Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Web viewBelum disahkannya perda yang mengatur...
Transcript of Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Web viewBelum disahkannya perda yang mengatur...
Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Haritage
“First Step to the World Heritage”
23 Sep 2013
Dalam rangka peringatan 100 tahun lembaga purbakala Indonesia, dari wilayah Kalimantan mengangkat potensi cagar budaya gua Karst Sangkulirang yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya untuk dijadikan warisan dunia. Sebagai tahap awal dari rencana tersebut, diadakan Seminar Internasional yang diadakan tanggal 23-29 September 2013 di Balikpapan, Kalimantan Timur dengan tema “Kawasan Cagar Alam dan Budaya Sangkulirang : Sebuah langkah awal menuju warisan dunia”.
Pada tanggal 23 September 2013 pukul 19.00 WITA diadakan “welcome party” berupa jamuan makan dan pertunjukan kesenian untuk menyambut kedatangan para peserta seminar di Ballroom Hotel Le Grandeur. Dalam acara ini mengundang para narasumber yang kompetitif. Acara tersebut dibuka dengan sambutan dari Kepala BPCB Samarinda sekaligus sebagai ketua penyelenggara seminar ini yaitu Drs. I Made Kusumajaya M.Si. Kepala BPCB Samarinda
menceritakan mengenai Sangkulirang yang berarti akan membangkitkan sejarah Kalimantan dan Sangkulirang akan menjadi cikal bakal budaya Melayu di seluruh Nusantara.
Sambutan kedua yaitu dari Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman yaitu Dr. Harry Widianto. Beliau menceritakan bahwa ide mengangkat Sangkulirang menjadi warisan dunia ini telah muncul dari Pak Made sejak satu tahun yang lalu dengan menjelaskan paparan mengenai Sangkulirang. Lalu diadakan penelitian di Sangkulirang dengan Pak Gunadi selama 2 minggu. Mendapatkan hasil yaitu di dalam Sangkulirang terdapat jejak manusia modern yang kita sebut dari Ras Mongoloid. Manusia yang mendiami goa Sangkulirang tersebut telah mendiami 2 Samudera yaitu Samudera Pasifik dan Hindia yang memperkenalkan mengenai pertanian, pembuatan gerabah dan lain-lain. Di dalam goa Sangkulirang tersebut terdapat banyak cap-cap tangan manusia yang diperkirakan sekitar 3500 tahun yang lalu.
Sambutan ketiga yaitu sambutan dari Walikota Balikpapan yang diwakili oleh Staf Ahli Pembangunan Kota Balikpapan. Beliau mejelaskan bahwa sangatlah penting untuk mengelola Budaya Sangkulirang untuk negara Indonesia. Karst Sangkulirang yang memiliki luas ±1,8 hektar adalah potensi budaya jaman dahulu kala. Dalam Sangkulirang terdapat tanda-tanda kehidupan manusia purba yaitu dengan ditemukannya cap-cap tangan manusia dan penggambaran mengenai binatang. Hal ini telah diteliti sejak tahun 1999 oleh pihak Indonesia yang bekerjasama dengan negara Perancis.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemutaran film mengenai perjalanan menuju Karst Sangkulirang dan paparan mengenai temuan dalam goa Sangkulirang tersebut dengan hasil cap-cap tangan manusia yang terletak di dinding goa. Acara “welcome party” ini ditutup dengan pertunjukan kesenian dari sanggar tari dinas pemuda olah raga dan pariwisata kota Balikpapan yaitu permainan alat musik serta tarian burung “Kulit Kulai” yang memiliki mitos dapat mengusir roh jahat.
Pembukaan Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural HeritagePembukaan acara Seminar Internasional pada tanggal 24 September 2013, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan iringan dirijen oleh Puteri Pariwisata Kalimantan 2012. Pembacaan Doa oleh Kepala Kantor Departemen Agama kecamatan Balikpapan Timur dan dilanjutkan dengan pembacaan laporan kegiatan seminar oleh Kepala BPCB Samarinda yaitu Drs. I Made Kusumajaya M.Si. Tujuan dari seminar ini yaitu menggali potensi dan pelestarian yang berkesinambungan mengenai kawasan cagar budaya karst sangkulirang. Selain itu, tujuan yang lainnya yaitu menjaga keseimbangan terhadap ekologi bumi. Seminar ini dihadiri oleh narasumber yang kompetitif dari UI, UGM, Unhas, ITB, dll. Dan dihadiri pula dari UNESCO dalam acara seminar ini.
Sambutan pertama yaitu dari Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman yaitu Dr. Harry Widianto beliau mejelaskan Keberadaan populasi dari Sangkulirang ini baru didata sekitar tahun 1996. Langkah awal ini merupakan dari Pak Made yang dilaporkan langsung ke Ibu Wamen, kemudian Ibu Wamen menyetujui maksud dan tujuan yang dipaparkan oleh Pak Harry sehingga diselenggarakanlah acara seminar internasional ini yang merupakan tahap awal untuk menjadikan karst Sangkulirang menjadi salah satu warisan dunia.
Walikota Balikpapan
Sambutan kedua yaitu dari Bapak HM. Rizal Effendi SE, selaku Walikota Balikpapan. Harapan dari beliau yaitu agar kita dapat menjaga pertahanan mengenai cagar budaya Sangkulirang dan agar sangkulirang dengan segera menjadi salah satu warisan dunia. Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau terbesar di dunia, dihuni oleh berbagai etnis dan sub etnis dengan berbagai tradisi yang melekat. Sudah saatnya Kalimantan memiliki karya budaya yang dapat diangkat menjadi warisan dunia, sebuah pulau yang besar yang tercatat menjadi salah satu wilayah lintas berbagai bangsa dimasa lalunya. Dan dilanjutkan dengan pemukulan gong oleh Bapak Walikota Balikpapan yang menjadi tanda dibuka nya acara Seminar Internasional ini didampingi oleh Kepala BPCB Samarinda, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman dan perwakilan dari UNESCO.
Pemukulan Gong tanda dibuka nya Seminar Internasional Sangkulirang
Kepala BPCB Samarinda, Perwakilan UNESCO, Walikota Balikpapan dan Direktur PCBM Kemendikbud
Acara pembukaan seminar ini ditutup dengan penampilan Tarian Suku Dayak Pedalaman pesona Sungai Mahakam.
Tarian suku dayak pedalaman
Kebijakan Pelestarian Alam dan BudayaSesi pertama dalam Seminar Internasional ini dengan tema “Kebijakan Pelestarian Alam dan Budaya” dengan narasumber Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman yaitu Dr. Harry Widianto dan didampingi moderator oleh Kepala BPCB Samarinda. Acara seminar ini dihadiri kurang lebih 250 peserta dari kalangan universitas, Dispora, Dinas Kehutanan, dan lain-lain. Sangkulirang merupakan cikal bakal populasi di Indonesia.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
Homo erectus bukanlah spesies yang berbeda dengan Homo sapiens, tetapi lebih merupakan satu ras dalam Homo sapiens.” Di lain pihak, ada celah besar antara Homo erectus, ras manusia, dan kera yang mendahului Homo erectus dalam skenario “evolusi manusia” (Australopithecus, Homo habilis, dan Homo rudolfensis). Ini berarti bahwa manusia pertama muncul dalam rekaman fosil secara tiba-tiba dan tanpa adanya sejarah evolusi yang mendahului.
Penyebab kepunahan homo erectus :
1. Meteor Rain (Australian tektite fall)2. Gunung merapi3. Perubahan Lingkungan
Penghuni manusia pertama goa yaitu berasal dari Australomelanesoid.
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut “berkulit kuning”, namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap. Nama “ras Mongoloid” diambil dari nama negara Mongolia dan diberikan oleh orang Eropa karena hubungan mereka dengan anggota ras ini, terutama dengan orang Mongolia.
