Riset Kelautan dan Perikanan (Laporan Ringkas Riset BRKP ...
riset
-
Upload
ecko-yulianto -
Category
Documents
-
view
86 -
download
4
Transcript of riset
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK AYAH
DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK REMAJA
Oleh :
Fiktina Vifri Ismiriyam
08.92.0078
Pascasarjana Program Magister
Sains Psikologi
Universitas Katholik Soegijapranata
Semarang
2010
i
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK AYAH
DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK REMAJA
Tesis
Untuk memperoleh derajat Magister
Dalam Psikologi pada Program Pasca Sarjana
Universitas Soegijapranata Semarang
Oleh :
Fiktina Vifri Ismiriyam
08.92.0078
Pascasarjana Program Magister
Sains Psikologi
Universitas Katholik Soegijapranata
Semarang
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK AYAH DAN
KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK REMAJA
Pembimbing Utama Pembimbing Kedua
(Dr.M.Sih Setja Utami,M.Kes.) (Dra. Suparmi,Msi)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis dengan Judul
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK AYAH DAN
KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK REMAJA
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tesis
Program Magister Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata
Pada tanggal : 26 November 2010
Mengesahkan
Magister Sains Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Ketua Program Pembimbing Utama
Dr. Endang Widyorini,Psi Dr.M.Sih Setja Utami,M.Kes
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis dengan Judul
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK AYAH DAN
KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU MEROKOK REMAJA
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tesis
Program Magister Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata
Pada tanggal : 26 November 2010
Dewan Penguji
1. Dr. Endang Widyorini,Psi …………………………
2. Dr. Y Bagus Wismanto,M.Si …………………………
3. Dra. M Yang Roswita,M.Si ………………………….
v
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam tesis ini tidak
terdapat karya yang pernah digunakan untuk mempeorleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara sengaja tertulis diacu dalam naskah tesis
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, ……………………..
Yang Menyatakan
Fiktina Vifri Ismiriyam
08.92.0078
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
segala limpahan rahmatNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis
ini, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program
Studi Magister Psikologi Universitas Soegijapranata Semarang. Yang
mana dengan izin dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan judul “ Hubungan Antara Perilaku Merokok Ayah Dan Konformitas
Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Remaja”.
Penulis menyadari penulisan tesis ini, masih banyak
kekurangannya. Hal ini tentunya karena keterbatasan waktu dan
kemampuan yang dimiliki. Dengan itu penulis berterima kasih sekiranya
ada kritikan, saran yang membangun dan bermanfaat bagi
penyempurnaan tesis ini.
Selama penyelesaian penulisan tesis ini, penulis sangat
memperoleh bantuan dari orang-orang terdekat dan rekan-rekan penulis.
Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof.Dr.Ir.Y.Budi Widianarko,M.Sc. selaku rektor Universitas
Soegijapranata Semarang, yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas pembelajaran.
vii
2. Ibu Dr, Endang Widyorini,Psi selaku Ketua Program Studi Magister
Psikologi Universitas Soegijapranata Semarang, yang telah
memberikan kesempatan, kepercayaan dan dorongan dalam
kedisiplinan dan kejujuran ilmiah.
3. Ibu Dr.M.Sih Setja Utami,M.Kes Selaku Pembimbing Utama tesis yang
penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Ibu Dra. Suparmi,Msi Selaku Pembimbing Pendamping tesis yang
penuh kesabaran dan ketelitian membimbing penulis dalam
menyelesaikan tesis.
5. Bapak dan Ibu Dosen, pada Program Studi Magister Psikologi
Universitas Soegijapranata Semarang yang telah memberi bimbingan
dan berbagi ilmu kepada penulis.
6. Bapak Direktur AKPER Ngudi Waluyo Ungaran beserta staff dan
mahasiswa, yang telah membantu memberikan informasi dan data
bagi penulisan tesis ini.
7. Keluarga kecilku yang selalu mendoakan dan memberikan waktu tidak
bersama – sama.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Psikologi Universitas
Soegijapranata Semarang angkatan 2009.
viii
Secara khusus penulis ucapkan terima kasih, yang teramat tulus
kepada suami dan anak-anak ku tercinta serta keluarga besar yang telah
banyak berkorban dalam membantu penulis selama menyelesaikan tesis
ini.
Semarang, November 2010
Fiktina vifri ismiriyam
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN iv
PRAKATA v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
ABSTRAKSI ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Perumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
1
12
13
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14
A. Perilaku merokok pada remaja
1. Pengertian perilaku merokok
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
pada remaja
3. Aspek- aspek perilaku merokok remaja
14
17
20
x
B. Perilaku merokok ayah 21
C. Konformitas dengan teman sebaya 25
1. Pengertian konformitas kelompok teman sebaya
2. Aspek – aspek konformitas dengan teman sebaya
25
26
D. Hubungan perilaku merokok ayah dan perilaku merokok
pada remaja
28
E. Hubungan konformitas teman sebaya dan perilaku merokok
pada remaja
32
F. Hipotesis 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode penelitian yang digunakan 37
B. Identifikasi variabel penelitian 37
C. Definisi operasional 38
D. Subjek penelitian 40
E. Metode pengumpulan data 41
F. Validitas dan reliabilitas alat ukur 43
G. Tehnik analisa data 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 46
A. Orientasi kancah penelitian 46
B. Persiapan penelitian
C. Validitas dan reliabilitas
47
51
D. Uji asumsi 52
E. Pembahasan 54
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 61
B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Rancangan sebaran item skala konformitas teman sebaya .. 42
Tabel .2 Sebaran item skala konformitas teman sebaya .................... 48
Tabel .3 Rincian subjek ....................................................................... 50
Tabel .4 Hasil analisa item skala konformitas teman sebaya ............. 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar pertanyaan 71
Data mentah 76
Hasil validitas dan reliabilitas 86
Hasil perhitungan 90
Surat ijin penelitian 104
xiv
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok ayah dan konformitas teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode kuantitatif . Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Akper Ngudi Waluyo Ungaran dengan jumlah 81, dengan ciri – ciri usia 19 -21 tahun Jenis kelamin laki – laki Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik insidental sampling. Metode pengumpulan data menggunakan metode skala,analisa data dengan tehnik korelasi Product Moment dari Pearson. hasil yang didapat adalah :
1 Ada hubungan positif yang signifikan antara perilaku merokok Ayah dengan perilaku merokok remaja. (r=0,347 dengan p=0.002).
2 Tidak ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku merokok remaja (r=0.055 dengan p=0.623).
Kata kunci: Konformitas, perilaku merokok.
xv
ABSTRACT
The purpose of this research was to know the correlation between fathers’ smoking behavior and peers conformity and smoking behavior on adolescents. On this research, it was used quantitative methods. The research sample was 96 male students of Ngudi Waluyo Academy of Nursing aged 19-21 years. Sampling technique used incidental sampling technique. Method of data collection used scale method. The data were analyzed with Pearson Product Moment correlation technique. The results of the study were:
1 There was significant positive correlation between fathers’ smoking behavior and adolescent smoking behavior (r = 0,347 with p=0,002)
2 There was no relationship between peer conformity and adolescent smoking behavior (r=0,055 with p=0,623)
Key words: conformity, smoking behavior
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat di
ingkari. Banyak penyakit telah terbukti menjadi buruk, akibat merokok,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok
bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang-orang di
sekitarnya.
Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan berhenti
merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia,
cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok. Melalui resolusi
tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization)
telah menetapkan tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau
Sedunia pada setiap tahunnya. Tembakau adalah penyebab
munculnya atau terjadinya beberapa penyakit dan penyebab kematian
diseluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization). Pada tabloid senior no.215/22-25 Agustus 2003,
terdapat artikel “ Saat Asap Rokok Menyumbat Saluran Nafas” Data
statistic menunjukan 60% penduduk Indonesia perokok aktif, kurang
dari 5,7% diantaranya adalah perokok berat yang mempunyai resiko
terkena penyakit paru-paru abstuktif kronik (PPOK). Di Asia prevalensi
terkena PPOK adalah 3-5/1000 perokok pria, perempuan 1,8 /1000.
PPOK sendiri merupakan penyakit mematikan dan mengurangi
2
kemampuan seseorang bernafas sehingga lambat laun dapat
meninggal. Menurut catatan WHO hingga kini tercatat 600 juta
penderita PPOK di dunia 2.75 diantaranya telah meninggal dunia
(Margareta,2009.h.2). Lavendhal (dalam Smet,1994.h.37)
mengatakan bahwa merokok tahap awal dilakukan dengan teman-
teman 46% seorang anggota keluarga bukan orangtua 23% dan orang
tua 14%.
Merokok adalah faktor penyebab utama pada kanker, penyakit
jantung dan paru kronis. (Gochman,1988.h.108). Dampak negatif
merokok terhadap kesehatan memang tidak akan dirasakan saat-saat
ini, tapi akan dirasakan setelah 20 tahun kemudian. Semakin dini
orang mengenal rokok, maka akan semakin cepat orang mengenal
banyak penyakit. Memang kebiasaan merokok ini sulit untuk
dihilangkan apalagi kalau sudah kecanduan. Sedangkan kerugian
merokok juga telah berulang kali dikatakan oleh berbagai kalangan.
Merokok dapat mengurangi kinerja fungsi tubuh yang mengakibatkan
produktivitas menurun dan selain itu juga menyebabkan kematian
pada usia produktif. “Yang lebih penting adalah hilangnya
pendapatan, tabungan dan hilangnya investasi yang telah dilakukan.
Bahkan, anak-anak sekolah akan menjadi korban dari zat beracun ini,”
( Chomaria.2008.h.23)
3
Sebagian besar negara-negara Barat, terdapat peningkatan
dalam kelaziman atau kebiasaan atau kecenderungan merokok pada
periode atau masa anak remaja (Levy, 2005.h. 8)
Dalam penelitian yang dilakukan (Soewondo.2004. Fakultas
Psikologi UI) yang bertanya kepada sejumlah orang yang tidak
berhenti merokok - diperoleh jawaban bahwa bila tidak merokok, akan
susah berkonsentrasi, gelisah, bahkan bisa jadi gemuk . sedangkan
bila merokok, akan merasa lebih dewasa dan bisa timbul ide-ide atau
inspirasi. Faktor - faktor psikologis dan fisiologis inilah yang banyak
mempengaruhi kebiasaan perilaku merokok di masyarakat secara
umum. (Kompas,2004.h.35 )
Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok
menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan
masyarakat.Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di
kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha
penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan
penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.
Sebagian besar perokok mulai menggunakan produk tembakau
sebelum usia delapan belas tahun atau remaja (Harakeh .2006:1139)
dan sebagian besar perokok mulai merokok ketika usia remaja. Anak
remaja yang berpengalaman merokok cenderung mengembangkan
kebergantungan psikologis pada nikotin, dan akibatnya mereka
menjadi perokok reguler di kehidupan mereka selanjutnya
4
(Harakeh.2006:1140). Merokok dikalangan usia remaja adalah salah
satu faktor utama yang berhubungan dengan eksperimen dan
penggunaan merokok secara reguler . Pada anak remaja usia belasan
tahun dalam berhubungan pertemanan cenderung yang seusia atau
sebaya menjadi hal lebih penting jika dibandingkan dengan hubungan
disaat atau masa kanak-kanak. Perasaan pengalaman remaja
mengenai ketidakpastian tentang gambaran diri mereka sendiri
memperlihatkan adanya kebutuhan terhadap kebutuhan sosial,
keanggotaan kelompok dan mempunyai teman dekat dalam
menghabiskan waktu bersama hal ini sangat penting bersama teman
sebaya mereka. Sehingga pada periode atau masa remaja, seorang
remaja menjadi mudah memulai untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma yang lazim dibandingkan pada periode atau masa
lainnya (Harakeh.2006:145). Tingkat angka kejadian merokok pada
siswa satu tahun setelah lulus SMU dan menemukan bahwa di antara
siswa kelas duabelas yang pernah merokok, 25% mulai merokok
kelas duabelas dan pernah merokok, 39% meningkat penggunaannya
dalam rokok, 25% peserta yang tidak pernah merokok sebelum
selesai sekolahnya mulai mencoba merokok pertama kali yaitu pada
tahun berikutnya (Tercyak,2007;h.1397).
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi
kesehatan tetapi masih banyak orang yang melakukan, bahkan orang
mulai merokok ketika mereka masih usia remaja. Sejumlah studi
5
menegas bahwa kebanyakan perokok mulai merokok antara usia
sebelas tahun sampai tiga belas tahun dan 85% sampai 95% sebelum
umur delapan belas tahun (Dhuyvettere dalam Smet,1994.h. 34)
Faktor dari dalam remaja dilihat dari kajian perkembangan
masa remaja masa remaja mulai merokok dikatakan oleh Gatchel
(1989.h.74) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang
dialami pada masa perkembangannya yaitu masa mencari jati dirinya,
beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara
kompensatoris. Seperti dikatakan oleh (Brigham.1991.h.62) bahwa
perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol
kematangan,kekuatan kepemimpinan,dan daya tarik terhadap lawan
jenis.
