SAP Urolithiasis.doc OLEH NI MADE DESY PARIANI
description
Transcript of SAP Urolithiasis.doc OLEH NI MADE DESY PARIANI
SISTEM PERKEMIHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
UROLITHIASIS
Oleh
Kelompok 6
A5-C
1. SUCI MASTIA DEWI LUH PUTU 11.321.1131
2. SUGIARTI NI MADE 11.321.1132
3. WISWANTARA PANDE NYOMAN 11.321.1136
4. YUDI ANTARA ADI I KADEK 11.321.1137
5. DESY PARIANI NI MADE 11.321.1146
6. EKA DESIARI NI WAYAN 11.321.1153
7. LILIS ANITA SARI NI KADEK 11.321.1163
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN
UROLITHIASIS
Pokok Bahasan : Sistem Perkemihan
Sub Pokok Bahasan : Urolithiasis
Sasaran : Masyarakat
Hari/ Tanggal : Minggu 3 November 2013
Waktu : Pukul 10.00 – 11.00
Tempat : Balai Banjar Desa A
Penyuluh : Mahasiswa Stikes Wira Medika PPNI Bali
I. LATAR BELAKANG
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh
dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya
batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan
metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik) Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik
Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis),
Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat
diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,
buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk
di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang
paling sering terjadi (Purnomo, 2000).
II. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 60 menit,, masyarakat diharapkan
mampu memahami tentang Urolithiasis
III. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan peserta dapat memahami tentang:
1. Pengertian Urolithiasis
2. Penyebab Urolithiasis
3. Tanda dan gejala Urolithiasis.
4. Penatalaksanaan Urolithiasis
IV. METODE
Ceramah, Tanya jawab.
V. MEDIA
Leaflet.
LCD
Laptop
VI. ISI MATERI
1. Pengertian Urolithiasis
2. Penyebab Urolithiasis
3. Tanda dan gejala Urolithiasis
4. Penatalaksanaan medis dan pengobatan Urolithiasis
5. Cara pencegahan Urolithiasis
VII. PROSES PELAKSANAAN
No Kegiatan Respon Waktu
1. Pendahuluan
a. Memberi salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan tujuan
d. Menyampaikan pokok
bahasan dan waktu
Menjawab salam
Menyimak
10 menit
e. Melakukan apersepsi Aktif menyampaikan pendapat
2. Isi
Penyampaian materi tentang:
a. Definisi Urolithiasis
b. Etiologi Urolithiasis
c. Patofisiologi Urolithiasis
d. Gejala klinis Urolithiasis
e. Pengobatan Urolithiasis
Menyimak 35 menit
3. Penutup
a. Tanya jawab
b. Kesimpulan
c. Evaluasi
d. Memberi salam penutup
Aktif bertanya
Menyimak
Aktif menjawab
Menjawab salam
15 menit
VIII. SETTING TEMPAT
Operator/ observer penyaji
laptop
LCD
moderator
fasilitator
Fasilitator
fasilitator
fasilitator Peserta
PesertaPeserta
Peserta Peserta
IX. PENGORGANISASIAN
Moderator : Ni Wayan Eka Desiari
Penyaji : Ni Made Desy Pariani
Observer/ operator : Ni Made Sugiarti
Fasilitator : Luh Putu Suci Mastia Dewi
Ni Kadek Lilis Anita Sari
Pande Nyoman Wiswantara
I Kadek Yudi Antara Adi
X. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Tempat, materi dan media
b. Peran dan tugas masyarakat sesuai perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
b. Peserta penyuluhan hadir 70%
c. Audiens mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
d. Audiens berperan aktif selama penyuluhan
3. Evaluasi hasil
a. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menjelaskan
definisi Urolithiasis
b. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan
factor penyebab Urolithiasis
c. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menjelaskan
patofisiologi Urolithiasis
d. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menjelaskan
manifestasi klinis Urolithiasis
e. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan
penatalaksanaan Urolithiasis
XI. REFERENSI
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses
keperawatan), Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan
untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3,
Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By
Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC
Nursalam & Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
XII. ISI MATERI
A. Definisi
Urolitiasis adalah pembentukan batu didalam saluran kemih.Batu saluran kemih
adalah keadaan tidak normal di dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan
matriks organik yang secara khas dijumpai di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar
dapat berhenti di ureter/kandung kemih.
