Sef menyapa ed2 2013
description
Transcript of Sef menyapa ed2 2013
SEF�MENYAPAEdisi III. 2013
“LOAN SHARK VS ISLAMIC MICROFINANCE”
Membangun Ketahanan Finansial Secara Inklusif dengan Islamic Microfinance
Format:Opini�500�kata�(2-3�opini�terpilih�yang�dimuat�per�edisi).
Kami�juga�menerima�karya�bebas�250�kata�seperti�prosa,�puisi,�
dsb�yang�relevan�dengan�tema�(hanya�1�karya�terpilih�yang�dimuat�per�edisi).
Format�file�.doc�dikirim�email�ke�[email protected]:�12�September�2013�pukul�23.59
Wajib�menyertakan�nama�lengkap,�asal�instansi,�jurusan,�angkatan,�
dan�foto�diri�formal�dalam�format�.jpg.
Tema:
The Future of Islamic Economics
CALL�FOR�CONTRIBUTOR
Ketua UmumAndira Barmana
Sekretaris JendralNurul Wakhidah
Redaktur Departemen Kajian SEF UGM
Shufi Al Ichsanu BrataNilawati
Nur Isnaini MasyithohM. Ibnu Thoriqul AzizNur Mutiara Sholihah
Lailul Marom
Desain dan LayoutDepartemen Media SEF UGM
Ristiani Puji LestariRofiqi Kurnia
Alamat RedaksiSekretariat
Shariah Economics ForumUniversitas Gadjah Mada,
email: [email protected]
Potensi usaha mikro ini sayangnya belum op�mal. Hal ini
terbuk� dari rendahnya �ngkat ekspor dari jenis usaha mikro yang
mendominasi Indonesia. Berdasarkan data BPS, hanya 11,8 persen dari
total UMKM yang memperoleh pembiayaan dari bank. Selain itu, lebih
dari 51 persen dari UMKM �dak memiliki badan hukum yang jelas.
Perha�an akan pen�ngnya peran pembiayaan mikro sebagai
salah satu komponen utama dalam usaha mikro semakin meningkat
seiring munculnya inisiasi Millenium Development Goals yang tujuan
pertamanya adalah eradicate extreme poverty and hunger. Oleh karena
itu, microfinance menjadi perha�an utama dari perkembangan sosio‐
ekonomi masyarakat �dak hanya di Indoensia tetapi juga dunia.
Obaidullah (2008) dalam ar�kelnya, “Islamic Microfinance
Development Challenges and Ini�a�ves”, menyebutkan persamaan
antara microfinance dan Islamic finance terletak pada nilai‐nilai Islam
seper� e�ka, moral, sosial, dan spiritual yang juga menjadi faktor‐faktor
yang relevan dalam mendorong terwujudnya kesetaraan dan keadilan.
Keduanya mendukung pen�ngnya financial inclusion melalui
entrepreneurship dan risk‐sharing melalui partnership finance dengan
melibatkan golongan miskin untuk turut berperan dalam ak�vitas
ekonomi.
Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) adalah bentuk
usaha yang potensial di Indonesia
melihat kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang didominasi oleh
kalangan menengah ke bawah.
UMKM menjadi alterna�f bisnis
yang saat ini tengah menjamur.
Menurut sensus ekonomi yang
dilakukan BPS tahun 2006 di Indonesia,
badan usaha terdiri dari 83,27% usaha
mikro, 15,81% kecil, dan sisanya adalah usaha besar serta bisnis lainnya.
SEBUAH PENGANTAR,
SEF MENYAPA Edisi III. 20131
Dalam rangka milad SEF UGM ke‐13 dan JMME ke‐17, SEF dan JMME mengadakan sarasehan keluarga besar
SEF dan JMME yang juga dihadiri oleh alumni lintas angkatan pada Sabtu, 25 Mei 2013 di selasar FEB UGM.
