Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
-
Upload
nur-arifaizal-basri -
Category
Education
-
view
5.552 -
download
3
Transcript of Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
SEJARAH PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI
INDONESIA DAN DI AMERIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Sebagai seorang guru selayaknya mampu memahami perkembangan peserta didiknya,
karena dengan memahami hal tersebut, guru mampu memberikan materi kepada peserta
didiknya serta dapat mengetahui proses, faktor dan konsep perkembangan anak didik kita
akan mudah mengetahui system pembelajaran yang efektif, efisien, terarah dan sesuai dengan
perkembangan anak didik. Selain itu, sebagai guru baik haruslah dapat mengarahkan potensi
yang dimiliki oleh siswanya, agar siswa tersebut mampu mengoptimalkan kemampuannya itu
di masa yang akan datang serta siswa menapatkan gambaran perencanaan akan kelanjutan
dari jenjang pendidikan apa yang akan ia tempuh selanjutnya untuk mencapai keberhasilan
dari optimalisasi potensinya itu.
Maka, semua guru dituntut menguasai ilmu membimbing dan ilmu konseling,
walaupun guru tersebut bukanlah guru BP. Karena Bimbingan dan Konseling mutlak
diperlukan oleh guru untuk mengarahkan siswanya. Oleh karena itu, saya selaku mahasiswa
keguruan harus mempelajari akan ilmu ini.
Sebelum mempelajari Bimbingan dan Konseling lebih jauh lagi, sebaiknya kta
mengetahui terlebih dahulu akan histori perkembangan Bimbingan dan Konseling ini,
khususnya perkembangan di Indonesia, sebagaimana isi dari tugas saya ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Perkembangan Bimbingan Dan Konseling Di Indonesia
Sejarah perkembangan Bimbingan Konseling di indonesia mengalami perubahan di
beberapa dekade, berikut perkembangan Bimbingan dan Koseling di tiap dekadenya:
A. Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan
Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa dididik untuk
mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan.
Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia melalui
pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang
menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang bimbingan, hal
tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
1. Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan
perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba
darurat mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara
lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini
pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.
2. Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan
masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa
dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar
menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.
3. Dekade 60-an
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia pada dekade ini diawali dari
dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting
sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil
Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian
menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
a. Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
b. Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
c. Lahirnya kurikulum 1968
d. Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
Keadaan di atas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan
konseling disekolah.
4. Dekade 70-an
Dalam dekade ini perkembangan bimbingan dan konseling dapat terlihat dari rentetan
point berikut:
· Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas
sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada
pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
1. Pemerataan kesempatan belajar,
2. Mutu,
3. Relevansi, dan
4. Efisiensi.
· Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional.
Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana
bimbingan dan konseling.
· Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP
yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP
Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan
dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan
Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk
Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
· Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di
IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di
sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah
mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan
Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK
Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi
adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di
sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan
membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
5. Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama
diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade
80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju
lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
1. Penyempurnaan kurikulum
2. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
3. Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
4. Penataan perguruan tinggi
5. Pelaksnaan wajib belajar
6. Pembukaan universitas teruka
7. Ahirnya Undang – Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas
formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang berorientasi
Indonesia, dsb.
6. Dekade 90-an
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas,
parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan
BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengananak yang bermasalah,
kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa
anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No.
83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat
aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu
dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah
Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan
dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di sekolah mulai jelas.
B. Meyongsong era Lepas landas
Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai
dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek
ekonomi. Cirri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang atas
dasar kekuatan dan kemampuan sendiri, maka cirri manusia lepas landas adalah manusia
yang mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional
yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan – tekanan zaman baru
yang berdasarkan peradaban komunikasi informasi.
C. Bimbingan berdasarkan pancasila
Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia
pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36 butir
bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian
bangsa dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu
menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain.
Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung
jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan
bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak
dilakukan dalam kegiatan pendidikan formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di
beberapa sekolah dilaksanakan program bimbingan yang terbatas pada bimbingan
akademis. Pada tahun 1964, lahir Kurikulum SMA Gaya Baru, dengan keharusan
melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan. Tetapi, program ini tidak berkembang
karena kurang persiapan prasyarat, terutama kurangnya tenaga pembimbing yang
profesional. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pada dasawarsa 60-an Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan diteruskan oleh Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (1963) membuka Jurusan Bimbingan_dan Penyuluhan yang sekarang dikenal
di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan (PPB).
Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade
70-an. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa harapan baru pada
pelaksanaan bimbingan di sekolah karena staf bimbingan memegang peranan penting
dalam sistem sekolah pembangunan. Secara formal bimbingan dan konseling
diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa
bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada
tahun 1975 berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. IPBI ini
memberikan pengaruh terhadap perluasan program bimbingan di sekolah.
Setelah melalui penataan, dalam dekade 80-an, bimbingan diupayakan agar lebih
mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk mewujudkan layanan bimbingan yang
profesional. Upaya-upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada profesionalitas yang
lebih mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini adalah
penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984. Dalam kurikulum
1984, telah dimasukkan bimbingan karier di dalamnya. Usaha memantapkan bimbingan
terus dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dalam Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya pada masa yang akan datang.
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No.
84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan
tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut
dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan
konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.
Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika dan Indonesia
Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal
abad XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan
kepada para pemuda memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950 an bidang ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi
merambah pada bidang-bidang pendidikan. Rehabilitasi, kerumah tanggaan, penanganan
tindak kriminal, kenakalan remaja, juga di rumah sakit, pabrik-pabrik dan bahkan di rumah
militer.
Dari segi wilayah geografi, bimbingan dan konseling tidak lagi tidak lagi terbatas hanya
di Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan
Australia. Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah
Menengah di negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat.
Munculnya Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan
tuntunan logis dari dinamika masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa
pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya
yang sekuler dan liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak
terlepas dari faham sekuler dan liberal.
Meskipun konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang
tak diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat
Barat tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya.
Kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di lingkungan
masyarakat Islam disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda, antara lain :
1. Jika masyarakat Barat memisahkan Negara dan agama, masyarakat Islam tidak
mengenal pemisahan yang sebenarnya antara agama dan kehidupan, antara masjid dan
lapangan kerja. Bimbingan dan Konseling di masyarakat Islam harus berdiri diatas prinsip
keterpaduan antara agama dan kehidupan duniawi.
2. Masyarakat Barat menganut kebebasan individual (dan kelompok yang sangat
liberal, tercermin pada pergaulan bebas, norma seksual yang sangat longgar asal tidak
mengganggu orang lain, sementara masyarakat muslim sangat menjunjung tinggi kesucian
perkawinan, kehormatan wanita, berbakti kepada orang tua yang sudah renta, dan
mengagungkan nila-nilai akhlak, iman dan takwa. Masyarakat Islam tidak mengenal
kebebasan individual dalam arti se bebas-bebasnya, karena dibatasi oleh norma-norma tradisi,
agama dan akhlak. Masyarakat muslim masih menjunjung tinggi prinsip-prinsip berbakti
kepada orang tua, sopan santun social dan tradisi keagamaan.
3. Banyak hal-hal yang di Barat tidak dipermasalahkan, tetapi pada masyarakat Islam
justeru hal itu diharamkan, misalnya; perjudian, perzinaan, gay, menyakiti orang tua, boy
friend, tukar kunci dan sebagainya.
4. Pedekatan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan di Amerika sendiri
menunjukan kegagalan, seperti yang tercermin dalam angka statistik yang dikutip oleh
Dr. Abd. Rahman Isawi dan seruan kecemasan ahli-ahli sosial AS menyangkut masa depan
generasi mendatang.
Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada
sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit.
Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral,
dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk
membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tahun 1910, William
Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di Chicago. Tahun 1911, Universitas
Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield.
Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem
sekolahnya.
