S1-2014-270375-chapter1.pdf

6
xvi

Transcript of S1-2014-270375-chapter1.pdf

  • xvi

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Meningkatnya perkembangan dan kemajuan kota yang diakibatkan oleh

    pertumbuhan penduduk menyebabkan pengelolaan sumberdaya air menjadi kurang

    begitu diperhatikan. Perencanaan dan pengembangan wilayah pada umumnya belum

    memasukan faktor konservasi sumberdaya air menjadi salah satu faktor yang penting,

    seperti kurangnya perhatiaan untuk memelihara kealamian sungai-sungai yang daerah

    sekitarnya telah menjadi daerah hunian yang tersebar merata maupun industry. Hal

    ini dapat menyebabkan rendahnya daya dukung daerah aliran sungai. DAS adalah

    wilayah tangkapan air hujan yang akan mengalirkan ke sungai yang bersangkutan.

    Rendahnya daya dukung DAS dapat disebabkan oleh fackor pola

    pembangunan sungai yang buruk, seperti kesalahan perencanaan pengembangan

    kawasan DAS, kesalahan drainase, dan kesalahan perilaku masyarakat. Rendahnya

    daya dukung DAS dapat diamati dengan semakin mengecilnya luas areal hutan , tidak

    terurusnya lahan pertanian, karena semakin luasnya lahan untuk hunian dan prasarana

    serta semakin banyaknya tanah terbuka atau tanah kritis. Akibat rusaknya DAS,

    banjir akan terjadi pada musim penghujan dan kemudian disusul kekeringan di

    musim kemarau. Hal ini dikarenakan seluruh air pada musim penghujan dengan cepat

    mengalir ke hillir karena aliran permukaan tinggi, sehingga simpanan air di hulu

    menjadi sangat berkurang (Maryono, 2005).

  • 2Banjir adalah aliran air permukaan dengan debit di atas normal. Banjir luapan

    air sungai dapat terjadi karena dua hal, presipitasi yang berlebihan (hujan deras) dan

    pencairan es atau salju secara besar-besaran.Gerakan permukaan air banjir mirip

    sebuah kurva parabola yang mempunyai titik ekstrim maksimum yaitu mulai

    meningkat pada suatu titik, mencapai maksimum, kemudian berangsur-angsur

    menurun (Dumairy, 1992).

    Faktor-faktor yang menjadi penyebab banjir di kota-kota besar di Indonesia,

    yaitu antara lain intensitas curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan surface

    runoff meningkat melebihi daya tampung sungai dan akhirnya menyebabkan banjir.

    Faktor lain yang menyebabkan banjir adalah terjadinya sedimentasi pada dasar sungai

    yang mengakibatkan pendangkalan sungai hingga menurunkan kapasitas tampung

    sungai terhadap surface runoff yang akhirnya menyebabkan banjir juga.

    Bencana banjir di kota-kota besar di Indonesia telah menjadi bencana rutin

    yang semakin sulit diatasi serta, aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat pun menjadi

    korban hingga menyebabkan kerugian harta dan jiwa yang sangat besar. Bencan

    banjir yang melanda kota-kota besar di Indonesia pada dasarnya terjadi karena

    lingkungan yang mencakup daerah aliran sungai (DAS) sudah tidak mampu lagi

    menampung volume aliran air yang berada di atas permukaan tanah (surface runoff)

    yang melebihi kapasitas tampung sungai yang melewati kota-kota besar yang padat

    penduduk.

    Sungai Bengawan Solo di pulau jawa memiliki peranan dan fungsi yang

    sangat strategis sebagai penyangga kehidupan masyarakat di Pulau Jawa terutama

  • 3bagi penduduk yang tinggal di sekitar kawasan sepanjang sungai. Secara teknis (fisik)

    Bengawan solo berfungsi memberikan kesuburan dalam menunjang pengairan areal

    sawah dan daerah pertanian di sepanjang sungai dan memenuhi kebutuhan air untuk

    kehidupan sehari-hari penduduk bahkan masyarakat di perkotaan.

    Semakin tinggi laju pembangunaan sektoral (industri dan jasa) dan perkotaan,

    semakin tinggi ketergantungan masyarakat luas terhadap keberadaan Bengawan Solo.

    Ketergantungan masyarakat dan tuntutan pembangunan yang demikian tinggi pada

    saat ini telah menyebabkan semakin kritisnya kondisi Bengawan Solo. Karenanya,

    ekosistem DAS Solo harus semakin memperoleh perhatian khusus dari semua pihak.

    Penanggulangan banjir dari faktor hujan sangat sulit dan bahkan mustahil

    karena hujan adalah faktor yang digerakkan oleh iklim global/makro.Untuk

    mengurangi kerugian banjir akibat hujan salah satunya dengan membuat kajian

    mendalam hubungan tinggi hujan yang jatuh pada suatu DAS berdasarkan pencatatan

    tinggi hujan di berbagai stasiun pencatat pada DAS dan debit aliran atau tinggi muka

    air yang ditimbulkan dari hujan yang bersangkutan (Maryono, 2005).

    Analisis frekuensi adalah prosedur memperkirakan frekuensi suatu kejadian

    pada masa lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat digunakan

    menentukan hujan rancangan dalam berbagai kala ulang berdasarkan distribusi yang

    paling sesuai.

    Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran

    peristiwa-peristiwa ekstrim (hujan lebat, banjir, dan kekeringan) yang berkaitan

    dengan frekuensi kejadianya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Analisis

  • 4frekuensi memerlukan seri data curah hujan yang diperoleh dari pos penangkar hujan.

    Analisis frekuensi ini dilakukan untuk memperoleh probabilitas besaran kejadian

    hujan di masa yang akan datang dengan anggapan masih sama dengna kejadian hjan

    masa lalu (Suripin, 2004).

    Menurut Sri Harto (1993), analisis frekuensi dapat dilakukan dengan seri data

    yang diperoleh dari rekaman data, baik data hujan maupun data debit. Analisis ini

    sering dianggap cara analisis yang paling baik, karena dilakukan terhadap data yang

    terukur langsung yang tidak melewati pengalihragaman terlebih dahulu.

    Pendugaan debit puncak dengan metode rasional merupakan penyederhanaan

    besaran-besaran terhadap suatu proses penentuan aliran permukaan yang rumit akan

    tetapi metode tersebut dianggap akurat untuk menduga aliran permukaan dalam

    rancang bangun yang relatif murah, sederhana dan memberikan hasil yang dapat

    diterima (reasonable). Selain itu metode rasional merupakan metode empiris yang

    lazim digunakan dibandingkan dengan rumus-rumus empiris lainnya dimana rumus

    ini menggunakan berbagai variabel yang berhubungan dengan debit banjir yaitu

    faktor daerah pengaliran, curah hujan, koefisien limpasan dan perubahan tata guna

    lahan yang terjadi (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).

  • 51.2.Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pola distribusi hujan yang tepat

    sebagai pendugaan debit puncak aliran sungai pada kawasan hulu sub suatu daerah

    aliran sungai.

    1.3.Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat

    tentang pendugaan debit puncak di kawasan hulu suatu DAS sehingga dapat

    digunakan sebagai bahan untuk melakukan tindakan pengolahan DAS dengan benar

    sehingga kerusakan bagian hulu suatu DAS dapat diminimalisir.