Acara dimulai ba'da isya dengan bacaan �lawah yang dilanjutkan dengan sambutan oleh masing‐masing Ketua
JMME‐Ihwan Addin Mufaqih dan Ketua SEF UGM‐Muhammad Andira Barmana.
REP RTASEO
JMME dan SEF di usianya kini diharapkan akan terus
berkarya dan mengembangkan dakwah serta
keilmuan khususnya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
SEF yang jauh masih belia diharapkan terus belajar,
menggali pengalaman, dan memperbaiki diri ke
depan. Keeratan yang terjalin antara SEF dan JMME ini
pun �dak dapat terlepas dari nilai historis lahirnya SEF
dari sebuah divisi di JMME yang kini telah tumbuh
berkembang sebagai organisasi dan kelompok studi
yang berdiri sendiri. Meskipun demikian, diharapkan
sinergi antara SEF dan JMME dapat terus berlanjut.
� Acara in� sarasehan berupa sharing alumni
yang diisi oleh mbak Azizi serta dimoderatori oleh
Hafizh Asri. Diskusi berfokus pada kehidupan dan
kontribusi mahasiswa pasca kuliah. Di sinilah mbak
Azizi menantang peserta sarasehan untuk berbagi
mimpi dan cita‐cita kelak setelah keluar dari SEF dan
perguruan �nggi untuk tetap berkontribusi. Salah
s e o ra n g p e s e r ta d e n ga n p e n u h s e m a n gat
menyampaikan impiannya menjadi dosen/akademisi
dalam bidang Ekonomi Syariah di FEB UGM mengingat
saat ini S1 FEB UGM belum memiliki Jurusan Ekonomi
Islam sehingga cita‐cita tersebut menjadi harapan
bersama mengingat pen�ngnya pengembangan
ekonomi syariah secara keilmuan.
� Selepas sharing, hadirin disuguhi special
performance dari pengurus harian SEF dan JMME yang
menampilkan musikalisasi puisi serta drama teatrikal.
Sorak sorai, gelak tawa, maupun keseriusan menyimak
penampilan turut mewarnai selama pertunjukan
berlangsung. Suasana ini menambah kehangatan
keluarga besar SEF dan JMME dalam acara malam
sarasehan.
Sarasehan menginjak acara puncak yang
ditunggu‐tunggu se�ap tahun, yakni tumpengan dan
makan bersama. Baki‐baki besar berisi tumpeng nasi
kuning dengan lauk pauk serta sayur gudangan lengkap
pun habis disantap bersama. Suasana kekeluargaan yang
amat kental pun terasa. Sarasehan SEF JMME ini
diharapkan akan terus menjadi sebuah refleksi
perjalanan keluarga yang terus berkarya menapaki
usianya. (kajian)
MILAD SEF UGM DAN JMME
2
Berbicara mengenai ekonomi, maka kita akan membahas
cara mencapai kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan.
Terutama kemiskinan, hal ini menjadi bahasan yang tidak
ada habisnya. Kesenjangan antara orang miskin dan orang
kaya semakin terlihat jelas. Hal ini berkaitan erat dengan
sistem keuangan yang digunakan yaitu keuangan
konvensional yang berbasis hanya pada golongan
konglomerat.
Menyadari adanya kekurangan pada sistem yang digunakan,
pertengahan abad ke-20 atau sekitar tahun 1970-an mulai
dikembangkan sistem keuangan mikro (microfinance).
Microfinance didefinisikan sebagai suatu upaya untuk
memberikan jasa keuangan dengan sasaran segmen
masyarakat mikro sebagai objek pelayanannya. Hal ini
bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan. Namun,
microfinance konvensional seperti ini justru memiliki
kelemahan, yaitu masalah pengembalian dana dari debitur
yang notabene adalah orang miskin. Jika usaha mereka gagal,
bunga yang mereka tanggung akan semakin membengkak
sehingga menyebabkan keterpurukan.
Pencerahan pun datang. Tahun
1990-an mulai diperkenalkan
sistem Islamic microfinance yang
berlandaskan pada prinsip-
prinsip syariah Islam seperti
BMT (Baitul Mal wat tamwil),
koperasi syariah, dan asuransi
syariah. Sistem ini memiliki
konsep bentuk pembiayaan yang
disertai tanggung jawab sosial.
