SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR … · simak, yaitu menyimak nama lauk dan sayur...
-
Upload
truongdieu -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR … · simak, yaitu menyimak nama lauk dan sayur...
i
SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR
SERTA DASAR PENAMAANNYA
PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com
DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Noventa Retno Prahastuti
NIM : 124114016
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
T'I
,,,1:
@9$11'2 Juli.2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi berjudul “Satuan Lingual Nama Lauk dan Sayur serta Dasar
Penamaannya pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan Tujuh Rumah Makan
di Yogyakarta” ini penulis persembahkan bagi Ibu M.G. Dwi Waluyastuti (1954-
2005) dan bapak G.A. Sarjono serta untuk almamater Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuatkarya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Berbah, 18 Juli 2016
Yang menyatakan
/"hNoventa Retno Prahastuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Noventa Retno Prahastuti
Nomor mahasiswa : 124114016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR SERTA DASAR
PENAMAANNYA PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com DAN TUJUH
RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Berbah
Pada tanggal 18 Juli 2016
Yang menyatakan
(Noventa Retno Prahastuti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
MOTTO
“Food, in the end, in our own tradition, is something holy. It's not about nutrients and
calories. It's about sharing. It's about honesty. It's about identity”
-Louise Fresco-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Berbah, 18 Juli 2016
Peneliti,
Noventa Retno Prahastuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Kata Pengantar
Rasa terimakasih dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan karena atas
berkat dan kasihnya, tugas akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Proses menulis tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik pihak yang terlihat dalam proses penelitian dan penulisan
maupun pihak yang tidak terlibat secara langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada
1. Drs. Hery Antono, M. Hum., sebagai pembimbing skripsi I, terimakasih
atas bimbingan, bantuan, dan kesabaran dalam membimbing penulis.
2. Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M. Hum., sebagai pembimbing
skripsi II, terimakasih atas kesabaran dalam mengingatkan penulis agar
teliti dalam format skripsi.
3. Dr. Paulus Ari Subagyo, M. Hum., sebagai dosen pembimbing akademik
dan orangtua akademik yang selalu mendukung selama perkuliahan dan
penulisana skripsi.
4. Para dosen program studi Sastra Indonesia yaitu Susilawati Endah Peni
Adji, S.S., M.Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M.hum., Dra. Fransisca
Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. Bernardus Rahmanto, M.Hum., Drs. F.X.
Santosa, M.S., Sony Sudaryanto. M.A. terima kasih segala ilmu yang telah
diberikan.
5. Para Staff Sekretariat dan karyawan Fakultas Sastra diantaranya Mbak
Ros yang selalu sigap membantu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan
berbagai jendela
dunia yang membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Gregorius Agus Sarjono yang selalu mendukung dengan caranya
yang berbeda dan Ibu Maria Goreti Dwi Waluyastuti yang tidak pernah
hadir dalam bentuk raga namun selalu hadir dalam bentuk spirit. Pongti
yang semenjak lahir sudah menjadi saudara, teman dan kekasih dalam
segala hal. Yus, Sister in Law (Mbak Elis), Dire Vem, Sister in Law
(Mbak Pipin), Tokici. Tante An, Imut, Empat Sekawan (Venti, Beke.
Sesi dan Adin), Para teman masa remajaku (Tyas, Hana, Sela, Dita, Swila,
dan Sintia. Teman- teman Insadha kel.19, teman- teman UKM Sexen,
serta teman- teman Mantan Bittersweet.
Akhir kata penulis ucapkan selamat membaca
Berbah, 18 Juli 2016
Noventa Retno Prahastuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... ..1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 5
1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 5
1.6 Landasan Teori ....................................................................................................... 7
1.6.1 Kata .............................................................................................................. 8
1.6.2 Frasa ........................................................................................................... 10
1.6.3 Klausa ......................................................................................................... 11
1.6.4 Teori penamaan .......................................................................................... 12
1.7 Metode, dan Teknik Penelitian ............................................................................ 18
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 18
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 18
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis data....................................................... 21
1.8 Sistematika Penyajian .......................................................................................... 22
BAB II SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR
2.1 Pengantar .............................................................................................................. 23
2.2 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Kata ........................................... 23
2.2.1 Kata Asal ..................................................................................................... 24
2.2.2 Kata Jadian .................................................................................................. 28
2.2.3 Kata Ulang .................................................................................................. 28
2.2.5 Kata Majemuk .............................................................................................. 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.2.5 Kependekan .................................................................................................. 36
2.3 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Frasa Atributif ........................... 40
2.3.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Frasa Koordinatif ....... 40
2.3.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Gabungan Frasa Atributif
dan Frasa Koordinatif ................................................................................. 41
2.3.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Gabungan Frasa Atributif
dan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa dan Bumbu………………...43
2.3.4 Frasa Beratribut Metaforis ......................................................................... 45
2.3.5 Frasa Beratribut Non-metaforis................................................................... 52
2.4 Nama Lauk dan Sayur Berupa Satuan Lingual Klausa ....................................... 56
BAB III DASAR PENAMAAN LAUK DAN SAYUR .......................................... 59
3.1 Pengantar ............................................................................................ 59
3.2 Dasar Penaman Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata .................... 59
3.3 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Stuktur UP+ atribut .......... 60
3.3.1 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Struktur atribut+ UP ...... 88
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 96
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 96
4.2 Saran ................................................................................................... 97
DARTAR PUSTAKA............................................................................. 99
LAMPIRAN .......................................................................................... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabe l. Nama Lauk Berbentuk Kata Asal …………………….................................. 24
Tabel 2. Nama Sayur Berbentuk Kata Asal ……………………………………….. 26
Tabel 3. Nama Lauk Berbentuk Pengulangan Seluruh ……………...…………...... 29
Tabel 4. Nama Sayur Berbentuk Pengulangan Seluruh ……………………………. 31
Tabel 5. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal …………..…..... 32
Tabel 6. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk…………….................... 34
Tabel 7. Nama Lauk Berbentuk Singkatan…………………………………………. 37
Tabel 8. Nama Lauk Berbentuk Akronim ……………………………..................... 39
Tabel 9. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Frasa
Koordinatif…………………………….…………………………………... 41
Tabel 10. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut Gabungan
Frasa Atributif dengan Frasa Koordinatif ………………………………….. 42
Tabel 11. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut
Gabungan Frasa Atributif dengan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa/
Bumbu……………………………………………………………..….……. 44
Tabel 12. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Metaforis ………….. 45
Tabel 13. Nama Lauk Berbentuk Frasa Beratribut Non-Metaforis………………… 52
Tabel 12. Nama Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Non-Metaforis ……………….. 54
Tabel 14. Nama Lauk dan Sayur Berbentu Klausa ……………………………........ 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 1…………….…. 64
Bagan 1. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 2……………….. 68
Bagan 2. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Alat Pengolahan………………….…………..… 73
Bagan 3. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bumbu Pengolahan ………………………….. 78
Bagan 4. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Tempat Asal.…………..…...................... 81
Bagan 5. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Rasa.………..…………………………….…………… 84
Bagan 6. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bahan Tambahan……….……………………… 88
Bagan 7. Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Warna………………………………………….. 92
Bagan 8. Nama Lauk dan Sayur Bahan Utama……………………………………………………….. 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRAK
Prahastuti, Noventa Retno. 2016. “Satuan Lingual Nama Lauk dan Sayur
sertaDasar Penamaanya Pada www.femina.co.id, www.cookpad.com Dan Tujuh
Rumah Makan Di Yogyakarta”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi.Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini mengkaji satuan lingual nama lauk dan sayur serta dasar
penamaanya pada www.femina.co.id, www.ookpad.com dan tujuh rumah makan di
Yogyakarta. Dua permasalahan yang dibahas dalam penelitian yakni (i) apa saja
satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan
tujuh rumah makan di Yogyakarta, dan (ii) apa saja dasar penamaan lauk dan sayur
pada www.femina.co.id, www.cookpad.com serta tujuh rumah makan di Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan sayur
pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta
dan mendeskripsikan dasar penamaaan nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id,
www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta
Objek penelitian yang berupa satuan lingual terdapat dalam data yang
merupakan nama lauk dan nama sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com
dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. Dalam pengumpulan data digunakan metode
simak, yaitu menyimak nama lauk dan sayur pada resep-resep masakan di
www.femina.com, www.cookpad.com dan daftar menu di tujuh rumah makan di
Yogyakarta. Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu satuan lingual nama lauk
dan sayur, Peneliti menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung
(BUL) dan menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah dan teknik ganti.
Pada permasalahan kedua yaitu dasar penamaan nama lauk dan dan sayur, peneliti
menerapkan metode padan referensial. Peneliti menyajikan hasil analisis data dengan
dua teknik yaitu teknik informal menggunakan kata-kata biasa dan teknik formal
menggunakan gambar, tabel, dan bagan.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan satuan lingual pada nama lauk dan
sayur, meliputi kata, frasa dan klausa. Pada satuan lingual kata, peneliti membagi
menjadi empat yaitu (i) kata asal, (ii) kata jadian , (iii) kata ulang (iv) kata majemuk
dan (vi) kependekan. Pada satuan lingual frasa, peneliti membagi berdasarkan
struktur frasa menjadi frasa koordinatif dan frasa atributif.
Ditemukan delapan dasar penamaan nama lauk dan sayur, yaitu (i) penamaan
berdasarkan cara pengolahan, (ii) penamaaan berdasarkan alat pengolahan , (iii)
penamaan berdasarkan bumbu pengolahan, (iv) penamaan berdasarkan bahan
tambahan, (v), penamaaan berdasarkan tempat asal, (vi) penamaan berdasarkan
warna, (vii) penamaaan berdasarkan rasa, (viii) penamaan berdasarkan bahan dasar.
Kata Kunci: satuan lingual, penamaan, lauk, sayur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
Prahastuti, Noventa Retno, 2016. “ Linguistic of Unit of Names of Side Dishes
and Naming in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at
Yogyakarta” An Undergraduate Thesis Indonesia Letters Study Program.
Indonesia Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.
This thesis discuses linguistic of names of side dishes and naming in
www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta. Two
issues discussed in the research, first is the name of the unit lingual of names side
dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven restaurant at Yogyakarta,
and second is naming of side dishes The purpose of this study is to describe the unit
lingual of name side dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and seven
restaurant at Yogyakarta and describe the naming of side dishes.
The object of this research which is unit lingual of names side dishes contained in the
data of the names of a side dishes in www.femina.co.id, www.cookpad.com and
seven restaurant at Yogyakarta. When collected the data utilize methods of listen,
namely listening to the name of side dishes and vegetables in recipes or menus in any
restaurants. To answer the first problem, first is the researchers applied agih methods
with Bagi Unsur Langsung (BUL) techniques and used baca markah techniques and
ganti techniques. On the second issue, i.e. the naming of side dishes in Indonesian,
the researcher applied padan referensial method. Researchers presented the results of
the data analysis by two techniques, namely (i) informal techniques using ordinary
words, (ii) formal techniques using pictures, tables and charts.
Based on the results of the study, researchers found the unit on behalf lingual side
dishes and vegetables, including words, phrases and clauses. In lingual unit said,
researchers divided into four, namely (i) root words, (ii) derived words, (iii)
reduplication words (iv) compound words (vi) abbreviation. In lingual phrase units,
researchers divided into coordinative phrase and attributed phrase. Researchers found
seven naming names of side dishes namely (i) based on processing, (ii) based on
processing tools, (iii) based on spice, (iv) based on additives, (v), based on origin, (vi)
based on color, (vii) based on flavor, (viii) based on basic material.
Keywords: linguistic of unit, naming, side dishes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Objek penelitian ini adalah satuan lingual nama lauk dan sayur serta dasar
penamaanya pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com serta tujuh rumah
makan di Yogyakarta. Keberadaan lauk dan sayur berkaitan erat dengan budaya
makan masyarakat Indonesia. “Umumnya, budaya makan masyarakat Indonesia
terdiri atas nasi beserta satu atau dua lauk yang terbuat dari ikan, ayam, tahu, tempe
serta sayur atau sup yang disajikan secara bersamaan” (Food in Indonesia, diunduh
di www.vtaide.com, pada tanggal 21 Mei 2016).
Sehari-hari, masyarakat menyajikan lauk dan sayur lebih dari satu macam.
Mengapa demikian? Lauk dan sayur tidak hanya berfungsi melengkapi gizi bagi
tubuh agar seimbang, tetapi juga dapat menambah nafsu makan. Lauk adalah
“daging, ikan, dsb (selain sayur) yang dimakan sbg teman makan nasi” (Sugono,dkk.,
eds. 2008: 795), sedangan sayur merupakan „masakan berkuah (spt gulai,sup)‟(ibid.,
hlm. 1235)
Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, antara suatu
satuan bahasa, sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu benda atau hal
yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan
“wajib” di antara keduanya. Umpamanya antara kata <kuda> dengan benda
yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai
menarik pedati, tidak bisa dijelaskan sama sekali. Lagi pula andaikata ada
hubungannya antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, tentu orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Jawa tidak akan menyebutnya <jaran>, orang Inggris tidak akan menyebutnya
<horse>, dan orang Belanda tidak akan menyebutnya <paard>. Tentu mereka
semua akan menyebutnya juga <kuda>, sama dengan orang Indonesia(Chaer,
1990:43)
Lauk dan sayur mempunyai nama. Nama itu muncul untuk memenuhi
beberapa kebutuhan, misalnya untuk menggugah selera makan, pengelola usaha
kuliner menggunakan nama lauk dan sayur untuk menarik minat kosumen dalam
penjualan produknya, kebutuhan lainnya untuk memberi identitas asal pada nama
lauk dan sayur, contoh: sate padang, soto lamongan. Di samping itu ada pula nama
lauk dan sayur yang mengambil dari proses pengolahan lauk dan sayur itu sendiri.,
contoh : ayam bakar, tumis kangkung
Berdasarkan pengamatan penulis, nama lauk dan sayur berbentuk satuan
lingual. Satuan lingual atau bentuk linguistik adalah satuan-satuan yang mengandung
arti, baik arti leiksis maupun arti gramatis (Ramlan, 1978:7). Satuan lingual tersebut
antara lain berbentuk kata, frasa dan klausa.
Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata meliputi kata asal, kata
jadian, kata ulang dan kata majemuk seperti tampak pada contoh-contoh berikut:
(1) gudeg
(2) bala-bala
(3) garang asem
Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual frasa meliputi frasa beratribut
koordinatif, frasa gabungan atributif dengan frasa koordinatif, frasa beratribut
metaforis dan frasa beratribut non-metaforis seperti tampak pada contoh-contoh
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(4) anyang ayam dan jantung pisang
(5) gulai rebung
(6) satai lilit tahu
(7) tumis sawi dan bayam bumbu oregano
Nama lauk berbentuk klausa seperti tampak pada contoh-contoh berikut:
(8) ayam tangkap
(9) gurame menari
Nama lauk dan sayur tidak beragam dalam satuan lingual saja tetapi beragam
pula dalam dasar penamaanya. Penamaan merupakan sebuah proses perlambangan
suatu konsep untuk mengacu pada sebuah referen(Verhaar, 1999:389). Keberagaman
dalam penamaan dipicu oleh beberapa faktor diantaranya berasal dari serapan bahasa
asing dan berasal dari pengolahan serta tempat asal lauk dan sayur itu sendiri. Contoh
dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan serapan bahasa asing:
(10) baby buncis siram daging
(11) cap cay
(12) salad merah putih
(13) salad ayam dan dressing kari
(14) kroket gindara
Contoh dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan proses pengolahannya
seperti tampak contoh- contoh berikut ini:
(15) ayam kukus
(16) telur dadar
(17) cah sawi pahit
Contoh dasar penamaan lauk dan sayur berdasarkan asal tempat seperti
tampak pada contoh-contoh berikut ini:
(18) sate padang
(19) ayam manado
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan nama lauk dan sayur dalam latar belakang di atas. Masalah
yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.2.1 Apa saja satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan
www.cookpad.com dan beberapa rumah makan di Yogyakarta ?
