RX UHPL[ WZHDN DQG EXLOG XSRQ ZRUN - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1378/3/BAB III.pdf · Starbucks...
Transcript of RX UHPL[ WZHDN DQG EXLOG XSRQ ZRUN - kc.umn.ac.idkc.umn.ac.id/1378/3/BAB III.pdf · Starbucks...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
��
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN �
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian �
Berdiri sejak tahun 1971, Starbucks Coffee membuka toko pertamanya di
Seattle, Amerika Serikat. Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bowker yang
merupakan pendiri kedai kopi yang sekarang ini memiliki 25.000 café di seluruh
belahan dunia ini mendapatkan inspirasi dari buku Mobi Dick untuk menamai
kedai kopinya dengan nama Starbucks. Ditahun yang sama, Starbucks telah
menjual 21 jenis varian teh meliputi Lapsung Souchoung Keemun, Young Hyson,
Russian Caravan, Gunpowder Dragonwell, dan lainnya. Minuman kopi yang
dijualpun berbagai macam antara lain Sumatra, Kenya, Uganda, Colombian,
Mexican Java, New Guinea, Mocha Java, French Roast, Brazil, Yukon Blend,
Peet’s Blend, dan Major Dickenson’s Blend (Starbucksmelody.com, 2015).
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
Sumber : Starbucks.com
Gambar 3.1 Toko Starbucks Pertama di Seattle, Amerika Serikat.
Sejak 1971 hingga 1986 berbagai inovasi, ekspansi dan usaha
dilakukan para pendiri Starbucks untuk membuat kedai kopinya menjadi terkenal
namun diluar harapan ketiga pendiri tersebut, Starbucks mengalami penurunan
dalam penjualan (sales) hingga pada akhirnya, pada tahun 1987 pendiri Starbucks
menjual bisnis mereka ke Howard Schultz, yang sekarang merupakan CEO dari
Starbucks Coffee.
Gambar 3.2 Perubahan Logo Starbucks
Sumber : Brandingbusiness.com
Semenjak dipimpin oleh Howard Schultz, pertumbuhan Starbucks
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat karena pada tahun
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
1992, Starbucks sudah memiliki 160 kedai dengan total pendapatan hingga 73 juta
dollar Amerika. Pada tahun 1995 Starbucks mengeluarkan minuman yang
menjadi kegemaran setiap orang hingga saat ini yaitu Frappuccino, Frappucinno
merupakan minuman kopi, susu dan coklat yang di blender dengan es batu dan
sirup manis. pada minggu pertamanya Starbucks telah menjual 200.000 gelas
minuman Frappucinno di Amerika dan Kanada. Penjualan yang berkali lipat di
minggu keduanya hingga membantu Starbucks untuk ekspansi dan mendapatkan
konsumen baru.
Sumber : Starbucks.com
Gambar 3.3 The first Starbucks Frappuccino
Pada Tahun 1996, Starbucks melakukan ekspansi bisnis ke Asia dimulai
dari negara Jepang dan Singapura dan pada tahun 1992 Starbucks ekspansi ke
negara China, Kwait, Libanon dan Korea Selatan. Ditahun yang sama Starbucks
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
bekerjasama dengan perusahaan Tazo sebagai produsen teh untuk menjadi
supplier minuman teh Starbucks. Ditahun yang sama Starbucks telah memiliki
total outlet mencapai 2498 toko yang tersebar di Amerika, Asia, Australia.
Sumber : businessinsider.com
Gambar 3.4 Outlet Starbucks di China.
Pada tahun 2012 lalu, Howard Schultz CEO dari Starbucks melakukan
akuisisi kepada perusahaan produsen teh yaitu Teavana Company. Teavana
sendiri merupakan perusahaan yang memproduksi daun teh siap seduh. Teavana
merupakan perusahaan yang menjual daun teh keseluruh penjuru dunia melalui
offline maupun online shop yang dimilikinya. Perusahaan yang berpusat di
Atlanta, Georgia ini memiliki keunggulan dalam racikan daun tehnya yang
memiliki banyak varian. Tidak hanya menjual daun teh kering yang utuh, Teavana
juga menjual daun teh kering yang dicampur dengan rempah-rempah dan bunga-
bunga kering yang membuat rasa dan aroma yang berbeda dibandingkan
perusahaan teh lainnya. Tidak hanya menjual daun teh Teavana juga menjual
berbagai pelengkap untuk minum teh mulai dari gula batu, madu, buah kering
hingga cangkir dan pot untuk menyeduh teh.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
Sumber : Teavana.com
Gambar 3.5 Jenis Teh yang Dijual Teavana
Starbucks mengakuisisi perusahaan Teavana dengan nilai mencapai 620
juta dollar Amerika atau setara dengan 8.3 triliun Rupiah. Pada awal tahun 2013
Starbucks membuka Tea bar atau kedai minum teh pertama yang diberi nama
Teavana sesuai dengan perusahaan yang sudah dibelinya itu. Layaknya Starbucks,
Teavana Bar menjual berbagai minuman siap minum (ready to drink) dengan
bahan dasar dari daun teh. Howard Schutlz CEO Starbucks memiliki harapan agar
Teavana bar yang menjual minuman teh dapat setenar Starbucks yang menjual
minuman kopi.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
Sumber : buzzfeed.com
Gambar 3.6 Teavana Bar
Hanya bertahan selama 27 bulan akhirnya Teavana Bar ditutup, penjualan
yang terus menurun dan jumlah pengunjung yang tidak besar menjadi penyebab
kegagalan Teavana Bar. Tetapi Starbucks tidak menyerah, dengan kemampuannya
dalam menjual minuman dan memiliki jaringan kedai kopi terbesar di dunia
Starbucks pada tahun 2016 kembali menghidupkan minuman teh Teavana.
Berbeda dengan sebelumnya yang membuat sebuah kedai teh, Teavana kini hadir
sebagai brand extension atau varian minuman baru di Starbucks coffee bar.
Dengan nama Starbucks Teavana, CEO Starbucks memiliki harapan untuk
menghidupkan kembali minuman Teavana dengan cara eksekusi yang berbeda.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
Sumber : Teavana.com
Gambar 3.7 Logo Teavana Sebelum dan Sesudah Diakusisi
Di Indonesia sendiri Starbucks Teavana hadir pada bulan September 2016,
minuman teh yang dijual di Indonesia terdiri dari Starbucks Teavana Full Leaf
Tea Sachets dan Starbucks Teavana Handcrafted Beverages. Terdapat enam jenis
Starbucks Teavana Full Leaf Tea Sachets yakni English Breakfast, Earl Grey,
Chai, Mint Citrus, Mint Blend, dan Chamomile. Sementara itu, Starbucks Teavana
Handcrafted Beverages terdiri dari tiga jenis minuman yakni Black Tea with Ruby
Grapefruit and Honey, Iced Shaken Green Tea with Aloe and Pickly Pear, dan
Iced Shaken Hibiscus Tea with Pomegranate Pearls. Starbucks Indonesia
.�!"���
2!����
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
merupakan salah satu negara pertama di Asia pasifik yang berkesempatan
meluncurkan Starbucks Teavana waktu itu.