Urolithiasis adalah terdapatnya batu di saluran urinary (traktus urinarius).
Neprolithiasis: batu yang terbentuk di paremkim ginjal. Ureterolithiasis: terbentuknya
batu di ureter. Batu yang terbentuk dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke
kandung kemih dan uretra dan ukurannya sangat bervariasi dari deposit granuler yang
kecil yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang
berwarna oranye. Perbedaan letak batu akan berpengaruh pada keluhan penderita dan
tanda/gejala yang menyertainya.
Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis),
Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat
diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,
buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran
kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk
di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang
paling sering terjadi (Purnomo, 2000)
B. Epidemologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh
dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya
batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan
metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik) Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik
C. Etiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca
oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika
terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah
kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu
mencakup PH urine dan status cairan pasien.
Faktor tertentu yang dapat mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, satus
urine, periode imobilitas (drainage batu yang lambat dan perubahan metabolisme
kalsium).
Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:
1. Teori inti (nucleus): kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal
pada urine yang sudah mengalami supersaturasi.
2. Teori matriks: matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine
memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
3. Teori inhibitor kristalisasi: beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya
kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan
terjadinya kristalisasi.
Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung
dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks.
Batu kalsium dapat diakibatkan oleh:
1. Hiperkalsiuria abortif: gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
absorbsi khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.
2. Hiperkal siuria renalis: kebocoran pada ginjal
Batu oksalat dapat disebabkan oleh:
1. Primer autosomal resesif
2. Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.
3. Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal,
sindrom malabsorbsi
Batu asam urat disebabkan oleh:
1. Makanan yang banyak mengandung purin
2. Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma
3. Dehidrasi kronis
4. Obat: tiazid, lazik, salisilat
Batu sturvit biasanya mengacu pada riwayat infeksi, terbentuk pada urin yang kaya
ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu sistin terjadi terutama pada
beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin.
Namun demikian pada banyak paisen mungkin tidak ditemukan penyebabnya. Batu di
saluran kemih juga dapat terjadi pada penyakit inflamasi usus dan pengobatan dengan
antasida, diamox, laksatif, aspirin.
D. Patofisiologi
Terdapat tiga teori yang menyatakan tentang terbentuknya batu pada saluran kemih,
diantaranya yaitu :
1. Teori inti (nukleus) : kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal
pada urin yang sudah mengalami supersaturasi.
2. Teori matrix : matrix organik yang berasal dari serum atau protein-protein urin yang
memberikan kemungkinan pengendapan kristal.
3. Teori inhibitor kristalisasi : beberapa substansi dalam urin menghambat terjadi
kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan
terjadinya krislisasi.
Adapun faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pembentukan batu pada saluran kemih,
diantaranya yaitu :
1. Hiperkalsiuria
Hiperkalsiuria idiopatik meliputi hiperkalsiuria yang terdiri dari 3 bentuk yaitu :
2. Hiperkalsiuria absorptif; ditandai oleh adanya kenaikan absorpsi kalsium dari lumen
usus, kejadian ini paling banyak dijumpai.
3. Hiperkalsiuria puasa ; ditandai dengan adanya kelebihan kalsium, diduga berasal dari
tulang.
4. Hiperkalsiuria ; yang diakibatkan kelainan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal.
5. Hiperoksaluria
Merupakan kenaikan ekstensi oksalat diatas normal (< 45mg/hari).
6. Hiperurikosuria
Merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat memacu pembentukan
batu kalsium.
7. Hipositraturia
Merupakan penurunan eksresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat merupakan mekanisme lain timbulnya batu ginjal.