1.2.2 Apa saja dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan
www.cookpad.com dan beberapa rumah makan di Yogyakarta ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan
sayur dan mendeskripsikan dasar penamaan lauk dan sayur. Tujuan penelitian dapat
dirinci sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan satuan lingual nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id
dan www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta
1.3.2 Mendeskripsikan dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id
dan www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi satuan lingual nama lauk dan sayur dan
deskripsi dasar penamaan lauk dan sayur. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan
pemahaman mengenai satuan lingual yang lazim digunakan untuk memberi nama
lauk dan sayur. Pada bidang semantik, hasil penelitian ini melengkapi dasar
penamaan pada nama lauk dan sayur.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat membantu dalam penyusunan kamus
kuliner.
1.5 Tinjauan Pustaka
Sudah ada beberapa peneliti yang meneliti mengenai topik dasar penamaan,
dalam skripsinya yang berjudul “Nama-Nama Usaha Dagang Makanan dan Minuman
di Jalan Selokan Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta: Kajian Sosiolinguistik”, Adhimas Satrio medeskripsikan bentuk, dan
bentuk unsur-unsur bahasa dari nama-nama usaha dagang makanan dan minuman di
jalan Selokan Mataram. Dalam skripsi tersebut terdapat enam penggolongan bentuk
nama yaitu nama usaha dagang makanan dan minuman berunsur pusat kata warung,
kedai, dan lesehan, nama usaha dagang makanan dan minumanberunsur pusat rumah
makan, warung makan, pondok makan, dan warung lesehan, nama usaha dagang
makanan dan minuman berunsur pusat menu, nama usaha dagang makanan dan
minuman yang menggunakan nama penjual, nama usaha dagang makanan dan
minuman dengan permainan bahasa, nama usaha dagang makanan dan minuman
dengan bahasa Inggris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
RBN Diyan Wijanarko dengan tugas akhirnya yang berjudul “Jenis Nama dan
Dasar Penamaan dalam Kolom “Sungguh-Sungguh Terjadi” (SST) Di Kedaulatan
Rakyat: Sebuah Kajian Awal” menemukan dua puluh enam dasar penamaan dalam
kolom “Sungguh-sungguh Terjadi” (SST) pada harian Kedaulatan Rakyat (KR) edisi
Minggu, Januari sampai dengan Februari 2008, yaitu dasar penamaan orang, yang
meliputi (1) nama orang berdasar penamaan baru/komersil, (2) nama orang berdasar
pengaruh serapan, (3) nama orang berdasar sejarah, (4) nama orang berdasar
kegiatan, (5) nama orang berdasarkan pekerjaan, (6) nama orang berdasar kata ganti.
Dasar penamaan tempat, meliputi (7) nama tempat berdasar sejarah; kesesuaian dan
kekhasannya, (8) nama tempat berdasar tiruan bunyi (onomatope), (9) nama tempat
berdasar pengaruh serapan, (10) nama tempat berdasar nama orang/nama jala. Dasar
penamaan pengaruh serapan, meliputi (11) bahasa gaul, (12) bahasa Arab, (13)
bahasa Inggris, (14) bahasa Jawa, (15) bahasa Belanda, (16) bahasa Tionghoa. Dasar
penamaan benda, meliputi (17) nama benda berdasa suara dan tiruan bunyi
(onomatope), dan (18) nama benda berdasar bahan dan kesesuaian. Dasar penamaan
kegiatan, dasar penamaan organisasi/ lembaga (instansi), dasar penamaan program
acara, dasar penamaan makanan, dasar penamaan ukuran (satuan dan nominal), dasar
penamaan tumbuhan, dasar penamaan aliran musik, dasar penamaan alat transportasi.
Yohanes Carol Kurnia Awan Vreditya Jeharus dalam skripsinya yang berjudul “
Jenis Penamaan dan Asal-Usul Nama dalam Sepak Bola Pada Pemberitaan Media
Massa” memaparkan jenis penamaan yang digunakan dalam sepak bola dan
mendeskripsikan penamaan sebagai salah satu bagian dari semantik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Selanjutnya, Mikail Septian Adi Vinantya dalam skripsinya berjudul “ Nama Jenis
Nasi Di Indonesia: Tinjauan Struktur Frasa dan Dasar Penamaan memaparkan jenis
penamaan nasi di Indonesia dan struktur frasa nama nasi. Dalam penelitian tersebut
dipaparkan pembentukan struktur frasa nama nasi menjadi tiga bagian yaitu (i)
nominal (N) + nominal (N), (ii) nominal (N) + verbal (V), dan (iii) nominal (N) +
Adjektival (A). Penelitian tersebut turut memaparkan pula dasar penamaan jenis
nama nasi yang dibagi menjadi sepuluh yaitu (i) penamaan berdasarkan warna, (ii)
penamaan berdasarkan cara pengolahan, (iii) penamaan berdasarkan lauk, (iv)
penamaan berdasarkan sayur, (v) penamaan berdasarkan kemasan, (vi) penamaan
berdasarkan porsi, (vii) penamaan berdasarkan asal daerah, dan (viii) penamaan
berdasarkan bahasa daerah, (ix) penamaan berdasarkan bentuk, dan (x) penamaan
berdasarkan keadaan
Berdasarkan ulasan-ulasan di atas, topik mengenai satuan lingual nama lauk dan
sayur serta dasar penamaanya dapat melengkapi penelitian dalam bidang linguistik.
Topik ini memaparkan bentuk-bentuk lingual yang digunakan dalam nama lauk dan
sayur serta dasar penamaanya. Bentuk-bentuk lingual yang digunakan dalam nama
lauk dan sayur meliputi kata, frasa dan klausa. Dasar penamaan yang digunakan pada
nama lauk dan sayur meliputi penamaan berdasarkan cara pengolahan, penamaan
berdasarkan alat pengolahan, penamaaan berdasarkan bumbu pengolahan, penamaaan
berdasarkan tempat asal, penamaan berdasarkan warna, penamaan berdasarkan rasa,
penamaan berdasarkan bahan tambahan dan penamaan berdasarkan bahan utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.6 Landasan Teori
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi teori satuan lingual
dan dasar penamaan.
1.6.1 Kata
Kata memiliki definisi dari berbagai sudut pandang. Terdapat tiga sudut
pandang yang digunakan untuk mendefinisikan kata. Pertama, dari posisinya dalam
satuan-satuan gramatikal, kata dapat dimengerti sebagai satuan gramatikal yang
terdiri dari satu morfem atau lebih yang menjadi unsur langsung pembentuk frasa dan
kalimat. Dari definisi tersebut, tampak bahwa kata mengandung ciri (i) satuan
gramatikal atau satuan kebahasaan yang mengandung arti (ii) berunsur satu morfem
atau lebih (iii) unsur langsung pembentuk frasa atau kalimat(Baryadi, 2011:17)
Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian atau
kata bentukan.
1.6.1.1 Kata Asal
Kata asal adalah kata yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Kata turun,
misalnya, termasuk kata asal karena dapat menjadi asal pembentukan kata jadian
menurun, turunkan, turuni, menurunkan, menuruni, penurunan, keturunan, dan
turun-temurun.
1.6.1.2 Kata Jadian
Kata jadian adalah kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau
lebih. Karena merupakan penggabungan dua morfem atau lebih, kata jadian disebut
kata polimorfemik. Misalnya kata berjalan termasuk kata jadian karena merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
hasil penggabungan dua morfem, yaitu morfem imbuhan ber- dan morfem asal jalan.
(Baryadi, 2011:18)
1.6.2 Frasa
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi (lihat Ramlan, 1983:137). Dapat dikemukakan bahwa frasa
mempunyai dua sifat. Pertama, frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua
kata atau lebih. Kedua, frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi,
maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi, adalah dalam subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau keterangan.
Frasa terbagi atas dua jenis yaitu frasa eksosentrik dan frasa endosentrik.Frasa
eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa eksosentrik biasanya dibedakan
atas frasa eksosentrik yang direktif atau disebut frasa preposisional ( komponen
pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa
kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif
(komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen
keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektiva, atau verba).
Contoh frasa eksosentrik sebagai berikut:
20. di perpustakaan
Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya
memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa ini disebut juga
frasa modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau
hulu (Inggris: head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya
itu. Selain itu disebut juga frasa subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu
yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen
lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.
Contoh frasa endosentrik sebagai berikut:
21. dua orang mahasiswa
Frasa endosentrik dibagi menjadi tiga golongan yaitu frasa endosentrik yang
koordinatif, frasa endosentrik yang atributif dan frasa endosentrik yang apositif. Frasa
endosentrik yang koordinatif terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraan itu
dibuktikan oleh kemungkinan unsur- unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau. Misalnya: suami istri, pembinaan dan pengembangan, belajar atau
bekerja. Berbeda dengan frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang
atributif terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu unsur-unsurny tidak
dihubungkan dengan kata penghubung, misalnya sekolah inpres, sedang belajar.
Kata- kata yang dicetak tebal yaitu kata inpres dan belajar merupakan unsur pusat
(UP) yaitu unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara
semantic merupakan unsur yang terpenting, sedangkan unsur lainya merupakan
atribut (Atr)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6.4 Klausa
Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari subyek, predikat, baik
obyek, pelengkap. dan keterangan. Dengan ringkas, klausa ialah S P ( O) (PEL)
(KET). Tanda kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak. (lih
Ramlan, 2005: 23)
1.6.5 Teori Penamaan
Landasan penelitian ini adalah teori penamaan. Penamaan merupakan proses
pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada referen yang berada di luar
bahasa. Plato mengungkapkan dalam suatu percakapan berjudul “Cratylos” , bahwa
lambang adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah obyek yang
dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh
lambang itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada
nama atau label dari yang dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep,
aktivitas, atau peristiwa (Chaer, 1990: 44)
1.6.2.1 Peniruan Bunyi
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil
peniruan bunyi. Nama-nama benda hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari
benda tersebut atau suara yang ditimbulkan benda tersebut. Contoh penamaan
peniruan bunyi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
a. Binatang sejenis reptile kecil yang melata di dinding disebut cecak karena
bunyinya “cak, cak,cak-,”.
b. Binatang tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya “tokek,tokek”.
Contoh lainya ialah meong merupakan nama untuk kucing, dan gukguk untuk anjing,
menurut bahasa kanak-kanak karena bunyi yang dihasilkan oleh kedua hewan
tersebut. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru
bunyi atau onomatope(Chaer, 1990:45)
1.6.2.2 Penyebutan Bagian
Dalam bidang kesusastraan ada istilah pars prototo yaitu gaya bahasa yang
menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah
keseluruhanny.(dikutip dari Chaer,1990:46). Contoh penaamaan penyebutan bagian
sebagai berikut:
a. Kata kepala dalam kalimat setiap kepala menerima bantuan seribu
rupiah, bukanlah dalam arti “kepala” itu saja, melainkan seluruh orangnya
sebagai satu keutuhan.
b. Baju ABRI disebut baju hijau karena ciri warna seragam ABRI adalah
hijau.
c. Seorang wasit sepakbola disebut anggota korps baju hitam kareba pakaian
seragam mereka saat dilapangan bewarna hitam
1.6.2.3 Penyebutan Sifat Khas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Hampir sama dengan pars prototo yang dibicarakan di atas adalah penamaan
sesuatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Gejala ini
merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna
dalam pemakaian yakni perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi
perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak
kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata
sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya (dikutip dari Chaer, 1990:46)
Contoh penamaan penyebutan sifat khas sebagai berikut:
a. Orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil.
b. Anak yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si
kecil, disebut si kerdil.
c. Orang yang kulitnya hitam disebut si hitam
d. Orang yang kepalanya botak disebut si botak.
1.6.2.4 Penemu dan Pembuat
Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat
berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa
sejarah. Nama-nama yang demikian disebut dengan istilah appelativa.
Nama-nama benda yang berasal dari nama benda yang berasal dari nama
orang(dikutip dari Chaer, 1990:47) Contoh penamaan berdasarkan penemu dan
pembuat sebagai berikut:
a. Kondom yaitu sejenis alat kontrasepsi yang dibuat oleh Dr. Condom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Mujahir atau mujair yaitu nama sejenis ikan tawar yang mula-mula
ditemukan dan diternakan oleh seorang petani yang bernama Mujair di
Kediri, Jawa Timur.
c. Volt nama satuan kekuatan aliran listrik yang diturunkan penciptanya yaitu
Volta (1745-1787) seorang sarjana fisika bangsa Italia(Chaer,1990:47)
1.6.2.5 Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda
tersebut (dikutip dari Chaer, 1990:49). Contoh penamaan berdasarkan tempat asal
sebagai berikut:
a. Kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia.
b. kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di
Afrika.
c. Kata sarden, atau ikan sarden, berasal dari nama Pulau Sardinia di Itali.
d. kata klonyo berasal dari au de Cologne artinya air dari Kuelen, yaitu nama
kota di Jerman Barat
1.6.2.6 Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama bahan pokok benda
itu(dikutip dari Chaer, 1990:49) Contoh penamaan berdasarkan bahan:
a. Karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serat tumbuh-tumbuhan yang
dalam bahasa Latin disebut Corchorus capsularis, disebut juga goni atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
guni. Jadi, kalau dikatakan membeli beras dua goni, maksudnya membeli
beras dua karung.
b. Kaca adalah nama bahan. Kemudian barang-barang lain yang terbuat dari
kaca disebut juga kaca seperti kacamata, kaca jendela, kaca spion, dan
kaca mobil .
c. Bambu runcing adalah nama senjata yang digunakan rakyat Indonesia
dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang
ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka disini nama bahan itu, yaitu
bambu, menjadi nama alat senjata itu
1.6.2.7 Keserupaan
Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis.
Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau
diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu(dikutip dari Chaer, 1990:50).
Contoh penamaan berdasarkan keserupaan sebagai berikut:
a. Kata kaki, pada frase kaki meja, kaki gunung, dan kaki kursi.
Di sini kata kaki mempunyai kesamaan makna dengan salah satu ciri
makna dari kata kaki itu yaitu “alat penompa berdirinya tubuh” pada frase
kaki meja dan kaki kursi, dan ciri “terletak pada bagian bawah” pada frase
kaki gunung.
b. Kata raja pada frase raja kumis, raja minyak, raja lapis, raja jalanan, raja
dangdut dan raja bandel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Raja adalah orang yang paling berkuasa atau paling tinggi kedudukannya
di negaranya. Maka raja kumis diartikan “orang yang memiliki kumis
paling hebat” ; raja minyak berarti “pengusaha minyak yang paling besar”
; dan raja bandel berarti “orang yang paling bandel”
1.6.2.8 Pemendekan
Dalam perkembangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa
Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau
suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu(dikutip dari Chaer,
1990:51). Contoh penamaan berdasarkan pemendekan.
a. Kata ABRI yang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
b. Kata KONI yang berasal dari Komite Olahraga Nasional Indonesia
c. Kata tilang yang berasal dari bukti pelanggaran(Chaer,1990:51)
1.6.6.9 Penamaan Baru
Dewasa ini banyak kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan
kata atau istilah lama yang sudah ada. Kata-kata atau istilah istilah lama yang sudah
ada itu perlu diganti dengan kata-kata baru, atau sebutan baru, karena dianggap
kurang tepat, tidak rasional, kurang halus, atau kurang ilmiah(dikutip dari Chaer,
1990:51). Contoh penamaan berdasarkan penamaan baru sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
a. Kata pariwisata untuk mengganti turisme; kata wisatawan untuk menganti
kata turis atau pelancong; kata darmawisata untuk mengganti kata piknik;
kata suku cadang untuk mengganti kata onderdil.
Kata-kata turisme, turis, dan onderdil dianggap tidak bersifat nasional.
b. Kata-kata kuli dan buruh diganti dengan karyawan, kata jongos dan babu
diganti dengan pembantu rumah tangga atau pramuwisma, dan kata
pelayan diganti dengan pramuniaga, karena kata kata tersebut berbau
feodal
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii)
analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan masing-
masing tahap dalam penelitian ini.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah satuan lingual dan dasar penamaan lauk dan sayur.
Data penelitian adalah nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan
cookpad.com serta beberapa rumah makan di Yogyakarta. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak yaitu metode yang
dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 135). Peneliti
menyimak nama-nama resep pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan
menu- menu makanan pada 7 rumah makan di Yogyakarta yaitu Warung Makan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tengkleng Gajah, Retoran Raminten, Warung Ceker Dheer, Rumah Makan Bu
Ageng, Warung Ceker Setan, Tongseng scooby doo dan Warung Sate Petir. Teknik
lanjutan yang digunakan pada metode ini adalah teknik catat. Data yang sudah
terkumpul kemudian dicatat pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan
klasifikasi (Sudaryanto, 1993: 135).
