Rubaithy

5
KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1 PAGE 1 MENGAMBIL KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN OLEH : RUBAITHY SMPN 6 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH CGP ANGKATAN 2 KELAS 44-C2 Pengantar Pendidkan maju, Indonesia maju. Untuk mewujudkan hal itu, guru perlu belajar sepanjang waktu. Memulai dari diri, saya mencoba menyajikan tulisan terkait koneksi antar materi pada modul 3.2 pada Pelatihan Guru Penggerak angkatan 2 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Koneksi antar materi pada tulisan ini terkait dengan filosofi Pratap Triloka oleh Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai yang tertanam dalam diri, coaching dan pengambilan keputusan terkait dilema etika sehingga berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid yang mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid. Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi semua orang. Salam Guru Penggerak, Salam merdeka belajar, Salam bahagia Filosofi Pratap Triloka oleh Ki Hajar Dewantara Filosofi pratap Triloka oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) sangat penting bagi seorang guru dalam proses pengambilan keputusan menghadapi berbagai situasi dan kondisi pembelajaran saat ini. Filosofi pratap Triloka oleh KHD terdiri dari tiga unsur penting yaitu : (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani. Ing ngarso sung tulodo. Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo memiliki arti bahwa seorang guru di depan harus mampu menjadi contoh yang baik atau suri tauladan bagi muridnya. Ing Madyo Mangun Karso berarti bila guru berada di antara murid-muridnya, maka guru harus mampu memberi motivasi dan selalu memberi semangat dalam proses pembelajaran. Tut Wuri Handayani memiliki arti bahwa guru mengikuti dari belakang untuk memberi dorongan, memberi semangat dan menuntun murid untuk belajar dan berkaraya dalam menyongsong masa depannya. Berdasarkan filosofi pratap Triloka oleh KHD tersebut maka peran guru sangatlah penting untuk kamajuan dan masa depan murid, dan tentunya dalam pelaksanaannya guru akan menghadapi berbagai kasus atau dilema baik moral maupun etika yang menuntut guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat melakukan pengambilan keputusan yang tepat baik saat ia berada di depan, di antara atau di belakang murid-muridnya. Keputusan yang bijak, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Filosofi Pratap Triloka KHD ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil. Keputusan yang diambil akan mempengaruhi belajar murid dan masa depannya.

description

Merupakan Tugas Pelatihan Guru Penggerak tentang koneksi antar materi Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran modul 3.1 PGP. Terkait dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai diri pendidik, coaching dan langkah-langkah pengambilan keputusan dapat mempengaruhi pemimpin pembelajar dalam pengambilan keputusan.

Transcript of Rubaithy

Page 1: Rubaithy

KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1

PAGE 1

MENGAMBIL KEPUTUSAN SEBAGAI

PEMIMPIN PEMBELAJARAN OLEH : RUBAITHY

SMPN 6 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

CGP ANGKATAN 2 KELAS 44-C2

Pengantar

Pendidkan maju, Indonesia maju.

Untuk mewujudkan hal itu, guru perlu belajar

sepanjang waktu. Memulai dari diri, saya

mencoba menyajikan tulisan terkait koneksi antar

materi pada modul 3.2 pada Pelatihan Guru

Penggerak angkatan 2 terkait pengambilan

keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Koneksi antar materi pada tulisan ini terkait

dengan filosofi Pratap Triloka oleh Ki Hajar

Dewantara, nilai-nilai yang tertanam dalam diri,

coaching dan pengambilan keputusan terkait

dilema etika sehingga berpengaruh pada

pengajaran yang memerdekakan murid yang

mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid.

Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi semua

orang.

Salam Guru Penggerak, Salam merdeka belajar,

Salam bahagia

Filosofi Pratap Triloka oleh Ki Hajar

Dewantara

Filosofi pratap Triloka oleh Ki Hajar Dewantara

(KHD) sangat penting bagi seorang guru dalam

proses pengambilan keputusan menghadapi

berbagai situasi dan kondisi pembelajaran saat

ini.

Filosofi pratap Triloka oleh KHD terdiri dari

tiga unsur penting yaitu : (1) Ing ngarsa sung

tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri

handayani. Ing ngarso sung tulodo.

Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo memiliki

arti bahwa seorang guru di depan harus mampu

menjadi contoh yang baik atau suri tauladan

bagi muridnya.

Ing Madyo Mangun Karso berarti bila guru

berada di antara murid-muridnya, maka guru

harus mampu memberi motivasi dan selalu

memberi semangat dalam proses pembelajaran.

Tut Wuri Handayani memiliki arti bahwa guru

mengikuti dari belakang untuk memberi

dorongan, memberi semangat dan menuntun

murid untuk belajar dan berkaraya dalam

menyongsong masa depannya.

