Sejarah Arsitektur
-
Upload
muthiah-fadhilah -
Category
Documents
-
view
88 -
download
5
description
Transcript of Sejarah Arsitektur
TEORI – TEORI DALAM ARSITEKTUR Jon Lang mendefinisikan teori (dalam Alan Johnson,1994) mengajukan dua dasar berpijak
bagi beberapa teori. Yang satu berkaitan dengan dunia “sebagaimana adanya” (disebut
Positif Teori) sedangkan yang lain berkaitandengan dunia “sebagamana mestinya” (disebut
Normatif Teori).
Terdapat empat teori dalam arsitektur:
Positif, Substantif, Metologis, dan Normatif
Diagram Proses Terjadinya Teori Arsitektur
TEORI POSITIFMerupakan pernyataan yang tegas melukiskan, menerangkan kenyataan dan mampu
untuk memperluas prediksi terhadap kenyataan di masa mendatang. Teori positif merupakan
pernyataan positif yaitu pernyataan tegas tentang realita (sebagaimana adanya). Teori positif
pada hakekatnya bersifat empirik dan tentative. Teori positif tidak akan menyiratkan bahwa
sebenarnya teori harus sesuai dengan epistemology (ilmu yang mempelajari tentang asal usul)
para positivist (penganut teori positif) yang berpedoman bahwa tidak ada kebenaran sebelum
ada tahap pembuktian sesuatu dan pembongkaran kepalsuan.
Teori positif merupakan suatu proses kreatif yang mencakup pembentukan struktur
konseptual, baik untuk menata maupun untuk menjelaskan hasil suatu pengamatan,.
Tujuannya adalah agar struktur ini dapat digunakan untuk menjelaskan apa yang terjadi dan
membuat prediksi mengenai apa yang mungkin akan terjadi.
Aspek – Aspek dalam Arsitektur Positif
Konsep dasar lingkungan dan perilaku manusia
Pola aktifitas dan lingkungan binaan
Nilai estetika dan lingkungan binaan
Fungsi Teori Positif
Fungsi utama adalah membuka jalan bagi peneliti untuk memperoleh sesuatu yang
bernilai besar dari berbagai pernyataan deskriptif suatu pernyataan tertentu. Nilai besar dan
murni itulah yang menguatkan pendapat bahwa suatu teori berfungsi untuk semua disiplin ilmu
di mana kemudian memberikan batasan yang jelas dengan tahapan seperti system kontrol yang
baik.
Dalam perancangan, fungsi teori positif adalah meningkatkan kesadaran mengenai
perilaku mana dalam lingkungan yang penting bagi manusia sehingga dalam pengambilan
keputusan desain, hal tersebut tidak luput menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu,
dengan teori positif berbagai isu ini dapat didiskusikan dengan jelas dan gamblang sehingga
dapat menjembatani celah yang ada antara rancangan yang intuitif dan ketidaksadaran akan
perilaku yang penting bagi manusia karena berbagai aspek dalam desain dapat menjelaskan
secara eksplisit.
Tujuan Teori Positif
- Untuk menjelaskan fenomena maupun memprediksikan hasil – hasilnya sehingga
dapat diprediksikan langkah – langkah yang harus diambil
- Untuk memberikan kemungkinan masyarakat ilmuwan dalam memperoleh banyak
pernyataan deskriptif
- Untuk menghindari bias, menghindari unsur subyektifitas dan melihat pada alternative
Contoh adalah prinsip desain mengenai defensible open space berdasarkan kontrol
teritori dari Oscar Newman. Dengan adanya uraian yang eksplisit dari prinsip desain ini, arsitek
dan perancang lain dapat menggunakanya dalam perancangan di lingkungan mana pun.
Sebuah
teori positif
akan
memperhitungkan adanya pengalaman dari beragamnya karakter manusia yang mengakibatkan
beragam pula bentuk tuntutan akan lingkungan fisik
TEORI SUBSTANTIFSecara umum, Teori Substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan
substantif atau empiris dalam suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi,
psikologi dan lain sebagainya. Contoh: perawatan pasien, hubungan ras, pendidikan
profesional, kenakalan, atau organisasi peneliti.
