REVITALISASI KAWASAN MASJID AGUNG SURAKARTA DAN …eprints.ums.ac.id/63897/10/Naskah Publikasi_Rizky...
Transcript of REVITALISASI KAWASAN MASJID AGUNG SURAKARTA DAN …eprints.ums.ac.id/63897/10/Naskah Publikasi_Rizky...
REVITALISASI KAWASAN MASJID AGUNG SURAKARTA DAN KAWASAN
SEKITARNYA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Oleh :
RIZKY OCTAVIA ERNAWATI
D 300 140 101
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
REVITALISASI KAWASAN MASJID AGUNG SURAKARTA DAN
KAWASAN SEKITARNYA
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
RIZKY OCTAVIA ERNAWATI
D 300 140 101
Telah diperiksa dan disetujui untuk penguji oleh :
Dosen
Pembimbing
Ir. Alpha Febela P., M.T
NIK. 486
ii
HALAMAN PENGESAHAN
REVITALISASI KAWASAN MASJID AGUNG SURAKARTA DAN KAWASAN
SEKITARNYA
OLEH
RIZKY OCTAVIA ERNAWATI
D 300 140 101
Telah dipertahankan di sepan Dewan Penguji
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 3 Juli 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Ir. Alpha Febela P., M.T
(Ketua Dewan Penguji)
(........................)
2. Ir. Indrawati, M.T
(Anggota I Dewan Penguji)
(........................)
3. Dr. Ir, Qomarun, M.M
(Anggota II Dewan Penguji)
(........................)
Dekan,
Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D., IPM
NIK. 682
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan baha dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan
saya pertanggungjaabkan sepenuhnya.
Surakarta, 16 Juli 2018
Penulis
Rizky Octavia Ernawati
D 300 140 101
1
REVITALISASI KAWASAN MASJID AGUNG SURAKARTA DAN KAWASAN
SEKITARNYA
Abstrak
Revitalisasi Kawasan Masjid Agung Surakarta dan Kawasan Sekitarnya merupakan
suatu kegiatan untuk menata dan merevitalisasi kawasan tersebut agar dapat membiayai
hidupnya sendiri yang secara ekonomi dapat maju dan ingin memiliki bangunan atau ruang
yang dapat digunakan untuk menampung aktivitas di sekitar Kawasan Masjid Agung
Surakarta agar mampu menambah pemasukan dana untuk perawatan kawasan tersebut.
Kegiatan tersebut didukung oleh pemanfaatan ruang-ruang sebagai penampung aktivitas
masyarakat di dalam maupun di luar kompleks Masjid Agung Surakarta berupa fasilitas
umum, pendidikan, ekonomi, sosial, dan kebudayaan lokal, sehingga dengan cara tersebut
masyarakat mampu menjalin interaksi positif.
Kata kunci : revitalisasi, kawasan, masjid agung
Abstract
Revitalization of Surakarta and Surakarta Great Mosque Area is an activity to organize and
revitalize the area in order to be able to finance its own life which can be economically
advanced and want to have a building or space that can be used to accommodate activities
around the Surakarta Mosque Area Surakarta in order to increase the revenue for the area
maintenance the. The activity is supported by the utilization of spaces as a container of
community activities inside and outside Surakarta Mosque complex in the form of public
facilities, education, economy, social, and local culture, so that the society can make positive
interaction.
Keywords : revitalization, area, great mosque
1. PENDAHULUAN
Masjid Agung Surakarta merupakan masjid dengan katagori masjid jami', yaitu masjid
yang digunakan untuk sholat berjamaah dengan ukuran makmum besar (misalnya sholat
Jum’at dan sholat Ied). Dengan status sebagai masjid kerajaan, masjid ini juga berfungsi
mendukung segala keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan
festival Sekaten.
Kondisi yang terjadi di Kawasan Masjid Agung Surakarta saat ini, terdapat aktivitas dan
fungsi-fungsi ruang yang tumbuh tidak terkendali dan tidak sesuai dengan kondisi masjid,
antara lain terdapat parkir motor di sebelah Selatan yang sekarang menjadi kumuh dan tidak
terkendalinya pedagang yang berjualan di sekitar masjid.