Berdasarkan filosofi pratap Triloka oleh KHD

tersebut maka peran guru sangatlah penting

untuk kamajuan dan masa depan murid, dan

tentunya dalam pelaksanaannya guru akan

menghadapi berbagai kasus atau dilema baik

moral maupun etika yang menuntut guru

sebagai seorang pemimpin pembelajaran

dapat melakukan pengambilan keputusan

yang tepat baik saat ia berada di depan, di

antara atau di belakang murid-muridnya.

Keputusan yang bijak, dapat

dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada

murid.

Filosofi Pratap Triloka KHD ini memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap

bagaimana sebuah pengambilan keputusan

oleh guru sebagai seorang pemimpin

pembelajaran diambil. Keputusan yang

diambil akan mempengaruhi belajar murid

dan masa depannya.

Page 2: Rubaithy

KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1

Oleh : Rubaithy

PAGE 2

NILAI-NILAI DALAM DIRI GURU

melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi

permasalahan.

Nilai- nilai diri yang ada pada guru ini sangat

menentukan cara pengambilan keputusan

dalam menghadapi segala permasalahan atau

dilema baik dilema etika maupun dilema moral.

Jika nilai-nilai tersebut tertanam sangat baik

dalam diri guru, maka segala pengambilan

keputusan yang dilakukan guru akan berpihak

pada murid, keputusan tidak merugikan orang

lain dan bisa dipertanggungjawabkan.

Nilai-nilai dalam diri guru merupakan suatu

keyakinan berfungsi sebagai standar yang

mengarahkan perbuatan dan cara pengambilan

keputusan (Rokeach,1973). Kehadiran nilai

dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai

standar bagi seseorang dalam mengambil

posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai

bahan evaluasi dalam membuat keputusan,

bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi

dalam mengarahkan tingkah laku individu

dalam kehidupan sehari hari. Nilai-nilai diri

yang harus dimilliki oleh seorang guru

diadaptasi dari nilai –nilai dari guru penggerak

adalah : Mandiri, Reflektif, Kolaboratif,

Inovatif, serta Berpihak pada Murid.

Nilai mandiri, berarti guru tersebut mampu

memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri

untuk membuat perubahan baik untuk

lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya

sendiri.

Nilai reflektif adalah guru terbiasa melakukan

evaluasi dalam perannya sebagai seorang

pendidik.

Nilai Kolaboratif adalah seorang guru mampu

kerjasama positif, berkomunikasi, memahami

peran masing-masing pihak dalam suatu situasi

tertentu, termasuk memberikan feedback.

Nilai Inovatif berarti seorang guru mampu

senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru

dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun

permasalahan tertentu juga mendukung

keterbukaan terhadap gagasan serta ide lain yang

muncul dari luar dirinya untuk memecahkan

masalah, mencari informasi lain yang bisa

mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain

yang bisa membantu dirinya dalam menemukan

inspirasi pemecahan masalah ataupun

mengambil keputusan, hingga pada akhirnya

Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’

Coaching merupakan sebuah proses

kolaborasi yang berfokus pada solusi,

berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana

coach memfasilitasi peningkatan atas

performa kerja, pengalaman hidup,

pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi

dari coachee (Grant, 1999).

Coaching berperan dalam menggali potensi

murid sebagai coachee dan juga

mengembangkan potensi mereka.

Keberhasilan proses coaching akan

mengatasi masalah-masalah pembelajaran

atau masalah eksternal yang mengganggu

proses pembelajaran.

Coaching juga dapat membantu rekan guru

lainnya untuk menemukan solusi dari

permasalahan mereka dalam proses

pembelajaran maupun berkaitan dengan

masalah pribadi yang tentunya akan

berpengaruh pada proses pembelajaran jika

tidak ditemukan solusi dari

Kegiatan terbimbing yang telah dilakukan dalam

praktek coaching oleh pendamping dan fasilitator

sangat membantu dalam menumbuhkan keterampilan

menerapkan coching model TIRTA yaitu menentukan

tujuan, mengidentifikasi, rencana aksi nyata dan

tanggung jawab dalam melaksanakan aksi nyata.

Pelaksanaan coaching sangat membantu dalam

membantu coachee menghasilkan solusi dan

memutuskan rencana yang akan di ambil dalam aksi

nyata oleh coachee. Hal itu tentu sangat bermanfaat

dalam proses pengambilan keputusan dari dilema yang

terjadi pada murid maupun guru yang terjadi dalam

perjalanan proses pembelajaran.