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah semua data berupa nama-nama lauk dan sayur dalam bahasa Indonesia
terklasifikasikan, peneliti kemudian menganalisis data tersebut menggunakan metode
agih dan metode padan.
Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan
merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Teknik yang dipakai dalam metode agih
adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik yang
digunakan pada awal kerja analisis dengan cara membagi satuan lingual datanya
menjadi beberapa bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang
sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud
(Sudaryanto, 1993:31). Contoh penerapan teknik BUL sebagai berikut:
(22). Ayam goreng daun pandan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Peneliti membagi satuan lingual frasa pada (22) menjadi dua unsur yaitu (a) ayam
goreng (b) daun pandan. Sehingga dapat diketahui bahwa UP pada frasa tersebut
adalah ayam goreng, sedangkan Atr adalah daun pandan.
Teknik lanjutan yang dipakai dalam metode agih yaitu teknik baca markah
dan teknik ganti. Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara
membaca pemarkahan. Pemarkahan itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau
identitas konstituen tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu
(marker) berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud
(Sudaryanto,1993:95). Teknik baca markah digunakan untuk menganalisis nama lauk
dan sayur berupa kata asal. Contoh penerapan teknik baca markah sebagai berikut:
(23) gulai
Menurut bentuknya, kata gulai pada (23) merupakan kata asal karena dapat
menjadi asal pembentukan kata jadian menggulai dan penggulaian. Menurut jumlah
morfemnya, kata gulai terdiri atas satu morfem.
Teknik lanjutan kedua yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik ganti.
Teknik ganti merupakan teknik yang digunakan dengan menggantikan unsur tertentu
satuan lingual yang bersangkutan dengan”unsur” tertentu yang lain di luar satuan
lingual. Teknik ini digunakan untuk menunjukan adanya persamaan dalam penamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(Sudaryanto, 1993:48). Teknik ganti digunakan untuk menganalisis nama lauk dan
sayur berupa kata ulang. Contoh penerapan teknik ganti sebagai berikut:
(24a) oseng-oseng mercon
(24b) oseng mercon
Bentuk oseng mercon pada contoh kalimat (24b) dapat diterima sebagai hasil
penggantian unsur oseng-oseng dari kalimat (24a) di atas, karna keduanya memiliki
unsur yang sama.
Metode agih dengan teknik BUL serta teknik lanjutan berupa teknik baca markah dan
teknik ganti digunakan untuk menganalisis satuan lingual nama lauk dan sayur
Untuk menganalisis dasar penamaan lauk dan sayur, digunakan metode padan
yaitu metode yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian
dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13; 1993:15). Sub
metode yang dipakai dalam metode padan adalah metode padan referensial. Metode
padan referensial merupakan metode padan yang alat penentunya berupa referen
bahasa. Referen adalah apa yang dibicarakan(Sudaryanto, 1993:13). Contoh
penerapan metode padan referensial sebagai berikut:
(25) tengkleng gajah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Contoh (25) merupakan lauk yang menyerupai gulai namun tidak
menggunakan santan. Kata gajah mengacu pada hewan berbadan besar. Kata
tersebut dipinjam atau diambil untuk menamai lauk tengkleng gajah karena tulang
kambing pada lauk tersebut berukuran besar.
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis
Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil
analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan
metode formal dan informal.Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan
metode formal, yaitu memanfaatkan tabel, bagan, gambar serta tulisan.
1.8 Sistematika Penyajian
Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab, yakni:
Bab I adalah pendahuluan. Bab ini menguraikan perihal latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II berisi uraian mengenai satuan lingual dalam lauk dan sayur dalam
bahasa Indonesia. Peneliti menemukan tiga satuan lingal pada nama lauk dan sayur
yaitu kata, frasa dan klausa.
Bab III berisi uraian mengenai dasar penamaan lauk dan sayur. Peneliti
menemukan delapan dasar penamaan jenis nama lauk dan sayur. Kedelapan dasar
penaman itu adalah penamaan berdasarkan cara pengolahan, penamaan berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
alat pengolahan, penamaan berdasarkan bumbu pengolahan, penamaan berdasarkan
bahan tambahan, penamaan berdasarkan tempat asal, penamaan berdasarkan warna,
penamaan berdasarkan rasa. dan penamaan berdasarkan bahan utama.
Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kesimpulan tentang satuan lingual dalam nama lauk dan sayur
dan dasar penamaan lauk dan sayur pada www.femina.co.id, cookpad.com dan tujuh
rumah makan di Yogyakarta. Saran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saran
kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang sama dengan kajian yang
berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB II
SATUAN LINGUAL NAMA LAUK DAN SAYUR
PADA www.femina.co.id, www.cookpad.com
DAN TUJUH RUMAH MAKAN DI YOGYAKARTA
2.1 Pengantar
Dalam bab ini peneliti membahas satuan lingual nama lauk dan sayur pada
www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta.
Peneliti menemukan tiga satuan lingual berbentuk kata, frasa dan klausa pada nama
lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com dan tujuh rumah makan
di Yogyakarta. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata dikelompokan
berdasarkan kata asal, kata jadian, kata ulang, dan kependekan. Pada nama lauk dan
sayur berbentuk frasa dikelompokan berdasarkan frasa beratribut koordinatif, frasa
gabungan atributif dan koordinatif, frasa beratribut metaforis dan frasa beratribut non
metaforis.
2.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata
Dalam sub bab ini nama lauk dan sayur berupa kata dikelompokan menurut
bentuknya menjadi kata asal, kata jadian, kata ulang, kata majemuk dan kependekan.
2.2.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Asal
Menurut bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian, Kata
asal adalah kata yang menjadi asal pembentukan kata jadian. Menurut jumlah
morfem yang menjadi unsurnya, kata asal adalah kata yang terdiri dari satu morfem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
atau kata monomorfemik(Baryadi, 2011:18). Bentuk kata asal terdapat pada nama
lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah
makan di Yogyakarta
2.2.1.1 Nama Lauk Berbentuk Kata Asal
Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk kata asal dalam bentuk tabel:
Tabel 1: Nama Lauk Berbentuk Kata Asal
No Nama Lauk Berbentuk Kata Asal
28 botok
29 arsik
30 rendang
31 saksang
32 dendeng
Pada contoh (28), nama botok berbentuk kata asal karena menurut jumlah
morfem yang menjadi unsurnya, kata botok terdiri atas satu morfem. Sebagai kata
asal nama lauk botok memiliki makna leksikal „ikan dan sebagainya yang dicampur
dengan parutan kelapa muda yang dibumbui kemudian dibungkus dengan daun
pisang dan dikukus‟(Sugono,dkk., eds., 2008:208)
Pada contoh (29), nama lauk arsik berbentuk kata asal karena menurut
jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata arsik terdiri satu morfem dan belum
mengalami proses perubahan morfologis. Sebagai kata asal nama lauk arsik memiliki
makna leksikal „masakan yang terbuat dari daging atau ikan yang dibumbui sambal
dan asam potong, direbus hingga kuahnya kering‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 87)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Pada contoh (30), nama lauk rendang berbentuk kata asal. Menurut
bentuknya, kata rendang merupakan kata asal karena dapat menjadi asal
pembentukan kata jadian merendang dan perendangan. Menurut jumlah morfem
yang menjadi unsurnya, kata rendang terdiri satu morfem. karena belum mengalami
proses perubahan morfologis. Sebagai kata asal nama lauk rendang memiliki makna
leksikal ‟daging yang digulai dengan santan sampai kuahnya kering sama sekali, yang
tinggal hanyalah potongan daging dengan bumbunya‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 1163)
Pada contoh (31), nama lauk saksang berbentuk kata asal. karena menurut
jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata saksang terdiri satu morfem dan belum
mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata
asal, saksang memiliki makna leksikal „masakan yang dibuat dari daging diberi
bumbu dan dicampur darah‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 1205)
Pada contoh (32), nama lauk dendeng berbentuk kata asal. Menurut
bentuknya, kata dendeng merupakan kata asal karena dapat menjadi asal
pembentukan kata jadian mendendeng. Menurut jumlah morfemnya, kata dendeng
terdiri satu morfem dan belum mengalami proses perubahan morfologis atau
penambahan imbuhan. Sebagai kata asal, dendeng memiliki makna leksikal „daging
sayatan yang dibumbui dan dikeringkan‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 311)
2.2.1.2 Nama Sayur Berbentuk Kata Asal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Berikut ini dikemukakan nama sayur berbentuk kata asal dalam bentuk tabel:
Tabel 2: Nama Sayur Berbentuk Kata Asal
No Nama Sayur Berbentuk Kata Asal
33 gudeg
34 brongkos
35 pecel
36 urap
37 lodeh
Pada contoh (33), nama sayur gudeg berbentuk kata asal karena menurut
jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata gudeg terdiri atas satu morfem dan
belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai
kata asal, gudeg memiliki makna leksikal „masakan khas Yogyakarta yang dibuat dari
buah nangka muda diberi bumbu, santan , dan lauk pelengkap (ayam,tahu,telur)‟
(Sugono,dkk., eds., 2008: 463)
Pada contoh (34), nama sayur brongkos berbentuk kata asal karena menurut
jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata brongkos terdiri atas satu morfem dan
belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai
kata asal, nama sayur brongkos memiliki makna leksikal „sayur berkuah dengan
bumbu keluwak‟ (Sugono,dkk., eds., 2008: 180)
Pada contoh (35), nama sayur pecel berbentuk kata asal karena menurut
jumlah morfem yang menjadi unsurnya kata pecel terdiri atas satu morfem dan belum
mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
asal, nama sayur pecel memiliki makna leksikal „makanan yang terdiri atas sayuran
rebus, seperti kacang panjang, bayam, taoge yang disiram dengan kuah sambal
kacang dan sebagainya‟(Sugono,dkk., eds., 2008: 1034)
Pada contoh (36), nama sayur urap berbentuk kata asal karena menurut
jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata urap terdiri atas satu morfem dan belum
mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai kata
asal, nama sayur urap memiliki makna leksikal „kelapa parut yang dibumbui untuk
campuran sayur-mayur rebus,ubi, ketan, dan sebagainya‟ (Sugono,dkk., eds., 2008:
153)
Pada contoh (37), nama sayur lodeh berbentuk kata asal karena menurut
jumlah morfem yang menjadi unsurnya, kata lodeh terdiri atas satu morfem dan
belum mengalami proses perubahan morfologis atau penambahan imbuhan. Sebagai
kata asal, nama sayur lodeh memiliki makna leksikal „sayur bersantan yang dibuat
dari berbagai sayuran seperti terung, kacang panjang, kol, cabai hijau‟(Sugono,dkk.,
eds., 2008: 837)
2.2.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata Jadian
Kata jadian kata yang merupakan hasil penggabungan dua morfem atau lebih.
Karena merupakan penggabungan dua morfem atau lebih, kata jadian disebut kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
polimorfemik (Baryadi, 2011:18). Bentuk kata jadian terdapat pada nama lauk dan
sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com serta beberapa rumah makan di
Yogyakarta :
(38) Lalapan
Pada contoh (38), nama sayur lalapan berbentuk kata jadian karena kata
lalapan merupakan penggabungan morfem lalap dan morfem –an. Sebagai kata
jadian, kata lalapan memiliki makna leksikal “daun-daun muda, mentimun, petai
mentah, dan sebagainya yang dimakan bersama sambal”(Sugono, dkk., eds., 2008:
776).
2.2.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Kata Ulang
Bentuk satuan lingual kata ulang terdapat pada nama lauk dan sayur. Kata ulang
merupakan kata yang mengalami proses pengulangan atau reduplikasi. Kata tersebut
mengalami pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagian(Ramlan 1980:38).
Contoh kata ulang sebagai berikut:
2.2.3.1 Nama Lauk Berbentuk Kata Ulang Melalui Pengulangan Seluruh
Berikut dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk kata ulang melalui pengulangan
seluruh dalam bentuk tabel:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel 3: Nama Lauk Berbentuk Pengulangan Seluruh
No Nama Lauk Berbentuk Pengulangan
Seluruh
39 oseng-oseng
40 otak-otak
41 rica-rica
42 cumi-cumi
Pada contoh (39), nama lauk oseng-oseng berbentuk kata ulang yang
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan
tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41).
Pembentukan nama berasal dari pengulangan bentuk dasar oseng, tetapi bentuk dasar
tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun dewasa ini,
banyak penutur menyebut nama oseng-oseng dengan kata oseng saja sebagai variasi
tuturan. Kata ulang oseng-oseng kerap diikuti dengan penambahan kata yang menjadi
bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh oseng-oseng kikil, oseng-oseng tempe,
oseng-oseng teri dan lain lain.
(39a) oseng-oseng kikil
(39b) oseng kikil
Pada contoh (40), nama lauk otak-otak berbentuk kata ulang yang mengalami
proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks) (lih Ramlan, 1980:41). Meskipun
pembentukan nama lauk otak-otak berasal dari pengulangan bentuk dasar otak, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena mengacu pada referen yang
berbeda. Berikut contohnya:
(40a) otak-otak
(40b) * otak
Pada contoh (41) nama lauk rica-rica berbentuk kata ulang yang mengalami
proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41). Pembentukan
nama rica-rica berasal dari pengulangan bentuk dasar rica, tetapi bentuk dasar
tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun dewasa ini,
banyak penutur menyebut nama rica-rica dengan kata rica saja sebagai variasi
tuturan. Kata ulang rica-rica kerap diikuti dengan penambahan kata yang menjadi
bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh, rica-rica ayam, rica-rica b2 dan lain
lain.
(41a) rica-rica ayam
(41b) rica ayam
Pada contoh (42), nama lauk cumi-cumi berbentuk kata ulang yang
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan
tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41).
Pembentukan nama cumi-cumi berasal dari pengulangan bentuk dasar cumi, tetapi
bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dewasa ini, banyak penutur menyebut nama cumi-cumi dengan kata cumi saja sebagai
variasi tuturan. Kata ulang cumi-cumi kerap diikuti dengan penambahan kata yang
menunjukan bumbu atau pengolahan dari kata ulang tersebut, contoh, cumi-cumi
bakar, cumi-cumi saos padang, cumi-cumi goreng tepung dan lain lain.
(42a) cumi-cumi bakar
(42b) cumi bakar
2.2.3.2 Nama Sayur Berbentuk Kata Ulang Melalui Pengulangan Seluruh
Berikut dikemukakan nama sayur berbentuk kata ulang melalui pengulangan seluruh
dalam bentuk tabel:
Tabel 4: Nama Sayur Berbentuk Pengulangan Seluruh
No Nama Sayur Berbentuk Pengulangan
Seluruh
43 oseng-oseng
44 asem-asem
Pada contoh (43), nama sayur oseng-oseng berbentuk kata ulang yang
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan
tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (lih Ramlan, 1980:41).
Pembentukan nama oseng-oseng berasal dari pengulangan bentuk dasar oseng, tetapi
bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referennya berbeda, Namun
dewasa ini, banyak penutur menyebut nama oseng-oseng dengan kata oseng saja
sebagai variasi tuturan. Kata ulang rica-ricaoseng-oseng kerap diikuti dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
penambahan kata yang menjadi bahan utama dari kata ulang tersebut, contoh, oseng-
oseng kangkung, oseng-oseng pepaya , oseng-oseng daun melinjo, oseng-oseng daun
pepaya, dan lain lain.
(43a) oseng-oseng kangkung
(43b) oseng kangkung
Pada contoh (44), nama sayur asem-asem berbentuk kata ulang yang
mengalami proses pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan
tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks) (lih Ramlan, 1980:41).
Meskipun pembentukan nama sayur asem-asem berasal dari pengulangan bentuk
dasar asem, tetapi bentuk dasar tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena referenya
berubah menjadi bukan nama masakan melainkan nama bumbu.
