RS SOSBUD 2
-
Upload
stringsbass4 -
Category
Documents
-
view
20 -
download
3
description
Transcript of RS SOSBUD 2
-
PROPOSAL
ANALISIS KESIAPAN RUMAH SAKIT YANG ADA
DI SUMATERA UTARA DALAM MENGHADAPI
AKREDITASI RUMAH SAKIT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PROPINSI SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
-
i
DAFTAR ISI
Judul .............................................................................................................. i
Daftar Isi..................... ................................................................................... ii
Daftar Tabel ................................................................................................... iv
Daftar Gambar ............................................................................................... v
Daftar Lampiran ............................................................................................ vi
Bab I Pendahuluan ...................... I-1
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... I-1
1.2. Perumusan Masalah...................................................... ........... I-2
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................... I-3
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................... I-3
1.5. Sasaran Penelitian ................................................................... I-3
1.6. Ruang Lingkup dan Sasaran Lokasi........................................... I-4
1.6.1. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. I-4
1.6.2. Sasaran Lokasi .......................................................... I-4
Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................. II-1
2.1. Akreditasi Rumah Sakit............................................................. II-1
2.2. Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit .......................................... II-6
2.3. Standar Akreditasi Rumah Sakit .............................................. II-7
2.4. Tahapan Akreditasi Rumah Sakit ............................................. II-9
2.5. Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit .......................................... II-10
Bab III Kerangka Konseptual dan Metodologi Penelitian............................... III-1
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian.................................................III-1
3.2. Metodologi Penelitian ............................................................... III-2
-
ii
3.2.1. Desain Penelitian ......................................................... III-2
3.2.2. Metode Pengumpulan Data ............................................ III-4
3.2.3. Metode Pengolahan Data ................................................ III-5
3.2.4. Metode Analisa Data ...................................................... III-5
Bab IV Hasil Penelitian ............................................................................. IV-1
4.1. Rumah Sakit di Sumatera Utara..................................................IV-1
4.2. Gambaran Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara ............. IV-6
4.3. Lingkungan Peraturan................. .............................................. IV-9
4.4. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara................................IV-10
4.5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Cabang
Sumatera Utara..........................................................................IV-12
4.6. Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan Manajemen
Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Akreditasi ..........................IV-13
4.7. Kasus-Kasus.................................................... ..........................IV-17
Bab V Pembahasan........................................................................................ V-1
5.1. Pemahaman Terhadap Akreditasi.............................................. V-1
5.2. Alternatif Keputusan ............................................................... V-1
5.3. Proses Pengambilan Keputusan Akreditasi............................... V-3
5.4. Harapan-Harapan yang Menadasari Keputusan........................ V-7
Bab V Kesimpulan Dan Rekomendasi........................................................... VI-1
6.1. Kesimpulan................................................................................ V-1
6.2. Rekomendasi.............. ............................................................... V-2
Daftar Pustaka ............................................................................................... DP-1
Lampiran ....................................................................................................... L-1
-
iii
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
4.1. Nama-nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya ............... IV 2
4.2. Deskripsi Distribusi Rumah Sakit di Daerah Tk I dan II ................ IV 6
4.3. Jumlah Rumah Sakit yang Telah Terakreditasi ............................... IV 8
4.4. Rumah Sakit Dalam Persiapan Akreditasi ...................................... IV 8
5.1. Jumlah Responden Yang Diasjikan ................................................. V 2
5.2. Pemilihan Alternatif Keputusan ...................................................... V 4
5.3. Tabulasi Pengambilan Keputusan ................................................... V 6
-
iv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. III 1
3.2. Diagram Alir Penelitian .............................................................. III 3
5.1. Skema Pohon Pengambilan Keputusan ....................................... V 5
-
v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Daftar Rumah Sakit Se-Propinsi Sumatera Utara Tahun 2008 (Berdasarkan
Kepemilikannya .................................................................................... L 1
2. Bagan Organisasi Panitia Akreditasi Rumah Sakit (5 Pelayanan) ....... L 2
3. Proses Akreditasi RS di Indonesia ....................................................... L 3
-
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Mutu pelayanan RS adalah sesuatu topik yang senantiasa merupakan isu
yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan
sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Sumatera
Utara yang masih rendah menjadi salah satu alasan mereka untuk berobat keluar
negeri.
Pada dekade yang lalu bila dibahas mutu pelayanan rumah sakit, maka
terdapat komponen safety/aman di dalamnya. Namun kecenderungan internasional
saat ini adalah pelayanan yang aman lebih mengemuka atau lebih ditonjolkan dan
berdampingan dengan mutu. Jadi pelayanan rumah sakit harus aman dan bermutu.
Berdasarkan hasil penelitian di Eropah tahun 1996-1999 dinyatakan bahwa salah satu
metode untuk menilai atau mengukur mutu pelayanan rumah sakit adalah Akreditasi
Rumah Sakit.
Menindaklanjuti hal tersebut diatas, Departemen Kesehatan sejak tahun
1995 melakukan akreditasi terhadap rumah sakit yang ada di Indonesia, baik milik
pemerintah maupun swasta. Tujuan dilakukannya akreditasi rumah sakit adalah untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap pasien. Hal ini
sejalan dengan UU Nomor 8 Tahun 2000 tentang Perlindungan Terhadap Konsumen
dan UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Melalui akreditasi
diharapkan manajemen rumah sakit mempunyai hospital by laws, medical staf by
-
I-2
laws, pedoman medico legal dan SOP (Standard Operating Procedure) yang terkait
dengan pelayanan profesi.
Ada enam belas bidang pelayanan yang dinilai dalam akreditasi rumah
sakit, yaitu : (1). Administrasi & manajemen, (2). Medis, (3). Gawat darurat, (4)
.Rekam medis, (5). Keperawatan, (6). Radiologi, (7). Laboratorium, (8). Kamar
operasi, (9). Farmasi, (10). K3, (11). Pengendalian infeksi, (12). Perinatal Risiko
Tinggi, (13). Rehabilitasi medis, (14). Gizi, (15). Intensif, (16). Darah.
Sementara itu manfaat nyata yang akan diperoleh dari akreditasi
rumah sakit, adalah : (1). Peningkatan pelayanan (diukur dengan clinical
indicator), (2). Peningkatan administrasi dan perencanaan, (3). Peningkatan
koordinasi asuhan pasien dan peningkatan koordinasi pelayanan, (4). Peningkatan
komunikasi antara staf, (5). Peningkatan sistem dan prosedur, (6). Lingkungan yang
lebih aman, (7). Minimalisasi risiko, (8). Penggunaan sumber daya yang lebih
efisien, (9). Kerja sama yang lebih kuat dari semua bagian dari organisasi. (10).
Penurunan keluhan pasien dan staf, (11). Meningkatnya kesadaran staf akan tanggung
jawabnya, (12). Peningkatan moril dan motivasi, (13). Re-energized organization,
dan, (14). Kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder).
-
I-3
1.2. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kesiapan rumah sakit yang ada di
Sumatera Utara dalam menghadapi akreditasi rumah sakit ?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis kesiapan rumah sakit yang ada di Sumatera Utara dalam
menghadapi akreditasi rumah sakit.
b. Menyusun peta kondisi rumah sakit berdasarkan kesiapan dalam menghadapi
akreditasi rumah sakit.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Terciptanya rumah sakit di Sumatera Utara yang aman dan bermutu.
b. Mendorong rumah sakit yang ada di Sumatera Utara untuk senantiasa
meningkatnya keamanan, kenyamanan dan mutu pelayanan terhadap pasien.
1.5. Sasaran Penelitian
a. Sebagai masukan bagi rumah sakit di Sumatera Utara dalam rangka
menghadapi akreditasi rumah sakit.
b. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk menentukan pilihan rumah sakit
tempat berobat.
-
I-4
1.6. Ruang Lingkup Penelitian Dan Sasaran Lokasi
1.6.1. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis variabel-variabel
akreditasi rumah sakit, yaitu (1). Administrasi & manajemen, (2). Medis, (3).
Gawat darurat, (4). Rekam medis, (5). Keperawatan, (6). Radiologi, (7).
Laboratorium, (8). Kamar operasi, (9). Farmasi, (10). K3, (11). Pengendalian
infeksi, (12). Perinatal risiko tinggi, (13). Rehabilitasi medis, (14). Gizi, (15).
Intensif, (16). Darah.
1.6.2. Sasaran Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah Provinsi Sumatera Utara dengan unit
analisis rumah sakit milik pemerintah maupun swasta.
-
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Akreditasi Rumah Sakit
Tak dapat dipungkiri bahwa pelayanan kesehatan (rumah sakit ) pada masa
kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama, setiap rumah sakit bertanggung
gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari
penerima jasa pelayanan tersebut (Nurachmah, 2001). Disamping itu, penekanan
pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya
pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai konsumen tetap
diutamakan, karena indikator tersebut masih tetap menjadi tolak ukur (benchmark)
utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Miloney, 2001).
Sejalan dengan adanya UU tentang Perlindungan Konsumen dan hasil
amandemen kedua UUD 1945, tepatnya pasal 28H ayat I, para penerima jasa
pelayanan kesehatan saat ini mulai menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan,
laporan, sampai dengan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari
upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut. Munculnya
berbagai Lembaga Perlindungan Konsumen merupakan indikasi kuat bahwa
masyarakat sudah mulai sadar akan hak-haknya, meski belum semua.
-
II-2
Di samping itu, tak kalah pentingnya, isu AFTA 2003 dan globalisasi
mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar akan semakin didominasi oleh perusahaan
yang mampu memberikan pelayanan atau menghasilkan produk unggulan yang
memiliki daya saing tinggi dalam memanfaatkan peluang pasar, keadaan ini berlaku
bagi industri perumahsakitan di Indonesia, tentu saja dalam perspektif otoda,
termasuk Rumah Sakit di daerah.
Oleh karena itu industri jasa kesehatan semakin merasakan bahwa kualitas
pelayanan adalah jawaban yang mutlak dalam rangka mempertahankan eksistensi
mutu pelayanan dan menjawab tuntutan masyarakat terhadap mutu layanan. Selain itu
upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit di daerah adalah langkah terpenting
untuk meningkatkan daya saing usaha daerah di sektor kesehatan.
Dalam upaya tersebut diperlukan alat untuk mengevaluasi mutu pelayanan
Rumah Sakit. Salah satu strategi penting yang dilakukan dalam meningkatkan
kualitas pelayanan medik rumah sakit saat ini adalah melalui standarisasi (akreditasi,
audit klinis, dan lain-lain). Hal ini lebih disebabkan pelaksanaan program akreditasi
RS akhir-akhir semakin gencar dilakukan. Namun, apa itu akreditasi dan pentingnya
buat publik/masyarakat, hal inilah yang nampaknya masih menjadi misteri.
Akreditasi sering lebih dipahami sebagai konsumsi terbatas para insan kesehatan,
mulai dari pemerintah hingga orang-orang yang terlibat dalam jasa pelayanan
kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga di RS lainnya). Sementara masyarakat, yang
notabenenya pengguna pelayanan kesehatan sering ketinggalan kereta dalam hal ini.
