Selly Yuanita 2007
-
Upload
flipbi-vny -
Category
Documents
-
view
104 -
download
0
Transcript of Selly Yuanita 2007
BAB I
PENDAHULUAN
Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan
dalam perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan
perusahaan. Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas
(pemilik atau pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan
tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan.
Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan. Investor
menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas
investasi, setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected
return) dan risiko.
Pengembalian (return) adalah bagian dari investor ekuitas atas laba atau
reinvestasi laba. Distribusi laba (earning distribution) adalah pembayaran dividen
kepada pemegang saham. Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk tunai atau
dividen saham, atau secara tidak langsung melalui pembelian kembali saham.
Pembayaran dividen (dividend payout) mengacu pada proporsi laba yang
didistribusikan, yang sering dinyatakan dalam rasio atau prosentase, yaitu rasio
pembayaran dividen (dividend payout ratio).
Reinvestasi laba (earnings reinvestment) atau laba ditahan mengacu pada
penahanan laba dalam perusahaan untuk digunakan dalam bisnis perusahaan; yang
disebut pula pendanaan internal (internal financing). Reinvestasi laba sering
diukur dengan rasio penahanan. Rasio laba ditahan (earnings retention ratio)
mencerminkan proporsi laba ditahan, yang didefinisikan sebagai satu dikurangi
dividend payout ratio.
Selain dari investor, perusahaan juga bias memperoleh pendanaan dari
kreditor. Terdapat dua jenis kreditor: (1) kreditor hutang, yang secara langsung
meminjamkan uang kepada perusahaan, dan (2) kreditor operas, yang
meminjamkan uang kepada perusahaan sebagai bagian dari operasinya.
1
Pendanaan hutang sering terjadi melalui pinjaman (loan) atau melalui
penerbitan efek seperti obligasi. Pemberi hutang meliputi organisasi seperti bank,
institusi simpan pinjam, dan institusi keuangan atau non keuangan lainnya.
Pendanaan kreditor berbeda dengan pendanaan ekuitas dalam hal perjanjian atau
kontrak, yang umumnya mensyaratkan pembayaran kembali pinjaman dengan
bunga pada tanggal tertentu. Bunga tidak selalu dinyatakan dalam kontrak tersebut
melainkan secara implicit. Periode pinjaman bervariasi dan tergantung pada
keinginan kreditor dan perusahaan. Pinjaman dapat berjangka waktu 50 tahun atau
lebih, atau kurang dari seminggu.
Seperti investor ekuitas, kreditor berkepentingan atas pengembalian dan
risiko, namun berbeda dari investor ekuitas, pengembalian kreditor umumnya
ditentukan dalam kontrak pinjaman. Sedangkan pengembalian dari investor
ekuitas tidak dijamin dan tergantung pada tingkat laba di masa depan. Risiko
kreditor adalah kemungkinan kegagalan perusahaan untuk membayar kembali
pinjaman dan bunga.
2
BAB II
ISI LAPORAN
I. KEWAJIBAN
A. Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar adalah kewajiban yang pellunasannya
memerlukan penggunaan aset lancar atau munculnya kewajiban lancar
lainnya. Pada praktiknya, kewajiban lancar dicatat pada nilai jatuh
temponya, bukan pada nilai sekarangnya, karena pendeknya waktu
penyelesaian utang.
B. Kewajiban Tak Lancar
Kewajiban tak lancar atau jangka panjang merupakan kewajiban
jatuh temponya tidak dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi,
mana yang lebih panjang. Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi,
utang dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar beagam bentuknya dan
penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas seluruh
batasan dan ketentuan. Pengungkapan meliputi tingkat bunga, tanggal
jatuh tempo, hak konversi, fitur penarikan, dan provisi subordinasi.
Pengungkapan meliputi pula jaminan , persyaratan penyisihan dana
pelunasan dan provisi kredit berulang.
C. Analisis Kewajiban
Analisis kita sering kali harus didasarkan pada catatan atas laporan
keuangan dan pada komentar menejemen dalam laporan tahunan, serta
dokumen-dokumen terkait. Keakuratan dan kewajaran jumlah utang
dapat dicek dengan merekonsiliasi jumlah utang dengan pengungkapan
utang bunga dan pembayaran bunga. Setiap perbedaan yang tidak dapat
dijelaskan memerlukan analisis lebih lanjut atau memerlukan penjelasan
manajemen.
3
Berikut ketentuan, kondisi, dan batasannya pada saat menganalisis
penjelasan kewajiban :
Ketentuan utang, seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, pola
pembayaran dan jumlah.
Pembatasan pemakaian sumber daya dan pelaksanaan aktivitas
bisnis.
Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan
selanjutnya.
Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas
dan ukuran keuangan lainnya.
Fitur konversi kewjiban yang bersifat difusi.
Larangan atas pembayaran-pembayaran seperti deviden.
II. SEWA
Sewa (leasea) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik (lessor)
dan penyewa (lessee). Perjanjian tersebut memberikan hak kepada lessee
untuk menggunakan aset yang dimiliki oleh lessor, selama masa sewa.
Sebagai batasannya, lessee membayar sewa yang disebut pembayaran sewa
minimum (minimum lease payment-MLP).
Dua metode alternatif untuk akuntansi sewa mencerminkan perbedaan
dalam kontrak sewa. Sewa yang mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan
secara substansial dicatat sebagai perolehan aset dan menimbulkan kewajiban
bagi lessee. Sama halnya dengan lessor yang mencatat sewa tersebut sebagai
penjualan dan transaksi pendanaan. Jenis sewa ini disebut sewa pendanaan
(capital lease). Jika klasifikasikan sebagai sewa guna modal usaha ini, baik
aset yang disewakan maupun kewajiban sewa diakui dalam neraca. Sewa
lainnya dicatat sebagai sewa operasi (operating lease). Dalam hal operating
lease, lessee (lessor) mencatat MLP sebagai beban (pendapatan) sewa, dan
tidak ada aset atau kewajiban yang diakui dalam neraca.