(44a) asem-asem
(44b) * asem
2.2.3.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal
Berikut dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk pengulangan leksikal dalam
bentuk tabel:
Tabel 5: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Pengulangan Leksikal
No Nama Lauk dan Sayur Berbentuk
Pengulangan Leksikal
45 orak- arik
46 ote-ote
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
47 sayur sibulung-bulung
Pada contoh (45), nama orak-arik berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti
kacau balau. Kata ulang orak-arik tidak memiliki bentuk dasar karena kata orak
maupun kata arik sama-sama tidak memiliki makna atau referen. Dengan demikin
nama sayur orak-arik merupakan pengulangan leksikal.
(45a) orak-arik
(45b) * orak.
(45c) * orik
Pada contoh (46), nama lauk ote-ote merupakan lauk berupa adonan tepung
dan kerang berbumbu yang digoreng. Lauk ini berasal dari daerah Porong, Jawa
Timur. Nama lauk ote-ote tidak memiliki bentuk dasar karena kata ote maupun kata
ote sama-sama tidak memiliki makna atau referen. Dengan demikin nama lauk ote-
ote merupakan pengulangan leksikal.
(46a) ote-ote
(46b) * ote
(46c) * ote
Pada contoh (47), nama sayur sibulung-bulung merupakan bentuk
pengulangan leksikal karena kata tersebut tidak memiliki bentuk dasar sibulung
ataupun bentuk dasar bulung. Sayur sibulung-bulung merupakan sayur berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
campuran sayur yaitu daun dan bunga pepaya, jantung pisang serta kacang hijau yang
dimasak bersama kaldu ayam.
(47) sayur sibulung-bulung
(47a) sayur *sibulung
(47b) sayur *bulung
2.2.4. Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk
Dalam bahasa Indonesia kerap ditemukan gabungan dua kata yang
menimbulkan suatu kata baru atau yang biasa dikenal dengan kata majemuk.
Pemajemukan dalam kata juga terjadi dalam nama lauk dan sayur.
Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk kata majemuk dalam bentuk
tabel.
Tabel 6: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Kata Majemuk
No Nama Lauk dan Sayur
Berbentuk Kata Majemuk
48 garang asem
49 pecel lele
50 pecel ayam
51 sayur asem
Pada contoh (48), nama lauk garang asem berbentuk kata majemuk karena
merupakan gabungan dari morfem asal garang dan asem. Kata majemuk garang
asem tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
majemuk garang asem tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi asem
garang.
(48a) garang asem
(48b) *asem garang
Pada contoh (49), nama lauk pecel lele berbentuk kata majemuk karena
merupakan gabungan dari morfem asal pecel dan lele. Kata majemuk pecel lele tidak
dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata majemuk
pecel lele tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *lele pecel.
(49a) pecel lele
(49b) *lele pecel
Pada contoh (50), nama lauk pecel ayam berbentuk kata majemuk karena
merupakan gabungan dari morfem asal pecel dan ayam. Kata majemuk pecel ayam
tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata
majemuk pecel ayam tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *ayam
pecel.
(50a) pecel ayam
(50b) *ayam pecel
Pada contoh (51), nama sayur asem berbentuk kata majemuk karena
merupakan gabungan dari morfem asal sayur dan asem. Kata majemuk sayur asem
tidak dapat disisipi oleh unsur lain, misalnya unsur yang. Unsur-unsur pada kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
majemuk sayur asem tidak dapat dipertukarkan tempatnya sehingga menjadi *asem
sayur
(51a) sayur asem
(51b) *asem sayur
2.2.5 Nama Lauk Berbentuk Kependekan
Bentuk kependekan dalam Bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh
kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat Kebutuhan ini paling terasa di
bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepanduan, angkatan bersenjata, dan
kemudian menjalar ke bahasa sehari-hari (Kridalaksana, 2010:161)
Kependekan juga turut mewarnai kebahasaan nama pada lauk namun tidak
halnya dengn nama sayur. Adanya pemendekan dalam nama lauk antara lain
membuat nama - nama tersebut unik dan menarik, tujuan lainya untuk memperhalus
makna dari nama makanan pendamping yang terkesan kasar bagi etnis tertentu.
Terdapat dua bentuk pemendekan dalam nama lauk yaitu singkatan dan akronim.
Singkatan merupakan sebuah bentuk singkat yang terdiri satu huruf atau lebih (EYD,
2010:39). Akronim merupakan pemendekan dua kata atau lebih yang diperlakukan
menjadi sebuah kata (EYD, 2010: 42).
2.2.5.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Singkatan
Pemendekan menggunakan singkatan banyak ditemui dalam nama lauk.
Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
huruf (Kridalaksana, 2010: 162). Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk
singkatan dalam bentuk tabel:
Tabel 7: Nama Lauk Berbentuk Singkatan
No Nama Lauk Berbentuk Singkatan
52 B2
53 B1
54 RW
55 ASP
Pada contoh (52), kata B2 adalah hasil pengekalan huruf pertama dan huruf
ketiga dari kata babi dengan menambahkan bilangan 2. Kependekkan B2 digunakan
untuk menyebut nama lauk yang terbuat dari bahan dasar daging babi misalnya rica-
rica B2, saksang B2, sop B2, dan sebagainya. Kata B2 dapat saling menggantikan
dengan kata babi karena keduanya memiliki makna sama dan merujuk pada referen
lauk yang terbuat dari daging babi.
(52a) rica-rica B2
(52b) rica-rica daging babi
Pada contoh (53), kata B1 adalah hasil pengekalan huruf pertama (B) pada
kata biang dengan bilangan 1 . Kata biang mempunyai arti anjing yang diambil dari
bahasa Batak. Kependekkan B1 digunakan untuk menyebut nama lauk yang terbuat
dari bahan dasar daging anjing misalnya saksang B1, rica-rica B1, dan lain-lain. Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
B1 dan daging anjing memiliki makna sama dan mengacu pada referen lauk yang
terbuat dari daging anjing.
(53a) saksang B1
(53b) saksang daging anjing.
Pada contoh (54), kependekkan RW adalah hasil pengekalan huruf awal dari
kata rintek dan kata wuuk. Kedua kata tersebut diambil dari bahasa Manado yang
memiliki arti bulu halus dan referennya mengacu pada hewan anjing. Kata RW yang
semula hanya menyebut hewan anjing kemudian berkembang menjadi nama lauk
yang berupa potongan kecil daging anjing yang ditumis bersama bumbu serai,
lengkuas dan cabai. Kata RW dan daging anjing dapat saling menggantikan karena
keduanya mengacu pada referen yang sama yaitu lauk yang terbuat dari daging
anjing.
(54a) RW
(54b) daging anjing
Pada contoh (55), kata ASP adalah hasil pengekalan huruf awal dari frasa
Ayam Saos Pedas. Kependekkan ASP digunakan untuk menyebut lauk berupa ayam
yang digoreng dengan lapisan tepung dan diberi saus cabai Kata ASP dan Ayam Saos
Pedas memiliki referen yang mengacu pada lauk berupa ayam digoreng bersama
lapisan tepung dan beri saus pedas sehingga keduanya dapat saling menggantikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(56a) ASP
(56b) Ayam Saos Pedas
2.2.5.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Akronim
Akronim terdapat pada nama lauk dan sayur dalam bahasa Indonesia.
Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian
lain dari bentuk dasar dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak
memenuhi kaidah fonotaktik dalam bahasa Indonesia(Baryadi, 2011:52). Contoh
nama lauk dan sayur dalam satuan lingual akronim sebagai berikut.
Tabel 8: Nama Lauk Berbentuk Akronim
No Nama Lauk Berbentuk Akronim
57 Sogul
58 Sengsu
Pada contoh (57), kata sogul adalah hasil pengekalan dua suku kata pertama
dari kata sop dan kata gulai. Nama lauk sogul digunakan untuk menamai potongan
daging ayam yang dimasak dengan santan berbumbu gulai pedas.
Kata sogul dan sop gule memiliki referen yang sama yaitu mengacu pada lauk berupa
ayam yang dimasak dengan santan.
(57a) sogul ayam
(57b) sop dan gule ayam
Pada contoh (58), akronim sengsu adalah hasil pengekalan dari suku kata
terakhir kata tongseng dan kata asu. Tongseng merupakan „masakan yang terbuat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
daging dicampur kuah gulai, kecap dan kubis‟ (Sugono, dkk., eds., 2008: 1480),
sedangkan kata asu mempunyai arti anjing dalam bahasa Jawa, sehingga akronim
sengsu memiliki arti tongseng yang berbahan dasar daging anjing. Kata sengsu dan
tongseng asu memiliki referen yang sama sehingga keduanya dapat saling
menggantikan.
(58a) sengsu
(58b) tongseng asu
2.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Satuan Lingual Frasa Atributif
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi (lihat Ramlan, 1983:137). Dalam penelitian ini, terdapat jenis
frasa atributif pada nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id dan cookpad.com
serta beberapa rumah makan di Yogyakarta. Frasa atributif tersebut kemudian dibagi
berdasarkan strukturnya yaitu frasa beratributif dengan atribut koordinatif, frasa
gabungan atributif dengan koordinatif dan berdasarkan maknanya yaitu frasa
beratribut metaforis serta frasa beratribut non-metaforis.
2.3.1 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif Beratribut Frasa
Koordinatif
Penggunaan frasa ini pada nama makanan timbul karena sang pemberi atau
pencipta nama berkeinginan untuk memberi nama sejelas-jelasnya.
Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk frasa beratribut frasa
koordinatif dalam bentuk tabel:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 9: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif
dengan Atribut Frasa Koordinatif
No Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa
Atributif dengan Atribut Frasa
Koordinatif
59 Anyang ayam dan jantung pisang
60 Anyang pakis dan tauge
Pada contoh (59), nama sayur anyang ayam dan jantung pisang berbentuk
frasa atributif dengan atribut frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan
struktur frasa yang menggunakan frasa koordinatif pada atributnya. Frasa anyang
ayam dan jantung pisang terdiri dari UP berupa anyang dan atributnya berupa ayam
dan jantung pisang. Atribut pada frasa ini berbentuk frasa koordinatif karena
memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata
penghubung dan
anyang + ayam dan jantung pisang
UP Atr ( frasa koordinatif)
Pada contoh (60), nama sayur anyang pakis dan tauge berbentuk frasa
atributif dengan atribut frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur
frasa yang menggunakan frasa koordinatif pada atributnya. Frasa anyang pakis dan
tauge terdiri dari UP (Unsur Pusat) berupa anyang dan atributnya berupa pakis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tauge. Atribut pada frasa ini berbentuk frasa koordinatif karena memiliki unsur-unsur
yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan
anyang + pakis dan tauge
UP Atr ( frasa koordinatif)
2.3.2 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut
Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif
Berikut ini dipaparkan nama lauk dan sayur berbentuk frasa atributif dengan atribut
gabungan frasa atributif dan frasa koordinatif:
Tabel 10: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut
Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif
No Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa
Atributif dengan Atribut
Gabungan Frasa Atributif dan Frasa
Koordinatif
61 cabai isi udang dan tahu
62 gulai manis tebu telur dan remis
Pada contoh (61) nama sayur gulai manis tebu telur dan remis berbentuk
gabungan frasa atributif dengan frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan
struktur frasa yang terdiri dari UP berupa kata gulai, Atr berupa kata manis dan frasa
koordinatif tebu telur dan remis. Frasa tebu telur dan remis berbentuk frasa
koordinatif karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut
dihubungkan dengan kata penghubung dan diantara kata tebu telur dan kata remis.
Tebu telur merupakan jenis sayuran berupa bunga tebu, sedangkan remis merupakan
jenis udang kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
gulai + manis + tebu telur dan remis
UP Atr frasa koordinatif
Pada contoh (62), nama lauk cabai isi udang dan tahu berbentuk gabungan
frasa atributif dengan frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa
yang terdiri dari UP (Unsur Pusat) berupa kata cabai, Atr berupa kata isi dan frasa
koordinatif berupa udang dan tahu. Frasa udang dan tahu berbentuk frasa koordinatif
karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan
kata penghubung dan
cabai + isi + udang dan tahu
UP Atr frasa koordinatif
2.3.3 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut
Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas Rasa/
Bumbu
Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk berbentuk frasa
atributif dengan atribut gabungan frasa atributif dan frasa koordinatif sebagai
penjelas rasa/ bumbu dalam bentuk tabel:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 11: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Atributif dengan Atribut
Gabungan Frasa Atributif dan Frasa Koordinatif sebagai Penjelas
Rasa/ Bumbu
No
Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa
Atributif dengan Atribut
Gabungan Frasa Atributif dan
Frasa Koordinatif sebagai Penjelas
Rasa/ Bumbu
63 oseng jamur pedas dan manis
64 ayam goreng rawit daun jeruk dan belimbing
wuluh
Pada (63) nama sayur oseng jamur pedas dan manis berbentuk gabungan
frasa atributif dengan frasa koordinatif. Hal tersebut dibuktikan dengan struktur frasa
yang terdiri dari UP (Unsur Pusat) berupa kata oseng, Atr berupa kata jamur dan frasa
koordinatif pedas dan manis. Frasa pedas dan manis berbentuk frasa koordinatif
karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan
kata penghubung dan diantara kata pedas dan kata manis. Frasa tersebut menjelaskan
rasa dari frasa oseng jamur.
oseng + jamur + pedas dan manis
UP Atr Frasa koordinatif
Pada contoh (64) nama lauk ayam goreng rawit daun jeruk dan belimbing
wuluh berbentuk gabungan frasa atributif dengan frasa koordinatif. Hal tersebut
dibuktikan dengan struktur frasa yang terdiri dari UP (Unsur Pusat) berupa kata
ayam, Atrs berupa kara goreng dan frasa koordinatif rawit daun jeruk dan belimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
wuluh. Frasa rawit daun jeruk dan belimbing wuluh berbentuk frasa koordinatif
karena memiliki unsur-unsur yang setara. Kesetaraan tersebut dihubungkan dengan
kata penghubung dan diantara kata rawit daun jeruk dan kata belimbing wuluh. Frasa
tersebut menjelaskan bumbu-bumbu yang digunakan pada frasa ayam goreng.
ayam + goreng + rawit daun jeruk dan belimbing wuluh
UP Atr frasa koordinatif
2.3.4 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Metaforis
Frasa beratribut metaforis merupakan frasa yang atributnya menggunakan
kata metafora. Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan
arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan (Sugono,dkk., eds., 2008: 908). Nama lauk dan sayur dalam bentuk
frasa beratribut metaforis berfungsi untuk membuat nama makanan menjadi lebih
menarik. Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk frasa beratribut metaforis
dalam bentuk tabel:
Tabel 12: Nama Lauk Berbentuk Frasa Beratribut Metaforis
No Nama Lauk Berbentuk Frasa Beratribut
Metaforis
65 sate petir
67 tengkleng gajah
68 tongseng jamu
69 ayam koteka
70 telur mata sapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
71 baby buncis siram daging
72 acar ramping
Pada contoh (60), nama lauk sate petir berbentuk frasa beratribut metaforis.
Frasa sate petir merupakan gabungan kata sate sebagai Unsur Pusat (UP) dengan kata
petir sebagai atribut. Atribut petir mengacu pada kilatan listrik di udara(Sugono,
dkk., eds., 2008:1068), atribut tersebut digunakan sebagai metafora rasa sate yang
pedas.
Gambar 1 : sate petir
sumber: www.travelmatekamu.com
Penggunaan atribut metaforis pada frasa nama lauk yang memiliki rasa pedas
seringkali dinyatakan dengan metafora lain yang lebih beragam. Contoh sebagai
berikut:
(61) oseng mercon
(62) tengkleng hohah
(63) ceker ranjau
(64) ceker dheer.
(65) ayam nylekit
(66) entok slenget
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada contoh (61), atribut mercon pada frasa oseng mercon digunakan sebagai
metafora rasa tumisan tetelan daging berbumbu cabai yang pedas seperti mercon.
Pada contoh (62) atribut hohah pada frasa tengkleng hohah digunakan sebagai
metafora rasa tengkleng yang pedas dengan suara hohah. Suara tersebut dihasilkan
ketika seseorang memakan sesuatu yang pedas.
Pada contoh (63), atribut ranjau pada frasa ceker ranjau digunakan sebagai
metafora rasa lauk kaki ayam berbumbu cabai yang pedas seperti ledakan ranjau.
Pada contoh (64), atribut dheer pada frasa ceker dheer digunakan sebagai
metafora rasa kaki ayam berbumbu cabai yang pedas seperti suara yang ditimbulkan
guntur.