Sedangkan dalam teori arsitektur, Teori Substantif berkaitan dengan kajian tentang
fenomena lingkungan alam dan perilaku manusia yang membantu memperkaya dan menjadi
bahan pertimbangan Arsitek atau Perancang dalam perancangan arsitektur.
Tujuan pengembangan teori substantif adalah untuk mengurangi ketidakpastian tentang
banyak isu yang menjadi perhatian desainer. Teori substantif dalam arsitektur berkaitan dengan
deskripsi dan penjelasan tentang sifat fisik dari lingkungan binaan - bahan dan struktur-dan apa
yang memampukan organisme. Teori ini berpusat pada ilmu perilaku, sehingga kepentingan
kita di sini adalah dalam tujuan manusia yang dilayani oleh lingkungan yang dibangun bukan
dengan cara bahan dan fakta-fakta geometri memungkinkan untuk dikonfigurasi.
Bidang Kajian Teori Substantif
Natural Environment Theory: Kajian yang berkaitan dengan lingkungan fisik,
kimiawi, dan geologi di sekitar manusia dan organisme lain. Hal ini menjadi
masukan dalam pengolahan material, geometri bentuk, perhitungan struktur,
pengaruh lingkungan alam (angin, matahari, hujan, dll) dalam perancangan
arsitektur.
Person Environment Theory: Kajian yang berkaitan dengan aspek biologik,
psikologik, sosial, dan kultural manusia. Hal ini akan menjadi masukan dalam
penataan pola aktivitas, organisasi, program ruang, serta bentukan arsitektur
berdasarkan karakteristik prilaku pemakai.
Dua Jenis Lingkungan Buatan:
Potential Environment adalah apa yang dirancang dan diciptakan oleh Arsitek.
Effective Environment adalah apa yang digunakan dan diapresiasi oleh pemakai.
Contoh Penerapan Teori Substantif dalam Bidang Arsitektur
Masyarakat Cina di Surakarta hidup dalam lingkungan yang dipengaruhi oleh kebijakan
politik. Keterkaitan politik dan arsitektur menjadi fokus teori yang dipakai dalam proses analisis.
Teori-teori itu dikaitkan dengan keberlanjutan bentukan arsitektur dalam mengantisipasi faktor
modifikasinya. Teori substantif yang digunakan meliputi konsep pandangan hidup, kepribadian,
dan kebudayaan masyarakat Cina serta bentukan arsitekturnya secara tradisional yang
kemudian berkembang di perkotaan.
Kajian teks digunakan untuk pencarian teks yang terdapat pada referensi tentang
arsitektur Cina dan sejarah perkembangan politik masyarakat Cina di Indonesia dan Surakarta.
Proses ini dilanjutkan dengan pencarian makna di balik visual rumah/rumah toko Cina di
Surakarta berdasarkan teks, wawancara, dan observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan
politik tidak hanya memengaruhi arsitektur, tetapi digunakan pula oleh masyarakat Cina
sebagai reaksi terhadap kebijakan atau peristiwa politik. Faktor politik yang berpengaruh
terhadap arsitektur rumah Cina di Surakarta terdiri atas segregasi etnik dan penciptaan access
ke kawasan Pecinan. Hal itu dilakukan, antara lain dengan cara akulturasi, assimilasi, dan
pengembangan ekonomi, pembatasan ekonomi di pedesaan, pelarangan ekspresi identitas
Cina, dan penghancuran rumah Cina.
Ciri tradisional Cina yang terdapat dalam
fasad adalah atap melengkung pada
sopi-sopi/gunungan, bentuk simetri dengan atap
datar tampak dari muka, dan bentuk Shophous
dengan karakter toko pada bagian depan dan
berlantai dua. Dengan temuan ini diharapkan
dapat memberikan gambaran bahwa sebuah
kebijakan politik dapat diaplikasikan dalam urban
planning atau bentukan arsitektur. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan ini tidaklah
bersifat linier dan akan tetap menimbulkan reaksi dengan bentukan arsitektur yang lain.