Sumber : cosmopolitan.co.id
Gambar 3.8 Minuman Teh Starbucks Teavana�
3.2. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebuah master plan yang menjelaskan
metode dan prosedur dalam mengumpulkan dan mengelolah data yang dibutuhkan
(Zikmund, 2013). Sedangkan menurut Malhotra (2010) sebuah desain penelitian
merupakan kerangka atau blue print yang berupa rancangan untuk melakukan
proyek riset pemasaran, berisi rincian prosedur yang diperlukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk struktur ataupun memecahkan
masalah riset pemasaran. Singkatnya, desain penelitian merupakan rancangan
umum untuk melakukan penelitian.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
Pada penelitian yang dilakukan kali ini merupakan penelitian deskriptif.
Zigmund et al. (2013), menyatakan penelitian deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan karakteristik dari sebuah objek, orang, kelompok, organisasi, dan
lingkungan. Dengan kata lain penelitian deskriptif mencoba untuk memberi
gambaran terhadap sebuah sitasi dengan dasar pernyataan apa, siapa, kapan,
dimana, dan bagaimana (Zigmund et al., 2013). Menurut Malhotra (2010),
penelitian deskriptif merupakan penelitian dengan tipe konklusif yang dimana
objek penelitian menjelaskan sesuatu, biasanya karakteristik atau fungsi pasar.
Tabel 3.1 Perbedaan antara Exploratory Research dan Conclusive Research
Riset Exploratory Riset Conclusive
Objektif Menyediakan pandangan dan
pengertian
Untuk menguji spesifik
hipotesis dan mencoba
hubungannya
Karakteristik
• Informasi yang
dibutuhkan bebas
• Proses riset yang flexible
dan tidak terstruktur
• Sample kecil dan tidak
dapat mewakili
• Analisa data primer
secara qualitative
• Informasi yang
dibutuhkan jelas
• Prosesnya formal dan
terstruktur
• Sample besar dan
mewakilkan
• Analisa data secara
quantitative
Hasil tentative Conclusive
Outcome
Hasil dapat digunakan untuk
exploratory data atau conclusive
result
Hasil dapat digunakan dalam
mengambil keputusan strategik
Sumber: Malhotra, 2010
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
Menurut Malhotra (2010), Exploratory research design merupakan salah
satu bentuk penelitian yang dimana objeknya akan diteliti secara komprehensi dari
sebuah masalah yang digambarkan oleh peneliti. Exploratory research design
merupakan penelitian qualitative yang terdiri dari komponen direct (langsung)
dan indirect (tidak langsung/ secondary data). Data diambil berasal dari beberapa
teknik antara lain focus group discussion, depth Interview, dan projective
techniques (Malhotra, 2010).
Sumber: Malhotra, 2010
Gambar 3.9: Research Design Diagram
Conclusive Research Design adalah sebuah penelitian yang di desain
untuk membantu membuat keputusan dalam menjelaskan, mengevaluasi, dan
memilih aksi terbaik untuk menghadapi situasi tertentu (Malhotra, 2010).
Conclusive Research Design sendiri terdiri dari dua bentuk yaitu Descriptive
Research dan Causal Research. Penelitian descriptive dapat dilakukan dengan
cara survey dan observasi. Survey dapat dilakukan dengan cara menyebar
kuisioner, sedangkan observasi digunakan dengan beberapa cara antara lain
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
personal observation, mechanical observation, audit, content analysis, dan trace
analysis (Malhotra, 2010).
Menurut Malhotra (2010), pengambilan data dari Conclusive research
Design dipecah menjadi dua antara lain cross sectional design dan longitudinal
design. Cross sectional design sendiri terdiri dari single cross sectional design
atau pengambilan data hanya dilakukan sekali dan multiple cross sectional design
atau pengambilan data dilakukan berkali-kali dan terus menerus (lebih dari satu
kali).
Ada pun penelitian ini untuk melihat pengaruh faktor brand image,
category fit, image fit, customer innovativeness, terhadap attitude toward brand
extension. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini mengenai attitude
toward brand extension produk minuman ini menggunakan metode pendekatan
kuantitatif. Menurut Malhotra (2010), penelitian kuantitatif merupakan penelitian
yang mencari angka dari sebuah data, dan biasanya bersifat analisa statistik.
Sedangkan menurut Zigmund et al. (2013), penelitian kuantitatif adalah penelitian
bisnis yang menjelaskan objek penelitian melalui hasil empirical berupa angka
tolak ukur dan analisanya.
Dalam prosesnya, pengambilan data dilakukan hanya sekali ke responden
atau dapat disebut single cross –sectional design. Malhotra (2010) mendefinisikan
single cross- sectional design merupakan pengambilan data hanya sekali terhadap
responden di target populasi. Sehingga penelitian ini akan menggunakan
conclusive research design (quantitative), dengan jenis descriptive research
design, menggunakan metode pengambilan data dengan cara cross sectional
design , dan dengan cara survey.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Menurut Malhotra (2010) dalam sebuah penelitian dilakukan beberapa
tahapan antara lain:
Sumber: Malhotra, 2010
Gambar 3.10 Sampling Design Process
3.3.1 Target Population
Menurut Malhotra (2010), untuk menjelaskan target population digunakan 4
aspek yaitu element, sampling unit, extent, dan time frame yang dapat
digambarkan sebagai berikut.
Sumber: Malhotra (2010), telah diolah kembali
Gambar 3.11 target population
define the target population
determine the sampling frame
select as sampling technique(s)
determine the sample size
execute the sampling process
3�������
4������#�5����
36�����
7���� �����
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
Sampling unit dari penelitian ini adalah dari penelitian ini ialah pelanggan
Starbucks baik pria maupun wanita berusia 18-35 tahun, pernah mencoba
minuman kopi Starbucks dan mencoba minuman teh Starbucks Teavana.
Extent atau batas geografis dari penelitian ini adalah Jabodetabek atau
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Pembatasan extent hanya untuk negara
Indonesia saja memiliki tujuan untuk mengambil scope atau cakupan yang tidak
terlalu besar dan luas. Selain itu, fenomena Starbucks Teavana sendiri baru
muncul awal September 2016 di negara Indonesia merupakan alasan kenapa
penelitian ini mencangkup negara Indonesia.