Pada contoh (65), atribut nylekit pada frasa ayam nylekit digunakan sebagai
metafora rasa ayam yang pedas seperti rasa kesakitan. Kata nylekit diambil dari
bahasa Jawa yang berarti rasa yang menyakitkan.
Pada contoh (66), atribut slenget pada frasa entok slenget digunakan sebagai
metafora rasa entok atau itik yang pedas menyakitkan
Pada contoh (67), frasa tengkleng gajah berbentuk frasa beratribut metaforis.
Frasa tengkleng gajah merupakan gabungan kata tengkleng sebagai Unsur Pusat (UP)
dengan kata gajah sebagai atribut. Atribut gajah mengacu pada hewan berbadan
besar dan berbelalai panjang, atribut tersebut digunakan sebagai metafora ukuran
tulang kambing yang besar pada tengkleng gajah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 2: Tengkleng gajah
sumber: www. travel.kompas.com
Pada contoh (68), nama lauk tongseng jamu berbentuk frasa beratribut
metaforis. Frasa tongseng jamu merupakan gabungan kata tongseng sebagai Unsur
Pusat (UP) dengan kata jamu sebagai atribut. Atribut jamu mengacu pada obat yang
dibuat dari akar, daun, dan sebagainya(Sugono, dkk., eds., 2008:563), atribut tersebut
digunakan sebagai metafora daging anjing yang merupakan bahan utama tongseng
jamu.
Gambar 3: tongseng jamu
sumber: food.detik.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Penghalusan makna menggunakan atribut metaforis pada contoh frasa
tongseng jamu diatas seringkali dinyatakan dengan metafora lain yang lebih beragam.
Contoh sebagai berikut:
Pada contoh (69), nama lauk tongseng scooby doo berbentuk frasa beratribut
metaforis. Frasa tongseng scooby doo merupakan gabungan kata tongseng sebagai
Unsur Pusat (UP) dengan scooby doo sebagai atribut. Atribut scooby doo mengacu
pada tokoh anjing dalam serial kartun Scooby Doo, atribut tersebut digunakan
sebagai metafora daging anjing yang menjadi bahan utama tongseng scooby doo
Gambar 4: Tokoh Kartun Scooby Doo
sumber: fanpop.com
Pada contoh (70), nama lauk ayam koteka berbentuk frasa beratribut
metaforis. Frasa ayam koteka merupakan gabungan kata ayam sebagai Unsur Pusat
(UP) dengan kata koteka sebagai atribut. Atribut koteka mengacu pada penutup
kelamin pria pada suku di Papua, atribut tersebut digunakan sebagai metafora bentuk
lauk yang seperti koteka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Gambar 5: ayam koteka
sumber:www. thejakartapost.com
Pada contoh (71), frasa nama lauk telur mata sapi berbentuk frasa. Frasa telur
mata sapi merupakan gabungan kata telur sebagai Unsur Pusat (UP) dengan mata
sapi sebagai atribut. Atribut mata sapi mengacu pada indra untuk melihat dari hewan
sapi, atribut tersebut digunakan sebagai metafor kuning telur yang masih bulat utuh
layaknya mata sapi.
Gambar 6: Telur mata sapi
sumber: www. kuliner.ilmci.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada contoh (72), nama sayur baby buncis siram daging berbentuk frasa.
Frasa tersebut merupakan gabungan kata baby buncis sebagai UP dengan kata siram
dan kata daging sebagai atribut. Atribut siram daging mengacu pada perbuatan
menyiram daging. Atribut tersebut digunakan sebagai metafor tumisan daging yang
diletakan di atas tumisan baby buncis.
Gambar 7: baby buncis siram daging
sumber: www.vietnanlicious.wordpress
Pada (73), nama sayur acar ramping berbentuk frasa beratribut metaforis.
Frasa tersebut merupakan gabungan kata acar sebagai UP dengan kata ramping
atribut metaforis. Atribut ramping mengacu pada suatu bentuk kecil dan panjang.
Atribut tersebut digunakan sebagai metafor potongan sayuran pada acar yang
memiliki bentuk kecil dan panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 8: Acar ramping
Sumber www.femina.co.id
2.3.5 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Frasa Beratribut Non-Metaforis
Frasa beratribut non-metaforis merupakan gabungan dua kata atau lebih yang
pada atributnya memiliki makna sesuai dengan referennya. Frasa beratribut non-
metaforis terdapat dalam nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id,
www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di Yogyakarta :
2.3.5.1 Nama Lauk Berupa Frasa Atributif Non-Metaforis
Berikut ini dikemukakan nama lauk berbentuk frasa atributif non-metaforis dalam
tabel berikut:
Tabel 13: Nama Lauk Berbentuk Frasa Atributif Non-Metaforis
No Nama Lauk Berbentuk Frasa Atributif
Non-Metaforis
74 tempe bacem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
75 ayam kukus
76 sop konro
77 belut cabe ijo
78 Ikan asin jambal lombok ijo
Pada contoh (74), nama lauk tempe bacem merupakan frasa yang terdiri dari
UP+ atribut. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata bacem merupakan atribut non-
metaforis yang memiliki makna yang sesuai dengan makna leksikalnya yaitu proses
mengungkep menggunakan bumbu hingga airnya terserap habis.
Pada contoh (75), nama lauk ayam kukus merupakan frasa yang terdiri dari
UP+ atribut . UP pada frasa tersebut yaitu kata ayam. Atribut pada frasa tersebut
yaitu kata kukus merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai
dengan makna leksikalnya yaitu proses memasak ayam menggunakan uap air yang
dipanaskan.
Pada contoh (76), nama lauk sop konro merupakan frasa yang terdiri dari
UP+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata sop. Atribut pada frasa tersebut yaitu
kata konro merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan
makna leksikalnya yaitu iga sapi.
Pada contoh (77), nama lauk belut cabe ijo merupakan frasa yang terdiri dari
UP+atribut+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata belut. Atribut pada frasa
tersebut yaitu kata cabe dan ijo merupakan atribut non-metaforis yang memiliki
makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu lauk belut yang dimasak bersama cabai
hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Pada contoh (78), nama lauk ikan asin jambal lombok ijo merupakan frasa
yang terdiri dari UP+atribut+atribut+ atribut+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu
kata ikan. Atribut pada frasa tersebut yaitu kata asin, jambal, lombok dan ijo
merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna
leksikalnya yaitu lauk ikan asin jambal yang dimasak bersama cabai hijau.
2.3.5.1 Nama Sayur Berbentuk Frasa Atributif Non-Metaforis
Berikut ini dikemukakan nama sayur berbentuk frasa atributif non-metaforis dalam
bentuk tabel berikut:
Tabel 14: Nama Sayur Berbentuk Frasa Atributif Non-Metaforis
No Nama Sayur Berbentuk Frasa Atributif
Non-Metaforis
79 plecing kangkung
80 gulai rebung
81 kari kentang
82 tumis daun pepaya
83 sayur daun ubi tumbuk
Pada contoh (79) nama sayur plecing kangkung merupakan frasa yang terdiri
dari plecing sebagai UP dan kata kangkung sebagai atribut. Atribut pada frasa
tersebut yaitu kata kangkung merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna
yang sesuai dengan makna leksikalnya yaitu „tumbuhan sayur yang menjalar,
batangnya berair, daunya meruncing pada bagian ujungnya‟ (Sugono,dkk,(eds) 2008:
617)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada contoh (80), nama sayur gulai rebung merupakan frasa yang terdiri dari
gulai sebagai UP dan kata rebung sebagai atribut. Atribut pada frasa tersebut yaitu
kata rebung merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna yang sesuai
dengan makna leksikalnya yaitu tunas bambu.
Pada contoh (81), nama sayur kari kentang merupakan frasa yang terdiri dari
UP+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata kari. Atribut pada frasa tersebut yaitu
kata kentang merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan
makna leksikalnya yaitu umbi.
Pada contoh (82), nama sayur tumis daun pepaya merupakan frasa yang
terdiri dari UP+atribut+atribut. UP pada frasa tersebut yaitu kata tumis. Atribut pada
frasa tersebut adalah kata daun dan pepaya merupakan atribut non-metaforis yang
memiliki makna sesuai dengan makna leksikalnya yaitu daun pepaya yang memiliki
rasa pahit.
Pada contoh (83), nama sayur daun ubi tumbuk merupakan frasa yang terdiri
dari UP+atribut+atribut+ atribut. Kata sayur merupakan UP dan kata daun, ubi dan
tumbuk merupakan atribut non-metaforis yang memiliki makna sesuai dengan makna
leksikalnya yaitu sayur daun ubi yang ditumbuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2.4 Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Klausa
Bentuk satuan lingal klausa digunakan pula dalam nama lauk dan sayur.
Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari S,P baik disertai O, PEL. dan
KET ataupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P ( O) (PEL) (KET). Tanda
kurung itu bersifat mana suka, artinya boleh ada, boleh juga tidak. (lih Ramlan, 2005:
79). Berikut ini dikemukakan nama lauk dan sayur berbentuk klausa dalam bentuk
tabel:
Tabel 15: Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Klausa
No Nama Lauk dan Sayur Berbentuk Klausa
84 gurame menari
85 ayam tangkap
86 kenikir bersantan
Pada contoh (84), nama lauk gurame menari merupakan klausa karena
gurame menari terdiri dari unsur S dan P. Predikat menari digunakan pada nama lauk
tersebut karena sebelum digoreng punggung ikan disayat terlebih dahulu sehingga
ketika digoreng tampak seperti ikan yang sedang menari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 6: Gurame Menari
sumber google.co.id.deleuit.co.id
Pada contoh (85), nama lauk ayam tangkap merupakan klausa karena terdiri
dari unsur S dan P. Kata ayam memiliki makna leksikal yaitu „unggas yang
umumnya tidak terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan
berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak
bertaji‟(Sugono,dkk,(eds) 2008: 105). Kata tangkap memiliki makna leksikal
„menangkap‟(Sugono,dkk,(eds) 2008: 1399). Lauk ayam tangkap merupakan ayam
yang digoreng bersama rempah-rempah daun.
Gambar 7: Ayam tangkap
sumber www.dutaindonesia.asia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pada contoh (86), nama sayur kenikir bersantan merupakan klausa karena
terdiri dari unsur S dan P. Kata kenikir memiliki leksikal „tumbuhan perdu, termasuk
suku Compositae, bunganya bewarna kuning atau jingga, baunya kurang sedap,
daunya dimakan sebagai sayur‟(Sugono,dkk,(eds) 2008: 669). Kata bersantan
memiliki leksikal‟ ada santanya; berkuah santan (tentang sayur)‟ (Sugono,dkk,(eds)
2008: 1224). Kenikir bersantan merupakan nama sayur berupa daun kenikir yang
dimasak bersama bumbu dan santan.
Gambar 8: Kenikir Bersantan
Sumber sajiansedap.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB III
DASAR PENAMAAN LAUK DAN SAYUR
3.1 Pengantar
Dalam bab ini peneliti membahas dasar penamaan lauk dan sayur. Peneliti
mengelompokan dasar penamaan menjadi delapan yaitu penamaan berdasarkan cara
pengolahan, penamaaan berdasarkan alat pengolahan , penamaan berdasarkan bumbu
pengolahan, penamaan berdasarkan bahan tambahan, penamaaan berdasarkan tempat
asal, penamaan berdasarkan warna, penamaaan berdasarkan rasa, dan penamaan
berdasarkan bahan utama
3.2 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Cara Pengolahan
Pada kategori ini penamaan lauk dan sayur berasal cara saat mengolah lauk
dan sayur. Cara adalah jalan (aturan, sistem) melakukan sesuatu (Sugono, dkk., eds.,
2008: 245). Cara pengolahan pada nama lauk dan sayur terdapat pada atributnya.
Cara khusus itu kemudian menjadi dasar nama lauk dan sayur. Dasar penamaan nama
lauk dan sayur berdasarkan cara pengolahan dibedakan menjadi tipe 1 dan tipe 2.
Pada tipe 1 , dasar penamaan nama lauk terletak pada atribut. Pada tipe 2 dasar
penamaanya terletak pada Unsur Pusat (UP). Berikut jenis nama lauk dan sayur yang
termasuk dalam pengolahan yang menggunakan teknik atau cara pengolahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3.2.1 Dasar Penamaan Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 1
Pada kategori ini nama lauk dan sayur didasarkan pada cara pengolahan pada
atributnya. Berikut contoh nama lauk dan sayur berdasarkan cara pengolahan tipe 1:
(88) ayam bakar
(89) kambing guling
(90) tahu bacem
(91) sate lilit
(92) kenikir rebus
(93) terong goreng
Pada contoh (88), nama ayam bakar diambil dari klausa ayam yang dibakar
.Kata bakar memiliki makna leksikal yaitu „cara memasak makanan berupa umbi-
umbian, sayur-sayuran, daging, dan sebagainya dengan menggunakan bara batu yang
dipanaskan‟ (Sugono, dkk., eds., 2008: 121). Dasar penamaan lauk ayam bakar dapat
dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan lauk tersebut yaitu
membakar ayam yang sebelumnya telah dibumbui di atas bara api dengan dibolak-
balik agar tidak hangus. Dari proses pengolahan sate tersebut menghasilkan nama
ayam bakar.
ayam + bakar
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata bakar merupakan atribut
yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa ayam bakar. Cara pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama ayam bakar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pada contoh (89), nama lauk kambing guling diambil dari klausa kambing
yang diguling. Kata guling memiliki makna leksikal yaitu „gulung bolak-balik‟
(Sugono,dkk., eds,. 2008: 465).
Dasar penamaan lauk kambing guling dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari
proses pembuatan berupa mengguling-gulingkan kambing utuh yang sebelumnya
telah dibumbui diatas bara api agar tidak hangus. Dari proses pengolahan tersebut
menghasilkan nama kambing guling. Pada dasarnya cara pengolahan kambing guling
adalah dibakar, namun proses menguling-gulingkan kambing diatas bara api yang
dipilih menjadi dasar penamaan.
kambing + guling
Kata kambing merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata guling merupakan atribut yang
menunjukkan cara pengolahan pada frasa kambing guling. Cara pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama kambing guling.
Pada contoh (90), nama lauk tahu bacem yang diambil dari klausa tahu yang
dibacem. Kata bacem memiliki makna leksikal yaitu „merendam tahu, tempe dengan
bumbu dan merebusnya dalam tempat tertutup sampai airnya habis. (Sugono,dkk.,
eds,. 2008: 110).
Dasar penamaan lauk tahu bacem dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil
dari proses pembuatan berupa membacem/ merendam tahu bersama bumbu dan
merebusnya hingga airnya terserap habis. Dari proses pengolahan tersebut
menghasilkan nama tahu bacem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
tahu + bacem
Kata tahu merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata bacem merupakan atribut
yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa tahu bacem. Cara pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama tahu bacem.
Pada contoh (91), nama lauk sate lilit diambil dari klausa sate yang dililitkan.
Sate lilit merupakan sate berbahan dasar ikan yang sudah dihaluskan, diberi bumbu
dan dililitkan pada sebatang serai atau bambu kemudian dibakar. Kata lilit memiliki
makna leksikal yaitu „kebatan yang membelit-belit‟ (Sugono, dkk., eds., 2008:827).
Dasar penamaan lauk sate lilit dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses
pembuatan berupa adonan daging ikan yang dililitkan di batang serai atau bambu.
Dari proses pengolahan sate tersebut menghasilkan nama sate lilit, meskipun sate lilit
diolah dengan cara dibakar namun proses melilitkan adonan sate yang dipilih menjadi
dasar penamaan.
sate + lilit
.
Kata sate merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata lilit merupakan atribut yang
menunjukkan cara pengolahan pada frasa sate lilit. Cara pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama sate lilit.
Pada contoh (92), nama kenikir rebus diambil dari klausa kenikir yang direbus
.Kata rebus memiliki makna leksikal yaitu „memasak sesuatu dengan air atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
memasak sesuatu dalam air mendidih‟ (Sugono, dkk., eds., 2008:827). Dasar
penamaan sayur kenikir rebus dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses
pengolahan sayur kenikir yang direbus di dalam air mendidih. Dari proses
pengolahan kenikir tersebut menghasilkan nama kenikir rebus.
kenikir+ rebus
Kata kenikir merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata rebus merupakan atribut
yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa kenikir rebus. Cara pengolahan
tersebut kemudian menjadi dasar nama kenikir rebus.