2.1.1 Tahun 1913 berdiri National Vocational Guidance di Grand Rapids.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal
tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and Guidance
Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namnya
menjadi AACD (American Association for Counseling and Development). Kemudian, satu
organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD, yaituMilitery Education (MECA). Dengan
demikian, pada saat ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di
Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalmnya. Di
samping itu, pada setiap negara bagian atau wilayah tertentu terdapat semacam cabang dari
masing-masing organisasi tersebut.
Sebagai suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya
mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya (1) Journal
of Counseling and Development;(2) Journal of College Student Personnel; (3) Counselor
Education and Supervision; dan (4) The Career Development Quarterly.
2.1.2 Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami
beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan
(BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling
(BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak
tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan
kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan
bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia lebih banyak dilakukan
dalam kegiatan pendidikan formal di sekolah. Pada awal tahun 1960 di beberapa sekolah
dilaksanakan program bimbingan yang terbatas pada bimbingan akademis. Pada tahun 1964,
lahir Kurikiulum SMA Gaya Baru, dengan keharusan melaksanakan program bimbingan dan
penyuluhan. Tetapi, program ini tidak berkembang karena kurang persiapan prasyarat,
terutama kurangnya tenaga pembimbing yang profesional. Untuk mengatasi masalah tersebut,
maka pada dasawarsa 60-an Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan diteruskan oleh
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1963) membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB).
Setelah dirintis dalam dekade 60-an, bimbingan dicoba penataannya dalam dekade
70-an. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) membawa harapan baru pada
pelaksanaan bimbingan di sekolah karena staf bimbingan memegang peranan penting dalam
sistem sekolah pembangunan. Secara formal bimbingan dan konseling diprogramkan di
sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975 yang menyatakan bahwa bimbingan dan
penyuluhan merupakan bagian integral dalam pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975 berdiri
ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. IPBI ini memberikan pengaruh
terhadap perluasan program bimbingan di sekolah.
Setelah melalui penataan, dalam dekade 80-an, bimbingan diupayakan agar lebih
mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk mewujudkan layanan bimbingan yang
profesional. Upaya-upaya dalam dekade ini lebih mengarah pada profesionalitas yang lebih
mantap. Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini adalah
penyempurnaan kurikulum dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984. Dalam kurikulum
1984, telah dimasukkan bimbingan karier di dalmnya. Usaha memantapkan bimbingan terus
dilanjutkan dengan diberlakukannya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya pada
masa yang akan datang.
Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No.
84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan
tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut
dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya, pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan
konseling harus tampil sebagai profesi yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.
BAB III
KESIMPULAN
Bimbingan dan Konseling telah terbentuk jauh sebelum era kemerdekaan, dari bimbingan
itulah siswa dipupuk untuk merealisasikan cita-cita bangsa, yaitu kemerdekaan. Setelah
kemerdekaan Bimbingan dan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami
beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan
(BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling
(BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun
1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum
1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan
karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
IV. DAFTA PUSTAKA
Ø Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan Profesional
Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).
Ø Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar Kompetensi Konselor
Indonesia. Bandung: ABKIN
Ø Tiva (2010). Sejarah Bimbingan Konseling. Diakses
di:http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/sejarah-bimbingan-konseling.html
Ø Bandura, A. (Ed.). (1995). Self-Efficacy in Changing Soceties. Cambridge, UK: Cambridge
University Press.
Buku Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Refika Aditama
Djumhar dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance &
Counseling). Bandung : CV Ilmu.
Shertzer, B. & Stone, S.C. 1976. Fundamental of Gudance. Boston : HMC
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.
Winkel, W.S,.2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a:
Gramedia.
Ø BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. (2006). Panduan Pengembangan
Diri: Pedoman untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNP dan
PUSBANGKURANDIK, Depsiknas.
Ø Nihaya Harun (2010). Sejarah Awal Lahirnya Bimbingan dan konseling. Diakses
di:http://harunnihaya.blogspot.com/2010/08/sejarah-awal-lahirnya-bimbingan-dan.html