Time Frame penelitian ini ialah pada tahun 2016. Dilihat dari urgensi dan
fenomena yang ada bahwa Starbucks Teavana hadir pada akhir tahun 2016, maka
ditentukan tahun 2016 sebagai time frames penelitian ini. Adapun pengambilan
data dilakukan pada bulan Desember 2016. Sedangkan keseluruhan penelitian
berlangsung sejak bulan September 2016 hingga awal Januari 2017.
3.3.2 Sampling Frame
Sebuah representasi dari elemen populasi pasar, terdiri dari daftar atau
kumpulan arah untuk mengidentifikasi populasi pemasaran/ pasar (Malhotra,
2010). Menurut Zigmund et al. (2013) Sampling frame merupakan daftar elemen
yang menggambarkan sebuah sampel dari sebuah populasi.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
3.3.3 Sampling Techniques
Teknik sampling dibagi menjadi 2 jenis (Malhotra, 2010), yaitu:
1. Probability sampling
Sebuah prosedur sampling dimana setiap elemen populasi memiliki
probabilitas / kesempatan tetap pada sampel sudah ditetapkan/ sudah
dipilih.
2. Non-probability sampling
Sebuah teknik sampling dimana tidak semua orang memiliki peluang
yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian tersebut.
Sumber: Malhotra (2010)
Gambar 3.12 Sampling Techniques
Dalam Malhotra (2010), terdapat 4 teknik non-probability sampling yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Convenience sampling adalah sebuah teknik nonprobability sampling
yang dapat mengambil sampel dengan cara lebih mudah karena
responden ditentukan diwaktu itu dan tempat itu juga tanpa
mengkualifikasikan responden.
8"�9��"���������
:"�1��������4������#�
; �#��������4������#�
< "���4������#�
4�"������4������#�
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
2. Judgemental sampling adalah suatu bentuk convenience sampling
dengan elemen populasi tertentu yang telah dipilih berdasarkan
pertimbangan peneliti. Elemen yang telah dipilih dianggap dapat
mempresentasikan populasi.
3. Quota sampling yaitu teknik non-probability sampling yang memiliki
dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan kuota dari masing-masing
elemen populasi. Tahap kedua adalah mengambil sampel berdasarkan
teknik convenience maupun judgemental.
4. Snowball sampling merupakan teknik sampling yang didasarkan pada
referensi para responden, mereka diminta untuk mereferensikan orang
lain yang memenuhi kriteria sebagai responden. Proses ini terus
berlanjut sehingga menimbulkan efek snowball / meluas.
Dalam Penelitian ini menggunakan metode sampling yaitu non-probability
sampling , dengan teknik sampling yaitu judgemental sampling.
3.3.4 Sample Size
Berdasarkan penjelasan Malhotra (2010), sample size merupakan jumlah
element yang akan diikut sertakan didalam sebuah penelitian.
Menurut Hair et al. (2010), landasan untuk menentukan sample size dalam sebuah
penelitian meliputi:
1. sampel harus lebih banyak dari jumlah variabel
2. jumlah minimum sampel untuk diobservasi atau teliti adalah n=50
observasi.
3. Jumlah sampel minimum untuk sebuah variabel adalah 5 observasi.
Dalam penelitian ini terdapat 37 indikator x 5 observasi= 185 sampel.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
Penelitian ini menggunakan data responden yang digunakan sebanyak
192 sampel
3.3.5 Sampling Process
3.3.5.1. Sumber dan Cara Pengumpulan Data
Berdasarkan Malhotra (2010), terdapat 2 jenis data yang dapat digunakan dalam
melakukan sebuah penelitian:
a. Primary Data, data original yang didapat peneliti dari sebuah penelitian
yang dilakukan dan biasanya memiliki tujuan untuk menyelesaikan sebuah
masalah.
b. Secondary Data, data yang dikumpulkan dari berbagai studi kasus dan
teori untuk mendukung penelitian yang dilakukan dan biasanya bukan
untuk menyelesaikan masalah penelitian.
Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer
atau primary data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang telah disebar
menggunakan teknik non-probability sampling dan didapatkan datanya dari
responden yang sesuai. Untuk mengukur standar validitas dan reliabilitas dalam
kuisioner yang nantinya akan disebar, maka akan dilakukan Pre-test. Pre-test
yang disebarkan secara langsung oleh peneliti bertujuan untuk melihat apakah
setiap measurement dalam kusioner bersifat valid dan reliable. Setelah itu barulah
menyebar kusioner besar dengan cara online menggunakan Google Forms.
Untuk mendukung penelitian ini, digunakan secoundary data atau data
sekunder yang diambil dari berbagai sumber baik artikel resmi sebuah situs
online, jurnal, buku hingga artikel dan studi kasus sebelumnya. Data sekunder
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
diperuntukan sebagai data pendukung dalam membentuk hubungan antar varibel,
latar belakang hingga managerial Implication.
3.3.5.2 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan baik secara online maupun offline.
Secara offline, peneliti akan meminta secara personal kepada responden yang
memenuhi kualifikasi untuk mengisi kuisioner. Sebelumnya peneliti akan
memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan mengenai penelitian yang
sedang dilakukan. Setelah itu peneliti akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan
screening terlebih dahulu untuk memastikan bahwa calon responden tergolong
target populasi penelitian. Responden yang memenuhi kualifikasi akan diminta
mengisi kuisioner, dengan sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu mengenai
petunjuk pengisian.
Secara online, peneliti akan mengirimkan link formulir kuisioner yang
dibuat pada Google Docs. Link tersebut akan disebar melalui personal chat di
maupun dibagikan pada grup dan komunitas virtual. Komunitas tersebut meliputi
grup Mahasiswa UMN angkatan 2013 dalam Line app, Grup Mahasiswa UMN
angkatan 2015 dalam Line app, dan grub serta komunitas pertemanan yang
dimiliki peneliti dalam Line app. Selain itu peneliti juga menyebar dilaman media
sosial milik peneliti yaitu Facebook dan Instagram. Calon responden tentunya
akan diberikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan serta petunjuk
pengisian kuisioner. Lebih lanjut mereka dapat membaca kata pengantar kuisioner
yang terletak pada halaman pertama kuisioner. Hanya responden yang memenuhi
kualifikasi yang akan dipakai datanya. Adapun link kuisioner yang akan disebar
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
oleh peneliti adalah bit.ly/XbucksKenny
Untuk menarik responden untuk berpartisipasi pada penelitian ini, setiap
responden yang mengisi kuisioner akan memperoleh kesempatan untuk
mendapatkan pulsa sebesar 10 ribu rupiah untuk 10 orang yang beruntung diakhir
penelitian.