Dengan demikian, Is lamic
microfinance memiliki dua misi
sekaligus dalam satu kemasan,
m i s i s o s i a l ( d u n i a ) y a i t u
mengentaskan kemiskinan dan
m i s i s p i r i t u a l ( a k h i r a t ) ,
menegakkan syariat Islam.
Dipandang dari misi sosial, keuangan
mikro Islam mempunyai tujuan untuk
mengentaskan kemiskinan dengan
sebenar-benarnya. Hal ini terlihat dari
pembiayaan pinjaman yang tidak
mengenakan sistem bunga sehingga
debitur tidak mengalami kesulitan
mengembalikan dana. Pengenaan
tambahan biasanya disepakati terlebih
dahulu dimuka agar adil bagi kedua
pihak baik kreditur maupun debitur.
Tambahan ini juga semata-mata untuk
kelangsungan usaha kreditur serta biaya
administrasi. Kegiatan atau proyek yang
dilaksanakan merupakan kegiatan yang
halal sepert i pinjaman kegiatan
produktif dan pengumpulan dana zakat.
Oleh: Akbar Yusuf Ridwanto, Akuntansi 2012
Islamic Microfinance:
Two
Missions in
One Package
3
Ada pula qardul hasan yaitu perpanjangan jangka waktu
pembayaran pinjaman oleh kreditur berdasar niat baik. Selain
itu, dalam akad ini debitur hanya membayar sejumlah yang dia
pinjam tanpa tambahan apapun. Inilah letak tanggung jawab
sosial dimana kreditur yang bermaksud membantu debitur
mengatasi permasalahan keuangan atau kemiskinan tidak
membebaninya dengan bunga yang justru memperparah
keadaan si peminjam.
� Di� sisi� spiritual,� Islamic microfinance membuka
jalan bagi umat untuk melakukan kegiatan ekonominya sesuai
syariat islam. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 72
persen masyarakat di negara mayoritas muslim enggan
melakukan pinjaman karena alasan agama walaupun tersedia
banyak jasa keuangan (Honohon, 2007). Hal inilah yang
menghambat pengentasan kemiskinan juga perkembangan
sektor ekonomi mikro, kecil, dan menengah. Tetapi, dengan
hadirnya solusi Islamic microfinance, seorang muslim akan
yakin dengan apa yang dipilih sebagai pembiayaan usaha yang
halal dan thoyib terutama masyarakat miskin.
Setelah menelaah tentang
I s l a m i c m i c r o fi n a n c e ,
didapatkan kesimpulan bahwa
peran keuangan mikro Islam
begitu besar mencakup misi
dunia dan akhirat. Akan tetapi,
sektor ini masih menjadi
pilihan kedua atau alternatif.
Untuk itu, digagas pemikiran
mengenai mainstreaming
Islamic microfinance, yaitu
suatu gerakan menjadikannya
sebagai mainstream, sistem
keuangan mikro dibanding
microfinance konvensional.
Keberadaan keuangan
mikro Islam sendiri telah
mendapat perhatian dari
P B B . T a h u n 2 0 0 5
d i t e t a p k a n s e b a g a i
p e r m u l a a n I s l a m i c
microfinance. Bahkan,
PBB juga menyatakan hal
ini sebagai komponen
p e n t i n g u n t u k
m e n g e n t a s k a n
kemiskinan. Oleh karena
itu, tidak ada alasan untuk
tidak mengembangkan
Islamic microfinance di
Indonesia, seiring dengan
perkembangan industri
kecil dan menengah saat
ini.
Mainstreaming Islamic Microfinance
dua misi sekaligus
dalam satu kemasan, misi sosial
(dunia)
yaitu mengentaskan
kemiskinan dan misi spiritual
(akhirat)menegakkan
syariat Islam.