Namun ironisnya dewasa ini setelah diteliti oleh para pakar, ternyata orang-orang Mongolia adalah anggota ras Mogoloid yang memiliki ciri-ciri khas utama yang paling sedikit.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
Ciri-ciri Ras Mongolid lainnya:
Masyarakat petani dan penjinak binatang. Mengembangkan gerabah dengan slip merah. Datang di Indonesia sekitar 4.000 tahun silam.
Fase pertama dari temuan penghuni sangkulirang (out of Taiwan theory) yaitu penghuni Sangkulirang berasal dari Taiwan melewati Palawan lalu ke Sangkulirang sekitar 3500 tahun yang lalu, kemudian dilanjutkan ke Samudera Pasifik. Sehingga penduduk Sangkulirang diperkirakan berasal dari Austronesia dan imigran taiwan.
Persiapan Menuju Warisan DuniaSesi kedua diangkat dengan Tema “Persiapan Menuju Warisan Dunia” yang dibawa langsung dari perwakilan UNESCO yaitu Masanori Nagaoka dimoderatori oleh Junus Satrio Atmodjo. Warisan Dunia (World Heritage) yang dicanangkan oleh UNESCO secara resmi dimulai sejak tahun 1972, yaitu sejak disahkannya konvensi tentang pelestarian warisan budaya dan alam.
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka
Secara umum, kesadaran dunia tentang pentingnya pelestarian warisan budaya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pada sekitar tahun 60an masyarakat dunia semakin peduli terhadap pelestarian warisan budaya.
Pada awalnya UNESCO mendorong negara-negara yang telah meratifikasi untuk mengajukan situsnya. Hingga saat ini telah terdaftar sebanyak 994 situs yang tersebar di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 8 warisan dunia (4 warisan budaya dan 4 warisan alam), jumlah ini tentu relatif sedikit karena Indonesia telah 24 tahun meratifikai konvensi, apalagi jika dibanding dengan negara-negara yang lain.
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka dimoderatori Junus Satrio Atmodjo
Secara umum, situs yang dapat diajukan sebagai warisan dunia adalah yang memiliki nilai universal luar biasa (Outstanding Universal Value). Nilai universal luar biasa tersebut memerlukan penjelasan agar tidak bersifat relatif dan subjektif. UNESCO menjabarkan mengenai Outstanding Universal Value(OUV) tersebut dalam kriteria-kriteria yang dijelaskan dalam Operational Guideline. Kriteria-kriteria yang digunakan sebanyak 10 kriteria yang terdiri dari 6 kriteria untuk budaya dan 4 kriteria untuk alam. Situs yang diajukan harus memenuhi minimal satu dari sepuluh kriteria tersebut. Selain kriteria OUV, pengajuan warisan dunia juga harus menjabarkan otentitas dan integritas dari situs.
Apabila Karst Sangkulirang ingin menjadi salah satu warisan dunia, maka harus benar-benar memastikan bahwa nilai dari cap-cap tangan atau yang lainnya terdapat di dalam goa Sangkulirang tersebut benar-benar memiliki nilai khusus dan memiliki arti. Dan juga harus membandingkan antara 2 obyek yang sejenis agar terlihat jelas perbedaan dan keunikannya dari Karst Sangkulirang tersebut.
Perwakilan UNESCO, Masanori Nagaoka dimoderatori Junus Satrio Atmodjo
Ada 8 langkah dalam mengajukan suatu obyek untuk menjadi Warisan Dunia :
1. Memastikan bahwa objek yang diusulkan sebagai warisan budaya dunia sudah terdaftar atau sudah masuk didalam tentative list UNESCO.
2. Terdapat pengesahan dari pemerintah pusat mengenai pengajuan obyek ini.3. Membentuk suatu tim khusus untuk meneliti obyek tersebut yang terdiri dari para
arkeolog, para ahli bidang biologi dan kimia, ahli sejarah, antropolog, perwakilan dari pemerintah pusat dan daerah dan yang terpenting yaitu media untuk dilibatkan dalam tim ini.
4. Mengumpulkan semua informasi yang penting yang terkait dengan obyek apa yang kita usulkan.
5. Mengidentifikasi lebih lanjut mengenai para Sumber Daya Manusia yang ahli dan mengarahkan dalam keuangan.
6. Membuat jadwal dan time line agar apa yang kita ingin ajukan ke UNESCO tertata rapi. Jangan terburu-buru dan jangan lupa terlalu lambat waktu pelaksanaannya.
7. Meyakinkan para partisipan dari stakeholders dalam pengajuan obyek menjadi warisan dunia.
8. Menulis pengusulan tersebut dalam 200 kata untuk diajukan ke UNESCO agar obyek tersebut menjadi salah satu warisan dunia.
Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Pengelolaan Cagar Alam dan BudayaKebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Pengelolaan Cagar Alam dan Budaya “Kawasan Karst Sangkulirang Mangkulihat” dalam hal ini disampaikan oleh Kepala BLH Kaltim dan Asisten Kesejahteraan Rakyat.
Kawasan Sangkulirang Mangkalihat berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur. Kawasan tersebut seluas 1,8 juta hektar dan khusus untuk Karst mencapai 505.000 hektar. Kawasan ini merupakan hulu dari 5 sungai besar yaitu Sungai Bengalon, Karangan, Tabalar, Lesan dan Pesab. Ada lebih dari 100.000 jiwa masyarakat hidup di kawasan Karst Sangkulirang. Kawasan Karst sekarang ini menjadi kawasan strategis di Pulau Kalimantan.
SEBARAN KARST SANGKULIRANG MANGKALIHAT
Penghasil jutaan liter air untuk beragam kehidupan flora, fauna dan khususnya Manusia. Karst Kalimantan Timur menjadi sumber air sejumlah sungai utama, dan berperan besar memunculkan beratus mata air di pesisir, di dasar laut dan di pulau lepas pantai.
Karst adalah ekosistem yang sambung menyambung membentuk koridor-hayati. Tempat hidup berjuta spesies flora fauna penunjang keseimbangan kehidupan Kalimantan Timur nan damai. Karst mempunyai keanekaragaman hayati dalam dan luar karst serta kehidupan pesisir dan pulau coral. Karst Juga merupakan tempat hidup Orangutan yang nyaman. Ketika Banyak Lahan Hutan Beralih Fungsi Menjadi kawasan Budidaya lainnya, di kawasan Hutan Karst masih menjanjikan tempat hidup yang layak bagi mereka
Nilai-nilai penting yang terdapat dalam Kawasan Sangkulirang yaitu :
Nilai ilmiah, berkaitan dengan ilmu kebumian, litologi, struktur geologi dan mineral, situs-situs fosil, arkeologi dan plaentologi, serta tempat berlindung flora dan fauna endemis.
Nilai sosial budaya, yang mencakup aspek spiritual keagamaan; terutama menyangkut keberadaan gua kepentingan ritual, bernilai estetika, rekreasi, pendidikan.
Nilai ekonomi yang tinggi karena menjadi sumber air sungai bawah tanah, penghasil sarang burung walet, pariwisata dan bahan semen.
Kebijakan Nasional terkait Karst :
•Undang-Undang No 32 tahun 2009 pasal 21 ayat (3) butir (g) tentang kriteria baku kerusakan karst.
•PP No 26 tahun 2008 tentang rencana tata ruang wilayah nasional pasal 52 ayat 5 tentang kawasan lindung geologi.•Perpres No 3 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan pasal 45 ayat 9 tentang mempertahankan fungsi kawasan cagar alam geologi yang memiliki keunikan bentang alam berupa karst.•Peraturan Menteri ESDM No 17 tahun 2012 tentang penetapan bentang alam karst.
Substansi Peraturan Gubernur nomor 67 tahun 2012, maksud peraturan Gubernur :
Sebagai pedoman penyelenggaraan dan pengelolaan kawasan Karst secara terpadu. Sebagai pedoman untuk meningkatkan upaya perlindungan bentang-alam Karst yang
memiliki arti penting dalam pelestarian fungsi hidrogeologi, proses geologi, flora dan fauna serta nilai sejarah dan budaya.