TEORI METODOLOGIS atau TEORI PROSEDURAL
Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode merupakan cara yang teratur
untuk mencapai suatu maksud yang diinginkan (Salim & Salim, 1991). Sehubungan dengan
konteks bidang ilmu yang ilmiah maka metode menyangkut masalah cara-kerja; yaitu cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Dalam konteks ilmu arsitektur, metode dapat diartikan sebagai cara mendekati,
mengamati dan menjelaskan suatu gejala (dalam arsitektur, perancangan dan seterusnya)
dengan menggunakan landasan teori.
Dewasa ini telah berkembang berbagai pemikiran yang berpengaruh besar terhadap cara
berpikir perancangan arsitektur yang secara kronologis dapat digambarkan sebagai berikut:
Periode 1950 – 1960: Metodologi Perancangan Arsitektur
Periode 1960 – 1970: Structuraly Aproach to Design in Architecture, mengandung
pemikiran bahwa arsitektur adalah bagian substruktur dari kebudayaan
Periode 1970 – 1980: Pemikiran tentang programming arsitektur sebagai proses
perancangan.
Teori ini berfokus pada bagaimana tujuan dari perancang dan bangunan. Tujuan yang
dimaksud mendefinisikan tentang dua hal yaitu, pernyataan umum dari tugas arsitektur dan
pernyataan tentang hubungan yang diinginkan antara arsitektur dan fenomena lain.
Pemikiran-pemikiran tentang metodologi perancangan diilhami cara-cara Operational
Research (OR), ergonomics dan work study di Inggris, yang dicetuskan sebagai reaksi
ketidakpuasan atas hasil-hasil proses perancangan tradisional (Black box Jones,1969). Titik tolak
pemikirannya pada dasarnya adalah bahwa “perancangan arsitektur dapat disistematisasikan
dan dianalisiskan”. (Glass box Jones, 1969) dan dapat dikomunikasikan secara obyektif. Teori
tentang proses perancangan atau pemikiran perancangan ini pada mulanya adalah pemikiran di
negara-negara Ingris, Scotlandia, Cekoslowakia, Polandia dan Amerika. Nama yang termasuk
sebagai pemikir-pemikir ini seperti Christopher Jones, Broadbent, Ward, Christopher Alexander
yang kemudian dikenal sebagai pemikir pikiran-pikiran perancangan arsitektur.
Perancangan atau desain berasal dari kata Bahasa Latin, yaitu Designose (berasal dari kata
dasar Sec) yang artinya memotong dengan gergaji atau bisa diartikan sebagai tindakan menakik
guna memberi tanda. Maksud memberi tanda tersebut bisa dijabarkan sebagai penambahan
citra pada suatu obyek tertentu. Perancangan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata
“rancang” yang 11 kemudian berkembang menjadi “merancang” yang dapat diartikan sebagai
kegiatan mencocokkan sesuatu ke dalam tanah.
Contoh yang berkaitan dengan
metode/prosedur dalam praktek perencanaan
dan perancangan arsitektur, yang mencakup
proses perumusan gagasan/kreativitas, serta
proses analisis, sintesis, dan evaluasi.
TEORI NORMATIF
Normatif berasal dari bahasa latin Norma yang pada mulanya berarti alat tukang batu
atau tukang kayu yang berbentuk segi empat, pola, aturan atau secara umum berarti standar.
Norma juga terjadi dari hal-hal yang biasa atau nilai-nilai yang berulang-ulang yang sudah
disepakati atau suatu konsensus. Selanjutnya ditegaskan bahwa teori adalah suatu perangkat
aturan-aturan yang memandu arsitek dalam membuatkeputusan tentang persoalan-persoalan
yang muncul saat menterjemahkan suatu informasi ke dalam desain bangunan.
Teori normatif bagi Kevin Lynch dalam “Good City Form” menguraikan hubungan-
hubungan yang dapat digeneralisasi antara nilai-nilai manusia dan bentuk tempat tinggal atau
bagaimana mengetahui sebuah kota yang baik dengan melihat kota lainnya (1984:37), tetapi
berkembang menjadi tidak terkendali menjadi suatu kekeliruan naturalistik.
