Revitalisasi & reaktualisasi nilai nilai pcl
-
Upload
novia-senja -
Category
Documents
-
view
1.143 -
download
4
Transcript of Revitalisasi & reaktualisasi nilai nilai pcl
MAKALAH
REVITALISASI DAN REAKTUALISASI NILAI-NILAI
PANCASILA
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
Oleh
SELVYA NANDA DWI KARTIKO (120210301030)
NOVIA SENJA KURNIA (120210301037)
KHOIRUL HAKIMAH ANNISA (120210301038)
SELA RACHMAWATI (120210301058)
AYU ROSA WIDYASTUTI (120210301098)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini.Guna memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa kami ucapkan terimaksih kepada teman-teman yang telah membantu
membuat makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Kami selaku penulis sudah berusaha sebaik-baiknya untuk
menyelesaikan makalah ini, tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan
hanya milik-Nya. Tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai
dari usaha yang kecil. Sebagai penanggung jawab atas makalah ini, kami
mengharapkan kritik dan saran, serta masukan untuk perbaikan serta
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga hasil makalah ini memberikan
manfaat dan dapat dijadikan sebagai wacana untuk memperluas pengetahuan.
Jember, 07 Mei 2013
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik,
dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bagi bangsa Indonesia, secara faktual pancasila sebagai ideologi telah
berurat berakar sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
meskipun konstitusi yang pernah dilakukan dinegara kita beberapa kali
berganti dari UUD 1945, konstitusi RIS 1949, UUD sementara 1950 hingga
kembali ke UUD 1945, namun pancasila masih tetap sebagai ideologi negara.
Disamping fakta tersebut terdapat beberapa fakta lain yaitu berupa
pelaksanaan yang tidak konsekuensi terhadap pancasila, baik oleh
penyelenggara negara maupun masyarakat Indonesia pada umumnya.
Oleh karena itu apapun dinamika yang berkembang dalam tiap fase
kehidupan bangsa, pancasila haruslah tetap terjaga kekokohannya sebagai
ideologi negara. Pancasila merupakan ideologi yang nyata dan reformatif,
aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan dan bukanlah ideologi yang bersifat pragmatis, yang hanya
menekan segi praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme. Nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam pencasila bersifat universal dan tetap, dan penjabaran
serta realisasinya dieksplisitkan secara dinamis dalam suatu sistem norma
kenegaraan. Dengan begitu, tidak perlu mencoba mencari alternatif atau
terpengaruh oleh ideologi lain, namun dapat melakukan revitalisasi pancasila
dan pengaktualisasiannya dapat dilakukan secara sungguh-sungguh dalam
rangka tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) .
3
1.2 RUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan definisi nilai ?
2. Bagaimana ciri dan sifat nilai ?
3. Bagaimana pengklasifikasian nilai ?
4. Apa yang dimaksud dengan definisi Revitalisasi dan Reaktualisasi ?
5. Bagaimana komitmen revitalisasi sebagai kebutuhan bangsa?
1.3 TUJUAN
1 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami definisi nilai.
2 Agar mahasiswa mengetahui ciri dan sifat nilai.
3 Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengklasifikasian nilai.
4 Agar mahasiswa mengetahui definisi Revitalisasi dan Reaktualisasi.
5 Agar mahasiswa mengetahui komitmen revitalisasi sebagai kebutuhan
bangsa.
4
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 DEFINISI NILAI
Nilai adalah sesuatu yang berharga,bermutu,menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Nilai atau value (bahasa Inggris) dalam filsafat dikenal
sebagai kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan
(goodnees). Nilai pada hakikatnya sesuatu yang memiliki makna inhern pada
objek tertentu, sehingga manusia mampu menangkap hal tersebut menjadi
berharga, menarik, berkualitas, serta berguna dalam kehidupannya. Dalam
konteks pancasila, arti dasar nilai di atas hakikatnya telah sejalan dengan
penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusannya terdapat dalam
pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang menyatakan pancasila sebagai
nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.
Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun
pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu,
sifatnya belum operasional. Artinya belum dapat dijabarkan secara langsung.
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam UUD 1945 itu memerlukan
penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu kemudian dinamakan nilai
instrumental.
2.2CIRI-CIRI DAN SIFAT NILAI
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah :
Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
Nilai yang bersifat abstrak itu tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati
hanyalah objek yang bernilai. Misalnya orang yang memiliki kejujuran.
Yang dapat kita indera adalah kejujuran itu.
Nilai memiliki sifat normatif , artinya nilai mengandung harapan,cita-
cita,dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (das sollen).
Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam
5
bertindak. Misalnya,nilai keadilan. Semua orang berharap dan
mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adlah
pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang
diyakininnya. Misalnya,nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan
semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
2.3 KLASIFIKASI NILAI
Dalam perspektif filsafat, nilai dapat dibedakan dalam tiga, yakni:
1. Nilai logika adalah nilai benar salah. Misalnya jika seorang mahasiswa
dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia
keliru maka dosen mengatakan salah secara logika.
2. Nilai estetika adalah nilai indah dan tidak indah. Dapat diilustrasikan pada
seseorang yang melihat sebuah lukisan yang indah, tetapi bagi orang lain
mungkin tidak indah. Orang yang menilai lukisan itu indah, tidak bisa
memaksakan orang lain menilai bahwa lukisan itu indah. Jadi nilai
estetika bersifat subjektif.
3. Nilai moral/etika adalah nilai baik buruk. Nilai yang menangani kelakuan
baik atau buruk dari manusia. Moral selalu berhubungan dengan nilai,
tetapi tidak semua nilai adalah moral. Nilai moral lebih terkait dengan
kehidupan manusia sehari-hari.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya tiga macam nilai,yaitu
:
1. Nilai Material (segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia).
2. Nilai Vital (segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas).
3. Nilai kerohanian (segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia). Nilai
kerohanian meliputi :
Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio,budi,cipta)
manusia.
6
Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan (emotion) manusia
Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur
kehendak (karsa,Wil) manusia.
2.4 DEFINISI REAKTUALISASI DAN REVITALISASI
Revitalisasi adalah upaya mengembalikan kepada asal nilai pentingnya
segala sesuatu. Sedangkan nilai-nilai pancasila adalah segala bentuk norma,
aturan serta nilai yang diserap dari berbagai adat-istiadat dan budaya yang
berakar dari kemajemukan seluruh komponen bangsa Indonesia. Artinya nilai-
nilai pancasila merupakan intisari dari pola pikir (mind-sett), pola sikap dan
pola tindakan dari setiap individu bangsa Indonesia yang identik dengan
keberbedaan suku, agama, ras, antar golongan (SARA), wilayah, bahasa dan
adat istiadat.
Jadi revitalisasi nilai-nilai Pancasila adalah usaha bersama seluruh
komponen bangsa Indonesia untuk mengembalikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila sebagai konsensus sekaligus identitas nasional
yang selama ini mengalami berbagai penyimpangan. Dalam arti singkat
revitalisasi artinya adalah bahwa nilai-nilai yang telah “ menyejarah” dalam
kehidupan bangsa Indonesia terdahulu dimunculkan kembali dalam sejarah
kehidupan baru bangsa Indonesia pasca reformasi yang telah disalahartikan
menjadi kebebasan yang kebablasan.
Hakikat pancasila adalah nilainya bukan simbolnya, karena substansi nilai
akan muncul setelah setiap individu bangsa melaksanakan apa yang menjadi
kepribadian dan pandangan hidup sehari-harinya.
Reaktualisasi adalah proses, cara,perbuatan, mengaktualisasikan
kembali,penyegaran dan pembaharuan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat
yang berdasarkan pancasila.
7
2.5 KOMITMEN REVITALISASI SEBAGAI KEBUTUHAN BANGSA
Merevitalisasi nilai-nilai pancasila adalah sebuah keniscayaan mutlak
ketika kondisi bangsa semakin jauh dari keadilam sosial, kemakmuran,
kemajuan dan lain sebagainya. Membiarkan kondisi bangsa dalam
keterpurukan sama halnya menjadikan pancasila hanya sebagai alat politisasi
untuk melanggengkan kekuasaan seperti yang pernah terjadi pada masa Orde
Baru. Sehubungan dengan hal tersebut, revitalisasi nilai-nilai pancasila harus
dilakukan dalam dua tingkatan, yaitu pada tataran ide dan praksis. Dalam
tataran ide, hal yang paling penting dilakukan adalah menjawab sikap alergi
masyarakat terhadap pancasila. Oleh karena itu, memiliki semangat dan sikap
bergotong royong serta membudayakan pola musyawarah bisa dijadikan
mekanisme dan cara bangsa ini. Sikap gotong-royong dan musyawarah juga
bisa dijadikan sebagai sumber dalam rangka revitalisasi nilai-nilai pancasila.
Revitalisasi nilai-nilai pancasila harus dimulai dengan membangkitkan
kegairahan dan optimisme publik. Misalnya, kepemimpenan nasional harus
menegaskan kembali bahwa Negara Republik Indonesia adalah bukan negara
agama tapi negara beragama, Indonesia adalah negeri yang kebebasannya
berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan Bhinneka Tunggal Ika, yang
harus memiliki sikap saling hormat-menghormati, menghargai segala
perbedaan dan mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi dan golongan.
