Rubaithy
-
Upload
rubaithycikgu -
Category
Documents
-
view
18 -
download
1
description
Transcript of Rubaithy
KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1
PAGE 1
MENGAMBIL KEPUTUSAN SEBAGAI
PEMIMPIN PEMBELAJARAN OLEH : RUBAITHY
SMPN 6 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH
CGP ANGKATAN 2 KELAS 44-C2
Pengantar
Pendidkan maju, Indonesia maju.
Untuk mewujudkan hal itu, guru perlu belajar
sepanjang waktu. Memulai dari diri, saya
mencoba menyajikan tulisan terkait koneksi antar
materi pada modul 3.2 pada Pelatihan Guru
Penggerak angkatan 2 terkait pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Koneksi antar materi pada tulisan ini terkait
dengan filosofi Pratap Triloka oleh Ki Hajar
Dewantara, nilai-nilai yang tertanam dalam diri,
coaching dan pengambilan keputusan terkait
dilema etika sehingga berpengaruh pada
pengajaran yang memerdekakan murid yang
mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid.
Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi semua
orang.
Salam Guru Penggerak, Salam merdeka belajar,
Salam bahagia
Filosofi Pratap Triloka oleh Ki Hajar
Dewantara
Filosofi pratap Triloka oleh Ki Hajar Dewantara
(KHD) sangat penting bagi seorang guru dalam
proses pengambilan keputusan menghadapi
berbagai situasi dan kondisi pembelajaran saat
ini.
Filosofi pratap Triloka oleh KHD terdiri dari
tiga unsur penting yaitu : (1) Ing ngarsa sung
tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri
handayani. Ing ngarso sung tulodo.
Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo memiliki
arti bahwa seorang guru di depan harus mampu
menjadi contoh yang baik atau suri tauladan
bagi muridnya.
Ing Madyo Mangun Karso berarti bila guru
berada di antara murid-muridnya, maka guru
harus mampu memberi motivasi dan selalu
memberi semangat dalam proses pembelajaran.
Tut Wuri Handayani memiliki arti bahwa guru
mengikuti dari belakang untuk memberi
dorongan, memberi semangat dan menuntun
murid untuk belajar dan berkaraya dalam
menyongsong masa depannya.
Berdasarkan filosofi pratap Triloka oleh KHD
tersebut maka peran guru sangatlah penting
untuk kamajuan dan masa depan murid, dan
tentunya dalam pelaksanaannya guru akan
menghadapi berbagai kasus atau dilema baik
moral maupun etika yang menuntut guru
sebagai seorang pemimpin pembelajaran
dapat melakukan pengambilan keputusan
yang tepat baik saat ia berada di depan, di
antara atau di belakang murid-muridnya.
Keputusan yang bijak, dapat
dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada
murid.
Filosofi Pratap Triloka KHD ini memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap
bagaimana sebuah pengambilan keputusan
oleh guru sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil. Keputusan yang
diambil akan mempengaruhi belajar murid
dan masa depannya.
KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1
Oleh : Rubaithy
PAGE 2
NILAI-NILAI DALAM DIRI GURU
melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi
permasalahan.
Nilai- nilai diri yang ada pada guru ini sangat
menentukan cara pengambilan keputusan
dalam menghadapi segala permasalahan atau
dilema baik dilema etika maupun dilema moral.
Jika nilai-nilai tersebut tertanam sangat baik
dalam diri guru, maka segala pengambilan
keputusan yang dilakukan guru akan berpihak
pada murid, keputusan tidak merugikan orang
lain dan bisa dipertanggungjawabkan.
Nilai-nilai dalam diri guru merupakan suatu
keyakinan berfungsi sebagai standar yang
mengarahkan perbuatan dan cara pengambilan
keputusan (Rokeach,1973). Kehadiran nilai
dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai
standar bagi seseorang dalam mengambil
posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai
bahan evaluasi dalam membuat keputusan,
bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi
dalam mengarahkan tingkah laku individu
dalam kehidupan sehari hari. Nilai-nilai diri
yang harus dimilliki oleh seorang guru
diadaptasi dari nilai –nilai dari guru penggerak
adalah : Mandiri, Reflektif, Kolaboratif,
Inovatif, serta Berpihak pada Murid.