4
A. Akuntansi dan Pelaporan Sewa
1. Klasifikasi dan Pelaporan Sewa
Jika sewa diklasifikasikan sebagai capital lease, lease
mencatatannya (baik aset maupun kewajiban) sejumlah nilai
sekarang MLP selama masa sewa, tidak termasuk biaya administrasi
seperti asuransi, perawatan dan pajak yang dibayar oleh lessor yang
termasuk dalam MLP. Aset sewa harus disusutkan selama masa
sewa dengan cara yang konsisten dengan kebijakan penyusutan
lessee yang normal. Sama halnya, beban bunga diakui sebagai
kewajiban sewa, seperti pada jenis kewajiban lainnya yang juga
sewa sebagai beban saat terjadinya, dan tidak ada aset atau
kewajiban yang diakui dalam neraca.
2. Akuntansi Sewa – sebuah ilustrasi
Secara khusus, kita melihat dampaknya pada laporan laba rugi
maupun neraca lease, berdasarkan informasi sebagai berikut :
Sebuah perusahaan memperoleh aset dengan cara sewa pada
tanggal 1 januari 2005. Perusahaan tersebut tidak memiliki aset
dn kewajiban lain.
Umur ekonomis aset tersebut diperkirakan 5 tahun tanpa nilai
sisa pada akhir tahun kelima. Perusahaan akan menyusutkan aset
tersebut berdasarkan garis lurus selama umur ekonomisnya.
Sewa berjangka waktu tetap selama 5 tahun tidak dapat
dibatalkan dengan MLP sebesar $ 2.505 per tahun yang
dibayarkan setiap akhir tahun.
Tingkat bunga sewa sebesar 8% per tahun.
Analisis ini dimulai dengan menyiapkan skedul amortisasi
untuk aset sewa. Dengan menggunakan tabel bunga diakhir buku ini,
maka nilai sekarangnya adalah $ 10.000 (dihitung dari 3,992 × $
2.505). kemudian hitung bunga dan amortisasi pokok untuk tiap
tahun. Cara mencari bunga adalah kewajiban di awal tahun dikalikan
5
TahunKewajiban
Awal Tahun Bunga PokokKewajiban
Awal TahunJumlah
2005.....2006.....2007.....2008.....2009.....Total
$10.0008.2956.4544.4662.319
$800664517358186$2.525
$1.7051.8411.9882.1472.319$10.000
$2.5052.5052.5052.5052.505$12.525
$8.2956.4544.4662.3190
KOMPONEN POKOKDAN BUNGA DALAM MLP
Tahun Beban Sewa Bunga Pokok Jumlah
2005.....2006.....2007.....2008.....2009.....Total
$2.5052.5052.5052.5052.505$12.525
$800664517358186$2.525
$2.5052.5052.5052.5052.505$12.525
$2.8002.6642.5172.3582.186$12.525
OPERATINGLEASE CAPITAL LEASE
dengan tingkat bunga. Pokok sama dengan total pembayaran
dikurangi bunga.
DAFTAR AMORTISASI SEWA
Pertama-tama mari kita lihat dampaknya pada laporan laba
rugi. jika sewa dicatat sebagai operating lease, MLP dilaporkan
sebagai beban sewa periodik, yang mengaplikasikan beban sewa
sebesar $ 2.505 per tahun. Namun, jika dicatat sebagai capital lease,
perusahaan harus mengakui beban bunga periodik dan beban
penyusutan (sebesar $ 2.000 per tahun).
DAMPAK METODE AKUNTANSI SEWA TERHADAP
LAPORAN LABA RUGI
6
Tahun Kas Aset Sewa Kewajiban sewa Ekuitas
2005.....2005.....2006.....2007.....2008.....2009.....
$0(2.505)(2.010)(7,515)(10.020)(12.525)
$10.0008.0006.0004.0002.0000
$10.0008.2956.4544.4662.3190
$0(2.800)(5.464)(7.981)(10.339)(12.525)
Saatnya mempelajari dampak metode capital lease terhadap
neraca. Hal yang paling terlihat adalah capital lease mengakui aset
dan kewajiban sebesar nilai sekarang sewa ( $ 10.000 ) pada saatnya
dimulainya sewa. Aset sewa akan menurun sebesar penyusutan ( $
2.000 per tahun ). Sedangkan kewajiban menurun sebesar amortisasi
pokok. Penurunan ekuitas tahun 2005 merupakan total penyusutan
dan beban bunga untuk periode bersangkutan.
DAMPAK CAPITAL LEASE TERHADAP NERACA
B. Analisis Sewa
Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease
terhadap analisis laporan keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk
yang spesifik tentang bagaimana menyesuaikan laporan keuangan untuk
operating lease yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.
1. Dampak Operating Lease
Insentif bagi lessee untuk menstrukturkan sewa sebagai
operating lease terkait dengan dampak operating lease terhadap
neraca dan laporan laba rugi. Ringkasan dampak pada laporan
keuangan ini adalah sebagai berikut :
Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari
seharusnya dengan tidak menyajikan pendanaan sewa dalam
neraca. Selain menyembunyikan kewajiban dari neraca, hal
tersebut juga menaikkan rasio solvabilitas ( seperti debt to
equity ) yang sering digunakan dalam analisis kredit.
7
Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya.
Hal ini dapat meningkatkan rasio tingkat pengembalian
investasi, terutama rasio perputaran aset ( assets turnover ratios )
Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan
dengan capital lease. Artinya, operating lease melaporkan laba
lebih tinggi di awal masa sewa dan melaporkan laba lebih
rendah di akhir masa sewa.
Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari
seharusnya dengan tidak menyajikan porsi pembayaran pokok
yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun dalam neraca. Hal
tersebut meningkatkan rasio lancar dan pengukuran likuiditas
lainnya.
Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa. Dengan
demikian, operating lease menyajikan lebih rendah dari yang
seharusnya laba operasi dan beban bunga. Hal tersebut
menaikkan coverage ratio seperti times interest earned.
2. Konversi Operating Lease Menjadi Capital Lease
Bagian ini menyediakan metode untuk mengonversi operating
lease menjadi capital lease. Antara lain :
Langkah pertama adalah menilai apakah klasifikasi operating
lease dapat diterima. Untuk mengonversi operating lease
menjadi capital lease, kita memerlukan estimasi nilai sekarang
kewajiban operating lease Best Buy. Proses ini dimulai dengan
estimasi tingkat bunga yang akan kita gunakan untuk
mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa. Menentukan
tingkat bunga operating lease ini merupakan tantangan. Untuk
perusahaan yang melaporkan capital lease maupun operating
lease, kita dapat memperkirakan tingkat bunga implisit untuk
capital lease dan mengasumsikan tingkat bunga yang sama
untuk operating lease. Tingkat bunga implisit capital lease dapat
8
dicari dengan cara coba-coba dan merupakan tingkat bunga
yang menghasilkan angka proyeksi pembayaran capital lease
sama dengan angka nilai sekarang capital lease, di mana
keduanya diungkapkan dalam catatan kaki sewa.
Langkah kedua dalam analisis kita adalah menghitung nilai aset
sewa. Ingat bahwa nilai aset capital lease selalu lebih rendah
dari kewajibannya, tetapi seberapa lebih rendah sulit untuk
diperkirakan karena hal tersebut tergantung pada lamanya masa
sewa, umur ekonomis aset, dan kebijakan penyusutan lessee.
Langkah ketiga adalah mengestimasi dampak reklasifikasi sewa
bentuk pada laba yang dilaporkan.
III. MANFAAT PASCA PENSIUN
Pemberi kerja sering menyediakan manfaat bagi pekerja pascapensiun.
Terdapat dua bentuk manfaat pascapensiun ini :
Manfaat pensiun ( pension benefit ), di mana pemberi kerja menjanjikan
manfaat moneter kepada pekerja pascapensiun.
Manfaat lain pascapensiun pekerja ( other postretirement employee
benefit ) di mana pemberi kerja menyediakan manfaat lain pascapensiun-
terutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.
A. Manfaat Pensiun
Akuntansi pensiun mensyaratkan pemahaman ekonomi yang
mendasari transaksi dan pristiwa pensiun. Dengan demikian, kita
membahas sifat transaksi dan peristiwa pensiun terlebih dahulu,
bersamaan dengan ekonomi yang mendasari akuntansi pensiun.
1. Sifat Kewajiban Pensiun
Perusahaan menginformasikan komitmen pensiun dalam
bentuk program pensiun. Program pensiun merupakan janji pemberi
kerja untuk menyediakan manfaat pensiun bagi pekerja.
9
PemberiKerja
k
DanaPensiun
Pekerja
Kontribusi Manfaat(pengeluaran uang)
Investasi dan pengembalian
Elemen dari Proses Pensiun
Proses pensiun ini melibatkan tiga pihak, yaitu : pemberi kerja
yang memberikan kontribusi pada program pensiun; pekerja yang
menerima manfaat; dan dana pensiun. Dana pensiun ( pension fund )
tepisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh pihak yang
ditunjuk ( trustee ). Dana pensiun menerima kontribusi,
menginvestasi kontribusi tersebut dengan cara yang tepat, dan
membagikan manfaat pensiun kepada pekerja.
Program pensiun dapat dibagi menjadi dua kategori utama,
yaitu : (1) Program pensiun manfaat pasti (defined benefit),
menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh pemberi kerja
untuk disediakan bagi pensiunan. Dalam program ini, pemberi kerja
menanggung risiko kinerja dana pensiun. (2) Program Pensiun Iuran
Pasti (defined contribution), menentukan jumlah kontribusi pemberi
kerja pada program pensiun. Dalam kasus ini, jumlah manfaat
pensiun yang diterima pensiunan bergantung pada kinerja dana
pensiun. Dalam program ini, pekerja menanggung risiko kinerja
dana pensiun.
Pembayaran pensiun juga dipengaruhi provisi perolehan hak
(vesting). Vesting merupakan hak pekerja atas manfaat pensiun
terlepas dari apakah pekerja masih berada dalam perusahaan atau
tidak. Hak ini biasanya diberikan setelah pekerja memberikan jasa
kepada pemberi kerja selama periode minimum tertentu.
Setelah kewajiban pensiun ditentukan, beban pendanaan
menjadi keputusan manajemen untuk program pensiun manfaat
10
pasti, yang dipengaruhi oleh pertimbangan legal dan pertimbangan
pajak. Hukum pajak menerapkan ketentuan pendanaan minimum
untuk menjamin keamanan manfaat pensiunan. Hukum pajak juga
menerapkan batasan pengurangan pajak untuk program pensiun yang
didanai terlalu tinggi. Ketentuan pendanaan minimum juga terdapat
dalam Employee Retirement Income Security Act (ERISA).
Perusahaan mempunyai pilihan mendanai program dalam jumlah
yang pas (dengan menyerahkan aset kepada trustee sebesar
kewajiban pensiun) atau mendanai terlalu tinggi atau mendanai
terlalu rendah.
2. Persyaratan Akuntansi Pensiun
Kerangka dasar akuntansi pensiun dijelaskan pertama kali
oleh GAAP dalam SFAS 87. Fokus SFAS 87 adalah tercapainya
ukuran biaya pensiun yang stabil dan permanen. Oleh karena itu,
beban pensiun yang termasuk laba rugi disebut biaya pensiun
periode bersih. Untuk menyelarasan neraca dengan laporan laba
rugi, SF87 87 hanya mengakui kumulatif biaya pensiun periode
bersih pada neraca dan bukannya pada status pendanaan dari
programnya.