Sebagai upaya perlindungan sumberdaya batuan karbonat bermorfologi Karst.
Kepala BLH Kaltim dan Asisten Kesejahteraan Rakyat
Ruang lingkupnya adalah :
Pola ruang kawasan Karst lintas kabupaten Berau dan Kutai Timur. Strategi, kebijakan dan langkah pengelolaan kawasan Karst lintas kabupaten Berau dan
Kutai Timur terpadu. Kelembagaan pengelolaan kawasan Karst lintas kabupaten Berau dan Kutai Timur. Pembiayaan pengelolaan kawasan Karst lintas kabupaten Berau dan Kutai Timur. Hak, kewajiban dan peran serta masyarakat.
Posisi Kawasan Sangkulirang di Asia Tenggara dan PasifikSesi kedua di pagi ini tanggal 25 September 2013 dengan tema “Posisi Kawasan Sangkulirang di Asia Tenggara dan Pasifik” dengan narasumber Sumijati Atmosudiro, Daud Aris Tanudirjo dan Pindi Setiawan.
Daud Aris Tanudirjo, Moderator, Sumijati Atmosudiro, dan Pindi Setiawan
Berdasarkan paparan dari ibu Sumijati Atmosudiro bahwa Gerabah memiliki peran yang penting dan dapat menjadi gambaran kehidupan :
Teknomik Sosioteknik Idioteknik
Gerabah
Gerabah, hasil budaya bendawi “Universal” :
Dibuat dari bahan tanah liat dan temper Dibakar dengan suhu relatif tidak tinggi Mempunyai sifat mudah pecah Tidak hancur sama sekali
permukaan gerabah sangkulirang
Gerabah Sangkulirang :
Di beri hiasan Tera tatap yang dibalut tali Tera cangkang kerang Tera dengan motif bulatan Gores Tempel dengan garis bergelombang Cat merah Tusuk
Temuan gerabah Sangkulirang hanya pecahan” namun dapat menunjukan kemiripan dengan gerabah Sa-Huynh-Kalanay (Vietnam) dan Tabon (Filipina) serta mendukung peran strategis Borneo dalam mencari jati diri bangsa. Karst Sangkulirang perlu ditingkatkan penelitian lintas ilmu, menggali potensi Sangkulirang dan berpotensi menjadi warisan budaya yang mendunia.
Sedangkan berdasarkan paparan dari Daud Aris Tanudirjo mengenai Persimpangan diaspora Austronesia. Austronesia adalah rumpun bahasa yang dituturkan sangat luas dari Taiwan dan mikronesia di utara hingga Selandia baru di selatan, dan dari Madagaskar di barat hingga Easter.
Ciri budaya Autronesia awal dari Taiwan :
Cocok tanam padi Membuat gerabah Lata tulang dan kerang Pisau batu Kemampuan berlayar Busur panah
Karena proses migrasi penutur Austronesia budaya yang dibawanya juga ikut tersebar luas, tetapi di setiap tempat mengalami perubahan karena beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk glokalisasi, menciptakan keragaman budaya (multikultular) di wilayah kepulauan.
Menurut hasil penelitian Daud Aris Tanudirjo terkait dengan temuan beberapa situs gerabah yang berada di Borneo, keberadaan Borneo mempunyai keterkaitan dengan Karst Sangkulirang yaitu Borneo menempati posisi strategis sebagai persimpangan persebaran Austronesia. Sangkulirang terbukti menjadi salah satu kawasan sistus yang sangat strategis untuk menyediakan berbagai data arkeologis dan etnografis untuk mengungkap diaspora Austronesia.
Pindi Setiawan
Berdasarkan paparan dari Pindi Setiawan, dilihat dari sudut pandang kesenirupaan, gambar cadas adalah media berkomunikasi masyarakat berbudaya pra-tulis (masyarakat nir-leka). Oleh karena itu unsur komunikasinya berbeda dengan unsur komunikasi pada media untuk masyarakat berbudaya tulis. Komunikasi melalui gambar-cadas selain bersifat universal (kepercayaan manusia prasejarah), namun sekaligus bersifat khas (mode mata pencaharian).
Telaah Komunikas-Rupa bukanlah kajian estetis. Walaupun keduanya memakai unsur yang sama, namun kajian telaah-rupa tidak melakukan penilaian keindahan seperti kecendrungan pada kajian estetis. Yang diteliti pada telaah rupa adalah ciri-ciri bentuk dari gambar, dan kemudian mencoba menafsirkan arti dari bentuk-bentuk itu, dan kemudian dipilah-pilah sesuai keilmuan Komunikasi-Rupa. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kajian telaah-rupa :
Tiruan/jiplakan/foto imaji harus sesuai dengan bentuk aslinya di cadas. Mental yang terbiasa dengan mental cara melihat modern (fokus pada figuratif serta
membatasi gambar dengan bingkai) harus benar-benar dihilangkan. Yang perlu diperhatikan adalah bahan dan cara pembuatan karya seni purba. Dalam dunia senirupa ada yang dinamakan Rana, yaitu keseimbangan gambar dengan
bidang gambar.
Tahap-tahap yang harus dilakukan sebelum memulai “langkah pertama” menjadikan Sangkulirang sebagai salah satu Warisan Dunia:
Local Government vs Central Government Culture Heritage vs Natural Heritage Valuation Economic : Instant vs Gradual
Potensi Budaya dan Masyarakat Kawasan SangkulirangSesi pertama di pagi ini tanggal 25 September 2013 diawali dengan tema “Potensi Budaya dan Masyarakat Kawasan Sangkulirang” dengan narasumber G.Simon Devung dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Aswin.
G.Simon Devung dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Aswin
Potensi dan nilai penting kawasan terdapat gunung-gunung kapur dengan gua-gua Karst dengan formasi stalaktit dan stalakmit yang indah dan di dalam beberapa gua terdapat jejak kebudayaan dan peradaban purba yang menarik yaitu lukisan-lukisan tangan. Karena itu, Karst Sangkulirang patut dilestarikan dan dipromosikan sebagai warisan alam dan dunia, sehingga perlu adanya langkah-langkah awal untuk mempromosikan kawasan sangkulirang ini diantaranya adalah:
Kebijakan yang tepat. Perencanaan yang matang. Persiapan yang memadai.
Memperhatikan potensi budaya dan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan : sebagai kelompok basis pemangku kepentingan dalam pemeliharaan dan pengembangan kawasan sehingga tetap terjaga substansi autentisitas dan integritas kawasan dalam dinamika interaksi budaya dan masyarakat dengan lingkungan.
Peserta Seminar Internasional Sangkulirang 25 September 2013
Dalam pemeliharaan dan pengembangan kawasan melalui pusat kegiatan masyarakat, aspek-aspek nya adalah sebagai berikut :
A. POTENSI BUDAYA :
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan :
Wujud kebudayaan dan Unsur-Unsur kebudayaan
B. POTENSI MASYARAKAT :
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan :
Ikatan historis dengan kawasan Proksimitas / kedekatan lokasi pemukiman dengan kawasan Aktivitas hidup / kehidupan sehari-hari di dalam dan atau di sekitar kawasan
ASPEK WUJUD KEBUDAYAAN :
Sistem gagas (ide) : kepercayaan, pandangan hidup / falsafah, nilai, norma, hukum, dan pengetahuan lokal dan ilmu pengetahuan
Sistem tindak (kegiatan) : perilaku budaya, tata krama, adat istiadat, kebiasaan, kearifan lokal
Benda budaya (hasil karya) : makanan, minuman, pakaian, perumahan, perlengkapan, peralatan, dan perhiasan
ASPEK UNSUR KEBUDAYAAN :
Bahasa Sistem mata pencaharian Perlengkapan dan peralatan hidup Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial Adat istiadat Kesenian Religi
ASPEK IKATAN HISTORIS DENGAN KAWASAN :
Ada masyarakat asal yang memiliki ikatan historis dengan pegunungan dan gua-gua Karst di kawasan Sangkulirang yakni : ‘Dayak Basap dan Lebbu’. Menurut sejarah lisan, Dayak Basap dan Lebbu’ di jaman dulu bermukim di kawasan Gunung Kulat/Gulat (perbatasan hulu sungai Lesan dan sungai Bengalon) kemudian mereka berpisah dan menyebar. Lebbu’ ke arah hulu sungai Lesan, Nyapa’ dan Tabalar. Basap ke arah hulu sungai Bengalon, Karangan, dan Manubar.