Terkait dengan pengujian pengambilan

keputusan ada 9 langkang yang bisa dijadikan

acuan dalam coachee mengambil keputusan

untuk membuat aksi nyata dari kasus atau

dilema yang di alami sehingga keputusan untuk

melaksanakan aksi nyata tersebut efektif dan

dapat dipertanggung jawabkan . sembilan

langkah tersebut adalah :

Sekali lagi sesi coaching sangat membantu

murid, rekan kerja yang mengalami dilema atau

kasus dalam kegiatan pembelajaran atau

kegiatan di sekolah sehingga dihasilkan

keputusan yang efektif dan bertanggung jawab.

Page 3: Rubaithy

KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1

Oleh : Rubaithy

PAGE 3

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-

nilai yang dianut seorang pendidik

Nilai-nilai yang melekat pada diri seorang

pendidik sangat berpengaruh pada

pengambilan keputusan dari setiap kasus

terkait masalah moral dan etika yang terjadi

dalam kehidupannya. Nilai-nilai inilah yang

mendasari pemikiran seseorang dalam

mengambil keputusan yang mengandung

unsur dilema moral dan etika tersebut.

Karsa yang berhubungan dengan nilai-nilai tidak bisa

dipisahkan dari apa yang muncul dari sikap atau

prilakunya termasuk dalam mengambil keputusan. Hal

itu dapat saya lihat dari keputusan yang berbeda dari

setiap orang terhadap studi kasus yang dimunculkan

dalam pelatihan guru pembelajar.

Tidak ada yang benar atau salah jika berkaitan dengan

kasus dilema etika. Selagi sesuai dengan nilai-nilai

etika dan moral yang ada juga harus memenuhi prinsip-

prinsip pengmbilan keputasan yang terdiri dari:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based

Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based

Thinking)

Yang tak kalah pentingnya hal yang

harus dilakukan dalam pengambilan

keputusan dalam pembahasan studi

kasus yang fokus pada masalah moral

dan etika adalah menerapkan 9 langkah

pengambilan dan pengujian keputusan.

Sembilan langkah tersebut adalah :

mengenali nilai-nilai yang saling

bertentangan, menentukan siapa yang

terlibat, kumpulkan fakta-fakta yang

relevan, pengujian benar atau salah,

pengujian paradigma benar lawan benar,

melakukan prinsip resolusi, investigasi

opsi trilema, buat keputusan dan terakhir

lihat lagi keputusan dan refleksikan.

Pengambilan keputusan yang tepat, berdampak pada

terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman

Keberanian mengambil keputusan atas dilema moral dan etika yang

terjadi harus didasarkan pengujian yang tepat sehingga dihasilkan

pengambilan keputusan yang tepat pula. Pengambilan keputusan yang

tepat akan memberi rasa nyaman dari dalam diri kita sendiri dan tentu

akan memberi dampak yang yang positif di lingkungan.

Bila semua orang yang ada dalam suatu ekosistem dalam hal ini saya

khususkan dalam ekosistem sekolah, melakukan pengambilan

keputusan yang tepat tentu akan berdampak pada terciptanya

lingkungan yang positif, kondusif, aman dan dan nyaman.

Untuk terwujudnya hal itu maka perlu adanya pembiasaan dalam

melakukan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan

baik dilakukan sendiri atau dengan bantuan coach dalam proses

coaching dalam membantu menemukan solusi untuk pengambilan

keputusan melakukan rencana yang diterapkan dalam aksi nyata dari

hasil pengambilan keputusan yang tepat tersebut.

Kesulitan-kesulitan di lingkungan dan pengaruh pengambilan keputusan dengan pengajaran yang

memerdekakan murid dan masa depan murid

A. Kesulitan-kesulitan di lingkungan

Kesulitan-kesulitan di lingkungan yang yang mungkin ada dan

sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan

terhadap kasus-kasus dilema etika adalah:

1. perbedaan sudut pandang atau pemikiran dari setiap individu di

lingkungan

2. masalah perubahan paradigma di lingkungan

3. kurang berani dan tidak yakin dalam mengambil keputusan

B. Pengaruh keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan

murid

Keputusan yang kita ambil harus berdasar untuk kepentingan

murid. Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan

pendidikan itu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan

kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh karena

itu peran seorang pendidik adalah menuntun segala kekuatan

kodrat (potensi) anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan

sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Murid di beri

kebebasan dalam pengambilan keputusan, namun guru sebagai

pamong memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak

kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

Terkait dengan itu maka pengambilan keputusan yang tepat dalam

setiap keadaaan akan baik oleh guru maupun oleh murid mengarah

pada kepentingan murid dalam mewujudkan kemerdekaan belajar

murid dalam pembelajaran di sekolah.

