan Keramik dalam Bidang Medis
Keramik Elektronik dan Magnetik
Kaca dan Komposit Keramik
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
Daftar Penyaji Seminar Nasional Keramik XVIII 2019
Daftar Presentasi Oral
Waktu Ruangan A Ruangan B
13.00 – 13.15
Sesion
1
Hot State Repair Application
for Basic Oxygen Furnace (BOF) Refractory
Reinforcement
Adsorpsi Metilen Biru dengan
Reduced Graphene Oxide (RGO) dari Ampas Tahu - Studi Kinetika
dan Kesetimbangan
13.15 –
13.30
Teknologi Refraktori Pada
Reheating Furnace Pabrik
Baja Lembaran Panas #2 Pt Krakatau Steel
Studi Penambahan Reduced
Graphene Oxide terhadap Konduktivitas Listrik Dan Kuat
Lentur Geopolimer Berbasis
Metakaolin
13.30 –
13.45
Pengaruh Penambahan
Biopolimer Pada Geopolimer
Berbasis Fly Ash Terhadap
Laju Korosi Baja Karbon Rendah St-37
Pengaruh Variasi Suhu Sintering Membran Keramik terhadap
Penurunan Kandungan Coliform
dalam Air Bersih
13.45 – 14.00
Pengaruh Penambahan Crude
Palm Oil terhadap Konduktivitas Termal
Geopolimer Berbasis Fly Ash
Pengaruh Jenis Basa Pengendap
dan Waktu Pelapisan terhadap Sifat Hidrofilik Ubin Keramik
Antimikroba
14.00 –
14.30 DISKUSI DISKUSI
14.30 –
14.45 COFFEE BREAK
14.45 –
15.00
Sesion
2
Ekstraksi Silika dari Pasir
Pantai Bengkulu
Menggunakan Metode Fusi Alkali
Komposit Biomaterial
Hidroksiapatit-Biochar dari Cangkang Telur Ayam dan Sekam
Padi sebagai Adsorben Ion
Tembaga dan Metilen Biru
15.15 –
15.30
Peningkatan Kualitas Zirkonium Silikat sebagai
Material Opacifier
Pemanfaatan Bahan Baku Lokal
Untuk Produk Cor Substitusi
Impor Pada Teknologi Investment Casting
15.30 –
15.45
Pembuatan Bata Merah dari
Limbah Soil Bioremediation
Facility berdasarkan SNI 15-2094-2000
Pengembangan metode Penentuan
Batas Pb Cd Terlarut pada Vial
untuk Obat Suntik dengan Menggunakan AAS
15.45 –
16.00
Studi Pengembangan Material Opacifier Jenis Baru Berbasis
Bone Ash Sintetis
16.00-
16.30 DISKUSI DISKUSI
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
Daftar Presentasi Poster
Waktu Judul
11.30 –
12.00
(Presenta
si poster
secara
seri
dengan
lamanya
presentas
i 3 menit
untuk
setiap
tulisan)
Perubahan Castable Untuk Mengoptimalkan Umur Pakai Ladle
Studi Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi pada Karakteristik
Mekanik dan Daya Serap Batu Bata Ringan Cellular Lightweight
Concrete (CLC)
Penentuan Kadar Logam Oksida Pada Bentonit Menggunakan Energy
Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDX)
Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur Ayam Didoping
Magnesium untuk Aplikasi Penambal Gigi
Pengaruh Kadar Bone Ash Sintetik terhadap Karakteristik Bodi
Keramik
Karakteristik Batu Kapur Lokasi Kolaka berdasarkan Syarat Mutu Batu
Kapur untuk Pembuatan Keramik Halus
Optimasi Kebutuhan Bahan Baku Keramik Stoneware Di Sentra
Keramik UKM Dinoyo
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
MENGANTISIPASI REKAYASA DAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR
MATERIAL KERAMIK PADA ERA INDUSTRI 4.0*)
Dr. Bambang Ari Wahjoedi, MScTech**)
Ilmuwan dan Pendidik Independen
[email protected] | 022-780-4660 | 0818-215-980
ABSTRAK
Revolusi industri 4.0 di abad ini akan memberikan dampaknya yang sangat kuat terhadap proses manufaktur keramik. Sifat dari proses manufaktur keramik yang kompleks
dari segi jenis material maupun bentuk badan yang akan dicapai, membawa manufaktur
keramik sudah sangat terotomatisasi dan terkomputerisasi sampai di penghujung Era Industri 3.0 yang baru lewat ini. Dapat diperlihatkan bahwa manufaktur seluler dengan sistem produksi
yang fleksibel hanya akan sesuai untuk produksi keramik maju. Sementara untuk keramik
tradisional mulai dari heavy clay sampai dengan keramik halus, sistem flow line akan masih
lebih sesuai. Penggunaan robot-robot industrial maupun guided vehicles untuk materials handling-pun sudah secara luas dipakai dalam pabrik keramik moderen. Walaupun automated
assembly system sangat jarang diimplementasi dalam industri keramik, desain produk
menggunakan CAD dan proses manufaktur menggunakan CAM melalui pemrograman CNC pada mesin-mesin PLC sudah tidak asing lagi dalam manufaktur keramik khususnya
machinable ceramics. Dalam Industri 3.0 ini teknik rapid prototyping telah dapat memasuki
wilayah keramik, mengingat perkembangan laser-laser berenergi tinggi dan polimer-polimer prekursor keramik belakangan ini. Prinsip produksi Just-in-Time maupun penjaminan mutu
TQM sudah dikenal luas dan diterapkan dalam Industri keramik. Industri keramik juga sudah
tidak asing lagi dengan Metode Taguchi maupun pengendalian dengan menggunakan cara-cara
kendali statistik. Yang masih tertinggal untuk Industri 4.0 adalah perluasan dari metode-metode di atas untuk variabel-variabel kritis yang lainnya dalam proses manufaktur, selain
monitoring dilakukan secara real-time dan on-line dengan men-share data pada media cloud.
Koordinasi dan efisiensi operasi tingkat tinggi manufaktur terpadu yang dituntut oleh Industri 4.0 direalisasikan dalam bentuk jaringan-jaringan LAN maupun WAN untuk skala yang lebih
besar. Simulasi komputer proses-proses manufaktur akan diperlukan dan dijalankan seiring
dengan proses fisiknya guna menetapkan kelangsungan serta optimalisasi kinerja proses yang
dieksekusi. AI yang meliputi Expert Systems, Artificial Neural Network dan Fuzzy Logic akan semakin berperan dalam proses manufaktur. Sensor dan aktuator merupakan dua teknologi
yang akan sangat banyak dibutuhkan selain komputer, robot-robot cerdas beserta perangkat
lunaknya masing-masing. Teknologi sensor dapat dikembangkan dari adaptasi teknik-teknik NDT yang sudah ada maupun teknologi yang merupakan inovasi baru. Mengingat drastisnya
perubahan yang harus ditempuh dan besarnya investasi bisnis yang harus digelontorkan, maka
analisis ke arah benefit-cost harus dilakukan secara cermat dan sangat berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Studi banding ke kasus-kasus industri keramik di mancanegara
khususnya Jerman merupakan agenda yang sangat perlu dipertimbangkan.
Katakunci: Material Keramik, Rekayasa Manufaktur, Teknologi Manufaktur, Revolusi Industri 4.0,
Industri Keramik 4.0.
_____________
*)Disajikan sebagai Keynote Address-3 pada Seminar Nasional Keramik XVIII, Peluang, Tantangan
dan Inovasi Teknologi Keramik di Era Industri 4.0, El Royale Hotel, Bandung, 23 Oktober 2019.
**)Purnabakti dari ITB, September 2009.
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
STUDI PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI PADA
KARAKTERISTIK MEKANIK DAN DAYA SERAP BATU BATA RINGAN
CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE (CLC)
STUDIES EFFECT OF USING RICE HUSK ASH ON CELLULAR
LIGHTWEIGHT CONCRETE TYPE BRICKS FOR MECHANICAL
PROPERTIES AND WATER ABSORPTION CAPACITY
Didit Priyadi Muslim1, Abrar
2, Eneng Maryani
3
1,2Departement of Physics Engineering, Telkom University, Bandung, Indonesia 3Balai Besar Keramik, Kementrian Perindustrian, Bandung, Indonesia
[email protected], 2 [email protected], 3
ABSTRAK
Batu bata ringan Cellular Lightweight Concrete (CLC) adalah batu bata yang memiliki sifat
dapat mengering di dalam suhu kamar tanpa adanya pembakaran. Dalam penelitian ini, dibuat batu
bata ringan CLC dengan mencampurkan abu sekam padi dengan agregat pasir dan dilakukan
karakterisasi kuat tekan serta daya serap sesuai dengan SNI 03-0349-1989. Sampel yang diuji
berbentuk balok berukuran panjang 200 mm, lebar 50 mm, serta tebal 50 mm dan kubus berukuran
panjang, lebar, tebal, 50 mm. Sampel dibuat dengan campuran pasir dan abu sekam padi yang
ditambahkan sebanyak 0 g, 150 g, 300 g, 400 g, 500 g dan karakterisasi dilakukan pada hari ke 7,
14, 21, 28. Sampel berbentuk kubus untuk pengambilan data kuat tekan menggunakan alat pemberi
tekanan dan sampel berbentuk balok untuk pengambilan data daya serap air dengan cara merendam
batu bata selama 24 jam. Berdasarkan pengujian, penambahan abu sekam padi mengakibatkan nilai
kuat tekan serta daya serap air yang fluktuatif serta cenderung kembali pada nilai awal pada hari ke
28. Tercatat kuat tekan paling tinggi adalah 0,40 N/m2 pada penambahan 300 g abu sekam padi
serta daya serap air yang dihasilkan adalah 29,07 %, persentase daya serap air akan terus bertambah
seiring dengan ditambahnya abu sekam padi.