Pada contoh (93), nama sayur terong goreng diambil dari klausa terong yang
digoreng. Kata goreng memiliki makna leksikal „masak dengan minyak
(Sugono,dkk., eds., 2008: 459). Dasar penamaan nama sayur terong goreng dapat
dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pengolahan berupa menggoreng. Dari
proses pengolahan terong tersebut menghasilkan nama terong goreng
terong + goreng
Kata terong merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata goreng merupakan atribut
yang menunjukkan cara pengolahan pada frasa terong goreng. Cara pengolahan
tersebut kemudian menjadi dasar nama terong goreng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Bagan 1 : Nama Lauk dan Sayur
Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 1
3.2.2 Dasar Penamaan Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 2
Pada kategori ini nama lauk dan sayur didasarkan pada cara pengolahan pada
Unsur Pusatnya (UP). Berikut contoh nama lauk dan sayur berdasarkan cara
pengolahan tipe 2:
(94) bacem kepala kambing
(95) gulai otak
(96) oseng kikil
(97) ca pokcoy
(98) tumis bunga pepaya
Pada contoh (94), nama lauk bacem kepala kambing diambil dari klausa
membacem kepala kambing. Kata bacem pada nama bacem kepala kambing memiliki
makna leksikal „merendam (tahu , tempe,dsb) dng bumbu dan merebusnya di tempat
yang tertutup sampai airnya habis‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 110). Dasar penamaan
UP
bahan
atribut
cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
lauk bacem kepala kambing dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses
pembuatan berupa membacem kepala kambing yang telah dibersihkan dengan gula
merah dan bumbu-bumbu hingga airnya habis. Dari proses pengolahan kepala
kambing tersebut menghasilkan nama bacem kepala kambing.
bacem + kepala kambing
Kata bacem merupakan Unsur Pusat (UP) dan frasa kepala kambing
merupakan atribut. UP tersebut menunjukkan cara pengolahan kepala kambing. Cara
pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk bacem kepala kambing.
Pada contoh (95), nama lauk gulai otak diambil dari klausa menggulai otak.
Kata gulai pada nama gulai otak memiliki makna leksikal „sayur berkuah santan dan
diberi kunyit serta bumbu khusus‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 464). Dasar penamaan
lauk gulai otak dapat dijelaskan ssebagai berikut, diambil dari proses pembuatan
berupa menggulai otak sapi. Dari proses pengolahan tersebut menghasilkan nama
gulai otak
gulai + otak
Kata gulai merupakan UP dan kata otak merupakan atribut pada frasa di atas. Kata
gulai sebagai UP menunjukkan cara pengolahan pada lauk gulai otak. Cara
pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama gulai otak. Proses menggulai
juga digunakan pada ikan, pakis, ayam, dan lain lain sehingga menjadi dasar nama
gulai ikan, gulai ayam dan gulai pakis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada contoh (96), nama lauk oseng kikil diambil dari klausa mengoseng kikil.
Kata oseng diambil dari bahasa Jawa yang berarti tumis. Dasar penamaan nama lauk
oseng kikil dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pembuatan berupa
mengoseng atau menumis kulit sapi/ kikil yang telah dibersihkan bersama bumbu.
Dari proses pengolahan kikil tersebut menghasilkan nama oseng kikil
oseng + kikil
Kata oseng merupakan UP dan kata kikil merupakan atribut pada frasa di atas.
UP pada kata oseng menunjukkan cara pengolahan lauk oseng kikil. Cara pengolahan
tersebut kemudian menjadi dasar nama oseng kikil. Cara mengolah lauk dengan cara
oseng juga turut digunakan pada tahu, tempe, kangkung, dan teri sehingga menjadi
dasar nama lauk berupa oseng tempe, oseng kangkung, dan oseng teri.
Pada contoh (97), nama sayur ca pokcoy diambil dari klausa mengeca pokcoy.
Ca pokcoy merupakan„ sayur berupa pokcoy yang kuahnya sedikit dan kental. Dasar
penamaan nama sayur cah pokcoy dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari
proses pembuatan berupa „memasak pokcoy dengan sedikit kaldu dan campuran
tepung kanji‟ (Sugono,dkk., eds., 2008:231). Dari proses pengolahan pokcoy tersebut
menghasilkan nama ca pokcoy
ca + pokcoy
Kata ca merupakan UP dan kata pokcoy merupakan atribut pada frasa di atas.
UP pada kata ca menunjukkan cara pengolahan sayur ca pokcoy. Cara pengolahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tersebut kemudian menjadi dasar nama ca pokcoy. Cara mengolah sayur dengan cara
ca juga turut digunakan pada jamur, kangkung, kailan sehingga menjadi dasar nama
sayur berupa ca jamur, ca kangkung dan ca kalian.
Pada contoh (98), nama sayur tumis bunga pepaya diambil dari klausa
menumis bunga pepaya. Tumis bunga pepaya merupakan sayur berupa bunga
pepaya yang dimasak dengan cara tumis. Kata tumis memiliki makna leksikal
„masakan dari sayuran dan sebagainya yang digoreng dengan sedikit minyak‟
(Sugono, dkk., eds., 2008: 1499). Dasar penamaan nama sayur tumis bunga pepaya
dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari proses pengolah berupa mengoreng
bunga pepaya dengan sedikit minyak.. Dari proses pengolahan bunga pepaya tersebut
menghasilkan nama tumis bunga pepaya
tumis + bunga pepaya
Kata tumis merupakan UP dan tumis bunga pepaya merupakan UP pada frasa di atas.
UP pada kata tumis menunjukkan cara pengolahan sayur tumis bunga pepaya. Cara
pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama tumis bunga pepaya. Cara
mengolah sayur dengan cara tumis juga turut digunakan pada kacang panjang, labu
siam, tauge, dll sehingga menjadi dasar nama sayur berupa tumis kacang panjang,
tumis labu siam dan tumis tauge.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Bagan 2: Nama Lauk dan Sayur
Berdasarkan Cara Pengolahan Tipe 2
3.3 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Alat Pengolahan
Pada kategori ini dasar penamaan lauk dan sayur didasarkan pada alat yang
digunakaan saat memasak atau menyajikan lauk dan sayur. Alat adalah „benda yang
dipakai untuk mengerjakan sesuatu: perkakas; perabotan‟(Sugono.dkk., eds., 2008:
36). Nama alat tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk dan sayur. Berikut jenis
nama lauk dan sayur yang termasuk dalam pengolahan yang menggunakan alat.
(99) bandeng presto
(100) ayam buluh
( 101) empal gentong
(102) soto batok
(103) ayam cobek
(104) pecel pincuk
(105) kangkung hotplate
Pada contoh (99), bandeng presto merupakan ikan bandeng yag direbus
bersama bumbu menggunakan panci presto. Kata presto memiliki makna leksikal
„panci tekan‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 1101). Dasar penamaan bandeng presto
UP
cara
atribut
bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat pengolahan berupa panci presto.
Panci ini digunakan untuk merebus ikan bandeng bersama bumbu sehingga durinya
lunak. Dari alat pengolahan bandeng tersebut menghasilkan nama bandeng presto
bandeng + presto
Kata bandeng merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata presto merupakan
atribut yang menunjukkan alat pengolahan pada frasa bandeng presto. Alat
pengolahan tersebut kemudian menjadi dasar nama bandeng presto.
Pada (100), nama lauk ayam buluh merupakan potongan daging ayam yang
diberi bumbu-bumbu dimasukkan ke dalam bambu dan dikukus. Kata buluh
memiliki makna leksikal „bambu‟(Sugono.dkk(eds.) 2008: 221). Dasar penamaan
lauk ayam buluh dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat pembuatan berupa
buluh atau bambu yang menjadi media memasak potongan ayam beserta bumbunya.
Dari alat pengolahan lauk tersebut menghasilkan nama ayam buluh
ayam + buluh
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata buluh merupakan atribut yang
menunjukkan alat pengolahan pada frasa ayam buluh. Alat pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama ayam buluh.
Pada contoh (101), nama lauk empal gentong merupakan potongan dagi sapi
yang dimasak dengan santan dan diberi bumbu. Kata gentong memiliki makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
leksikal „tempat air yg berbentuk seperti tempayan besar, biasanya terbuat dr tanah
liat‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 442).
Dasar penamaan lauk empal gentong dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari
alat pengolahan berupa gentong yang digunakan merebus potongan daging sapi
bersama santan dan bumbu. Dari alat pengolahan lauk tersebut menghasilkan nama
empal gentong. Lauk empal gentong tetap disebut dengan nama empal gentong
meskipun alat pengolahan gentong diganti menggunakan panci biasa.
empal + gentong
Kata empal merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata gentog merupakan atribut yang
menunjukkan alat pengolahan pada frasa empal gentong. Alat pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama empal gentong.
Pada contoh (102), nama soto batok merupakan soto ayam yang disajikan di
dalam batok kelapa.. Kata batok memiliki makna leksikal „tempurung‟ (Sugono.dkk.,
eds., 2008: 147).
Dasar penamaan soto batok dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat
penyajian berupa batok yang digunakan menyajikan soto ayam. Dari alat penyajian
soto tersebut menghasilkan nama soto batok.
soto + batok
Kata soto merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata batok merupakan atribut yang
menunjukkan alat penyajian pada frasa soto batok. Alat pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama soto batok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pada (103), nama ayam cobek merupakan lauk berupa ayam goreng yang ulek
kasar di atas cobek. Kata cobek memiliki makna leksikal yaitu „perabot dapur, terbuat
dr batu atau tanah liat yg dibentuk spt piring, untuk mengulek bumbu (merica, cabai,
dsb)‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 271).
Dasar penamaan lauk ayam cobek dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari alat
penyajian ayam berupa piring tanah liat yang berfungsi sebagai tempat menyajikan
ayam dengan sambal. Dari alat penyajian tersebut menghasilkan nama ayam cobek
ayam + cobek
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata cobek merupakan atribut yang
menunjukkan alat pengolahan pada frasa ayam cobek. Alat pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama ayam cobek
Pada contoh (104), pecel pincuk merupakan sayuran rebus dibumbui saus
kacang dan disajikan diatas pincuk. .Kata pincuk memiliki makna leksikal „wadah
(rujak, gado-gado, dan sebagainya) dari daun pisang yang dilipat dan disemat dengan
lidi sehingga membentuk lekukan‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 1076).
Dasar penamaan pecel pincuk dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari tempat
penyajian berupa pincuk yang digunakan menyajikan pecel. Dari tempat penyajian
pecel tersebut menghasilkan nama pecel pincuk.
pecel + pincuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Kata pecel merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata pincuk merupakan atribut yang
menunjukkan alat pengolahan pada frasa pecel pincuk . Alat pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama pecel pincuk
Pada (105), nama sayur kangkung hotplate merupakan cah kangkung yang
disajikan di atas hotplate. Kata hotplate diambil dari bahasa Inggris yang memilik
arti piring panas. Penggunaan hotplate banyak ditemui di restoran chinese food.
Dasar penamaan lauk kangkung hotplate dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil
dari alat penyajian kangkung berupa piring batu yang sebelumnya sudah dipanaskan
terlebih dahulu. Dari alat penyajian tersebut menghasilkan nama kangkung hotplate
kangkung + hotplate
Kata kangkung merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata hotplate merupakan atribut
yang menunjukkan alat pengolahan pada frasa kangkung hotplate. Alat pengolahan
tersebut kemudian menjadi dasar nama kangkung hotplate.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Bagan 3: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan
Alat Pengolahan
3.4 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bumbu
Pengolahan
Pada kategori ini penamaan lauk dan sayur berdasarkan bumbu pengolahan.
Bumbu adalah berbagai jenis hasil tanaman yang berbau harum atau sedap seperti
jahe, kunyit, lengkuas, pala, merica yang digunakan untuk menyedapkan masakan.
(Sugono.dkk., eds., 2008: 221) Bumbu yang digunakan pada lauk dan sayur
kemudian menjadi dasar penamaan lauk dan sayur Berikut jenis nama lauk dan sayur
berdasarkan bumbu pengolahan:
(106) telur bumbu rujak
(107) tahu petis
(108) ikan woku
(109) terong balado
(110) kangkung taoco
(111) genjer belacan
Pada (106), nama lauk telur bumbu rujak merupakan telur yang dimasak
dengan bumbu rujak. Kata rujak merupakan bumbu yang terbuat dari cabai merah,
bawang merah dan bumbu lainya yang di haluskan. Dasar penamaan lauk telur
UP
bahan/
masakan
atribut
alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bumbu rujak dapat dijelaskan sebagai berikut. diambil dari bumbu rujak yang
digunakan untuk membumbui telur. Dari bumbu pengolahan tersebut menghasilkan
nama lauk telur bumbu rujak.
telur + bumbu rujak
Kata telur merupakan Unsur Pusat (UP) dan klausa bumbu rujak merupakan atribut
dari frasa tersebut. Atribut bumbu rujak menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa
telur bumbu rujak. Bumbu tersebut kemudian menjadi dasar nama telur bumbu rujak.
Pada (107), nama lauk tahu petis merupakan tahu goreng yang pada bagian
tengahnya diisi dengan bumbu petis. Kata petis memiliki arti makna leksikal yaitu
„makanan yg dibuat dr udang segar yang ditumbuk halus, direbus dengan air abu
merang dan dibumbui, bewarna hitam, kental dan berbau tajam‟ (Sugono.dkk., eds.,
2008: 1068). Petis terbuat dari produk sampingan pengolahan makanan berkuah
(biasanya dari pindang, kupang, atau udang) yang dipanaskan hingga cairan kuah
menjadi kental seperti saus yang lebih padat. Petis banyak dijumpai pada makanan
khas daerah Jawa Timur antara lain rujak cingur
Dasar penamaan lauk tahu petis dapat dijelaskan sebagai berikut. diambil dari
bumbu petis yang digunakan untuk membumbui tahu. Dari bumbu pengolahan
tersebut menghasilkan nama lauk tahu petis.
tahu + petis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Kata tahu merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata petis merupakan atribut.
Atribut petis menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa tahu petis.. Bumbu tersebut
kemudian menjadi dasar nama tahu petis.
Pada (108), nama lauk ikan woku merupakan ikan yang dimasak dengan
bumbu woku. Kata woku memiliki makna leksikal makna leksikal „ makanan khas
minahasa, terbuat dr ikan yg dibumbui cabai, bawang merah, bawang prei, daun
kunyit, dan kemangi, dsb‟ (Sugono.dkk(eds.) 2008: 1563).
Dasar penamaan lauk ikan woku dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil
dari bumbu masakan Manado yang terbuat dari berbagai macam bumbu antara
lain kemangi, daun jeruk, daun pandan , kunyit, serai, daun bawang, tomat, cabe
rawit, kunyit, jahe, dan bawang putih. Dari bumbu pengolahan lauk tersebut
menghasilkan nama ikan woku
ikan+ woku
Kata ikan merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata woku merupakan atribut yang
menunjukan bumbu pengolahan pada frasa ikan woku. Bumbu pengolahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama ikan woku.
Pada (109), nama sayur terong balado merupakan sayur terong yang dimasak
menggunakan bumbu balado. Kata balado adalah bumbu masak khas
daerah Minangkabau. Bumbu balado terdiri atas cabai, bawang merah, bawang putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dan rempah-rempah lainya yang dihaluskan. Dasar penamaan terong balado dapat
dijelaskan sebagai berikut, diambil dari bumbu balado yang digunakan untuk
membumbui terong Dari bumbu pengolahan sayur tersebut menghasilkan nama
terong balado
terong + balado
Kata terong merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata balado merupakan atribut yang
menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa terong balado. Bumbu pengolahan
tersebut kemudian menjadi dasar nama terong balado.