Jejak peradaban kebudayaan Gua Karst Sangkulirang “Lukisan-lukisan Tangan”
Dari Tepian Langsat warga Basap Bengalon kemudian menyebar, dan keturunan mereka sekarang berada di Tebangan Lembak, Keraitan, Sekurau Atas , Perondongan, Muara Baay / Muara Bulan, Perondongan / Karangan Dalam dan Kerayaan. Sebagian dari kelompok mereka ada yang pindah kembali ke tempat pemukiman lama mereka di Balai Bakul di pebukitan Gunung Macan. Sedangkan warga Lebbu’ menurut cerita : dulu hidup terpencar di bagian hulu sungai Lesan, sekarang sebagian bermukim di Merapun, Merabu dan Pana’an (Kecamatan Kelay).
Dengan ikatan historis dan pengalaman berkelana di dalam dan di sekitar kawasan seperti ini, mereka sangat potensial dilibatkan dan juga perlu diperhatikan kepentingannya dalam pemeliharaan dan pengembangan kawasan. Ada masyarakat yang desa/pemukimannya dekat dengan kawasan yang potensial dilibatkan dan juga perlu diperhatikan kepentingannya dalam pemeliharaan dan pengembangan kawasan.
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
Firman Napitupulu dari Kementrian Pekerjaan Umum dan di pandu oleh Sumijati Atmosudiro
Sesi ketiga hari Rabu (25/9) acara Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage dengan tema “Kebijakan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional”
Pengertian Karst berdasarkan Permen ESDM 17/2012 adalah Bentang alam yang terbentuk akibat pelarutan air pada batu gamping dan/atau dolomit di sampaikan oleh Firman Napitupulu. Sedangkan Kawasan bentang alam karst adalah Karst yang menunjukkan bentuk eksokarst dan endokarst tertentu.
Ancaman bagi Kawasan Karst :
Pertambangan batu gamping (sumber batu kapur dan bahan baku semen). Penambangan marmer, semen, fosfat, guano. Penambangan di kawasan karst memang menghasilkan keuntungan ekonomi yang besar,
namun akan habis dalam jangka waktu pendek apabila tidak dilakukan secara berkelanjutan.
Penanganan Karst :
1. Kawasan karst telah ditetapkan sebagai kawasan lindung didalam RTRWN, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota.
2. Kawasan bentang alam karst yang dianggap memiliki nilai budaya dan/ atau lingkungan strategis secara nasional dapat ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN): Penataan ruang kawasan karst yang ditetapkan sebagai KSN ditetapkan melalui Peraturan Presiden.
3. Pengelolaan kawasan karst secara berkelanjutan agar dapat memanfaatkan potensi ekonomi karst tanpa merusak lingkungan karst.
4. Penanganan karst perlu diperhatikan secara khusus karena sifat tiga dimensional yang membedakan karst dengan bentang alam lainnya. Sistem hidrologis karst yang dapat mengangkut air, udara, nutrisi, tanah maupun polutan kedalam dan antar lingkungan bawah tanah perlu menjadi pertimbangan untuk strategi penanganan karst
5. Salah satu elemen penting dalam penanganan karst adalah menyadari pentingnya karst sebagai suatu ekosistem kompleks, sehingga harus dilakukan upaya untuk melindungi baik karst sebagai individu maupun karst sebagai suatu sistem
6. Salah satu strategi penanganan karst yang dapat dilakukan adalah pengelolaan sumber daya karst di bawah permukaan bumi melalui pengelolaan hutan pada lingkungan karst pada permukaan bumi.
Kebijakan Pengelolaan Karst : Berbasis Penataan Ruang
A. Kebijakan Penataan Ruang
1. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang menetapkan Kawasan Strategis Nasional (KSN) sebagai wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia (Pasal 1 dan Penjelasan Pasal 5 Ayat 5).
2. PP 2
Firman Napitupulu dari Kementrian Pekerjaan Umum dan di pandu oleh Sumijati Atmosudiro
6/2008 tentang RTRWN, pasal 52, 53, 60-62
Kawasan karst merupakan bagian dari kawasan lindung geologi
3. Perpres 3/2012 tentang RTR Pulau Kalimantan, Pasal 45 ayat 5
Kawasan Karst dikategorikan sebagai kawasan cagar alam geologi
B. Kebijakan Sektoral
Permen ESDM 17/2012 tentang penetapan kawasan bentang alam karst menggantikan Kepmen ESDM 1456 K/20/MEM/2000 tentang pedoman pengelolaan karst.
C. Kebijakan Daerah
PP 26/2008 dan Kepmen ESDM 1456/2000 telah mendasari keluarnya beberapa peraturan daerah untuk perlindungan kawasan karst.
Contoh:
Surat Edaran Bupati Gunung Kidul 546/0196 tahun 2011 tentang pelarangan penambangan di kawasan karst
D. Kebijakan Pengelolaan Karst Sangkulirang
Pembentukan Forum Pengelolaan Pegunungan Kapur (karst) Kalimantan Timur pada bulan Februari 2012: untuk mengelola gugusan karst Sangkulirang dan Mangkalihat secara kolaboratif, difokuskan pada Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur.
Pengelolaan Karst Kawasan Pegunungan Sangkulirang-Tanjung Mangkaliat (Kalimantan Timur) :
1. Secara eksplisit belum terdelineasi dalam RTRWN, namun memiliki nilai strategis apabila ditetapkan sebagai Warisan Dunia.
2. Dengan penetapan kawasan ini sebagai Warisan Dunia dan Kawasan Strategis Nasional berimplikasi pada perlunya penyiapan landasan hukum dan Rencana Tata Ruang Kawasan.
3. Sosialisasi dan dukungan dari semua pihak perlu terus dilakukan dalam rangka melestarikan ini.
Peran Pemangku Pelestarian Dalam Pengembangan KawasanSesi keempat hari Rabu (25/09) Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage dengan tema “Peran Pemangku Pelestarian Dalam Pengembangan Kawasan” di sampaikan
oleh Marsis Sutopo, Kepala Balai Konservasi Borobudur, Hernowo Supriyanto, Taman Nasional Kutai dan Ir. Suprihanto, Kepala Bappeda Kutai.
Marsis Sutopo, Kepala Balai Konservasi Borobudur, Hernowo Supriyanto, Taman Nasional Kutai, dan Ir. Suprihanto, Kepala Bappeda Kutai
Paparan Pertama yang disampaikan oleh Marsis Sutopo, Kepala Balai Konservasi Borobudur, bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya dengan Warisan Budaya, Warisan Alam maupun Warisan Campuran antara keduanya. hal-hal pokok dalam pengelolaan Warisan Dunia antara lain :
Mempertahankan OUV, bahwa setiap Warisan Dunia memiliki OUV yang merupakan karakter, identitas, atau ruh obyek yang bersangkutan. Oleh karena itu OUV yang melekat pada setiap obyek yang sudah menjadi Warisan Dunia harus tetap dipertahankan, bahkan akan lebih memberikan manfaat dan makna kalau dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk konteks kekinian tanpa bertentangan atau mengancam OUV itu sendiri.