Nilai mandiri, berarti guru tersebut mampu
memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri
untuk membuat perubahan baik untuk
lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya
sendiri.
Nilai reflektif adalah guru terbiasa melakukan
evaluasi dalam perannya sebagai seorang
pendidik.
Nilai Kolaboratif adalah seorang guru mampu
kerjasama positif, berkomunikasi, memahami
peran masing-masing pihak dalam suatu situasi
tertentu, termasuk memberikan feedback.
Nilai Inovatif berarti seorang guru mampu
senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru
dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun
permasalahan tertentu juga mendukung
keterbukaan terhadap gagasan serta ide lain yang
muncul dari luar dirinya untuk memecahkan
masalah, mencari informasi lain yang bisa
mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain
yang bisa membantu dirinya dalam menemukan
inspirasi pemecahan masalah ataupun
mengambil keputusan, hingga pada akhirnya
Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’
Coaching merupakan sebuah proses
kolaborasi yang berfokus pada solusi,
berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana
coach memfasilitasi peningkatan atas
performa kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi
dari coachee (Grant, 1999).
Coaching berperan dalam menggali potensi
murid sebagai coachee dan juga
mengembangkan potensi mereka.
Keberhasilan proses coaching akan
mengatasi masalah-masalah pembelajaran
atau masalah eksternal yang mengganggu
proses pembelajaran.
Coaching juga dapat membantu rekan guru
lainnya untuk menemukan solusi dari
permasalahan mereka dalam proses
pembelajaran maupun berkaitan dengan
masalah pribadi yang tentunya akan
berpengaruh pada proses pembelajaran jika
tidak ditemukan solusi dari
Kegiatan terbimbing yang telah dilakukan dalam
praktek coaching oleh pendamping dan fasilitator
sangat membantu dalam menumbuhkan keterampilan
menerapkan coching model TIRTA yaitu menentukan
tujuan, mengidentifikasi, rencana aksi nyata dan
tanggung jawab dalam melaksanakan aksi nyata.
Pelaksanaan coaching sangat membantu dalam
membantu coachee menghasilkan solusi dan
memutuskan rencana yang akan di ambil dalam aksi
nyata oleh coachee. Hal itu tentu sangat bermanfaat
dalam proses pengambilan keputusan dari dilema yang
terjadi pada murid maupun guru yang terjadi dalam
perjalanan proses pembelajaran.
Terkait dengan pengujian pengambilan
keputusan ada 9 langkang yang bisa dijadikan
acuan dalam coachee mengambil keputusan
untuk membuat aksi nyata dari kasus atau
dilema yang di alami sehingga keputusan untuk
melaksanakan aksi nyata tersebut efektif dan
dapat dipertanggung jawabkan . sembilan
langkah tersebut adalah :
Sekali lagi sesi coaching sangat membantu
murid, rekan kerja yang mengalami dilema atau
kasus dalam kegiatan pembelajaran atau
kegiatan di sekolah sehingga dihasilkan
keputusan yang efektif dan bertanggung jawab.
KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1
Oleh : Rubaithy
PAGE 3
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-
nilai yang dianut seorang pendidik
Nilai-nilai yang melekat pada diri seorang
pendidik sangat berpengaruh pada
pengambilan keputusan dari setiap kasus
terkait masalah moral dan etika yang terjadi
dalam kehidupannya. Nilai-nilai inilah yang
mendasari pemikiran seseorang dalam
mengambil keputusan yang mengandung
unsur dilema moral dan etika tersebut.