Kepuasan psikologi adalah akibat atau efek yang diperoleh dari
merokok berupa keyakinan dan perasaan yang menyenangkan yang
dirasakan subyek., agen sosialisasi perilaku merokok pada remaja
merujuk konsep tranmisi perilaku,pada dasarnya perilaku dapat
ditranmisikan vertikal dan horizontal (Berry,1992.h.23). Tranmisi
vertikal dilakukan orang tua dan tranmisi horizontal oleh teman
sebaya. Selanjutnya jika dilihat dari tahap–tahap merokok teman
sebaya merupakan salah satu pihak yang pertama kali mengenalkan
atau mencoba merokok,kemudian berlanjut dan berkembang menjadi
adanya ketergantungan merokok. Dalam tahap ini maka merokok
merupakan kepuasan psikologis dan bukan semata – mata kebutuhan
6
untuk mewujudkan kejantanan dan kedewasaan remaja
(Harakeh.2006.h.156). Hasil riset lembaga menangulangi masalah
merokok ( Republika,1998) melaporkan bahwa anak-anak Indonesia
sudah ada yang merokok usia 9 tahun, angka tertinggi dilakukan oleh
anak-anak usia 15-19 tahun 59,1 % . Smet.(1994.h.73) mengatakan
bahwa usia pertamakali merokok pada umumnya usia 11-13 tahun
dan mereka pada umumnya selalu merokok usia 18 tahun.
Keluarga merupakan suatu lembaga yang disiapkan untuk
menyelamatkan suatu bangsa atau generasi, dalam sebuah keluarga
setiap pasangan suami istri tentu mendambakan kehadiran seorang
anak, anak merupakan buah hati kedua orangtuanya, selain itu
sebagai harta pusaka orangtua sebagai penerus keturunan .(Natalia
,2008.h.1). Orangtua baik Ayah maupun Ibu harus menjadi semacam
orgainizer dari semua orang yang mau terlibat dalam penangganan
anak. .(Natalia ,2008.h.6).
Keluarga dapat juga disebut sebagai suatu sistem, dimana
terdiri dari ayah dan ibu (orangtua), kakak atau adik atau keduanya
(saudara). Orangtua adalah orang yang bertanggung jawab dalam
sebuah keluarga. Tanggung jawab pertama dan utama dalam
keluarga adalah orangtua. Pengasuhan dan pendidikan anak dalam
keluarga merupakan bagian yang penting dalam proses
perkembangan. Keluarga memegang peranan penting terhadap
7
sosialisasi anak, tapi peran tersebut menjadi semakin sulit untuk di
definisikan.
Pandangan tradisional seorang Ayah lebih berperan sebagai
tulang punggung atau menghidupi keluarga daripada mengasuh anak
– anaknya, hal itu semakin kelihatan pada masyarakat dan budaya
patrilinier yaitu Ayah sebagai kepala rumah tangga yang lebih
diterima oleh masyarakat sebagai penanggung jawab utama secara
material. Padahal peran orangtua khususnya disini Ayah sangat
dibutuhkan untuk perkembangan seorang anak tidak melulu
memenuhi secara ekonomi (Meadows,2006.h.10)
Terdapat banyak literature tentang faktor-faktor penyebab awal
merokok pada anak-anak dan remaja, pengaruh teman sebagai satu-
satunya pengaruh terbesar, keluarga adalah pengaruh terkuat ke dua.
(Gochman.1988.h.108). Sebuah survey nasional menyebutkan bahwa
sekitar 14% anak yang orang tuanya merokok juga menjadi perokok,
tapi hanya sekitar 6% dari yang orang tuanya bukan perokok. Pola
umum tentang hal ini telah diteliti pada banyak penelitian. Meskipun
tidak terbukti bahwa semua orangtua perokok memiliki anak yang
merokok juga, sekitar 5% perokok remaja merokok pertama kali
dengan orangtuanya. Pengaruh keluarga yang merokok tampaknya
makin kuat, hampir 17% anak yang kakaknya merokok akan menjadi
perokok juga, dapat disimpulkan terdapat bukti kuat kebiasaan
merokok orang tua dan anak yang lebih tua mempengaruhi anak-
8
anak, tapi bisa juga anak-anak membantu orangtua mereka untuk
berhenti merokok. (Gochman.1988. h.109).
Meskipun pengaruh keluarga pada perilaku merokok cukup
berpengaruh, hanya sedikit studi berbasis keluarga yang telah
membahas penghentian merokok. Salah satu studi menunjukkan
bahwa anak-anak mungkin dapat mempengaruhi orangtua mereka
untuk berhenti merokok, dan serangkaian laporan kasus menunjukkan
bahwa pasangan suami istri yang berhenti merokok pada waktu yang
sama mungkin dapat mendukung satu sama lain secara efektif.
(Harakeh.2006:118).
Peran ayah adalah ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari
anak – anak yang berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, pemberi rasa aman juga sebagai kepala keluarga,anggota
kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan lingkungan.
Dalam mendidik anak seorang ayah tidak hanya sebatas pada
pemenuhan kebutuhan sandang pangan, papan, obat-obatan dan
membayar SPP saja, dimana kewajiban yang besar yaitu mengajari
masalah agama, mendidik berakhlak mulia serta mengawasi tingkah
lakunya.( Abdullah.2006.81)
Beberapa penelitian menyatakan bahwa anak remaja yang
mempunyai orangtua merokok mereka lebih sering atau suka merokok
dibandingkan dengan anak remaja yang mempunyai orang tua tidak
merokok (Harakeh.2006:116).
9
Seorang ayah tidaklah pantas merokok bagi yang muslim
karena keharaman dan khawatir di tiru oleh anak-anaknya karena
anak adalah peniru yang ulung. ( Shalih. 2006.h.444)
Ayah harus dapat mengerti keadaan anak ,bertindak sebagai
teman atau rekan bagi anak-anaknya, membimbing perkembangan
anak serta melakukan sesuatu untuk bersama-sama anak-
anaknya.sebagai seorang ayah maka peranan ayah tampak melalui
aktivitas-aktivitas ayah yang berusaha mengembangan kemampuan-
kemampuan, keahlian yang dibutuhkan anak, mengarahkan minatnya
dan mengembangkan kemampuan intelektualnya. Melalui sikap dan
tingkah laku Ayah sebagai kepala keluarga maka anak belajar
bertingkahlaku sebagai layaknya seorang laki-laki contohnya dalam
berperilaku merokok. (Gunarsa,2008.h.127)
Bagi remaja yang memiliki kecendrungan kuat untuk masuk
kelompok, maka pengaruh pemberian norma oleh kelompok tersebut
akan berdampak pada timbulnya konformitas yang kuat. Kondisi
demikian akan membuat remaja cenderung untuk lebih menyesuaikan
diri dengan norma kelompok agar mendapatkan penerimaan dan
menghindari penolakan. Tiap-tiap anggota kelompok pasti ingin
diterima dan diperlakukan sebagai anggota kelompok yang sama oleh
anggota kelompok yang lain. Tiap anggota juga akan berusaha untuk
berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok yang berlaku.
Keinginan ini berkembang menjadi mengikuti apa saja yang oleh
10
mayoritas anggota diterima sebagai sesuatu yang benar. (Robbins,
1996.h. 65).
Conformity yaitu motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam
dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman
sebayanya. Konsep konformitas yang dikemukakan Evert (dalam
Monks dkk,1999.h.98) bahwa besarnya pengaruh lingkungan atau
kelompok tersebut sampai pada pemberian norma tingkah laku oleh
kelompok.
Kelompok terbentuk karena suatu persatuan dan rasa
solidaritas yang kuat yang diikat oleh nilai dan norma kelompok yang
telah disepakati bersama (Fatimah, 2006.h.10). Norma diperlukan oleh
individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk melindungi
diri dari ancaman pelanggaran hak dari orang atau kelompok. Oleh
karena itu individu dan kelompok dalam masyarakat diharapkan
mentaati norma-norma yang berlaku. Remaja biasanya memiliki
standar norma tertentu yang sesuai dengan kelompok mereka
( Sarwono, 1994.h. 67)
Agar tidak dikucilkan, biasanya tiap anggota kelompok
berusaha untuk menjadi konformis, yaitu tidak berbeda dengan orang
lain di dalam kelompoknya. Dorongan demikian tidak hanya datang
dari dalam diri sendiri tetapi juga datang dari luar diri biasanya datang
dalam bentuk tekanan-tekanan kelompok ataupun tekanan dari
anggota kelompok yang lain (Robbins,1996. h.20). Untuk bisa
11
mengikuti norma di dalam kelompok tidaklah mudah, karena setiap
individu memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda, mau
tidak mau individu harus dan akan berusaha untuk mengikuti apa yang
telah menjadi kesepakatan di dalam kelompoknya. Pada saat itulah
individu dihadapkan pada situasi konform terhadap kelompoknya
(Robbins,1996,h.21). Konformitas kepada norma tersebut terjadi
apabila norma tersebut secara jelas dinyatakan, individu berada dalam
pengawasan kelompok, kelompok memiliki sanksi yang kuat dan
kelompoknya memiliki sifat kohesif yang tinggi. Pada masa remaja
juga ada beberapa minat yang ditunjukkan dari remaja salah satunya
minat terhadap hal simbolik. Tinggi rendahnya status seseorang, yang
menjadi ukuran prestisenya, biasanya digambarkan dengan hal-hal
yang bersifat simbolik. Bagi remaja, hal-hal yang bersifat simbolik itu
menunjukkan status sosial ekonomi yang lebih tinggi dari pada teman-
teman lain dalam kelompok, bahwa dia mencapai prestasi yang tinggi,
bahwa dia bergabung dengan kelompok dan merupakan anggota
yang diterima kelompok karena penampilan atau perbuatan yang
sama dengan penampilan dan perbuatan anggota kelompok lainnya
dan bahwa dia mempunyai status yang hampir dewasa
(Baron.2005.h.311). Konformitas adalah individu mengubah
perilakunya dengan menganut norma sosial yang ada, menerima ide –
ide atau aturan – aturan yang menunjukkan bagaimana individu harus
berperilaku dalam situasi tertentu.kelompok teman sebaya menurut
12
(Soekanto 2005,h.38). Masa remaja ditandai dengan meluasnya
aktifitas sosial yaitu kecenderungan untuk berkumpul atau
berkelompok dengan kawan – kawan sebaya. Konformitas teman
sebaya adalah muncul ketika individu mengikuti tingkahlaku atau
sikap dari orang lain dikarenakan oleh tekanan dari orang lain baik
yang nyata maupun dibayangkan, pengaruh teman sebaya bisa positif
dan negative, salah satu bentuk konformitas teman sebaya tersebut
adalah perilaku merokok (Santrok,2003,h.222 -.232).
Menurut penelitian Surya (1999. h.65) bahwa pada masa
remaja konformitas terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan masa pertumbuhan lainnya. Hal tersebut dapat
dimengerti mengingat pada masa remaja proses pemantapan diri
sedang berlangsung sehingga remaja akan lebih rentan terhadap
pengaruh perubahan dan tekanan yang ada disekitarnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah tersebut muncul pertanyaan
penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini; “Apakah ada
hubungan antara perilaku merokok ayah dan konformitas teman
sebaya pada perilaku merokok pada remaja” .
13
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara perilaku merokok ayah dan konformitas teman
sebaya dengan perilaku merokok pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data
empirik pada psikologi kesehatan dan psikologi perkembangan
khususnya tentang perilaku merokok pada remaja.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi remaja,
keluarga, masyarakat yang peduli dengan perilaku merokok,
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku merokok pada Remaja
1 Pengertian perilaku merokok Remaja
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan masalahnya yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, dan tindakkan. (Danusanto.1991.h.2).
Sedangkan (McLeish.1986.h.9) mengatakan bahwa perilaku
adalah sesuatu yang dapat diobservasi atau diamati. Menurut
(Gunarsa,2008,h.8). Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon
manusia, sebagai mahluk hidup terhadap lingkunganya, perilaku
adalah aksi reaksi terhadap perangsangan dari lingkungan.
Bermacam –macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia
dalam menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk
perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok.
Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok Kuno dan
Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan
yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan
jalan dihisap melalui hidung dan mulut ( Danusanto.1991,h.5)
Rokok mengandung zat psikoaktif yaitu nikotin yang
memberikan perasaan nikmat, rasa nyaman, fit, dan meningkatkan
produktifitas. Perokok akan menjadi ketagihan karena nikotin
15
bersifat adiktif. Bila kebiasaan merokok dihentikan dalam waktu
tertentu perokok akan mengalami withdrawal effect.
(Mangoenprasojo.2005.h.15). Merokok adalah membakar
tembakau kemudian dihisap baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa, temperature pada sebatang rokok yang tengah
dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok yang dibakar,
dan 30 derajat Celsius untuk rokok yang terselip diantara bibir
perokok (Sitopoe.2000.h.19). Menurut Konopka dalam
(Yusuf.2000.h.85) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15
tahun; (b) remaja madya:15-18 tahun dan (c) remaja akhir:19-22
tahun.
Pengertian remaja adalah perkembangan individu yang di
awali dengan matangnya organ - organ fisik (seksual) sehingga
mampu bereproduksi, jadi remaja dihadapkan pada potensi baru
yang meliputi minat, terhadap seksual, fantasi erotik dan
eksperimen, fungsi psikis, yang berlangsung secara berangsur-
angsur dan teratur (Dariyo.2004.h.92). Remaja akhir kira – kira
berumur 18-21 tahun ditandai dengan transisi untuk memulai
bertanggung jawab, membuat pilihan dan berkesempatan untuk
mulai menjadi dewasa (Dariyo.2004.h.93). Menurut Sigmund Freud
dalam (Ahmadi,2003.h.127) remaja akhir disebut sebagai “Edisi
kedua dari situasi Oedipus”. Sebab, relasi anak muda pada usia ini
masih banyak mengandung unsur yang rumit dan belum
16
terselesaikan yaitu banyak konflik antara isi psikis yang kontradiktif,
terutama sekali pada relasi anak muda dengan orangtua dan objek
cintanya. Karakteristik masa adolesen atau masa remaja akhir
antara 17-21 tahun yaitu mulai merasa mantap stabil, mulai
mengenal aku-nya, dan ingin hidup dengan itikad keberanian, mulai
memahami arah hidangan itikad keberanian. Dia mulai memahami
arah hidupnya, dan menyadari tujuan hidupnya, mempunyai
pendirian tertentu berdasarkan satu pola hidup yang jelas
(Ahmadi,2005.h.128). Masa adolesen adalah masa peralihan dari
masa remaja atau masa pemuda ke masa dewasa, jadi merupakan
masa penutup dari masa pemuda (Ahmadi,2005.h.129).