4
Pemanfaatan dana masjid sebagian
besar terserap pada kegiatan
operasional yaitu 37 persen. Kemudian,
sebanyak 29 persen masjid
memanfaatkan dana untuk kegiatan
lain-lain yang didominasi oleh renovasi
dan pembangunan masjid, santunan,
dana membayar penjaga masjid
Dalam melaksanakan berbagai kegiatan, masjid menghimpun dan mengelola dana ziswaf
(zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf) dari masyarakat. Pemanfaatan dan pengelolaan dana
masyarakat tersebut menjadi penting untuk dikaji dalam rangka mengembalikan peran masjid yang
lebih besar di masyarakat.
Dari hasil riset yang dilaksanakan oleh Departemen Riset SEF UGM, terhadap sampel
sebanyak 33 masjid yang berada di sekitar kampus UGM (± 3 km), memberikan hasil sebagai
berikut:
Permasalahan lain yang ditemukan adalah banyaknya dana ZISWAF yang
terkumpul di masjid tidak dipergunakan atau dibiarkan menganggur. Hal ini
sangatlah disayangkan melihat keadaan negara Indonesia yang masih memiliki
banyak rakyat menengah ke bawah di berbagai bagian negara. Uang yang
mengangggur tersebut seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan kesejahteraan
ummat ataupun kegiatan produktif.
5
Pengembangan
Islamic Microfinance Melalui
Pengelolaan Dana
ZISWAF Masjid
Oleh: M.Andira Barmana
Dalam kondisi banyakanya dana menganggur pada masjid-masjid yang ada,
Islamic microfinance menghadapi kendala jumlah dana kelolaan
untuk pembiayaan yang kecil. Hal ini karena, masyarakat cenderung
memilih menabung di perbankan yang aman karena ada penjaminan, tetapi ketika
mereka mengajukan pembiayaan, mereka akan menuju Islamic microfinance non-bank.
Terjadi mismatch, permintaan pembiayaan lebih tinggi sedangkan DPK yg terhimpun
relatif kecil. Selain itu banyak yang tidak mencapai skala ekonomi (economic of scale),
sehingga pendapatan tidak menutupoperational cost.
Dana masj id yang menganggur dan t idak
termanfaatkan dengan baik serta Islamic microfinance yang
memiliki potensi besar dalam mengembangkan UMKM
akan tetapi memiliki kendala dalam pemerolehan dana.
Menjadi permasahalan yang harus dibahas dan diselsaikan
demi tercapainya akselerasi perkembangan lembaga
keuangan syariah. Dalam menyalurkan dana ZISWAF,
Islamic microfinance juga harus berhati-hati dalam memilih
pengelola dana atau pengguna dana. UMKM menjadi target
utama bagi Islamic microfnance dalam melakukan
pembiayaan, hal ini disebabkan UMKM merupakan usaha
yang bergerak dalam sektor riil, dan usaha yang dapat
mensejahterakan masyarakat luas. UMKM memiliki peran
strategis dalam mempercepat pendistribusian kekayaan, hal
ini dapat dilihat dari jumlah UMKM yang terdapat di
Indonesia yang mengisi 93 persen sektor riil, serta
d i b u k t i k a n d e n g a n k e m a m p u a n U M K M u n t u k
mempertahankan perekonomian Indonesia terutama pada
saat terjadi krisis global.
Jika kita analisis secara lebih mendalam, ketika Islamic microfinance menyalurkan
dananya kepada UMKM, UMKM tersebut akan tumbuh dan berkembang. Tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh UMKM juga semakin meningkat sehingga lapangan kerja bertambah dan
pengagguran berkurang.
Islamic Microfinance
I s lamic microfinance
adalah lembaga keuangan mikro
syariah yang dapat berbentuk
BMT (Baitul Maal wat Tamwil)
ataupun KJKS (Koperasi Jasa
Keungan Syariah) yang dalam hal
ini merupakan lembaga yang
memiliki potensi besar untuk
berkembang, akan tetapi masih
memiliki masalah dalam berbagai
hal, terutama masalah pendanaan.
