SAP Terapi Bermain

19
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI RUANG MELATI II RSUD Dr. MOEWARDI Di susun oleh: 1. Febriyanti TK D2013027 2. Fiesta Erly S D2013028 3. Firdaus R D2013029 4. Frehni K D2013030 5. Intan P D20130 6. Irfan K D20130 7. M Bintoro A D20130 8. Mei Dewi D20130 PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH 0

description

Terapi Bermain Untuk Anak

Transcript of SAP Terapi Bermain

Page 1: SAP Terapi Bermain

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

TERAPI BERMAIN

PADA ANAK USIA SEKOLAH

DI RUANG MELATI II RSUD Dr. MOEWARDI

Di susun oleh:

1. Febriyanti TK D2013027

2. Fiesta Erly S D2013028

3. Firdaus R D2013029

4. Frehni K D2013030

5. Intan P D20130

6. Irfan K D20130

7. M Bintoro A D20130

8. Mei Dewi D20130

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

SURAKARTA

2013

0

Page 2: SAP Terapi Bermain

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman

yang penuh dengan stress yang mana akan menimbulkan reaksi pada anak

yang sesuai dengan perkembangannya,diantaranya anak akan merasa

cemas dan akan timbul ketakutran akibat perpisahan dengan keluarga

ataupun linkungan terutama pada anak yang di rawat lama.

Terapi bermain ini sangat dibutuhkan oleh seorang anak, dimana

ini merupakan kebutuhan psikososial anak baik keadaan sehat maupun

sakit. Bermain pada anak yang dihospitalisasi dapat meningkatkan

kecerdasannya dalam berfikir dan membantu anak untuk mengembangkan

imajinasinya serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak.

Pada anak usia sekolah umumnya perkembangan motorik kasar

dan motorik halusnya sudah baik pula dalam berkomunikasi verbal dan

non verbal. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak

prasekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan

program terapi bermain karena dengan bermain akan membuat anak

menjadi lebih rileks.

Adapun tempat pelaksanaan TAK yaitu diruang bermain Melati 2.

Alasan kelompok kami mengadakan terapi kelompok bermain pada anak

usia sekolah karena lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak

bermain dan alasan kelompok kami mengadakan terapi bermain menyusun

gambar pada usia sekolah adalah untuk mengembangkan motorik halus,

intelektual, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa, selain itu

pada usia ini merupakan usia awal dalam berimajinasi serta sudah lebih

kooperatif untuk di ajak bermain.

1

Page 3: SAP Terapi Bermain

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia

sekolah (6-12 tahun) selama kurang lebih 45 menit diharapkan anak

dapat mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya

serta dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang normal atau sehat.

2. Tujuan instruksional khusus

Tujuan dari program bermain ini yaitu agar :

a. Dapat menambah wawasannya

b. Dapat merangsang imajinasi anak 

c. Dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak 

d. Dapat merangsang rasa kreatif anak 

e. Dapat mengembangkan kepercayaan dirinya

C. Sasaran

1. Kriteria Klien

a. Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12 tahun ) 

b. Anak kooperatif 

c. Anak dengan komunikasi verbal baik 

d. Anak dengan kondisi membaik

 2. Proses seleksi

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yaitu anak mengekpresikan

ide-ide atau perasaan secara optimal dan bersosialisasi dengan efektif

seperti kriteria diatas

2

Page 4: SAP Terapi Bermain

BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN

Anak usia sekolah berkembang dari perilaku sensori motorik

sebagai alat pembelajaran dan berinteraksi dengan lingkungan menjadi

pembentuk pikiran simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi

dalam percakapan sosial. Dalam aktifitas bermain, anak memiliki

kehidupan fantasi aktif, menunjukkan eksperimentasi dengan

ketrampilan baru dan permainan, peningkatan aktifitas bermain, anak

dapat menggunakan dan mengendalikan dirinya sendiri. Menurut

Marjorie mengatakan bahwa anak prasekolah merupakan masa

antusiasme, bertenaga, aktivitas, kreativitas, otonomi, sosial tinggi dan

independen.