Page 4: Rubaithy

KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1

PAGE 4

C. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-

muridnya?

Seorang pemimpin pembelajran dalam mengambil keputusan harus berorientasi pada kepentingan murid sehingga hal yang terbaik akan di

dapat murid, itu akan memberi pengaruh positif bagi kehidupan atau masa depan murid.

Seorang pemimpin pembelajaran tidk boleh gegabah dalam mengambil keputusan, oleh karena itu untuk mendapatkan keputusan yang tepat,

dan bisa dipertanggungjawabkan maka pemimpin pembelajar harus melakukan 9 langkah pengambilan keputusan.

Langkah 1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. Tujuannya adalah : untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-

betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.

Langkah 2 Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Dalam langkah ini, kita harus mampu mengidentifikasi siapa saja pihak-pihak yang terlibat langsung dengan masalah yang harus kita ambil

keputusannya.

Langkah 3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut,

bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut

penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik

yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan

tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu

yang akan datang.

Langkah 4. Pengujian benar atau salah.

Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah

iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat

keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik

yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon

pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Kita tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi kita, tapi

kita akan berpotensi besar untuk kehilangan respek sehubungan dengan profesi kita.

Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah

tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat kita merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini

sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang kita yakini. Walaupun mungkin kita tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk

permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang

melibatkan dua nilai yang sama-sama benar. Uji ini berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak

bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji Halaman Depan Koran

Apa yang kita akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang kita anggap merupakan

ranah pribadi kita tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila kita merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi,

kemungkinan besar kita sedang menghadapi dilema etika. Uji halaman depan koran ini berhubungan dengan berpikir berbasis hasil

akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, kita membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan kita, misalnya ibu kita.

Tentunya di sini subjeknya bukanlah pada ibu kita, tetapi keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang

yang menyayangi kita dan orang yang sangat berarti bagi kita. Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa

peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta kita meletakkan diri pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang kita hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan

mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri kita karena situasi yang kita hadapi bukanlah situasi dilema

moral, namun bujukan moral.

Langkah 5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Untuk mengujinya, kita akan memilih dari keempat paradigma berikut ini:

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Ketepatan mengidentifikasi paradigma ini adalah penting, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada

fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

Page 5: Rubaithy

KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1

Oleh : Rubaithy

PAGE 5

Langkah 6. Melakukan Prinsip Resolusi. Selanjutnya, kita perlu menetapkan manakah dari 3 prinsip penyelesaian dilema yang akan dipakai:

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Langkah 7. Investigasi Opsi Trilema.

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian

yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Dalam masa ini, kita

mungkin perlu refleksi sejenak secara jernih, agar setiap opsi menjadi gamblang dampaknya pada masing-masing pihak.

Langkah 8. Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk

melakukannya.

Langkah 9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-

kasus selanjutnya. Seorang guru perlu membuat catatan dalam jurnal, atas kasus yang pernah dihadapinya dan bentuk serta pilihan keputusan

yang diambil berikut dampak setelah keputusan tersebut diambil, sehingga pada masa berikutnya, mungkin kasus itu akan dapat menjadi

sebuah rujukan yang berharga.

Kesimpulan Filosofi Pratap Triloka Ki hajar Dewantara menjadi landasan

dalam guru menerapkan nilai-nilai diri sorang pendidik,

kedunya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

bagaimana sebuah pengambilan keputusan oleh guru sebagai

seorang pemimpin pembelajaran diambil.

Jika Nilai-nilai yang tertanam sangat baik dalam diri guru, maka

segala pengambilan keputusan yang dilakukan guru akan

berpihak pada murid, keputusan tidak merugikan orang lain dan

bisa dipertanggungjawabkan.

Proses pengambilan keputusan yang di ambil pendidik selaku

pemimpin pembelajaran harus berorientasi pada kepentingan

murid, sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan

yang harus dilakukan adalah : mengenali nilai-nilai yang saling

bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, kumpulkan fakta-

fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian

paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi,

investigasi opsi trilema, buat keputusan dan terakhir lihat lagi

keputusan dan refleksikan.

Murid atau rekan kerja yang kesulitan dalam mengambil keputusan

atas dilema moral dan etika yang dialaminya dapat dibantu dengan

proses coaching. Coaching sangat membantu dalam hal menemukan

solusi dari dilema yang terjadi sehingga dapat di dapat keputusan yang

efektif dan bertanggungjawab yang dapat di terapkan dalam

menyelesaikan masalahnya yang terjadi.

Pengambilan keputusan yang tepat dalam setiap keadaaan akan

berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman

dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat oleh pendidik akan

berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid,

mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-murid.