Mempertahankan State of Conservation, keterawatan sebuah Obyek Warisan Dunia harus sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan dalam Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention.
Mempertahankan Integritas dan Keaslian Proteksi dan Manajemen Pengelolaan Laporan Rutin
Kewenangan UNESCO :
Monitoring Reactive monitoring Dangerous List Delete
Mengacu pada 5P :
Pelestarian meliputi, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Pelestarian bersatu dan terkait dengan lingkungan budaya dan lingkungan alam. Pelestarian untuk dan oleh semua. Pelestarian budaya tangible dan intangible. Pelestraian berwawasan kemanfaatan yang terintegrasi.
Menurut Marsis Sutopo, Sangkulirang harus memiliki :
Visi Lembaga Pengelola, yaitu Lembaga pemerintah atau semi-pemerintah yang bersifat not
for profit, Satuan kerja biasa /UPT, Satuan kerja berbentuk BLU dan PT/Yayasan.
Pengelola yang baik :
Heritage Lestari Masyarakatnya Sejahtera
Kemudian dilanjutkan dengan paparan berikutnya disampaikan oleh Hernowo Supriyanto, Taman Nasional Kutai terkait dengan kawasan, menurut beliau Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli. Dikelola dengan sistem yang dimanfaatkan dengan tujuan penelitian. Suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami
Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya, serta gejala alam yang masih utuh dan alami.
Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh.
Beliau berharap, Kawasan Sangkulirang bisa menjadi kawasan Taman Nasional tetapi diperlukan proses-proses yang sangat panjang.
Dalam mengelola kawasan pasti ada tantangan, yaitu illegal logging. Perburuan liar juga sering terjadi sehingga satwa yang diburu menjadi rusak, sehingga dari permasalahan tersebut ekosistem ini menjadi rusak.
Selanjutnya Paparan yang disampaikan oleh Ir. Suprihanto, Kepala Bappeda Kutai Timur, dengan tema Peran Pemangku Pelestarian dalam Pengembangan Kawasan. Beliau menyampaikan mulai pertama kali untuk menetapkan kawasan karst ini menjadi domain, yaitu penetapan RTRW, dimana RTRW sampai saat ini belum di Raperda kan karena bulan Agustus baru mendapatkan persetujuan dari Kemenhut untuk melanjutkan raperda ini.
Kawasan karst ini sudah menjadi kawasan lindung yang menjadi konservasi, Kawasan Karst masih menjadi hutan tropis.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan karst ini :
Belum disahkannya perda yang mengatur secara khusus pengelolaan kawasan karst Degradasi kawasan karst terus berjalan Kurang tersosialisasinya istilah karst kepada masyarakat Dampak pada perdagangan walet Adanya jaringan jalan HPH yang memasuki kawasan karst akan menimbulkan masalah
baru Kawasan ini memiliki sejumlah potensi ancaman yang sangat menghawatirkan
Tujuan pengelolaan karst :
Pelestarian peninggalan benda-benda budaya pada jaman purba dikawasan karst Membangun modal pengelolaan kawasan karst terpadu Menghasilkan manfaat ekonomi
Hubungan dokumen perencanaan :
Sesuai visi pembangunan kapubaten Kutai Timur yang tercantum dalam peraturan daerah tentang RPJMD kabupaten Kutai Timur tahun 2011 – 2015 yaitu pembangunan daerah bertumpu pada agribisnis menuju Kutai Timur mandiri. Pengelolaan cagar alam dan budaya tertuang dalam 2 dari 9 misi pembangunan daerah yaitu :
Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan seni budaya daerah. Menentukan rencana tata ruang wilayah Kabupaten.
Rencana pengelolaan Kawasan Karst :
Dalam raperda RTRW Kabupaten Kutai Timur tahun 2013-2032, Kawasan Karst yang terletak di kecamatan Karangan dan kecamatan Sandaran di tetapkan sebagai kawasan lindung geologi.
Pembentukan badan Pengelola Kawasan konservasi Kabupaten Kutai Timur yang terdiri dari multi stakeholders (SKPD terkait, Perguruan tinggi, RSM, Perusahaan, Praktisi, dan ahli Karst).
Peluang :
APBD Kabupaten Kutai Timur tahun 2013 sebesar 3,2 triliyun. Perencanaan pembangunan museum untuk menyimpan, merawat dan memperkenalkan
warisan budaya.
Kebijakan Pengelolaan Warisan BudayaPada Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage hari Kamis (26/09), paparan disampaikan oleh I Made Kusumajaya, Kepala BPCB Samarinda, dengan judul Kebijakan Pengelolaan Warisan Budaya. Ibu Wiendu Nuryanti, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan bertindak sebagai narasumber pada sesi pagi ini.
Kepala BPCB Samarinda, I Made Kusumajaya
Visi Kemdikbud yaitu Membentuk insan Indonesia yang beradab, berpengetahuan, dan berbudaya. Dengan visi tersebut tercetuslah suatu visi pembangunan kebudayaan yaitu memperkokoh kebudayaan Indonesia yang multikultur, bermartabat, dan menjadi kebanggaan masyarakat dan dunia (2025).
Warisan Budaya Dunia adalah kawasan yang memiliki nilai universal luar biasa dan mempunyai pengaruh sangat penting terhadap budaya yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.
Warisan Dunia Indonesia :
1. Warisan Dunia terdiri dari Warisan Alam Dunia dan warisan Budaya Dunia. Hingga tahun 2013, Indonesia telah memiliki 8 Warisan Dunia (4 Warisan Alam Dunia dan 4 Warisan Budaya Dunia)
2. Konvensi UNESCO tahun 1972 tentang Perlindungan Warisan Alam dan Budaya Dunia (the 1972 UNESCO Convention on the Protection of World Natural and Cultural Heritage).
3. Terdapat 4 Warisan Budaya Dunia :
Borobudur Temple Compound, 1991, Ref. C 592; Prambanan Temple Compound, 1991, Ref C 642; Sangiran Early Man Site, 1996, Ref. C 593; Cultural Landscape of Bali Province, 2012, Ref. C 1194.
4. Terdapat 4 Warisan Alam Dunia
Ujung Kulon National Park, 1991, Ref. N 608; Komodo National Park, 1991, Ref. N 609; Lorentz National Park, 1999, Ref. N 955; Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS), 2004, Ref. N 1167;
Warisan Budaya Tak Benda :
1. Indonesia juga telah mencatatkan 6 Warisan Budaya Tak Benda, yaitu :
Wayang Indonesia, Keris Indonesia, Batik Indonesia, Angklung Indonesia, Tari Saman, dan Noken Tas Rajut Multifungsi.
2. Pengelolaan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tersebut mengikuti Konvensi UNESCO tahun 2003 tentang Pelestarian Warisan Budaya Takbenda (the 2003 UNESCO Convention on the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage).
Prinsip
Pengelolaan warisan dunia merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan seluruh elemen Mayarakat.
Pengelolaanya di bawah kewenangan Kementrian yang bertanggung jawab di bidang Kebudayaan.
Pengelolaan dimaksud dilakukan dalam hal Perlindungan, Pengembangan, Pemasaran, Investasi dan Bisnis, serta Pemberdayaan Mayarakat.
Kawasan Warisan Budaya Dunia selayaknya memberikan manfaat bagi peningkatan taraf kehidupan masyarakat di sekitar kawasan warisan dunia sehingga perlu dilindungi, dikembangkan, dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Kawasan Warisan Dunia harus dapat dikelola secara terintegrasi atau terpadu.
Potensi Lingkungan sebagai Cagar Alam dan Sumber Air
Sesi pertama seminar Internasional Sangkulirang pada hari kamis (26/09) dengan tema “Potensi Lingkungan sebagai Cagar Alam dan Sumber Air” oleh 3 orang narasumber yaitu Sinung Baskoro, Mas Noerdjito, dan Niel Makinuddin yang dimoderatori oleh Hari Supriyono.