ShadaqahInfaq
Zakat MaalWakaf uang
masjid
Pengelolaan danaPenyaluran dana
Usaha mikroUsaha Kecil
Usaha menengah
Islamic Microfinance
Sektor riil
6
Islamic Microfinance dalam pengelolaan ZISWAF
Selama ini, banyak yang menganggap bahwa dana ZISWAF yang terdapat di masjid tidak
boleh dipergunakan selain kegiatan operasional masjid, untuk itu mindset dan pemikiran masyarakat
akan hal ini seharusnya diubah, sehingga dana ZISWAF dapat dipergunakan untuk kegiatan produktif.
� Islamic microfinance akan bertindak sebagai pengelola dana dan pihak Masjid akan berperan
sebagai penyalur dana. Adapun akad yang digunakan oleh Islamic microfinance dalam mengelola dana
tersebut sebagai berikut:
Microfinanace dalam bentuk koperasi
memiliki peran strategis dalam perluasan
lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.
B e n t u k k o n k r i t t e r c e m i n p a d a
pengembangaan Baitul Maal dengan
memanfaatkan optimalisasi zakat, infaq,
sedeqah dan waqaf (ZISWAF) yang akan
bermuara kepada pengurangan jumlah
penduduk miskin dan mendorong mereka
melakukan kegiatan usaha produktif yang
berkesinambungan. Disini nilai Islamic
microfinance dapat berperan sebagai agent of
asset distribution untuk memberdayakan
ekonomi ummat.
Islamic microfinance akan bertidak
sebagai Nazir dalam mengelola dana
wakaf. Nazir adalah pihak yang
menerima harta benda wakaf dari
w a k i f u n t u k d i k e l o l a d a n
dikembangkan sesuai dengan
p e r u n t u k k a n n y a . D a l a m
pengelolaan wakaf, harta benda
wakaf tidak dapat berkurang untuk
itu pengelola harus profesional
sehingga Islamic microfinance yang
a k a n m e n j a d i N a z i r h a r u s
p r o f e s i o n a l , A k u n t a b e l d a n
terpercaya.
Yang menjadi perhatian dalam melaksanakan pengelolaan dana ZISWAF tersebut adalah bagaimana
Islamic microfinance dapat menggunakan dana tersebut untuk kegiatan produktif, sehingga memiliki
efek multiplier kesejahteraan bagi masyarakat. Dana ZISWAF yang terkumpul di masjid sejatinya
adalah dana masyarakat yang harus dikembalikan untuk kesejahteraan ummat, sehingga dengan
menyalurkaan kekayaan ummat tersebut terhadap sektor produktif distribusi kekayaan dan aset antar
masyarakat akan semakin merata.
Pihak Islamic microfinance merupakan pihak yang mengalami kekurangan dana (defisit)
sementara masjid selaku pengelola dana ZISWAF merupakan pihak yang kelebihan dana (surplus),
maka untuk menciptakan adanya keseimbangan dan pemerataan kesejahteraan, kedua pihak tersebut
perlu dipertemukan dan disinergikan.
1. 2.
7
Selasa, 7 Mei 2013, Kajian Kontemporer SEF
UGM kembali digelar di selasar FEB UGM
pada pukul 16.00-18.00. Tema yang diangkat
a d a l a h T h e L o a n S h a r k v s . I s l a m i c
Microfinance: Membangun Ketahanan
Finansial Secara Inklusif. Kajian tersebut
m e n g h a d i r k a n d u a p e m b i c a r a , y a i t u
Mohammad Bekti Hendrie Anto, S.E, M.Sc.
(dosen dan peneliti di P3EI UII) dan Dr.
Mamduh M. Hanafi, M.B.A., Ph.D. (dosen FEB
UGM), serta moderator oleh M. Ibnu Thorikul
Aziz dari Ilmu Ekonomi 2012
Pada dasarnya, keuangan mikro itu
ada untuk melayani pihak-pihak yang tidak
terlayani dari pihak konvensional. Mikro
Islam ada berdasarkan prinsip-prinsip
keutamaan Islam. Lalu, mengapa dibutuhkan
Mikro Islam?