Status yang diakui dalam neraca. Akuntansi pensiun terkini
(SFAS 158) mengakui status pendanaan bagi program pensiun pada
neraca. Dua penjelasan mendetail harus diperhatikan sehubungan
dengan status yang dilaporkan dalam neraca. Pertama, jumlah aset
dan kewajiban pensiun digabungkan satu sama lain (dan disebut
dengan: status pendanaan). Kedua, perusahaan tidak melaporkan
status pendanaan dari program pensiun dalam baris yang terpisah
dalam neraca.
11
Amortisasi
Penangguhan
Tidak Berbeda
NERACA
DilaporkanEkonomi
AkumulasiLaba Komprehensif
lainnya
LAPORAN LABA RUGI
Jumlah belum diamortisasi terbawa
dari periode lalu (dalam akumulasi laba
komprehensif lainnya tahun lalu)
+
Penangguhan untuk tahun berjalan
-
Amortisasi untuk tahun berjalan
=
Saldo penutupan yang ditransfer ke dalam
akumulasi laba komprehensif lainnya
Biaya jasa+Biaya bunga
+
+
=Biaya pensiun
pengembalian aktual dari aset program Keuntungan/ kerugian aktuaria
Biaya jasa lalu
Biaya jasa+Biaya bungaPengembalian yang diharapkan dari aset program
+
+
=Biaya pensiun bersih periodik (termasuk dalam laba bersih)
Amortisasi : keuntungan/kerugian bersih sebelum biaya jasa untuk tahun berjalan
Ekonomi Mekanisme Peralatan Dilaporkan
Aset program-Kewajiban Pensiunan=Status Pendanaan
Aset program-Kewajiban Pensiunan=Status Pendanaan
RINGKASAN EKONOMI DAN AKUNTANSI PENSIUN
12
Beban pensiun yang diakui. Seperti yang dikemukakan
sebelumnya, pengakuan biaya pensiun yang dimasukkan dalam laba
bersih adalah versi rata dari biaya pensiun ekonomi aktual untuk
periode tersebut. Proses perataan menangguhkan (yaitu menunda
pengakuan) pos volatilitas dan sesekali seperti keuntungan dan
kerugian aktuarial serta biaya jasa lalu. Pengakuan tingkat
pengembalian terhadap aset target – yang merupakan estimasi
tingkat pengembalian aset terget untuk jangka panjang – diakui
dalam beban pensiun yang dilaporkan. Perbedaan antara ekspektasi
tingkat pengembalian aktual dan ekspektasi juga ditangguhkan.
Jumlah yang ditangguhkan ini sedikit demi sedikit diakui dalam laba
melalui proses amortisasi. Oleh karena itu, biaya periode pensiun
bersih meliputi biaya jasa, biaya bunga, tingkat ekspektasi
pengembalian aset target dan amortisasi pos-pos yang ditangguhkan.
Artikulasi Sekuritas Neraca dan Laporan Laba Rugi. Oleh
karena semua perubahan atas suatu pendanaan (yang diakui dalam
neraca) tidak dimasukkan ke dalam biaya pensiun yang di akui.
Sekuritas pensiun dalam neraca dan laporan laba rugi tidak akan
diartikulasi. Untuk mengartikulasikan kedua sekuritas,
penangguhan bersih untuk periode tersebut (yaitu selisih antara
jumlah yang ditangguhkan dengan jumlah yang di amortisasi)
dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya untuk periode yang
bersangkutan, sementara kumulatif penangguhan bersih
dimasukan dalam akumulasi laba komprehesif lainnya, yaitu
merupakan komponen ekuitas pemegang saham. Oleh karena itu,
proses perataan yang diadopsi oleh aturan akuntasi pensiun (SFAS
158) mengizinkan komponen beban pensiun yang volatil (tidak
stabil) untuk langsung ditransfer ke ekuitas pemegang saham tanpa
mempengaruhi laba bersih periode.
13
Akuntansi dalam SFAS 87. Perlakuan akuntansi dibawah
SFAS 87 dan SFAS 158 identik kecuali satu perbedaan mendasar.
Seperti SFAS 158, SFAS 87 juga mengakui perataan biaya periodik
pensiun bersih dalam laba. Namun, tidak seperti SFAS 158, SFAS
87 tidak mengakui status pendanaan dalam neraca. Bahkan, SFAS
hanya mengakui akumulasi biaya periodik pensiun bersih dalam
neraca sebagai akrual atau biaya pensiun dibayar di muka. Dengan
perkataan lain, penangguhan bersih yang dalam SFAS 158
dimasukkan kedalam akumulasi laba komprehesif lainnya, tetapi
dalam SFAS 87 dikeluarkan dalam neraca.
B. Manfaat Karyawan Pascapensiun Lainnya
Manfaat lain pascapensiun karyawan (other postretirement
employee benefit ) adalah manfaat yang diberikan oleh pemberi kerja
kepada pensiunan dan anggota keluarganya. Komponen dasar dari OPEB
adalah manfaat perawatan kesehatan. Sebagai tambahan, perusahaan
menyediakan asuransi jiwa dan bantuan perumahan.
Akuntansi OPEB sejujurnya sama dengan akuntansi pensiun.
Neraca mengakui status pendanaan, yaitu selisih antara kewajiban OPEB
dan aset program manapun yyang ditujukan khusus untuk memenuhi
kewajiban tersebut. Kewajiban OPEB disebut dengan akumulasi
kewajiban manfaat pascapensiun ( accumulated postretirement benefit
obligation – APOB ). Biaya OPEB termasuk dalam laba bersih dalam
term biaya pascapensiun periodik bersih dan meliputi biaya jasa, biaya
bunga, tingkat pengembalian yang diharapkan dari aset program dan
amortisasi pos-pos yang ditangguhkan.