Kata Kunci : batu bata ringan, cellular lightweight concrete, kuat tekan, daya serap air, abu sekam
padi, SNI 03-0349-1989
ABSTRACT
Cellular Lightweight Concrete (CLC) is a brick which can dry up in the room atmosphere
without combustion. In this final project CLC brick was created by mixing rice husk ash with sand
aggregate and characterized compressive strength and water absorption as SNI 03-0349-1989
standard. The structure has block shape is had 200 mm long, 50 mm wide, 50 mm thick and the
cubic shape is have long, wide, thick 50 mm. Sample was mixed sand with rice husk ash addition
by 0 g, 150 g, 300 g, 400 g, 500 g and the characterizing was taken in 7th, 14th, 21th, 28th days.
The cubic shape sample was used for collecting compressive strength data using pressure machine
and block shape sample was used for collecting absorption water data by soaking brick for about
24 hours. As the test, additioning rice husk ash was affected compressive strength and absorption
point wich fluctuating and will back to basic point in 28th day. The higest compressive strength was
0,40 N/m2 in 300 g rice husk ash additional with water absorption was 29,07 % , the water
absorption will be increasing at higer additioning rice husk ash.
Keynote : lightweight brick, cellular lightweight concrete, compressive strength, water absorption,
rice husk ash, SNI 03-0349-1989
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PERUBAHAN CASTABLE UNTUK MENGOPTIMALKAN UMUR PAKAI
LADLE
CASTABLE CHANGES FOR OPTIMIZING BOTTOM TEEMING LADLE LIFETIME
Andita Rusliawan
Refractory Team, Steelmaking Department, PT Krakatau Posco
ABSTRAK
Teeming ladle adalah salah satu fasilitas penunjang di steelmaking process dengan berbentuk
bejana yang dilapisi oleh material refraktori yang berfungsi untuk menampung dan mengirim
molten steel dari tuangan hasil converter hingga continuous casting untuk membentuk baja slab.
Permasalahan ladle yang sering terjadi di bagian dasar adalah molten steel penetrasi dan
castable spalling. Membandingkan performa material high aluminsa dan alumina spineel
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Expansion ratio, corrosion rate, strength,
penetrasi dan umur pakai ladle diamati pada percobaan ini. Material castable Alumina Spinel
mempunyai performa lebih baik dari high alumina dan dapat meningkatkan umur pakai indeks
sebanyak 17 dan mengurangi biaya produksi sekitar 0.6 juta USD/tahun.
Kata Kunci: Ladle, castable, cost reduction
ABSTRACT
Teeming ladle is one of the supporting facilities in the steelmaking process with a vessel lined
by refractory material which serves to hold and transporting molten steel from the converter to
continuous casting to form steel slabs. In the ladle, molten steel penetration and castable
spalling on bottom part is most common occurs. Comparison of high alumina and alumina
spinell castable material was performed in order to overcome this situation. Expansion ratio,
corrosion rate, strength, penetration and ladle life was examined in this test. Spinel alumina
castable material has a better performance than high alumina by increasing ladle service life
index 17 and reduce production costs by around 0.6 million USD / year.
Keywords: Ladle, castable, cost reduction
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PENGARUH PENAMBAHAN CRUDE PALM OIL TERHADAP
KONDUKTIVITAS TERMAL GEOPOLIMER BERBASIS FLY ASH
EFFECT OF CRUDE PALM OIL ADDITION TO
THERMAL CONDUCTIVITY OF FLY ASH BASED GEOPOLYMER
Andrie Harmaji
a dan Lia Laila
b,
aTeknik Metalurgi, Fakultas Teknik dan Desain, Institut Teknologi dan Sains Bandung, Indonesia
aTeknologi Pengolahan Sawit, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi dan Sains Bandung, Indonesia
Email : [email protected] [email protected]
ABSTRAK
Peningkatan suhu lingkungan mempengaruhi peningkatan temperatur di ruangan. Air conditioner (AC)
berfungsi untuk menyerap panas di ruangan yang disebabkan oleh panas matahari. AC membutuhkan
energi listrik yang relatif besar dimana biaya energi listrik untuk sistem AC dapat mencapai 50% - 70%
dari keseluruhan konsumsi energi listrik bangunan. Sistem pengaturan udara pasif merupakan salah satu
solusi dalam menghemat konsumsi energi AC, yaitu dengan membuat batu bata yang berfungsi sebagai
isolator termal. Crude Palm Oil (CPO) dapat digunakan sebagai bahan penahan udara di batu bata
sehingga bata akan berongga dan diharapkan untuk memainkan peran sebagai pembuat gelembung udara
di batu bata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan persentase CPO terbaik yang
menghasilkan kekuatan tekan tertinggi dan akan diuji secara termal. Penambahan 0,25% CPO pada
Geopolimer berbasis Fly ash adalah 15,7 MPa, sedangkan hasil Konduktivitas Termal yang didapat
adalah 0,46 W / mK..
Kata kunci: Crude Palm Oil, Geopolimer, Fly Ash
ABSTRACT
Increased environmental temperatures also affect the increase in temperature in the room. Air
conditioner can function to absorb the heat in the room caused by the heat of the sun. However, AC
requires a relatively large electrical energy. The cost of electrical energy for AC systems can reach 50%
- 70% of the overall electrical energy consumption of buildings. Passive air conditioning system can be
one solution in saving the energy consumption of AC, that is by making a brick that serves as a thermal
insulator. Crude Palm Oil an be utilized as the air-entraining material in the brick so that the brick will
be porous and expected to play a role as a maker of air bubbles in bricks. The aim for this study is to
obtain the best Crude Palm Oil percentage that produces the highest compressive strength and it will
thermally tested. Addition of 0.25% CPO to Fly ash based Geopolymer results in 15.7 MPa, while
Thermal Conductivity result is 0.46 W/mK.
Keywords: Crude Palm Oil, Geopolymer, Fly Ash
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
OPTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKU KERAMIK STONEWARE DI
SENTRA KERAMIK UKM DINOYO
OPTIMIZATION OF STONEWARE CERAMIC RAW MATERIALS NEEDS IN
DINOYO CERAMIC CENTER SME
Angella Natalia Ghea Puspita, Teguh Prayogo, Nurhadi Wibowoa
aPusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Mineral (PTPSM), Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Banten, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai salah satu penyangga dalam perekenomonian di Indonesia
memiliki peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Sentra Keramik sebagai salah
satu industri kreatif, merupakan salah satu yang berkembang pesat. Salah satunya adalah Sentra Keramik
UKM Dinoyo, di Malang, Jawa Timur. Sentr Keramik Dinoyo menghasilkan keramik jenis batu
(stoneware) yang memerlukan bahan baku lempung (clay), kaolin dan bentonit. Karena
perkembangannya yang cukup pesat, Sentra Keramik Dinoyo memiliki permasalahan terkait pasokan
bahan baku, dimana pasokan bahan baku biasanya berasal dari lokal ataupun impor. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah optimasi kebutuhan bahan baku keramik Stoneware di Sentra Keramik UKM Dinoyo
melalui model sistem Dinamis dengan mempertimbangkan dilihat dari segi jarak dan biaya Bahan Bakar
Minyak (BBM) untuk mendapatkan total biaya yang paling minimum. Berdasarkan penggambaran
model sistem Dinamis dan perhitungan total biaya untuk masing-masing tipe, maka didapatkan bahwa
truk dengan tipe Berat adalah yang paling minimum dari segi total biaya, dan Sedangakan, untuk lokasi
kebutuhan bahan baku, Sentra Keramik UKM Dinoyo paling optimal mendapatkan bahan baku Bentonit
dari lokasi Bantur, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, bahan baku Kaolin dari lokasi Sumberbende,
Klepu, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang dan bahan baku Lempung (clay) dari Songong,
Toyomerto, Kabupaten Singosari, Kecamatan Malang.
Kata Kunci: optimasi, stoneware, bahan baku, rantai pasok keramik, sistem dinamis, Sentra Keramik UKM Dinoyo.
ABSTRACT
Small Medium Enterprise (SME) as a buffer in the economy in Indonesia has strategic role both
economically, socially, and politically. Ceramic Center is one of the creative industries, is one that is
growing rapidly. One of them is Dinoyo Center Ceramic SME in Malang, East Java. Dinoyo Center
Ceramic produces ceramic type stone (stoneware) that requires raw materials of clay (clay), kaolin and
bentonite. Because of its rapid development, Dinoyo Center ceramic has problems related to the supply
of raw materials, where the supply of raw materials usually comes from local or imported. Therefore,
we need an optimization of the needs of Stoneware ceramic raw materials at Dinoyo through the
Dynamic system model by considering in terms of distance and cost of fuel oil (BBM) to get minimum
total cost. Based on the description of the Dynamic system model and the calculation of the total cost for
each type, it was found that the truck with Heavy type was the minimum in terms of total costs, and while
for the location of raw material requirement, Dinoyo Ceramic Center SME was the most optimal in
obtaining bentonite raw material location from Bantur, Bantur Distric, Malang Regency, Kaolin raw
material location from Sumberbende, Klepu, Sumbermanjing District, Malang Regency and Cly raw
material locartion from Songong, Toyomerto, Singosari, Malamng Regency.