Karakteristik sasaran adalah anak-anak usia sekolah (6-12 tahun)

yang dirawat di ruang perawatan anak Melati II RSUD Dr. Moewardi

berjumlah 5 anak dengan kriteria :

a. Tidak bedrest total

b. Tidak kejang

c. Tidak panas/bebas demam

d. Bersedia mengikuti permainan/terapi

B. Prinsip Bermain Menurut Teori

Pengertian Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,

emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk

belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar

menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat

dilakukan,dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

3

Page 5: SAP Terapi Bermain

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan

konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya . (Miller dan Keong, 1983).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah

Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari

karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat

menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,

menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan

meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.

C. Karakteristik Permainan Menurut Isinya secara Teori

1) Sosial affective play : hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dengan orang lain (Ex : ciluk-baa).

2) Sense of pleasure play : permainan yang sifatnya memberikan

kesenangan pada anak (Ex : main air dan pasir).

3) Skiil play : permainan yang sifatnya memberikan keterampilan

pada anak (Ex: naik sepeda).

4) Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (Ex : dokter

dan perawat).

5) Games : permaianan yang menggunakan alat tertentu yang

menggunakan perhitungan /skor (Ex : ular tangga).

6) Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan

tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yang

digunakan sebagai alat permainan (Ex : jinjit-jinjit, bungkuk-

bungkuk, memainkan kursi, meja dsb). 

7) Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yang sedang

bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam

permainan(Ex : Congklak).

4

Page 6: SAP Terapi Bermain

8) Solitary play : anak tampak berada dalam kelompok permaianan,

tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang

dimilikinya.

9) Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yang sama,

tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu

sama lain sehingga antara anak satu dengan lainnya tidak ada

sosialisasi.

10) Associative play : permainan ini sudah terjadi komunikasi

antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak

ada pemimpin dan tujuan permainan tidak jelas ( Ex: bermain

boneka,masak-masak).

11) Cooperative play : aturan permainan dalam kelompok tampak

lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya tujuan serta

pemimpin (Ex : main sepak bola).

5

Page 7: SAP Terapi Bermain

BAB III

METODOLOGI BERMAIN

A. Judul Permainan

Permainan pada anak usia sekolah

B. Deskripsi Permainan

• Leader menyebutkan dan menjelaskan aturan permainan

• Anggota diatur dalam bentuk huruf V

• Leader meminta anak untuk menyusun puzzle yang telah di acak

 • Waktu untuk menyusun puzzle tersebut adalah 15 menit

• Jika ada peserta yang sudah selesai menyusun puzzle bar harus

menunjuk tangan dan memberitahukan fasilitator 

• Jika ada peserta yang gagal menyusun puzzle, fasilitator menanyakan

alasan kalau mungkin motivasi kembali kegiatan

• Peserta harus hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan berlangsung

C. Keterampilan Yang Di Perlukan

Anak mampu menyusun Puzzle yang telah diacak

D. Jenis Permainan

Menyusun Puzzle

E. Alat Yang Di Gunakan

Puzzle

6

Page 8: SAP Terapi Bermain

F. Waktu Pelaksanaan

Terapi bermain akan dilaksanakan pada:

Hari : Senin

Tanggal : 11 November 2013

Pukul : 12.30 WIB

G. Proses Bermain

1. Fase orientasi.

 - Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan

anggota kelompok lain peserta memperkenalkan diri satu

persatu. menjelaskan tujuan dan aturan bemain

- Tujuan : Tujuan dari program bermain ini supaya anak

dapat bersosialisasi dengan orang lain dan dapat mengekpresikan

imajinasi anak.

2. Fase Kerja

a. Leader berdiri di depan 

b. Leader mengatur posisi klien

c. Fasilitator menyiapkan peralatan bermain

d. Fasilitator memberi motivasi kepada anak untuk menyusun

Puzzle

e. Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama

program bermain

3. Fase terminasi.

a. Evaluasi respon subyektif leader menanyakan perasan klien

setelah mengikuti program bermain. 

b. Evaluasi respon obyektif observer mengobservasi perilaku

peserta selama kegiatan terkait dengan tujuan

c. Tindak lanjut, Menganjurkan kepada masing- masing anak

untuk menyebutkan Puzzle yang telah disusun.

7

Page 9: SAP Terapi Bermain

H. Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai

Dalam terapi bermainan yang perlu di waspadai adalah

keamanan dalam permainan dan kenyamanan anak selama mengikuti

terapi bermain.