Karsa yang berhubungan dengan nilai-nilai tidak bisa
dipisahkan dari apa yang muncul dari sikap atau
prilakunya termasuk dalam mengambil keputusan. Hal
itu dapat saya lihat dari keputusan yang berbeda dari
setiap orang terhadap studi kasus yang dimunculkan
dalam pelatihan guru pembelajar.
Tidak ada yang benar atau salah jika berkaitan dengan
kasus dilema etika. Selagi sesuai dengan nilai-nilai
etika dan moral yang ada juga harus memenuhi prinsip-
prinsip pengmbilan keputasan yang terdiri dari:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking)
Yang tak kalah pentingnya hal yang
harus dilakukan dalam pengambilan
keputusan dalam pembahasan studi
kasus yang fokus pada masalah moral
dan etika adalah menerapkan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan.
Sembilan langkah tersebut adalah :
mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan, menentukan siapa yang
terlibat, kumpulkan fakta-fakta yang
relevan, pengujian benar atau salah,
pengujian paradigma benar lawan benar,
melakukan prinsip resolusi, investigasi
opsi trilema, buat keputusan dan terakhir
lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Pengambilan keputusan yang tepat, berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
Keberanian mengambil keputusan atas dilema moral dan etika yang
terjadi harus didasarkan pengujian yang tepat sehingga dihasilkan
pengambilan keputusan yang tepat pula. Pengambilan keputusan yang
tepat akan memberi rasa nyaman dari dalam diri kita sendiri dan tentu
akan memberi dampak yang yang positif di lingkungan.
Bila semua orang yang ada dalam suatu ekosistem dalam hal ini saya
khususkan dalam ekosistem sekolah, melakukan pengambilan
keputusan yang tepat tentu akan berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan dan nyaman.
Untuk terwujudnya hal itu maka perlu adanya pembiasaan dalam
melakukan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan
baik dilakukan sendiri atau dengan bantuan coach dalam proses
coaching dalam membantu menemukan solusi untuk pengambilan
keputusan melakukan rencana yang diterapkan dalam aksi nyata dari
hasil pengambilan keputusan yang tepat tersebut.
Kesulitan-kesulitan di lingkungan dan pengaruh pengambilan keputusan dengan pengajaran yang
memerdekakan murid dan masa depan murid
A. Kesulitan-kesulitan di lingkungan
Kesulitan-kesulitan di lingkungan yang yang mungkin ada dan
sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan
terhadap kasus-kasus dilema etika adalah:
1. perbedaan sudut pandang atau pemikiran dari setiap individu di
lingkungan
2. masalah perubahan paradigma di lingkungan
3. kurang berani dan tidak yakin dalam mengambil keputusan
B. Pengaruh keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan
murid
Keputusan yang kita ambil harus berdasar untuk kepentingan
murid. Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan
pendidikan itu menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan
kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh karena
itu peran seorang pendidik adalah menuntun segala kekuatan
kodrat (potensi) anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan
sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Murid di beri
kebebasan dalam pengambilan keputusan, namun guru sebagai
pamong memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak
kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Terkait dengan itu maka pengambilan keputusan yang tepat dalam
setiap keadaaan akan baik oleh guru maupun oleh murid mengarah
pada kepentingan murid dalam mewujudkan kemerdekaan belajar
murid dalam pembelajaran di sekolah.
KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1
PAGE 4
C. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-
muridnya?
Seorang pemimpin pembelajran dalam mengambil keputusan harus berorientasi pada kepentingan murid sehingga hal yang terbaik akan di
dapat murid, itu akan memberi pengaruh positif bagi kehidupan atau masa depan murid.
Seorang pemimpin pembelajaran tidk boleh gegabah dalam mengambil keputusan, oleh karena itu untuk mendapatkan keputusan yang tepat,
dan bisa dipertanggungjawabkan maka pemimpin pembelajar harus melakukan 9 langkah pengambilan keputusan.
Langkah 1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. Tujuannya adalah : untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-
betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial.
Langkah 2 Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
Dalam langkah ini, kita harus mampu mengidentifikasi siapa saja pihak-pihak yang terlibat langsung dengan masalah yang harus kita ambil
keputusannya.