C. Pelaporan Manfaat Pascapensiun
Ketentuan pelaporan manfaat pascapensiun (manfaat pensiun dan
OPEB) diatur dalam SFAS 132, yang mengharuskan format
14
pengungkapan yang sama bagi OPEB dan manfaat pensiun. Perusahaan
jarang melaporkan secara terpisah baik antara status pendanaan dalam
neraca maupun biaya manfaat pascapensiun di dalam laporan laba rugi.
Namun, standar SFAS 132 ini meminta pengungkapan catatan kaki yang
panjang lebar, meliputi rincian tentang ekonomi dan jumlah yang
dilaporkan terkait dengan status pendanaan dan biaya manfaat
pascapensiun, rincian asumsi aktuaria dan informasi yang relevan
lainnya.
D. Analisis Manfaat Pascapensiun
Analisis pengungkapan manfaat pasca pensiun sering dilakukan,
karena besarnya kewajiban maupun karena kompleksitas aturan
akuntansi. Terdapat prosedur lima langkah untuk analisis manfaat
pascapensiun, antara lain :
Menentukan dan merekonsiliasi biaya dan kewajiban (atau aset)
manfaat ekonomis dan yang dilaporkan
Membuat penyesuaian yang diperlukan atas laporan keuangan.
Mengevaluasi asumsi aktuaria dan dampaknya pada laporan
keuangan.
Memeriksa paparan risiko pensiun.
Mempertimbangkan implikasi arus kas program manfaat
pascapensiun.
IV. KONTINJENSI DAN KOMITMEN
A. Kontinjensi
Kontinjensi (contingencies) merupakan keuntungan dan kerugian
potensial yang penyelesaiannya bergantung pada satu atau lebih peristiwa
di masa depan. Kerugian kotinjensi yang disebut kewajiban
kontinjen/bersyarat (contingent liability) merupakan klaim potensial
atas sumber daya perusahaan. Kewajiban kontinjen timbul dari perkara
hukum, pengancaman pengambilalihn, penagihan hutangklaim atas
15
garansi produk atau kerusakan produk,garansi kinerja, perhitungan pajak,
resiko yang diasuransikan sendiri (self-insured risk), dan kerugian
property akibat bencana.
hukum
lingkungan
asuransi
pajak
pemerintah
lain - lain
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Frekuensi Kewajiban Kontinjensi
Persentase
Kerugian kontijensi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat
sebagai kerugian. Pertama, “besar kemungkinan” (probable) bahwa asset
akan turun nilainya atau kewajiban akan timbul. Secara implisit kondisi
inimensyaratkan besar kemungkinan terjadinya peristiwa kerugian
dimasa depan. Kondisi kedua adalah jumlah kerugian harus “dapat
diestimasikan dengan memadai” (reasonably estimable).
Contoh kedua kondisi ini adalah kerugian piutang tak tertagih dan
kewajiban garansi produk. Untuk kedua kasus tersebut, kerugian maupun
kewajiban diestimasi dicatat dalam laporan keuangan.
1. Analisis Kewajiban Kontinjen
Kewajiban kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa dan
jaminan (warranties) merupakan estimasi. Keakuratan analisis kita
atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan estimasi tersebut,
yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan
atau harapan di masa depan.
Kita juga harus menganalisis pengungkapan atas seluruh
kerugian (keuntungan) kontinjensi. Sebagai contoh, penting untuk
menganalisis pengungkapan jaminan tidak langsung atas hutang,
16
seperti dana diterima dimuka atau menutup beban tetap entitas lain.
Pengungkapan kontinjensi umumnya meliputi:
Deskripsi kewajiban kontinjen dan tingkat risiko.
Jumlah kontinjensi potensial dan bagaimana partisipasi pihak
lain diperlakukan dalam penentuan risiko.
pembebanan estimasi kerugian kontinjensi, jika ada.
Cadangan untuk kerugian di masa depan merupakan jenis
kontinjensi lainnya yang perlu diperiksa. Konservatisme dalam
akuntansi meminta perusahaan untuk mengakui kerugian saat
perusahaan dapat menentukannya atau dapat meramalkannya.
Namun demikian, perusahaan cenderung untuk menestimasi lebih
besar (overestimate) kerugian kontinjen mereka, khususnya di tahun
kinrja buruk. Perilaku ini disebut sebagai ‘mandi besar’(big bath)
dan sering meliputi pencatatan kerugian pelepasan asset, relokasi dan
penutupan pabrik. Overestimating kerugian ini menarik biaya masa
depan ke periode sekarang dan dapat digunakan oleh manajemen
sebagai alat untuk mengatur atau meratakan laba. Rincian estimasi
kerugian ini (disebut pula sebagai kerugian-loss reserve) terkadang
diungkapkan dalam laporan yang diserahkan kepada SEC, namun
tidak terdapat ketentuan untuk pengungkapan rinci.
Dua sumber informasi yang berguna adalah :
Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan dan
Informasi dalam bagian Management’s Discussion and Analysis
(MD&A).
Menurut internal Revenue Code Amerika Serikat, hanya
sedikit kategori kerugian diantisipasi yang dapat mengurangi pajak
(tax deductible). Dengan demikian informasi ketiga adalah analisis
pajak tangguhan. Kita juga ingat bahwa cadangan kerugian tidak
17
menggantikan tekanan risiko, tidak memiliki konsekuensi arus kas
dan bukan merupakan pengganti asuransi.
Laporan auditor memberikan pada kita pandangan lain atas
kontinjensi. Auditor menunjukan ketidakmampuan untuk
menyatakan opini atas hasil kontinjensi.