Kurang terawatnya bangunan Masjid Agung dikarenakan tidak ada yang membiayai
untuk perbaikan dan perawatan bangunan. Masjid Agung memiliki sedikit dana perbaikan
dari masyarakat sekitar dan sumbangan-sumbangan dari masyarakat luar. Salah satu alasan
minimnya dana perawatan dan perbaikan yang diterima Masjid Agung sendiri karena terjadi
2
bentrok antara raja-raja Keraton Surakarta, sehingga Masjid Agung tidak dapat membentuk
suatu badan untuk menerima dana bantuan, maka pemerintah kesulitan untuk memberi dana
bantuan perbaikan dan perawatan Masjid Agung.
Kejadian di atas membuat pihak pengurus Masjid Agung Surakarta ingin membiayai
hidupnya sendiri agar secara ekonomi dapat maju dan ingin memiliki bangunan atau ruang
yang dapat digunakan untuk menampung aktivitas di sekitar Kawasan Masjid Agung
Surakarta agar dapat menambah pemasukan dana untuk perawatan kawasan tersebut. Pihak
pengurus Masjid Agung juga ingin agar kawasan tersebut ditata agar kembali pada fungsi
masjid sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh perumusan masalah sebagai berikut :
a) Bagaimana menata Kawasan Masjid Agung Surakarta dengan kondisi tidak terkendalinya
aktivitas yang menganggu ?
b) Bagaimana mengendalikan fungsi-fungsi ruang yang tumbuh tidak terkendali dan tidak
sesuai dengan kondisi masjid ?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang kawasan dengan memperbaiki
kondisi masjid agar dapat menampung aktivitas pengguna Masjid Agung Surakarta dan
mengendalikan aktivitas di sekitarnya.
Adapun sasaran dari penelitian ini adalah untuk menciptakan hubungan antara masyarakat
dengan masjid melalui perancangan ruang-ruang interaksi positif yang disesuaikan dengan
kebudayaan dan aktivitas keseharian di kawasan tersebut agar Masjid Agung Surakarta dapat
membiayai hidupnya sendiri.
2. METODE
2.1 Revitalisasi
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 tahun 2010 tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan, Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan/ kawasan
melalui pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi
kawasan sebelumnya (pasal 1 ayat 1). Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama
lindung atau budi daya (pasal 1 ayat 4).
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota
yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi.
3
Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan
mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi
harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan
lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002).
2.2 Konservasi
Konservasi adalah tindakan untuk melakukan perlindungan atau pengawetan, sebuah
kegiatan untuk melestarikan sesuatu dari kerusakan, kehancuran, kehilangan, dan
sebagainya (Margareta, 2010).
Richmond and Alison Bracker (2009) mengartikan konservasi sebagai suatu proses
kompleks dan terus-menerus yang melibatkan penentuan mengenai apa yang dipandang
sebagai warisan, bagaimana ia dijaga, bagaimana ia digunakan, oleh siapa, dan untuk siapa.
Warisan yang disebut dalam definisi Richmond dan Alison tersebut, tidak hanya menyangkut
hal fisik, tetapi juga kebudayaan.
2.3 Cagar Budaya
Menurut Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pelestarian
dan Pengelolaan Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah, cagar budaya adalah warisan budaya
bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
2.4 Penataan Ruang dan Kawasan Cagar Budaya
Menurut Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Pasal 1 Angka 14 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya Provinsi Jawa
Tengah, kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar
Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang
khas.
2.5 Tinjauan Masjid dari segi Arsitektur
Masjid mempunyai arti yang lebih luas, yaitu tempat yang dijadikan oleh seseorang di
rumahnya untuk melaksanakan sholat sunnah atau sholat wajib karena dia tidak mampu untuk
4
sholat di masjid dan orang-orang yang mendirikan sholat berjamaah di dalamnya, dinamakan
masjid pula. (Majalah Al-Furqon, edisi 5, tahun ke-4 1425 H.)
2.6 Tata Ruang Keraton dan Masjid Agung Keraton Surakarta Surakarta
Raja adalah penguasa tertinggi suatu kerajaan. Tetapi pada kerajaan-kerajaan Islam Jawa,
raja juga wakil Tuhan di dunia. Pemikiran yang menempatkan raja sebagai wakil Tuhan di
dunia menempatkannya sebagai pusat kehidupan. Jika digambakan dalam diagram ligkaran,
konsep tata ruang yang kelak senantiasa menjadi acuan tata ruang Keraton Kesultanan atau
Kasunanan Mataram Islam.