-
II-3
Dengan kata lain masyarakat lebih sebagai obyek daripada sebagai subyek.
Padahal dalam otoda, unsur masyarakat mendapat porsi yang cukup dominan.
Menurut kamus Webster, kata akreditasi adalah pertimbangan atau pengakuan
bahwa yang bersangkutan adalah terkemuka. Sedangkan menurut Permenkes RI No
159a/Menkes/PER/II/1998 tentang Rumah Sakit, akreditasi adalah pengakuan bahwa
Rumah Sakit memenuhi standart minimal yang ditentukan. Berdasarkan pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa akreditasi adalah pengakuan resmi dari pemerintah
yang diberikan kepada Rumah Sakit yang telah memenuhi standart pelayanan.
Penilaian akreditasi Rumah Sakit, dilakukan oleh sebuah komisi independen
dibawah Departemen Kesehatan RI yang berkedudukan di Jakarta, yaitu Komisi
Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan (KARS). Penilaiannya difokuskan
pada kebutuhan dan harapan konsumen dan dengan komponen pelayanan yang
menjawab EEQS (Equity, Efficiently, Quality and Sustainability) agar RS dapat
bersaing di tingkat regional bahkan internasional. Didalamnya, terdapat ahli-ahli yang
bertindak sebagai surveyor, yang direkrut dari daerah-daerah dan dipilih sesuai
kualifikasi di bidangnya. Sehingga KARS inilah yang bertanggung jawab terhadap
hasil penilaian program akreditasi.
Pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit juga dilaksanakan di luar negeri.
Akreditasi Rumah Sakit di luar negeri dilakukan oleh komisi yang bersifat
independen, misalnya ; di Amerika Serikat dilakukan oleh JCHAO (Joint
Commission on Accrediatition of Health Care), di Australia oleh ACHS (Australian
-
II-4
of Health Care Standart Council) dan di Belanda oleh NIAZ (Nederlands Instituut
Voor Accreditatle Van Zie Kenhuiden). Singkatnya, program akreditasi bersifat
universal alias mendunia. Hasil dari program akreditasi di sebuah Rumah Sakit
terdapat 4 kemungkinan yang akan diperoleh, mulai dari ; Tidak diakreditasi (tidak
lulus, harus mengulang), Akreditasi bersyarat (belum memenuhi syarat secara
keseluruhan), Akreditasi penuh (memenuhi standard yang telah ditetapkan, yang
diberikan selama 3 tahun dan Akreditasi Istimewa (bagi Rumah Sakit yang
menunjukkan pemenuhan melebihi standard yang telah ditetapkan).
Pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan Rumah Sakit, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut (20
pelayanan). Untuk tingkat dasar adalah pemenuhan standart untuk 5 kegiatan
pelayanan pokok, yaitu; Adminsitrasi dan Manajemen, Pelayanan medis, Pelayanan
Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis. Sementara untuk kegiatan
tingkat lanjutnya, antara lain; Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penanggulangan
Infeksi Nosokomial, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan Farmasi, Pelayanan
Radiologi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi. Logikanya,
semakin tinggi tingkatannya otomatis semakin bagus kualitas pelayanan sebuah
Rumah Sakit. Akreditasi bagi Publik
Makna akreditasi Rumah Sakit sering lebih diartikan sebagai kepentingan
Rumah Sakit an sich, sementara maknanya bagi masyarakat justru tenggelam. Hal
ini menjadi sebuah ironi apabila kita kaitkan dengan semangat Otoda, yang menuntut
partisipasi aktif masyarakat. Mestinya hal ini tidak boleh terjadi lagi, masyarakat
-
II-5
patut mengetahui pentingnya arti akreditasi bagi mereka. Memang dalam beberapa
kasus, hal ini lebih disebabkan masyarakat juga tidak mau tahu dalam masalah ini.
Tapi satu hal yang pasti, aspek publik kelihatannya belum banyak dilibatkan. Bagi
mereka, yang mereka tahu adalah pelayanan di Rumah Sakit tidak mengecewakan
mereka dan keluarga yang dirawat sembuh. Tentu saja, pemahaman masyarakat yang
semacam itu, tidak salah. Karena sebenarnyalah, salah satu tujuan akreditasi adalah
untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, salah satu aspeknya adalah
kepuasan konsumen.
Namun, bila kita lihat secara lebih dalam, ternyata akreditasi mempunyai
makna yang lebih luas. Bagi Rumah Sakit, program akreditasi adalah instrumen yang
valid untuk mengetahui sejauh mana pelayanan di Rumah Sakit tersebut memenuhi
standart yang berlaku secara nasional. Status terakreditasi juga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat atas layanan di Rumah Sakit dan sebagai alat pencegahan
terjadinya kasus malpraktek, karena dalam melaksanakan tugasnya, tenaga di Rumah
Sakit telah memiliki Standart Operating Procedure (SOP) yang jelas. Dengan kata
lain, akreditasi bagi Rumah Sakit adalah bentuk pertanggungjawaban (accountability)
dan perlindungan kepada masyarakat sebagai pengguna jasanya.
Selain makna diatas, bagi masyarakat, akreditasi dapat bermakna sebagai alat
bantu yang shahih dalam menentukan pilihan tempat pelayanan kesehatan yang baik.
Rumah Sakit yang telah terakreditasi tentu saja merupakan pilihan yang lebih
bijaksana, karena Rumah Sakit tersebut telah memenuhi standart pelayanan yang
berlaku, mulai dari tenaganya, peralatan medis, hingga fasilitas penunjang lainnya.
-
II-6
Harapannya masyarakat lebih merasa aman mendapat pelayanan di Rumah Sakit
yang sudah terakreditasi daripada yang belum terakreditasi.
Akreditasi rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya adalah pengakuan kepada
rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya yang telah memenuhi standar yang
ditetapkan Kegiatan akreditasi meliputi self assessment dan proses external peer
review oleh komisi akreditasi yang menilai keakuratan tingkat kinerja dihubungkan
dengan standar dan cara implementasi peningkatan sistem pelayanan kesehatan secara
berkesinambungan .Yang dimaksud dengan sarana kesehatan lainnya adalah sarana
pelayanan kesehatan selain rumah sakit, sebagai contoh : Pusat Kesehatan
masyarakat, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, Praktek Berkelompok Dokter
Spesialis, dan lain-lain.
2.2. Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia adalah suatu program yang dilaksanakan
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (KARS), sebuah badan yang dibentuk
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia untuk menyusun standar akreditasi,
melakukan proses akreditasi dan memberikan sertifikat akreditasi kepada rumah
sakit-rumah sakit yang telah memenuhi persyaratan standar akreditasi yang disusun
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (KARS).
Komisi Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (KARS) menganut sistem standar
terbuka. Artinya, persyaratan-persyaratan mutu rumah sakit dapat diketahui oleh
semua orang dan dapat diterapkan oleh semua rumah sakit, akan tetapi hanya KARS
yang dapat memberikan sertifikat akreditasi.
-
II-7
2.3. Standar Akreditasi Rumah Sakit
Seluruh standar akreditasi rumah sakit terbagi atas 16 bidang pelayanan. Setiap
bidang pelayanan masing-masing terbagi lagi atas 7 standar sebagai berikut:
a. Standar 1. Falsafah dan Tujuan
b. Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan
c. Standar 3. Staf dan Pimpinan
d. Standar 4. Fasilitas dan Peralatan
e. Standar 5. Kebijakan dan Prosedur
f. Standar 6. Pengembangan Staff dan Program Pendidikan
g. Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Sementara keenam belas bidang pelayanan yang diakreditasi adalah sebagai
berikut:
a. Administrasi dan Manajemen
b. Pelayanan Rekam Medis
c. Pelayanan Farmasi
d. Pelayanan Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
e. Pelayanan Medis
f. Pelayanan Gawat Darurat
g. Pelayanan Kamar Operasi
h. Pelayanan Intensif
i. Pelayanan Radiologi
-
II-8
j. Pelayanan Laboratorium
k. Pelayanan Rehabilitasi Medis
l. Pelayanan Darah
m. Pelayanan Keperawatan
n. Pelayanan Pengendalian Infeksi di RS
o. Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi
p. Pelayanan Gizi
Setiap standar diatas memuat parameter-parameter yang digunakan untuk
menilai sebuah rumah sakit. Parameter-parameter ini mencantumkan standar mutu
dan persyaratan untuk mencapai skor tertentu. Persyaratan dibagi dalam 6 tingkat
yang diberi nilai dari 0 sampai 5 dengan 5 sebagai nilai tertinggi. Di bagian akhir dari
parameter ada penjelasan mengenai dua hal:
1. D.O. yang berarti Definisi Operasional. Disini dijelaskan istilah-istilah yang
digunakan dalam parameter ini.
2. C.P. yang berarti Cara Pembuktian. Bagian ini menjelaskan cara untuk
membuktikan bahwa parameter ini telah dipenuhi dan merupakan bagian yang
digunakan oleh surveyor untuk menilai sebuah rumah sakit. Bagian ini terbagi
atas tiga bagian yaitu Dokumentasi, Observasi dan Wawancara.
a. Dokumentasi adalah dokumen-dokumen yang disyaratkan oleh standar
akrediasi.
b. Observasi adalah hal-hal yang harus diamati oleh surveyor untuk
membuktikan bahwa standar telah dicapai.
-
II-9
c. Wawancara adalah orang-orang dan/atau fungsi-fungsi organisasi yang harus
diwawancarai atau topik-topik wawancaranya.
2.4. Tahapan Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi sebuah rumah sakit terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a. Tahap I : Akreditasi Tingkat Dasar
Akreditasi Tingkat Dasar (Tahap I) terdiri dari akreditasi lima pelayanan, yaitu :
(1). Administrasi manajemen, (2). Pelayanan medik, (3). Gawat darurat,
(4). Keperawatan, dan (5). Rekam medik.
b. Tahap II : Akreditasi Tingkat Lanjut
Akreditasi Tingkat Lanjut (Tahap II) terdiri dari akreditasi dua belas pelayanan,
yaitu : (1). Administrasi manajemen, (2). Pelayanan medik, (3). Gawat darurat,
(4). Keperawatan, (5). Rekam medik, (6). Kamar operasi, (7). Laboratorium,
(8). Radiologi, (9). Farmasi, (10). K-3, (11). Pengendalian infeksi, dan
(12). Perinatal risiko tinggi.
c. Tahap III : Akreditasi Lengkap
Akreditasi Lengkap (Tahap III) terdiri dari akreditasi dua belas pelayanan Tahap
II ditambah dengan sisa kegiatan pelayanan, diantaranya terdapat kegiatan
Pelayanan rehabilitasi medik, anestesi dan lain-lain.