3.4 Periode Penelitian
Penelitian ini memliki periode sekitar 5 bulan, berawal dari bulan September 2016
hingga januari 2017. Penelitian ini dimulai dari perancangan latar belakang dan
rumusan masalah, lalu dihubungkan dengan penelitian terdahulu dan beberapa
teori yang bersangkutan, perancangan kuisioner penelitian dan pengumpulan data-
data pendukung penelitian, penyebaran kuisioner dan mengumpulkan data dari
responden, olah data dan menganalisa hasil dari olah dan membuat kesimpulan
serta saran.
Tabel 3.2 Periode Penelitian
Periode Penelitian
Aktifitas Sep Okt Nov Des Jan
Pembuatan Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Pembuatan Landasan Teori
Pembuatan Kuisioner dan Pengumpulan Data Sekunder
Menyebarkan Kuisioner dan Mengumpulkan Data
Menganalisa dan Mengolah Data
Pengumpulan Laporan
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
��
Tab
el 3
.3 T
abel
Opr
atio
nal P
enel
itian
Var
iabe
l D
efin
isi v
aria
bel
Dim
ensi
V
aria
bel
Def
inis
i dim
ensi
Var
iabe
l in
dika
tor
Sum
ber
Indi
kato
r Li
kert
scal
es
Bran
d Im
age
perc
eptio
ns a
bout
a b
rand
as
refle
cted
by
the
clus
ter
of a
ssoc
iatio
ns th
at
cons
umer
s con
nect
to th
e br
and
nam
e in
mem
ory.
(R
io e
t al.,
200
1)
Func
tiona
l Im
age
(FI)
the
intr
insi
c ad
vant
ages
of
pro
duct
or s
ervi
ces
cons
umpt
ion
and
usua
lly
corr
espo
nd to
the
prod
uct
rela
ted
attr
ibut
es
The
prod
uct h
ave
a hi
gh q
ualit
y (M
artin
ez
dan
Pina
, 20
10)
1-7
1. M
enur
ut sa
ya m
inum
an k
opi
Star
buck
s mem
iliki
aro
ma
yang
har
um .
Pers
epsi
men
gena
i mer
ek
yang
terc
emin
dar
i be
bera
pa a
sosi
asi d
alam
be
nak
kons
umen
dik
aitk
an
deng
an m
erek
ters
ebut
(R
io e
t al.,
200
1)
keun
tung
an in
strin
sik
(d
apat
dira
saka
n se
cara
la
ngsu
ng) y
ang
bera
sal
dari
setia
p at
ribut
pro
duk
saat
men
gons
umsi
se
buah
bar
ang
atau
jasa
be
serta
(Son
doh
et a
l.,
2007
)
The
prod
ucts
hav
e be
tter c
hara
cter
istic
s th
an c
ompe
titor
s 2.
Min
uman
di S
tarb
ucks
mem
iliki
ka
rakt
eris
tik le
bih
baik
dib
andi
ngka
n C
afé
lain
. Th
is b
rand
has
an
acce
ptab
le st
anda
rd
of q
ualit
y H
e &
lai
(201
4)
1-7
3. S
aya
dapa
t mer
asak
an ra
sa k
opi
berk
ualit
as d
ari m
inum
an k
opi d
i St
arbu
cks.
4. M
enur
ut sa
ya, m
inum
an k
opi
Star
buck
s mem
iliki
rasa
yan
g en
ak.
5. D
alam
men
yajik
an m
inum
an k
opi,
Star
buck
s sel
alu
mem
berik
an k
ualit
as
terb
aik.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
��
Affe
ctiv
e Im
age
(A
I)
the
affe
ctiv
e st
age
wou
ld
deve
lop
a po
sitiv
e at
titud
e to
war
ds th
e br
and
or
likin
g th
e br
and
as a
re
sult
of sa
tisfa
ctor
y re
petit
ive
usag
e ov
er
time.
(Oliv
er, 1
999
dala
m
Sond
oh e
t al.,
200
7)
The
bran
d is
nic
e (M
artin
ez
dan
Pina
, 20
10)
1-7
6. S
aya
sena
ng k
etik
a m
engu
njun
gi st
ore
Star
buck
s unt
uk m
inum
kop
i. It
is a
bra
nd th
at d
oes n
ot d
isap
poin
t its
cu
stom
ers
sika
p po
sitif
terh
adap
m
erek
ata
u m
enyu
kai
mer
ek te
rseb
ut se
baga
i ha
sil d
ari k
epua
san
tela
h m
engg
unak
an p
rodu
k te
rseb
ut b
erul
ang
kali
(Oliv
er, 1
999
dala
m
Sond
oh e
t al.,
200
7)
7. S
aya
tidak
per
nah
mer
asa
kece
wa
terh
adap
Sta
rbuc
ks
You
part
icul
arly
like
the
bran
d XX
R
io e
t al.
(200
1)
1-7
8. S
aya
men
yuka
i Sta
rbuc
ks.
XX is
a b
rand
tota
lly in
line
with
you
r lif
esty
le
9. S
tarb
ucks
sesu
ai d
enga
n ga
ya h
idup
sa
ya.
Rep
utat
ion
(RP)
a gl
obal
per
cept
ion
of th
e ex
tent
to w
hich
an
orga
niza
tion
is h
eld
in
high
est
eem
or r
egar
d.
(Wei
ss e
t al.,
199
9)
It is
one
of t
he b
est b
rand
s in
the
sect
or
(Mar
tinez
da
n Pi
na,
2010
)
1-7
10. M
enur
ut sa
ya S
tarb
ucks
mer
upak
an
café
ter
baik
di I
ndon
esia
.
pers
epsi
glo
bal m
enge
nai
seja
uh m
ana
sebu
ah
mer
ek d
inila
i ata
u Th
e br
and
is v
ery
cons
olid
ated
with
the
mar
ket.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
��
dian
ggap
(Wei
ss e
t al.,
19
99)
11. M
enur
ut sa
ya st
arbu
cks m
emili
ki
jarin
gan
café
terb
esar
di I
ndon
esia
.
12. M
enur
ut sa
ya, b
anya
k or
ang
yang
m
engo
nsum
si m
inum
an k
opi S
tarb
ucks
13
. Sta
rbuc
ks m
emili
ki re
puta
si y
ang
baik
dik
ateg
ori m
inum
an k
opi
Cat
egor
y Fi
t (C
F)
whe
n th
e co
nsum
er
acce
pts t
he n
ew p
rodu
ct a
s lo
gica
l and
wou
ld e
xpec
t it
from
the
bran
d (T
aube
r, 19
88 d
alam
Grim
e et
al.,
20
02)
The
exte
nsio
n is
sim
ilar t
o th
e br
ands
pr
oduc
t M
artin
ez
dan
Pina
(2
010)
1-7
14. M
enur
ut sa
ya S
tarb
ucks
coc
ok
men
jual
min
uman
Teh
Kon
disi
dis
aat k
onsu
men
m
ener
ima
sebu
ah p
rodu
k ba
ru y
ang
sesu
ai d
enga
n pi
kira
n da
n ek
spet
asin
ya
dari
sebu
ah m
erek
. (T
aube
r, 19
88 d
alam
G
rime
et a
l., 2
002)
I bel
ieve
that
it ta
kes t
he sa
me
capa
bilit
ies t
o pr
oduc
e (B
rand
) A
aker
and
ke
ller
(dal
am
alff
dan
M
ayer
, 20
12)
15. M
enur
ut sa
ya S
tarb
ucks
mem
iliki
ke
mam
puan
unt
uk m
enju
al m
inum
an
Teh
yang
ber
kual
itas.