Remaja merupakan bagian dari bangsa Indonesia, dimana
bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius dimana
paradigm yang dianut oleh setiap penduduknya dijiwai oleh nilai-
nilai kemanusiaan yang luhur, sehingga seharusnya remaja bagian
dari warga yang harus bisa mengamalkan kehidupan yang
bermoral dalam kehidupan sehari-hari, remaja diharapkan
mempunyai kesadaran terhadap hal-hal yang baik dan buruk juga
dapat membedakan hal yang boleh dan tidak dilakukan oleh
remaja. (Setiani.2008.h.7).
Jadi perilaku merokok remaja adalah hasil dari segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan masalahnya
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan tindakkan dalam
17
merokok, yang dilakukan oleh individu yang berusia antara
duabelas tahun sampai dengan duapuluhdua tahun.
2 Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja
a Pengaruh orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah
bahwa anak – anak muda yang berasal dari rumah tangga yang
tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan
anak – anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras,
anak akan lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak
– anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia ( Atkinson,1999.h.42).
Keluarga memiliki peranan yang sangat besar dalam
membentuk perilaku merokok dalam diri tiap anggotanya.
Umumnya anak – anak remaja menjadi terbiasa merokok
karena mengikuti kebiasaan orang tuanya. Seorang anak
umumnya memang suka melakukan sesuatu yang dilakukan
oleh orang tuanya (Fatimah,2006.h.34).
Orang tua dalam hal ini Ayah, tidaklah pantas bila
merokok di depan anaknya sebaiknya bisa menahan tidak
merokok, karena anak - anaknya mudah sekali meniru tingkah
laku merokok Ayah. (Shalih. 2006.h.445)
Ayah biasanya menjadi figur oleh anaknya, contohnya
bila seorang ayah perokok maka anak – anaknya akan memiliki
18
kemungkinan besar untuk mencontohnya dan menjadi perokok.
(Mu’tadin.2002.h.22)
b Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak
remaja merokok maka semakin besar kemungkinannya teman
– temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.
Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang –
kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula
dengan remaja non perokok (Ginna.2006.h.3).
c Pengaruh iklan
Peranan media informasi dalam mengiklankan rokok
serta film – film yang secara tidak langsung mempromosikan
rokok turut pula membentuk kebiasaan merokok khususnya
anak – anak muda (Fatimah,2006.h.45).
d Faktor kepribadian
Seseorang yang cemas dan cepat emosi umumnya akan
lebih mudah terjerumus pada kebiasaan merokok dibanding
orang lain (Fatimah,2006.h.30). Orang mencoba untuk merokok
karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan
(Atkinson,1999). Klinke & Meker (dalam Aritonang,1997.h.27)
bahwa motif orang merokok adalah relaksasi. Dengan merokok
dapat mengurangi ketegangan, memudahkan konsetrasi,
pengalaman yang menyenangkan, dan relaksasi.
19
Menurut (Ginna.2006.h.23) Ketertarikan generasi muda
untuk mencoba rokok sesungguhnya didorong sifat – sifat
positif alami manusia muda,yaitu:
1) Perasaan ingin tahu
2) Perasaan ingin diakui lebih berani oleh lingkungannya
3) Perasaan ingin dianggap lebih hebat dan lebih dewasa
dibanding dengan teman sebayanya.
4) Perasaan setia kawan senasib sepenanggungan
Bila dimanfaatkan untuk hal positif menjadi sosok
manusia yang kreatif, maju, dinamis, sehat, dan memiliki
massa depan yang sukses. Bila diarahkan yang keliru yaitu
perilaku merokok dan memakai narkoba hasilnya adalah
sebaliknya, penderitaan, kemiskinan, dan kebodohan. Terdapat
banyak literature tentang faktor - faktor penyebab awal merokok
pada anak-anak dan remaja, dikarenakan pengaruh teman
sebagai satu-satunya pengaruh terbesar.
Menurut Lewin (Komarasari.2000.h.25) Perilaku merokok
selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
oleh faktor lingkungan.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan maka dapat di
ambil kesimpulan banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok remaja adalah faktor perilaku merokok teman, faktor
dari dalam dirinya sendiri dan anggota keluarga
20
3. Aspek – aspek perilaku merokok remaja
Setiap individu dapat mengambarkan setiap perilaku
merokok menurut 3 aspek sebagai berikut Mu’tadin (,2002.h.10)
a. Frekuensi
Sering tidaknya perilaku muncul (kekerapan), mungkin
cara yang paling sederhana mencatat perilaku hanya dengan
menghitung jumlah munculnya perilaku hanya dengan
menghitung jumlah munculnya perilaku tersebut. Menurut
definisi usaha – usaha sistematis untuk mengubah perilaku
akibatnya pengumpulan data frekuensi menjadi salah satu
ukuran yang paling banyak digunakan dalam penilaian program.
Peningkatan atau penurunan jumlah munculnya suatu perilaku
dievaluasi sebelum dan sesudah program sistematis yang
direncanakan untuk mengubah perilaku tersebut kearah yang
diinginkan.
b. Lamanya berlangsung
Waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan
setiap tindakan. Jika suatu perilaku mempunyai permulaan dan
akhir tertentu, tetapi terjadi pada waktu yang berbeda untuk
masing masing peristiwa maka pengukuran lamanya
berlangsung lebih bermanfaat lagi. Pengukuran lamanya
berlangsung adalah cara yang lebih tepat untuk menyatakan
secara jelas dan terinci perubahan – perubahan dalam perilaku.
21
Pendataan semacam ini meliputi pengukuran jumlah waktu
berlangsungnya suatu unit perilaku tertentu.
c. Intensitas
Keadaan tingkatan atau ukuran tentang kekuatan, efek.
Dimensi intensitas mungkin merupakan cara yang paling
subyektif dalam mengukur perilaku dalam suatu program, cara
ini biasa meliputi penilaian seseorang akan intensitasnya.
Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa aspek – aspek perilaku merokok
remaja dapat dilihat dari tiga aspek yaitu frekuensi, lamanya
berlangsung, dan intensitas. Dalam penelitian ini yang akan
diukur atau disoroti hanya frekuensi merokok karena perilaku
merokok yang dapat diamati secara langsung adalah frekuensi
merokok .
B. Perilaku Merokok Ayah
Pengertian perilaku adalah setiap cara reaksi atau respons
manusia, mahluk hidup terhadap lingkungannya, perilaku juga
merupakan aksi reaksi terhadap rangsangan dari lingkungan.
(Gunarsa,2008,h.4).
Menurut (Dhuyvettere dalam Smet.1994.h.34). Perilaku
merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan tetapi
22
masih banyak orang yang melakukan, bahkan orang mulai merokok
ketika mereka masih usia remaja.
Ayah sebagai otak didalam keluarga, kepala keluarga dan
berperan utama dalam menciptakan suasana keluarga
(Gunarsa,2008,h.34) Ayah bukan hanya sebagai sumber materi akan
tetapi sebagai pengarah perkembangan terutama perannya
dikemudian hari, Ayah dalam keluarga mempunyai beberapa tugas
pencari nafkah, sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi
rasa aman. Di samping itu ayah juga menjadi model, teladan untuk
perannya kelak sebagai seorang laki – laki, ini bagi seorang anak laki-
laki, sedangkan bagi anak perempuan ayah sebagai seorang
pelindung.(Gunarsa,2008,h.37). Mu’tadin (2002.h.21) menyatakan
bahwa bila orangtua sendiri (ayah) menjadi figur salah satu contohnya
sebagai perokok maka anak – anaknya akan memiliki kemungkinan
besar untuk menjadi perokok dan mencontoh perilaku merokok ayah.
Tidak sedikit remaja yang merokok dikarenakan di dalam
lingkungan keluarganya ada yang merokok. Misalnya saja, seorang
remaja laki-laki merokok dikarenakan melihat ayahnya suka
merokok. Ia sangat kagum dengan ayahnya sehingga ia ingin
seperti ayahnya dan remaja tersebut suka mengimitasikan tingkah
laku ayahnya sampai pada kebiasaan buruk ayahnya yaitu merokok.
Selain hal tersebut, ada juga orang tua yang tidak keberatan anak
remaja laki-lakinya merokok. (Alkhoiri.2003.h.11)
23
"Secara statistik didapatkan data yang signifikan bahwa
seorang ayah akan menurunkan kebiasaan merokok pada anak laki-
lakinya, dan hal yang sama juga terjadi pada kebiasaan merokok ibu
yang diturunkan pada anak perempuannya," ujar Loureiro, peneliti dari
Universidade de Santiago de Compostela (USC), Spanyol, seperti
dikutip dari Health 24, Selasa (1/2/2011).
Keluarga merupakan unit hubungan yang paling dasar dan
merupakan lingkungan sosial yang erat dalam masyarakat. Keluarga
merupakan sumber utama dalam kepercayaan kesehatan, tingkah
laku yang berhubungan dengan kesehatan, stress, dan penyokong
emosi.
Kualitas komunikasi pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan merokok antara orangtua dan anak remaja
adalah penting dan perlu dilakukan. Hal ini terdapat hubungan antara
perilaku merokok orangtua dengan fungsi Orangtua, yang mengontrol
kegiatan anak remaja mereka secara umum, dan biasanya juga
mengontrol kegiatan perilaku merokok anak remajanya, misalnya,
dengan berkomunikasi bersama dengan anak remaja mereka
mengenai masalah - masalah yang berhubungan dengan perilaku
merokok. (Harakeh.2006.h.99).
Perilaku orang tua yang merokok disisi lain adalah bisa
mempengaruhi aktivitas merokok pada anak remaja mereka baik
secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Teori Pembelajaran
24
Sosial, pengaruh langsung digunakan ketika orang tua memberi
sebuah contoh atau fungsi sebagai seorang model (peran) bagi anak-
anak remajanya, dan anak remaja mereka mengamati atau
mengobservasi dan meniru perilaku orang tuanya. Sehingga, anak
remaja yang mempunyai orang tua merokok cenderung mulai
merokok atau tetap menjadi seorang perokok (Harakeh.2006.h.100).
Orang tua yang merokok juga secara tidak langsung mempengaruhi
anak remaja merokok. Orangtua yang merokok bisa sebagai sumber
yang buruk dalam pesan anti merokok karena ketidak konsistenan
antara sikap mereka terhadap merokok dan perilaku yang
sebenarnya. Jadi, anak remaja yang memiliki orangtua merokok bisa
jadi mereka juga merokok, dibandingkan dengan anak remaja yang
memiliki orangtua tidak merokok. Didalam keluarga seorang anak
remaja mendapatkan model dan pengaruhnya sangat besar terhadap
perilaku seorang anak remaja.
Jadi perilaku merokok ayah adalah hasil dari segala macam
pengalaman yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan tindakkan
dalam berperilaku merokok.
C. Konformitas dengan Teman Sebaya
1. Pengertian konformitas kelompok teman sebaya
Sears (1994,h.92) menyatakan bahwa konformitas adalah
bentuk tingkah laku menyesuaikan diri dengan tingkah laku orang
25
lain, sehingga menjadi kurang lebih sama atau identik guna
mencapai suatu tujuan. Kiesler and Kiesler ( dalam Myers,1996,h.
233) menyebutkan konformitas adalah sebuah perubahan perilaku
atau keyakinan akibat tekanan kelompok baik nyata maupun yang
diimajinasikan. Konformitas tidak hanya bertindak atau bertingkah
laku seperti yang orang lain lakukan tetapi yang terpengaruh bagi
orang lain bertindak. Konformitas adalah seseorang berperilaku
terhadap orang lain sesuai dengan harapan yang merupakan
bentuk interaksi yang di dalamnya kelompok (Sunarto,2004.h.20).
Teman sebaya adalah individu yang tingkat kematangan
secara umum kurang lebih sama, teman sebaya menyediakan
sarana untuk perbandingan secara sosial dan sumber informasi
tentang dunia diluar keluarga, pengaruh teman sebaya bisa positif
dan negatif (Santrok,2003,h.232).
Konformitas teman sebaya adalah konformitas yang muncul
ketika individu mengikuti tingkah laku atau sikap dari orang lain
dikarenakan tekanan dari orang lain baik yang ada maupun yang
dibayangkan (Santrok,2003,h.232).
Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata
merupakan suatu hal yang paling banyak terjadi pada fase remaja
(Santrok,2003.h.221) .
Jadi kesimpulan dari konformitas teman sebaya adalah
bentuk tingkah laku menyesuaikan diri dengan tingkah laku orang
26
lain, teman sebaya menyediakan sarana untuk perbandingan
secara sosial dan sumber informasi tentang dunia diluar keluarga,
pengaruh teman sebaya bisa positif dan negatif guna mencapai
suatu tujuan, ternyata merupakan suatu hal yang paling banyak
terjadi pada fase remaja.