-
II-10
2.5. Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit
Sistem akreditasi rumah sakit versi 2007 berisi pokok-pokok standar
pelayanan sebagaimana sistem akreditasi yang lama dengan beberapa tambahan dan
penyesuaian. Beberapa perbaikan yang dilakukan untuk menyesuaikannya dengan
kondisi terkini dan ada tambahan indikator mengenai hal-hal yang terkait dengan
keselamatan pasien rumah sakit. Penerapan sistem keselamatan pasien rumah sakit,
antara lain dilihat dari pencatatan kejadian-kejadian yang berpotensi menimbulkan
cedera dan pemeriksaan peralatan pendukung perawatan. Penyusunan indikator
penilaian sistem keselamatan pasien rumah sakit dalam sistem akreditasi rumah sakit
tersebut dilakukan dengan mengacu pada standar keselamatan pasien rumah sakit
WHO.
Akreditasi atau pengakuan pemerintah bahwa suatu sarana kesehatan telah
memenuhi standar yang ditentukan, dilakukan setiap tiga tahun. Rumah sakit-rumah
sakit yang lulus akreditasi, yang skor nilainya rata-rata 75 persen atau lebih, akan
diperiksa setiap tiga tahun. Namun demikian, rumah sakit yang lulus bersyarat (skor
60 persen-75 persen) atau tidak lulus (skor di bawah 60 persen) uji akreditasi akan
dibina dan diperiksa ulang satu tahun setelah pemeriksaan pertama.
-
III-1
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Kerangka Konseptual Penelitian
Dalam rangka memperoleh gambaran tentang hal-hal yang menjadi fokus
kajian dan rencana penelitian yang akan dilaksanakan maka perlu disajikan kerangka
konseptual. Penelitian ini akan mengkaji kesiapan rumah sakit di Sumatera Utara
dalam menghadapi akreditasi rumah sakit.. Pelaksanaan akreditasi rumah sakit terdiri
dari tiga tahap, yaitu : Tahap I : Akreditasi Tingkat Dasar, Tahap II : Akreditasi
Tingkat Lanjut, dan Tahap III : Akreditasi Lengkap. Dalam pelaksanaannya,
penelitian ini mengacu kepada Instrumen Penilaian Akreditasi Rumah Sakit Revisi
Maret 2007 yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan kerangka
konseptual penelitian seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Rumah
SakitRumah
Sakit
7 Standard
Penilaian7 Standard
Penilaian
16 Bidang
Pelayanan16 Bidang
Pelayanan
TAHAP I
Akreditasi
Tingkat
Dasar
TAHAP I
Akreditasi
Tingkat
Dasar
TAHAP II
Akreditasi
Tingkat
Lanjut
TAHAP II
Akreditasi
Tingkat
Lanjut
TAHAP II
Akreditasi
Lengkap
TAHAP II
Akreditasi
Lengkap
Kesiapan Rumah Sakit Mengikuti Akreditasi
-
III-2
3.2. Metodologi Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan,
mengklasifikasi dan menganalisis data serta informasi yang berkaitan dengan tujuan
penelitian.
Menurut Sedarmayanti dan Hidayat (2002), metode deskriptif adalah suatu
metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan
interprestasi yang tepat.
Sementara itu penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, seperti
dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut :
-
III-3
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian
Studi
LiteraturStudi
Literatur
Perumusan MasalahPerumusan Masalah
Membuat Kerangka
KonseptualMembuat Kerangka
Konseptual
Pengumpulan
DataPengumpulan
Data
Analisis DataAnalisis Data
Evaluasi Kondisi
EksistingEvaluasi Kondisi
Eksisting
Kesiapan Rumah Sakit
dalam Menghadapi
Akreditasi RS
Kesiapan Rumah Sakit
dalam Menghadapi
Akreditasi RS
Kesimpulan dan SaranKesimpulan dan Saran
Rumah
SakitRumah
Sakit
Deskriptif
KualitatifDeskriptif
Kualitatif
Instrumen
Penilaian
Akreditasi RS
Instrumen
Penilaian
Akreditasi RS
-
III-4
3.2.2. Metode Pengumpulan Data
3.2.2.1. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari bahan-bahan yang telah diterbitkan berupa
hasil penelitian terdahulu, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan,
Instrumen Penilaian Akreditasi RS, buku rujukan, artikel serta majalah. Data
tersebut boleh diperoleh dari pihak-pihak yang relevan dengan penelitian, internet,
perpustakaan maupun media massa.
3.2.2.1. Pengumpulan Data Primer
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Rumah Sakit yang ada di
Sumatera, yaitu sebanyak 182 buah (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara).
b. Sampel Penelitian
Menurut Nasution (2003) jika jumlah populasi sedikit maka jumlah sampel
yang diambil sekurang-kurangnya sepersepuluh (10 %) dari populasi yang ada.
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah 13 rumah sakit atau 10,4 %
dari populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling
yaitu sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak
melainkan secara kebetulan saja.
-
III-5
3.2.3. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus matematika,
dan statistika.
3.2.4. Metode Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif untuk
memperoleh gambaran tentang kesiapan rumah sakit di Sumatera Utara dalam
menghadapi akreditasi rumah sakit.
-
IV-1
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Rumah Sakit di Sumatera Utara
Sejarah perkembangan rumah sakit dimulai dengan berdirinya rumah sakit
pertama di Kota Medan, yaitu Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Rumah Sakit
ini didirikan oleh Pemerintah Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis, yang
peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Marya Constantia Mackey pada tanggal 11
Agustus 1928. Peresmian rumah sakit kemudian dilakukan pada tahun 1930 dengan
Direktur pertama Dr. W Bays. Setahun setelah peletakan batu pertama Rumah Sakit
tertua di Medan ini, berdiri rumah sakit kedua yaitu Rumah Sakit Santa Elisabeth pada
tanggal 11 februari 1929 dan mulai menampung pasien pada tahun 1930.
Pelayanan rumah sakit kepada penduduk pribumi dipelopori oleh para misionaris
Kristen yang menjadi cikal bakal berdirinya sebuah rumah sakit swasta keagamaan di
Kota Medan yaitu sekarang Rumah Sakit St. Elizabeth sekarang. Seiring dengan
perjalanan waktu sejak Indonesia merdeka sampai kini di era desentralisasi, variasi
kepemilikan rumah sakit kian bertambah. Jika dahulu rumah sakit hanya didirikan oleh
badan-badan keagamaan, badan-badan sosial dan pemerintah, maka pada saat ini
kepemilikan swasta yang semakin berkembang.
Kepemilikan rumah sakit juga bervariasi, dari milik militer dan polisi, BUMN,
Kabupaten/ Kota, propinsi dan Departemen Kesehatan. Kepemilikan rumah sakit swasta
banyak berkembang melalui Penenaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA). Tahun 1990 merupakan tahun bersejarah untuk
-
IV-2
perumahsakitan Indonesia, dengan tebitnya Surat Keputusan Menkes Nomor.
24/Menkes/Per II/1990 yang mengijinkan pengelolaan rumah sakit oleh perorangan.
Berikut ini adalah daftar rumah sakit di Sumatera Utara berdasarkan kepemilikan.
Tabel 4.1. Nama-nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya
No Kepemilikan Nama Rumah Sakit 1
Rumah Sakit TNI/ POLRI
Rumkit TK.II Putri Hijau Medan
2 RS Lantamal AL. Belawan
3 RS Abd.Malik Lanud Medan
4 RS Polda Sumut
5 Runkitban Sibolga
6 RS Rem 021 Pematang Siantar
7 RS Tk. IV Binjai
8 RS Tk. IV Padang Sidimpuan
9 RS Bayangkara Tebing Tinggi
10 Rumkitban Kisaran
11
Rumah Sakit BUMN
RSU PTPN II Tembakau Deli
12 RSU PTPN II Dr. Gerhard L.Tobing
13 RSU PTPN II Bangkatan
14 RSU PTPN II Tanjung Selamat
15 RSU PTPN III Indrya Husada
16 RSU PTPN III Aek Nabara
17 RSU PTPN IIISri Torgamba
18 RSU PTPN III Sri Pamela
19 RSU PTPN III Sri Dadap
20 RSU PTPN IV Balimbingan
21 RSU PTPN IV Laras
22 RSU PTPN IV Pabatu
23 RSU Pelabuhan Medan
24 RSU Pertamina
25
Rumah Sakit khusus Pemerintah
RS Kusta P. Sicanang
26 RS Kusta Lau Simomo
27 RS Jiwa Daerah
28 RSGM USU
29
RSU Advent
30 RSU Alqadri
31 RSU Al Fuady
32 RSU Anirma
33 RSU AIDA
34 RSU Armina Madina
35 RSU Ar-Rhido
36 RSU Bakti
37 RSU Bandung
38 RSU Bahagia
-
IV-3
39
Rumah Sakit Swasta
RSU Bina Sejahtera
40 RSU Bina kasih
41 RSU Bintang kasih Methodist
42 RSU Batesda GKPS
43 RSU Bersama
44 RSU Bidadari
45 RSU Bridegestone
46 RSU Citra Medika
47 RSU Djamaluddin
48 RSU Dewi Sartika
49 RSU Deli
50 RSU Delima
51 RSU Dewi Maya
52 RSU Ester
53 RSU Estomihi
54 RSU Flora
55 RSU Gleni International Hospital
56 RSU Glugur/ Dr. Rusdi
57 RSU GKPS
58 RSU Harapan
59 RSU Herna T.Tinggi
60 RSU Herna Medan
61 RSU Hirasma
62 RSU Harapan Mama
63 RSU Haji Medan
64 RSU Helvetia
65 RSU HKBP Balige
66 RSU HKBP Nainggolan
67 RSU Horas Insani
68 RSU Ibnu Saleh
69 RSU Imelda Pekerja Indonesia
70 RSU Islam Malahayati
71 RSU Ibu Kartini
72 RSU Insani
73 RSU Inalum
74 RSU Inanta
75 RSU Joko
76 RSU Kartini
77 RSU Univ. Prima Indonesia
78 RSU Kasih Ibu
79 RSU Kalimas
80 RSU Keluarga
81 RSU Kurnia Medika
82 RSU Materna
83 RSU Martha Friska
84 RSU Mina Padi
85 RSU Mitra Sejati
86 RSU Mitra Husada
-
IV-4
87 RSU Melati
88 RSU Methodist
89 RSU Manuella
90 RSU Mandiri
91 RSU Martondi
92 RSU Maya Sari
93 RSU Melati Perbaungan
94 RSU Mega Sari
95 RSU Morawa Utama
96 RSU Muhammadiyah
97 RSU Nursaadah
98 RSU Nuraini
99 RSU Permata Bunda
100 RSU Permata Madina
101 RSU Prof. Dr. Boloni
102 RSU Restu Ibu
103 RSU St. Elisabet Medan
104 RSU Samaria
105 RSU Sari Cipta
106 RSU Sari Mutiara Medan
107 RSU Sari Mutiara L. Pakam
108 RSU Sembiring
109 RSU Serasi
110 RSU Sarah
111 RSU Sehat
112 RSU Siti Hajar
113 RSU Sinar Husni
114 RSU Sundari
115 RSU Sufina Aziz
116 RSU Tiara
117 RSU Trianda
118 RSU Vina Estetika
119 RSU Vita Isnani
120 RSU Wulan Windi
121 RSU Yoshua
122 RSU Adenin Adenan
123 RSU Fajar
124 RSU Farigul
125 RSU Mitra Medika
126 RSU Mitra Persada
127 RSU Methodist Susanna Wesley
128
Rumah Sakit Khusus Swasta
RSIA Al Ummah
129 RSIA Badrul Aini
130 RSIA Bunda Zahara
131 RSIA Eva
132 RSIA Elovani
133 RSIA Harapan Ibu
134 RSIA Harapan Bunda
-
IV-5
135
RSIA Rosiva
136 RSIA Ratu Mas
137 RSIA Suaka Insan
138 RSIA Dr. Takdir
139 RSIA Sri Ratu
140 RSIA Salam
141 RSIA Widya Husada
142 RSIA Wahyu
143 RSJ Bina Atma
144 RSJ Bina Karsa
145 RSJ Mahoni
146 RSJ Poso
147 RSJ Sembada
148 RSIA Hadi Husada
149 RSK Mata Sumatera
150 RSK Bedah Accu-Plast
151 RSK Mata Medan Baru
152 RSK Mata Lions Club
153
Rumah Sakit Pemerintah
RSUP H. Adam Malik
154 RSU Dr. Pirngadi
155 RSU Padangsidimpuan
156 RSU Swadana Tarutung
157 RSU Dr. Jasarmen Saragih
158 BPRSUD Dr. R.M Djoelham
159 RSU Doloksanggul
160 RSU Dr. F.L Tobing
161 RSU Gunung Sitoli
162 RSU Kabanjahe
163 RSU H. Manan Simatupang
164 BPRSUD Deli serdang
165 RSU Panyabungan
166 RSU Porsea
167 BPRSU Rantau Parapat
168 RSU Sidikalang
169 RSU Sipirok
170 RSU Tebing Tinggi
171 RSU Tanjung Pura
172 BPRSU Dr. T. Mansyur
173 RSU Pangururan
174 RSU Parapat
175 RSU Sibuhuan
176 RSU Gunung Tua
177 RSU Lukas
178 RSU Pandan
179 RSU Perdagangan
180 RSU Salak
181 RSUD Natal
182 RSU Sultan Sulaiman
-
IV-6
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 860b/ SK/XII/1987 tentang
klasifikasi rumah sakit umum swasta, penetapan kelas rumah sakit umum adalah
ditetapkan oleh Direktur Jendral Pelayanan Medik Depkes RI. Klasifikasi tersebut
berdasarkan pembedaan bertingkat dan kemampuan peleyanannya yaitu:
RSU Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum
RSU Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan 4
cabang spesialistik.