I. Antisipasi Meminimalkan Hambatan

Dalam meminimalkan hambatan, fasilitator mempersiapkan

semua yang dibutuhkan dalam terapi bermain terkait dengan peralatan

yang akan digunakan, kemudian mendampingi anak selama mengikuti

terapi bermain serta melibatkan orang tua dalam permainan.

J. Pengorganisasian

1. Struktur organisasi

a. Leader : Firdaus R 

b. Co. Leader : Fiesta Erly

c. Fasilitator : Frehni K, Irfan K dan M Bintoro A

d. Observer : Febriyanti TK, Intan P dan Mei Dewi

2. Uraian Tugas

a. Leader 

• Menjelaskan tujuan bermain

• Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok 

• Menjelaskan aturan bermain pada anak

• Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan 

b. Co.Leader

 • Membantu leader dalam mengorganisasi anggota

c. Fasilitator 

• Menyiapkan alat-alat permainan

• Memberi motivasi kepada anak untuk menyusun Puzzle

 • Mempertahankan kehadiran anak

 • Mencegah gangguan / hambatan terhadap anak baik luar

maupun dalam.

8

Page 10: SAP Terapi Bermain

d. Observer 

Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan

non verbal.

Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan

perilaku.

Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program

bermain.

K. KRITERIA EVALUASI : SEBAGAI EVALUASI DILIHAT

TUJUANNYA TERCAPAI ATAU TIDAK

1. Evaluasi Struktur

a) Peralatan bermain seperti Puzzle sudah tersedia

b) Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain

c) Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu

2. Evaluasi Proses

a) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan

tertib dan teratur

b) Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik

c) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam

permainan

d) 80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal

sampai akhir

3. Evaluasi Hasil

a) 100 % anak merasa senang dan puas.

b) 80 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan

c) 75 % anak dapat menyatakan perasaan senang

d) Anak dapat menyusun Puzzle dengan benar

9

Page 11: SAP Terapi Bermain

BAB IV

PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

Pelaksaan bermain bersama anak dengan thalasemia adalah :

a. Semua perlengkapan dan peralatan dipersiapkan yaitu Puzzle

b. Target anak yang akan diajak bermain di kumpulkan di ruang

terapi bermain dan di dampingi oleh anggota keluarga.

c. Leader berdiri di depan dan mengatur posisi klien.

d. Leader mengucapkan salam, dilanjutkan dengan perkenalan dari

masing-masing anggota kelompok dan perkenalan dari adik-adik

yang akan di ajak bermain menyusun Puzzle

e. Leader menjelaskan cara bermain menyusun Puzzle yaitu setiap

anak mendapat satu pasang gambar yang akan mereka pasang,

dimana setiap menempel gambar akan di acak gambarnya.

Gambar harus tersusun sesuai dengan gambar yang sebelumnya

dan diberi waktu untuk menyusun puzzle adalah 15 menit.

f. Fasilitator memberikan satu gambar ke masing-masing anak dan

memberikan motivasi kepada anak untuk menyusun Puzzle

g. Bagi yang sudah selesai duluan dalam menyusun Puzzle

mengacungkan jari dan menganjurkan kepada masing- masing

anak untuk menebak gambar yang telah disusun. Kemudian di

berikan hadiah.

h. Leader menanyakan perasan klien setelah mengikuti program

bermain

i. Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama

program bermain

j. Observer mengobservasi perilaku peserta selama kegiatan terkait

dengan tujuan

10

Page 12: SAP Terapi Bermain

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan

sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan

bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan

lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan,dan mengenal waktu, jarak,

serta suara.

Permainan menyusun Puzzle mampu merangsang dan meningkatkan

kemampuan anak dalam berimajinasi atau mengingat terhadap gambar

sebelum tersusun dan meningkatkan daya kreatifitasan anak dalam menyusun

gambar.

B. Saran

Diharapkan permainan menempelkan gambar ataupun jenis permainan lain

dapat dilakukan oleh setiap anak yang di rawat di RS agar danpak hospitalisasi

dalam RS terkurangi dan tumbuh kembang anak tidak terhambat.

11

Page 13: SAP Terapi Bermain

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

ANAK USIA SEKOLAH DI RUANG BERMAIN

MELATI 2 RSUD Dr.MOEWARDI

Disusun Oleh:

1. Nareswari Probo A ( D 2011017 )

2. Noviana Yudha K ( D 2011018 )

3. Nunung Nurjanah ( D 2011019 )

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES AISYIYAH SURAKARTA

2012

12