Keywords: optimization, stoneware, raw material, ceramic supply chain, dynamic system, Dinoyo ceramic center
SME.
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PENGARUH KADAR BONE ASH SINTETIK TERHADAP
KARAKTERISTIK BODI KERAMIK
THE EFFECT OF SYNTHETIC BONE ASH CONTENTS ON CHARACTERISTICS
OF CERAMIC BODIES
Anggi Ayuningtiyas a, Novi Puspita Sari
a, Sonia Siti Nurhalijah
a, Eko Prabowo
Hadisantoso a, Kristanto Wahyudi
b
aUIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H. Nasution, Bandung dan Indonesia bBalai Besar Keramik
Jl. Jendral Ahmad Yani, Bandung dan Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pada penelitian ini, dibentuk bodi keramik triaksial yang terdiri dari lempung Sukabumi, bone
ash sintetik BBK dan feldspar. Feldspar yang digunakan adalah feldspar Sibelco,feldspar
Pangaribuan dan feldspar India. Perbandingan lempung dan feldspar adalah 1:1 dengan
penambahan bone ash sintetik 10 %, 20 %, 30 % dan 40 %. Semua sample dicetak dengan
metod press, kemudian dibakar pada suhu 1200oC dan 1250oC dengan waktu tahan 1 jam
masing-masing. Hasil pembakaran pada suhu 1200oC, menunjukkan bahwa bodi keramik
dengan peresapan air terkecil sebesar 0,468 %, porositas semu terkecil 0,463, susut bakar
terkecil 6,061 % dan kuat tekan terbesar 127,7212 Mpa. Sedangkan untuk hasil pembakaran
pada suhu 1250oC menunjukkan bahwa bodi keramik dengan peresapan air terkecil sebesar
0,039 %, porositas semu terkecil 0,039, susut bakar terkecil 2,618 % dan kuat tekan terbesar
146,251 Mpa.
Kata Kunci: Lempung Sukabumi, Bone Ash Sintetik BBK, Feldspar Sibelco, Feldspar
Pangaribuan, Feldspar India
ABSTRACT
In this study, a triaxial ceramic body was made consisting of Sukabumi clay, BBK synthetic
bone ash and feldspar. The feldspars used were Sibelco feldspar, Pangaribuan feldspar and
Indian feldspar. The ratio of clay and feldspar was 1: 1 with the ratio of synthetic ash 10%,
20%, 30% and 40%. All samples were formed by method press, then sintered at 1200oC and
1250oC with a holding time of 1 hour each. The results of sintering at a temperature of 1200oC,
showed a ceramic body with lower water absorption of 0.468%, pseudo porosity of 0.463,
shrinkage of 6.061% and the greatest compressive strength of 127.7212 MPa. As for the
sintering results at a temperature of 1250oC, it shows a ceramic body with water absorption of
0.039%, porosity of all 0.039, shrinkage of 2.618% and the greatest compressive strength of
146 Mpa.
Keywords: Sukabumi Clay, BB Ash Synthetic BBK, Feldspar Sibelco, Feldspar Pangaribuan,
Feldspar India
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PEMBUATAN BATA MERAH DARI LIMBAH SOIL BIOREMEDIATION
FACILITY BERDASARKAN SNI 15-2094-2000
RED BRICK PROCESSING FROM SOIL BIOREMEDIATION FACILITY
BASED ON SNI 15-2094-2000
Dede Taufik, Kristanto Wahyudi, Ria Julyana Manullang, Maulid Purnawan, dan Ayu
Ratnasari
Balai Besar Keramik, Jalan Jend. Ahmad Yani No.392, Bandung 40272, Indonesia
ABSTRAK
Penambangan migas menghasilkan limbah salah satunya tanah yang terkontaminasi minyak
yang biasa disebut soil bioremediation facility (SBF). Tanah tersebut dapat diolah menjadi
bahan bangunan bata merah yang memenuhi persyaratan SNI 15-2094-2000. Pada
pembentukan bata merah, SBF ditambah dengan lempung plered (untuk menurunkan suhu
sintering), fly ash, feldspar, cullet, dan pasir. Bahan baku diuji dengan energy dispersive x-ray
(EDX), analisis butir, analisis pembakaran suhu (PS14), dan uji keplastisan. Pada penelitian ini
SBF diolah menjadi bata merah dengan tiga variasi komposisi campuran (H,I,J) dimana jumlah
SBF sama. Pengujian pembakaran sampel pada suhu 850°C menunjukkan bahwa kuat mekanik
tiga kode berada pada kelas 50 kg/cm3 sedangkan pada pembakaran suhu 950°C menunjukkan
bahwa kuat mekanik kode H masih berada di kelas 50 kg/cm3 dan kode I dan J berada pada
kelas 100 kg/cm3. Penyerapan air sekitar 18-21% untuk suhu 850°C dan 950°C. SBF dengan
penambahan lempung Plered memenuhi syarat untuk dijadikan produk bata merah.
Kata kunci: soil bioremediation facility (SBF), bata merah, SNI 15-2094-2000
ABSTRACT
Oil and gas mining produces waste, one of which is oil-contaminated soil, commonly called
soil bioremediation facility (SBF). The land can be processed into red brick building materials
that meet SNI 15-2094-2000 requirements. In the formation of red brick, SBF is added with
Plered clay (to reduce the temperature of sintering), fly ash, feldspar, cullet, and sand. Raw
materials were tested with energy dispersive x-ray (EDX), grain analysis, temperature
combustion analysis (PS14), and plasticity test. In this study SBF was processed into red bricks
with three variations of mixed composition (H, I, J) where the number of SBF was the same.
Testing of combustion of samples at 850°C shows that the mechanical strength of the three
codes is at class 50 kg/cm3 while at combustion temperatures 950°C shows that the mechanical
strength of the H code is still at class 50 kg/cm3 and codes I and J are in the class 100 kg/cm3.
Water absorption is around 18-21% for temperatures of 850°C and 950°C. SBF with the
addition of Plered clay meets the requirements to be made into red brick products.
Keywords: soil bioremediation facility (SBF), red brick, SNI 15-2094-2000
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING MEMBRAN KERAMIK
TERHADAP PENURUNAN KANDUNGAN COLIFORM DALAM AIR
BERSIH
THE EFFECT OF VARIATION SINTERING TEMPERATURE CERAMIC
MEMBRANE ON REDUCTION OF COLIFORM IN CLEAN WATER
Dede Taufik a, Karlina Noordiningsih
a,Bambang Yulianto
b, Nany Djuhriah
b, Annisa
Endayani b.
aBalai Besar Keramik Jl. Jendral Ahmad Yani No.392, Kebonwaru, Kec. Batununggal,
Kota Bandung, Jawa Barat 40272 b Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Jl. Pajajaran No.56, Pasir Kaliki, Kec. Cicendo,
Kota Bandung, Jawa Barat 4017
Email : alamatemailpenulis
ABSTRAK
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia dan mendapatkan
prioritas yang utama untuk pemenuhannya. Kebutuhan air tidak hanya menyangkut kuantitas, tetapi juga
kualitas agar tidak menimbulkan masalah baik terhadap lingkungan maupun kesehatan. Keberhasilan
penggunaan membran untuk pengolahan air bersih maupun air laut, membuat teknologi membran
digunakan sebagai pilihan teknologi yang memungkinkan karena mempunyai efektifitas dan efisiensi
yang tinggi untuk mendapatkan kriteria air bersih. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi suhu sintering 1100°C, 1200°C, dan 1300°C dalam penurunan kandungan bakteri Coliform pada
air bersih dengan menggunakan media membran keramik. Hasil menunjukkan angka penurunan
kandungan bakteri Coliform pada variasi suhu sintering membran keramik 1100°C, 1200°C, dan 1300°C
adalah 1100 MPN/100 ml (0%) , 460 MPN/100 ml (60%) dan 210 MPN/100 ml (81,74%). Hasil uji
Kruskall Wallis menunjukkan P value 0,000 < α (0,05) artinya terdapat pengaruh variasi suhu sintering
membran keramik dalam penurunan kandungan bakteri Coliform pada air bersih. Suhu sintering
membran keramik efektif dalam menurunkan kandungan bakteri Coliform pada air bersih adalah pada
suhu 1300°C.
Kata Kunci: Air bersih, filtrasi, membran keramik , coliform,
ABSTRACT
The clean water is a fundamental requirement for human life and gets top priority for its fulfillment.