Hari Supriyono, Sinung Baskoro. Niel Makinuddin, dan Mas Noerdjito.
Paparan pertama disampaikan oleh Sinung Baskoro, Staf Badan Geologi ESDM. Karst adalah bentang alam yang terbentuk akibat pelarutan air pada batu gamping. Tipe-tipe Karst :
Tipe Gombong Tipe Gunung Sewu Tipe Tuban Tipe Maros Tipe Kalimantan dan Papua
Kawasan Karst Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur menjadi terkenal karena, goa-goanya merupakan situs arkeologi belum banyak diketahui dan diumumkan nilai ilmiahnya,beragam tema lukisan goa dan artefak ada didalamnya.
Sub kawasan Karst Sangkulirang meliputi Gunung Beriun, Batu Gergaji, Batu Tutunambo, Batu Tondoyan, Batu Pangadan. Sub kawasan Karst Berau meliputi Batu Nyapa, Batu Mepulu, Batu Suaran, Batu Tabalar. Dan sub kawasan Karst Mangkalihat meliputi Batu Bedinding, dan Batu Pilar.
Indonesia kaya akan potensi geodiversity (keragaman geologi), disamping geodiversity (keragaman hayati) dan juga culture diversity (keragaman budaya) sehingga memiliki nilai universal yang luar biasa (outstanding universal value). Kalimantan Timur, khususnya kawasan Sangkulirang Mangkalihat, memiliki potensi yang sangat besar untuk diusulkan sebagai World Heritage maupun Geopark di UNESCO. Potensi tersebut sungguh sangat penting untuk pengembangan pendidikan, penelitian, dan pariwisata serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, sehingga keberadaanya harus dilestarikan atau di konservasi oleh semua pihak, situs atau kawasan geodiversity di alam terbuka dapat dilestarikan/di konservasi sebagai museum alam terbuka (outdoor museum) atau museum situs (site museum).
Selanjutnya paparan disampaikan oleh Mas Noerdjito. Bagian tengah dan timur wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur memiliki curah hujan yang rendah. Sehingga kawasan Karst Sangkulirang – Mangkalihat sangat berperan dalam menyimpan air (baik di danau Tebo maupun di dalam batuan) untuk didistribusikan sepanjang tahun, baik untuk kebutuhan air baku rumah tangga, untuk pertanian, untuk industri (Pengisian CAT), untuk air minum nelayan serta mempertahankan Derawan sebagai tujuan wisata internasional.
Mas Noerdjito
Fungsi menyimpan air di dalam batuan dapat optimal manakala serasah serta humus di permukaannya dalam keadaan utuh sehingga jumlah air terserap ke dalam batuan menjadi maksimal. Serasah serta humus kawasan Karst Sangkulirang & Mangkalihat jika ekosistem yang berada di atasnya dalam keadaan utuh/seimbang; tidak ada perburuan maupun pembalakan. Rusaknya ekositem karst Sangkulirang Mangkalihat dapat meningkatkan erosi yang salah
satunya akan berdampak terhadap kelestarian mangrove, padang lamun serta terumbu karang. Kerusakan ini sangat merugikan masyarakat dan Pemerintah daerah.
Saat ini erosi sudah banyak terjadi di kawasan tambang serta perkebunan. Erosi ini harus segera ditangani supaya obyek wisata Derawan serta mamalia laut dapat memasukkan devisa bagi Pemda. Keutuhan ekosistem Sangkulirang dapat menjamin kesinambungan ketersediaan pakan walet serta menjaga mikroklimat goa walet. Dengan pengelolaan dan pengaturan yang baik, kawasan ini dapat menjadi penghasil sarang walet terbesar di Dunia setelah Niah.
Paparan berikutnya oleh Niel Makinuddin, menyampaikan bahwa alasan mengapa Karst itu penting, yaitu :
Mempunyai banyak keunikan bentang alamnya yang menyimpan banyak potensi yang belum tergali baik dari fisiologi, morfologi batuannya, keanekaragaman hayatinya dan keunikan sosial budaya masyarakatnya.
Merupakan tangki air raksasa yang berpotensi untuk menopang kehidupan berjuta manusia dan makhluk hidup lainnya.
Mempunyai nilai keindahan dan tinggalan prasejarah yang tinggi sehingga potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata di masa depan.
Karst jejak hunian makhluk hidup masa lampau, masa kini dan masa datang :
Banyak temuan yang mengindikasikan kehidupan manusia masa lampau di kawasan karst.
Banyak masyarakat tinggal didalamnya lebih dari 100.000 jiwa, dan akan terus menambah.
Banyak temuan “penghuni lainnya” yang juga tinggal di dalamnya
Persiapan Menuju Cagar Budaya DuniaSesi kedua pada Seminar Internasional Sangkulirang Natural & Cultural Heritage hari Kamis tanggal (26/09) dengan tema Persiapan Menuju Cagar Budaya Dunia dengan narasumber yaitu Junus Arbi, Direktorat Internalisasi dan Diplomasi Budaya (INDB), Dirjen Kebudayaan Kemdikbud.
Junus Arbi
Syarat utama untuk penominasian Warisan Budaya Dunia yaitu setiap situs/kawasan Cagar Budaya yang akan diusulkan sebagai Warisan Dunia harus mempunyai nilai penting yang luar biasa.
Outstanding Universal Value (OUV) adalah nilai universal luar biasa berarti makna penting dari segi budaya dan/atau alam yang sangat luar biasa (exceptional) sehingga melampaui batas
nasional dan memiliki arti penting yang sama bagi generasi sekarang maupun mendatang dari semua umat manusia. Dengan demikian, perlindungan permanen terhadap warisan ini merupakan kepentingan utama bagi masyarakat internasional secara keseluruhan.
Kriteria Penilaian OUV :
Mewakili suatu mahakarya kejeniusan kreatif manusia. Menunujukkan pentingnya pertukaran nilai-nilai kemanusiaan, dalam suatu rentang
waktu atau dalam suatu kawasan budaya di dunia. Memiliki keunikan atau sekurang-kurangnya pengakuan luar biasa terhadap tradisi
budaya atau peradaban yang masih berlaku maupun yang telah hilang/punah. Merupakan contoh luar biasa dari suatu jenis bangunan, arsitektural atau himpunan
teknologi yang menggambarkan tahapan penting dalam sejarah manusia. Merupakan contoh luar biasa tentang pemukiman tradisional manusia, tat-guna tanah,
atau tata-guna kelautan yang menggambarkan interaksi budaya atau interaksi manusia dengan lingkungan, terutama ketika pemukiman tersebut menjadi rentan karena dampak perubahan yang menetap.
Secara langsung atau nyata dikaitkan dengan peristiwa atau tradisi yang berlaku, dengan gagasan, atau dengan keyakinan, dengan karya seni dan sastra yang memiliki nilai universal yang signifikan (komite menganggap bahwa kriteria ini lebih baik digabungkan dengan kriteria lain).
Junus Arbi
Cultural Landscape (lansekap budaya) berasal dari kata Kulturalandschaft (German; land dikembangkan dan dioleh olah manusia melalui budayanya (kultur berarti budaya, peradaban). Konsep cultural landscape atau lansekap budaya sebagai situs Warisan Dunia berkembang dengan adanya isu pelestarian yang menyangkut kepemilikan, keistimewaan signifikan, lokalitas, bermakna, bernilai dan dalam kesatuan ruang.
Tentative List adalah daftar inventaris situs dari suatu negara (State Party) yang dipandang layak untuk diusulkan dalam World Heritage List.