2 Aspek – aspek konformitas dengan teman sebaya
(Sears.1994,h.81-85) Mengemukakan secara eksplisit
bahwa aspek - aspek konformitas adalah kepercayaan terhadap
kelompok, kurangnya kepercayaan pada penilaian sendiri, rasa
takut terhadap penyimpangan dan celaan sosial. Hal ini dapat
dijabarkan bahwa semakin besar kepercayaan individu terhadap
kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar
pula individu tersebut berkonformitas, individu yang percaya dan
yakin terhadap kemampuan sendiri tidak akan terpengaruh untuk
berkonformitas, individu cenderung berkonform untuk menghindari
celaan, individu tidak mau dilihat sebagai orang yang lain dari pada
yang lain .
(Azhadi.2004.h.29) menyatakan bahwa remaja yang
mengalami konformitas pada umumnya ditandai dengan beberapa
aspek sebagai berikut:
1) Distorsi persepsi adalah dalam kondisi ini remaja tunduk dan
tidak menyadari bahwa persepsi remaja tersebut telah
dibelokkan secara sengaja oleh mayoritas kelompok, sehingga
27
remaja tersebut merasa bahwa persepsi mayoritas adalah
persepsi yang benar.
2) Distorsi tindakan adalah pada kondisi ini remaja tunduk pada
kemauan kelompok karena merasa dituntut atau ditekan untuk
tidak berbeda dengan kelompok, sehingga tidak jarang remaja
akan lebih mementingkan tuntutan kelompok dari pada tuntutan
remaja itu sendiri
3) Distorsi penilaian adalah pada kondisi tersebut remaja akan
mengalami evaluasi kelompok, sehingga penilaian diri remaja
tersebut akan dihadapkan pada penilaian kelompok. Pada
kondisi demikian remaja cenderung kurang menyakini
penilaiannya sendiri dan cenderung mengikuti penilaian
kelompok.
Dapat disimpulkan bahwa aspek–aspek konformitas
terhadap kelompok teman sebaya adalah kepercayaan terhadap
kelompok, kurangnya kepercayaan pada penilaian sendiri, rasa
takut terhadap penyimpangan dan celaan sosial. Sehingga dapat
dijabarkan bahwa semakin besar kepercayaan individu terhadap
kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar
pula individu tersebut berkonformitas, individu yang percaya dan
yakin terhadap kemampuan sendiri tidak akan terpengaruh untuk
berkonformitas, individu cenderung berkonform untuk menghindari
celaan, individu tidak mau dilihat sebagai orang yang lain dari pada
28
yang lain. Kepercayaan terhadap kelompok teman sebaya adalah
kepercayaan terhadap kelompok, kurangnya kepercayaan terhadap
penilaian sendiri, rasa takut terhadap penyimpangan dan celaan
sosial.
D. Hubungan perilaku merokok Ayah dan perilaku merokok pada
remaja
Keluarga mempunyai pengaruh utama dalam kesehatan fisik
dan mental tiap anggota keluarga, kebanyakan tingkah laku yang
berresiko terhadap jantung, termasuk diet, merokok, dan latihan
sangat dipengaruhi oleh keluarga (Sallis & Nader, 2003.h.109). Jika
tingkah laku yang tidak sehat (merokok, proses pencernaan alkohol
yang berlebihan, obesitas, dsb) terdeteksi pada salah satu anggota
keluarga, seringlah anggota sisanya. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa perilaku merokok Ayah dapat mempengaruhi seseorang
untuk berupaya meniru perilaku merokok karena modeling di
keluarga pengaruhnya sangat besar sekali. (Sallis & Nader,
2003.h.115)
Keluarga adalah pengantar sosial utama dalam
mempromosikan kesehatan dan dalam keadaan yang baik
(Harakeh.2006.h.99), Masa remaja adalah suatu periode dimana
beberapa anak usia muda mulai mempunyai pengalaman merokok.
Ketika anak berusia remaja mulai kecanduan dengan nikotin maka
29
mereka akan susah untuk keluar dan berhenti menggunakan
nikotin. Didalam keluargalah seorang remaja di didik dalam
berbagai hal tentang kehidupan, baik itu di lihat dari segi psikologis,
sosial dan lain-lain dari orang tua oleh seorang anak remaja.
Anak remaja walaupun sudah bisa menjadi orang yang
mandiri mereka juga menginginkan hubungan yang baik dengan
kedua orangtua mereka. Akibatnya orangtua tetap mempengaruhi
mereka selama masa remaja, dan terus mempengaruhi perilaku
remaja, termasuk merokok (Harakeh.2006.h.99).
( Elder & Booth,1996.h.31) Setiap anggota keluarga mungkin
mencontoh perilaku dan memberikan konsekuensi yang dapat
mempengaruhi perilaku anggota keluarga lainnya. Modeling adalah
konsep inti dalam teori pembelajaran sosial. Pengaruh modeling
dapat mempengaruhi perilaku yang kuat. Pengaruh modeling tidak
simple karena terdapat sejumlah fungsi dan dihubungkan oleh
beberapa faktor. ( Elder & Booth,1996.h.32) menyebutkan empat
fungsi modeling. Pertama, “Pengamatan efek pembelajaran”
menyatakan bahwa orang belajar untuk melakukan sesuatu dengan
melihat orang lain. Sebagai anggota keluarga memiliki begitu
banyak kesempatan untuk menonton satu sama lain, efek ini dapat
meresap dengan mudah. Contoh anak mulai belajar merokok
dengan mengamati orangtua mereka. Kedua, mengamati
konsekuensi positif atau negatif dari tindakan model berfungsi untuk
30
kinerja “Memudahkan atau menghambat” perilaku yang serupa.
Ketiga, efek fasilitasi respon berarti bahwa pemodelan dapat
menjadi penyebab terdahulu. Fungsi ini dibedakan dari
pengamatan pembelajaran dalam bahwa tidak ada perilaku baru
dipelajari, hanya waktu atau frekuensi atau kinerja yang
terpengaruh. Keempat, model kognitif menetapkan standar untuk
regulation. Dengan mengamati tindakan orang lain, kita belajar
untuk menetapkan standar atau harapan tertentu yang digunakan
untuk menilai diri sendiri dalam situasi yang mirip.
Atribut yang paling penting adalah sebuah model relevansi
dan kredibilitas. Model yang relevan memaksa perhatian, dan
perilaku mereka membutuhkan standar yang masuk akal untuk
memandu perilaku pribadi. Jika seorang model tampaknya pantas
mendapatkan kepercayaan, maka kredibilitas ditingkatkan. Bagi
anak-anak, orang tua adalah model yang relevans dan kredibel.
Dengan mempertimbangkan frekuensi dan lamanya kontak dengan
orang tua dan saudara kandung model, diharapkan bahwa anak-
anak akan dipengaruhi dengan cara yang sangat penting oleh
modeling dari anggota keluarga.
Model dapat bertindak sebagai anteseden, dapat
mengajarkan perilaku yang sebenarnya, dan dapat mempengaruhi
konsekuensi, sehingga ini adalah mekanisme yang kuat dan
kompleks untuk pengaruh keluarga. Anteseden adalah peristiwa-
31
peristiwa yang mengisyaratkan perilaku. Lingkungan kita penuh
dengan tanda-tanda isyarat seperti, pengingat, dan aturan. Rumah
tangga sangat kaya dengan isyarat yang terkait kesehatan, dan
keluarga yang di atas terkait dengan kesehatan memberikan
rangsangan sosial baik di dalam dan di luar rumah. Keluarga dapat
mengembangkan aturan formal maupun informal untuk mengatur
kebiasaan terkait kesehatan. Mungkin ada larangan terhadap
penggunaan tembakau, atau aturan keluarga tentang seseorang
boleh merokok dimulai pada usia tertentu. Anggota keluarga tidak
hanya memberi penghargaan dan hukuman tentang perilaku
kesehatan tertentu yang terkait dengan kata - kata dan tindakan,
tetapi tindakan penghargaan atau memberi hukuman mungkin juga
mengandung pelajaran yang dapat mempengaruhi kebiasaan
kesehatan.(Elder & Booth.1996.h.34)
Kesimpulannya perilaku merokok Ayah dapat mempengaruhi
anak untuk berupaya meniru perilaku merokok karena modeling di
keluarga pengaruhnya sangat besar sekali karena anak remaja
walaupun sudah bisa menjadi anak yang mandiri mereka juga ingin
hubungan yang baik dengan Ayah akibatnya bisa tetap
mempengaruhi mereka selama masa remaja termasuk perilaku
merokok, pengaruh modeling dapat mempengaruhi perilaku yang
kuat.
32
E. Hubungan konformitas teman sebaya dan perilaku merokok
pada remaja
Pada anak remaja usia belasan tahun, hubungan
pertemanan yang seusia atau sebaya menjadi lebih penting jika
dibandingkan dengan hubungan disaat atau masa kanak - kanak,
memperlihatkan kebutuhan terhadap kebutuhan sosial,
keanggotaan kelompok dan mempunyai teman dekat dan
menghabiskan waktu utama atau penting dengan teman sebaya
mereka. Sehingga pada periode atau masa remaja, seorang remaja
menjadi mudah memulai untuk menyesuaikan diri dengan norma-
norma yang lazim dibandingkan pada periode atau masa lainnya
(Harakeh dkk.2006:99).
Remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman sebaya,
dimana remaja mengalami perubahan – perubahan tingkah laku
sebagai salah satu usaha penyesuaian. Penyesuaian suatu
perilaku atau sikap supaya sesuai atau cocok dengan norma suatu
kelompok disebut dengan konformitas ( Myers,1996,h. 256).
Remaja mempersepsikan bahwa perilaku merokok sebagai
symbol status kedewasaan, tampak glamor, membuat tertarik
lawan jenis, karena menyenangkan dan membuat penampilan
menarik (Sarafino,1990,h.201).
Perilaku merokok yang dilakukan remaja cenderung tidak
dilakukan sendiri melainkan bersama-sama menginginkan atau
33
salah satu pihak terpaksa melakukan karena terdesak atau
dibawah ancaman pihak lain karena takut di cemooh, dijauhi
bahkan dibenci oleh teman - temannya dalam kelompok. Disisi lain
disadari atau tidak oleh para perilaku perokok mempunyai dampak
negatif baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Remaja
cenderung melupakan aturan kesehatan dan lebih mementingkan
kebutuhan untuk diterima oleh teman sebayanya.
Konformitas adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan
harapan yang merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya
kelompok (Sumartono.2004.h.20). Konformitas muncul ketika
individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain di karenakan
tekanan yang nyata maupun yang bayangkan oleh mereka,
tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi kuat pada masa
remaja (Santrok,2003,h.221).
Konformitas mempengaruhi berbagai aspek dalam
kehidupan masa remaja seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah
atau sosial yang akan diikuti, penampilan, bahasa yang digunakan,
sikap dan nilai – nilai yang dianut. Konformitas pada remaja
umumnya terjadi karena mereka tidak ingin dipandang berbeda dari
teman – temannya, perbedaan ini sering dipersepsikan sebagai
penolakan dan akan menyebabkan mereka merasa terasing.
(Rice.1993. h.76) .
34
Teman sebaya sebagai teman yang baik atau teman terbaik
bagi anak remaja dan mereka merupakan saudara kandung yang
sepantaran atau seusia bagi anak remaja. Fungsi teman terbaik
adalah sebagai teman dekat dan biasanya mereka juga merupakan
anggota kelompok dari kelompok persahabatan dikalangan anak
remaja dan sehingga, seperti halnya yang dijelaskan dalam
penelitian sebelumnya, mereka mempengaruhi permulaan merokok
pada anak remaja. Saudara kandung sepantaran atau usianya
hampir sama, dalam hal ini bukan hanya anggota keluarga tetapi
juga teman sebaya bagi anak remaja (Harakeh.2008:1135). Bukti
empiris mengindikasikan bahwa teman yang merokok adalah salah
satu peramal yang paling konsisten dalam anak remaja merokok .
(Harakeh .2008.h.1137).
Teori Pembelajaran Sosial ini adalah salah satu teori yang
sering digunakan untuk menerangkan bagaimana teman
mempengaruhi anak remaja dalam merokok. Teori ini
mengindikasikan bahwa seseorang mengamati, meniru, dan
mencontoh perilaku orang lain (misalnya meniru peran) dalam
lingkungan mereka. Menurut teori ini, sahabat meletakkan atau
menempatkan sebuah contoh atau fungsi sebagai sebuah model
(peran) bagi anak remaja, dan sehingga, anak remaja sepertinya
meniru cara merokok sahabatnya (Elder & Booth.1996.h.32).
Disamping bukti dari penelitian survei longitudinal yang
35
mengindikasikan bahwa anak remaja meniru perilaku sahabat
mereka, beberapa penelitian eksperimental telah memperlihatkan
bahwa mencontoh teman sebaya dalam merokok adalah
mekanisme penting dalam menerangkan mengapa anak remaja
dan anak muda terus menerus merokok. Proses pengaruh saling
memberikan keuntungan antara anak sebaya yang dihasilkan
dalam pertemanan adalah sama atau serupa berkaitan dengan
(Harakeh .2008. h.1140).
Kesamaan dalam perilaku merokok diantara teman dapat
disebabkan karena dua proses yaitu proses pengaruh teman
sebaya dan seleksi. Pengaruh teman sebaya maupun seleksi
adalah dua hal yang terjadi, meskipun seleksi memainkan peran
yang lebih besar dalam kesamaan atau keseragaman dalam pola
merokok diantara teman. (Harakeh.2008.h.1141).