16. M
enur
ut sa
ya, u
saha
yan
g di
laku
kan
Star
buck
s dal
am m
empr
oduk
si m
inum
an
teh
seba
ndin
g de
ngan
mem
prod
uksi
m
inum
an k
opi.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
��
17. M
enur
ut sa
ya, k
ualit
as m
inum
an T
eh
Star
buck
s ses
uai d
enga
n m
inum
an K
opi
Star
buck
s
Imag
e fit
(I
F)
des
crib
e ho
w th
e pa
rtic
ipat
ing
prod
ucts
or
bran
ds a
re p
erce
ived
to b
e a
suita
ble
com
bina
tion
to
each
oth
er, a
nd is
ofte
n us
ed in
terc
hang
eabl
y w
ith
term
s lik
e ‘c
ongr
uenc
e’,
‘sim
ilari
ty’ o
r ‘m
atch
up’
(Rile
y et
al.,
201
5)
The
prod
uct e
xten
sion
fits
with
the
bran
d im
age
(Mar
tinez
da
n Pi
na,
2010
)
1-7
18. M
enur
ut sa
ya, T
eava
na se
suai
de
ngan
citr
a St
arbu
cks
Laun
chin
g th
e ex
tens
ion
is lo
gica
l for
th
e co
mpa
ny
19. M
enur
ut sa
ya, m
asuk
aka
l apa
bila
St
arbu
cks m
enge
luar
kan
min
uman
teh
sepe
rti T
eava
na .
kese
suai
an m
erek
eks
tens
i de
ngan
citr
a in
dukn
ya a
tau
dapa
t dis
ebut
juga
‘h
arm
onis
’, ‘m
emili
ki
kesa
maa
n’, d
an
‘ses
uai’.
(Rile
y et
al.,
20
15)
20. K
etik
a m
elih
at T
eava
na sa
ya
mem
iliki
kes
an y
ang
sam
a se
perti
ket
ika
saya
mel
ihat
Sta
rbuc
ks
21. T
eava
na se
suai
den
gan
eksp
etas
i sa
ya m
enge
nai b
agai
man
a pr
oduk
St
arbu
cks s
ehar
usny
a
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
��
Attit
ude
tow
ard
Bran
d Ex
tens
ion
(A
TB)
the
eval
uatio
n of
the
exte
nsio
n is
a fu
nctio
n of
so
me
over
all a
ttitu
de
tow
ard
the
pare
nt b
rand
.
Perc
eive
d qu
ality
tow
ard
the
exte
nsio
n (M
artin
ez
dan
Pina
, 20
10)
1-7
22. M
enur
ut sa
ya, T
eava
na m
emili
ki
kual
itas y
ang
baik
eval
uasi
kon
sum
en
men
gena
i pro
duk
ekte
nsi
terh
adap
sika
p ke
pada
m
erek
indu
k.
(Kal
amas
et a
l., 2
006)
Like
lihoo
d of
tryi
ng th
e ex
tens
ion
23. S
aya
ingi
n m
enco
ba la
gi T
eava
na
dim
asa
depa
n 24
. Men
urut
saya
, Tea
vana
mem
iliki
po
tens
i unt
uk b
erha
sil d
imas
a de
pan.
25. s
aya
sena
ng k
etik
a m
engo
nsum
si
Star
buck
s Tea
vana
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
��
Var
iabe
l D
efin
isi v
aria
bel
Dim
ensi
V
aria
bel
Def
inis
i dim
ensi
Var
iabe
l in
dika
tor
Sum
ber
Indi
kato
r Li
kert
Bran
d Im
age
perc
eptio
ns a
bout
a b
rand
as
refle
cted
by
the
clus
ter
of a
ssoc
iatio
ns th
at
cons
umer
s con
nect
to th
e br
and
nam
e in
mem
ory.
(R
io e
t al.,
200
1)
Func
tiona
l Im
age
(FI(
T))
the
intr
insi
c ad
vant
ages
of
pro
duct
or s
ervi
ces
cons
umpt
ion
and
usua
lly
corr
espo
nd to
the
prod
uct
rela
ted
attr
ibut
es
The
prod
uct h
ave
a hi
gh q
ualit
y (M
artin
ez
dan
Pina
, 20
10)
1-7
26.
Men
urut
saya
min
uman
teh
Teav
ana
mem
iliki
aro
ma
yang
har
um .
Pers
epsi
men
gena
i mer
ek
yang
terc
emin
dar
i be
bera
pa a
sosi
asi d
alam
be
nak
kons
umen
dik
aitk
an
deng
an m
erek
ters
ebut
(R
io e
t al.,
200
1)
keun
tung
an in
strin
sik
(d
apat
dira
saka
n se
cara
la
ngsu
ng) y
ang
bera
sal
dari
setia
p at
ribut
pro
duk
saat
men
gons
umsi
se
buah
bar
ang
atau
jasa
be
serta
(Son
doh
et a
l.,
2007
)
The
pro
duct
s hav
e be
tter c
hara
cter
istic
s th
an c
ompe
titor
s 27
. M
inum
an T
eava
na m
emili
ki
kara
kter
istik
lebi
h ba
ik d
iban
ding
kan
Caf
é la
in.
This
bra
nd h
as a
n ac
cept
able
stan
dard
of
qua
lity
He
& la
i (2
014)
1-7
28. S
aya
dapa
t mer
asak
an ra
sa T
eh
berk
ualit
as d
ari m
inum
an T
he T
eava
na
di S
tarb
ucks
. 29
. Men
urut
saya
, min
uman
teh
Star
buck
s Tea
vana
mem
iliki
rasa
yan
g en
ak.
30. D
alam
men
yajik
an m
inum
an te
h,
Star
buck
s sel
alu
mem
berik
an k
ualit
as
terb
aik.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
�
Affe
ctiv
e Im
age
(AI(
T))
the
affe
ctiv
e st
age
wou
ld
deve
lop
a po
sitiv
e at
titud
e to
war
ds th
e br
and
or
likin
g th
e br
and
as a
re
sult
of sa
tisfa
ctor
y re
petit
ive
usag
e ov
er
time.