Gambar 1. Konsep Tata Ruang Keraton Sumber : Sejarah Masjid Agung Surakarta,
2014 Lingkaran A, merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya. Lingkaran B bermukim
kaum bangsawan dan pegawai keraton tingkat tinggi, lokasi dibangunnya gedung-gedung
pemerintah yang penting, masjid agung serta alun-alun. Lingkaran C daerah wilayah
kekuasaan berupa tanah gaduhan. Lingkaran D wilayah pedesaan yang dikepalai oleh seorang
bupati dengan jajaran pamong prajanya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Lokasi dan Data Teknis
Gambar 2. Lokasi site Kawasan Masjid Agung Surakarta dan batasan kawasan Sumber : googlemaps.com
Lokasi site berada di Masjid Agung Surakarta dan perkampungan Kauman yang berada
di sebelah Utara dan Barat Masjid Agung Surakarta. Masjid Agung Surakarta beralamat di
Keterangan : A. Keraton B. Negara C. Negara agung D. Mancanegara
A
B C
D
5
Jalan Alun Alun Utara, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Kauman, Pasar Kliwon, Kota
Surakarta. Masjid Agung menempati lahan seluas 19.286,5 m2 yang dipisahkan dari
lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Sedangkan
perkampungan Kauman yang menjadi lokasi site menempati lahan seluas 53.437,18 m2. Dan
ditambah dengan site kios cinderamatadi sebelah Timur masjid agung seluas 3.964,23 m2. jadi
keseluruhan lahan memiliki luas 77.187,48 m2.
Gambar 3. Batasan site Kawasan Masjid Agung Surakarta Sumber : Analisa Penulis, 2018
3.2 Analisa dan Konsep Skala Meso
Rencana penataannya adalah dengan menghilangkan kios-kios permanen dan
menggantikannya dengan shelter terbuka. Shelter tersebut tidak hanya diperuntukan bagi
pengguna pedestrian tetapi dapat difungsikan sebagai tempat berjualan bagi para pedagang.
Gambar 4. Konsep meso Masjid Agung Surakarta Sumber : Analisa penulis, 2018
Gambar 5. (A) Shelter pada pedestrian Sumber : Dokumen
pribadi, 2018
Batasan Site
Utara : Kampung Kauman
Barat : Kampung Kauman
Selatan : Pasar Klewer
Timur : Alun-Alun Utara
6
Dibuatnya shelter sebagai pengganti kios agar wisatawan Masjid Agung Surakarta dapat
melihat keseluruhan kawasan tersebut tanpa dihalangi dan pedagang tidak meninggalkan
barang dagangan di tempat tersebut.
Gambar 6. (B) Kios cinderamata dan (C) Tempat parkir Sumber : Dokumen pribadi, 2018
Menata kios dari yang semula menghadap Timur dan menempel di dinding bagian Timur
Masjid Agung Surakarta menjadi menghadap Selatan dan Utara. Tempat parkir ditata dan
diberi pohon peneduh dan sistem parkir semi otomatis.
Gambar 7. (D) Ruang Terbuka Hijau Sumber : https://www.google.co.id/search?dcr=0&biw=1242&bih=602&tbm=isch//
diakses:27/03/2018
Memberi ruang terbuka hijau pada bahu jalan agar terasa sejuk dan menjadi tanaman
peneduh saat musim kemarau.
Gambar 8. (E) Gapura dan (D) Lampu Sumber: Dokumen pribadi, 2018
Membuat gapura pada Kampung Kauman dengan ciri khas bentuk menyerupai gapura
pintu masuk masjid agung, dengan penambahan detail batik kawung sebagai ciri khas
Kampung Kauman sebagai wisata kampung batik. Memberi lampu jalan dengan jarak 15
meter, untuk menunjukkan dan mengarahkan bahwa pusat kawasan berorientasi pada Masjid
Agung Surakarta.
7
3.3 Analisa Tapak
3.3.1 Analisa Penghawaan
Gambar 9. Analisa Penghawaan Sumber : Analisa
Penulis, 2018 Analisa dan Konsep :
a) Kawasan Masjid Agung Surakarta dilewati angin dari arah Tenggara ke Utara.
b) Bangunan museum dan perpustakaan akan dibangun di bawah tanah (underground),
menggunakan penghawaan buatan dengan cara mengalirkan angin dari luar ke dalam
bangunan menggunakan exhaust lalu didinginkan dengan AC Central di dalam ruangan
agar nyaman saat berada di ruangan tersebut.
c) Pada plafond tangga darurat diberi exhaust fan untuk menyedot udara kotor dari dalam
ruangan dibuang keluar.
d) Bangunan workshop dan kios cinderamata yang berada di atas tanah, memperbanyak
bukaan jendela atau ventilasi pada bagian Tenggara dan Utara.