John Lang (1987) juga melihat teori normatif sebagai penentu untuk kegiatan tetapi
dalam bentuk yang prinsipil, standar-standar dan manifesto yang menuntun kegiatan.
Teori normatif berisi preskripsi-preskripsi (petunjuk-petunjuk) untuk bertindak melalui
standar-standar (norma-norma), manifesto dan prinsip-prinsip perancangan dan filosofi-filosofi
(Alan Johnson,1994). Karena teori ini berkaitan dengan dunia “sebagaimana mestinya” maka
biasanya cenderung merupakan pernyataan sebagi petunjuk merancang. Dalam hal ini normatif
diartikan sebagai norma-norma, aturan-aturan, kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip.
Teori normatif adalah teori yang berasal dari suatu ideologi dan bermacam-macam
orientasi professional dengan membandingkan sesuatu sehingga memunculkan suatu
guidelines dan prinsip-prinsip sampel dari suatu proses keputusan dalam desain. Teori normatif
berhubungan dengan posisi dan kedudukan yang berbeda mengenai apa yang telah dilakukan
atau yang dapat dilakukan pada lingkungan terbangun dan atau pada proses desain yang
seharusnya dilakukan designer atau arsitek.
Teori Normatif (Normative Theory): Teori Normatif mempertanyakan tentang
bagaimana seharusnya arsitektur berperan dalam rona kemasyarakatan serta nilai sosial
budaya tertentu, sehingga pada gilirannya akan mampu mempengaruhi kepekaan apresiasi,
evaluasi dan antisipasi terhadap fenomena arsitektur di masa lampau, masa kini dan masa
mendatang.
Salah satu contoh penggunaan teori normatif yaitu pada Stasiun Poncol Semarang.
Sebelumnya, harus diketahui terlebih dahulu apa saja kriteria atau norma yang berlaku untuk
bangunan yang berada di iklim tropis.
NO. ASPEK IKLIM TROPIS BENTUK RESPON DESAIN BANGUNAN
1. OPTIMALKAN ALIRAN
UDARA
ATAP
- Diantara banyak bentuk atap bangunan, sebenarnya atap
berbentuk miring atau menyerupai pelana kudalah yang
optimal dapat melindungi semua bagian badan bangunan.
- Bentuk kemiringan atap, seyogyanya dapat serah dengan arah
datangnya angin, sehingga angin yang optimal dapat
diperoleh dalam bangunan.
- Pilihan bahan penutup (bahan dan tektur) seyogyanya
itentukan dengan karakter kecepatan udaranya.
- Bukaan pada atap atau pembuatan cerobong pada atap
merupakan salah satu solusi yang tepat.
DINDING
- Besarnya porosite (perbandingan luas pelobangan dinding
terhadap luas dinding pada suatu fasade) menentukan
kuantitas angina yang masuk kedalam bangunan.
- Bentuk-bentuk pelobangan dinding dapat berupa pintu,
jendela maupun pelobangan angin lainnya yang berada diatas
pintu/jendela atapun pada bagian dinding.
- Pelobangan dinding akan berfungsi optimal, bilamana terletak
searah sudut datang angin. Bilamana tidak, didain parapet
bangunan akan menjadi solusinya.
LANTAI
- Makin tinggi permukaan bidang lantai terhadap tinggi muka
tanah, akan mendapatkan efek optimal keberadaan angin.
Dengan mengetahui karakter gerakan udara secara natural,
maka bangunan seyognyanya memposisiokan ketinggian
lantai yang semakin tinggi kearah wilayah interiornya.
- Kekasaran permukaan lantai juga mempengaruhi gerakan
udara yang masuk kedalam bangunan
2. CURAH HUJAN YANG
TINGGI
ATAP
- Kemiringan Atap yang tepat akan memberi luang gerak curah
hujan yang menerpa bangunan.
- Penentuan tektur material penutup atap (licin dan kuat)
berfungsi mengatisipasi tanaman liar/lumut.
- Talang dalam/jurai dalam merupakan solusi untuk
menyelesaikan pertemuan antar kemiringan atap
- Kebocoran dapat terjadi jika kemiringan atap tidak sebanding
dengan tumpang tindihnya elemen atap.
