Saluran Pernafasan Bagian Atas
-
Upload
arief-rachman -
Category
Documents
-
view
49 -
download
6
description
Transcript of Saluran Pernafasan Bagian Atas
1. Saluran Pernafasan Bagian Atas
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga hidung, faring dan laring. Saluran nafas bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.
1.1. Saluran Pernapasan Bagian Atas\
A. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat (septum nasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang dinamakan karang Lapisan dalam
terdiri dari selaput lendir yang dinamakan karang hidung (konka nasalis) berisi kelenjar
pembuat mucus dan banyak mengandung pembuluh darah, yang berjumlah 3 buah :
a. Konka nasalis inferior
b. Konka nasalis medial
c. Konka nasalis superior
Diantara konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yang merupakan jalan udara
rongga nasal yang terletak di bawah konka, yaitu meatus superior, meatus medialis, dan
meatus inferior. Meatus2 inilah yang dilewati oleh udara pernapasan. Sebelah dalam
terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas
Ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus
paranasalis. Terdapat empat pasang sinus paranasal yang merupakan kantong tertutup
pada bagian frontal etmoid, maksilar, dan sphenoid. Sinus berfungsi untuk meringankan
tulang cranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal untuk
menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, memproduksi mucus, dan memberi
efek resonansi dalam produksi wicara.
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit2 terdapat
terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah, Saluran ini disebut tuba auditiva eustachii yang menghubungkan
telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air
mata disebut tuba lakrimalis.
A. Faring
Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
a. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).
Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania dan di depan
vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka bagian depan ke dalam cavum
nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba eusthacius membuka ke dalam didnding
lateralnya pada setiap sisi. Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring) adalah bantalan
jaringan limfe pada dinding posteriosuperior nasofaring.
b. Orofaring
Merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah). Orofaring
adalah gabungan sistem respirasi dan pencernaan, makanan masuk dari mulut dan
udara masuk dari nasofaring dan paru.
c. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di belakang laring,
dan dengan ujung atas esofagus.
B. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya.
Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:
a. Cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun ( Adam’s apple) dan sangat jelas
terlihat pada pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai
jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat
melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil
tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.
b. Cartilago epiglottis 1 buah. Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas
dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago
thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping
epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
c. Cartilago cricoidea 1 buah yang berbentuk cincin. Cartilago berbentuk cincin
signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago
tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea.
Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada
setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan
cincin trachea I.
d. Cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker. Dua cartilago kecil
berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis
pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi
olehsel epithelium berlapis.
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang
berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago
krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra
cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah
anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral
ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan
fonasi. Fungsi laring untuk
a. proteksi
adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea
dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda
asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat
dikeluarkan lewat reflek batuk.
b. respirasi
laring dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan
tekanan udara maka didalam traktus trakeobronkial akan dapat mempengaruhi
sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat
pengatur sirkulasi darah.
c. menelan
mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup
aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak
mungkin masuk kedalam laring.
d. emosi
e. fonasi dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada
1.1 Saluran Pernafasan Bagian Bawah
A. Trakea
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.
Trachea berjalan dari cartilago cricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan
dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan
corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat
ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran
tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa
dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga terdapat
beberapa jaringan otot.
B. Bronkus
Terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebralis torakalis
ke lima, mempunyai struktur serupa dengan trakea yang di lapisi oleh jenis sel yang
sama.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih
pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trakea dengan sudut lebih lancip.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris,
kernudian menjadi lobus segmentalis. Bronkus lobaris ini bercabang terus menjadi
bronkus yang lebih kecil, dengan ujung cabangnya yang disebut bronkiolus. Setiap
bronkiolus memasuki lobulus paru, dan bercabang-cabang menjadi 5-7 bronkiolus
terminalis.
Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli
(kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm.
Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah
sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
C. Paru-paru
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3
lobus (lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo
dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus ( lobus sinistra
superior dan lobus sinistra inferior).
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen.
Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan
lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.
Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada /
kavum mediastinum.. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus.
Pada mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama pleura. Pleura dibagi
menjadi dua yaitu pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat rongga
kavum yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini
vakum/ hampa udara.
Suplai Darah
Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel kanan
jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-cabang untuk
lobus, segmen dan lobules. Cabang-cabang terminal berakhir dalam sebuah
jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan kapiler ini mengalir ke
dalam vena yang secara progresif m akin besar, yang akhirnya membentuk vena
pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui oleh darah yang teroksigenasi ke
dalam atrium kiri jantung. Artheria bronchiale yang lebih kecil dari aorta
menyuplai jaringan paru dengan darah yang teoksigenasi.