Setiap negara yang akan mengusulkan Warisan Budaya untuk menjadi Warisan Dunia harus terlebih mengirim Daftar Sementara (Tentative List) kepada Komite Warisan Dunia UNESCO di Paris. Negara pihak dapat mengirim/mengupdate Tentative List yang telah ada dalam Website UNESCO.org setiap tahunnya. Persiapan Tentative List dianjurkan untuk melibatkan stakeholders (pengelola situs, akademisi, pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan lembaga terkait lainnya).
Global Strategy
Pokok-pokok yang perlu dipertimbangkan untuk pemutakhiran dan kesiapan untuk diteruskan dalam nominasi menjadi Warisan Dunia :
Credibility Conservation Capacity building Communication Communities
Penutupan Seminar Internasional Natural & Cultural Heritage “First Step to the World Heritage”, Balikpapan
Seminar Internasional Sangkulirang
Dalam rangka peringatan 100 tahun lembaga purbakala Indonesia, dari wilayah Kalimantan mengangkat potensi cagar budaya gua Karst Sangkulirang yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya untuk dijadikan warisan dunia. Sebagai tahap awal dari rencana tersebut, diadakan Seminar Internasional yang diadakan tanggal 23-27 September 2013 di Balikpapan, Kalimantan Timur dengan tema “Kawasan Cagar Alam dan Budaya Sangkulirang : ”Sebuah langkah awal menuju warisan dunia”.
Acara seminar ini ditutup pada tanggal 26 September 2013 pada pkl 19.00 WITA di Ballroom Hotel Le Grandeur. Acara ini diawali dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” oleh seluruh peserta seminar Internasional Sangkulirang diiringi oleh alat musik “Sampe” yang dilanjutkan dengan inti dari acara ini yaitu pembacaan hasil perumusan seminar Karst Sangkulirang. Perumusan seminar ini dibacakan oleh Niel Makinuddin The National Conservacy yang telah dirumuskan oleh tim perumus sejak tanggal 24 September 2013 ini.
Niel Makinuddin
Acara dilanjutkan dengan Menyanyikan Lagu “Padamu Negeri” oleh seluruh peserta seminar. Setelah itu pembacaan laporan kegiatan seminar oleh Kepala BPCB Samarinda yaitu Drs. I Made Kusumajaya M.Si. Acara ini dapat berjalan dengan sukses berkat dorongan dari Wakil Menteri Bidang Kebudayaan Kemendikbud Prof. Wiendu Nuryanti, Ph.D, para petinggi pemerintahan, narasumber yang memberikan ilmu pengetahuan, dan seluruh peserta seminar yang memberikan saran dan komentar agar tahap awal menjadikannya Karst Sangkulirang sebagai salah satu Warisan Dunia terwujudkan dengan baik.
I Made Kusumajaya
Acara penutupan ini ditutup oleh Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Balikpapan, setelah itu dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian dari Tari Dayak Kontemporer binaan dari Dispora Balikpapan.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
Tari Dayak Kontemporer
Peserta, panitia serta Ketua Penyelenggara Seminar Internasional Sangkulirang
RUMUSAN HASIL SEMINAR INTERNASIONAL KAWASAN KARST SANGKULIRANG-MANGKALIHAT SEBAGAI WARISAN DUNIA
Pengantar
“Seminar Internasional Persiapan Pengusulan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
Sebagai Warisan Budaya dan Alam Dunia” yang berlangsung pada tanggal 23-27 September
2013 di kota Balikpapan telah menghadirkan 19 pembicara dalam bidang kebudayaan,
arkeologi, kehutanan, pertambangan, PU, Lingkungan Hidup, Bappeda, Kebudayaan dan
Pariwisata, LSM dan Masyarakat Adat. Tujuan dari diselenggarakan seminar ini adalah untuk
mempersiapkan pengusulan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat yang berada di Provinsi
Kalimantan Timur sebagai warisan dunia ke UNESCO, serta untuk mengidentifikasi potensi
budaya dan alam yang akan dilestarikan.
Sudah sejak lama Kawasan “Sangkulirang-Mangkalihat” dikenal sebagai salah satu tempat
ditemukannya gambar prasejarah pada dinding-dinding karst di lebih dari 40 lokasi. Dari hasil
penelitian arkeologi dapat diketahui bahwa tarikh gambar prasejarah tersebut telah mencapai
±5000 tahun yang lalu, menjadikan kawasan ini unik untuk Kalimantan demikian juga untuk
Indonesia. Selain di pulau Kalimantan, gambar prasejarah seperti ini juga ditemukan di pulau
Sulawesi, sumatera, kepulauan Maluku dan Papua dari masa yang berbeda. kenyataan ini
menempatan kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai tempat yang penting untuk
membuktikan proses terjadinya migrasi penduduk prasejarah Indonesia sebagai cikal bakal
penghuni kepulauan nusantara pada hari ini. Hasil pertanggalan menggunakan berbagai
metode membuktikan bahwa Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat menempati usia yang
tua dibandingkan lokasi-lokasi lain yang memiliki gambar dan peralatan prasejarah.
Proses migrasi yang berlangsung ribuan tahun tersebut meninggalkan sedikit informasi yang
dapat digunakan untuk merekonstruksi terjadinya perubahan-perubahan dalam peradaban
bangsa Indonesia. Sehingga pemahaman tentang migrasi penduduk tersebut tidak seluruhnya
dapat dipahami. Oleh karena itu menjaga bukti-bukti prasejarah yang menjadi ekspresi budaya
tersebut dari kepunahan menjadi tanggung jawab yang harus kita diambil sekarang untuk
kepentingan generasi mendatang.
Kawasan karst SM juga memiliki keunikan bentukan geologi dan tingkat keanekaragaman
hayati yang sangat luar biasa. Terdapat jajaran topografi yang unik dibanding kawasan karst
lain serta sebaran jenis fauna termasuk jenis fauna endemik dan satwa yang dilindungi (Landak
Raya, Owa Kalawat, Orang Utan, Beruang Madu, Lingsang, Kucing Kuwuk, Binturong,
Pelanduk Napu, Pelanduk Kancil, Kijang Muncak, Kijang Kuning, Rusa Sambar dan beberapa
spesies kelelawar), yang sangat mempunyai keterancaman tinggi sehingga memerlukan
konservasi ekosistem habitat mereka. Kawasan karst SM juga mempunyai key stone species
yang perlu dilindungi demi menjaga keseimbangan ekosistem kawasan tersebut. Kawasan karst
yang utuh menjamin ketersediaan air untuk kepentingan masyarakat di hilir secara
berkelanjutan.
Memperhatikan presentasi yang disampaikan oleh narasumber tentang nilai penting tinggalan
prasejarah di Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat untuk menjelaskan terbentuknya
kebudayaan-kebudayaan di Indonesia maupun wilayah sebaran penutur bahasa Austronesia
yang lebih luas, sehingga perlu dirumuskan konsep pelestarian sumberdaya lingkungan hidup
di dalam kawasan ini yang menempatkan tradisi penduduk sebagai pendukung.
Oleh karena itu peserta seminar sepakat untuk segera merumuskan langkah-langkah konkrit
yang efektif untuk melindungi Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat dari kerusakan, baik
sebagai akibat dari tindakan manusia maupun sebagai akibat dari proses alamiah. Langkah
tersebut dapat diwujudkan melalui strategi konservasi dan strategi keruangan disertai dengan
upaya nyata bagi pengembangan potensi sumberdaya yang bersifat berkelanjutan.
Strategi ini diperlukan untuk mendukung upaya pelestarian sumber daya alam yang sangat
berharga. Atas dasar pemikiran ini pada tahun 2008 menteri Kebudayaan dan pariwisata telah
mengeluarkan penetapan kawasan sebagai Cagar Budaya melalui keputusan nomor ----
ditindaklanjuti dengan penetapan oleh Gubernur Provinsi Kalimantan Timur tahun --- melalui
keputusan nomor ----- Namun demikian, hingga sekarang batas-batas jelas Kawasan Karst
Sangkulirang-Mangkalihat belum diketahui.