Kesimpulan hubungan pertemanan yang seusia atau sebaya
menjadi lebih penting jika dibandingkan dengan hubungan disaat
atau masa kanak - kanak, memperlihatkan kebutuhan terhadap
kebutuhan sosial, keanggotaan kelompok dan mempunyai teman
dekat dan menghabiskan waktu utama dengan teman sebaya,
dimana remaja mengalami perubahan–perubahan tingkah laku
sebagai salah satu usaha penyesuaian supaya sesuai dengan
norma suatu kelompok.
36
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1 Ada hubungan positif antara perilaku merokok ayah dengan
perilaku merokok pada remaja, semakin banyak jumlah rokok yang
dihisap ayah maka semakin banyak jumlah rokok yang dihisap
remaja.
2 Ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan
perilaku merokok remaja, semakin tinggi konfomitas terhadap
teman sebaya semakin banyak jumlah rokok yang di hisap remaja.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A Metode Penelitian yang Digunakan
Metode adalah tata cara baku,standart yang memenuhi kaidah
ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan dalam meneliti untuk
mendapatkan data penelitian ( Patilima,2005,h.29).
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode kuantitatif
yang diartikan oleh (Suryabrata,2002,h.11) sebagai aturan–aturan
untuk mengunakan bilangan kepada obyek untuk merepresentasikan
kuantitas atribut pada obyek tersebut. Disamping itu penelitian
kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka,yang
datanya berwujud bilangan (skor atau nilai,peringkat atau frekuensi)
yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab
pertanyaan atau hipotesis yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan
prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang
lain (Alsa,2004,h,12-13).
B Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah
perilaku merokok remaja adapun faktor lain yang turut berperan yang
menjadi fakus penelitian ini adalah perilaku merokok Ayah dan
konformitas teman sebaya.
38
Berdasarkan fokus penelitian tersebut maka dapat
diidentifikasikan variabel penelitian,yaitu:
1 Variabel tergantung : Perilaku merokok remaja
2 Variabel bebas :
a. Perilaku merokok Ayah
b. Konformitas teman sebaya
C Definisi Operasional
Definisi atau batasan operasional dari variabel penelitian perlu
di uraikan agar menghindari kesalahpahaman mengenai data yang
akan dikelompokkan dan menghindari kesalahan dalam menentukan
alat pengumpulan data.
1. Perilaku merokok remaja
Perilaku merokok remaja adalah hasil dari segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan masalahnya, hal ini
bisa terwujud dalam pengetahuan, sikap dan tindakkan dalam
perilaku merokok . Salah satunya adalah perilaku menghisap rokok
pada remaja. Perilaku merokok diukur dengan cara mengukur
berapa jumlah rokok yang dihisap dalam satu hari. Hal ini bisa
diketahui dari lembar identitas seperti yang di isikan oleh subjek
penelitian. Semakin besar angka yang diperoleh atau ditulis
menunjukkan semakin banyak rokok yang di hisap.
39
2. Perilaku merokok Ayah
Perilaku merokok ayah adalah hasil dari segala macam
pengalaman yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan
tindakkan dalam berperilaku merokok. Bentuk perilaku adalah
perilaku menghisap rokok pada Ayah. Perilaku merokok di ukur
dengan cara mengukur berapa banyaknya rokok yang dihisap
Ayah dalam satu hari,hal ini di ungkapkan dengan pertanyaan
terbuka dalam lembar identitas yang di isi oleh subjek penelitian.
Semakin besar angka yang diperoleh atau ditulis menunjukkan
semakin banyak rokok yang di hisap ayah.
3. Konformitas teman sebaya
Konformitas adalah sesuatu tuntutan pada remaja untuk
berperilaku sama dengan kelompoknya supaya memperoleh
keseragaman dan kesamaan dalam berperilaku dan dapat diterima
oleh kelompok supaya tidak dicela dan tidak mendapatkan sangsi
dari kelompok. Data tentang konformitas diketahuai dari skala
konformitas yang diisi oleh subjek yang berisi tiga aspek yang di
ungkap yaitu :
a Kepercayaan terhadap kelompok
b Kurangnya kepercayaan pada penilaian sendiri
c Rasa takut terhadap penyimpangan dan celan sosial
Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti semakin tinggi
konformitas dengan teman sebayanya .
40
D Subjek penelitian
1. Populasi
Pada penelitian ini yang dimaksud adalah sejumlah individu
yang paling sedikit mempunyai sifat sama ( Hadi,2000,h.220) .
Hampir setiap penelitian ilmiah dilakukan terhadap sebagian dari
hal – hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian ini hanya
dilakukan terhadap sampel bukan terhadap populasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Akper Ngudi Waluyo Ungaran
karakteristik :
a. Mahasiswa AKPER
b. Usia 19 -21 tahun
c. Jenis kelamin laki – laki
2. Sampel
Definisi sampel menurut (Azwar.2003,h.79) adalah sebagian
dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan
karakteristik populasi. (Hadi.2000,h.221) menjelaskan bahwa
sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari
jumlah populasi, yang mempunyai paling sedikit satu sifat yang
sama dengan sifat populasi.
Sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan
sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat – sifat dan
41
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar – benar
mewakili populasi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian adalah tehnik insidental sampling, dimana sampel
terdiri dari individu – individu.
E Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode
skala. Yaitu daftar pertanyaan yang berisi sejumlah soal – soal
( pertanyaan – pertanyaan ) mengenai sesuatu hal yang akan diteliti.
Menurut (Suryabrata .2002.h.15-16) skala merupakan suatu metode
penyelidikan dengan mengunakan daftar pertanyaan yang berisi
aspek-aspek yang akan diukur, yang harus dijawab atau dikerjakan
oleh subjek penelitian dan berdasarkan atas jawaban atas isian itu
peneliti mengambil kesimpulan mengenai subjek yang di selidiki.
Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
yang bersifat langsung, yaitu pertanyaan-pertanyaan tertulis yang di
ajukan dapat dijawab langsung oleh subyek penelitian yang diminta
pendapat. Skala dalam penelitian ini bersifat tertutup yaitu subyek
diminta memilih satu dari beberapa pilihan jawaban yang telah tersedia
( Hadi,2000,h.157).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu macam skala
yaitu skala untuk mengungkap konformitas teman sebaya. Skala
konformitas merupakan skala langsung berbentuk tertutup yang
42
digunakan untuk mengukur konformitas teman sebaya. Skala ini terdiri
atas 3 aspek yaitu : Kepercayaan terhadap kelompok, kurangnya
kepercayaan pada penilaian sendiri, rasa takut terhadap
penyimpangan dan celaan sosial.
Berikut rancangan skala untuk mengungkap konformitas teman
sebaya lihat tabel.1.
Tabel. 1 Rancangan sebaran item skala konformitas teman sebaya
No Aspek No item
FavorabelNo item
Unfavorabel Jumlah
1 2 3
Kepercayaan terhadap kelompok Kurangnya kepercayaan pada penilaian sendiri Rasa takut terhadap penyimpangan dan celan sosial
4 4 4
4 4 4
8 8 8
Jumlah 12 12 24
Skala konformitas teman sebaya terdiri dari beberapa
pernyataan, dimana jawabannya berupa skala yang memiliki empat
kemungkinan jawaban yaitu:
SS : Sangat sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak sesuai
STS : Sangat tidak pernah
Skor jawaban untuk item favourable bergerak dari nilai 4 untuk
jawaban SS “Sangat sesuai”, nilai 3 untuk jawaban S ”sesuai”, nilai 2
43
untuk jawaban TS ”tidak sesuai”, nilai 1 untuk jawaban STS ”sangat
tidak sesuai”. Sedangkan skor jawaban untuk item unfavorable
bergerak dari nilai 1 untuk jawaban SS ’sangat sesuai”, nilai 2 untuk
jawaban S ”sesuai”, nilai 3 untuk jawaban TS ”tidak sesuai”, nilai 4
untuk jawaban STS ”sangat tidak sesuai”.
F Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Uji Validitas alat ukur
Azwar (2004,h.5) menjelaskan bahwa validitas berasal dari
kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan atau
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Untuk mengetahui validitas alat ukur adalah dengan cara
mengkorelasikan skor yang diperoleh dengan skor totalnya.
Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total haruslah
signifikan dan untuk memperoleh koefisien korelasi antara skor item
dengan skor totalnya tersebut digunakan teknik korelasi Product
Moment dari Pearson ( Sugiyono,2007,h. 125).
(Sugiyono.2007.h.127) untuk menghindari terjadinya
kelebihan bobot disebabkan waktu menghitung item dengan skor
total item,maka angka korelasi tersebut perlu dikoreksi dengan
menggunakan tehnik korelasi part whole untuk menguji validitas
digunakan alat bantu komputer dengan menggunakan bantuan
44
program seri SPSS (Statistical Packages for Social Sciences)for
windows release 15
2. Uji Reliabilitas alat ukur
Reliabiltas adalah sejauh mana alat ukur dapat dipercaya,
keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran konsisten
apabila dilakukan pengukuran dua kali dengan gejala- gejala yang
sama dengan alat ukur yang sama. Dalam reliabilitas yang akan
dianalisis adalah item- item yang dinyatakan sahih atau valid saja
(Sugiyono.2007.h.136) Cara uji reliabilitas digunakan teknik Alfa
Cronbach (Azwar, 2004,h. 61).dilakukan dengan pertimbangan
bahwa koefisien alpha merupakan dasar dalam pendekatan
konsistensi internal dan merupakan estimasi yang baik terhadap
reliabilitas pada banyak situasi pengukuran dikarenakan sumber
utama kesalahan pengukuran dalam hal di atas adalah masalah
kelayakan sampel isi pertanyaan sejalan dengan pendapat diatas.
Untuk uji relialibilitas alat ukur dalam penelitian ini digunakan
rumus Alpha Cronbach karena pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan skala likert atau skala bertingkat.
Untuk membantu perhitungan memakai alat bantu komputer
dengan menggunakan bantuan program seri SPSS (Statistical
Packages for Social Sciences)for windows release 15
45
G Tehnik Analisa Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah dengan
mengunakan metode statistik yang sesuai dengan sifat data, karena
data yang di peroleh berwujud angka – angka dan metode statistik
dapat memberikan hasil yang obyektif dan karena ada dua variabel
bebas dan satu variabel tergantung. Dalam penelitian ini akan
mengunakan product moment yang sesuai dengan dengan hipotesis
yang diajukan untuk membantu perhitungan memakai alat bantu
komputer dengan menggunakan bantuan program seri SPSS
(Statistical Packages for Social Sciences) for windows release 15.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian dilaksanakan di AKPER Ngudi Waluyo Ungaran di
bawah yayasan Ngudi Waluyo sudah berdiri sejak tahun 1 Juni 1994.
AKPER Ngudi Waluyo bergerak dibidang pendidikan kesehatan
dengan jenjang D.3 (Diploma tiga) khususnya mencetak tenaga
Keperawatan. .AKPER Ngudi Waluyo dibawah naungan Departemen
Kesehatan dari sejak berdiri sampai tahun 2010. Namun sekarang ada
di bawah naungan DIKTI.
AKPER Ngudi Waluyo terdiri dari enam kelas yaitu tingkat I ada
dua kelas sejumlah 92 yang terdiri 33 laki-laki dan 59 perempuan,
tingkat II ada dua kelas sejumlah 95 yang terdiri 61 laki-laki dan 34
perempuan, tingkat III ada dua kelas sejumlah 93 yang terdiri 46 laki-
laki dan 47 perempuan jadi jumlah total mahasiswa 280. Jumlah
tenaga pengajar tetap 20 orang dibantu 4 orang staf administrasi dan
2 orang tenaga laboratorium.
Mahasiswa AKPER Ngudi Waluyo wajib masuk asrama selama
tiga tahun berturut-turut, dimana satu kamar dihuni oleh enam
mahasiswa. Semua penghuni asrama berada di satu atap dipisahkan
dengan ruangan makan atau hall. Jumlah penghuni asrama antara
laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Latar belakang mereka
47
sebagian dari Indonesia bagian timur khususnya (Bali,NTB,NTT).
Sistem pendidikan dengan sistem paket.
Kondisi kampus saat ini sangat terawat dan mempunyai
fasilitas laboratorium keperawatan, laboratorium kebidanan,
laboratorium ICU, Ruang operasi (OK), laboratorium komputer dan
fasilitas internet, laboratorium farmasi, laboratorium gizi. AKPER
Ngudi Waluyo mendapatkan status Akreditasi A selama tiga periode
berturut – turut dari tahun 1998 sampai sekarang.
Pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian di AKPER
Ngudi Waluyo adalah sebagai berikut:
1 Usia mahasiswa cenderung homogen
2 Peneliti melihat fenomena mahasiswa yang semakin banyak
merokok walaupun mereka sudah tahu betul akibat yang
ditimbulkan dikemudian hari dan setiap hari selalu ada yang
melanggar peraturan tidak boleh merokok .
3 Populasi dan lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti
sehingga mempermudah pelaksanaan penelitian.
B Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian diawali dengan melakukan penyusunan
alat ukur atau skala,persiapan administrasi yang menyangkut masalah
perijinan tempat penelitian serta uji validitas dan rebilitas alat ukur yang
akan digunakan dalam penelitian.
48
1 Penyusunan Skala penelitian
Penyusunan skala dalam penelitian ini terdapat hanya satu
skala yaitu skala konformitas remaja.penyajian skala tersebut
dalam bentuk tertutup yaitu subjek penelitian diwajibkan memilih
salah satu jawaban dari beberapa alternatif pilihan yang telah
disediakan.