Water requirements are not only related to quantity but also the quality so that not give the problems
to the environment and health. The successful application of membranes for the treatment of clean water
and seawater, makes membrane technology used as the choice of technology that enables it to have high
effectiveness and efficiency to obtain clean water criteria. The purpose of this study was to determine the
effect of variations in sintering temperature of 1100 ° C, 1200 ° C and 1300 ° C in decreasing the content
of Coliform bacteria in clean water using ceramic membrane. The results showed a reduction in the
content of Coliform bacteria at variations in ceramic membrane sintering temperature of 1100 ° C, 1200
° C, and 1300 ° C were 1100 MPN / 100 ml (0%), 460 MPN / 100 ml (60%) and 210 MPN / 100 ml (81.74%). Kruskall Wallis test results showed P value 0,000 <α (0.05) meaning that there was an
influence of temperature variation of the ceramic membrane sintering in decreasing the content of
Coliform bacteria in clean water. The sintering temperature of the ceramic membrane is effective in
reducing the content of Coliform bacteria in clean water at 1300 ° C.
Keywords: Clean water, filtration, ceramic membrane, coliform
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
EKSTRAKSI SILIKA DARI PASIR PANTAI BENGKULU
MENGGUNAKAN METODE FUSI ALKALI
SILICA EXTRACTION FROM BENGKULU BEACH
USING THE ALKALI FUSION METHOD
Diana Rakhmawaty Eddy1, M. Diki Permana1, Soraya Nur Ishmah1,
Iwan Hastiawan1, M. Lutfi Firdaus2
1Departemen Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat 45363, Indonesia 2Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu
Jl. W.R. Supratman Kandang Limun, Bengkulu 38371, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Silika merupakan salah satu mineral yang potensial untuk dikembangkan dan diaplikasikan
dalam berbagai bidang industri. Silika dengan kemurnian tinggi dapat diperoleh dengan
memanfaatkan material alam seperti pasir pantai. Pada penelitian ini digunakan metode
ekstraksi padat-cair (leaching) dalam tiga tahapan utama dengan prekursor pasir pantai
Bengkulu yang direaksikan dengan NaOH (fusi alkali) pada suhu 95°C sehingga membentuk
Na2SiO3, pembentukan Si(OH)4 dengan penambahan HCl, dan pengeringan silika gel menjadi
SiO2. Berdasarkan hasil analisis kandungan awal pada pasir Bengkulu diketahui silika yang
terkandung sebanyak 69,87% dan beberapa senyawa lain dengan presentase yang lebih rendah.
Silika hasil ekstraksi selanjutnya dikarakterisasi menggunakan XRF dan diperoleh peningkatan
kemurnian menjadi 97,3%. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan silika yang terbentuk berada
dalam fase amorf. Ikatan Si-O-Si dan Si-O yang merupakan karakteristik dari SiO2
teridentifikasi pada spektrum FT-IR dengan pita serapan khas masing-masing sebesar 798,8
cm-1 dan 475,1 cm-1.
Kata kunci: fusi alkali, pasir silika, padat-cair, SiO2
ABSTRACT
Silica is one of the potential minerals to be developed and applied in various industrial fields.
High purity silica can be obtained by utilizing natural materials such as beach sand. In this
study solid-liquid extraction (leaching) method was used in three main stages with Bengkulu
sand beach precursors reacted with NaOH (alkali fusion) at a temperature of 95 ° C to form
Na2SiO3, Si(OH)4 formation with HCl addition, and drying silica gel becomes SiO2. Based on
the results of the initial content analysis in Bengkulu sand, it was found that silica contained as
much as 69.87% and several other compounds with a lower percentage. The extracted silica
was then characterized using XRF and an increase in purity to 97.3% was obtained. The XRD
characterization results showed that the silica formed was in the amorphous phase. Si-O-Si
and Si-O bonds which are characteristics of SiO2 were identified in the FT-IR spectrum with
typical absorption bands of 798.8 cm-1 and 475.1 cm-1, respectively.
Key words : alkali fusion, silica sand, solid-liquid, SiO2
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
STUDI PENAMBAHAN REDUCED GRAPHENE OXIDE TERHADAP
KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KUAT LENTUR
GEOPOLIMER BERBASIS METAKAOLIN
STUDY OF REDUCED GRAPHENE OXIDE ADDITION ON ELECTRICAL
CONDUCTIVITY AND FLEXURAL STRENGTH OF METAKAOLIN BASED
GEOPOLYMER
Elsy Rahimi Chalduna, Andrie Harmajib, Nindya Kirana Prabaswarib, Lina Nur Listiyowatic, Achmad Subhand, Syoni Soepriyantob
aLoka Penelitian Teknologi Bersih, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung, Indonesia bTeknik Metalurgi, Fakultas Teknik dan Desain, Institut Teknologi dan Sains Bandung, Indonesia
cPusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung, Indonesia
dPusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pada tahun 2025, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan berkontribusi 30% dalam baruan energi
nasional. PLTU Suralaya memproduksi 1.750.000 kg sisa pembakaran batubara (Fly Ash). Indonesia
juga tercatat sebagai negara penghasil Kaolin ke – 5 di dunia. Salah satu pemanfaatan Fly ash dan Kaolin
adalah prekursor Geopolimer. Salah satu kelemahan dari Geopolimer adalah sifatnya yang getas, khususnya kuat lentur yang rendah. Dalam penelitian ini telah disintesis Komposit Geopolimer
berpenguat reduced Graphene Oxide (rGO) yang didapat melalui Metode Hummers. Material ini
merupakan opsi pengganti Graphene karena sifat rGO lebih mudah diproduksi dalam jumlah besar.
Secara teori, rGO diharapkan dapat meningkatkan kuat lentur dan konduktivitas listrik dari Geopolimer.
Komposisi rGO yang digunakan bervariasi dari 0-1 wt%. Geopolimer beserta penyusunnya
dikarakterisasi dengan uji Three Point Bending, EIS, SEM, FTIR, XRD, dan XRF. Geopolimer berbasis
Fly Ash memiliki kuat lentur 5,2 MPa pada komposisi 0,5 wt% rGO, sedangkan Geopolimer berbasis
Metakaolin dengan penambahan 0,25% rGO mengasilkan kuat lentur paling tinggi 5,53 MPa. Frekuensi
100.000 Hz cenderung memfasilitasi konduktivitas listrik yang lebih besar, pada Geopolimer berbasis
Fly Ash didapati konduktivitas listrik sebesar 5,08 x 10-3 S/m, sedangkan untuk Geopolimer berbasis
Metakaolin konduktivitas listriknya lebih tinggi yaitu 1,01 x 10-1 S/m.
Kata kunci: Geopolimer, Fly Ash, Metakaolin, Kuat Lentur, Konduktivitas Listrik
ABSTRACT
In 2025, Steam Generated Power Plant (PLTU) will contribute 30% of national energy supplies. PLTU
Suralaya produces 1,750,000 kg of coal combustion (Fly Ash). Indonesia is also listed as the 5th Kaolin
producer in the world. One of the uses of Fly ash and Kaolin is the precursor of Geopolymer. One of the
Drawback of using this material is the brittle nature, especially its low flexural strength. In this research,
reduced Graphene Oxide (rGO) obtanined throught Hummers Method. This material is a substitute
option for Graphene because the nature of rGO is easier to produce in large quantities. In theory, it is
expected that rGO can increase the flexural strength and electrical conductivity of Geopolymer. The
rGO composition used varies from 0-1 wt%. Geopolymer and their constituents were characterized by
the Three Point Bending, EIS, SEM, FTIR, XRD, and XRF tests. Fly Ash-based geopolymers have a
flexural strength of 5.2 MPa at a composition of 0.5 wt% rGO, while Metakaolin-based Geopolymers with an addition of 0.25% rGO produce the highest flexural strength of 5.53 MPa. A frequency of 100,000
Hz tends to facilitate greater electrical conductivity, on Fly Ash-based Geopolymers found electrical
conductivity of 5.08 x 10-3 S / m, while for Metakaolin-based Geopolymers the electrical conductivity is
higher ie 1.01 x 10-1 S / m.
Keywords: Geopolymer, Fly Ash, Metakaolin, Flexural Strength, Electrical Conductivity
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
DOPING MAGNESIUM PADA HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR
CANGKANG TELUR AYAM YANG BERPOTENSI SEBAGAI BAHAN
TAMBAL GIGI
MAGNESIUM DOPING ON HYDROXYAPATITE BASED ON CHICKEN EGG
CHOPPING POTENTIAL AS A DENTAL ADDITION MATERIAL
Atiek Rostika Noviyantia, Elsyafahriza Risky
a, Iman Rahayu
a
a Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung-Sumedang KM-21, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat
Email : [email protected]
ABSTRAK
Biomaterial banyak digunakan pada bidang medis karena biasanya tidak beracun dan
biokompatibel. Hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) adalah salah satu biomaterial untuk
perbaikan jaringan tulang dan gigi . Namun, sifat mekaniknya yang rendah, maka doping logam
magnesium pada strukturnya dilakukan untuk meningkatkan sifat fisiknya. Komposit
Hidroksiapatit-Mg disintesis dengan metode hidrotermal pada 90C selama 24 jam, kemudian
disintering pada suhu 1000C dengan kenaikan 5 per menit. Struktur dan morfologi
hidroksiapatit dikarakterisasi dengan XRD, FTIR dan SEM, sementara sifat mekaniknya diuji
sifat kekerasannya. Doping logam Mg pada hidroksiapatit berpengaruh pada pembentukan fase
sekunder yaitu whitlockite. Semakin tinggi konsentrasi doping Mg, semakin tinggi sifat
kekerasan kompositnya. Nilai kekerasan komposit Hidroksi-Mg tertinggi adalah 88,7HV.