3.3.2 Analisa Pencahayaan
Gambar 10. Analisa Pencahayaan Sumber : Analisa
Penulis, 2018 Analisa dan Konsep :
a) Bangunan museum dan perpustakaan akan dibangun di bawah tanah (underground), jadi
mayoritas pencahayaan di dalam ruangan menggunakan pencahayaan buatan.
8
b) Dibeberapa sisi bangunan underground menggunakan cahaya alami, dengan memasang
kaca pada plafond yang mengarah ke pedestrian di atas bangunan yang berada di bagian
Selatan Kawasan Masjid Agung Surakarta.
c) Untuk bangunan workshop dan kios cinderamata yang berada di atas tanah,
memperbanyak bukaan seperti jendela atau ventilasi pada bagian Timur atau Barat.
3.4 Analisa dan Konsep Aksesibilitas
Gambar 11. Konsep aksesibilitas Masjid Agung Surakarta Sumber : Analisa Penulis, 2018
Analisa dan Konsep :
a) Membuat ME dan SE ke underground yang akan dibangun di bawah Jalan Dr. Radjiman
sebagai fasilitas penunjang. Pintu masuk ME dan SE diletakkan pada bagian Selatan.
b) Selain sebagai pintu masuk ke underground bagi wisatawan, dapat digunakan oleh para
pedagang dan pembeli yang ingin ke masjid agung tanpa harus menyeberang jalan yang
ramai akan padatnya lalu lintas.
3.5 Analisa dan Konsep Aktivitas
Gambar 12. Konsep aktivitas Masjid Agung Surakarta Sumber : Analisa Penulis, 2018
Keterangan :
ME : Main Entrance
SE : Side Entrance
: ME dan SE Underground
Pasar
Klewer
Aktivitas timbal balik
9
3.6 Analisa dan Konsep Ruang
Gambar 13. Konsep program ruang Masjid Agung Surakarta Sumber : Analisa Penulis, 2018
Analisa dan Konsep :
a) Wisata religi vertikal menggunakan masjid agung sebagai pusatnya. Wisata religi
horizontal akan dibuat museum, perpustakaan, workshop, training center, koperasi dan
kios cinderamata.
b) Bangunan bekas Mambaul Ulum akan digunakan sebagai training center, bangunan
bekas perpustakaan akan digunakan sebagai workshop, museum dan perpustakaan akan
berada di ruang bawah tanah (underground).
c) Sebelumnya museum berada di Mambaul Ulum, karena tempatnya kurang memadai
untuk menampung semua koleksi, maka membuat bangunan baru untuk menampung
koleksi masjid agung dan menjadi museum peradaban Islam di Solo.
3.7 Analisa dan Konsep Massa
Gambar 14. Konsep Massa
Sumber : Analisa Penulis, 2018
Museum dan perpustakaan akan dibangun di area yang diberi garis putih yaitu di bawah
Jl. Dr. Radjiman dan pedestrian sebelah Selatan masjid agung. Didapat bentuk persegi
panjang dengan penambahan persegi panjang kecil ditengah sebagai pintu masuk bangunan.
Tabel 1. Program Ruang
10
Gambar 15. Konsep Massa
Sumber : Analisa Penulis, 2018
Menambah kubus lagi sebagai pintu keluar. Lalu diubah menjadi bentuk solid.
3.8 Analisa dan Konsep Tampilan Arsitektur
Kosep:
a) Menggunakan arsitektur jawa pada atap seperti atap Masjid Agung Surakarta dengan
bentuk tajuk.
b) Menggunakan dinding batu bata dengan kesan kokoh, kuat, dan awet, dan dibentuk
lekukan khas arsitektur Arab seperti pada Gapura pintu masuk Timur Masjid Agung
Surakarta.
c) Menggunakan roster dengan bentuk kaligrafi sebagai ornamen pada dinding luar ataupun
dalam.
d) Memberi street furniture pada pohon peneduh disekitar bangunan seperti seating grup
dan ornamen.
e) Interior pada museum dan perpustakaan dibuat menyerupai interior masjid agung, agar
pengunjung atau wisatawan dapat merasakan suasana yang sama seperti masjid agung.