RSU Swasta Utama, memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik
dan subspesialistik.
4.2. Gambaran Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara.
Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara dapat dijadikan gambaran
untuk mewakili kondisi Rumah Sakit di Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan
penyebaran/ distribusi rumah sakit di Sumatera Utara yang tidak merata yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Deskripsi Distribusi Rumah Sakit di Daerah Tk. I dan II
No Pemerintahan
Kabupaten Kota
Nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya
Rumah Sakit TNI/
POLRI
Rumah Sakit
BUMN
Rumah Sakit khusus
Pemerintah
Rumah Sakit
Swasta
Rumah Sakit Khusus Swasta
Rumah Sakit
Pemerintah Persentase
%
1 Pemko Medan 40 14.29 75 56.52 76.00 6.67 44.75
2 Pemko Binjai 10 7.14 0 2.17 4.00 3.33 4.44
3 Pemko P. Siantar 10 0 0 6.52 4.00 3.33 3.98
4 Pemko Tebing Tinggi 10 7.14 0 2.17 0 3.33 3.78
5 Pemko Sibolga 10 0 0 0.00 0 3.33 2.22
6 Pemko P. Sidempuan 10 0 0 1.09 0 3.33 2.40
7 Pemko Tj. Balai 0 0 0 0.00 4.00 3.33 1.22
8 Pemkab Taput 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
9 Pemkab Tapteng 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
10 Pemkab Tapsel 0 0 0 0.00 0 10.00 1.67
-
IV-7
11 Pemkab Nias 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
12 Pemkab Langkat 0 14.29 0 1.09 0 3.33 3.12
13 Pemkab Karo 0 0 25 3.26 4.00 3.33 5.93
14 Pemkab Deli Serdang 0 7.14 0 10.87 0 3.33 3.56
15 Pemkab Simalungun 0 14.29 0 1.09 0 6.67 3.67
16 Pemkab Asahan 10 7.14 0 5.43 0 3.33 4.32
17 Pemkab Labuhan Batu 0 21.43 0 4.35 8.00 3.33 6.18
18 Pemkab Dairi 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
19 Pemkab Toba Samosir 0 0 0 2.17 0 3.33 0.92
20 Pemkab Madina 0 0 0 2.17 0 6.67 1.47
21 Pemkab Serdang Bedagai 0 7.14 0 0.00 0 3.33 1.75
22 Pemkab Samosir 0 0 0 1.09 0 3.33 0.74
23 Pemkab Humbahas 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
24 Pemkab Pakpak Bharat 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
25 Pemkab Nias Selatan 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
26 Pemkab Batu Bara 0 0 0 0.00 0 0 0.00
Total 100 100 100 100 100 100 100.00
Interaksi rumah sakit di Kota Medan dengan kegiatan akreditasi dimulai sejak
tahun 1997. Pada awalnya akreditasi merupakan kewajiban atau keharusan karena
ditunjuk oleh pemerintah untuk mengikutinya, bahkan beberapa rumah sakit memakai
istilah kata paksaan untuk menyatakan bahwa akreditasi bukan dari kemauan mereka
sendiri. Keterangan ini diperoleh dari beberapa rumah sakit yang dianggap pelopor saat
ini telah memperoleh status terakreditsi tingkat dasar (5 pelayanan).
Setelah proses interaksi tersebut berlangsung sekian tahun, saat ini sudah
membuahkan akumulasi pemahaman yang beragam dikalangan perumahsakitan di Kota
Medan. Pemahaman tersebut menjadi pedoman atau alasan mereka dalam mengambil
keputusan dan membangun harapan-harapan yang ingin dicapai dari kegiatan akreditasi.
Sampai pada tahun 2008 terdapat bebepara rumah sakit di Sumatera Utara
berdasarkan tingkat pelayanan yang sudah dicapai yang dapat dilihat pada tabel berikut.
-
IV-8
Tabel 4.3. Jumlah Rumah Sakit yang telah Terakreditasi
No Kepemilikan Nama Rumah Sakit
Akreditas 5 Pelayanan
12 Pelayanan
16 Pelayanan
1 Rumah Sakit BUMN RSU PTPN II Tembakau Deli
2 Rumah Sakit khusus Pemerintah RS Jiwa Daerah
3
Rumah Sakit Swasta
RSU Herna Medan
4 RSU Haji Medan
5 RSU Imelda Pekerja Indonesia
6 RSU Islam Malahayati
7 RSU Martha Friska
8 RSU St. Elisabet Medan
9 RSU Sari Mutiara Medan
10
Rumah Sakit Pemerintah
RSUP H. Adam Malik
11 RSU Dr. Pirngadi
12 RSU Swadana Tarutung
13 RSU Dr. Jasarmen Saragih
14 BPRSUD Deli serdang
15 BPRSU Rantau Parapat
Total 12 1 2
Persentase (%) 6.59 0.55 1.10
Informasi lain dari hasil survey bahwa saat ini beberapa rumah sakit telah dalam
persiapan melaksanakan akreditasi baik unutk tingkat dasar maupun akreditasi tingkat
lanjut seperti dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4. Rumah Sakit dalam Persiapan Akreditasi
No RS dalam Persiapan Akreditasi
Tingkat Dasar
No RS dalam Persiapan Akreditasi
Tingkat Lanjut
1 Rumah Sakit Advent Medan 1 RSU St. Elizabeth Medan
2 RSU Tarutung
3 RSU Sari Mutiara Medan
4 RSU Haji Medan
5 RSU Herna Medan
6 RS Jiwa Medan
Namun perkembangan fase persiapan ini ternyata sangat bervariasi, sebagian
besar belum ada meminta untuk diberikan bimbingan dan arahan baik oleh KARS, Dinas
Kesehatan propinsi ataupun PERSI.
-
IV-9
4.3. Lingkungan Peraturan
Rumah Sakit sebagai intitusi pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
perkembangannya dihadapkan pada pilihan yang sulit. Dilihat dari perkembangan fungsi
rumah sakit, awalnya dominan memiliki fungsi sosial dalam penyembuhan penyakit,
namun dalam tahun-tahun terakhir fungsi tersebut telah bergeser menjadisemacam
industri jasa yang oleh sebagian kalangan dinilai dapat memberikan keuntungan
finansial, bahkan sudah disejajarkan dengan industri yang padat modal, padat teknologi
dan padat karya.
Pola pelayanan rumah sakit juga mengalami perubahan sejalan dengan
munculnya norma-norma baru yang dipengaruhi oleh transisi epidemiologi, sosial
ekonomi dan teknologi terutama yang terkait dengan cara pembiayaan pelayanan
kesehatan yang berlaku.
Dari penelusuran terhadap literatur diperoleh cukup banyak peraturan yang
berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap rumah sakit, yang dapat menjadi
peluang ataupun ancaman bagi rumah sakit. Beberapa peraturan yang dikatakan pihak
rumah sakit di Sumatera Utara berdampak kepada rumah sakit mereka diantaranya:
1. Undang-undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Pemerintahan
Daerah dan Pertimbangan Keuangan memberikan peluang gerak yang lebih luas
bagi perubahan organisasi dan tata kerja institusi kesehatan, serta optimalisasi
kinerja jajaran kesehatan di daerah
2. Kecendrungan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat ditambah dengan
keluarnya Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
-
IV-10
3. Peraturan-peraturan perpajakan misalnya; barang farmasi, sewa ruangan kepada
pihak ketiga, pajak reklame, pajak makanan dan minuman, parkir dan lainnya
dapat mengakibatkan mahalnya harga pelayanan rumah sakit yang harus dibayar
pasien.
4. Peraturan tentang fiskal ke luar negeri yang menambah kemudahan bagi
konsumen untuk memilih pelayanan rumah sakit diluar negeri.
4.4. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.
a. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Dinas Kesehatan adalah Unsur Pelaksana Pemerintah Propinsi yang dipimpin
oleh seorang Kepala Dinas, berkedududkan dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas
menyelengggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Propinsi dan tugas Dekonsentrasi
dibidang Kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, Dinas
Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1. Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program dan kebijaksanaan teknis
dibidang kesehatan.
2. Menyelenggarakan pembinaan promosi kesehatan dan jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat, pelayanan kesehatan dan rujukan, pencegahan
pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan keluarga, farmasi
dan makanan minuman serta tenaga kesehatan.
-
IV-11
3. Melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan kesehatan sesuai ketetapan
Kepala Daerah.
Dalam menyelenggarakan pembangunan di bidang pelayanan kesehatan, Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera memiliki Sub Dinas Bina Pelayanan Kesehatan. Salah satu
tugas pokok sub Dinas Pelayanan Kesehatan adalah melakukan pembinaan pelayanan
rumah sakit dan akreditasi.
b. Kendala Dalam Akreditasi
Beberapa informasi diperoleh dari pengelola program akreditasi Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara tentang kendala yang dihadapi yang dapat mempengaruhi
pencapaian program akreditasi di Sumatera Utara antara lain:
1) Tata hubungan kerja yang masih perlu diperjelas antar pusat dan daerah. Sampai
dimana peran dan fungsi pemerintah pusat dan daerah dalam akreditasi masih perlu
ditata kembali bukan sekedar secar administratif saja, agar tidak terjadi duplikasi
kewenangan.
2) Keluhan berbagai pihak akan sumber daya tenaga pengelola akreditasi di Dinas
Kesehatan yang tidak siap.
3) Menyiapkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan permasalahan
pembiayaan dan kewenangan tenaga yang akan dipersiapkan
4) Anggaran pemerintah yang terbatas.
Kebijakan-kebijakan yang diambil sehubungan dengan keterbatasan anggaranpun
perlu disosialisasikan, sehingga kesadaran dan minat rumah sakit dapat ditingkatkan.
5) Perangkat hukum yang lemah.
-
IV-12
Menyiapkan peraturan tentang perizinan dan akreditasi rumah sakit termasuk tenaga
pelaksananya serta penerapannya adalah hal yang perlu segera dilakukan.
4.5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Cabang SUMUT
a. Pengorganisasian
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) adalah lembaga lahan
pengembangan dan pengabdian profesi dalam bidang perumahsakitan di Indonesia yang
berkedudukan ditingkat pusat. Ide pembentukannya mulai dicetuskan pada tanggal 4
februari 1973 di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung, sedangkan pendiriannya diresmikan
pada tanggal 11 April 1978 di Jakarta.
Organisasi ini merupakan satu-satunya perhimpunan bagi semua rumah sakit di
Indonesia dan ditiap propinsi hanya dapat didirikan satu cabang. Sekretariat PERSI
Cabang SUMUT saat ini bertempat di Dr. Pirngadi Medan.
b. Peran PERSI dalam Akreditasi
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh PERSI Cabang SUMUT dalam
menyukseskan program Akreditasi Rumah Sakit antara lain:
1) Membentuk wadah konsultasi akreditasi rumah sakit dan menyediakan tim ahli
untuk konsultasi akreditasi.
2) Melakukan sosialisasi akreditasi rumah sakit melalui pertemuan-pertemuan yang
diadakan bagi kalangan perumahsakitan di Propinsi Sumatera Utara
3) Melakukan bimbingan kerumah-rumah sakit di Propinsi Sumatera Utara
-
IV-13
c. Pandangan PERSI Terhadap Akreditasi Rumah Sakit di Sumateraa Utara
Dari sudut pandang PERSI, terdapat berbagai kendala yang menghambat
perkembangan Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara yaitu:
1) Sangat kurangnya komitmen dari manajemen rumah sakit untuk akreditasi
2) Akreditasi dianggap sebagai beban bagi rumah sakit
3) Beban akreditasi selalu dikaitkan dengan biaya bukan kemauan untuk memperbaiki.
4) Pelayanan Rumah Sakit sekarang ini belum berorientasi mutu
5) Kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh rumah sakit kepad PERSI dalam
mengakses informasi akreditasi
6) Belum terbukanya peluang untuk tersedianya surveor di Sumatera Utara. Dalam hal
ini PERSI sudah pernah mengusulkan dan beberapa ahli mengirimkan persyaratan
untuk dapat menjadi surveor di daerah, tetapi belum ada pembahasan hal itu oleh
lembaga akreditasi di pusat.
4.6. Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan Manajemen
Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Akreditasi
a. Komitmen
Pada tahun 1989 pemerintah mulai mengkaji keluhan masyarakat mengenai
rendahnya mutu pelayanan rumah sakit, sehingga dilakukan survei diagnosis
kemungkinan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Hasil survey menyimpulkan
bahwa perlu ada intervensi untuk mengatasi kekurangan tersebut antara lain dengan
memperbaiki kebijakan di dalam pengelolaan rumah sakit, meningkatkan mutu rekam
medik dan meningkatkan sistem informasi dirumah sakit.
-
IV-14
Intervensi ini kemudian mengahasilkan kebijakan baru perumahsakitan yaitu
mengenai standar ketenagaan, peralatan dan pelayanan rumah sakit. Pada tahun 1993
ditetapkan standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik, standarisasi ini
merupakan langkah awal menuju akreditasi rumah sakit. Selanjutnya disusun buku
pedoman yang merupakan acuan bagi seluruh pelaksanan program akreditasi.
Saat ini sebagian besar pengelola rumah sakit mengatakan bahwa diperlukan
komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran rumah sakit, selain kesiapan infra struktur dan
sumberdaya manusia untuk dapat melaksanakan akreditasi, termasuk komitmen
pemerintah untuk mendorong rumah -rumah sakit swasta agar berminat untuk akrediatsi.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap
komitmen pihak rumah sakit terhadap akreditasi menunjukkan besarnya peranan pemilik
rumah sakit terhadap keputusan akreditasi, walaupun pengambilan keputusan tetap
dilaksanakan oleh manajemen ruamah sakit. Beberapa rumah sakit swasta yang belum
terakreditsi nampaknya menaruh harapan besar terhadap pemerintah, dikatakan
diperlukan komitmen pemerintah terlebih dahulu agar rumah sakit mau melaksanakan
akreditasi. Sedangkan bagi pemerintah strategi yang diambil dalam hal ini adalah
mengupayakan tumbuhnya kemandirian rumah sakit dalam akreditasi. Komitmen
pemerintah yang diharapkan antara lain:
1. Pemerintah dapat memberikan pembinaan yang didukung dengan kesiapan SDM
serta terdapat ketentuan pembinaan pasca akreditasi
2. Ada peraturan yang jelas tentang perizinan dan akreditasi serta ketegasan
implementasinya.
-
IV-15
3. Menyiapkan reward akreditasi, misalnya : peran pemerintah dalam kemitraan
dengan perusahaan asuransi, sosialisasi dan publikasi hasil penilaian akreditasi
kepada masyarakat.
4. Menyederhanakan birokrasi
5. Ada perubahan mekanisme pembiayaan akreditasi bagi rumah sakit swasta
b. Manfaat Akreditasi Bagi Rumah Sakit
Manfaat atau keuntungan yang diperoleh rumah sakit dari akreditasi idealnya
apabila rumah sakit dapat meningkatkan kinerjanya dari waktu kewaktu yang dinilai dari
kepentingan pasien dan kepuasan pelanggan.
Manfaat apa yang sudah dirasakan rumah dari akreditasi dapat diuraikan kedalam
beberapa hal yaitu:
1. Akreditasi mendorong rumah sakit membuat prosedur dan standar pelayanan,
sehingga manfaatnya terutama dirsakan pada rekam medik karena dapat
menyediakan data pasien
2. Rumah sakit memiliki pedoman yang seragam untuk melaksanakan kegiatan
pelayanan
3. Ada rasa aman bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan
4. Rumah sakit dapat menilai kekurangan dan kemajuan yang telah dicapai yang
dapat digunakan untuk perencanaan kedepan
5. Akreditasi mendorong manajemen lebih perhatian terhadap mutu
6. Meningkatnya kinerja perawat, rekam medis dan pelayanan gawat darurat.
-
IV-16
c. Reward
Umumnya rumah sakit sangat mengharapkan adanya reward dari pemerintah agar
akreditasi lebih diminati lagi oleh rumah-rumah sakit khusunya swasta. Beberapa
bentuk reward yang diinginkan meliputi:
1. Peran pemerintah dalam pengaturan kemitraan dengan perusahaan asuransi
2. Sosialisasi dan publikasi hasil penilaian akreditasi kepada masyarakat luas.
3. Penghargaan khusus kepada rumah sakit swasta untuk kemandirian dalam
akreditasi
4. Logo Akreditasi Rumah Sakit
d. Anggaran
Faktor anggaran juga menjadi pertimbangan manajemen rumah sakit dalam
pengambilan keputusan akreditasi. Alasan klasik adalah tingginya biaya operasional dan
pemeliharaan rumah sakit serta menurunnya kemampuan membayar masyarakat.
Sebagian besar rumah sakit mengatakan akreditasi sangat membebani keuangan rumah
sakit, anggaran terbesar adalah untuk mempersiapkan sarana serta prasarana yang sesuai
standar.
Namun dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa faktor anggaran tidak
menjadi faktor utama yang mendasari pengambilan keputusan. Beberapa rumah sakit
tidak mempermasalahkan anggaran untuk akreditasi, tetapi manajemen menunda atau
mengambil keputusan untuk tidak melaksanakan akreditasi disebabkan ketidaksiapan
SDM dan daya utama adalah karena tidak adanya keharusan bagi rumah sakit untuk
melaksanakan akreditasi.
-
IV-17
e. Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi rumah sakit untuk melaksanakan
akreditasi adalah kesiapan SDM. Menyiapkan SDM dari segi kuantitas dan kualitasnya
yang dapat memenuhi standarnya yang memiliki loyalitas dan integritas yang tinggi
masih sulit bagi sebagian besar rumah sakit. Namun dalam kondisi demikian beberapa
rumah sakit ada juga yang berani mengambil keputusan melaksanakan akreditasi.
Beberapa keluhan pihak rumah sakit mengatakan ketidak siapan sumber daya
tersebut disebabkan oleh SDM yang tidak siap pakai yang dikeluarkan oleh institusi
pendidikan kita. Hal yang lainnya adalah cukup sulit mengakses pendidikan dan
pelatihan untuk pengembangan SDM dalam bidang-bidang yang diperlukan rumah sakit
karena memerlukan biaya yang cukup tinggi karena sering harus diikuti diluar daerah.
4.7. Kasus - kasus
a. Kasus 1: Gambaran Rumah Sakit Terakreditasi (Rumah Sakit Haji Medan)
Berdasarkan wawancara kepada pihak manajemen beberapa alasan yang
mendasari rumah sakit memilih untuk melaksanakan akreditasi adalah:
1) Ada komitmen yang kuat dari seluruh jajaran rumah sakit, termasuk komite medis
2) Tersedianya sumber daya tenaga yang cukup dari kuantitas dan kualitasnya.
3) Agar siap menghadapi persaingan rumah sakit dan dapat merebut pasar konsumen
yang lari keluar negeri.
4) Bila benar-benar terimplementasi dalam setiap aspek pelayanan, rumah sakit
mengharapkan konsumen dapat merasakan hasil akreditasi
5) Ekstensi rumah sakit
-
IV-18
Adapun kendala yang dirasakan menghadapi Akreditasi tahap lanjutan adalah
dalam:
1) Mempersiapkan anggaran yang cukup besar untuk memenuhi standar-standar
akreditasi
2) Menyiapkan Standard Operational Prosedure (SOP) masing-masing kegiatan.
Beberapa hal yang menjadi harapan pihak rumah sakit terhadap sistem
Akreditasi Rumah Sakit antara lain:
1) Secara internal agar akreditasi benar-benar terimpelementasi dalam setiap aspek
pelayanan sehingga konsumen dapat merasakannya.
2) Ada lembaga yang diberi kewenangan didaerah untuk menyelenggarakan akreditasi
sehingga dapat menekan biaya.
3) Perlu ketegasan pemerintah dan mencari solusi yang tepat dalam hal perizinan dan
akreditasi rumah sakit, sehingga terasa perbedaan antara rumah sakit yang sudah
terkreditasi dan yang belum terakreditasi.
b. Kasus 2: Keputusan Melaksanakan Akreditasi
Adapun faktor- faktor yang mendasari keputusan manajemen rumah sakit dalam
melaksanakan akreditasi yaitu:
1) Ada komitmen yang kuat dari seluruh jajaran dalam rumah sakit, terutama pemilik
rumah sakit.
2) Ada dukungan dana dari pemilik
3) Ada kesadaran untuk memperbaiki mutu pelayanan rumah sakit
4) Ada kesadaran menghadapi era kompetitif rumah sakit
-
IV-19
5) Agar dapat menrik minat konsumen rumah sakit, termasuk perusahaan- perusahaan
yang ingin menjalin kerjasama
6) Dapat menyiapkan SDM rumah sakit
7) Ada program peningkatan mutu yang telah direncanakan oleh rumah sakit
Selama dalam tahap persiapan dan pelaksanaan akreditasi, ditemukan beberapa
faktor yang dianggap menjadi kendala dalam kegiatan ini yaitu:
1) Cukup sulit menyiapkan SDM rumah sakit yang bermutu sebagaimana yang
diharapkan dalam standar-standar akreditasi, disebabkan sulitnya untuk mengakses
pelatihan-pelaithan dan pengetahuan tentang standar-standar tersebut.
2) Dalam hal memotivasi staf agar dapat mempertahankan konsistensi kerja dari Pokja-
Pokja akreditasi dirasa sangat sulit. Rutinitas rumah sakit yang padat dan cukup
melelahkan sangat mempengaruhi komitmen dari seluruh staf, misalnya dalam
mensosialisasikan SOP dan melengkapi standar-standar yang diharapkan dari SOP
tersebut.
Beberapa yang menjadi harapan pihak rumah sakit terhadap Sistem Akreditasi
Rumah Sakit antara lain:
(1) Agar akreditasi benar-benar secara kontinu dapat dilaksanakan oleh rumah sakit
sehingga dapat memberikan dukungan kepada rumah sakit untuk memperbaiki
manajemen mutunya.
(2) Agar Propinsi Sumatera Utara dapat memiliki lebih banyak lagi pakar-pakar
akrediatasi
(3) Ada lembaga (wadah) konsultasi dan informasi akreditasi yang dapat memotivasi
rumah-rumah sakit yang berminat terhadap akreditasi.
-
IV-20
(4) Perlu dukungan pemerintah untuk menyiapkan suasana agar akreditasi dapat
berkembang misalnya menyederhanakan birokrasi, menyiapkan SDM pembina yang
berpengalaman dll.
(5) Agar Sumatera Utara memiliki surveior daerah unutk menjaga keobjektifan
akreditasi
c. Kasus 3: Keputusan Menunda melaksanakan Akreditasi
Alasan yang mendasari keputusan untuk menjadi pertimbangan rumah sakit
menunda akreditasi adalah:
1) Faktor Kualitas staf yang tidak memadai (diperberat dengan institusi pendidikan
yang menghasilkan SDM rumah sakit yang tidak siap pakai)
2) Faktor mekanisme pembiayaan akreditasi yang tidak jelas, antar lain perbedaan
biaya akreditasi antara rumah sakit pemerintah dan swasta, dirasakan masih
memberatkan rumah sakit swasta.
3) Faktor desentralisasi yang menyebabkan birokrasi yang semakin berbelit-belit,
misalnya dalam urusan limbah rumah sakit, perizinan dll.
4) Faktor kurangnya dukungan pemerintah dalam mencarikan solusi permasalahan
rumah sakit
Beberapa hal yang menjadi harapan pihak rumah sakit ini terhadap sistem
Akreditasi Rumah Sakit antara lain:
1) Faktor kurangnya dukungan pemerintah dalam mencarikan solusi permasalahan
rumah sakit misalnya masalah limbah rumah sakit, menyederhanakan birokrasi
-
IV-21
2) Perlu ditingkatkan lagi sosialisasi akreditasi bagi rumah sakit swasta, dengan
memberikan informasi, bimbingan dan pembinaan akreditasi.
3) Perlu diatur mekanisme pembiayaan akreditasi yang tidak memberatkan rumah sakit
d. Kasus 4: Keputusan Tidak Melaksanakan Akreditasi
Adapun faktor-faktor yang mendasari keputusan manajemen rumah sakit untuk
tidak melaksanakan akreditasi rumah sakit yaitu:
1. Tidak ada komitmen yang kuat dari seluruh jajaran yang ada dirumah sakit
2. Tidak ada sanksi yang tegas dari pemerintah
3. Tidak ada anggaran untuk akreditasi
4. Tidak cukup tersedia SDM yang memadai
5. Tidak ada lembaga pembina akreditasi yang proaktif membimbing dan membantu
rumah sakit untuk akreditasi
6. Tidak ada peraturan yang mengatur hubungan rumah sakit dengan lembaga pembina
atau organisasi profesi.
Beberapa hal yang menjadi keinginan dan harapan pihak manajemen rumah sakit
yaitu:
1. Hendaknya pemerintah yang harus proaktif membimbing dan membantu rumah sakit
untuk akreditasi. (Hal ini bertentangan dengan kebijakan pemerintah dalam program
akreditasi)
2. Perlu sanksi yang tegas dari pemerintah
3. Perlu adanya lembaga pembina akreditasi didaerah
-
IV-22
4. Perlu ada peraturan yang mengharuskan hubungan antara rumah sakit dengan
lembaga pembina dan profesi (PERSI) dalam akreditasi.
-
I-1
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.Rumah Sakit di Sumatera Utara
Sejarah perkembangan rumah sakit dimulai dengan berdirinya rumah sakit
pertama di Kota Medan, yaitu Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Rumah Sakit
ini didirikan oleh Pemerintah Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis, yang
peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Marya Constantia Mackey pada tanggal 11
Agustus 1928. Peresmian rumah sakit kemudian dilakukan pada tahun 1930 dengan
Direktur pertama Dr. W Bays. Setahun setelah peletakan batu pertama Rumah Sakit
tertua di Medan ini, berdiri rumah sakit kedua yaitu Rumah Sakit Santa Elisabeth pada
tanggal 11 februari 1929 dan mulai menampung pasien pada tahun 1930.
Pelayanan rumah sakit kepada penduduk pribumi dipelopori oleh para misionaris
Kristen yang menjadi cikal bakal berdirinya sebuah rumah sakit swasta keagamaan di
Kota Medan yaitu sekarang Rumah Sakit St. Elizabeth sekarang. Seiring dengan
perjalanan waktu sejak Indonesia merdeka sampai kini di era desentralisasi, variasi
kepemilikan rumah sakit kian bertambah. Jika dahulu rumah sakit hanya didirikan oleh
badan-badan keagamaan, badan-badan sosial dan pemerintah, maka pada saat ini
kepemilikan swasta yang semakin berkembang.
Kepemilikan rumah sakit juga bervariasi, dari milik militer dan polisi, BUMN,
Kabupaten/ Kota, propinsi dan Departemen Kesehatan. Kepemilikan rumah sakit swasta
banyak berkembang melalui Penenaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA). Tahun 1990 merupakan tahun bersejarah untuk
-
I-2
perumahsakitan Indonesia, dengan tebitnya Surat Keputusan Menkes Nomor.
24/Menkes/Per II/1990 yang mengijinkan pengelolaan rumah sakit oleh perorangan.
Berikut ini adalah daftar rumah sakit di Sumatera Utara berdasarkan kepemilikan.
Tabel 4.1. Nama-nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya
No Kepemilikan Nama Rumah Sakit 1
Rumah Sakit TNI/ POLRI
Rumkit TK.II Putri Hijau Medan
2 RS Lantamal AL. Belawan
3 RS Abd.Malik Lanud Medan
4 RS Polda Sumut
5 Runkitban Sibolga
6 RS Rem 021 Pematang Siantar
7 RS Tk. IV Binjai
8 RS Tk. IV Padang Sidimpuan
9 RS Bayangkara Tebing Tinggi
10 Rumkitban Kisaran
11
Rumah Sakit BUMN
RSU PTPN II Tembakau Deli
12 RSU PTPN II Dr. Gerhard L.Tobing
13 RSU PTPN II Bangkatan
14 RSU PTPN II Tanjung Selamat
15 RSU PTPN III Indrya Husada
16 RSU PTPN III Aek Nabara
17 RSU PTPN IIISri Torgamba
18 RSU PTPN III Sri Pamela
19 RSU PTPN III Sri Dadap
20 RSU PTPN IV Balimbingan
21 RSU PTPN IV Laras
22 RSU PTPN IV Pabatu
23 RSU Pelabuhan Medan
24 RSU Pertamina
25
Rumah Sakit khusus Pemerintah
RS Kusta P. Sicanang
26 RS Kusta Lau Simomo
27 RS Jiwa Daerah
28 RSGM USU
29
RSU Advent
30 RSU Alqadri
31 RSU Al Fuady
32 RSU Anirma
33 RSU AIDA
34 RSU Armina Madina
35 RSU Ar-Rhido
36 RSU Bakti
37 RSU Bandung
38 RSU Bahagia
-
I-3
39
Rumah Sakit Swasta
RSU Bina Sejahtera
40 RSU Bina kasih
41 RSU Bintang kasih Methodist
42 RSU Batesda GKPS
43 RSU Bersama
44 RSU Bidadari
45 RSU Bridegestone
46 RSU Citra Medika
47 RSU Djamaluddin
48 RSU Dewi Sartika
49 RSU Deli
50 RSU Delima
51 RSU Dewi Maya
52 RSU Ester
53 RSU Estomihi
54 RSU Flora
55 RSU Gleni International Hospital
56 RSU Glugur/ Dr. Rusdi
57 RSU GKPS
58 RSU Harapan
59 RSU Herna T.Tinggi
60 RSU Herna Medan
61 RSU Hirasma
62 RSU Harapan Mama
63 RSU Haji Medan
64 RSU Helvetia
65 RSU HKBP Balige
66 RSU HKBP Nainggolan
67 RSU Horas Insani
68 RSU Ibnu Saleh
69 RSU Imelda Pekerja Indonesia
70 RSU Islam Malahayati
71 RSU Ibu Kartini
72 RSU Insani
73 RSU Inalum
74 RSU Inanta
75 RSU Joko
76 RSU Kartini
77 RSU Univ. Prima Indonesia
78 RSU Kasih Ibu
79 RSU Kalimas
80 RSU Keluarga
81 RSU Kurnia Medika
82 RSU Materna
83 RSU Martha Friska
84 RSU Mina Padi
85 RSU Mitra Sejati
86 RSU Mitra Husada
-
I-4
87 RSU Melati
88 RSU Methodist
89 RSU Manuella
90 RSU Mandiri
91 RSU Martondi
92 RSU Maya Sari
93 RSU Melati Perbaungan
94 RSU Mega Sari
95 RSU Morawa Utama
96 RSU Muhammadiyah
97 RSU Nursaadah
98 RSU Nuraini
99 RSU Permata Bunda
100 RSU Permata Madina
101 RSU Prof. Dr. Boloni
102 RSU Restu Ibu
103 RSU St. Elisabet Medan
104 RSU Samaria
105 RSU Sari Cipta
106 RSU Sari Mutiara Medan
107 RSU Sari Mutiara L. Pakam
108 RSU Sembiring
109 RSU Serasi
110 RSU Sarah
111 RSU Sehat
112 RSU Siti Hajar
113 RSU Sinar Husni
114 RSU Sundari
115 RSU Sufina Aziz
116 RSU Tiara
117 RSU Trianda
118 RSU Vina Estetika
119 RSU Vita Isnani
120 RSU Wulan Windi
121 RSU Yoshua
122 RSU Adenin Adenan
123 RSU Fajar
124 RSU Farigul
125 RSU Mitra Medika
126 RSU Mitra Persada
127 RSU Methodist Susanna Wesley
128
Rumah Sakit Khusus Swasta
RSIA Al Ummah
129 RSIA Badrul Aini
130 RSIA Bunda Zahara
131 RSIA Eva
132 RSIA Elovani
133 RSIA Harapan Ibu
134 RSIA Harapan Bunda
-
I-5
135
RSIA Rosiva
136 RSIA Ratu Mas
137 RSIA Suaka Insan
138 RSIA Dr. Takdir
139 RSIA Sri Ratu
140 RSIA Salam
141 RSIA Widya Husada
142 RSIA Wahyu
143 RSJ Bina Atma
144 RSJ Bina Karsa
145 RSJ Mahoni
146 RSJ Poso
147 RSJ Sembada
148 RSIA Hadi Husada
149 RSK Mata Sumatera
150 RSK Bedah Accu-Plast
151 RSK Mata Medan Baru
152 RSK Mata Lions Club
153
Rumah Sakit Pemerintah
RSUP H. Adam Malik
154 RSU Dr. Pirngadi
155 RSU Padangsidimpuan
156 RSU Swadana Tarutung
157 RSU Dr. Jasarmen Saragih
158 BPRSUD Dr. R.M Djoelham
159 RSU Doloksanggul
160 RSU Dr. F.L Tobing
161 RSU Gunung Sitoli
162 RSU Kabanjahe
163 RSU H. Manan Simatupang
164 BPRSUD Deli serdang
165 RSU Panyabungan
166 RSU Porsea
167 BPRSU Rantau Parapat
168 RSU Sidikalang
169 RSU Sipirok
170 RSU Tebing Tinggi
171 RSU Tanjung Pura
172 BPRSU Dr. T. Mansyur
173 RSU Pangururan
174 RSU Parapat
175 RSU Sibuhuan
176 RSU Gunung Tua
177 RSU Lukas
178 RSU Pandan
179 RSU Perdagangan
180 RSU Salak
181 RSUD Natal
182 RSU Sultan Sulaiman
-
I-6
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 860b/ SK/XII/1987 tentang
klasifikasi rumah sakit umum swasta, penetapan kelas rumah sakit umum adalah
ditetapkan oleh Direktur Jendral Pelayanan Medik Depkes RI. Klasifikasi tersebut
berdasarkan pembedaan bertingkat dan kemampuan peleyanannya yaitu:
RSU Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum
RSU Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan 4
cabang spesialistik.
RSU Swasta Utama, memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik
dan subspesialistik.
4.2. Gambaran Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara.
Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara dapat dijadikan gambaran
untuk mewakili kondisi Rumah Sakit di Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan
penyebaran/ distribusi rumah sakit di Sumatera Utara yang tidak merata yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Deskripsi Distribusi Rumah Sakit di Daerah Tk. I dan II
No Pemerintahan
Kabupaten Kota
Nama Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikannya
Rumah Sakit TNI/
POLRI
Rumah Sakit
BUMN
Rumah Sakit khusus
Pemerintah
Rumah Sakit
Swasta
Rumah Sakit Khusus Swasta
Rumah Sakit
Pemerintah Persentase
%
1 Pemko Medan 40 14.29 75 56.52 76.00 6.67 44.75
2 Pemko Binjai 10 7.14 0 2.17 4.00 3.33 4.44
3 Pemko P. Siantar 10 0 0 6.52 4.00 3.33 3.98
4 Pemko Tebing Tinggi 10 7.14 0 2.17 0 3.33 3.78
5 Pemko Sibolga 10 0 0 0.00 0 3.33 2.22
6 Pemko P. Sidempuan 10 0 0 1.09 0 3.33 2.40
7 Pemko Tj. Balai 0 0 0 0.00 4.00 3.33 1.22
8 Pemkab Taput 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
9 Pemkab Tapteng 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
10 Pemkab Tapsel 0 0 0 0.00 0 10.00 1.67
-
I-7
11 Pemkab Nias 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
12 Pemkab Langkat 0 14.29 0 1.09 0 3.33 3.12
13 Pemkab Karo 0 0 25 3.26 4.00 3.33 5.93
14 Pemkab Deli Serdang 0 7.14 0 10.87 0 3.33 3.56
15 Pemkab Simalungun 0 14.29 0 1.09 0 6.67 3.67
16 Pemkab Asahan 10 7.14 0 5.43 0 3.33 4.32
17 Pemkab Labuhan Batu 0 21.43 0 4.35 8.00 3.33 6.18
18 Pemkab Dairi 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
19 Pemkab Toba Samosir 0 0 0 2.17 0 3.33 0.92
20 Pemkab Madina 0 0 0 2.17 0 6.67 1.47
21 Pemkab Serdang Bedagai 0 7.14 0 0.00 0 3.33 1.75
22 Pemkab Samosir 0 0 0 1.09 0 3.33 0.74
23 Pemkab Humbahas 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
24 Pemkab Pakpak Bharat 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
25 Pemkab Nias Selatan 0 0 0 0.00 0 3.33 0.56
26 Pemkab Batu Bara 0 0 0 0.00 0 0 0.00
Total 100 100 100 100 100 100 100.00
Interaksi rumah sakit di Kota Medan dengan kegiatan akreditasi dimulai sejak
tahun 1997. Pada awalnya akreditasi merupakan kewajiban atau keharusan karena
ditunjuk oleh pemerintah untuk mengikutinya, bahkan beberapa rumah sakit memakai
istilah kata paksaan untuk menyatakan bahwa akreditasi bukan dari kemauan mereka
sendiri. Keterangan ini diperoleh dari beberapa rumah sakit yang dianggap pelopor saat
ini telah memperoleh status terakreditsi tingkat dasar (5 pelayanan).
Setelah proses interaksi tersebut berlangsung sekian tahun, saat ini sudah
membuahkan akumulasi pemahaman yang beragam dikalangan perumahsakitan di Kota
Medan. Pemahaman tersebut menjadi pedoman atau alasan mereka dalam mengambil
keputusan dan membangun harapan-harapan yang ingin dicapai dari kegiatan akreditasi.
Sampai pada tahun 2008 terdapat bebepara rumah sakit di Sumatera Utara
berdasarkan tingkat pelayanan yang sudah dicapai yang dapat dilihat pada tabel berikut.
-
I-8
Tabel 4.3. Jumlah Rumah Sakit yang telah Terakreditasi
No Kepemilikan Nama Rumah Sakit
Akreditas 5 Pelayanan
12 Pelayanan
16 Pelayanan
1 Rumah Sakit BUMN RSU PTPN II Tembakau Deli
2 Rumah Sakit khusus Pemerintah RS Jiwa Daerah
3
Rumah Sakit Swasta
RSU Herna Medan
4 RSU Haji Medan
5 RSU Imelda Pekerja Indonesia
6 RSU Islam Malahayati
7 RSU Martha Friska
8 RSU St. Elisabet Medan
9 RSU Sari Mutiara Medan
10
Rumah Sakit Pemerintah
RSUP H. Adam Malik
11 RSU Dr. Pirngadi
12 RSU Swadana Tarutung
13 RSU Dr. Jasarmen Saragih
14 BPRSUD Deli serdang
15 BPRSU Rantau Parapat
Total 12 1 2
Persentase (%) 6.59 0.55 1.10
Informasi lain dari hasil survey bahwa saat ini beberapa rumah sakit telah dalam
persiapan melaksanakan akreditasi baik unutk tingkat dasar maupun akreditasi tingkat
lanjut seperti dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4. Rumah Sakit dalam Persiapan Akreditasi
No RS dalam Persiapan Akreditasi
Tingkat Dasar
No RS dalam Persiapan Akreditasi
Tingkat Lanjut
1 Rumah Sakit Advent Medan 1 RSU St. Elizabeth Medan
2 RSU Tarutung
3 RSU Sari Mutiara Medan
4 RSU Haji Medan
5 RSU Herna Medan
6 RS Jiwa Medan
Namun perkembangan fase persiapan ini ternyata sangat bervariasi, sebagian
besar belum ada meminta untuk diberikan bimbingan dan arahan baik oleh KARS, Dinas
Kesehatan propinsi ataupun PERSI.
-
I-9
4.3. Lingkungan Peraturan
Rumah Sakit sebagai intitusi pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
perkembangannya dihadapkan pada pilihan yang sulit. Dilihat dari perkembangan fungsi
rumah sakit, awalnya dominan memiliki fungsi sosial dalam penyembuhan penyakit,
namun dalam tahun-tahun terakhir fungsi tersebut telah bergeser menjadisemacam
industri jasa yang oleh sebagian kalangan dinilai dapat memberikan keuntungan
finansial, bahkan sudah disejajarkan dengan industri yang padat modal, padat teknologi
dan padat karya.
Pola pelayanan rumah sakit juga mengalami perubahan sejalan dengan
munculnya norma-norma baru yang dipengaruhi oleh transisi epidemiologi, sosial
ekonomi dan teknologi terutama yang terkait dengan cara pembiayaan pelayanan
kesehatan yang berlaku.
Dari penelusuran terhadap literatur diperoleh cukup banyak peraturan yang
berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap rumah sakit, yang dapat menjadi
peluang ataupun ancaman bagi rumah sakit. Beberapa peraturan yang dikatakan pihak
rumah sakit di Sumatera Utara berdampak kepada rumah sakit mereka diantaranya:
1. Undang-undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Pemerintahan
Daerah dan Pertimbangan Keuangan memberikan peluang gerak yang lebih luas
bagi perubahan organisasi dan tata kerja institusi kesehatan, serta optimalisasi
kinerja jajaran kesehatan di daerah
2. Kecendrungan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat ditambah dengan
keluarnya Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
-
I-10
3. Peraturan-peraturan perpajakan misalnya; barang farmasi, sewa ruangan kepada
pihak ketiga, pajak reklame, pajak makanan dan minuman, parkir dan lainnya
dapat mengakibatkan mahalnya harga pelayanan rumah sakit yang harus dibayar
pasien.
4. Peraturan tentang fiskal ke luar negeri yang menambah kemudahan bagi
konsumen untuk memilih pelayanan rumah sakit diluar negeri.
4.4. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.
a. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Dinas Kesehatan adalah Unsur Pelaksana Pemerintah Propinsi yang dipimpin
oleh seorang Kepala Dinas, berkedududkan dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas
menyelengggarakan sebagian kewenangan Pemerintah Propinsi dan tugas Dekonsentrasi
dibidang Kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, Dinas
Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
1. Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program dan kebijaksanaan teknis
dibidang kesehatan.
2. Menyelenggarakan pembinaan promosi kesehatan dan jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat, pelayanan kesehatan dan rujukan, pencegahan
pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan keluarga, farmasi
dan makanan minuman serta tenaga kesehatan.
-
I-11
3. Melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan kesehatan sesuai ketetapan
Kepala Daerah.
Dalam menyelenggarakan pembangunan di bidang pelayanan kesehatan, Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera memiliki Sub Dinas Bina Pelayanan Kesehatan. Salah satu
tugas pokok sub Dinas Pelayanan Kesehatan adalah melakukan pembinaan pelayanan
rumah sakit dan akreditasi.
b. Kendala Dalam Akreditasi
Beberapa informasi diperoleh dari pengelola program akreditasi Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara tentang kendala yang dihadapi yang dapat mempengaruhi
pencapaian program akreditasi di Sumatera Utara antara lain:
1) Tata hubungan kerja yang masih perlu diperjelas antar pusat dan daerah. Sampai
dimana peran dan fungsi pemerintah pusat dan daerah dalam akreditasi masih perlu
ditata kembali bukan sekedar secar administratif saja, agar tidak terjadi duplikasi
kewenangan.
2) Keluhan berbagai pihak akan sumber daya tenaga pengelola akreditasi di Dinas
Kesehatan yang tidak siap.
3) Menyiapkan SDM melalui pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan permasalahan
pembiayaan dan kewenangan tenaga yang akan dipersiapkan
4) Anggaran pemerintah yang terbatas.
Kebijakan-kebijakan yang diambil sehubungan dengan keterbatasan anggaranpun
perlu disosialisasikan, sehingga kesadaran dan minat rumah sakit dapat ditingkatkan.
5) Perangkat hukum yang lemah.
-
I-12
Menyiapkan peraturan tentang perizinan dan akreditasi rumah sakit termasuk tenaga
pelaksananya serta penerapannya adalah hal yang perlu segera dilakukan.
4.5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Cabang SUMUT
a. Pengorganisasian
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) adalah lembaga lahan
pengembangan dan pengabdian profesi dalam bidang perumahsakitan di Indonesia yang
berkedudukan ditingkat pusat. Ide pembentukannya mulai dicetuskan pada tanggal 4
februari 1973 di RS Dr. Hasan Sadikin Bandung, sedangkan pendiriannya diresmikan
pada tanggal 11 April 1978 di Jakarta.
Organisasi ini merupakan satu-satunya perhimpunan bagi semua rumah sakit di
Indonesia dan ditiap propinsi hanya dapat didirikan satu cabang. Sekretariat PERSI
Cabang SUMUT saat ini bertempat di Dr. Pirngadi Medan.
b. Peran PERSI dalam Akreditasi
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh PERSI Cabang SUMUT dalam
menyukseskan program Akreditasi Rumah Sakit antara lain:
1) Membentuk wadah konsultasi akreditasi rumah sakit dan menyediakan tim ahli
untuk konsultasi akreditasi.
2) Melakukan sosialisasi akreditasi rumah sakit melalui pertemuan-pertemuan yang
diadakan bagi kalangan perumahsakitan di Propinsi Sumatera Utara
3) Melakukan bimbingan kerumah-rumah sakit di Propinsi Sumatera Utara
-
I-13
c. Pandangan PERSI Terhadap Akreditasi Rumah Sakit di Sumateraa Utara
Dari sudut pandang PERSI, terdapat berbagai kendala yang menghambat
perkembangan Akreditasi Rumah Sakit di Sumatera Utara yaitu:
1) Sangat kurangnya komitmen dari manajemen rumah sakit untuk akreditasi
2) Akreditasi dianggap sebagai beban bagi rumah sakit
3) Beban akreditasi selalu dikaitkan dengan biaya bukan kemauan untuk memperbaiki.
4) Pelayanan Rumah Sakit sekarang ini belum berorientasi mutu
5) Kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh rumah sakit kepad PERSI dalam
mengakses informasi akreditasi
6) Belum terbukanya peluang untuk tersedianya surveor di Sumatera Utara. Dalam hal
ini PERSI sudah pernah mengusulkan dan beberapa ahli mengirimkan persyaratan
untuk dapat menjadi surveor di daerah, tetapi belum ada pembahasan hal itu oleh
lembaga akreditasi di pusat.
4.6. Faktor-faktor yang Mendasari Pengambilan Keputusan Manajemen
Rumah Sakit dalam Pelaksanaan Akreditasi
a. Komitmen
Pada tahun 1989 pemerintah mulai mengkaji keluhan masyarakat mengenai
rendahnya mutu pelayanan rumah sakit, sehingga dilakukan survei diagnosis
kemungkinan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Hasil survey menyimpulkan
bahwa perlu ada intervensi untuk mengatasi kekurangan tersebut antara lain dengan
memperbaiki kebijakan di dalam pengelolaan rumah sakit, meningkatkan mutu rekam
medik dan meningkatkan sistem informasi dirumah sakit.
-
I-14
Intervensi ini kemudian mengahasilkan kebijakan baru perumahsakitan yaitu
mengenai standar ketenagaan, peralatan dan pelayanan rumah sakit. Pada tahun 1993
ditetapkan standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik, standarisasi ini
merupakan langkah awal menuju akreditasi rumah sakit. Selanjutnya disusun buku
pedoman yang merupakan acuan bagi seluruh pelaksanan program akreditasi.
Saat ini sebagian besar pengelola rumah sakit mengatakan bahwa diperlukan
komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran rumah sakit, selain kesiapan infra struktur dan
sumberdaya manusia untuk dapat melaksanakan akreditasi, termasuk komitmen
pemerintah untuk mendorong rumah -rumah sakit swasta agar berminat untuk akrediatsi.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap
komitmen pihak rumah sakit terhadap akreditasi menunjukkan besarnya peranan pemilik
rumah sakit terhadap keputusan akreditasi, walaupun pengambilan keputusan tetap
dilaksanakan oleh manajemen ruamah sakit. Beberapa rumah sakit swasta yang belum
terakreditsi nampaknya menaruh harapan besar terhadap pemerintah, dikatakan
diperlukan komitmen pemerintah terlebih dahulu agar rumah sakit mau melaksanakan
akreditasi. Sedangkan bagi pemerintah strategi yang diambil dalam hal ini adalah
mengupayakan tumbuhnya kemandirian rumah sakit dalam akreditasi. Komitmen
pemerintah yang diharapkan antara lain:
1. Pemerintah dapat memberikan pembinaan yang didukung dengan kesiapan SDM
serta terdapat ketentuan pembinaan pasca akreditasi
2. Ada peraturan yang jelas tentang perizinan dan akreditasi serta ketegasan
implementasinya.
-
I-15
3. Menyiapkan reward akreditasi, misalnya : peran pemerintah dalam kemitraan
dengan perusahaan asuransi, sosialisasi dan publikasi hasil penilaian akreditasi
kepada masyarakat.
4. Menyederhanakan birokrasi
5. Ada perubahan mekanisme pembiayaan akreditasi bagi rumah sakit swasta
b. Manfaat Akreditasi Bagi Rumah Sakit
Manfaat atau keuntungan yang diperoleh rumah sakit dari akreditasi idealnya
apabila rumah sakit dapat meningkatkan kinerjanya dari waktu kewaktu yang dinilai dari
kepentingan pasien dan kepuasan pelanggan.
Manfaat apa yang sudah dirasakan rumah dari akreditasi dapat diuraikan kedalam
beberapa hal yaitu:
1. Akreditasi mendorong rumah sakit membuat prosedur dan standar pelayanan,
sehingga manfaatnya terutama dirsakan pada rekam medik karena dapat
menyediakan data pasien
2. Rumah sakit memiliki pedoman yang seragam untuk melaksanakan kegiatan
pelayanan
3. Ada rasa aman bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan
4. Rumah sakit dapat menilai kekurangan dan kemajuan yang telah dicapai yang
dapat digunakan untuk perencanaan kedepan
5. Akreditasi mendorong manajemen lebih perhatian terhadap mutu
6. Meningkatnya kinerja perawat, rekam medis dan pelayanan gawat darurat.
-
I-16
c. Reward
Umumnya rumah sakit sangat mengharapkan adanya reward dari pemerintah agar
akreditasi lebih diminati lagi oleh rumah-rumah sakit khusunya swasta. Beberapa
bentuk reward yang diinginkan meliputi:
1. Peran pemerintah dalam pengaturan kemitraan dengan perusahaan asuransi
2. Sosialisasi dan publikasi hasil penilaian akreditasi kepada masyarakat luas.
3. Penghargaan khusus kepada rumah sakit swasta untuk kemandirian dalam
akreditasi
4. Logo Akreditasi Rumah Sakit
d. Anggaran
Faktor anggaran juga menjadi pertimbangan manajemen rumah sakit dalam
pengambilan keputusan akreditasi. Alasan klasik adalah tingginya biaya operasional dan
pemeliharaan rumah sakit serta menurunnya kemampuan membayar masyarakat.
Sebagian besar rumah sakit mengatakan akreditasi sangat membebani keuangan rumah
sakit, anggaran terbesar adalah untuk mempersiapkan sarana serta prasarana yang sesuai
standar.
Namun dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa faktor anggaran tidak
menjadi faktor utama yang mendasari pengambilan keputusan. Beberapa rumah sakit
tidak mempermasalahkan anggaran untuk akreditasi, tetapi manajemen menunda atau
mengambil keputusan untuk tidak melaksanakan akreditasi disebabkan ketidaksiapan
SDM dan daya utama adalah karena tidak adanya keharusan bagi rumah sakit untuk
melaksanakan akreditasi.
-
I-17
e. Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi rumah sakit untuk melaksanakan
akreditasi adalah kesiapan SDM. Menyiapkan SDM dari segi kuantitas dan kualitasnya
yang dapat memenuhi standarnya yang memiliki loyalitas dan integritas yang tinggi
masih sulit bagi sebagian besar rumah sakit. Namun dalam kondisi demikian beberapa
r