1. Pertimbangan Agama
2. Alasan sosial dan ekonomi dengan
fokus utamanya adalah usaha mikro
kecil-menengah dan kemiskinan
Muncul beberapa permasalahan di antaranya lack of collateral, lack of good
management and performance, and small scale bussiness. Hal-hal inilah yang menjerat UMK
pada loan shark atau yang lebih familiar disebut rentenir.
Saat ini muncul trend yakni bank besar masuk ke microfinance dengan membentuk
koperasi di desa-desa. Islamic Microfinance, pelaku utamanya adalah BMT. BMT merupakan
sebuah lembaga yang unik. Di masa Rasulullah sudah ada baitul maal untuk menghimpun zakat
dan baitul taam untuk mengorganisasi kegiatan bisnis. Segala bentuk kegiatan muamalah yang
tidak dilarang, diperbolehkan. BMT ini merupakan bentuk usaha semacam koperasi dengan
adanya persamaan value koperasi terhadap value dalam Islam.
Efektivitas pengelolaan BMT menarik untuk dikaji. Dalam rangka menghadapi rentenir,
BMT normatifnya adalah lembaga yang never become loan shark , high spirit and motivation,
plenty of strategy, and huge potential of funding.
Solusi dari bagaimana BMT menjadi sebuah badan produktif adalah dengan membuat
bankable secara alamiah dengan beberapa cara yakni memperbanyak alternatif bentuk
pembayaan, mengurangi resiko, dan mengurangi asimetri informasi.
Potensi dana terbesar adalah waqaf, sadaqa, zakat, dan IDB fund. Sedangkan, hambatan-
hambatan yang mungkin ada dalam berjalannya kegiatan BMT:
Legal dan regulatory framework
Wholesaler of microfinance
Capacity and inatitutional building
Management
GCG (tata kelola yang lemah)
Visi dan misi yang tidak sejalan dengan debitur
Dari segala bentuk hambatan ini,
perlu perhatian dan perbaikan yang
berkelanjutan dengan membangun
integrasi bersama, menyatukan tekad, dan
membuktikan kepada dunia bahwa mikro
Islam adalah rahmatan lil alamain-rahmat
bagi semesta alam. (intan-kajian)Kajian Kontemporer:Loan Shark vs Islamic Microfinance
REP RTASEO
8
Aku
ntan
si 2
011
Wacana kenikan harga BBM selalu menuai pro kontra. Salah
satu permasalahan dari kebijakan ini adalah penyaluran subsidi
pemerintah. Dengan adanya penghematan yang dilakukan melalui
pengurangan subsidi BBM, pemerintah menyalurkan program pro
rakyat dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun, BLT
dipandang dapat menimbulkan tingginya sikap konsumtif dan
ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah jika BLT diberikan
secara terus-menerus. Hal inilah yang memicu lahirnya Bantuan
Langsung Sementara (BLSM). Akan tetapi, efektif atau tidak BLSM
masih dipertanyakan berbagai pihak.
Apabila kita melihat dari beragam
produk keuangan syariah ada yang lebih
bermanfaat dari BLT yaitu, Keuangan Mikro
Islam (KMI). KMI berbeda dengan kredit mikro
yang hanya berkutat pada pinjaman untuk rakyat
miskin. KMI meliputi tabungan, asuransi,
pinjaman, dan produk keuangan syariah lainnya
y a n g d i t u j u k a n u n t u k m a s y a r a k a t
berpenghasilan rendah. Pasar keuangan mikro
syariah di Amerika Serikat saat ini diprediksi
mencapai 1 miliar dolar AS. Dengan kredit limit
berdasarkan keuangan mikro BMT yang sebesar
0-5 juta rupiah tentunya lebih besar dari besar
dana BLT yang hanya sebesar Rp 100.000,00-Rp
150.000,00 per keluarga yang dibagikan per
bulan. KMI pada persyaratannya tidak ada
pengecualian bagi rakyat miskin yang akan
meminjam, terkait pada kemampuan peminjam
untuk mengembalikan uang pinjaman.