Langkah 3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut,
bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut
penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik
yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan
tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu
yang akan datang.
Langkah 4. Pengujian benar atau salah.
Uji Legal
Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah
iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat
keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.
Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik
yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon
pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Kita tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi kita, tapi
kita akan berpotensi besar untuk kehilangan respek sehubungan dengan profesi kita.
Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah
tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat kita merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini
sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang kita yakini. Walaupun mungkin kita tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk
permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang
melibatkan dua nilai yang sama-sama benar. Uji ini berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak
bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.
Uji Halaman Depan Koran
Apa yang kita akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang kita anggap merupakan
ranah pribadi kita tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila kita merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi,
kemungkinan besar kita sedang menghadapi dilema etika. Uji halaman depan koran ini berhubungan dengan berpikir berbasis hasil
akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, kita membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan kita, misalnya ibu kita.
Tentunya di sini subjeknya bukanlah pada ibu kita, tetapi keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang
yang menyayangi kita dan orang yang sangat berarti bagi kita. Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa
peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta kita meletakkan diri pada posisi orang lain.
Bila situasi dilema etika yang kita hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan
mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri kita karena situasi yang kita hadapi bukanlah situasi dilema
moral, namun bujukan moral.
Langkah 5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Untuk mengujinya, kita akan memilih dari keempat paradigma berikut ini:
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Ketepatan mengidentifikasi paradigma ini adalah penting, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada
fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
KONEKSI ANTARA MATERI MODUL 3.1
Oleh : Rubaithy
PAGE 5
Langkah 6. Melakukan Prinsip Resolusi. Selanjutnya, kita perlu menetapkan manakah dari 3 prinsip penyelesaian dilema yang akan dipakai:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Langkah 7. Investigasi Opsi Trilema.
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian
yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Dalam masa ini, kita
mungkin perlu refleksi sejenak secara jernih, agar setiap opsi menjadi gamblang dampaknya pada masing-masing pihak.
Langkah 8. Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk
melakukannya.
Langkah 9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-
kasus selanjutnya. Seorang guru perlu membuat catatan dalam jurnal, atas kasus yang pernah dihadapinya dan bentuk serta pilihan keputusan
yang diambil berikut dampak setelah keputusan tersebut diambil, sehingga pada masa berikutnya, mungkin kasus itu akan dapat menjadi
sebuah rujukan yang berharga.
Kesimpulan Filosofi Pratap Triloka Ki hajar Dewantara menjadi landasan
dalam guru menerapkan nilai-nilai diri sorang pendidik,
kedunya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
bagaimana sebuah pengambilan keputusan oleh guru sebagai
seorang pemimpin pembelajaran diambil.
Jika Nilai-nilai yang tertanam sangat baik dalam diri guru, maka
segala pengambilan keputusan yang dilakukan guru akan
berpihak pada murid, keputusan tidak merugikan orang lain dan
bisa dipertanggungjawabkan.
Proses pengambilan keputusan yang di ambil pendidik selaku
pemimpin pembelajaran harus berorientasi pada kepentingan
murid, sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan
yang harus dilakukan adalah : mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, kumpulkan fakta-
fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian
paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi,
investigasi opsi trilema, buat keputusan dan terakhir lihat lagi
keputusan dan refleksikan.
Murid atau rekan kerja yang kesulitan dalam mengambil keputusan
atas dilema moral dan etika yang dialaminya dapat dibantu dengan
proses coaching. Coaching sangat membantu dalam hal menemukan
solusi dari dilema yang terjadi sehingga dapat di dapat keputusan yang
efektif dan bertanggungjawab yang dapat di terapkan dalam
menyelesaikan masalahnya yang terjadi.
Pengambilan keputusan yang tepat dalam setiap keadaaan akan
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman
dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat oleh pendidik akan
berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid,
mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-murid.