1.3. Fisiologi Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat
antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui,
dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar
karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu
sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan
interkostalis eksternus mengangkat iga –iga
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas
dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada
turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume
toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun
tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,
sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas - gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm). Kekuatan pendorong
untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan
parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada
waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan
fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran
udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang
jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih
rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini
kemudian dikeluarkan ke atmosfir
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah
paru - paru dan alveolus berlangsung kira -kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama
0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru - paru normal memiliki cukup cadangan
waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi
melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga
dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya
hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama.
1.4. Sistem Pertahanan Paru
Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai kemungkinan
terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh. Sebagaimana mekanisme
tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Beberapa
mekanisme pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru dibagi atas:
A. Filtrasi udara
Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan :
a. Yang berdiameter 5-7 μ akan tertahan di orofaring.
b. Yang berdiameter 0,5-5 μ akan masuk sampai ke paru-paru
c. Yang berdiameter 0,5 μ dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi dapat pula di
keluarkan bersama sekresi.
B. Mukosilia
Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan
digerakkan oleh silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam mengeluarkan mucus
ini tergantung pada kekentalan mucus, luas permukaan bronkus dan aktivitas silia
yang mungkin terganggu oleh iritasi, baik oleh asap rokok, hipoksemia maupun
hiperkapnia.
D. Sekresi Humoral Lokal
Zat -zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari :
a. Lisozim, dimana dapat melisis bakteri
b. Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat
bakteriostatik
c. Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan
dalam
membunuh virus.
d. Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam mencegah terjadinya
infeksi virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya infeksi paru
yang berulang.
E. Fagositosis
Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan
kemudian menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit
berperan sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen.
Faktor yang mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah :
a. Gerakan mukosiliar.
b. Faktor humoral lokal.
c. Reaksi sel.
d. Virulensi dari kuman yang masuk.
e. Reaksi imunologis yang terjadi.
f. Berbagai faktor bahan - bahan kimia yang menurunkan daya tahan paru,
seperti alkohol, stress, udara dingin, kortekosteroid, dan sitostatik.
2. Respirasi
2.1. Pengertian Sistem Respirasi
Adalah menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh
serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa
dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi
Fungsi pernafasan adalah
A. Mengambil oksigen kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk
mengadakan pembakaran.
B. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa pembakaran, kemudian dibawa
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh).
C. dan melembabkan udara
2.2. Mekanisme Respirasi
1. Respirasi internal dan eksternal
Respirasi Internal : proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria,
yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses mengambil energi dari molekul
nutrien.
Respirasi Eksternal : merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian pertukaran O2 dan CO2
antara lingkungan eksternal dan sel tubuh
A. Respirasi eksternal
Pertukaran gas-gas antara darah dan udara di sekitarnya, meliputi beberapa proses:
a. Ventilasi: proses masuk udara sekitar dan pembagian udara tersebut ke alveoli
b. Distribusi: distribusi dan percampuran molekul-molekul gas intrapulmoner
c. Difusi: masuknya gas-gas menembus selaput alveolo-kapiler
d. Perfusi: pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat
B. Respirasi internal
Pertukaran gas-gas antara darah dan jaringan, meliputi beberapa proses:
a. Efisiensi kardiosirkulasi dalam menjalankan darah kaya oksigen
b. Distribusi kapiler
c.Difusi, perjalanan gas keruang interstitial dan menembus dinding sel
d. Metabolism sel yang melibatkan enzim.
Respirasi terjadi karena udara berpindah mengikuti gradien tekanan antara alveolus
dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas siklus otot
pernafasan
2. Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi :
a. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara
di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Tekanan atmosfer berkurang seiring
dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-lapisan udara di
atas permukaan bumi juga semakin menipis.
b. Tekanan intra-alveolus (tekanan intraparu) adalah tekanan di dalam alveolus.
c. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam kantung pleura
atau tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam rongga toraks.
3. Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 yaitu :
a. Inspirasi (menarik napas)
b. Ekspirasi (menghembus napas)
Proses Pernafasan
Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu ventilasi pulmonal dan mekanik
pernafasan. Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir dan
alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan ekspirasi) sehingga terjadi
disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveoli dan kapiler pulmonal serta ransport
O2 dan CO2 melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Mekanik pernafasan, yaitu masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-
paru dimungkinkan olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi
(inhalasi) adalah masuknya O2 dari atmosfir dan CO2 ke dalam jalan nafas. Inspirasi
pernafasan perut, otot difragma akan berkontraksi dan kubah difragma turun (posisi
diafragma datar), selanjutnya ruang otot intercostalis externa menarik dinding dada agak
keluar, sehingga volume paru-paru membesar, tekanan dalam paru-paru akan menurun dan
lebih rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar akan masuk ke dalam paru-paru.
Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan nafas.
Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma naik kembali ke posisi semula
Kontraksi otot diafragma dan intercostalis eksterna↓
Volume toraks membesar↓
Tekanan intapleura turun↓
Paru mengembang↓
Tekanan intraalveolus menurun↓
Udara masuk ke paru
(melengkung)danmuskulusintercotalis interna relaksasi. Akibatnya tekanan dan ruang
didalam dada mengecil sehingga dinding dada masuk ke dalam udara keluar dari paru-paru
karena tekanan paru-paru meningkat.
A. Ventilasi
Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi sebaliknya
yaitu udara keluar dari paru-paru. Udara yang masuk ke dalam alveoli mempunyai suhu
dan kelembaban atmosfir. Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai
suhu sama dengan tubuh.
B. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara dengan
darah. Tempat difusi yang ideal yaitu di membran alveolar-kapilar karena permukaannya
luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi. Tekanan
parsial O2 (PaO2) dalamalveolus lebih tinggi dari pada dalam darah O2 dari alveolus ke
dalam darah.Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga perpindahan
gastergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus.Transportasi gas
dalam darah O2 perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus ditransport
kembali dari jaringan ke paru-paru.
Gas berdifusi secara pasif dari alveolus ke darah di dalam kapiler paru atau sebaliknya
mengikuti penurunan gradien tekanan parsial masing-masing gas. Faktor-faktor yang
berpengaruh pada difusi gas dalam paru:
a. Gradien tekanan parsial gas
Otot inspirasi relaksasi↓
Volume toraks mengecil↓
Tekanan intrapleura meningkat↓
volume paru mengecil↓
Tekanan intrapulmonal meningkat↓
Udara bergerak keluar paru
Merupakan perbedaan tekanan suatu gas antara alveolus dan kapiler paru atau kapiler
jaringan dengan sel-sel jaringan. Faktor ini adalah penentu utama kecepatan pertukaran
gas. Semakin tinggi gradien tekanan parsialnya semakin cepat pertukaran gas yang
terjadi.
b. Luas membran
Makin luas area membran alveolokapiler yang ikut dalam pertukaran gas, semakin cepat
dan banyak pertukaran gas yang terjadi.
c. Ketebalan sawar pemisah antara udara dengan darah
Sawar yang memisahkan antara udara dengan darah berupa membran alveolokapiler dan
juga jaringan interstisium diantara alveolus dan kapiler paru. Semakin tebal sawar
tersebut semakin menurun kecepatan pertukaran gas yang terjadi.
d. Koefisien difusi
Merupakan besaran daya larut suatu gas di dalam jaringan tubuh. Semakin tinggi
koefisien difusi suatu gas, semakin mudah gas tersebut berpindah mengikuti penurunan
gradien tekanan parsial. Oleh karena itu semakin cepat juga terjadi pertukaran gas.
C. Perfusi pulmonal
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana O2 diangkut
dalam darah membentuk ikatan (oksi-Hb) atau Oksihaemoglobin (98,5%) sedangkan
dalam eritrosit bergabung dengan Hb dalam plasma sbg O2 yang larut dalam plasma
(1,5%). CO2 dalam darah ditrasportasikan sebagai bikarbonat, dalam eritosit sebagai
natrium bikarbonat, dalam plasma sebagai kalium bikarbonat, dalam larutan
bergabung dengan Hb dan protein plasma. C02 larut dalam plasma sebesar 5-7%,
HbNHCO3 Carbamoni Hb (carbamate) sebesar 15-20% , Hb + CO2 HbC0 bikarbonat
sebesar 60-80%
Transportasi Gas Pernapasan
Transportasi adalah proses perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan aliran darah yang dibagi menjadi dua, yaitu:
A. Transpor gas O2
Oksigen dalam aliran darah terbagi menjadi 2:
a. Larut dalam plasma (1,5%),
b. Terikat dengan Hb (98,5%).