(Oliv
er, 1
999
dala
m
Sond
oh e
t al.,
200
7)
The
bran
d is
nic
e (M
artin
ez
dan
Pina
, 20
10)
1-7
31
. Say
a se
nang
ket
ika
men
gunj
ungi
st
ore
Star
buck
s unt
uk m
inum
teh.
It
is a
bra
nd th
at d
oes n
ot d
isap
poin
t its
cu
stom
ers
sika
p po
sitif
terh
adap
m
erek
ata
u m
enyu
kai
mer
ek te
rseb
ut se
baga
i ha
sil d
ari k
epua
san
tela
h m
engg
unak
an p
rodu
k te
rseb
ut b
erul
ang
kali
(Oliv
er, 1
999
dala
m
Sond
oh e
t al.,
200
7)
32. S
aya
tidak
per
nah
mer
asa
kece
wa
terh
adap
Teh
Tea
vana
1-
7
You
part
icul
arly
like
the
bran
d XX
R
io e
t al.
(200
1)
1-7
33. S
aya
men
yuka
i Tea
vana
. XX
is a
bra
nd to
tally
in li
ne w
ith y
our
lifes
tyle
34
. Tea
vana
sesu
ai d
enga
n ga
ya h
idup
sa
ya.
Repu
tatio
n (R
PT)
a gl
obal
per
cept
ion
of th
e ex
tent
to w
hich
an
orga
niza
tion
is h
eld
in
high
est
eem
or r
egar
d.
(Wei
ss e
t al.,
199
9)
It is
one
of t
he b
est b
rand
s in
the
sect
or
(Mar
tinez
da
n Pi
na,
2010
) 1-
7 35
. Men
urut
saya
Tea
vana
mer
upak
an
min
uman
teh
terb
aik
di In
done
sia.
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
�
pers
epsi
glo
bal m
enge
nai
seja
uh m
ana
sebu
ah
mer
ek d
inila
i ata
u di
angg
ap (W
eiss
et a
l.,
1999
)
The
bran
d is
ver
y co
nsol
idat
ed w
ith th
e m
arke
t.
36. M
enur
ut sa
ya, b
anya
k or
ang
yang
m
engo
nsum
si m
inum
an te
h Te
avan
a
37. T
eava
na m
emili
ki re
puta
si y
ang
baik
di
kate
gori
min
uman
teh
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Eksogen
Variabel Eksogen memiliki sifat laten dan merupakan variabel yang selalu
muncul sebagai variabel bebas. Variabel eksogen memiliki tolak ukur yang
menggambarkan sebuah model yang bersifat bebas atau independen dalam sebuah
model. Variabel eksogen dapat terlihat dari bentuknya yang tidak memiliki garis
panah menuju varibel eksogen melainkan memiliki garis panah yang berasal dari
variabel (Hair et al., 2010).
Berikut adalah gambar varibel eksogen:
Gambar 3.13 Gambar Variabel Eksogen
3.5.2 Varibel Endogen
Variabel Endogen bersifat laten dan terbentuk dari beberapa item/ hal yang
menuju kesatu variabel dependent atau variabel terikat. Menurut teori varibel
endogen terbentuk karena adanya faktor dalam model tersebut. Biasanya variabel
endogen terbentuk dari beberapa varibel eksogen (Hair et al., 2010).
������������� ��
ξ
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
Gambar 3.14 Gambar Variabel Eksogen
3.5.3 Observed Variable
Observed Variable atau variabel yang diteliti oleh peneliti atau dapat
disebut juga sebagai measured variables, manifest variables, indicators, atau
items of the constructs. Biasanya observed variable diasumsikan untuk menjadi
dipenden dalam sebuah konstruksi penelitian (Malhotra, 2010). Pada penelitian ini
terdapat total 37 pertanyaan pada kuisioner. Sehingga jumlah Observed Variable
berjumlah 37 indikator
3.6 Teknik Analisis
3.6.1 Uji Instrumen
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menyebarkan kuisioner. Sehingga kuisioner menjadi alat ukur utama dalam
penelitian ini dan merupakan kunci dari keabsahan dan keberhasilan penelitian
ini. Dalam olah data dari hasil kuisioner akan dilakukan uji validitas dan uji
realibilitas untuk dapat mengukur indicator secara tepat, dapat dihandalkan dan
bersifat konsisten.
��������������� ��
η�
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
3.6.1.1 Uji Validitas
Menurut Zigmund et al. (2013), uji validitas merupakan uji tolak ukur
secara akurat yang dimana nilai dari uji validitas mengambarkan sebuah konsep
atau objek secara nyata dan benar. Menurut pendapat Malhotra (2010), skala
validitas dapat diartikan sebagai nilai dari sebuah skala observasi yang
mencerminkan karakteristik dan objek yang sedang di teliti.
Dalam penelitian ini, uii validitas akan dilakukan dengan melakukan
metode factor analysis, suatu alat ukur yang menyatakan sebuah penelitian valid
ketika syarat-syarat dalam factor analysis terpenuhi anatara lain:
1. KMO atau Kaiser Meyer Olkin, mengukur kualitas atau kuantitas
(adequacy) pada sebuah sampling (measure of sampling adequacy). KMO
mengukur tingkat kelayakan sebuah data didalam factor analysis
(Malhotra, 2010).
Nilai KMO �������nilai KMO yang baik ialah nilai yang mendekati
angka 1. Perbaikan pada variabel perlu dilakukan hanya jika nilai KMO
kurang dari 0.5 (Malhotra, 2010).
2. Bartlett Test of Sphericity, tes statistika yang mengukur tingkat signifikan
pada setiap korelasi dalam korelasi matriks. Dalam tes ini nilai Signifikan
(sig.) haruslah < 0.5. Nilai sig. < 0.5 mengindikasikan adanya korelasi
yang cukup antar variabel (Hair et al., 2010).
3. MSA atau measure sampling adequacy, teknik MSA berfungsi untuk
mengukur derajat dari interkorelasi dari beberapa variabel dan kelayakan
dari sebuah factor analysis (Hair et al., 2010).
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
Nilai MSA harus melebihi 0.5 baik secara keseluruhan t st maupun
individual variabel. Variabel yang memiliki nilai MSA kurang dari 0.5
harus dihilingkan dari factor analysis satu persatu dimulai dari varibel
yang memiliki nilai MSA terendah (Hair et al., 2010).
4. Faktor loading atau hasil component matrix memiliki nilai lebih dari 0.5
(Hair et al., 2010)
3.6.1.2 Uji Reliabilitas
Zigmund et al. (2013) menyampaikan bahwa uji reliabilitas menyajikan
tingkat konsistensi dari berbagai responden terhadap sebuah poin yang diukur
sehingga bersifat lebih akurat dalam mengukur sebuah tolak ukur. Peryataan
tersebut didukung dengan peryataan Malhotra (2010), uji reliabilitas
menghasilkan sebuah skala yang didapat dari tingkat konsistensi dari sebuah hasil
apabila tolak ukur diukur berulang kali.