Bank khususnya dihadapkan pada kerugian kontinjen yang
besar karena mereka sering kurang mengestimasi atau membatasi
pengungkapan. Satu contoh umum terkait dengan kerugian atas
pinjaman internasional dimana bukti menunjukkan adanya
penurunan nilai asset, namun bank dan auditor mereka gagal untuk
mengungkapkan dampaknya. Contoh lain adalah komitmen di luar
neraca ( off-balance-sheet commitment) bank. Komitmen ini meliputi
berbagai komitmen seperti surat utang (letters of credit), obligasi
dikeluarkan pemerintah kota (municipal bond) dan jaminan surat
berharga komersial (commercial paper guarantees), swap mata uang
(currency swaps), dan kontrak pertukaran mata uang asing. Tidak
seperti pinjaman, komitmen ini merupakan janji yang diharapkan
oleh bank (namun tidak pasti) untuk tidak ditanggung. Bank tidak
secara efektif melaporkan komitmen ini dalam laporan keuangan.
B. Komitmen
Komitmen (commitments) merupakan klaim potensial atas sumber
daya perusahaan berdasarkan kinerja dimasa depan sesuai kontrak.
Komitmen tidak diakui dalam laporan keuangan karna peristiwa seperti
penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan pembelian (purchase
order) bukan merupakan transaksi yang lengkap. Contoh tambahan
adalah kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan untuk
membeli barang atau jasa pada harga tertentu, dan kontrak pembelian
asset tetap yang harus dibayar selama masa konstruksi.
18
komitmen pembelian
pengeluaran modal
pembatasan perjanjian utang
kontrak kepegawaian
terkait dengan perolehan
perjanjian penjualan
perjanjian lisensi
lain - lain
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Frekuensi Komitmen
Persentase
V. PENDANAAN DI LUAR NERACA
Pendanaan diluar neraca (off-balance-sheet financing) adalah tidak
tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu. Kita telah mempelajari transaksi
yang memenuhi pengertian ini-seperti operating lease yang tidak dapat
dibedakan dari capital lease. Selain sewa, terdapat rancangan pendanaan di
luar neraca lainnya, mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks.
Rancangan ini merupakan bagian dari tatanan yang selalu berubah, dimana
saat ketentuan akuntansi atas transaksi pendanaan di luar neraca diterapkan
untuk lebih mencerminkan kewajiban, diciptakan transaksi baru yang inovatif
untuk menggantikannya.
A. Contoh Pendanaan di Luar Neraca
Salah satu cara untuk mendanai property, pabrik, dan peralatan
adalah meminta pihak luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan
sepakat untuk menggunakan asset tersebut serta menyediakan dana yang
cukup untuk melunasi utang. Contoh rencana ini adalah purchase
agreement dan trough-put dimana perusahaan sepakat untuk membeli
barang sejumlah tertentu melalui fasilitas pemprosesan , atau take-or-
payarrangement dimana perusahaan memberikan jaminan untuk
19
membayar sejumlah tertentu barang, diperlukan atau tidak. Variasi dari
rancangan ini melibatkan penciptaan entitas terpisah dan kemudian
menyediakan pendanaantidak lebih dari 50% kepemilikan-seperti joint
venture atau persekutuan terbatas (limited partnership).
B. Entitas Bertujuan Khusus
Entitas Bertujuan Khusus atau EBK (special purpose entities-SPE),
yang sekarang menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah
menjadi mekanisme pendanaan yang sah selama lebih dari dua decade
dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keuangan perusahaan saat ini.
konsep SPE adalah:
SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan
investasi ekuitas, beberapa di antaranya harus berasal dari pihak
ketiga yang independen.
SPE meningkatkan invesatasi ekuitas ini dengan meminjam dari
pasar kredit dan membeli aset dari atau untuk perusahaan sponsor.
Arus kas dari aset digunakan untuk membayar utang dan
menyediakan pembelian bagi investor ekuitas.
Contoh :
Sebuah perusahaan menjual piutang usaha kepada SPE. Perusahaan
memindahkan piutang dari neraca dan menerima uang tunai yang dapat
diinvestasikan dalam aset lain. SPE juga menggunakan piutang tersebut
sebagai jaminan utang yang dijualnya di pasar kredit dan menggunakan
uang tunai untuk membeli piutang tambahan secara terus-menerus seiring
dengan pertumbuhan portofolio kartu kredit perusahaan. Proses ini
disebut sekuritisasi (securitization). Perusahaan pembiayaan konsumen
seperti Capital One merupakan penerbit utama obligasi yang dijamin
dengan piutang.
20
Terdapat dua alasan untuk kepopuleran SPE :
SPE dapat menyediakan alternative pendanaan berbiaya rendah
daripada meminjam langsung dari pasar kredit .hal ini disebabkan
aktifitas SPE yang dibatasi dan sebagai akibatnya investor membeli
arus kas yang di jamin dengan baik ,yang tidak di hadapkan pada
resiko bisnis yang terdapat dalam penyediaan modal langsung
kepada perusahaan sponsor.
Dalam GAAP sekarang ,selain SPE distrukturkan dengan benar ,SPE
diperlakukan sebagai entitas terpisah, tidak di konsolidasikan dengan
perusahaan sponsor dengan demikian ,perusahaan dapat menggunaka
SPE untuk melakukan transaksi di luar neraca untuk memindhkan
aset ,kewajiban ,atau keduanya dari neraca. Oleh karena perusahaan
merealisasikan manfaat ekonomi transaksi tersebut ,rasio kinerja
operasi (seperti ROA ,asset turnover ratio ,leverage ratio ,dan
sebagainya) membaik secara signifikan.
Petunjuk GAAP tentang akuntansi untuk SPE dan aturan
konsolidasinya dengan perusahaan sponsor disediakan dalam SFAS 140
dan FIN 46R. masih dalam perdebatan mengenai istilah “kendali/control”
terhadap suatu entitas oleh entitas lain ,terutama ketika SPE tidak
mengeluarkan saham biasa.
Banyak SPE tidak berbentuk perusahaan dan tidak mempunyai
kepemilikan saham. Untuk perusahaan jenis ini, pengendalian
mewujudkan via dokumen legal dan bukannya kepemilikan
saham ,sehingga aturan batas 50% kepemilikan saham tidak berlaku .