Pada contoh (110), nama sayur kangkung taoco merupakan sayur kangkung
yang ditumis menggunakan bumbu taoco. Kata taoco memiliki makna leksikal „
makanan terbuat dari kedelai yang setelah direbus dan diawetkan dengan garam,
biasanya digunakan sebagai bumbu masakan‟(Sugono, dkk., eds., 2008:1402). Dasar
penamaan kangkung taoco dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari bumbu
taoco yang digunakan untuk membumbui kangkung. Dari bumbu pengolahan sayur
tersebut menghasilkan nama kangkung taoco
kangkung + taoco
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kata kangkung merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata taoco merupakan atribut yang
menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa kangkung taoco. Bumbu pengolahan
tersebut kemudian menjadi dasar nama kangkung taoco
Pada (111) nama sayur genjer belacan merupakan sayur genjer yang ditumis
menggunakan bumbu belacan. Kata belacan memiliki makna leksikal „ bumbu
masakan yang terbuat dari udang atau ikan kecil-kecil yang ditumbuk halus,
digunakan untuk sambal atau menyedapkan makanan‟(Sugono, dkk., eds.,
2008:1402). Dasar penamaan genjer belacan dapat dijelaskan sebagai berikut,
diambil dari bumbu belacan yang digunakan untuk membumbui genjer. Dari bumbu
pengolahan sayur tersebut menghasilkan nama genjer belacan
genjer + belacan
Kata genjer merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata belacan merupakan atribut
yang menunjukkan bumbu pengolahan pada frasa genjer belacan. Bumbu pengolahan
tersebut kemudian menjadi dasar nama genjer belacan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Bagan 4 : Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan
Bumbu Pengolahan
3.5 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Tempat Asal
Daerah atau tempat asal lauk dan sayur pertama kali diciptakan atau dibuat
dapat dijadikan dasar nama lauk dan sayur. Daerah merupakan tempat sekeliling atau
yang termasuk dl lingkungan suatu kota (wilayah, dsb)‟ (Sugono.dkk., eds., 2008:
28)
(112) soto kudus
(113) ote-ote ponorogo
(114) sate padang
(115) ayam goreng kalasan
(116) swieke purwodadi
Pada contoh (112), nama soto kudus merupakan soto yang berisi suwiran
ayam dan tauge. Kata kudus pada nama soto kudus merupakan nama kabupaten di
provinsi Jawa Tengah. Dasar penamaan soto kudus dapat dijelaskan sebagai berikut,
diambil dari tempat asal lauk yaitu kabupaten Kudus. Dari asal tempat lauk tersebut
menghasilkan nama soto kudus.
UP
bahan
atribut
bumbu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
soto + kudus
Kata soto merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata kudus merupakan atribut
yang menunjukan tempat asal pada frasa soto kudus. Tempat asal tersebut kemudian
menjadi dasar nama soto kudus. Selain nama soto kudus terdapat pula nama soto yang
menggunakan dasar penamaan asal tempat yaitu coto makassar, soto lamongan, soto
boyolali, soto banjar, dan lain-lain.
Pada (113), nama lauk ote-ote ponorogo merupakan lauk yang sepintas mirip
dengan bakwan. Kata ponorogo pada nama ote-ote ponorogo merupakan nama
kabupaten di provinsi Jawa Timur. Dasar penamaan ote-ote ponorogo dapat
dijelaskan sebagai berikut, diambil dari asal tempat lauk yaitu kabupaten Ponorogo.
Dari asal tempat lauk tersebut menghasilkan nama soto ote-ote ponorogo.
ote- ote + ponorogo
Kata ote-ote merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata ponorogo merupakan
atribut. Atribut ponorogo menunjukkan tempat asal pada frasa ote-ote ponorogo.
Tempat asal tersebut kemudian menjadi dasar nama ote-ote ponorogo.
Pada contoh (114), nama lauk sate padang merupakan daging dan jerohan
sapi dan ditusuk menggunakan tusuk sate serta disiram kuah kental bewarna
kekuningan. Kata padang merupakan nama ibu kota di Provinsi Sumatera Barat.
Dasar penamaan sate padang dapat dijelaskan sebagai berikut, diambil dari asal
tempat lauk yaitu kota Padang. Dari asal tempat lauk tersebut menghasilkan nama
sate padang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sate+ padang
Kata sate merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata padang merupakan atribut.
Atribut padang menunjukkan tempat asal pada frasa sate padang. Tempat asal
tersebut kemudian menjadi dasar nama sate padang. Selain nama sate padang terdapat
pula nama sate yang menggunakan dasar penamaan asal tempat yaitu sate madura
Pada contoh (115), nama lauk ayam goreng kalasan merupakan ayam yang
dibumbui kemudian digoreng. Kata kalasan merupakan nama daerah Kalasan di
provinsi Yogyakarta. Dasar penamaan lauk ayam goreng kalasan dapat dijelaskan
sebagai berikut, kata kalasan diambil dari asal tempat lauk yaitu daerah Kalasan.
Dari asal tempat lauk tersebut menghasilkan nama ayam goreng kalasan
ayam + goreng+ kalasan
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata goreng serta kalasan merupakan
atribut. Atribut kalasan menunjukkan tempat asal pada frasa ayam goreng kalasan.
Tempat asal tersebut kemudian menjadi dasar nama ayam goreng kalasan.
Pada contoh (116), nama lauk swike purwodadi merupakan lauk berupa paha
kodok hijau diolah dengan bumbu bawang putih, jahe, dan tauco, garam, dan lada.
Kata purwodadi merupakan sebuah nama daerah di Provinsi Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Dasar penamaan lauk swieke purwodadi dapat dijelaskan sebagai berikut, kata
purwodadi diambil dari asal tempat lauk. Dari asal tempat lauk tersebut
menghasilkan nama swieke purwodadi
swieke+ purwodadi
Kata swieke merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata purwodadi merupakan atribut.
Atribut purwodadi menunjukkan tempat asal pada frasa swieke purwodadi. Tempat
asal tersebut kemudian menjadi dasar nama swieke purwodadi.
Bagan 5: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan
Tempat Asal
3.6 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Rasa
Pada kelompok ini, penamaan lauk dan sayur didasarkan pada rasa yang
dominan. Rasa dominan pada lauk dan sayur meliputi rasa asin, rasa asam, serta rasa
manis. Rasa tersebut kemudian menjadi dasar nama lauk dan sayur.
UP
bahan
atribut
tempat asal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
(117) telur asin
(118) gurame asam manis
(119) dendeng manis
(120 ) sayur asem
Pada contoh (117), Kata asin menunjuk pada rasa telur. Rasa asin tersebut
berasal dari garam yang dicampur bata merah yang dihaluskan, adonan batu bata
merah digunakan untuk membungkus telur bebek sehingga menciptakan rasa asin
pada telur.
Dasar penamaan lauk telur asin dapat dijelaskan sebagai berikut, kata asin diambil
dari rasa lauk telur asin. Dari rasa lauk tersebut menghasilkan nama telur asin
telur+ asin
Kata telur merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata asin merupakan atribut.
Atribut asin menunjukkan rasa pada frasa telur asin. Rasa tersebut kemudian menjadi
dasar nama telur asin. Selain nama telur asin terdapat pula nama lauk dan sayur yang
menggunakan dasar penamaan rasa asin yaitu sawi asin dan ikan asin.
Pada contoh (118), frasa asam manis pada menunjuk pada rasa lauk gurame
asam manis. Rasa asam manis dihasilkan campuran saus tomat dan saus cabai serta
gula bumbu lainya. Campuran bumbu tersebut dituangakna ke atas ikan gurami
goreng, sehingga menghasilkan rasa asam. Dasar penamaan lauk gurame asam manis
dapat dijelaskan sebagai berikut, kata asam dan manis diambil dari rasa lauk gurame
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
asam manis. Dari rasa dominan pada lauk tersebut menghasilkan nama gurame asam
manis.
gurame + asam+ manis
Kata gurame merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata asam serta manis merupakan
atribut. Atribut asam dan manis menunjukkan rasa pada gurame asam manis. Rasa
tersebut kemudian menjadi dasar nama gurame asam manis. Selain nama gurame
asam manis terdapat pula nama lauk yang menggunakan dasar penamaan rasa asam
manis yaitu kerang asam manis, cumi asam manis, ayam asam manis.
Pada contoh (119), kata manis pada contoh di atas merujuk pada rasa
dendeng. Rasa manis tersebut berasal penambahan gula pada bumbu pembuat
dendeng sehingga menghasilkan rasa manis pada dendeng. Dasar penamaan sayur
asem dapat dijelaskan sebagai berikut, kata manis diambil dari rasa pada dendeng.
Dari rasa pada lauk tersebut menghasilkan nama dendeng manis.
dendeng + manis
Kata dendeng merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata manis merupakan atribut.
Atribut manis menunjukkan rasa pada frasa dendeng manis. Rasa tersebut kemudian
menjadi dasar nama dendeng manis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Pada contoh (120), kata asem merujuk pada rasa sayur asem. Rasa asem
tersebut berasal dari buah asem yang menjadi bumbu pada sayur asem sehingga
menghasilkan rasa asem sayur tersebut.
Dasar penamaan sayur asem dapat dijelaskan sebagai berikut, kata asam diambil dari
rasa pada sayur asem. Dari rasa pada sayur tersebut menghasilkan nama sayur asem.
sayur + asem
Kata sayur merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata asem merupakan atribut yang
menunjukkan rasa pada frasa sayur asem. Rasa tersebut kemudian menjadi dasar
nama sayur asem. Selain nama sayur asem terdapat pula nama lauk yang
menggunakan dasar penamaan rasa asem yaitu garang asem, sup ikan kuah asam.
Bagan 6: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Rasa
UP
bahan/
masakan
atribut
rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
3.7 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bahan
Tambahan
Pada kelompok ini penamaan lauk dan sayur didasarkan pada bahan tambahan
yang menyertai dalam pengolahannya. Bahan tambahan diolah bersama bahan utama
dalam sebuah masakan. Bahan tambahan pada lauk dan sayur kemudian menjadi
dasar penamaan lauk dan sayur.
(121) babi kecap
(122) ayam kremes
(123) udang telur asin
(124) gulai ikan daun mangkokan
(125) tumis kacang panjang teri medan
Pada contoh (121), nama lauk babi kecap merupakan potongan daging babi
yang dimasak bersama kecap manis. Kata kecap memiliki makna leksikal „cairan atau
saus hasil olahan kacang kedelai yang diberi gula dan rempah-rempah‟(Sugono, dkk.,
eds., 2008:643). Dasar penamaan lauk babi kecap dapat dijelaskan sebagai berikut,
kata kecap diambil dari bahan tambahan pada lauk tersebut. Dari bahan tambahan
lauk tersebut menghasilkan nama babi kecap
babi +kecap
Kata babi merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata kecap merupakan bahan tambahan
dalam pengolahan frasa babi kecap. Bahan tambahan itu kemudian menjadi dasar
nama babi kecap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pada contoh (122), nama lauk ayam kremes merupakan ayam goreng yang
pada permukaanya diberi kremesan. Kata kremes memiliki makna campuran tepung
sagu berbumbu yang digoreng dalam minyak panas hingga berbentuk sarang. Dasar
penamaan lauk ayam kremes dapat dijelaskan sebagai berikut, kata kremes diambil
dari bahan tambahan pada lauk tersebut. Dari bahan tambahan lauk tersebut
menghasilkan nama ayam kremes
ayam + kremes
Kata ayam merupakan UP dan kata kremes merupakan atribut yang menunjukkan
bahan tambahan pada frasa ayam kremes. Bahan tambahan tersebut kemudian
menjadi dasar nama lauk ayam kremes
Pada contoh (123), nama lauk udang telur asin merupakan udang yang
dimasak bersama telur asin. Kata telur asin memiliki makna leksikal „telur
itik(kadang-kadang telur ayam) yang diasinkan‟(Sugono,dkk. eds., 2008:1428). Dasar
penamaan lauk udang telur asin dapat dijelaskan sebagai berikut, kata telur asin
diambil dari bahan tambahan yang diolah bersama udang, kuning telur asin
digunakan sebagai bahan tambahan berupa saus yang dimasak bersama udang yang
sudah digoreng. Dari bahan tambahan lauk tersebut menghasilkan nama udang telur
asin
udang +telur asin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Kata udang merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata telur asin merupakan atribut yang
menunjukkan bahan tambahan pada frasa udang telur asin. Bahan tambahan tersebut
kemudian menjadi dasar nama lauk udang telur asin.
Pada contoh (124), nama gulai ikan daun mangkokan merupakan ikan yang
dimasak dengan cara gulai. Dasar penamaan sayur gulai ikan daun mangkokan dapat
dijelaskan sebagai berikut, kata daun mangkokan diambil dari bahan tambahan yang
turut diolah dalam masakan tersebut. Dari bahan tambahan berupa daun mangkokan
tersebut menghasilkan nama gulai ikan daun mangkokan
gulai +ikan+ daun mangkokan
Kata gulai merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata ikan serta frasa daun mangkokan
merupakan atribut. Atribut daun mangkokan yang menunjukkan bahan tambahan
pada frasa gulai ikan daun mangkokan. Bahan tambahan tersebut kemudian menjadi
dasar nama lauk gulai ikan daun mangkokan.
Pada contoh (125), nama sayur tumis kacang panjang teri medan
merupakan kacang panjang yang ditumis bersama ikan teri medan. Dasar penamaan
sayur tumis kacang panjang teri medan dapat dijelaskan sebagai berikut, kata teri
medan diambil dari bahan tambahan yang turut diolah pada masakan tersebut. Dari
bahan tambahan sayur tersebut menghasilkan nama tumis kacang panjang teri
medan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
tumis +kacang panjang+ teri medan
Kata tumis merupakan Unsur Pusat (UP) dan frasa kacang panjang serta teri medan
merupakan atribut. Atribut teri medan yang menunjukkan bahan tambahan pada frasa
tumis kacang panjang teri medan. Bahan tambahan tersebut kemudian menjadi dasar
nama lauk tumis kacang panjang teri medan.
Bagan 7: Nama Lauk dan Sayur BerdasarkanBahan Tambahan
3.8 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Warna
Pada kelompok ini penamaan lauk berdasarkan warna. Warna adalah „kesan
yang diperoleh mata dari cahaya yg dipantulkan oleh benda-benda yg dikenainya;
corak rupa, spt biru dan hijau‟ (Sugono.dkk., eds., 2008: 1557). Warna pada lauk lauk
dan sayur dihasilkan dari warna bahan baku lauk dan sayur itu sendiri ataupun berasal
dari pewarna. Pewarna merupakan „bahan untuk memberi warna‟(Sugono., dkk.,
eds.,2008:1557). Pewarna diperoleh dari bumbu penyedap masakan seperti kunyit
ataupun cabai. Berikut nama jenis makanan pendamping nasi berdasarkan warna.
(126) acar kuning
(127) belut lombok ijo
UP
bahan/
masakan
atribut
bahan
tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
(128) sop merah
(129) ayam hitam
(130) ikan kuah kuning
(131) sayur bening
Pada contoh (126), nama lauk acar kuning merupakan ikan goreng yang
dimasak bersama bumbu dan irisan timun serta wortel. Kata kuning menunjuk pada
warna lauk. Dasar penamaan lauk acar kuning dapat dijelaskan sebagai berikut, kata
kuning diambil dari warna lauk. Dari warna lauk tersebut menghasilkan nama acar
kuning
acar +kuning
Kata acar merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata kuning merupakan atribut yang
menunjukkan warna pada frasa acar kuning. Warna tersebut kemudian menjadi dasar
nama acar kuning.
Pada contoh (127), nama lauk belut lombok ijo merupakan belut goreng yang
dimasak bersama bumbu seperti cabai hijau dan lain-lain. Kata hijau menunjuk pada
warna lauk. Dasar penamaan lauk belut lombok ijo dapat dijelaskan sebagai berikut,
kata ijo diambil dari warna lauk. Warna itu diperoleh dari cabai hijau yang menjadi
bumbu dasar belut goreng sehingga bewarna hijau. Dari warna lauk tersebut
menghasilkan nama belut lombok ijo
belut + lombok+ ijo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kata belut merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata lombok dam kata ijo merupakan
atribut yang menunjukkan warna pada frasa belut lombok ijo. Warna tersebut
kemudian menjadi nama belut lombok ijo.