Ole
h: D
hoki
y M
usto
fa A
kbar
BB
M Naik:
Ban
tuan
Lan
gsu
ng Tu
nai
atau
Keuangan
9
Dalam hal asuransi, ada banyak produk asuransi yang dapat
ditawarkan oleh pemerintah kepada rakyat miskin. Beberapa jenis asuransi
yang cukup dibutuhkan bagi rakyat miskin adalah asuransi kesehatan,
asuransi jiwa, dan asuransi properti bagi mereka yang memiliki rumah di
daerah rawan kebakaran. Hampir setengah dari kemiskinan dunia terjadi di
negara-negara muslim. Salah satu alasannya adalah penolakan mereka
pada bunga berbasis pinjaman. Tentunya hal itu juga berlaku disini, tidak
hanya dilihat dari segi riba saja, melainkan sifatnya yang memberatkan
karena pada bunga berbasis pinjaman akan membuat jumlah uang yang
harus dikembalikan menjadi lebih besar dari pinjaman di awal. KMI dalam
sifat pengeloalaan dananya juga lebih jelas. Dalam pelaksanaanya, KMI
diawasi oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga milik pemerintah yang
mengelola dana. Lain halnya dengan BLT yang tidak jelas hilirnya, karena
uang tunai diberikan begitu saja kepada masyarakat dan terkadang tidak
jelas status penerimanya.
Pangsa pasar keuangan mikro syariah atau KMI, 80 persennya dikuasai oleh pembiayaan
murabahah. Hal ini diharapkan dapat membuktikan bahwa KMI mampu memberikan manfaat,
karena membuat rakyat miskin menjadi lebih produktif apabila barang-barang yang digunakan dalam
transaksi murabahah adalah barang-barang untuk keperluan usaha, bukan hanya sekadar untuk
dikonsumsi. Untuk lebih meningkatkan perilaku produktif ketimbang konsumtif terkait murabahah
dapat diguanakn suatu aturan yang hanya memperbolehkan barang-barang untuk tujuan usaha.
Sehingga, diharapkan tidak ada penyalahgunaan pada layanan KMI yang disediakan oleh pemerintah
nantinya.
Oleh karena itu, sudah saatnya bagi pemerintah untuk memikirkan penerapan KMI untuk
rakyat miskin. Sebab jika dilihat dari segi manfaat, KMI memiliki keunggulan dalam
sistemperputaran dana yang lebih jelas. Sehingga, bantuan yang diberikan pemerintah tidak “hilang”
begitu saja, tetapi juga memberikan kontribusi bagi masyarakat dan negara.
Hal yang d ikatakan
sebagai memelihara
rakyat miskin bukan
berar� “memanjakan”,
tetapi lebih kepada
m e m b e r d a y a k a n .
Bangsa Indonesia �dak
a k a n b e r k e m b a n g
apabila rakyatnya hanya
bermental pengemis,
seharusnya yang lebih
dibudayakan adalah
mental untuk produk�f.
Mikro Islam?
10
In This Wilderness
Life seems like a wide oceanthat you have to look beyond single thing to understand
Life is that wild seaover the wild waves the tides that callthe tides that fallasleep, the tides keep dreaming ofevery eye, every heart,to see its deepest sideas if,the deepest way of life
Look, those little fishesone you may give a name, Nemoas this little fellow's trying to strive for lifeacross the wide wild world in the waterlooking for the truth of life
At the endlittle Nemo learns no difference between friends or foewhen all you know is how to satisfythe hunger of the greedsthen, go ahead, little fishchange yourself into a loan sharkeat your own fellowall but for the sake of your own
Are human beings the wild sharkand shall we kill each otheror shall we fill each othermay the questions remain stillin this wilderness of life***
Najma, Nurisma