Dari beberapa ilustrasi tersebut, secara bertahap, nilai-nilai pancasila akan
benar-benar menginternalisasi dan membumi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dimulai dengan
menjadikan dasar negara ini kembali sebagai pembicaraan publik, sehingga
masyarakat merasakan bahwa pancasila masih ada, dan masih dibutuhkan bagi
bangsa Indonesia. Revitalisasi nilai-nilai juga dapat dilakukan dengan cara
manifestasi identitas nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai
wawasan, antara lain; spiritual yang berlandaskan etik, estetika, dan
religiusitas sebagai dasar dan arah pengembangan profesi.
Dalam konteks perguruan tinggi, revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa
dilakukan dengan menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dan
8
handal untuk pembangunan nasional yang menumbuhkan kesadaran
nasionalisme serta menemukan jati diri bangsa yang mampu beradaptasi
dengan perubahan, mampu menangkap tantangan sebagai peluang dan mampu
mengatasi segala permasalahan sengan solusiyang baik, serta
mengaktualisasikan diri untuk bangsa dan negara agar lebih maju dan
bermartabat.
9
STUDI KASUS
REVITALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT FLORES TIMUR GUNA
MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
Permasalahan :
Degradasi pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai esensi Pancasila
terjadi di kehidupan masyarakat Kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara
Kabupaten Flores Timur dimana nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai-nilai
persatuan, permusyawaratan dan perikeadilan tampaknya masih jauh panggang
dari api yang Tampak dari terjadinya konflik horizontal antara antara warga
Lewonara vs Lewobunga sejak 8 Oktober 2012 selama sepekan, dimana perang
tanding tersebut mengakibatkan sedikitnya 1 orang tewas dan puluhan terluka
akibat konflik itu. Pertikaian/konflik yang terjadi disebabkan oleh adanya
perebutan tanah hak ulayat rakyat yang kurang mampu diselesaikan kurang baik
oleh pemerintah daerah dan tokoh-tokoh masyarakat kedua daerah, karena kurang
memperhatikan norma dan ketentuan yang berlaku termasuk tidak mempedomani
pada nilai-nilai Pancasila yang semestinya dapat dijadikan pegangan dalam
menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul di daerah.
Berkaitan dengan permasalahan konflik horizontal yang terjadi
diKabupaten Flores Timur sebagaimana tersebut diatas yang secara nyata
menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila kurang dapat diamalkan dan diterapkan
10
dalam kehidupan masyarakat, maka diperlukan adanya revitalisasi nilai-nilai
Pancasila. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana revitalisasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Flores Timur tersebut harus
dilakukan ?
Berdasarkan permasalahan-permasalahan sebagaimana tersebut diatas,
melalui tulisan ini akan dijelaskan tentang implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Flores Timur guna mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa, dengan harapan dapat memberikan nilai guna dan
manfaat bagi pemerintah dan seluruh stake holder penyelenggaran negara
maupun tokoh masyarakat untuk dipedomani dalam upaya menanamkan kembali
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat di daerah.
Penyimpangan Terhadap Pancasila :
Dari akar permasalahan dan kronologis terjadinya konflik yang terjadi
di dua desa di Kecamatan Adonara sebagaimana tersebut diatas, kita dapat melihat
bahwa akhlak perilaku masyarakat sangat jauh dari nilai-nilai Pancasila. Fungsi
dan peranan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sebagai kepribadian dan moral pembangunan yang seharusnya dapat dijadikan
tuntutan bagi setiap warga negara Indonesia dalam berfikir dan bertindak
berdasarkan etika. Kenyataannya, Pancasila bukan lagi menjadi arah dan
petunjuk dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hal tersebut dapat terlihat dari suatu fakta menyangkut akhlak perilaku
bangsa yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila sebagai berikut:
1) Penyimpangan terhadap nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
sebagaimana tercantum dalam Sila-1 Pancasila, dimana dalam kehidupan
beragama telah terjadi fenomena nilai-nilai agama yang dinomorduakan
sementara nilai-nilai adat menjadi hal utama yang ditegakkan di kalangan
masyarakat Kabupaten Flores Timur, aliran-aliran keagamaan banyak
yang diterjemahkan sendiri oleh pengikut tersebut keluar dari akidah atau
kepercayaan yang diajarkan. Walaupun bila ditinjau dari hak-hak pribadi,