3.9 Analisa dan Konsep Struktur dan Utilitas
Analisa dan Konsep Utilitas :
a) Sistem suplai air bersih adalah air yang berasal dari ground reservoir (tangki bawah
tanah) dimana airnya disuplai dari PDAM dan dan memiliki sumur artesis sebagai
sumber cadangan air bersih. Sistem pendistribusinya menggunakan sistem down feed.
b) Utilitas air kotor dialirkan melalui shaft yang selanjutnya dialirkan ke luar bangunan. Air
kotor dari luar bangunan yang berasal dari air hujan, dialirkan dari talang menuju selokan
ke bak kontrol yang selanjutnya mengalir ke riol kota.
11
c) Penggunaan Listrik Negara (PLN) dan Generator (Genset), sebagai sumber listrik
cadangan yang akan beroprasi apabila sumber listrik PLN mengalami gangguan.
d) Menggunakan Alat deteksi asap (smoke detectore), Alat deteksi nyala api (flame
detectore), dan Alat deteksi panas (heat detectore).
e) Menggunakan eskalator sebagai transportasi vertikal dan pintu masuk menuju
underground building dan lift sebagai sistem transportasi vertikal bagi pengunjung
difabel.
Analisa dan Konsep Struktur :
a) Struktur menggabungkan rongga alir di antara struktur basement.
b) Dinding basement menggunakan konstruksi dinding penahan tanah tipe diaphragm wall.
Jenis konstruksi dinding penahan tipe dinding bertulang merupakan jenis konstruksi
dinidng penahan yang terbuat dari rangkaian besi beton bertulang.
3.10 Analisa dan Konsep Alih Fungsi Bangunan
Gambar 16. Mambaul Ulum Sumber : Dokumen Penulis,
2018 Konsep :
a) Mambaul Ulum dialih fungsikan sebagai training center.
b) Kawasan Masjid Agung menggerakkan kreatif dan halal tourism, sebagai objek destinasi
wisata masjid menjadi pusat generator kawasan sekitarnya dengan membuat training
center bagi ukm dan warga sekitar.
c) Training center sebagai tempat pelatihan bagi pengunjung maupun warga sekitar
fleksibel jika ditempatkan pada bangunan yang sudah ada sebelumnya.
d) Training center memiliki fungsi memperdaya ukm disekitar kawasan masjid agung agar
dapat mengedukasi tentang kewirausahan, produk halal, dan pembelajaran lainnya. Selain
edukasi bagi ukm, training center juga memberikan pelatihan menulis kaligrafi.
12
e) Training center juga sebagai tempat pembelajaran tentang memahami Islam dan
sejarahnya secara global untuk menjadikanhya sebagai motivasi menguasai dan
memahami secara mendalam.
f) Penambahan training center sebagai pusat pengembangan di dalam kawasan masjid
agung dapat menjadikan masjid agung sebagai pusat komunitas di kawasan tersebut dan
kawasan sekitarnya.
Gambar 17. Perpustakaan Masjid Agung Surakarta Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018
Konsep :
a) Memindahkan semua koleksi perpustakaan masjid agung ke tempat yang aman dan
khusus.
b) Memperbaiki bangunan perpustakaan yang kurang layak untuk digunakan dan digunakan
sebagai workshop bagi para santri dan keluarga pengurus masjid yang mendapatkan
pelatihan di training center
c) Bangunan perpustakaan diperbaiki dan memberi aksen arsitektur Jawa seperti pada
bangunan masjid.
d) Menjadikan perpustakaan Masjid Agung Surakarta sebagai perpustakaan peradaban Islam
di Solo.
4. PENUTUP
Dalam merancang Kawasan Masjid Agung Surakarta berupaya untuk mengembalikan atau
menghidupkan kembali kawasan agar berfungsi kembali. Menggunakan cara penataan dan
revitalisasi dengan rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati,
meningkatkan nilai-nilai vitalis yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih
mempunyai potensi atau mengendalikan kawasan yang cenderung kacau.