Kata Kunci: hidroksiapatit, hidrotermal, magnesium, whitlockite
ABSTRACT
Biomaterials are widely used in the medical field because they are usually non-toxic and
biocompatible. Hydroxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2 is one of the biomaterials for repairing bone
and tooth tissue. However, its mechanical properties are low, so doping magnesium metal in
its structure is done to improve its physical properties. Hydroxyapatite-Mg composites were
synthesized by the hydrothermal method at 90C for 24 hours, then sintered at 1000C with an
increase of 5 kenaikan per minute. The structure and morphology of hydroxyapatite were
characterized by XRD, FTIR and SEM, while the mechanical properties were tested for their
hardness. Mg metal doping in hydroxyapatite affects the formation of secondary phases, namely
whitlockite. The higher the Mg doping concentration, the higher the hardness of the composite.
The highest value of Hydroxy-Mg composite hardness is 88.7HV.
Keywords: hydroxyapatite, hydrothermal, magnesium, whitlockite
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PEMANFAATAN BAHAN BAKU LOKAL UNTUK PRODUK COR
SUBSTITUSI IMPOR PADA TEKNOLOGI INVESTMENT CASTING
THE USE OF LOCAL RAW MATERIALS FOR THE MANUFACTURING OF
IMPORT SUBSTITUTION CASTING PRODUCTS ON INVESTMENT CASTING
TECHNOLOGY Hafid Abdullah
a, Purbaja Adi Putra
a, Sri Bimo Pratomo
b
aBalai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung 40135
E-mail : [email protected] bDirektorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav.52-53 Jakarta 12950
ABSTRAK
Pemanfaatan bahan baku lokal untuk produk cor substitusi impor pada teknologi investment casting telah
dilakukan. Dibandingkan dengan proses pengecoran konvensional, investment casting memiliki
keunggulan yaitu dapat membuat produk cor yang rumit dan menghasilkan produk yang mendekati
ukuran akhir sehingga tidak memerlukan lagi proses permesinan. Tujuannya adalah sebagai salah satu
upaya mencari alternatif metode pembuatan produk cor berkualitas, yang mempunyai nilai tambah tinggi
dengan pemanfaatan bahan baku lokal yang tersedia di Indonesia sehingga dapat menurunkan biaya
produksi dan ketergantungan terhadap import bahan baku industri yang sangat mahal pada proses
investment casting. Metode pembuatan produk cor dengan proses investment casting, meliputi:
membuatan model, pembuatan cetakan, dewaxing, peleburan, penuangan, pembongkaran dan pengujian.
Teknologi investment casting telah berhasil diterapkan pada pembuatan rocker arm, impeler pompa dan
sudu turbin dengan pemanfaatan bahan baku lokal yaitu: epoxy resin sebagai pengganti pola logam, lilin
campuran paraffin dan damar selo untuk pola lilin dan pasir zirkon Bangka sebagai slurry coating untuk
cetakan keramik. Bahasan paper ini diharapkan menjadi contoh kasus pengembangan pembuatan produk
cor lainnya yang dibutuhkan Indonesia untuk industri: alat-alat kesehatan, peralatan pertanian, peralatan
tekstil, peralatan senjata, elektronik, otomotif dan komponen listrik dan lain sebagainya.
Kata kunci: pengecoran presisi, epoxy resin, lilin, pasir zirkon, cetakan keramik
ABSTRACT
The use of local raw materials for the manufacturing of import substitution casting products on
investment casting technology has been done. Compared to the conventional casting process, investment
casting has the advantage of being able to create a sophisticated casting product and produce a product
that is near net shape, so it is no need machining process. The objective is as an effort to find an
alternative method of making a quality casting product, has high added value with the utilization of local
raw materials which available in Indonesia so that it can reduce the cost of production and dependence
on imports of industrial raw materials which are very expensive in the investment casting process. The
method of making casting products with investment casting process, including: pattern making, mould
making, dewaxing, melting, pouring, finishing and testing. Investment casting technology has been
successfully applied to the manufacture of rocker arm, impeller pump and turbine blade with the
utilization of local raw materials ie: epoxy resin as a substitute for metal pattern, mixture wax of paraffin,
and celo resin for the pattern of wax and zircon sand of Bangka island as coating slurry for ceramic
mould. The discussion of this paper is expected to be a case of developing other casting products needed
by Indonesia for industry such as: medical equipment, agricultural equipment, textile equipment, gun
and small armaments, electronics, automotive and electrical components etc.
Keywords: investment casting, epoxy resin, wax pattern, zircon sand, ceramic mould
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
KOMPOSIT BIOMATERIAL HIDROKSIAPATIT-BIOCHAR DARI
CANGKANG TELUR AYAM DAN SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN
ION TEMBAGA DAN METILEN BIRU
BIOMATERIAL COMPOSITE OF HYDROCSIAPATIT-BIOCHAR FROM
CHICKEN EGG SHELL AND RICE HUSK AS ADSORBEN OF COPPER ION
AND BLUE METHYLENE
Hendri Setiawan, Umi F. Anindi, Dedek Y. Pulungan, Nur Akbar, Atiek R. Noviyanti*,
Solihudin
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Padjadjaran, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363, Sumedang
*penulis koresponden: [email protected]
ABSTRAK
Pertumbuhan aktivitas industri dan peningkatan penggunaan air telah menyebabkan pelepasan berbagai
polutan ke perairan, seperti metilen biru dan ion tembaga. Kadar berlebih metilen biru dan ion tembaga
pada perairan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
komposit hidroksiapatit-biochar dari cangkang telur ayam dan sekam padi serta kemampuan adsorpsinya
terhadap polutan anorganik (Cu(II)) dan polutan organik metilen biru. Hidroksiapatit disintesis dengan
mengkalsinasi cangkang telur ayam menjadi serbuk CaO yang kemudian ditambahkan (NH4)2HPO4.
Kemudian disintesis dengan biochar dari sekam padi. Kemampuan uji adsorpsi dilakukan dengan
membuat variasi waktu dan konsentrasi awal larutan logam dan metilen biru. Berdasarkan hasil
penelitian, komposit HA-biochar menunjukkan waktu kontak terbaik untuk metilen biru dan ion tembaga
masing masing 50 dan 30 menit. Uji terhadap variasi konsentrasi awal metilen biru, sebanyak 12,79 ppm
dapat teradsorpsi dengan dengan konsentrasi yang sisa yaitu 1,15 ppm. Sementara pada ion tembaga,
kemampuan adsorpsi komposit HA-biochar meningkat ketika konsentrasi sampel semakin besar.
Sehingga ada kemungkinan komposit HA-biochar dapat mengadsorpsi ion tembaga lebih baik dengan
konsentrasi yang tinggi .Sehingga kapasitas adsorbsi komposit HA-biochar dapat digolongkan tinggi.
Kata Kunci: hidroksiapatit, biochar, ion tembaga, metilen biru
ABSTRACT
Growth in industrial activity and increased use of water have led to the release of various pollutants
into the waters, such as methylene blue and copper ions. Excess levels of methylene blue and copper
ions in the waters can cause ecosystem damage. This study aims to obtain hydroxyapatite-biochar
composites from chicken egg shells and rice husks and their adsorption ability to inorganic pollutants
(Cu (II)) and organic pollutant methylene blue. Hydroxyapatite is synthesized by calcining chicken
eggshells into CaO powder which is then added (NH4)2HPO4. Then it is synthesized with biochar from
rice husk. The ability of the adsorption test is carried out by varying the time and initial concentration
of the metal solution and methylene blue. Based on the results of the study, HA-biochar composites
showed the best contact time for methylene blue and copper ions 50 and 30 minutes respectively. Tests
for variations in the initial concentration of methylene blue, as much as 12.79 ppm can be adsorbed
with the remaining concentration of 1.15 ppm. While in copper ions, the ability of HA-biochar composite
adsorption increases when the sample concentration increases. So there is a possibility that HA-biochar
composites can adsorb copper ions better with high concentrations. So that the adsorption capacity of
HA-biochar composites can be classified as high.
Keywords: hydroxyapatite, biochar, copper ion, methylene blue
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0” eL Royale
Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PENGARUH JENIS BASA PENGENDAP DAN WAKTU PELAPISAN
TERHADAP SIFAT HIDROFILIK UBIN KERAMIK ANTIMIKROBA
EFFECTS OF SETTLER BASE AND COATING TIME ON HYDROPHILIC PROPERTIES
ANTIMICROBE CERAMIC TILE
Irna Rosmayanti, Rizky Berliana W dan Eneng Maryani
Balai Besar Keramik, JL. Jendral Ahmad Yani No 392 Bandung 40272
Telp (022) 7206221 email : [email protected]
ABSTRAK
Glasir antimikroba digunakan untuk kebutuhan sanitasi dalam lingkungan khusus seperti rumah
sakit atau sekolah. Sifat antimikroba terjadi karena adanya aktivitas fotokatalitik material anorganik TiO2
yang akan menyebabkan suatu permukaan bersifat hidrofilik, yaitu apabila nilai sudut kontak < 65o. Pada
penelitian ini dilakukan pelapisan ubin poles menggunakan material TiO2 yang telah dipreparasi melalui
proses pelarutan dalam asam sulfat dilanjutkan pembentukan gel dengan penambahan 2 jenis basa yaitu
amonia dan amonium bikarbonat. Gel TiO2 yang terbentuk didispersikan dalam aquadest kemudian
dilapiskan pada permukaan ubin dengan cara perendaman (dip coating) dengan variasi waktu pengendapan
3 jam, 6 jam dan 53 jam. Berdasarkan hasil uji ANOVA, jenis basa dan waktu pelapisan berpengaruh pada
sudut kontak yang dihasilkan. Ubin yang dilapisi TiO2 dari basa ammonium bikarbonat menghasilkan
permukaan yang bersifat lebih hidrofilik. Semakin lama waktu pelapisan membuat ubin semakin bersifat
hidrofilik.