fenomena ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan, karena setiap orang
mempunyai kebebasan dalam memahami agamanya namun apabila
11
ditinjau dari efek yang ditimbulkannya, maka aliran-aliran tersebut dapat
merusak akhlak masyarakat lain melalui penyebarannya sehingga
memunculkan sikap antipasti masyarakat terhadap aliran tersebut yang
ditunjukkan melalui tindakan anarkhis sehingga menimbulkan gejolak
sosial dalam masyarakat;
2) Penyimpangan terhadap nila Sila-2 Pancasila “Kemanusiaan yang adil
dan beradab” yang dapat terlihat dari perilaku masyarakat baik pada
tingkat elit (pimpinan) maupun pada masyarakat bawah terlihat adanya
sikap arogan, mengedepankan kekerasan, tidak menghargai orang lain,
berbuat seenaknya dan perilaku negatif lainnya. Pada tingkat kelompok
terjadi aksi kekerasan kolektif, yaitu kekerasan yang dilakukan massa baik
ditujukan terhadap sesama kelompok masyarakat maupun kepada negara
yang diakibatkan oleh perasaan tidak senang, tidak puas terhadap negara
maupun terhadap kelompok masyarakat lain. Budaya kekerasan terlihat
semakin menggejala dilakukan masyarakat yang telah mengenyam
pendidikan atau belum, dewasa maupun remaja dan anak-anak maupun
kelompok masyarakat lainnya, serta kekerasan atau tindakan kriminal yang
dilakukan orang perorang terhadap orang lain yang dilakukan secara sadis
dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan;
3) Penyimpangan terhadap nilai Sila-3 Pancasila “Persatuan dan
Kesatuan Bangsa” yang terlihat dari adanya perilaku sebagian masyarakat
baik secara individu maupun kelompok yang memiliki kecenderungan
untuk bersikap invidividualistis, munculnya gejala primordialisme sempit
berdasarkan kesukuan dengan terjadinya bentrok antar dua desa yang
memecahkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa serta sudah mulai
ditinggalkannya budaya gotong royong oleh masyarakat Indonesia yang
disebabkan oleh lunturnya rasa kebersamaan. Selain itu, dapat disaksikan
bahwa sebagian besar masyarakat masih banyak yang lebih mendahulukan
kepentingan pribadi atau kelompoknya diatas kepentingan bangsa dan
negara;
12
4) Penyimpangan terhadap nilai Sila-4 “Kerakyatan yang dipimpim
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan/Perwakilan”. Hal
tersebut tercermin dari adanya fenomena masyarakat yang kecenderungan
mengenyampingkan azas musyawarah untuk mencapai mufakat dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan konflik yang timbul, kurang
berfungsinya Forum-forum Permusyawaratan yang ada di di daerah dalam
menampung aspirasi masyarakat baik DPRD, Forum-forum keagamaan
maupun forum kemasyarakatan lainnya seperti LKMD pada tingkat Desa.
Hal tersebut terjadi karena tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga-lembaga perwakilan/permuasyarawatan tersebut cenderung
mengalami penurunan, karena lembaga tersebut dalam kenyataannya
hanya mementingkan kepentingan kelompok mereka sendiri dan
kecenderungan tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
masyarakat umum;
5) Penyimpangan terhadap nilai Sila-5 Pancasila “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia” yang tampak dari mulai ditinggalkannya sikap
dan suasana kekeluargaan dalam bermasyarakat, ketidakadilan dalam
berbagai aspek pembangunan baik hukum maupun pembangunan
ekonomi, budaya hidup boros dan hidup mewah dai sebagian kalangan
masyarakat, kurang menghargai karya orang lain dengan adanya tindakan
perusakan bangunan perumahan yang telah dibangun dan akan diresmikan
serta tindakan perusakan sarana prasarana umum lainnya.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Merevitalisasi nilai-nilai pancasila adalah sebuah keniscayaan mutlak
ketika kondisi bangsa semakin jauh dari keadilam sosial, kemakmuran,
kemajuan dan lain sebagainya. Untuk itu perlu diadakanya revitalisasi
pancasila karena untuk tetap menjaga keutuhan dan kesatua bangsa. Hakikat
pancasila adalah nilainya bukan simbolnya, karena substansi nilai akan
muncul setelah setiap individu bangsa melaksanakan apa yang menjadi
kepribadian dan pandangan hidup sehari-harinya. Dengan begitu, tidak perlu
mencoba mencari alternatif atau terpengaruh oleh ideologi lain, namun dapat
melakukan revitalisasi pancasila dan pengaktualisasiannya dapat dilakukan
secara sungguh-sungguh dalam rangka tetap tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) .
14
DAFTAR PUSTAKA
http://PCL/revitalisasi-nilai-nilai-pancasila.html
http://PCL/revitalisasi-dan-reaktualisasi.html
http:///PCL/pengertian-nilai.html
15