Rhinitis

14
RHINITIS Kelompok III Bakhtiar Hidayat H, S. KH. Gita Rima W, S. KH. Komara Dwi R, S. KH. Novi Tandria, S. KH. Ria Octaviani, S. KH.

Transcript of Rhinitis

Page 1: Rhinitis

RHINITIS

Kelompok III

Bakhtiar Hidayat H, S. KH.Gita Rima W, S. KH.Komara Dwi R, S. KH.Novi Tandria, S. KH.Ria Octaviani, S. KH.

Page 2: Rhinitis

PENDAHULUAN Rhinitis merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keadaan iritasi dan peradangan di area mukosa nasal.

Von Pirquet (1986), inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopik yang sebelumnya telah tersensitisasi dengan alergen yang sama, serta dilepaskannya mediator peradangan ketika terjadi paparan ulang oleh alergen spesifik tersebut.

WHO ARIA 2001, rhinitis adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rhinorrhea, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

Page 3: Rhinitis

Kausa dan

Simtomp utama

Rhinitis Medica

mentosa

Rhinitis

Alergi

Infeksius

Rhinitis

Rhinitis Vasomotor

Page 4: Rhinitis

Cont’d

Kausa dan

Simtomp utama

Rhinitis Sicca

Chronic Atrophic rhinitis

Rhinitis Polipous

Rhinitis Hipertrofi

k

Page 5: Rhinitis

Etiologi Infeksi virus merupakan salah satu

penyebab rhinitis yang paling sering ditemukan.

Contoh virus yang sering menginfeksi adalah, FVR (Feline Viral Rhinotracheitis), Feline calicivirus, Canine distemper, Canine adenovirus tipe 1 dan 2, namun yang paling sering ditemukan adalah virus Canine para influenza.

Page 6: Rhinitis

Manifestasi Klinis Secara umum Rhinorrhea, kongesti

nasal, discharge nasal, dan bersin-bersin (Smeltzer et al. 2009).

Rhinitis akut ditandai dengan gejala rasa kering, gatal, atau rasa panas di hidung atau nasofaring.

Rhinitis alergi yang khas adalah terjadinya serangan bersin berulang.

Page 7: Rhinitis

Patofisiologi Peradangan pada mukosa nasal selalu

diiringi dengan peradangan pada sinus, namun seringkali tidak terdeteksi pada kasus sinusitis ringan.

Carlton and McGavin (1995), perubahan lain seperti hemoragi, ulcer dan hiperplasia dapat ditemukan pada peradangan mukosa nasal.

Page 8: Rhinitis

Cont’d Infeksi sekunder oleh bakteri sering terjadi

pada kasus kronis. Mukosa membran terjadi kongesti dan

rapuh, meningkatnya sekresi kelenjar, kemotaksis netrofil, dan obstrusi duktus nasolacrimal. Tulang turbinatio dan tulang wajah akan mengalami kerusakan pada perkembangan kasus yang disebabkan oleh tumor atau kapang (Tilley and Smith 2000).

Page 9: Rhinitis
Page 10: Rhinitis
Page 11: Rhinitis

Pengobatan Kasus kronis kultur mukosa hidung

agen yang menyebabkan infeksi. Pemberian antihistamin seperti Benadryl

biasanya dipilih untuk membuat daerah hidung menjadi kering dan membuka jalan udara.

Antibiotik seperti Amoxicillin, Tribrissen, dan Keflex digunakan untuk melawan bakteri penyebab infeksi.

Page 12: Rhinitis

Cont’d Terapi antiviral, seperti penggunaan

Lysine (500 mg PO setiap 12 jam). Terapi antifungal dapat menggunakan

itraconazole, fluconazole, posaconazole, dan voriconazole.

Terapi topikal non invasive dapat menggunakan clotrimazole.

Page 13: Rhinitis

Daftar Pustaka

Smeltzer CS, Bare GB, Hinkle LJ, Cheever HK. 2009. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.

Carlton WW, McGavin MD. 1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology 2nd Ed. Missouri : Mosby-Year Book, Inc.

Tilley, Smith. 2000. The 5- Minute Veterinary Consult. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Page 14: Rhinitis