13
Beberapa program revitalisasi yaitu :
a) Intervensi fisik dengan memperbaiki kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem
penghubung, sistem tanda/reklame, dan ruang terbuka hijau pada Kawasan Masjid Agung
Surakarta dengan menyesuaikan potensi kawasan dan sumber daya yang ada.
b) Rehabilitasi ekonomi dengan cara menambahkan sarana dan prasarana yang dapat
meningkatkan stabilitas lingkungan, pertumbuhan ekonomi masyarakat, pelestarian, dan
pengenalan budaya.
c) Revitalisasi sosial mampu menciptakan lingkungan yang harmonis antara masyarakat
luar dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mannan, Khalid, 2013, Perancangan Smart Masjid Di Kota Malang (Tema : Smart
Building), Tugas Akhir, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Megeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang
Akib, Muhammad, Charles Jackson dkk, 2013, Hukum Penataan Ruang. Bandarlampung:
Pusat Kajian Konstitusi dan Peraturan Perundang Undangan, Fakultas Hukum
Universitas Lampung, Lampung
Aryani Mardikasari, Awita, 2017, Revitalisasi Man 2 Surakarta Sebagai Pusat Edukasi Islam
Di Surakarta, Skripsi, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Danisworo, M. dan Martokusumo, W, 2002, Revitalisasi Kawasan Kota : Sebuah Catatan
Dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota, URDI Vol.13, Jakarta
Dinas Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
Hernadewita, 2010, Pengaruh Penataan Ruang terhadap Kualitas Hidup: Studi Kasus Kota
Cilegon, Universitas Indonesia
Hindayani, Dita Rosa, 2014, Revitalisasi Kawasan Kampung Cina di Kota Ternate, Tesis,
Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta
https://antikorupsi.org/id/news/panitia-renovasi-masjid-agung-tunjuk-kontraktor-biaya-
konservasi-rp-3-miliar diakses 11 maret pukul 10.22
14
https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/cagar_budaya/ diakses 10 maret
pukul 15.45
https://dlhkotabinjai.wordpress.com/2017/06/29/pengertiantujuanmanfaat-dan-jenis-macam-
konservasi/
https://kbbi.online/kawasan/ diakses 14 februari pukul 12.02
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/2017/06/08/masjid-agung-surakarta/ diakses
10 februari pukul 18.12
https://www.kabar-banten.com/revitalisasi-banten-lama-fokus-penataan-kawasan-kumuh/
diakses 25 maret pukul 20.45
Ikhsanudin, Arief, 2017, Revitalisasi Kawasan Kota Tua Selesai Sebelum Asian Games,
https://news.detik.com/berita/3681592/revitalisasi-kawasan-kota-tua-selesai-sebelum-
asian-games/ diakses 25 maret pukul 17.37
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1988 tentang Status
Pengelolaan Keraton Kasunanan Surakarta
Kurniawan, Syamsul, 2014, Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam, Jurnal Khatulistiwa,
Journal Of Islamic Studies,Volume 4, Jakarta
Laretna T, Adishakti, 2002, Pusaka dan Pelestariannya Perlu Sistem yang Mengakar dan
Menyeluruh, AIKONI edisi 134, Jakarta
Masrukhi dan Margaretha, Rahayuningsih, 2010, Konservasi: Wahana Pembangun Karakter
Bangsa (Sebuah Renungan Dies Natalies Unnes ke-45), Universitas Negeri Semarang,
Semarang
Munawwir, A.W., 1997, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka Progresif ,
Yogyakarta
Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek. Jakarta: Erlangga
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2009 tentang Bangunan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 tahun 2010 Tentang Pedoman Revitalisasi
Kawasan
15
Priyatmoko, Heri, Leni Pramesti dkk, 2014, Sejarah Masjid Agung Surakarta, Surakarta
Richmond, Alison and Bracker, Alison, 2009, Conservation: Principles, Dilemmasand
Uncomfortable Truths, Victoria and Albert Museum London, London
Ricklefs, M.C., 1974, Jogjakarta Under Sultan Mangkubumi 1749 – 1792, A History of the
Division of Java, Oxford University Pess, London
Tiasnaadmidjaja, D.A dan Yusuf, Asep Warlan, 1997, Pranata Pembangunan, Universitas
Parahiayang, Bandung
Undang-Undang Nomor 11/2010, Peraturan Derah Nomor 10/2013 tentang Pelestarian Cagar
Budaya
Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Pelestarian dan
Pengelolaan Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah
United Nations Environment Programme, 1992, Konservasi Mencaku Konsep Pemanfaatan
Sumberdaya Secara Berkelanjutan
Welianto , Ari, 2015, Koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta Lebur Disantap Rayap,
Joglosemar, Solo