8. Penurunan jumlah air kemih
Keadaan ini biasanya disebabkan masukan cairan sedikit yang selanjutnya dapat
menimbulkan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan aliran air kemih.
9. Faktor diit
Faktor diit dapat berperan penting dalam mengawali pembentukan batu, misalnya diit
tinggi kalsium, diit tinggi purin, tinggi oksalat dapat mempermudah pembentukan batu
saluran kemih.
Adanya berbagai faktor tersebut diatas akan menyebabkan pengendapan partikel-partikel
jenuh (kristal dan matriks) dalam nukleus (inti batu) yang selanjutnya akan mengakibatkan
kelainan kristaluria dan pertumbuhan kristal dan dapat mengakibatkan terbentuknya batu
pada saluran kemih. Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih adalah retensi urine, nyeri
saat kencing, perasaan tidak enak saat kencing, kencing tiba-tiba berhenti dan nyeri
pinggang. Manifestasi infeksi beruap panas saat kencing, kencing bercampur darah.
Obstruksi saluran kemih yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan terjadi
komplikasi yaitu hidronefrosis, sednagkan infeksi akan menyebabkan terjadinya
komplikasi yaitu pielonefritis, urosepsis, dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya
kerusakan fungsi ginjal yang permanen (gagal ginjal).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria)
dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan
sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan
nyeri luar biasa dan tak nyaman.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus
menerus di CVA (costa vertebral angle). Hematuria dan piuria jarang. Nyeri yang berasal
dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita kebawah mendekati kandung
kemih, sedang pada pria mendekati testis. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai
nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien
sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa.
Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar
spontan.
Batu ureter dapat pula tetap tinggal di ureter hanya ditemukan nyeri tekan. Nyeri
letak atau tak ditemukan nyeri sama sekali dan tetep tinggal di ureter sambil menyumbat
dan menyebabkan hidroureter yang asimtomatik (obstruksi kronik). Tidak jarang terjadi
kematian yang didahului oleh kolik. Bila obstruksi berlanjut, maka kelanjutan dari
kelainan ini adalah hidronefrosis dengan atau tanpa piolonefritis sehingga menimbulkan
gambaran infeksi umum.
Batu yang terjebak di vesika biasanya menyebabkan gejal iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinariun dan hematuria. Jika batu menyebabkan onstruksi pada
leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan dengan adanya
batu maka dapat terjadi sepsis.
Batu uretra biasanya berasal dari batu vesika yang terbawa saluran kemih saat
miksi, tetapi tersangkut di tempat yang agak lebar. Gejala yang umum: sewaktu miksi
tiba-tiba terhenti, menetes, nyeri. Penyulitnya adalah vesikal, abses, fistel proksimal dan
uremia, karena obstruksi urine.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan
batu saja, tetapi harus disertai dengan penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit
disertai dengan terapi pencegahan.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
1. Obstruksi jalan kemih
2. Infeksi
3. Nyeri menetap/berulang
4. Batu yang kemungkinan menyebabkan infeksi dan obstruksi
5. Batu metabolok yang tumbuh cepat.
Penanganannya berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat
pula dengan pembedahan atau pembedahan yang kurang invatif (misal: nefrostomi
perkutan) atau tanpa pembedahan (misal: eswl/litotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
→menghancurkan batu di kaliks ginjal)
Terapi medik/simptimatik:
1. diberikan obat untuk melarutkan batu
2. obat anti nyeri
3. pemberian diuretik untuk mendorong keluarnya batu
Pelarutan: batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut
solutin G
1. Litotripsi
2. Pembedahan:
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian
saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika
batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan
untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki
drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1. Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal
2. Nefrotomi: bila batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi
3. Ureterolitotomi: bila batu berada dalam ureter
4. Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih
G. PENCEGAHAN
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh lebih dari 50% dalam 10 tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per
hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
4. Rendah purin
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II