Karena persentase transportasi O2 lebih banyak yang berikatan dengan Hb, maka
jumlah O2 dalam darah sangat dipengaruhi oleh kadar Hb dalam darah dan daya ikat Hb
dengan O2. Di dalam sel darah merah O2 berikatan dengan molekul heme Hb membentuk
oksihemoglobin (HbO2).
B. Transpor gas CO2
Gas CO2 dari jaringan masuk ke plasma untuk kemudian ditransportasikan ke paru
melalui beberapa cara, yaitu:
a. Larut dalam plasma (10%),
b. Berikatan dengan Hb (30%)
Berbeda dengan O2, CO2 di dalam sel darah merah berikatan dengan globin
membentuk karbamino hemoglobin (HbCO2)
c. Sebagai bikarbonat (60%)
CO2 berikatan dengan H2O membentuk asam bikarbonat (H2CO3) untuk kemudian
melepas atom H+ dan berubah lagi menjadi asam karbonat (HCO3-). Paling banyak terjadi di
dalam sel darah merah dengan bantuan ezim karbonat anhidrase
2.4. Volume dan Kapasitas Paru
A. Volume Paru
Ada empat volume paru yang bila dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang
mengembang.
a.Volume Tidal (VT) : merupakan volume udara yang diinspirasikan dan d
iekspirasikan disetiap pernapasan normal, jumlahnya ±500 ml.
b. Volume Cadangan Inspirasi : merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan di atas volume tidal normal, jumlahnya ±3000 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi : merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang jumlah normalnya ±1100 ml.
d. Volume Sisa : volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat, volume ini ±1200 ml.
B. Kapasitas Paru
Dalam peristiwa siklus paru-paru diperlukan menyatukan dua volume atau lebih
kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru-paru. Jenis kapasitas paru-paru ada empat yaitu
kapasitas inspirasi, kapasitas fungsional, kapasitas vital dan kapasitas total paru.
a. Kapasitas Inspirasi : merupakan jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang
mulai pada tingkat normal dan mengembangkan paru-parunya sampai jumlah
maksimum.
b. Kapasitas Fungsional : merupakan jumlah udara yang tersisa didalam paru-paru
pada akhir ekspirasi normal ±2300 ml.
c. Kapasitas Vital : merupakan jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari
paru-paru setelah mengisi sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya ±4600 ml.
d. Kapasitas Total Paru : volume maksimum pengembangn paru-paru dengan usaha
inspirasi yang sebesar-besarnya ±5800 ml.
C. Tes Fungsi Paru
Pada test ini digunakan alat spirometer yang dapat menggambarkan fungsi paru.
a. Isi Alun Napas (Tidal volume – TV)
Merupakan volume udara yang masuk dan keluar paru pada pernapasan biasa ketika
dalam keadaan istirahat (N = ± 500 ml).
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV)
Adalah volume udara yang masih dapat masuk kedalam paru pada inspirasi maksimal
setelah inspirasi biasa (L = ±3.300 ml, P = ±1.900 ml ).
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiration Reserve Volume – ERV)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi
otot otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa (L = ±1.000 ml, P = 700 ml).
d. Volume Residu (Residual Volume – RV)
Udara yang masih tersisa dalam paru setelah ekspirasi maksimal (L = ±1.200 ml, P =
±1.100 ml).
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity- IC)
Jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah akhir ekspirasi biasa
(IC = IRV + TV ) menunjukkan banyaknya udara yang dapat dihirup mulai dari taraf
ekspirasi normal hingga mengembangkan paru-paru secara maksimal.
d. Kapasitas Residu Fungsional ( Functional Residual Capacity – FRC )
Jumlah udara di dalam paru pada akhir ekspirasi biasa ( FRC = ERV + RV ).
Bermakna untukmempertahankan kadar 02 dan CO2 yang reltif stabil di alveoli
selama proses inspirasi dan ekspirasi.
e. Kapasitas Vital ( Vital Capacity – CV )
Merupakan volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru selama satu
siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal ( VC =
IRV + TV ERV ). Bermakna untuk menggambarkan kemampuan paru dan dada.
f. Kapasitas Paru Total ( Total Lung Capacity – TLC )
Jumlah udara maksimal yang dapat dikandung paru ( TLC = VC + TV ). Normal L =
±6.000 ml, P = ±4.200 ml.
g. Ruang Rugi ( Antomical Dead Space )
Ruang di sepanjang saluran napas yang tidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml).