Penentuan jumlah item dengan mempertimbangkan indikator
atau aspeknya.Didalam penulisan item ini selain
mempertimbangkan isi, bahasa juga harus jelas dan mudah
dipahami oleh para mahasiswa. Setelah melewati proses content
validity melalui dosen pembimbing dan pada beberapa mahasiswa
(preliminery study).
Tabel .2 Sebaran item skala konformitas teman sebaya
No Aspek No item
Favorabel No item
UnfavorabelJumlah
1 2 3
Kepercayaan terhadap kelompok Kurangnya kepercayaan pada penilaian sendiri Rasa takut terhadap penyimpangan dan celan sosial
2,4,6,8
10,12,14,16
18,20,22,24
1,3,5,7
9,11,13,15
17,19,21,23
8 8 8
Jumlah 12 12 24
2 Persiapan perijinan
Ijin dari instansi terkait diperlukan data untuk mengambil
data baik saat uji coba maupun pada pelaksanaan penelitian.
49
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
a Meminta surat pengantar dari Ketua Program Pascasarjana
Magister Psikologi Unika Soegijapranata Semarang sebagai
surat perijinan penelitian dari Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang. Surat pengantar tersebut bernomor
611/B21/MP/VIII/2010.
b Mengajukan surat pengantar tersebut pada Direktur Akper
Ngudi Waluyo Ungaran
c Direktur Akper Ngudi Waluyo Ungaran memberikan ijin
penelitian
d Setelah melakukan penelitian Direktur Akper Ngudi Waluyo
Ungaran memberikan surat keterangan penelitian bernomor
0087/AKPER/NWU/VIII/2010
3 Pengambilan data.
Pada penelitian ini dilakukan Try out terpakai, dimana hasil
data yang diperoleh untuk penelitian sekaligus digunakan untuk uji
validitas dan reliabilitas alat ukur sehingga hasil penelitian dapat
dipertanggung jawabkan.
Pada tanggal 20 April 2010 sebanyak 8 mahasiswa dilakukan
preliminery study yaitu untuk mencoba tingkat pemahaman
mahasiswa tentang isi alat ukur. Pada tanggal 6 Agustus 2010
mulai melakukan penelitian terhadap 96 orang mahasiswa, Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
50
incidental sampling. Contoh pertanyaannya, berapa batang rokok
yang anda hisap dalam sehari?. Subjek atau mahasiswa yang
dijadikan sampel hanyalah orang – orang yang dapat dijumpai
secara kebetulan yang berada di asrama dan sedang tidak tugas
pada waktu itu. Pada saat penelitian, mahasiswa sebagian besar
sedang melakukan tugas praktek di Rumah Sakit Umum
( Ungaran, Ambarawa, Salatiga dan Solo). Mahasiswa menjawab
semua pertanyaan yang diajukan di ruang makan asrama dan
secara langsung menjawab di lembar pertanyaan tersebut. Situasi
pada saat itu ada subyek yang baru lepas dinas langsung
menjawab pertanyaan dan ada juga yang mau berangkat dinas jadi
ada faktor kemungkinannya subyek pada saat itu lelah dan ingin
tidur, terburu–buru. Dari 96 mahasiswa yang jadi sampel, ada 15
mahasiswa yang tidak memenuhi syarat populasi karena :
a Identitas tidak di tulis lengkap
b Beberapa item pertanyaan ada yang tidak di jawab
Jadi total sampel penelitian yang memenuhi syarat dari
populasi sebanyak 81 mahasiswa, dengan rincian lihat tabel.3
Tabel .3 Rincian Subjek
Tingkat subjek Data tidak memenuhi
populasi Total
I 33 5 28
II 54 8 46
III 9 2 7
Total 96 15 81
51
Pada saat penelitian, mahasiswa sebagian besar sedang
melakukan tugas praktek di Rumah Sakit Umum ( Ungaran,
Ambarawa, Salatiga dan Solo). Mahasiswa menjawab semua
pertanyaan yang diajukan di ruang makan asrama dan secara
langsung menjawab di lembar pertanyaan tersebut. Situasi pada
saat itu ada subyek yang baru lepas dinas langsung menjawab
pertanyaan dan ada juga yang mau berangkat dinas jadi ada faktor
kemungkinannya subyek pada saat itu lelah dan ingin tidur ,
terburu–buru.
C Validitas dan Reliabilitas
Tabel .4 Hasil analisa item skala konformitas teman sebaya
No Aspek-aspek No item No item
Valid No item gugur
Jumlah
1 Kepercayaan terhadap kelompok
1,2,3,4,5,6,7,8 3,5,7,8 1,2,4,6 8
2 Kurangnya kepercayaan pada penilaian sendiri
9,10,11,12,13,14,15,16
9,10,11,12,13
14,15,16
8
3 Rasa takut terhadap penyim-pangan dan celaan sosial
17,18,19,20,21,22,23,24
17,19,20,21,22,23,24
18 8
Jumlah item 24 16 8 24
Jumlah item skala konformitas teman sebaya awalnya sebanyak 24
item setelah diadakan uji validitas maka didapatkan delapan item skala
konformitas teman sebaya yang dinyatakan gugur sehingga hanya 16
item yang dinyatakan valid.
52
D Uji asumsi
1. Uji Normalitas
Pada penelitian ini yang terdiri dari 81 responden penelitian
mendapatkan hasil pengujian normalitas yang menunjukkan data :
1) Konformitas teman sebaya
Uji Normalitas variabel konformitas teman sebaya dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Tes (K-S-
Z) diperoleh nilai table sebesar 1.225 dengan P=0.099,ini
berarti nilai variabel konformitas teman sebaya bersifat normal.
2) Perilaku merokok remaja
Uji Normalitas variabel jumlah merokok remaja dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Tes (K-S-
Z) diperoleh nilai table sebesar 1.976 dengan nilai P= 0.01,ini
berarti nilai variabel jumlah merokok remaja bersifat tidak
normal. Karena ada 29 dari 81 remaja atau 35.8% tidak
merokok.
3) Perilaku merokok Ayah
Uji Normalitas variabel jumlah merokok Ayah dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Tes (K-S-
Z) diperoleh nilai table sebesar 2.054 dengan nilai P= 0.000,ini
berarti nilai variabel jumlah merokok Ayah bersifat tidak normal.
Karena ada 36 dari 81 Ayah atau 44.4% tidak merokok.
53
2. Uji Linieritas
a) Linieritas perilaku merokok Ayah dengan perilaku merokok
remaja.
Hasil perhitungan uji linieritas diperoleh hasil bahwa
hubungan antara perilaku merokok Ayah dengan perilaku
merokok remaja ditunjukkan dengan nilai F linier = 10.780
dengan nilai p=0.02 dan F2(Quadratic) = 7.874 dengan p=0.001
dan F cubic = 5,494 dengan p=0.002 berarti F Linier > F
Quadratic>F cubic maka Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara perilaku merokok Ayah dengan perilaku
merokok remaja adalah bersifat linier.
b) Linieritas konformitas teman sebaya dengan perilaku merokok
remaja.
Hasil perhitungan uji linieritas diperoleh hasil bahwa
hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku
merokok remaja ditunjukkan dengan nilai F linier =0,244
dengan nilai p=0.623 dan F2(Quadratic) 0.213 dengan p=0.809
dan F cubic = 0.240 dengan p=0.866 berarti F Linier > F
Quadratic>F cubic maka Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku
merokok remaja adalah bersifat linier.
3. Uji Hipotesis
Sebaran perilaku merokok remaja yang dihisap dalam
sehari dengan jumlah rokok yang dihisap Ayah dalam sehari
54
sebarannya bersifat tidak normal. Maka digunakan korelasi non
parametric Sperman’s-rho. Hasil yang didapat adalah ada
hubungan positif yang signifikan antara perilaku merokok Ayah
dengan perilaku merokok remaja. Hasil yang diperoleh adalah
r=0,347 dengan p=0.002. Hal ini berarti semakin banyak rokok
yang dihisap Ayah akan semakin banyak rokok yang dihisap
remaja,demikian pula sebaliknya semakin sedikit jumlah rokok
yang dihisap Ayah akan semakin sedikit jumlah rokok yang dihisap
remaja. Maka hipotesis pertama diterima.
Hubungan antara konformitas teman sebaya dengan jumlah
rokok yang dihisap dalam sehari yang dihisap remaja ternyata
tidak signifikan ,hasilnya r=0.055 dengan p=0.623. Hal ini berarti
tidak ada hubungan antara perilaku merokok remaja dengan
konformitas teman sebaya. Maka hipotesis kedua ditolak.
E Pembahasan
Salah satu hasil dari penelitian ini adalah terdapatnya hubungan
atau korelasi positif yang signifikan antara perilaku merokok Ayah
dengan perilaku merokok remaja. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan (Harakeh.2006.h.116). menyatakan bahwa
remaja yang mempunyai orangtua merokok mereka lebih sering atau
suka merokok dibandingkan dengan remaja yang mempunyai orang
tua tidak merokok. Selain itu ada hasil penelitian yang juga
mendukung hasil penelitian ini yaitu oleh Theodorus (1994.h.22)
55
mengatakan bahwa keluarga perokok sangat berperan terhadap
perilaku merokok anak-anaknya dibandingkan keluarga non perokok.
Merokok bukan semata-mata proses belajar pengamatan anak
terhadap orangtua dan konsekuensi-konsekuensinya merokok yang
dirasakan menyenang remaja. (Komalasari.2000.h.4).
Tidaklah pantas seorang ayah muslim merokok dan
mengunakan racun yang diharamkan ini karena keharamannya dan
bahaya yang timbulkan ketika anak – anaknya melihat karena anak –
anak adalah peniru yang ulung. ( Baharis.2006. h.443) Ayah yang
memiliki kebiasaan merokok, sebaiknya tidak dilakukan di dalam
rumah. Penelitian terbaru mengemukakan bahaya dan pengaruhnya
terhadap keluarga, jika ayah merokok di dalam rumah. Asap rokok
ayah yang mengandung nikotin dapat merubah rasa ASI dan kualitas
ASI yang diproduksinya.(Rahardjo.2009.h.18)
Ayah adalah orang tua lelaki seorang anak, hubungannya
dengan sang anak, seorang “ Ayah” dapat merupakan ayah kandung
( ayah secara biologis) atau ayah angkat. Panggilan “ Ayah” juga dapat
diberikan kepada seseorang yang secara de facto bertanggung jawab
memelihara seorang anak meskipun antar keduanya tidak terdapat
hubungan resmi (Wikipedia Indonesia,2007)
Peran ayah di dunia pendidikan,dalam bahasa Inggris ialah “ to
father’ terdapat tiga istilah yang berhubungan dengan tugas mendidik
anak, Yaitu mothering,fathering,parenting. Meskipun semuanya
56
membicarakan tentang tugas mendidik anak namun ada keunikkan
masing-masing dalam konteks sumbangsih ayah dan ibu dalam
mendidik anak ( Gunadi,2007)
Perilaku orangtua yang merokok disisi lain adalah bisa
mempengaruhi aktivitas merokok pada remaja mereka baik secara
langsung maupun tidak langsung. Menurut Teori Pembelajaran Sosial
pengaruh langsung digunakan ketika orangtua memberi sebuah
contoh atau fungsi sebagai seorang model (peran) bagi para remaja,
dan para remaja mereka mengamati atau mengobservasi dan meniru
perilaku orangtuanya. Sehingga, remaja yang mempunyai orangtua
merokok cenderung mulai merokok atau tetap menjadi seorang
perokok (Harakeh.2006.h.100). Orangtua yang merokok bisa sebagai
sumber yang buruk dalam pesan anti merokok karena ketidak
konsistenan antara sikap mereka terhadap merokok dan perilaku yang
sebenarnya. Jadi, remaja yang memiliki orangtua merokok bisa jadi
mereka juga merokok, dibandingkan dengan remaja yang memiliki
orangtua tidak merokok. Didalam keluarga seorang remaja
mendapatkan model dan pengaruhnya sangat besar terhadap perilaku
remaja.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun
sampai enambelas tahun (16 atau 17 tahun ). Dan akhir masa remaja
bermula dari 16 atau 17 sampai delapan belas tahun yaitu matang
57
secara hukum.dengan demikian akhir masa remaja adalah periode
yang sangat singkat. (Hurlock,1999.h.206)
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa semakin
mendekati masa usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan sterotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Dan perilaku
yang di hubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum-
minuman keras, terlibat dalam perbuatan seks, mengunakan obat-
obatan terlarang. ( Hurlock,1999.h.209).
Teori pembelajaran sosial adalah teori komprehensif tentang
perilaku manusia, berdasarkan hubungan dalam perilaku kognitif dan
proses emosional pada individu dan lingkungan fisik sosial. Teori ini
terbukti efektif untuk memfasilitasi pemahaman dan kontrol perilaku
manusia yang beragam. Komponen utama pada pembelajaran sosial
pada pengaruh keluarga. Pengaruh keluarga pada perilaku sehat telah
terbukti. Hal ini tidak mengejutkan bila melihat pada interaksi secara
alami keluarga yang mengejutkan adalah bahwa pengaruh tersebut
belum terdokumentasi secara seksama dan mekanismenya belum
tergambarkan dengan baik. Hubungan keluarga adalah hal yang paling
intensif pada kehidupan sebagian besar manusia, baik pada kualitas
maupun kuantitas. Terdapat ikatan emosional yang kuat dan interaksi
diantara anggota keluarga yang berpengaruh pada setiap aspek
kehidupan. Anggota keluarga menghabiskan banyak waktu bersama,
58
terutama pada usia pertumbuhan anak dan hubungan seperti ini
bertahan lama selama beberapa dekade, atau bahkan seumur
hidup.(Elder&Booth,1996.h.31).