Kata kunci : ubin keramik, TiO2, hidrofilik, sudut kontak, basa pengendap, pelapisan.
ABSTRACT
Antimicrobial glaze is used for sanitation needs in special environments such as hospitals or schools.
Antimicrobial properties of TiO2 involve photocatalytic activity on inorganic material. A hydrophilic
surface, with contact angle value <65o, is resulted by those activity. In this study, polished tile coating was
done using TiO2 material which had been prepared through a dissolving process in sulfuric acid followed
by gel formation with addition of 2 types of alkali, ammonia and ammonium bicarbonate. The TiO2 gel
formed was dispersed in aquadest and then coated on the surface of the tile by dip coating with various
deposition time (3 hours, 6 hours and 53 hours). ANOVA test results represent that both main effect of alkali
type and coating time, and interaction effect of these variable produce significant effects on contact angles.
Addition of ammonium bicarbonate produce better hydrophilic surface on the tile than addition of ammonia.
The longer coating time will increase hydrophilic characteristic of the surface.
Keywords : ceramic tile, TiO2, hydrophilic, contact angle, alkali, coating
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0” eL Royale
Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
ADSORPSI METILEN BIRU DENGAN REDUCED GRAPHENE OXIDE (RGO) DARI
AMPAS TAHU: STUDI KINETIKA DAN KESETIMBANGAN
ADSORPTION OF METHYLENE BLUE ONTO REDUCED GRAPHENE OXIDE (RGO) FROM
TOFU RESIDUE: KINETICS AND EQUILIBRIUM STUDIES
Muhamad Diki Permanaa, Diana Rakhmawaty Eddy
a, Ahmad Nabiel
a,
Amalia Septiania dan Elsy Rahimi Chaldun
b
aDepartemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21, Jatinangor, Sumedang, Indonesia bLoka Penelitian Teknologi Bersih, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Cisitu, Sangkuriang, Bandung, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pembuangan zat warna ke aliran air dan sungai dari industri menimbulkan masalah besar, karena zat pewarna
memberikan toksisitas yang dapat merusak lingkungan. Ketersediaan air bersih masih menjadi masalah yang
signifikan. Sebagian besar, sumber air bersih telah tercemar oleh senyawa organik seperti metilen biru dari sumber
industri. Salah satu solusi utama untuk tantangan ini adalah pemurnian air. Dalam penelitian ini, ampas tahu dipilih
sebagai bahan dasar untuk pembuatan reduced graphene oxide (rGO), yang disiapkan menggunakan metode Hummers
yang dimodifikasi. Karakteristik rGO Scannig Electron Microscopy (SEM). Faktor efek waktu kontak dan dosis pada
adsorpsi metilen biru pada rGO diselidiki. Hasil SEM menunjukkan bahwa rGO terbentuk lembaran. Proses adsorpsi
berlangsung cepat dalam 15 menit pertama. Kesetimbangan adsorpsi model Langmuir dan Freundlich menggambarkan
data kesetimbangan yang memadai. Analisis kinetik menunjukkan bahwa adsorpsi terjadi secara cepat dan dapat
dijelaskan oleh model pseudo-orde kedua. Kapasitas adsorpsi dari metilen biru dengan rGO dari model Langmuir
adalah 94,755 mg g-1.
Kata Kunci: adsorpsi, reduced graphene oxide (rGO), metilen biru, ampas tahu
ABSTRACT
Disposal of dyes into water and river from industries poses a major problem, since dyes has toxicity that may damage
environment. Availability of clean water have still a significant problem, most of it have been polluted by organic dyes
such as methylene blue form industrial sources. One of the main solution for this challenge is water purification. In
respect to that, tofu residue was chosen as the base material for reduced Graphene Oxide (rGO) production using
modified Hummer’s method. The synthesized rGO was characterized by Scanning Electron Microscopy (SEM). The
rGO also introduced to methylene blue, the effect factor of contact time and dosage on the adsorption properties also
investigated. SEM results show that rGO forming sheets. The adsorption process was rapid in the first 15 minutes. The
equilibrium adsorption model of Langmuir and Freundlich assesses adequate equilibrium data. Kinetic analysis shows
that adsorption is carried out quickly and can be requested by the pseudo-second order model. The adsorption capacity
of these compound from the Langmuir model was 94.755 mg g-1.
Keywords: adsorption, reduced graphene oxide (rGO), methylene blue, tofu reside
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0” eL Royale
Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PENINGKATAN KUALITAS PASIR ZIRKON ALAM KALIMANTAN SEBAGAI MATERIAL
OPACIFIER GRADE PREMIUM
IMPROVING QUALITY OF NATURAL ZIRCON SAND KALIMANTAN AS A MATERIAL
OPACIFIER GRADE PREMIUM
Kristanto Wahyudi, M. Syaifun Nizar, Naili Sofiyaningsih, Rifki Septawendar
Balai Besar Keramik, Jalan Jenderal Ahmad Yani 392 Bandung, 40272
Telp. 022-7206221, 7206296 Fax. 022-7205322 E-Mail: [email protected]
ABSTRAK
Zirkonium silikat (ZrSiO4) banyak digunakan sebagai opacifier untuk produk keramik seperti ubin,
tableware, dan produk saniter. Salah satu persyaratan ZrSiO4 opacifier adalah kadar ZrO2 harus mencapai
>60%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas zirkonium silikat alam sehingga dapat
memenuhi persyaratan sebagai material opacifier. ZrSiO4 opacifier diperoleh dari bahan baku pasir zirkon
alam Kalimantan melalui proses fusi-hidrolisa. Proses fusi-hidrolisa dilakukan dengan mereaksikan pasir
zirkon direaksikan dengan natrium karbonat pada perbandingan berat 1:2 ; 1:1; 2:1 dan dibakar pada
suhu 1000⁰C. Sedangkan proses pelarutan dilakukan dengan mereaksikan hasil proses kalsinasi dengan
asam sulfat encer. Setelah melalui proses tersebut, diperoleh kadar ZrO2 mengalami peningkatan dari
39,37% menjadi 48,62% - 66,37%.
Kata kunci : zirkonium silikat, opacifier, fusi, hidrolisa
ABSTRACT
Zirconium silicate (ZrSiO4) is widely used as an opacifier for ceramic products such as tile, tableware,
sanitaryware. Opacifier material must have at least >60%. Of zircon. The purpose of this research is to
improve natural zircon sand to achieve opacifier material grade. Opacifier ZrSiO4 was obtained from
Kalimantan natural zircon sand which reacted with sodium carbonate with a weight ratio of 1:2; 1:1; 2:1
and calcined at 1000⁰C. Calcined samples are hydrolyzed with dilute sulfuric acid. The final product of
the process increased the ZrO2 content from 39,37% to 48,62% - 66,37%.
Keywords: zirconium silicate, opacifier, fuse, hydrolysis
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0” eL Royale
Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
APLIKASI PERBAIKAN DALAM KEADAAN PANAS UNTUK PENGUAT
REFRAKTORI TUNGKU DASAR OKSIGEN
HOT STATE REPAIR APPLICATION FOR BASIC OXYGEN FURNACE (BOF)
REFRACTORY REINFORCEMENT
Rendy Oktavian Priadi
PT. Krakatau Posco, Cilegon – Banten, Indonesia
ABSTRAK
Krakatau Posco adalah Produsen baja Indonesia kelas dunia yang mengimplementasikan sistem
pembuatan baja terpadu secara satu jalur. Setiap proses erat kaitannya dengan proses lainnya dan setiap
fasilitas sangatlah penting untuk produksi baja. Salah satu fasilitas yang paling penting adalah tanur oksigen
basa karena memiliki fungsi untuk mengubah besi cair murni menjadi baja cair. Proses pengubahan besi
cair menjadi baja cair mengakibatkan kerusakan parah terhadap refraktori, terutama sering terjadi di zona
charging dan zona trunion yang mejadi hambatan pada proses pembuatan baja. Meningkatkan Umur pakai
refraktori tanur oksigen basa merupakan hal krusial untuk pengurangan biaya dan kesetabilan produksi baja.