Dalam mengukur dan mengidentifikasi koefisien reliabilitas sebuah
penelitian yang dapat mengukur tingkat konsistensi dalam sebuah skala maka
digunakan cronbach’s alpha (Hair et al., 2010). Menurut Hair et al. (2010), nilai
Cronbach’s alpha pada umumnya tidak kurang dari 0.7, apabila kurang dari 0.7
maka indikator tersebut tidak reliabilitas.
3.6.2 Structured Equation Modeling (SEM)
SEM atau Structured Equation Modeling merupakan model statistika yang
mencari dan/ menjelaskan hubungan antara berbagai variabel. Teknik SEM
memungkinkan untuk mengkombinasi aspek factor analysis dan multiple
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
regression yang memungkinkan peneliti untuk secara stimulant menguji suatu
rangkaian dependence relationship yang saling berkaitan dengan variabel-variabel
terukur dan latent (Hair et al., 2010). Malhotra (2010), menyimpulkan bahwa
SEM merupakan sebuah prosedur untuk mengestimasi kumpulan dependence
yang terhubung dengan sebuah hasil konstruksi dari multiple measured variable
dan mengubah incorporated (tidak memiliki struktur) menjadi integrated model.
Sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode SEM karena model
penelitian yang digunakan memiliki lebih dari satu variabel endogen. Software
yang digunakan adalah LISREL versi 8.5 untuk menguji hipotesis penelitian.
3.6.2.1 Variabel dalam SEM
Dalam SEM, sebuah konstruksi yang berupa variabel laten atau
unobservable variable namun dapat dijelaskan dalam syarat konseptual namun
tidak dapat langsung diukur. Seperti contoh menanyakan pertanyaan yang
merepresentasikann variabel dalam sebuah kuisioner. Berbeda dengan varibel
laten sebuah measured variable atau indikator yang tidak berdiri sendiri dan tidak
memerlukan variabel lain untuk menjelaskan measured variabel (Malhotra,
2010).
3.6.2.2 Kecocokan Model Pengukuran
ketika model pengukuran sudah di spesifikasi, sebuah SEM model
bertujuan utnuk mengukur hubungan variabel dan hipotesa yang diukur dari
beberapa tolak ukur/ pengukuran. Hasil dari uji kecocokan model pengukuran
akan dibandingkan dengan keadaan sesungguhnya, teori yang ada dan hasil
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
sampel yang ada. Dalam kata lain, untuk melihat kecocokan dari teori dan data
sesungguhnya (Hair et al., 2010).
3.6.2.2.1 Evaluasi terhadap Validitas (validity) dari model pengukuran
Construct Validity adalah perpanjangan dari item tolak ukur yang
mencerminkan theoretical latent construct dari item yang dibuat untuk mengukur
setiap variabel (Hair et al., 2010).
Suatu variabel dapat dikatakan valid terhadap variabel latennya, jika :
a. Nilai t di dalam loading factors lebih besar dari nilai kritis (≥ 1.96)
b. Standarized factor loading atau muatan standar faktor ≥ 0.70.
3.6.2.2.2 Evaluasi terhadap Reliabilitas (Reliability) dari model pengukuran
Construct Reliability value atau sering disebut konjungsi dengan SEM
model merupakan sistem yang mengolah factor loading dari setiap konstruksi dan
menyimpulkan error variance dalam sebuah konstruksi (Hair et al., 2010).
Suatu variabel dikatakan mempunyai reabilitas yang baik jika :
a. Nilai construct reability (CR) ≥ 0.70
b. Nilai variance extracted (AVE) ≥ 0.5 (Hair et al., 2010)
Tingginya Construct reliability mengindetifikasikan internal consistency exist dan
mengartikan bahwa setiap tolak ukur yang konsisten menghasilkan latent
constract yang sama (Hair et al., 2010).
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
Dijelaskan dalam Hair et al. (2010), bahwa untuk mengukur CR dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
3.6.2.4 Kecocokan Model Struktural
Menurut Hair et al. (2010) dalam mengukur tingkat validitas sebuah model
tergantung dengan tingkat penerimaan nilai GOF atau goodness of fit dan
menemukan specific evidence dari construct validity. Namun dalam penelitian ini
menggunakan GOF sebagai alat bantu dalam menentukan tingkat validitas dari
model penelitian yang digunakan.
Goodness-of-fit (GOF) mengindikasikan bagaimana spesifik model yang
diolah dan mengelolah matriks covariance melalui item di indikator. Menurut
Hair et al. (2010) GOF dibagi menjadi 3 bagian umum yaitu yaitu absolute fit
measures (ukuran kecocokan absolut), incremental fit measures (ukuran
kecocokan inkremental), dan parsimonious fit measures (ukuran kecocokan
parsimoni). Absolute fit measure digunakan untuk menentukan derajat prediksi
model keseluruhan (model struktural dan pengukuran) terhadap matrik korelasi
dan kovarian. Incremental fit measures digunakan untuk membandingkan model
yang diusulkan dengan model dasar yang disebut sebagai null model atau
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
independence model, sedangkan parsimonious fit measures digunakan untuk
mengukur kehematan model, yaitu model yang mempunyai degree of fit setinggi-
tingginya untuk setiap degree of freedom.