Pada pria dengan TV = 500 ml, maka hanya ±350 ml yang mengalami pertukaran gas.
h. Frekuensi Nafas (f)
Jumlah pernapasan yang dilakukan per menit. Dalam keadaan istirahat kecepatan
pernapasan sekitar 15 kali per menit.
Tes Spirometri
Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian
terbesar volume dan kapasitas paru- paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital
volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced
Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah
inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu.
Biasanya diukur dalam 1 detik (FEV1) . Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity
(FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi
maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini
penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi
paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran
udara) dan restriktif (hambatan pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai
gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai FEV1 kurang dari 75% dan menderita gangguan
fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai
standar.
2.5 Pusat Respirasi
Merupakan kelompok neuron yang terletak di substansia retikuler medulla oblongata
dan pons. Terdiri dari pusat apnestik, area pneumotaksis, area ekspiratori, dan area
inspiratori.
2.6 Pengendalian Pernafasan
Sistem kendali memiliki 2 mekanismne saraf yang terpisah yang mengatur
pernafasan. Satu system berperan mengatur pernafasan volunter dan system yang lain
berperan mengatur pernafasan otomatis.
1. Pengaturan nafas volunter
Pengendalian Oleh saraf Pusat ritminitas di medula oblongata langsung
mengatur otot otot pernafasan. Aktivitas medulla dipengaruhi pusat apneuistik dan
pnemotaksis. Kesadaran bernafas dikontrol oleh korteks serebri. Pusat Respirasi
terdapat pada Medullary Rhythmicity Area yaitu area inspirasi dan ekspirasi, mengatur
ritme dasar respirasi , Pneumotaxic Area terletak di bagian atas pons dan berfungsi
untuk membantu koordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi, mengirim impuls
inhibisi ke area inspirasi paru-paru terlalu mengembang, dan Apneustic Area yang
berfungsi membantu koordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi dan mengirim
impuls ekshibisi ke area inspirasi.
2. Pengaturan nafas otomatis
Pengendalian secara kimia pernafasan dipengaruhi oleh: PaO2, pH, dan
PaCO2. Pusat khemoreseptor: medula, bersepon terhadap perubahan kimia pd CSF
akibat perub kimia dalam darah.Kemoreseptor perifer : pada arkus aortik dan arteri
karotis
2.7 Pengaruh Anastesi pada Respirasi
Efek penekanan dari obat anastesik dan pelumpuh otot lurik terhadap respirasi
telah dikenal sejak dahulu ketika kedalaman, karakter dan kecepatan respirasi dikenal
sebagai tanda klinis yang bermanfaat terhadap kedalaman anastesi.
Zat – zat anastesik intravena dan abar (volatil) serta opioid semuaya menekan
pernapasan dan menurunkan respon terhadap CO2. Respons ini tidak seragam, opioid
mengurangi laju pernapasan,zat abar trikloretilen meningkatkan laju pernapasan.
Hiperkapnia atau hiperkarbia (PaCo2 dalam arteri meningkat) merangsang
kemoreseptor di badan aorta dan karotis ditreruskan ke pusat napas, terjadilah napas
dalam dan cepat (hiperventilasi). Sebaliknya hipokapnia atau hipokarbia menghambat
kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas , terjadilah
pernapasan dangkal dan lambat (hipoventilasi).
Induksi anastesi akan menurunkan kapasitas sisa fungsional ,mungkin karena
pergeseran diagfragma keatas, apalagi setelah pemberian pelumpuh otot. Menggigil
pasca anastesia akan meningkatkan konsumsi O2.
Pada perokok berat mukosa jalan napas mudah terangsang, produksi lendir
meningkat, darahnya mengandung HbCO kira – kira 10% dan kemampuan Hb
mengikat O2 menutun sampai 25%. Nikotin akan menyebabkan takikardia dan
hipertensi.
Efek gas kedua
Dalam kondisi normal hanya O2 yang diambil dan tidak ada ambilan terhadap
nitrogen. Bila ada gas kedua yang diabsorbsi dengan cepat, seperti N2O masuk
kedalam paru kemudian ambilan gas ini memiliki efek mengkonsentrasikan gas – gas
yang tetap berada dalam alveoli. Efek terhadap O2 tidak memiliki kepentingan klinis,
tetapi peningkatan kadar zat anastesik abar (Volatil) akan mempercepat induksi
anastesi.
Kebalikannya bila pemberian N2O dihentikan, eliminasi gas ini akan
mengencerkan gas – gas dalam alveoli dan akan menyebabkan hipoksemia jika tidak
diberikan O2.