Untuk memperkuat upaya pelindungan, maka Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat perlu
diusulkan menjadi Warisan Dunia (World Heritage) kepada UNESCO.
Permasalahan
Sebagai kawasan yang kaya sumber daya alam serta penjaga ketersediaan air secara
berkelanjutan, Kawasan SM berpotensi dukungan bagi mengembangan ekonomi Provinsi
Kalimantan Timur. Pertumbuhan industri hulu yang bersifat ektraktif seperti pertambangan dan
konversi hutan menjadi perkebunan untuk menghasilkan keuntungan jangka pendek diketahui
merusak ekosistem karst. Oleh karena itu perlu ada upaya pencegahan terhadap eksploitasi
besar-besaran yang merusak ekosistem ini.
Dampak dari kerusakan ini diyakini peserta seminar akan mengancam eksistensi warisan
budaya yang mempunyai nilai penting untuk merekonstruksi sejarah bangsa Indonesia dan
memahami diaspora penduduk di wilayah Asia-Pasifik.
Sejajar dengan itu, dampak kerusakan SM akibat pertambangan dan perkebunan akan
meningkatkan kecepatan tingkat kerusakan terumbu karang yang berpengaruh pada penghasil
ikan laut serta kepulauan Derawan.
Selain itu kawasan ini perlu tetap dijaga supaya bisa memberikan kontribusi berkelanjutan bagi
kehidupan masyarakat suku Dayak Basap, Dayak Lebo', Kutai Bengalon dan masyarakat
lainnya yang hidup di dalamnya, termasuk untuk memberi tempat bagi tradisi yang berlangsung
turun temurun, menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidupnya, serta menjaga nilai-nilai sejarah terkait dengan penduduk daerah lain di luar
Kalimantan Timur.
Namun demikian peserta seminar menyadari pula terdapat banyak regulasi yang bersifat
sektoral dan tumpang tindih dalam mengelola satuan-satuan ruang geografis, sehingga isu
pelestarian warisan budaya dan warisan alam Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sering
ditempatkan dalam posisi yang kurang penting. Di satu sisi keberadaan Kawasan Karst
Sangkulirang-Mangkalihat belum didukung melalui penetapan regulasi tata ruang nasional atau
daerah. Selanjutnya diperlukan sistem manajemen tata ruang yang jelas untuk menjaga
warisan berharga ini dari kemusnahan permanen yang membawa kerugian bagi umat manusia.
Outstanding Universal Value
Kawasan Karst SM menjadi bukti penting terjadinya migrasi awal masyarakat prasejarah di
wilayah Nusantara dan Pasifik dan memiliki keragaman biota yang unik untuk pulau Kalimantan.
Kriteria
Dengan memperhatikan Outstanding Universal Value yang telah dirumuskan tersebut, dan
dengan memperhatikan Konvensi Warisan Dunia (---) UNESCO yang telah diratifikasi oleh
Pemerintah Republik Indonesia pada tahun ---, Tim Perumus mengusulkan Kawasan
Sangkulirang dapat diusulkan sebagai Warisan Dunia dengan memadukan potensi budaya dan
alam. Potensi budaya yang dimaksud selain warisan berupa tinggalan purbakala berusia ---
tahun juga warisan berupa tradisi yang hidup di masyarakat sebagai kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan dengan kekayaan alam. Kriteria UNESCO yang bisa digunakan sebagai
pertimbangan untuk mengusulkan sebagai warisan budaya dunia adalah:
Kriteria (III)
Kriteria (VI)
Kriteria (VII)
Kriteria (IX)
Kriteria (X)
Rekomendasi
Mempertimbangkan pentingnya Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sesuai dengan
uraian tersebut diatas, maka peserta seminar internasional memberikan rekomendasi kepada
(pemerintah, pemerintah provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur,
Pemerintah Kabupaten Berau, organisasi profesi, organisasi kepemudaan, LSM, masyarakat
adat, dan lembaga –lembaga terkait lainya) sebagai berikut:
1. PERLU membuat deliniasi kawasan dengan mempertimbangkan batas alam, batas budaya,
batas administrasi, batas pemilikan tanah, batas pemanfaatan lokasi, dan batas kebutuhan
berdasarkan regulasi yang jelas tentang status kawasan, serta perlakuan terhadap ruang
yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan pemerhati diperkuat dengan
implementasi hukum yang konsisten.
2. PERLU mengidentifikasi pengelola kawasan berikut kewajiban dan tanggung jawabnya
3. PERLU melanjutkan sosialisasi gagasan, dan penguatan komitmen pelindungan dan
pengelolaan kawasan yang sudah terbangun dengan melibatkan masyarakat lokal dan
lembaga-lembaga (termasuk instansi pemerintah) di luar kawasan menggunakan berbagai
media komunikasi.
4. PERLU mempertimbangkan untuk membuka wacana pengusulan bersama antar Kawasan
Karst Sangkulirang-Mangkalihat dengan kawasan karst yang lain di Indonesia maupun luar
negeri (misalnya Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan, Kokas-Lengguru di Papua di
Indonesia, Gua Harimau di Sumatera Selatan, atau Pha Taem di Thailand).
5. PERLU melakukan kajian dan penelitian integratif untuk mendukung proses penetapan
kawasan, penyusunan regulasi, serta kebijakan pelestarian yang berkelanjutan.
6. PERLU melakukan pengembangan karya kreatif berbasis adat istiadat dan kekayaan alam,
serta kegiatan kepemudaan yang mengangkat potensi Kawasan Karst Sangkulirang-
Mangkalihat.
7. PERLU memberikan dukungan bagi inisiatif-inisiatif yang secara efektif dapat mendorong
pelindungan kawasan, baik oleh masyarakat lokal (Merabu, Tintang, Tepianlangsat,
Sangkulirang, dan Muarabulan) maupun komunitas peduli pelestarian (LSM, lembaga
profesi, dll.)
8. PERLU memperkuat peran forum komunikasi pemangku kepentingan dan pemerhati dalam
rangka melestarikan (melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan) Kawasan Karst
Sangkulirang-Mangkalihat.
9. PERLU melakukan pelindungan terhadap kekayaan intelektual (hak budaya dan hak paten)
penduduk setempat dan plasma nutfah khas lingkungan karst.
10. Kemendikbud dan Pemprov Kalimantan Timur PERLU segera membentuk tim ad-hoc lintas
sektoral yang bertugas melaksanakan persiapan dan menggerakkan sumber daya serta
sumber dana untuk pengusulan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat menjadi warisan
dunia.
Demikian rumusan hasil seminar internasional sebagai langkah awal untuk
mengusulkan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat menjadi warisan dunia.
Tim Perumus :
1 Junus Satrio Atmodjo : Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
2 I Made Kusumajaya : Kepala BPCB Samarinda
3 Marsis Sutopo : Kepala BK Borobudur
4 Yunus Arbi : Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kemendikbud
5 Widya Nayati : Arkeologi UGM
6 Simon Devung : Budayawan Kalimantan Timur
7 Wanny Rahardjo : Universita Indonesia
8 Ririet Surjandari : BPCB Samarinda
9 Pindi Setiawan : Seni Rupa ITB
10 Budi Amuranto : Disbudpar Kutai Timur
11 Gunadi Kasnowiharjo : Balar Yogyakarta
12 Harry Supriono : Hukum UGM
13 Neil Makinuddin : The National Conservacy
14 Rochtry A. Bawono : Arkeologi Universitas Udayana
15 Siswanto : Balai Arkeologi Yogyakarta
16 M Irfan Mahmud : Balar Papua
17 Taufik Hidayat : The National Conservacy
18 Stevanus Reawaru : BPCB Samarinda
19 Noerdjito : Pusat Penelitian LIPPI (Biologi)
20 Hisen Mega Sarwanto : Mahasiswa Kehutanan Unmul
21 Yuni W. Lestari : Mahasiswa Pecinta Alam Unmul