Konformitas teman sebaya dengan perilaku merokok remaja
dari hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
ke dua variabel tersebut. Hal ini dikarenakan dalam skala pertanyaan
konformitas teman sebaya pertanyaan yang di berikan tidak
pertanyaan konformitas yang berhubungan dengan perilaku merokok
tetapi pertanyaan-pertanyaan konformitas yang bersifat umum. Dalam
penelitian ini subjek yang digunakan yaitu yang berusia 19 tahun
sampai 21 tahun dimana mereka ini sekarang berstatus sebagai
remaja, remaja pada usia ini adalah masa remaja akhir, semakin
mendekati masa usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk
meninggalkan sterotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan
bahwa mereka sudah hampir dewasa. Perilaku yang di hubungkan
dengan status remaja akhir yaitu merokok, minum-minuman keras,
terlibat dalam perbuatan seks, menggunakan obat-obatan terlarang.
(Hurlock,1999.h.209).
Menurut (Hurlock,1999.h.214). Ada dua hal yang membuat
konformitas terhadap teman sebaya menjadi berkurang, yaitu
keinginan remaja untuk mandiri disebabkan karena individu memiliki
keinginan untuk menjadi diri sendiri dan sudah mulai menemukan
identitas diri. Persahabatan memberikan hubungan hangat, dekat dan
59
saling percaya antar individu sehingga dapat melatih pengungkapan
diri sendiri.
Penelitian ini masih terdapat kelemahan - kelemahan, antara
lain adalah:
1. Subjek sedang lelah karena baru saja lepas dinas dari
praktek di rumah sakit hal ini terlihat subjek sering
mengguap dan kepalanya di letakkan diatas meja sehingga
menyebabkan subjek tidak serius dalam menjawab
pertanyaan.
2. Subjek sering bertanya dan bercanda dengan teman
sehingga jawaban kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya.
3. Beberapa ada jawaban yang di dicoret-coret atau di tip ex
dengan berulang-ulang setelah tanya-tanya pada teman
terlebih dahulu.
4. Hubungan antara subjek dengan peneliti merupakan
hubungan antara dosen dan mahasiswa, sehingga ada
kemungkinan mahasiswa takut akan dilaporkan dan dikenai
sangsi akademik bila diketahui merokok, hal ini diperkuat
oleh adanya aturan di Akper Ngudi Waluyo bahwa
mahasiswa dilarang merokok di lingkungan kampus.
5. Suasana menegangkan saat menjawab pertanyaan karena
ditunggui langsung oleh dosen sehingga ada perasaan tidak
60
aman, hal ini bisa terlihat dari perilaku beberapa subjek yang
diam atau tidak bicara sepanjang waktu selama pengambilan
data.
6. Data tentang perilaku merokok ayah diisi sendiri oleh subjek
bukan oleh ayah, sehingga data yang diperoleh
kemungkinan bias atau tidak valid.
61
61
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Hipotesis
1. Ada hubungan antara perilaku merokok Ayah dengan perilaku
merokok remaja semakin banyak jumlah rokok yang dihisap
ayah, semakin banyak jumlah rokok yang dihisap remaja
demikian juga sebaliknya.
2. Tidak ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan
perilaku merokok remaja.
B Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh,penulis
mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait,sebagai
berikut:
1 Para Ayah
Ayah sebagai sosok yang terdekat dengan subjek, alangkah
baiknya untuk memberikan contoh atau model yang baik dan
menuntun anak-anaknya agar mereka mampu menjadi seseorang
yang baik dan bertanggung jawab. Salah satu cara ayah menjadi
contoh yang baik untuk anak-anaknya adalah membiasakan diri
untuk tidak merokok, jika berada dilingkungan yang dekat dengan
62
62
anak. Hal ini dikarenakan anak – anak akan mudah melakukan
modeling . selain melalui perbuatan yang nyata, ayah juga dapat
memberikan informasi atau pengetahuan sebanyak-banyaknya
mengenai bahaya merokok, sehingga anak dapat menyerap
informasi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2 Bagi subjek
Mahasiswa, sebagai calon tenaga medis maka disarankan
mengurangi jumlah merokok. Tetap mempertahankan tidak
berkonformitas dengan teman sebaya terutama masalah
konformitas dengan perilaku yang tidak positif khususnya perilaku
merokok dan mengurangi jumlah rokok yang dihisap atau bila
memungkinkan menghilangkan kebiasaan merokok. Sebagai calon
tenaga medis diharapkan dapat memberikan masukan dampak
negatif perilaku merokok pada Ayahnya
3 Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat untuk mencoba mengkaitkan
perilaku merokok dengan faktor-faktor lain, seperti dengan
mengkaitkan perilaku merokok dengan tingkat stress, efikasi diri
dan lain sebagainya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
menggunakan pendekatan kuantitatif dan diperdalam dengan
63
63
penelitian kualitatif apabila ingin mengukur perilaku merokok pada
remaja.
a Hubungan antara subjek dengan peneliti yang dimana
hubungan antara dosen dan mahasiswa, sehingga ada
kemungkinannya takut sebaiknya kalau dilakukan dalam
satu intitusi dilakukan oleh orang lain diluar institusi.
b Suasana menegangkan saat menjawab pertanyaan karena
ditunggui langsung oleh dosen sehingga ada perasaan tidak
aman, hal ini bisa terlihat dari perilaku beberapa subjek yang
diam atau tidak bicara sepanjang waktu selama pengambilan
data.
c Data tentang perilaku merokok ayah diisi sendiri oleh subjek
bukan oleh ayah, sehingga data yang diperoleh
kemungkinan bias atau tidak valid.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,A.F.2006. Menjadi Ayah yang Sukses. Jakarta. Gema Insani Press.
Aditama. 1992. Rokok dan Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia. Ahmadi, A. dan Munawar, S. 2005. Psikologi Perkembangan (edisi revisi ).
Jakarta : Rineka Cipta. Ahmadi,A. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Alkhoiri,A.2003.Anak Laki-laki Perokok. Jakarta: Gema Insani Alsa,A. 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya
dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian - Edisi Revisi. Malang : UMM Press. Anspaugh,D. 1987. Teacing Today”s Health. Columbus : Merrill
Publishing. Aritonang, M.E.R. 1997. Fenomena Wanita Merokok. Skripsi. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi-Universitas Gadjah Mada. Atkinson,R.L, Atkinson R.C,Smeth,E.E,BemD.J. 1999. Pengantar
Psikologi Jilid ke-2, edisi ke-11. Alih bahasa: Widjaja Kusuma. Batam: Interaksa.
Azhadi, A. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta.: Teraju. Azwar,D. 2003. Reabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset. Baharis ,S.H.A. 2006. Kebiasaan Merokok Bisa Menurun Ke Anak.
Jakarta. Insani Baker B.T ,dkk. 2004.School-Related Stress and Psychosomatic Symtom
Among Norwegian adelescents : Annual Review of Psychology. http://www.proquest.com/ (on-line).
Baron,R.A dan Byrne,D. 2005. Psikologi Sosial jilid 2 Edisi Kesepuluh.
Jakarta : Erlangga.
66
Berry,J,W,P, Y,P,E,H, Segall, M.H, Dasen,P.R. 1992. Cross Cultural Psychology : Cambridge : Cambridge Press University.
Brigham,C,J. 1991. Social Psychology.2nd Boston : Harper Collins
Publisher,Inc. Chaplin,J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah : Kartini
Kartono. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Chomaria,N. 2008. Aku Sudah Gede. Solo : Samudra. Danusanto ,D.K . 1991. Rokok dan Perokok. Jakarta : Aksara. Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Ghalia
Indonesia. Dimyati,V. 2009. Berhentilah dari sekarang
(http://jurnalnasional.com/show/newspaper?berita=112687&pagecomment=1&rubrik=Kesehatan). 05/01/2010
Effendi. F.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta . Salemba
Medika Elder,P.J.G.A.J and Booth,M,E. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan dan
Perubahan Perilaku. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada : UGM Press.
Fatimah, E.M.M. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta
Didik). Bandung : Pustaka Setia. Gatchel,R,J. 1989. An Introduction to Health psychology. New York : MC
Graw-Hill Book Campany. Gerungan,W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Ginna,M. 2006. Remaja Merokok Karena Meniru. (http:/www.pikiran
rakyat.com/cetak/2006/032006/05/hikmah/lain04.htm). 15/02/2010 Gochman.D.S. 1988. Health Behavior Emerging Research Perspectives.
New York. Gunarsa,S,D. 2008. Psikologi Praktis : Anak Remaja dan Keluarga.
Jakarta : BPK Gunung Mulia. Hadi,S. 2000. Metodologi Research. Jilid pertama. Yogyakarta : Andi
Offset.
67
Harakeh, Z. Scholte.R.H.J. Vermulst,A.A. De Vries.H.& Engels R.C.M.E (2006). General and smoking-specific parenting, parental smoking and adolescent smoking. Resubmitted for publication.
Hurlock,E.B. 1999. Psikologi Perkembangan:’Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan” ( terjemahan Istiwidayanti & Soedjarno). Jakarta : Erlangga.
Kartono,K. 2007. Patologi Sosial 2 : Kenakalan Remaja. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada. Kenneth P Tercyak, Daniel Rodriguez, Janet Audrain-McGovern. High
School Seniors' Smoking Initiation and Progression 1 Year After Graduation. American Journal of Public Health. Washington: Aug 2007. Vol. 97, Edisi 8; pg. 1397, 2 pgs. http://proquest.umi.com.
Komarasari,D. & Helmi,A,F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Kompas,edisi Kamis 22 April 2004,hal.35. Sensasi Tempat Makan dan
Gaya Hidup Urban. Levy,M.R. 2005. Life and Health. New York : Random House. Mangoenprasodjo,A.S. 2005. Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta :
Pradita Publising. Margareta W.2009.Perilaku Merokok Pada Mahasiswa di tinjau dari
Konformitas.skripsi UNIKA (tidak diterbitkan) Marlina .2008.Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada
siswa SMA.skripsi UNIKA (tidak diterbitkan) McLeich. 1986. Behaviorisme sebagai Psikologi Perilaku Modern.
Bandung : Tarsito. Meadows,P.2006.Menjadi Ayah yang Efektif. Alih bahasa
:Fungky,K.Timur.London.Dolphin Book Mu’tadin,Z.2002.Remaja dan rokok (online). Available :http://www.e-
psikologi.com/Remaja/ 060809.htm Monks,F.J. Kners,A.M.P. Haditono. 1999. Psikologi Perkembangan.
Pengantar Dalam Berbagai Bagian. ( terjemahan Siti Rahayu Haditono), Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
68
Michael J Rohrbaugh, Varda Shoham, Catherine L Dempsey. Gender Differences In Quit Support By Partners Of Health-Compromised Smokers . Journal of Drug Issues. Tallahassee: Spring 2009. Vol. 39, Edisi 2; pg. 329, 18 pgs . http://proquest.umi.com.
Myers,D.G. 1996. Sosial Psychology. Fifth edition and international edition. New york : McGraw Hill, Campany.
Natalia, 2008. Peran ayah pada perkembangan sosio-emosional anak.
skripsi UNIKA (tidak diterbitkan) Oskamp,S. 2004. Appleied Sosial Psychology. New Jersey : Prentice Hall. Patilima,H. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Priyono. 2000. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta
: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Rahardjo. 2009. The Mom’s Secret. Yogyakarta. Anggrek press Rakhmat, J. 2003. Psikologi Komunikasi- Edisi Revisi. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Rice,F.P. 1993. The adolescence : Development, Relationships, and
Culture, seventh edition. Massachusetts : Allyn&Bacon. Robbins,S.P. 1996. Perilaku Organisasi Konstruksi, Konversi, Aplikasi.
Bahasa Indonesia. Jilid I : Sandiego University. Sallis,F,J and Nader,R.P. 2003. Family Determinants of Health Behaviors.
California. Departement of Pediatris University of California at SanDiego La Jolla. H.107-120.
Salim,P. 2006. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern
English Press. Santrock,J.W. 2003. Adolescence, Perkembangan Remaja. Alih bahasa :
Adelar,S.B & Saragih,S. Jakarta : Erlangga. Sarafino,E.P. 1990. Health Psychology : Biopsychosocial Interactioan.
Canada : John Willey and Sons,Inc. Sarwono,S.W. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
69
___________. 2000. Psikologi sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.
___________. 2005. Teori-Teori Psikologi Sosial . Jakarta : Rajawali. Sears,D.O;Freedman,J.L;Peplan,L.A.1994. Psikologi Sosial: Jilid 2. Alih
Bahasa:Michael Adiyanto.Jakarta : Erlangga. Setiani,R. 2008. Sikap terhadap Pelecehan Seksual ditinjau dari Moralitas
pada mahasiswa.Skripsi.Smg:Fak Psikologi UNIKA (tidak diterbitkan)
Shalih. H.A. 2006. Tanggung jawab Ayah terhadap anak laki-laki. Jakarta.
Gema Insani press. Singgih D,G. 2008. Dari anak sampai usia lanjut: Jakarta : Bunga Rampai Siquera. 2004. Smoking Cessation in Adolecents : The role of nicotine
dependence, stress and coping methods : Archives of pediatrics and adolescenct medicine. Chigago. http://www. proquest.com (on-line).
Sitepoe. M. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta : P.T
Gramedia Widiasarana Indonesia. Shffman,S,Paty,J.a,Gyns,M.Kassel,J,d,Elash,C. 1995. Nicotine Witdrawal
in Chippers and Regular Smokers : Subjective and cognotive Effects. Journal of Health Psychology. Wangsinton : American Psychological Association. Vol.14.No.4 (301-309).