DINDING
- Sebagaimana pilihan material atap, maka pilihan pelapis
dinding juga berfungsi dalam menatisipasi gangguan tanaman
liar/jamur bahkan lumut pada musim hujan. Dan pilihan
pelapis yang licin dan berbahan keras, merupakan solusi yang
tepat, seperti pelapisan dinding keramik ataupun pelapisan
cat yang gilap/licin.
- Pola aliran air hujan seyogyanya direspon dengan
menempatkan tritisan atau alur air yang tepat pada dinding.
LANTAI
- Kekasaran muka lantai merupakan solusi yang tepat bagi
bangunan yang sering basah terkena air hujan. Kemiringan
lantai/ pada bangian bawah bangunan sangat dianjurkan.
- Ketinggian permukaan lantai yang signifikan merupakan solusi
antisipasi luapan alir hujan pada bagian bawah bangunan
3. PANCARAN SINAR
MATAHARI
ATAP
- Kemiringan atap dan lebar tritisan yang maksimal suatu
bangunan akan optimal dalam melindungi dinding dari
paparan sinar matahari langsung
- Ruang bawah atap merupakan media isolasi yang tepat untuk
daerah tropis dalam mengatisipasi terpaan sinar matahari
sepanjang hari. Apalagi bila dimungkin kan ditempatkan
lubang ventilasi pada bagian ini, maka akan berfungsi dalam
menurunkan suhu udara ruangan di bawahnya.
- Penggunaan penutup atap dengan lapisan yang mengilat dan
terang dapat memantulkan panas Matahari
DINDING
- Pilihan material dinding yang semakin keras akan membantu
mengurangi hantara panas sinar matahari masuk kedalam
bangunan.
- Finishing dinding fasad sangat signifikan dalam mengurangi
beban panas. Dinding yang belum finishing (terlihat susunan
bata) akan lebih cocok untuk daerah dingin/pegunungan.
Dinding rumah daerah panas (seperti kota Semarang), sangat
diperlukan finising dinding yang optimal dan tambahan pilihan
pewarnaan dinding yang lebih terang
- Warna putih menguntungkan dalam pengurangan panas
ruangan dalam dibandingkan warna-warna mencolok lainnya.
LANTAI
- Pilihan tektur dan warna lantai pada bagian bawah dan luar
bangunan yang terkena sinar matahari,. Memberikan effek
panas/pantul sinar ke arah dalam ruangan.
- Pada daerah yang relatif sering kena air/ daerah rob, pilihan
dan disain bagian bawah bangunan seyognyanya difungsikan
memperoleh pancaran sinar matahari yang optimal agar
ruangan dalam/bangunan tidak lepuk/cepat lembab.
Tabel 1. Bentuk respond bangunan didaerah beriklim tropis
(Prianto, Wahyudi, & Kusumastuti, 2015), (Kusumastuti, Prianto, & Suprapti, 2015)
Salah satu norma general yang coba dikaji adalah form follow function, salah satu kaidah
arsitektur modern yang dikemukakan oleh Louis Sullivan dan kaidah international style dari
arsitektur modern (Jurgen, 1959). Bentuk denah bangunan stasiun Semarang Poncol, dapat
dikatakan bahwa sang arsitek H.M. Pont menganut salah satu kaidah dalam form follow
function. Bentuk denah yang mengikuti bentuk lintasan rel yang linier, sehingga dapat
mengakomodasi kebutuhan penumpang kereta dalam kemudahan sirkulasi naik turun
penumpang dari peron menuju ke kereta. Selain itu bentuk denah juga menjadi pemisah atau
zonasi area tersendiri di dalam area stasiun. Norma form follow function tidak hanya diterapkan
pada bentuk bangunan terkait dengan fungsi secara ergonomis saja, tapi juga terkait desain
yang tanggap iklim tropis. Massa bangunan yang dengan bentang panjang biasanya
mengharuskan penggunaan energy yang besar pula (Rahim H. R., 2012. Hal 1), namun pada
solusi disain dari atap pelanannya telah mempertimbangkan bukaan untuk memasukan cahaya
sebagai penerangan alami pada waktu siang, sehingga penggunaan energi listrik/lampu tidaklah
terlalu banyak. Bentuk dominan massa yang linier ini, ternyata sudah diposisikan berorientasi
Utara-Selatan sehingga mendapatkan udara secara maksimal.