Dalam uji struktural model dengan pengukuran Goodness of Fit Model (GOF)
terdapat ketentuan dalam kecocokan nilai seperti berikut:
1. Nilai χ2 dengan DF
2. Satu kriteria absolute fit index (i.e., GFI, RMSEA, SRMR, Normed Chi-
Square)
3. Satu kriteria incremental fit index (i.e., CFI atau TLI)
4. Satu kriteria goodness of fit index (i.e., GFI, CFI, TLI)
5. Satu kriteria badness of fit index (RMSEA, SRMR)
Adapun ringkasan uji kecocokan dan pemeriksaan kecocokan secara lebih rinci
ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Goodness Of Fit
FIT INDICES
CUTOFF VALUES FOR GOF INDICES N < 250 N ˃ 250
m≤12 12<m<30
M ≥ 30 m<12 12<m<30 M ≥ 30
Absolute Fit Indices 1 Chi-
Square ( χ² )
Insignificant p-values expected
Significant p-values even with good fit
Significant p-values expected
Insignificant p-values even with good fit
Significant p-values expected
Significant p-values expected
2 GFI GFI ˃ 0.90 3 RMSEA RMSE
A < 0.08 with CFI ≥ 0.97
RMSEA < 0.08 with CFI ≥ 0.95
RMSEA < 0.08 with CFI ˃ 0.92
RMSEA < 0.07 with CFI ≥ 0.97
RMSEA < 0.07 with CFI ≥ 0.92
RMSEA < 0.07 with RMSEA ≥ 0.90
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
4 SRMR Biased upward, use other indices
SRMR ≤ 0.08 (with CFI ≥ 0.95)
SRMR < 0.09 (with CFI ˃ 0.92)
Biased upward, use other indices
SRMR ≤ 0.08 (with CFI ˃ 0.92)
SRMR ≤ 0.08 (with CFI ˃ 0.92)
5 Normed Chi-Square (χ²/DF)
(χ²/DF) < 3 is very good or 2 ≤ (χ²/DF) ≤ 5 is acceptable
Incremental Fit Indices 1 NFI 0 ≤ NFI ≤ 1, model with perfect fit would produce an NFI of 1 2 TLI TLI ≥
0.97 TLI ≥ 0.95 TLI ˃
0.92 TLI ≥ 0.95
TLI ˃ 0.92 TLI ˃ 0.90
3 CFI CFI ≥ 0.97
CFI ≥ 0.95 CFI ˃ 0.92
CFI ≥ 0.95
CFI ˃ 0.92 CFI ˃ 0.90
4 RNI May not diagnose misspecification well
RNI ≥ 0.95 RNI ˃ 0.92
RNI ≥ 0.95, not used with N ˃ 1,000
RNI ˃ 0.92, not used with N ˃ 1,000
RNI ˃ 0.90, not used with N ˃ 1,000
Parsimony Fit Indices 1 AGFI No statistical test is associated with AGFI, only guidelines to fit 2 PNFI 0 ≤ NFI ≤ 1, relatively high values represent relatively better fit
Sumber: Hair et al., (2010)
3.7 Model Pengukuran
3.7.1 Brand Image
Model ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang merupakan second order
confimartory factor analysis ( 2nd CFA) yang mewakili satu variabel laten yaitu
brand image. Variabel laten ξ1 mewakili brand image dan memiliki 3 dimensi
meliputi functional image, affective image dan reputation. Berdasarkan hal
tersebut maka dibuat model pengukuran brand image sebagai berikut:
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
Gambar 3.15 Model Pengukuran Brand Image
3.7.1.1 Model Pengukuran Funtional Image � Berikut merupakan model pengukuran dari dimensi functional image
�
Gambar 3.16 Model Pengukuran Functional image
3.7.1.2 Model Pengukuran dimensi Affective Image � Berikut merupakan model pengukuran dari dimensi affective image
�
Brand Image
Functional Image
Reputation
Affective Image
X1
X2
X3
X4
X5
Functional Image (ξ1)
δ 1
δ 2
δ 3
δ 4
δ 5
λX11
λX21
λX31
λX41
λX51
X6
X7
X8
X9
Affective Image (ξ2)
δ 6
δ 7
δ 8
δ 9
λX62
λX72
λX82
λX82
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
3.7.1.3 Model Pengukuran dimensi Reputation � Berikut merupakan model pengukuran dari dimensi Reputation
�
Gambar 3.17 Model Pengukuran Reputation
3.7.2 Category Fit
Model ini terdiri dari empat pertanyaan yang merupakan first order confimartory
factor analysis ( 1st CFA) yang mewakili satu variabel laten yaitu Category fit.
Variabel laten ξ1 mewakili Category fit Berdasarkan hal tersebut maka dibuat
model pengukuran brand image sebagai berikut:
Gambar 3.18 Model Pengukuran Category Fit
�
�X10
X11
X12
X13
Reputation Teavana (ξ3)
δ 10
δ 11
δ 12
δ 13
λX103
λX113
λX123
λX133
Y1
Y2
Y3
Y4
Category Fit (ξ4)
δ 1
δ 2
δ 3
δ 4
λY14
λY24
λX34
λX44
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
�
3.7.3 Image Fit
Model ini terdiri dari empat pertanyaan yang merupakan first order confimartory
factor analysis ( 1st CFA) yang mewakili satu variabel laten yaitu Image fit.
Variabel laten ξ1 mewakili Image fit Berdasarkan hal tersebut maka dibuat model
pengukuran sebagai berikut:
Gambar 3.19 Model Pengukuran Image Fit
�
3.7.4 Attitude Toward Brand Extension
Model ini terdiri dari empat pertanyaan yang merupakan first order confimartory
factor analysis ( 1st CFA) yang mewakili satu variabel laten yaitu Attitude toward
Brand Extension. Variabel laten ξ1 mewakili attitude toward brand extension
Berdasarkan hal tersebut maka dibuat model pengukuran sebagai berikut:
�
Gambar 3.20 Model Pengukuran Attitude Toward Brand Extension
Y5
Y6
Y7
Y8
Image Fit (ξ5)
δ 5
δ 6
δ 7
δ 8
λY55
λY65
λY75
λY85
Y9
Y10
Y11
Y12
Attitude toward brand extension (η1)
ε 9
ε 10
ε 11
ε 12
λY101
λY111
λY121
λY131
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
3.7.5 Brand image Extension
Model ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang merupakan second order
confimartory factor analysis ( 2nd CFA) yang mewakili satu variabel laten yaitu
brand image. Variabel laten ξ1 mewakili brand image extension dan memiliki 3
dimensi meliputi functional image Teavana, affective image Teavana dan
reputation Teavana. Berdasarkan hal tersebut maka dibuat model pengukuran
brand image extension sebagai berikut:
Gambar 3.21 Model Pengukuran Brand Image Extension
3.7.1.1 Model Pengukuran Funtional Image Teavana � Berikut merupakan model pengukuran dari dimensi functional image
�
Gambar 3.22 Model Pengukuran Functional Image
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Functional Image Teavana(η2)
ε 13
ε 14
ε 15
ε 16
ε 17
λY132
λY142
λY152
λY162
λY172
Brand Image Extension
Functional Image Teavana
Reputation Teavana
Affective Image Teavana
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017
��
3.7.1.2 Model Pengukuran dimensi Affective Image Teavana � Berikut merupakan model pengukuran dari dimensi affective image Teavana
�
Gambar 3.23 Model Pengukuran Affective Image Teavana
3.7.1.3 Model Pengukuran dimensi Reputation �
Berikut merupakan model pengukuran dari dimensi Reputation
�
Gambar 3.24 Model Pengukuran Reputation Teavana
Y18
Y19
Y20
Y21
Affective Image Teavana(η3)
ε 18
ε 19
ε 20
ε 21
λY183
λY193
λY203
λY213
Y22
Y23
Y24
Reputation Teavana(η4)
ε 22
ε 23
ε 24
λY224
λY234
λY244
Analisis Pengaruh..., Kenny, FB UMN, 2017