Material Penguatan diterapkan pada kondisi panas dengan menambahkan material kneader dan material
spray. Metode ini dapat meningkatkan umur pakai dari Index 100 menjadi 180 (naik 80%) dan pengurangan
biaya lebih dari 16,2 Juta USD per tahun
Kata-kata kunci: perbaikan kondisi panas,pembuaatan baja, penguatan, tanur oksigen basa,
pengurangan biaya
ABSTRACT
Krakatau Posco is Indonesia world class steel producer which utilize integrated Steelmill - Single line
system. One of the most substantial facility for steel production is Basic Oxygen Furnace due to its function
to convert virgin molten iron to become molten steel. Converting process made severe refractory damage
which mostly happen at Charging area and Trunion area. Enhancing lifetime of Basic Oxygen Furnace
refractory has become crucial to reduce cost and to sustain stable production. Reinforcement has been
applied in hot state by adding kneader material and spray material. This method can prolong Basic Oxygen
Furnace refractory lifetime index from 100 to be more than 180 (80% Increased) and reduce cost USD 16.2
M per year.
Keywords: hot state repair, steel making, reinforcement, Basic Oxygen Furnace, cost reduction
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
TEKNOLOGI REFRAKTORI PADA REHEATING FURNACE
PABRIK BAJA LEMBARAN PANAS #2 PT KRAKATAU STEEL
REFRACTORY TECHNOLOGY OF HOT STRIP MILL #2 REHEATING FURNACE
AT PT Krakatau Steel
Yudhia, Taufik Ramuli
b, Sudarwanto
c
a b c PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Jl. Industri No. 5 P.O Box 14,Cilegon Banten 42435 Indonesia
Email : [email protected], [email protected]
ABSTRAK
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. membangun sebuah fasilitas pabrik baru yang dinamai dengan Hot
Strip Mill #2, ini adalah pengembangan dari Hot Strip Mill #1 milik PT Krakatau Steel dengan kapasitas
awal 1,5 juta ton/tahun pada tahap pertama dan akan meningkat menjadi 4 juta ton pertahun dimasa yang
akan datang. Hot Strip Mill #2 akan menjadi pabrik roling panas yang memiliki teknologi paling maju di
Indonesia karena akan menghasilkan produk baja kelas otomotif dan kelas penting lainnya (baja 2 fasa).
Peralatan yang nantinya akan dipasang pada tahap pertama adalah 1 Walking Beam Furnace, 1 Roughing
Mill Stand, 6 Finishing Mill Stand, and 1 Down Coiler. Pada tahap selanjutnya, pabrik ini akan dilengkapi
dengan Walking Beam Furnace 2 dan 3, Finishing Mill Stand ke 7, Down Coiler 2 dan 3. Salah satu
peralatan penting dalam proses rolling adalah furnace, dimana hal tersebut menjadi salah satu parameter
untuk mencapai kapasitas target produksi, selain itu penggunaan energi terbesar dalam proses rolling
juga terdapat pada equipment ini. Semua orang mengetahui bahwa faktor energi sangat ditentukan dari
nilai efisiensi, dimana faktor ini disebabkan oleh besar kecilnya heat loss. Ada banyak faktor yang
menentukan heat loss pada furnace, salah satu yang terbesar adalah refractory.
Kata Kunci: Hot Strip Mill #2, Walking Beam Furnace, Refractory
ABSTRACT
PT Krakatau Steel (PTKS) build new line facility which known as Hot Strip Mill #2 (HSM #2), this is
the development of HSM #1 PTKS with a capacity of 1,5 million tons per year at the first stage and will
be extended 4 million tons per year for the future stage. HSM #2 will be the most advanced technology
of hot rolling mill in Indonesia since this plant will be producing automotive grade and other critical
steel grades (such as dual phase steel grade). The main equipment which will be installed for the first
stage of HSM #2 are 1 Walking Beam Furnace, 1 Roughing Mill Stand, 6 Finishing Mill Stand, and 1
Down Coiler. At the future stage, the facility will be completed with 2nd & 3rd Walking Beam Furnace,
7th Finishing Mill Stand, 2nd & 3rd Down Coiler. One of the important equipment in the rolling process
is the furnace, where it is one of the parameters to achieve the target production capacity, besides that
the biggest energy use in the rolling process is also found in this equipment. Everyone knows that the
energy factor is determined by the value of efficiency, where this factor is caused by the size of the heat
loss. There are many factors that determine the heat loss in a furnace, one of the biggest is the refractory.
Keywords: Hot Strip Mill #2, Walking Beam Furnace, Refractory
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PENENTUAN KADAR LOGAM OKSIDA PADA BENTONIT
MENGGUNAKAN ENERGY DISPERSIVE X-RAY SPECTROSCOPY (EDX)
DENGAN TIGA JENIS PREPARASI SAMPEL
DETERMINATION OF OXIDE METAL CONTENT IN BENTONITE USING
ENERGY DISPERSIVE X-RAY SPECTROSCOPY (EDX) WITH THREE TYPE OF
SAMPLE PREPARATION
Synta Mutiara B.W.a, Nurhidayatib, Kristanto Wahyudib aDepartemen Kimia, FMIPA, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH, Semarang, Indonesia
bBalai Besar Keramik Jl. Jend. A. Yani 392, Bandung, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang banyak terdapat di Indonesia dan memiliki
komposisi kimia yang sangat bervariasi. Salah satu cara untuk mengetahui kadar logam oksida
pada bentonit seperti SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, K2O dan TiO2 secara kualitatif dan kuantitatif
adalah dengan menggunakan energy dispersive x-ray spectroscopy (EDX). Sampel bentonit
dipreparasi dengan cara serbuk, press dan vakum. Analisis statistik MANOVA dilakukan untuk
mengetahui pengaruh jenis preparasi sampel uji terhadap kadar SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, K2O
dan TiO2. Uji normalitas dengan Saphiro-Wilk dan Q-Q Plot menunjukkan bahwa data
terdistribusi normal multivariat. Secara keseluruhan, terdapat pengaruh dari jenis preparasi
sampel bentonit terhadap kadar SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, K2O dan TiO2.
Kata Kunci: bentonit, EDX, preparasi sampel, kadar logam oksida, MANOVA
ABSTRACT
Bentonite is a type of clay that is widely available in Indonesia and has a very varied chemical
composition. One way to determine the levels of metal oxides in bentonite such as SiO2, Al2O3,
CaO, Fe2O3, K2O and TiO2 qualitatively and quantitatively is to use energy dispersive x-ray
spectroscopy (EDX). Bentonite samples were prepared by means of powder, press and vacuum.
Statistical analysis of MANOVA was carried out to determine the effect of the type of test sample
preparation on levels of SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, K2O and TiO2. Normality test with Saphiro-
Wilk and Q-Q plot shows that the data is normally distributed multivariate. Overall, there is an
influence of the type of bentonite sample preparation on the levels of SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3,
K2O and TiO2.
Keywords: bentonite, EDX, sample preparation, levels of metal oxides, MANOVA
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
KARAKTERISTIK BATU KAPUR LOKASI KOLAKA
BERDASARKAN SYARAT MUTU BATU KAPUR UNTUK
PEMBUATAN KERAMIK HALUS
CHARACTERISTICS OF KOLAKA LIMESTONE
BASED ON REQUIREMENTS OF LIMESTONE QUALITY FOR
MANUFACTURING FINE CERAMICS
Wahyu Garinas
Peneliti Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral (PTPSM)
Deputi TPSA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
([email protected],[email protected] )
ABSTRAK
Sampel uji didapatkan dari 3 lokasi di daerah Kolaka - Sulawesi Tenggara.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik batu kapur untuk
bahan campuran keramik halus. Kemurnian kapur berdasarkan standar syarat baku BGS
(British Geological Standard) menunjukkan bahwa sampel I dan III kemurniannya rendah(low
purity), sampel II termasuk batu kapur yang impure. Karakteristik batu kapur untuk bahan baku
keramik halus (SII-1279-1985) menunjukkan bahwa semua sampel belum memenuhi standar.
Untuk sampel I hanya kadar SiO2 yang memenuhi standar dan semua sampel tidak memenuhi
standar Fe2O3 yang dan CaO. Untuk memanfaatkannya sebagai bahan mentah industri
keramik, maka perlu dilakukan usaha benefiasi untuk menurunkan kadar SO3, Fe2O3 dan
meningkatkan kadar CaO, sehingga syarat mutu kapur sebagai bahan mentah keramik halus
dapat lebih terpenuhi.
Kata kunci : Batu kapur Kolaka, pengujian, standar, karakteristik batu kapur.
ABSTRACT
Test samples were obtained from 3 locations in the Kolaka region - Southeast Sulawesi. This
research was conducted to obtain information about the characteristics of limestone for fine
ceramic mixtures. Lime purity based on BGS (British Geological Standard) standard conditions
shows that sample I and III are low purity, while sample II is included as impure limestone.
The characteristics of limestone for fine ceramic raw material (SII-1279-1985) shows that all
samples do not meet the standards. For sample I only SiO2 levels met the standard and all
samples did not meet the Fe2O3 and CaO standards. To use it as a raw material for the ceramic
industry, it is necessary to make a beneficiation for reducing levels of SO3 and Fe2O3 also
increasing CaO levels, so that the quality requirements of lime as a fine ceramic raw material
can be more fulfilled.
Keywords: Kolaka Limestone, BGS and SII standard, utilization of clay.