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia. Soekanto,S. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung : Alfabeta. Sumartono. 2004. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta : Alex Media. Sunarto, 2004. Narkoba, Pencegahan, dan Penanganannya. Jakarta :
Alex Media Komputindo. Surya, 1999. Perbedaan Tingkat Konformitas Ditinjau dari Gaya Hidup.
Skripsi (tidak dipublikasikan): Universitas Islam Indonesia.
70
Suryabrata,2002, Metodologi Research. Jilid dua, Yogyakarta : Andi offset.
Tercyak, K.P. Daniel Rodriguez, Janet Audrain-McGovern. High School
Seniors' Smoking Initiation and Progression 1 Year After Graduation. American Journal of Public Health. Washington: Aug 2007. Vol. 97, Edisi 8; pg. 1397, 2 pgs. http://proquest.umi.com.
Theodorus. 1994. Ciri Perokok Dikalangan Mahasiswa/i Universitas
Sriwijaya. Jurnal JEN. No.3, 19-24. Walgito,B. 1999. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi
Offset. Yusuf, S.H. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung.
Remaja Roksakarya. Zebua,A.S, dan Nurdjayadi,R.D. 2001. Hubungan antara Konformitas dan
Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan : Phronesis. Vol.3,No.6.
87
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N % Cases Valid 81 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 81 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.662 43
88
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted usia 98.28 343.231 .219 .653
jenisklm 117.10 370.615 -.317 .666
tkt 116.46 370.051 -.145 .666
smt 114.73 373.400 -.167 .672
rokok 116.88 378.435 -.636 .674
jmlrokok 114.58 263.397 .539 .605
jnsrokok 117.27 353.500 .480 .650
rokoksama 116.00 321.300 .599 .623
rokokbeda 116.52 331.778 .431 .636
tmnrokok 117.07 372.044 -.363 .667
jmlh rokok yg di hisap teman 111.80 250.635 .485 .621
jenis rokok ygsama dihisap teman 117.11 358.900 .310 .655
jnsrkksm 116.09 334.080 .435 .637
jenis rokok beda temen 116.26 333.094 .420 .637
ayah rokok ia/tidak 116.83 376.495 -.451 .672
batang rokok ayah 113.57 250.998 .435 .637
jenis rokok ayah sama/beda 117.41 349.294 .583 .646
jenis rokok sama ayah 116.96 341.136 .441 .641
jenis rokok beda ayah 117.07 330.269 .585 .630
konfrom2 116.16 366.936 -.015 .664
konform4 116.41 366.669 -.008 .664
konform6 116.07 364.594 .054 .662
konform8 116.49 367.478 -.035 .664
konform10 116.05 365.848 .021 .663
konform12 115.17 364.870 .057 .662
konform14 115.32 365.421 .031 .662
konform16 115.79 361.518 .182 .658
konform18 115.35 369.079 -.089 .666
konform20 115.89 366.550 -.009 .664
konform22 115.48 370.578 -.145 .667
konform24 115.19 367.303 -.029 .664
konform 116.28 364.331 .061 .662
konform3 116.06 363.684 .097 .660
konform5 116.16 368.586 -.078 .665
konform7 115.20 361.610 .173 .658
konform9 115.17 358.620 .296 .655
konform11 115.25 367.238 -.026 .664
konform13 116.01 368.587 -.075 .665
konform15 115.41 364.344 .082 .661
konform17 115.44 367.625 -.041 .664
konform19 115.21 364.393 .109 .660
konform21 115.28 364.881 .079 .661
konfrom23 115.46 364.826 .066 .661
89
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
jmlrokok batang
rokok ayah N 81 81
Normal Parameters(a,b) Mean 3.62 4.63Std. Deviation 4.676 5.898
Most Extreme Differences
Absolute .220 .228Positive .199 .228Negative -.220 -.216
Kolmogorov-Smirnov Z 1.976 2.054Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .000
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
91
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N % Cases Valid 81 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 81 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.286 24
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted konformitas 56.4815 17.153 -.008 .301konform3 56.7037 17.511 -.041 .307konform5 56.6049 17.942 -.099 .317konform7 57.5679 16.423 .141 .256konform9 57.5926 15.744 .282 .219konform11 57.5185 16.203 .189 .244konform13 56.7531 18.513 -.195 .343konform15 57.3580 14.858 .457 .169konform17 57.3210 17.296 .021 .288konform19 57.5556 17.175 .073 .276konform21 57.4815 16.303 .242 .238konform23 57.3086 17.041 .055 .280reg2 56.6049 18.767 -.235 .353reg4 56.3580 17.658 -.068 .316reg6 56.6914 19.591 -.332 .393reg8 56.2716 18.600 -.215 .341reg10 56.7160 17.606 -.056 .311reg12 57.5926 14.644 .464 .161reg14 57.4444 14.500 .431 .160reg16 56.9753 15.824 .258 .225reg18 57.4198 16.197 .164 .249reg20 56.8765 17.710 -.090 .328reg22 57.2840 16.181 .190 .243reg24 57.5802 15.622 .257 .220
92
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N % Cases Valid 81 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 81 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.744 24
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted konformitas 54.48 42.453 .179 .745konform3 54.70 42.061 .260 .738konform5 54.60 42.142 .303 .735konform7 55.57 41.573 .319 .734konform9 55.59 41.244 .378 .730konform11 55.52 42.003 .283 .736konform13 54.75 41.313 .368 .731konform15 55.36 43.358 .143 .745konform17 55.32 41.196 .432 .727konform19 55.56 41.675 .442 .729konform21 55.48 41.753 .398 .730konform23 55.31 42.241 .277 .737konfrom2 55.53 43.252 .150 .745konform4 55.78 42.275 .223 .741konform6 55.44 41.925 .233 .740konform8 55.86 41.669 .374 .731konform10 55.42 41.147 .354 .731konform12 54.54 42.151 .257 .738konform14 54.69 42.366 .203 .742konform16 55.16 42.711 .206 .741konform18 54.72 42.256 .229 .740konform20 55.26 40.469 .346 .731konform22 54.85 41.578 .326 .733konform24 54.56 41.950 .258 .738
93
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
jmlrokok batang
rokok ayah total N 81 81 81
Normal Parameters(a,b) Mean 3.62 4.63 38.1852 Std. Deviation 4.676 5.898 5.00028
Most Extreme Differences
Absolute .220 .228 .136 Positive .199 .228 .136 Negative -.220 -.216 -.115
Kolmogorov-Smirnov Z 1.976 2.054 1.225 Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .000 .099
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Frequencies Statistics
jmlrokok batang rokok
ayah total N Valid 81 81 81
Missing 0 0 0
Frequency Table jmlrokok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 0 29 35.8 35.8 35.8
1 7 8.6 8.6 44.4
2 5 6.2 6.2 50.6
3 7 8.6 8.6 59.3
4 6 7.4 7.4 66.7
5 12 14.8 14.8 81.5
6 4 4.9 4.9 86.4
7 1 1.2 1.2 87.7
8 1 1.2 1.2 88.9
9 1 1.2 1.2 90.1
11 1 1.2 1.2 91.4
12 2 2.5 2.5 93.8
14 1 1.2 1.2 95.1
16 1 1.2 1.2 96.3
18 1 1.2 1.2 97.5
20 2 2.5 2.5 100.0
Total 81 100.0 100.0
94
batang rokok ayah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 0 36 44.4 44.4 44.4
1 3 3.7 3.7 48.1
2 2 2.5 2.5 50.6
3 5 6.2 6.2 56.8
5 7 8.6 8.6 65.4
6 2 2.5 2.5 67.9
7 2 2.5 2.5 70.4
8 3 3.7 3.7 74.1
9 2 2.5 2.5 76.5
10 5 6.2 6.2 82.7
12 11 13.6 13.6 96.3
16 1 1.2 1.2 97.5
20 1 1.2 1.2 98.8
32 1 1.2 1.2 100.0
Total 81 100.0 100.0
total
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 16.00 1 1.2 1.2 1.2
31.00 2 2.5 2.5 3.732.00 2 2.5 2.5 6.233.00 2 2.5 2.5 8.634.00 7 8.6 8.6 17.335.00 9 11.1 11.1 28.436.00 2 2.5 2.5 30.937.00 9 11.1 11.1 42.038.00 9 11.1 11.1 53.139.00 8 9.9 9.9 63.040.00 12 14.8 14.8 77.841.00 5 6.2 6.2 84.042.00 3 3.7 3.7 87.743.00 3 3.7 3.7 91.444.00 3 3.7 3.7 95.146.00 2 2.5 2.5 97.548.00 1 1.2 1.2 98.861.00 1 1.2 1.2 100.0Total 81 100.0 100.0
95
Histogram
jmlrokok2520151050-5
Fre
qu
ency
30
20
10
0
jmlrokok
Mean =3.62�Std. Dev. =4.676�
N =81
96
batang rokok ayah403020100
Fre
qu
en
cy
40
30
20
10
0
batang rokok ayah
Mean =4.63�Std. Dev. =5.898�
N =81
97
total70.0060.0050.0040.0030.0020.0010.00
Fre
qu
en
cy
40
30
20
10
0
total
Mean =38.19�Std. Dev. =5.00�
N =81
98
Curve Fit Model Description Model Name MOD_1 Dependent Variable 1 jmlrokok Equation 1 Linear
2 Quadratic 3 Cubic
Independent Variable batang rokok ayah Constant Included Variable Whose Values Label Observations in Plots Unspecified
Tolerance for Entering Terms in Equations .0001
Case Processing Summary
N Total Cases 81 Excluded Cases(a) 0 Forecasted Cases 0 Newly Created Cases 0
a Cases with a missing value in any variable are excluded from the analysis.
Variable Processing Summary
Variables
Dependent Independent
jmlrokok batang rokok
ayah Number of Positive Values
52 45
Number of Zeros 29 36Number of Negative Values
0 0
Number of Missing Values
User-Missing 0 0System-Missing 0 0
Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable: jmlrokok
Equation
Model Summary Parameter Estimates R
Square F df1 df2 Sig. Consta
nt b1 b2 b3 Linear .120 10.780 1 79 .002 2.345 .275 Quadratic
.168 7.874 2 78 .001 2.868 -.032 .016
Cubic .176 5.494 3 77 .002 2.688 .305 -.025 .001
99
The independent variable is batang rokok ayah.
batang rokok ayah403020100
20
15
10
5
0
jmlrokok
CubicQuadraticLinearObserved
100
Curve Fit Model Description Model Name MOD_2 Dependent Variable 1 jmlrokok Equation 1 Linear
2 Quadratic 3 Cubic
Independent Variable total Constant Included Variable Whose Values Label Observations in Plots Unspecified
Tolerance for Entering Terms in Equations .0001
Case Processing Summary
N Total Cases 81 Excluded Cases(a) 0 Forecasted Cases 0 Newly Created Cases 0
a Cases with a missing value in any variable are excluded from the analysis. Variable Processing Summary
Variables
Dependent Independent
jmlrokok total Number of Positive Values
52 81
Number of Zeros 29 0Number of Negative Values
0 0
Number of Missing Values
User-Missing 0 0System-Missing 0 0
Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable: jmlrokok
Equation Model Summary Parameter Estimates
R
Square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2 b3 Linear
.003 .244 1 79 .623 1.637 .052
Quadratic .005 .213 2 78 .809 -2.589 .274 -.003
Cubic .009 .240 3 77 .868 -13.977 1.297 -.031 .000
The independent variable is total.
101
total70.0060.0050.0040.0030.0020.0010.00
20
15
10
5
0
jmlrokok
CubicQuadraticLinearObserved
Correlations Correlations
jmlrokok batang
rokok ayah total jmlrokok Pearson Correlation 1 .347(**) .055
Sig. (2-tailed) .002 .623N 81 81 81
batang rokok ayah Pearson Correlation .347(**) 1 -.065Sig. (2-tailed) .002 .561N 81 81 81
total Pearson Correlation .055 -.065 1Sig. (2-tailed) .623 .561 N 81 81 81
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
102
Nonparametric Correlations Correlations
jmlrokok batang
rokok ayah total Spearman's rho jmlrokok Correlation Coefficient 1.000 .343(**) .040
Sig. (2-tailed) . .002 .724N 81 81 81
batang rokok ayah Correlation Coefficient .343(**) 1.000 .052Sig. (2-tailed) .002 . .647N 81 81 81
total Correlation Coefficient .040 .052 1.000Sig. (2-tailed) .724 .647 .N 81 81 81
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Correlations
jmlrokok
jmlh rokok yg di hisap
teman jmlrokok Pearson Correlation 1 .499(**)
Sig. (2-tailed) .000N 81 81
jmlh rokok yg di hisap teman
Pearson Correlation .499(**) 1Sig. (2-tailed) .000 N 81 81
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations Correlations
jmlrokok
jmlh rokok yg di hisap
teman Spearman's rho jmlrokok Correlation Coefficient 1.000 .495(**)
Sig. (2-tailed) . .000 N 81 81
jmlh rokok yg di hisap teman
Correlation Coefficient .495(**) 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . N 81 81
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
103
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent jnsrokok * jenis rokok ygsama dihisap teman 81 100.0% 0 .0% 81 100.0%
jnsrokok * jenis rokok ygsama dihisap teman Crosstabulation Count
jenis rokok ygsama dihisap teman Total
0 sama beda 0 jnsrokok 0 11 6 7 24
sama 2 29 8 39beda 1 11 6 18
Total 14 46 21 81