Pada contoh (128), nama sayur sop merah merupakan potongan ayam, telur
dan sayuran yang dimasak bersama kaldu dengan bumbu cabai. Kata merah
menunjuk pada warna sayur. Dasar penamaan sayur sop merah dapat dijelaskan
sebagai berikut, kata merah diambil dari warna sayur. Warna tersebut diperoleh dari
cabai merah yang menjadi bumbu dasar sop sehingga kuahnya bewarna merah. Dari
warna lauk tersebut menghasilkan nama sop merah.
sop + merah
Kata sop merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata merah merupakan atribut yang
menunjukkan warna pada frasa sop merah. Warna tersebut kemudian menjadi dasar
nama sayur sop merah
Pada contoh (129), kata hitam menunjuk pada warna lauk ayam hitam. Dasar
penamaan ayam hitam dapat dijelaskan sebagai berikut, kata hitam merupakan warna
yang dihasilkan bumbu keluwak pada lauk tersebut. Warna tersebut menjadi dasar
nama ayam hitam
ayam + hitam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kata ayam merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata hitam merupakan atribut yang
menunjukkan warna pada frasa ayam hitam. Warna tersebut kemudian menjadi dasar
nama ayam hitam.
Pada contoh (130), nama lauk ikan kuah kuning merupakan ikan yang
dimasak didalam kaldu bersama bumbu-bumbu. Kata kuning menunjuk pada warna
lauk. Dasar penamaan ikan kuah kuning dapat dijelaskan sebagai berikut, kata kuning
diambil dari warna kunyit yang menjadi bumbu pada lauk ikan kuah kuning. Dari
warna tersebut menghasilkan nama ikan kuah kuning
ikan + kuah + kuning
Kata ikan merupakan Unsur Pusat (UP) dan kuah serta kata kuning merupakan
atribut yang menunjukkan warna pada frasa ikan kuah kuning. Warna tersebut
kemudian menjadi dasar nama lauk ikan kuah kuning.
Pada contoh (131), nama sayur bening adalah sayur yang terbuat dari daun
bayam dan jagung. Kata bening) menunjuk pada warna sayur tersebut. Dasar
penamaan sayur bening dapat dijelaskan sebagai berikut, kata bening diambil dari
warna sayur yang bersih dan putih karena minimnya penggunaan bumbu pada sayur
bening. Dari warna tersebut menghasilkan nama sayur bening.
sayur + bening
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Kata sayur merupakan Unsur Pusat (UP) dan kata bening merupakan atribut yang
menunjukkan warna pada frasa sayur bening. Atribut bening pada frasa tersebut
kemudian menjadi dasar nama sayur bening
Bagan 8: Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Warna
3.9 Dasar Penamaan Nama Lauk dan Sayur Berdasarkan Bahan Utama
Pada kategori ini penamaan lauk dan sayur didasarkan bahan utama. Bahan
merupakan barang yg akan dibuat menjadi satu benda tertentu; bakal‟ (Sugono.dkk.,
eds., 2008: 114) Bahan utama yang diolah menjadi lauk dan sayur kemudian menjadi
dasar penamaan. Berikut jenis nama lauk dan sayur berdasarkan bahan utama:
(132) bakwan jagung
(133) pepes tahu
(134) tongseng jamur
(135) sop buntut
(136) gudeg manggar
Pada (132), nama lauk bakwan jagung adalah adoanan tepung yang digoreng
dalam minyak. Kata jagung memiliki makna leksikal „tanaman yang termasuk
UP
bahan/
masakan
atribut
warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
keluarga Gramineae, batangnya pejal mencapai dua meter, berdaun pita lebar, dan
buahnya dapat dimakan sebagai makanan pokok‟(Sugono, dkk., eds., 2008: 556) .
Dasar penamaan lauk bakwan jagung dapat dijelaskan sebagai berikut, kata jagung
diambil dari bahan utama lauk. Dari bahan lauk tersebut menghasilkan nama
bakwan jagung
bakwan+jagung
.
Kata bakwan merupakan UP dan kata jagung merupakan atribut yang menunjukkan
bahan utama pada frasa bakwan jagung. Bahan utama tersebut kemudian menjadi
dasar nama bakwan jagung.
Pada contoh (133), nama lauk pepes tahu merupakan tahu yang dihaluskan,
diberi bumbu, dibungkus dalam daun pisang kemudian dikukus. Kata tahu
merupakan bahan utama lauk pepes tahu. Tahu yang telah dihaluskan, dibumbui dan
dibungkus dengan daun pisang serta dikukus. Dasar penamaan lauk pepes tahu dapat
dijelaskan sebagai berikut, kata tahu diambil dari bahan utama lauk. Dari bahan
utama lauk tersebut menghasilkan nama pepes tahu.
pepes+tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Kata pepes merupakan UP dan kata tahu merupakan atribut yang menunjukan
bahan utama pada frasa pepes tahu. Bahan utama tersebut kemudian menjadi dasar
nama pepes tahu.
Pada contoh, (134), nama lauk tongseng jamur merupakan potongan jamur
dan kubis yang dimasak bersama santan. Kata jamur merupakan bahan utama lauk
tongseng jamur. Jamur yang diolah bersama sedikit santan berbumbu dan potongan
kubis/kol ini kemudian menjadi nama dari lauk tongseng jamur. Dasar penamaan lauk
tongseng jamur dapat dijelaskan sebagai berikut, kata jamur diambil dari bahan
bahan utama lauk tersebut. Dari bahan utama lauk tersebut menghasilkan nama
tongseng jamur
tongseng +jamur
Kata tongseng merupakan UP dan kata jamur merupakan atribut yang menunjukkan
bahan utama pada frasa tongseng jamur. Bahan utama tersebut kemudian menjadi
dasar nama lauk tongseng jamur.
Pada contoh (135), nama lauk sop buntut adalah masakan yang terbuat dari
daging sapi Pada contoh (135) kata buntut memiliki makna leksikal „ekor‟(Sugono,
dkk., eds., 2008:225) . Dasar penamaan lauk sop buntut dapat dijelaskan sebagai
berikut, diambil dari bahan utama lauk tersebut yaitu buntut sapi. Dari bahan utama
sop tersebut menghasilkan nama sop buntut
sop + buntut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Kata sop merupakan UP dan kata buntut merupakan atribut yang menunjukkan bahan
utama pada frasa sop buntut. Bahan utama tersebut kemudian menjadi dasar lauk
sop buntut.
Pada contoh (137), kata manggar merupakan bahan baku utama dari sayur
gudeg manggar. Manggar adalah „(tangkai) mayang kelapa‟(Sugono, dkk., eds.,
(2008: 873). Dasar penamaan gudeg manggar dapat dijelaskan sebagai berikut, kata
manggar diambil dari bahan utama sayur tersebut. Dari bahan utama sayur tersebut
menghasilkan nama gudeg manggar.
gudeg + manggar
Kata gudeg merupakan UP dan kata manggar merupakan atribut yang menunjukkan
bahan utama pada frasa gudeg manggar. Bahan utama tersebut kemudian menjadi
dasar nama gudeg manggar.
Bagan 9: Nama Lauk dan Sayur yang Berdasarkan Bahan Utama
UP
nama
masakan
atribut
bahan
utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode simak dan teknik catat,
dapat dipahami bahwa nama lauk dan sayur terdiri atas satuan lingual. terdapat tiga
satuan lingual yang berbentuk satuan lingual kata, satuan lingual frasa dan satuan
lingual klausa dalam nama lauk dan sayur pada www.femina.co.id, www.cookpad.com
dan tujuh rumah makan di Yogyakarta. satuan lingual lauk dan sayur dapat dilihat
pada tabel 15 berikut :
Tabel 15. Satuan Lingual Nama Sayur dan Lauk
Satuan lingual Contoh
Kata
Kata asal rendang
Kata jadian lalapan
Kata ulang oseng-oseng
Kata majemuk garang asem
Kependekan B1
Frasa Frasa atributif dengan
atribut frasa koordinatif
anyang ayam dan jantung pisang
Frasa beratribut gabungan
atributif dengan koordinatif
gulai tebu telur manis dan remis
Frasa beratribut gabungan
atributif dengan frasa
koordinatif sebagai penjelas
rasa
oseng jamur pedas dan manis
Frasa beratribut metaforis sate petir
Frasa beratribut non-
metaforis
gulai rebung
Klausa Klausa gurame menari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan delapan dasar penamaan lauk dan
sayur pada www.femina.co.id dan www.cookpad.com dan tujuh rumah makan di
Yogyakarta. Kedelapan dasar penamaan itu meliputi penamaan berdasarkan cara
pengolahan, penamaan berdasarkan alat pengolahan, penamaan berdasarkan bumbu
pengolahan, penamaan berdasarkan bahan tambahan, penamaan berdasarkan tempat
asal, penamaan berdasarkan warna, penamaan berdasarkan rasa. penamaan
berdasarkan bahan utama. Delapan kelompok dasar penamaan nama lauk dan sayur
dapat dilihat pada tabel 16 berikut :
Tabel 16. Dasar Penamaan Lauk dan Sayur
No Dasar Penamaan Contoh
1
Dasar penamaan berdasarkan cara
pengolahan tipe 1
ikan asap
tempe goreng
Dasar penamaan berdasarkan cara
pengolahan tipe 2
gulai otak
ca pokcoy
2 Dasar penamaan berdasarkan alat
pengolahan
soto batok
pecel pincuk
3 Dasar penamaan berdasarkan bumbu
pengolahan
ikan woku
kangkung taoco
4 Dasar penamaan berdasarkan bahan
tambahan
babi kecap
5 Dasar penamaan berdasarkan tempat asal soto kudus
sate padang
6 Dasar penamaan berdasarkan warna ayam hitam
sop merah
7 Dasar penamaan berdasarkan rasa telur asin
dendeng manis
8 Dasar penamaan berdasarkan bahan
utama
bakwan jagung
pepes tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
4.2 Saran
Dalam penelitian ini hanya mencakup dasar penaman nama lauk dan sayur
yang berstuktur frasa. Oleh karena itu peneliti menyarankan bagi para peneliti
selanjutnya jika ingin mengembangkan penelitian ini dapat meneliti nama lauk dan
sayur di Indonesia berbentuk kata secara etimologis atau meneliti nama lauk dan
sayur yang tidak lazim.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Andreas Maryoto. 2009. Jejak Pangan: Sejarah. Silang Budaya, dan Masa
Depan.Jakarta: PT Media Massa”. Skripsi pada Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Kridalaksana, Harimurti. 2010. “Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia”.
Jakarta: PT Gramedia.
Laksono, Adhimas Satriyo 2009. “Nama-nama Usaha Dagang Makanan danMinuman
di Jalan Selokan Kompas Media Nusantara.
Kurnia, Carol. 2011. “Jenis Penamaan dan Asal-Usul Nama dalam Sepak Bola
Pemberitaan
Mataram Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyajarta:
Kajian Sosiolingusitik.” Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ramlan, M. 1979. Morfologi. Yogyakarta: U.P Karyono.
Ramlan, M. 2005 (Cetakan kesembilan). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis.
Yogyakarta: C.V. Karyono.
Septian, Mikail. 2015. “Nama Jenis Nasi di Indonesia: Tinjauan Struktur Frasa dan
Penamaan”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra,Universitas Sanata Dharma.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Duta Wacana
University Press.
Sugono, Dendy,dkk, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Wahjudi Pantja Sunjata., Sumarno. Titi Mumfangati. 2014. Kuliner Jawa dalam Serat
Centhini.Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Wijanarko, Diyan. 2009. “Jenis Nama dan Dasar Penamaan dalam Kolom “Sungguh-
Sungguh Terjadi”(SST) di Kedaulatan Rakyat: Sebuah Kajian Awal”. Skripsi
pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta
Sumber Online
www.wikipedia.com diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB
www.femina.co.id
www.ceritamakan.com diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB
www.gudeg_net.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB
https://www.google.co.id.deleuit.co.id, diunduh pada tanggal 22 Februari, pukul 16.35 WIB
www. travel.kompas.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB
www.kuliner.ilmci.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB
www.travelmatekamu.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB
www. thejakartapost.com, diunduh pada tanggal 25 Februari, pukul 20.00 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran I
A. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata asal
1. gulai
2. tongseng
3. sup
4. trancam
5. rabek
6. malbi
7. buntil
8. brenebon
9. paniki
10. koloke
11. pho yung hai
12. bakut
13. ingkung
14. kalio
15. rawon
16. cap cay
17. bebalung
18. pallumara
B. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual kata ulang
1. bola-bola tahu
2. bohan-bohan
3. ulang-ulang
4. sayur bangun-bangun
C. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual frasa beratribut gabungan
atributif dan koordinatif
1. tumis bayam dan sawi bumbu oregano
2. salad ayam dan dressing kari
3. jamur isi seafood dan keju
4. salad pir dan keju feta
5. sup jamur dan tomat
6. salad leci dan cumi pedas
7. kerang hijau dan petai saus tiram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual frasa beratribut non metaforis
1. satai tempe
2. satai lilit tahu
3. tempe bumbu teriyaki
4. tahu isi ayam
5. tim tahu pedas
6. tahu siram asam pedas
7. tahu telur
8. nugget tahu
9. sayur kuning biji beton
10. sayur merica
11. tempura sayuran
12. soto kemiri
13. tumis kangkung bumbu petis
14. satai sayuran
15. tumis kacang panjang teri medan
16. sup sawi pahit bola udang
17. sup kepiting
18. tumis kuning daun mengkudu
19. karedok bunga bawang
20. beberuk terung
21. tumis kentang
22. sate pentul
23. sate ayam
24. sate udang
25. ca kalian
26. ayam goreng mentega
E. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual beratribut metaforis
1. kepiting asap
2. kering tempe
3. entok slenget
4. sate donald
5. ayam bledeg
6. ceker setan
7. ayam remuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Nama lauk dan sayur berbentuk satuan lingual klausa
1. Ikan teri medan bertepung
LAMPIRAN II
A. Dasar penamaan berdasarkan cara pengolahan
1. ayam kukus
2. ayam panggang
3. sup kakap gulung
4. udang lilit goreng
B. Dasar penamaan berdasarkan bumbu pengolahan
1. Tumis jamur bumbu kari
2. Soto bumbu kemiri
3. cakalang bakar bumbu air laut
4. Sayur godog bumbu kecombrang
5. Satai jamur bumbu basil
6. Tumis bayam dan sawi bumbu oregano
7. Sup ikan belimbing wuluh
8. Kerang bumbu taosi
9. Kambing bumbu rempah
10. Daging gulung bumbu putih
C. Dasar penamaan berdasarkan alat pengolahan
1. Hot Pot Sayuran
2. Pepes oncom tahu dalam takir
3. Ikan kukus dalam amplop
D. Dasar penamaan berdasarkan tempat asal
1. Tahu goreng medan
2. Satai tuna gorontalo
3. Satai ikan Palembang
4. Udang bakar bumbu Makassar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Satai Banjar
6. Soto medan
E. Dasar penamaan berdasarkan warna
1. Sayur kuning biji beton
2. Pepes ikan peda merah
3. Tumis kuning daun mengkudu
4. Salad merah putih
5. Gangan asam kuning
6. Jamur kuah bening
7. Pepes cumi tomat hijau
8. Cumi hitam saus nanas
F. Dasar penamaan berdasarkan rasa
1. Kembang kol panggang pedas
2. Keripik jamur gurih
3. Sayur goreng asem
4. Tim tahu pedas
5. Pindang tuna manis
G. Dasar penamaan berdasarkan bahan tambahan
1. Tumis cakalang bunga papaya
2. Udang tabur jeruk
3. Sup jagung udang
4. tumis sawi kerang kampak
5. sup daging sedap malam
6. sup buntut daun kedondong
H. Dasar penamaan berdasarkan bahan utama
1. Lapis daging
2. Kuah labu
3. gudeg manggar
4. pepes tahu
5. Soto ayam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI
Noventa Retno Prahastuti lahir di kota Belitang, OKU Timur, Sumatera Selatan
pada tanggal 10 November 1993. Dirinya mempunyai panggilan akrab yaitu Venta.
Venta merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Bapaknya bernama Gregorius Agus
Sarjono dan ibunya bernama Maria Goreti Dwi Waluyastuti. Masa pendidikan Venta dari
TK hingga SMP Charitas 01 di OKU Timur. Kemudian dirinya menamatkan bangku
SMA di Stella Duce II Yogyakarta dan melanjutkanya di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI