RIWAYAT HIDUP -...
Transcript of RIWAYAT HIDUP -...
RIWAYATHIDUPNAMA :Dr.KERILESTARIDANDAN,MSi,Apt.PEKERJAAN:-ApotekerdiKlinikKepatuhanTerapiObat,ApotikPendidikanUNPAD
-DosenFakFarmasiUNPAD(DepartemenFarmakologi&FarmasiKlinik)-WakilRektorBidRiset,PengabdianMasyarakat,Kerjasama,Inovasi&KorporasiAkademik
PENDIDIKAN&KURSUS:• S1FARMASIUNPAD1993,APOTEKERUNPAD1994,S2FARMAKOLOGIITB2000,S3UNPAD2010• InternationalIntensiveShortCourseonHealthCommunicationinCommunityDevelopment,LeidenEthnosystems
andDevelopmentProgramme(LEAD)InstituteofCulturalandSocialStudiesLeidenUniversityBranchoftheNationalHerbariumofTheNetherlands&UniversitasPadjadjaran,2004
• ResearchCourseProgram“DevelopmentofNutmeg(MyristicafragransHout.)asaNaturalDualAgonistPPARa/gaNewTheurapeuticApproachtoTheTreatmentofType2Diabetes,NaturalProductsandBiomaterialsLaboratory,DepartmentofBiotechnology,CollegeofLifeScience&Biotechnology,YonseiUniversity,Korea,2008
• AttachmentandWorkshoponClinicalPharmacyeducationatSchoolofPharmaceuticalSciencesUniversitySainsMalaysia,2010
• WorkshoponApliedGoodClinicalPractise(GCP),IASMED,2013• PharmacotherapyReviewProgramforAdvancedClinicalPharmacyPractice,AmericanCollegeofClinicalPharmacy
(ACCP),2013• TraintheTrainerSMARTContinuingProfessionalDevelopment,ACPEInternasonal,2018• TraintheTrainerSMARTPharmaceuticalCare,ACPEInternasonal,2018 ORGANISASI: -KetuaKolegiumIlmuFarmasiIndonesia
-DewanPakarPDIAIJawaBarat-ExpertGroupMemberInPharmaceuticalEducationSectionFAPA-YayasanKankerIndonesiaCabangKotaBandung-KetuaDewanEditorJurnalFarmasiKlinikIndonesia(terakreditasiDikti)
KONSULTAN: -PengembanganKapletPalaPTKimiaFarmaTbk. -KonsultanPengembanganUjiPreklinikObatHerbalPTProdiaDiacroLaboratories-KonsultanPengembanganNutrasetikalPTDPEemail:[email protected]
PELAYANAN FARMASI KLINIS UNTUK PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
(POR)
Dr. Keri Lestari Dandan MSi Apt.
Pusat Studi Pengembangan Pelayanan Kefarmasian Fakultas Farmasi UNPAD
SAID.GLI.18.07.0304 (07/18)
LATAR BELAKANG
S Lebih dari 50% obat-obatan di dunia diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien
S Terbalik dengan kondisi tersebut diatas, 1/3 penduduk dunia kesulitan mendapatkan akses memperoleh obat esensialà harus dilakukan upaya untuk tercapainya “cost effective medical intervention”
SISTEMKESEHATANNASIONAL
UPAYA KESEHATAN
SEDIAAN FARMASI, ALKES, & MAKANAN
SDM KESEHATAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
MANAJEMEN & INFOKES
PEMBIAYAAN KESEHATAN
S K N
TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN: MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT YANG SETINGGI-
TINGGINYA
Ketersediaan , pemerataan, dan keterjangkauan
Jaminan Keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu serta perlindungan masyarakat
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
Penggunaan obat yang rasional
Kemandirian obat
Ref: Perpres No. 72/ 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
TEPAT
PENILAIAN KONDISI PASIEN
INDIKASI
JENIS OBAT
DOSIS, CARA & LAMA PEMBERIAN
INFORMASI
DIAGNOSIS HARGA TERJANGKAU
KEPATUHAN PASIEN
WASPADA ESO
PENGERTIAN : PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR)
• pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya,
• dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan,
• dalam periode waktu yang adequate • dengan biaya yang terjangkau.
POR MEMENUHI PRINSIP
S TEPAT DIAGNOSIS DAN TEPAT INDIKASI
S SESUAI DENGAN INDIKASI PENYAKIT S TEPAT PEMILIHAN OBAT S TEPAT DOSIS S TEPAT CARA PEMBERIAN S TEPAT INTERVAL WAKTU PEMBERIAN S TEPAT LAMA PEMBERIAN S WASPADA TERHADAP EFEK SAMPING OBAT S TEPAT INFORMASI S TEPAT PENILAIAN KONDISI PASIEN S OBAT YANG DIBERIKAN HARUS EFEKTIF DAN AMAN DENGAN MUTU TERJAMIN SERTA
TERSEDIA SETIAP SAAT DENGAN HARGA TERJANGKAU
S TEPAT TINDAK LANJUT (FOLLOW UP) S TEPAT PENYERAHAN OBAT (DISPENSING) S PASIEN PATUH TERHADAP PERINTAH
PENGOBATAN YANG DIBUTUHKAN 7
MEMBUTUHKAN INFORMASI OBAT YANG BENAR DAN LENGKAP
PENGGUNAAN OBAT DIKATAKAN TIDAK RASIONAL, APABILA :
• Polypharmacy • Penggunaan antibiotik secara tidak tepat
dosis dan indikasinya • Penggunaan injeksi yang berlebihan • Pemberian resep yang tidak sesuai dengan
indikasi klinis dan diagnosis • Swamedikasi yang tidak tepat
Permenkes no 72/2016, 73/2016, 74/2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, RS, Puskesmas
- 4 -
11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang bertanggung jawab di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Pasal 2
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk: a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian; b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Pasal 3
(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar: a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai; dan b. pelayanan farmasi klinik.
(2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. perencanaan; b. pengadaan; c. penerimaan; d. penyimpanan; e. pemusnahan; f. pengendalian; dan g. pencatatan dan pelaporan.
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. pengkajian Resep; b. dispensing; c. Pelayanan Informasi Obat (PIO); d. konseling; e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care); f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4...
- 5 -
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien.
(2) Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. sumber daya manusia; dan b. sarana dan prasarana.
Pasal 5
(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Apotek, harus
dilakukan evaluasi mutu Pelayananan Kefarmasian.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi mutu Pelayananan Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Pasal 7
Penyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Apotek wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 8
Apotek wajib mengirimkan laporan Pelayanan Kefarmasian secara berjenjang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
(2) Pelaksanaan...
- 5 -
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien.
(2) Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. sumber daya manusia; dan b. sarana dan prasarana.
Pasal 5
(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Apotek, harus
dilakukan evaluasi mutu Pelayananan Kefarmasian.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi mutu Pelayananan Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Pasal 7
Penyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Apotek wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 8
Apotek wajib mengirimkan laporan Pelayanan Kefarmasian secara berjenjang kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
(2) Pelaksanaan...
Pelayanan farmasi klinik Meliputi : • apengkajian resep, penyerahan Obat, dan
pemberian informasi Obat; • Pelayanan Informasi Obat (PIO); • konseling; • ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat
inap); • pemantauan dan pelaporan efek samping Obat; • pemantauan terapi Obat; dan • evaluasi penggunaan Obat.
GOOD DISPENSING PRACTICE (PENYIAPAN DAN PENYERAHAN OBAT YANG
BAIK)
Dokter Penulis Resep
Tenaga Kefarmasian : Apoteker
Asisten Apoteker
Pasien
• Interpretasi tepat terhadap resep dokter. • Penyiapan obat yang akurat • Informasi Obat
• Pasien menerima obat yang benar, dosis yang benar dan informasi yang jelas
Monitoring Resep/ Screening Resep
• Administrative Errors • Pharmaceutical Error • Clinical Error
12
Administrative Error
– Asal pasien – Jenis kelamin – Umur – Berat – Nama – No registrasi – Diagnosa – Nama dokter, tanda
tangan – Jenis obat
– Apakah semua informasi terbaca ?
– Apakah semua informasi benar?
– Apakah resep tidak palsu ? – Apakah nama obat
terbaca ? – Apakah obat sesuai dengan
diagnosa ? – Apakah ada obat yang di
luar persediaan?
13
Pharmaceutical Error • Apakah bentuk sediaan sesuai dengan yang
tersedia? • Apakah ada bentuk sediaan yang lebih sesuai ? • Apakah dosis obat sesuai dengan ketersediaan ? • Apakah harus disiapkan secara khusus ? • Bila ada, harus dijamin stabilitasnya • Tentukan jumlah obat dan kapan daluwarsa • Apakah ada instruksi pemakaian yang harus
disampaikan?
14
Clinical Error • Alergi obat • Kemungkinan pemakaian tidak benar • Duplikasi dari obat (Polypharmacy) • Additive effects • Penjadwalan obat yang tidak benar • Interaksi Obat-obat • Interaksi Obat- penyakit • Adverse Drug Reactions
15
PELAYANAN INFORMASI OBAT
Kegiatan dari individu yang dilatih secara khusus (farmasi klinik) untuk memberikan informasi dan konsultasi yang akurat, tidak bias dan faktual bagi dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien Principles of Drug Information Services, A Syllabus of Systemic Concepts, by : Arthur S Watanabe, Pharm.D; Christopher S Corner, Pharm.D, 1978
BEDA PIO & KONSELING
PIO : * Lokasi tempat tidak
masalah * Tidak perlu tatap muka * Orientasi kepada tenaga
kesehatan * Literatur yg dibutuhkan
lebih kompleks * Banyak cara untuk
mengajukan pertanyaan (lisan, tertulis, telp. Fax, email).
KONSELING : * Lokasi harus dapat
dengan mudah dijumpai dan dekat dengan outlet apotik . * Perlu tatap muka * Orientasi kepada
pasien/keluarga * Literatur yg dibutuhkan
relatif sederhana/ standar * Pertanyaan secara lisan
TUJUAN • Meningkatkan keberhasilan terapi • Memaksimalkan efek terapi • Meminimalkan resiko efek samping • Meningkatkan cost effectiveness • Menghormati pilihan pasien dalam
menjalan kan terapi
Bentuk dan kontribusi Informasi Obat terhadap POR
1. Komunikasi/informasi ke media à cakupan luas, meningkatkan pddkan, kesadaran thdp resiko Penggunaan obat yg irrasional , resistensi obat, efek samping obat masyarakat dsb.
2. Informasi melalui pedoman/standar mis: standar pengobatan, formularium, dsb. Sebagai acuan
untuk memberikan resep bagi nakes kepada pasien sesuai dgn kondisi klinisnya à Mencegah terjadinya malpraktek
3. Pusat informasi obat dan buletin à sebagai counter
informasi bagi dokter thdp informasi dr pabrik obat. Dapat dilakukan pemerintah atau Universitas atau lembaga
independen lainnya.
MANFAAT INFORMASI OBAT
INFORMASI OBAT
TENAGA KESEHATAN
PASIEN/ MASYARAKAT
PENGAMBIL KEPUTUSAN
1. Proses penulisan resep Contoh informasi : indikasi, mekanisme kerja obat, dosis, efek samping, interaksi obat, durasi, duplikasi
2. Seleksi produk obat Contoh informasi : nama obat, kekuatan, bentuk sediaan , ketersediaan obat dan harga
3. Pemantauan efek Informasi tentang : alergi, on set obat dan efikasi
Informasi untuk Dokter
Kompetensi Dokter vs Apoteker
Penegakan Diagnosis
Pilihan terapi • Konsep penyakit (anatomi, fisiologi,patofisiologi, patogenesis)
• Interpretasi data klinis • Komunikasi • EBM • Terminologi klinik
• Farmakologi molekular • Farmakoterapi • Pharmacovigilance • Individual p’obatan • Product knowledge
DOKTER APOTEKER
Konsumsi obat rasional (9 tepat): 1. Pasien 2. Obat 3. Dosis 4. Rute pemberian 5. Waktu dan hari 6. Teknik 7. Pendekatan 8. Informasi 9. Pemantauan
Informasi untuk Perawat
1. Kriteria pasienpendidik v Rawat jalan v Rawat inap
2. Teknik informasi v Tatap muka langsung individual v Penyuluhan v Leaflet, dll
3. Masalah pasien v Multidiagnosis v Polifarmasi v Alergi, v Usia : anak, lansia, v Gangguan fungsi : ginjal, hati, (pasien rawat tinggal) v Dll
Informasi untuk Pasien & Keluarganya
INFORMATION-MOTIVATION-BEHAVIOURAL SKILLS MODEL
• Motivation
Information
Behavioral Skills Behavior Change
Komunikasi & Informasi
Dokter Apoteker
Perawat Tenaga Kesehatan Lain
Pasien
Kolaborasi dan Integrasi dalam Pelayanan
2. Identifikasi Masalah Terkait Obat (Drug Related Problem)
� Ada indikasi tapi tidak diterapi � Pemilihan obat tidak tepat � Dosis terlalu rendah � Dosis terlalu tinggi � Efek samping obat � Interaksi Obat � Pasien tidak menggunakan obat � Tidak ada indikasi
DRUG RELATED NEED
DRUG THERAPY PROBLEM
%
Indikasi yg tidak tepat
Terapi yg tidak diperlukan
8%
Efektifitas Obat yg salah 15%
Dosis terlalu rendah 16%
Keamanan Adverse Drug Reaction 21%
Dosis terlalu tinggi 6%
Kondisi tak diterapi
Butuh tambahan terapi
23%
Compliance/ Adherence
Inappropriate compliance/Adherence
11%
Keterkaitan dalam Terapi Obat
Drug therapy
Human or systematic
error
Symptoms related to disease or
therapy
Medication error no morbidity
Van den Bemt, Drug Safety 2000;22:321-33.
Adverse Drug Reaction
Medication error with morbidity
Product Focus
Patient Focus
Pemakaian obat rasional: aman, tepat indikasi, dosis, waktu, harga
Bebas Med. Error Screening Resep
*DTP Counseling Monitoring
Konsep Pharmaceutical Care
• EBM
• MUTU
ETIK
• PATIENT SAFETY
3 Fondasi Asuhan pasien
• VBM
PATIENT CENTERED
CARE
RISK MANAGEMENT
• Asuhan Medis • Asuhan
Keperawatan • Asuhan Gizi • Asuhan Obat
• Evidence Based Medicine
• Value Based Medicine
“Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of Quality Management.”
(World Alliance for
Patient Safety, Forward Programme,
WHO, 2004)
PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
Filosofi Asuhan pasien (Patient care)
Tenaga farmasi terlibat sebagai PPA (Profesional Pemberi Asuhan)
32
Pencatatan Asuhan Kefarmasian dalam Rekam Medik
Ø Apa yang perlu ditulis?
ØBagaimana menuliskannya?
Fungsi Dokumentasi
Ø Komunikasi antar tenaga kesehatan
Ø Bukti pelayanan
Ø Reimbursement
Ø Bukti hukum
Monitoring Efek Samping Obat
• Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadapm obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.
Tujuan MESO • Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkinterutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang. • Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah
dikenal sekali, yang baru saja ditemukan. • Mengenal semua faktor yang mungkin dapatmenimbulkan/
mempengaruhi timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek Samping Obat.
SDMFARMASIKLINIK• Penanggungjawabpelayananfarmasidirawatjalan,rawatinap,instalasigawatdarurat,ruangICU
• Koordinatorpenerimaandandistribusi
• Koordinatorproduksi
37
• IdealnyajumlahApotekerdirawatinap(1:30pasien),Apotekerdirawatjalan(1:50Pasien)
• Mengembangkankebijakanpengelolaanobathigh-alertmedication
Pelayananfarmasiklinika
Terimakasih
DAFTARPUSTAKA
1. CipolleRJ,StrandLM,MorleyPC,“Pharmaceu)calcarePrac)ce”,McGraw-Hill,1998
2. Charles,JPSiregar,Prof,Dr,MSc.,“FarmasiKlinik,TeoriDanPenerapan”,CetakanI,EGC,2004
3. BohLarryE.,PharmacyPracRceManualAGuidetoClinicalExperience2nded.,LippincotandWilliam,Philadelphia2001
4. LacyCharlesF,DrugInformaRonHandbook.,15thed.,LexiComp.,Ohio.,2007