FASB kini mengklasifikasikan jenis perusahaan ini sebagai “perusahaan
dengan berbagai kepentingan” (variable interest entitie- VIE ) jika
total ekuitas yang tidak di pertaruhkan tidak mampu membiayai
operasinya (biasanya kurang dari 10% aset) atau jika VIE kurang salah
satu dari kondisi berikut (1) kemampuan mengambil keputusan ,(2)
kewajiban unutk menyerap kerugian ,atau (3) hak untuk menerima
21
tingkat pengembalian .dalam hal ini, VIE di konsolidasi dengan badan
yang mempunyai kemampuan mengambil keputusan ,kewajiban unutk
menyerap kerugian, dan hak untuk menerima tingkat pengembalian
(disebut “penerima utama/ primary beneficiary”). Hasil konsolidasi
adalah penggabungan laporan keuangan dari penerima utama dan
VIE ,sehingga mengeliminasi manfaat apapun yang di hasilkan dari
perlakuan di-luar-neraca oleh VIE.
VI. EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham)
perusahaan. Ekuitas dipandang klaim pemilik atat aset bersih perusahaan.
Klaim pemegang sekuritas ekuitas umumnya berada dibawah kreditor, yang
berarti klaim kreditor dipenuhi terlebih dahulu. Pemegang saham dihadapkan
pada resiko tertinggi perusahaan. Pada saat yang sama, pemegang saham
memiliki kemungkinan pengembalian maksimum karena mereka berhak atas
pengembalian setelah hak kreditor terpenuhi.
Analisis kita atas ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan
pelaporan standar ekuitas pemegang saham. Analisis tersebut meliputi :
mengklasifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas.
Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang saham dan
prioritas mereka dalam likuidasi.
Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.
Menelaah kontrak, ketentuan hukum, dal pembatasan-pembatasan
lainnya atas distribusi saldo laba.
Menilai ketentuan dan provisi sekuritas yang dapat dikonversi
(convertible securities), opsi saham, dan kesepakatan lainnya yang
berpotensi menerbitkan saham.
Penting bagi kita untuk membedakan antara instrument kewajiban dan
instrument ekuitas mengingat perbedaan risiko dan pengembaliankedua
22
instrument tersebut. Pembedaa ini penting terutama jika instrument keuangan
memiliki karakteristik kewajiban dan karakteristik ekuitas.
A. Modal Saham
1. Pelaporan Modal Saham
Pelaporan modal saham meliputi penjelasan atas perubahan
jumlah lembar modal. Daftar berikut ini menunjukan alasan
perubahan modal saham, terpisah menurut kenaikan dan penurunan.
Sumber kenaikan modal saham yang beredar :
Penerbitan saham.
Konversi utang dan saham preferen
Penerbitan deviden saham dam pemecahan saham (stock split).
Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger.
Penerbitan untuk opsi saham dan waran.
Sumber penurunan modal saham yang beredar :
Pembelian dan penghentian saham.
Pembelian kembali saham.
Pemecahan saham terbaik (reverse stock split).
2. Klasifikasi Modal Saham
Modal saham (capital stock) merupakan saham yang
diterbitkan kepada pemegang ekuitas sebagai pembayaran aset jasa.
Terdapat dua jenis saham: saham preferen dan saham biasa.
Saham preferen (preferred stock) adalah kelompok khusus
saham yang memikliki fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa.
Ciri-ciri umum saham preferen meliputi:
Prioritas atas distribusi dividen ,termasuk hak partisipasi dan
dividen kumulatif.
Prioritas atas likuidasi-terutama penting karena selisih antara
nilai nominal dan nilai likuidasi saham preferen bias
besar,sebagai contoh ,Johnson controls menerbitkan saham
23
preferen dengan nilai nominal $1 dan nilai likuidasi sebesar
$51,20.
Dapat di koversi (di tarik) menjadi saham biasa –SEC men
syaratkan penyajian kedua jenis saham tersebut secara terpisah
bila saham preferen memiliki karakteristik utang (seperti
persyaratan untuk redemption).
Tidak memiliki hak suara –yang dapat berubah karena
perubahan hal hal seperti deviden yang tidak di bayarkan.
Harga pembelian kembali-biasanya untuk melindungi pemegang
saham preferen dari pembelian kembali yang terlalu awal (harga
pembelian kembali premium sering kali makin menurun).
Saham biasa. Saham biasa (common stock) merupakan
kelompok saham yang mencerminkan hak kepemilikan serta
memiliki risiko tinggi dan pengembalian tinggi atas kinerja
perusahaan. Saham biasa mencerminkan bunga sisa (residual
interest) tidak di prioritaskan ,namun mendapatkan laba bersih sisa
dan menyerap rugi bersih, saham biasa dapat memiliki nilai nominal:
jika tidak, biasanya memiliki nilai yang ditetapkan (state value).
Nilai nominal saham biasa merupakan masalah legal dan bersifat
historis –biasanya tidak penting bagi analisis laporan keuangan
modern.
3. Analisis Modal Saham
Akun akun dalam ekuitas pemegang saham umumnya tidak
mempengaruhi penentuan laba, sehingga tidak banyak
mempengaruhi analisis laba. Informasi yang lebih relevan bagi
analisis adalah komposisi pos modal dan pembatasn pembatasan
yang berlaku. Komposisis ekuitas penting karena dapat
mempengaruhi hak sisa atas saham biasa ,serta hak resiko dan
24
pengembalian bagi investor ekuitas. Perubahan tersebut penting
untuk di susun ulang dan dijelaskan dalam akun modal.
B. Saldo Laba
Saldo laba (retained earnings) merupakan modal yang dihasilkan
sebuah perusahaan. Akun saldo laba mencerminkan akumulasi laba atau
rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya perusahaan. Saldo laba
merupakan sumber utama distribusi deviden. Walaupun beberapa Negara
memperoleh distribusi dari tambahan modal disetor, distribusi tersebut
mencerminkan distribusi modal, bukan distribusi laba.
1. Deviden Tunai dan Deviden Saham
Deviden tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas
kepada pemegang saham. Deviden ini merupakan jenis deviden yang
paling umum dan saat diumumkan menjadi kewajiban bagi
perusahaan. Jenis deviden yang lain adalah deviden non-tunai, atau
deviden property. Deviden tersebut dinilai pada nilai pasar aset yang
didistribusikan.
Deviden saham (stock dividend) adalah distribusi saham
perusahaan itu sendiri kepada pemegang saham secara proporsional.
Deniden ini mencerminkan kapitalisasi laba secara permanent.
Akuntansi bagi deviden saham kecil (small stock dividend) atau
deviden saham sederhana (ordinary stock dividend), umumnya lebih
kecil dari 20% sampai 25% saham beredar, mensyaratkan penilaian
deviden saham pada nilai pasar pada tanggal pengumuman. Deviden
saham besar (large stock dividend atau split-up dalam bentuk
deviden), biasanya lebih dari 25% saham beredar, dinilai pada nilai
nominal saham yang diterbitkan.
2. Pembatasan Saldo Laba
Saldo laba dapat dibatasi pada pembayaran deviden sebagai
akibat kontrak perjanjian, seperti perjanjian pinjaman, atau melalui
25
tindakan dari dewan direksi. Pembatasan atau persyaratan saldo
laba (restrictions or covenant of retained earings) merupakan
pembatasan atau ketentuan saldo laba sejumlah tertentu. Pembatasan
penting meliputi pembatasan distribusi deviden. Pembatasan ini
sama sekali bukan merupakan penyisihan kas, melainkan hanya
ditujukan sebagai peringatan bagi investor bahwa pembayaran
deviden di masa depan bagaimanapun juga akan dibatasi.
3. Spin-off dan Splin-off
Perusahaan sering melakukan divestasi anak perusahaan
dengan cara dijual langsung ataupun dibagikan kepada pemegang
sahamnya. Pembagian anak perusahaan kepada pemegang saham
dapat mengambil satu dari dua bentuk berikut:
Spin-off, yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada
pemegang saham sebagai deviden: aset (investasi dalam anak
perusahaan) dikurangi sebagai saldo laba.
Split-off, yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang
dimiliki perusahaan dengan saham yang dimiliki oleh para
pemegang saham: aset (investasi dalam anak perusahaan) dikurangi
dan saham diterima dari pemegang saham diperlukan sebagai saham
yang ditarik kembali (treasury stock).
Apabila transaksi ini mempengaruhi para pemegang saham
atas dasar pro rata (sama rata), investasi dalam anak perusahaan
dibagikan dengan nilai bukunya. Pada pembagian bukan pro-rata,
investasi pertama dinyatakan dalam nilai pasar, sehingga
menghasilkan keuntungan pada distribusi, kemudian investasi nilai
pasar ini dibagikan kepada para pemegang saham.
4. Penyesuaian Periode Lalu
Penyesuaian periode lalu (prior period adjustments) terutama
merupakan koreksi kesalahan di periode laporan keuangan lalu.
26
Perusahaan tidak melaporkannya dalam laporan laba rugi, melainkan
melaporkannya sebagai penyesuaian (setelah pajak) atas saldo awal
saldo laba.
C. Nilai Buku Per Lembar Saham
1. Perhitungan Nilai Buku per Lembar Saham
Nilai buku perlembar saham (book value per share) adalah
angka per lembar yang berasal dari likuidasi perusahaan pada jumlah
yang dilaporkan dalam neraca. “nilai buku” merupakan istilah
konvensional yang mengacu kepada nilai aset – yaitu total aset
dikurangi dengan klaim terhadapnya. “Nilai buku saham biasa” sama
dengan total aset dikurangi kewajiban dan klaim sekuritas yg
diprioritaskan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca.
2. Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham
Nilai buku memiliki nilai penting dalam analisis laporan
keuangan. Aplikasinya meliputi:
Nilai buku, dengan potensi penyesuaian, sering kali digunakan
dalam penilaian kesepakatan manajer.
Analisis perusahaan dengan komposisi besar aset likuid
(institusi keuangan, investasi, asuransi, dan bank) sangat
bergantung pada nilai buku.
Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat
memerlukan penutupan aset (asset coverage).
Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi
dalam perhitungan nilai buku per lembar saham sebagai berikut:
Nilai tercatat aset, khususnya aset jangka panjang seperti
property, pabrik, dan peralatan, biasanya disajikan pada harga
perolehan yang dapat sangat berbeda dengan nilai pasar.
27
Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset
kontinjen dengan kemungkinan terjadi yang tinggi sering kali
tidak tercermin dalam nilai buku.
D. Kewajiban pada ‘ujung’ Ekuitas
Bagian ini menjelaskan dua akun yang memiliki berada di antara
kewajiban dan ekuitas-“saham preferen yang dapat ditarik kembali”
(redeemable preferred stock) dan kepentingan minoritas.
Saham Preferen yang Dapat Ditarik Kembali
Analisis arus mewaspadai sekuritas ekuitas (umumnya preferen)
yang memiliki privasi penarikan kembali wajib, yang membuatnya lebih
mirip utang daripada ekuitas. Sekuritas tersebut mengharuskan
perusahaan untuk membayar dana pada tanggal tertentu.
SEC menyatakan bahwa saham preferen yang dapat ditarik kembali
berbeda dengan modal ekuitas konvensional dan bukan merupakan
ekuitas pemegang saham dan tidak digabungakan dengan sekuritas
ekuitas yang tidak dapat ditarik kembali. SEC juga mensyaratkan
pengungkapan ketentuan penarikan kembali dan data nilai jatuh tempo
selama lima tahun.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://sijenius.wordpress.com/2009/05/08/aktivitas-bisnis-dalam-laporan
keuangan-dasar-analisis-bisnis/
J. Wild Johan, Subramanyam, K.R. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
29