a). Gambar 1. Sketsa Denah Stasiun Semarang Poncol, b). Gambar 2. Pelobangan pada bidang
atap sebagai media memasukan penerangan alami
Gaya modern De Stijl yang berkembang di Belanda, ternyata juga diterapkan di dalam
desain Stasiun Poncol, dengan pedekatann konsep langgam de stijl yaitu kesederhanaan,
kemurnian, keseimbangan, harmoni dan keselarasan (Jurgen, 1959). Faktor-faktor penerapan
konsep arsitektur de stijl tersebut tidak hanya dikembangkan kaitannya dengan tampilan fasade
bangunan stasiun Poncol, namun juga diterapkan dalam system operasional bangunan yang
tanggap dengan kontekstual iklim setempat, yaitu:
1. Penataan selasar/ koridor yang lebar didepan bangunan utamanya. Dengan penataan
lay-out seperti ini memberikan jarak bangunan terhadap factor-faktor luar seperti
kebisingan dari sirkulasi parkir/lalu lintas didepan bangunannya, pancaran sinar
matahari, dan usaha sebagai area penangkap aliran udara.
2. Dengan adanya penempatan selasar ini, respond iklim tropis didukung/diperjelas
dengan dilengkapi dengan tritisan yang lebar.
3. Keharmonisan pilihan material penutup dinding dengan memakai batu bata. Material
batu bata adalah salah satu material local Indonesia yang mempunyai kelebihan sesuai
dengan iklim setempat (Mediastika, 2012). Batu bata yang bersifat sebagai isolator bagi
panas matahari, mampu memantulkan panas dan mendinginkan ruang pada ruang di
siang hari dan mampu melakukan hal yang sebaliknya pada malam hari.
Gambar 3. Tampilan struktur baja pada kolom yang di integrasikan dengan perletakan saluran
pembuangan air hujan.
Gambar 4. Potongan bangunan Stasiun Poncol yang memperlihatkan struktur rangka Baja
sebagai struktur penumpu atap yang membentuk pelana sebagai respon terhadap iklim tropis
Indonesia
Gambar 5. Bentuk tritisan yang lebar di sepanjang selasar depan Stasiun Poncol
Gambar 6. Dominasi pilihan warna putih pada fasade Statsiun Poncol.
Sesuai dengan kriteria bangunan di daerah beriklim tropis, stasiun memiliki warna
dinding dengan dominan putih agar ruangan di dalamnya tidak terlalu panas. Dimana
pewarnaan putih mengkilat memiliki daya penyerapan 20 – 30%, dan memiliki daya pantul
sebesar 80 – 70%, dengan demikian pilihan warna putih ini tepat dalam usaha mempengaruhi
tingkat suhu udara dalam bangunan menjadi lebih sejuk atau dibawah suhu udara eksteriornya.
DAFTAR PUSTAKA eolytristan.blogspot.co.id/p/pembahasan_21.html
https://books.google.co.id/books
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/
196302041988031-MOKHAMAD_SYAOM_BARLIANA/Bahan_Ajar/Teori_Arsitektur/
Prtemuan2.pdf
http://www.kompasiana.com/wiwinimanuha/apakah-butuh-teori-dalam-penelitian-
kualitatif_5530f9c96ea83419518b4575
http://ugm.ac.id/id/berita/1405-
dr.dhani:.politik.berpengaruh.terhadap.arsitektur.rumah.cina
https://www.academia.edu/3848562/TEORI_DAN_TEORI_ARSITEKTUR
https://laciarsip.wordpress.com/tulisan/kompilasi-tulisan/sudradjat-iwan/
http://eolytristan.blogspot.co.id/p/pembahasan_21.html
http://abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/2015/September/5.%20PPKM.V2.3-Eddy
%20Prianto-Respon%20Iklim%20Tropis%20Lembab%20pada%20Bangunan%20Cagar
%20Budaya.pdf