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR PB DAN CD TERLARUT
PADA VIAL UNTUK OBAT SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ATOMIC
ABSORPTION SPECTROSCOPY (AAS)
DEVELOPMENT OF DETERMINATION METHOD OF LEAD AND CADMIUM RELEASE ON VIAL
FOR PARENTERAL DRUG USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY (AAS)
Hendra Kustiawan, Nurhidayati, Kristanto Wahyudi
Balai Besar Keramik
Jl. Jend. A. Yani 392, Bandung, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Selama bertahun-tahun, vial gelas telah digunakan sebagai pilihan utama bagi kemasan parenteral. Vial
gelas untuk obat suntik merupakan wadah dari pipa gelas borosilikat atau soda kapur silikat yang telah
mengalami perlakuan khusus, digunakan untuk menyimpan dan melindungi obat suntik. Namun vial
gelas yang dipakai di industri farmasi tidak dapat dianggap sepenuhnya inert. Pengujian vial secara
umum adalah ketahanan hidrolitik; ketahanan alkali; ketahanan asam; analisa bahan kontak dengan
makanan; uji farmakope; analisa komposisi; standar industri gelas kontainer; dan pelepasan logam berat.
Pada penelitian kali ini dilakukan pengembangan metode penentuan kadar Pb dan Cd terlarut
menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Standar uji logam berat yang digunakan adalah
SNI ISO 6486-1:2011, dengan variasi preparasi non autoklaf dan autoklaf. Seluruh hasil uji AAS dengan
dan tanpa autoklaf menunjukkan bahwa kadar Pb dan Cd berada di bawah ambang batas syarat mutu
sesuai SNI ISO 6486-2:2011. Kadar Pb rata-rata dengan dan tanpa autoklaf tidak berbeda jauh yaitu
sebesar 0,0554 mg/L dan 0,0530 mg/L sedangkan kadar Cd rata-rata menunjukkan perbedaan hasil yaitu
dengan autoklaf sebesar 11,625 µg/L dan non-autoklaf sebesar 8,583 µg/L. Nilai koefisien korelasi (r)
yang diperoleh untuk logam Pb dan Cd non-autoklaf secara berturut-turut adalah 0,9995 dan 1 . Nilai
koefisien korelasi (r) yang diperoleh untuk logam Pb dan Cd autoklaf secara berturut-turut adalah 0,9896
dan 0,9999. Instrumen AAS mempunyai kinerja yang baik seperti dapat dilihat pada nilai LoQ Pb dan
Cd. Perbedaan hasil uji AAS dengan autoklaf dan non-autoklaf kemungkinan berasal dari cara pencucian,
pengisian dan kondisi ruang autoklaf.
Kata Kunci : Vial, kadar Pb dan Cd, AAS, autoklaf
ABSTRACT
For years, glass vials have been used as the primary choice for parenteral packaging. Glass vials for
parenteral drugs are borosilicate or soda lime silicate glasses which have undergone special treatment,
used to store and protect parenteral drugs. However glass vials used in the pharmaceutical industry
cannot be considered fully inert. Vial testing in general are hydrolytic resistance; alkali resistance; acid
resistance; analysis of food contact materials; pharmacopoeia test; composition analysis; industrial
glass container standards; and release of heavy metals. In this study, the development of method for
determining the levels of Pb and Cd release using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) has been done.
Testing standard used is ISO 6486-1: 2011, with non-autoclave and autoclave preparations. All AAS test
results with and without autoclave show that the levels of Pb and Cd release were below the threshold
for quality requirements in accordance with ISO 6486-2: 2011. The average Pb level with and without
autoclave did not differ much, that is 0.0554 mg / L and 0.0530 mg / L, while the average Cd level showed
differences in results, with autoclaving of 11,625 µg / L and non-autoclaving of 8,583 µg / L. Correlation
coefficient (r) values obtained for Pb and Cd non-autoclave metals were 0.9995 and 1, respectively. The
correlation coefficient (r) values obtained for Pb and Cd metal autoclaves were 0.9896 and 0.9999,
respectively. AAS instruments have good performance as can be seen in the value of LoQ Pb and Cd.
The difference in AAS test results with autoclaves and non-autoclaves was likely to originate from the
washing, filling and chamber conditions of autoclave.
Keywords: Vial, Pb dan Cd release, AAS, autoclave
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
PENGARUH PENAMBAHAN BIOPOLIMER PADA GEOPOLIMER BERBASIS
FLY ASH TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH ST-37
THE EFFECT OF BIOPOLYMER ADDITION IN FLY ASH-BASED GEOPOLYMER ON
CORROSION RATE OF LOW CARBON STEEL ST-37
Yosia Azarya a, Lia Asria,*, Rifki Saptawendarb, Bambang Sunendarc
aProgram Studi Teknik Material, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia bDepartemen Keramik Mutakhir, Gelas dan Enamel, Balai Besar Keramik, Kementerian Perindustrian
Indonesia, Bandung 40272, Indonesia cLaboratorium Pemrosesan Material Maju, Program Studi Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Korosi merupakan masalah yang paling umum dalam penggunaan baja karbon rendah di industri.
Luasnya bidang penggunaan, sifat mekanis yang baik, serta harga yang murah menjadi alasan untuk tetap
menggunakan baja karbon rendah dibandingkan dengan stainless steel. Salah satu cara pencegahan
terjadinya korosi adalah dengan penggunakan coating yang berasal dari material inorganik. Geopolymer
berbasis fly ash berpotensi untuk digunakan sebagai coating pada baja karbon rendah, terlebih
ketersediaan fly ash yang melimpah di Indonesia. Selain itu nanoselulosa dan kitosan sebagai coupling
agent dapat dimanfaatkan sebagai paduan geopolimer untuk meningkatkan performa dari coating geopolimer yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan korosi dari geopolimer
sebagai pelapis baja karbon rendah serta pengaruh dari paduan terhadap ketahanan korosi. Fly ash yang
digunakan untuk prekursor geopolimer merupakan fly ash kelas F. Fly ash diaktivasi dengan larutan
aktivator alkali menghasilkan geopolimer, ditunjukkan oleh material yang mengalami setting dan uji X-
Ray Diffraction yang menunjukkan senyawa karakteristik geopolimer, yaitu Quartz dan Mullite.
Nanoselulosa disintesis dari sekam padi dengan metode hidrolisis asam. Ketahanan korosi ST-37 yang
dilapisis geopolimer dan paduannya diuji dengan metode imersi dan Electrochemical Impedance
Spectroscopy (EIS). Hasil pengujian imersi menunjukkan bahwa spesimen baja karbon rendah yang
dilapis dengan coating geopolimer dan paduannya tidak mengalami korosi namun terdapat fenomena
leaching larutan aktivator sisa yang tidak bereaksi sehingga nilai laju korosi yang didapatkan buruk
karena laju korosi didasarkan pada penghitungan berat yang hilang. Pada hasil pengujian korosi dengan EIS, baja karbon rendah ST-37 yang dilapisi dengan coating geopolimer memiliki laju korosi yang jauh
lebih rendah dibandingkan baja karbon rendah tanpa pelapisan. Penggunaan nanoselulosa pada coating
geopolimer menurunkan jumlah porositas yang terlihat pada hasil SEM. Bedasarkan pengujian korosi
pada larutan artificial brine, maka dapat disimpulkan penggunaan kitosan pada coating geopolimer
memiliki hasil yang paling baik dalam meningkatkan ketahanan korosi baja karbon rendah ST-37.
Kata Kunci: Coating, Geopolimer, Fly Ash, Korosi, Kitosan, Nanoselulosa
ABSTRACT
Corrosion is the most common problem in the use of low carbon steel in the industry. The wide field of
use, good mechanical properties, and low prices are the reasons for continuing to use low carbon steel
compared to stainless steel. One way to prevent corrosion is to use a coating derived from inorganic
material. Fly ash-based geopolymer has the potential to be used as a coating on low carbon steel,
especially the abundant availability of fly ash in Indonesia. In addition, nanocellulose and chitosan as a coupling agent can be used as geopolymer alloys to improve the performance of the resulting geopolymer
coating. This study aims to determine the corrosion resistance of geopolymers as low carbon steel
coatings and the effect of alloys on corrosion resistance. From the results of X-Ray Fluorescence
characterization, it can be concluded that the fly ash used for geopolymer precursors is class F fly ash.
Fly ash is activated by an alkaline activator solution to produce geopolymers, shown by the material
undergoing setting and X-Ray Diffraction test that shows geopolymer characteristic compounds, namely
Quartz and Mullite. Nanocellulose is synthesized from rice husks by acid hydrolysis method. The
corrosion resistance of ST-37 coated with geopolymer and its alloys was tested by using Immersion
Method and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Immersion test results show that low
carbon steel specimens coated with geopolymer coatings and alloys do not undergo corrosion but there
Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”
eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019
is a phenomenon of leaching residual activator solution that does not react so that the corrosion rate
values obtained are poor because the corrosion rate is based on calculating the weight loss. In the results
of corrosion testing with EIS, ST-37 low carbon steel coated with geopolymer coating has a much lower
corrosion rate than low carbon steel without coating. The use of nanocellulose in geopolymer coatings reduces the amount of porosity seen in SEM results. Based on corrosion testing on artificial brine
solutions, it can be concluded that the use of chitosan on geopolymer coatings has the best results in
increasing corrosion resistance of low carbon steel ST-37.
Keywords: Coating, Geopolymer, Corrosion, Fly Ash, Chitosan, Nanocellulose