Revisi Skripsi Sandi

7
STUDI HADITS TENTANG ZAKAT TIJARAH a. Latar belakang masalah b. Rumusan masalah Bagaimana tahrij hadits tentang zakat perdagangan? Bagaimana nilai dan kehujjahan tentang zakat perdagangan? Bagaimana ikhtilaf para ulama tentang sistem zakat perdagangan? c. Tujuan dan kegunaan Untuk mengetahui tahrij hadits tentang zakat perdagangan Untuk mengetahui nilai dan kehujjahan tentang zakat tijarah Untuk mengetahui ikhtilaf para ulama tentang sistem zakat perdagangan d. Telaah pustaka Studi terdahulu Sepanjang penulisan Menjelaskan buku-buku yang akan dijelaskan Primer Sekunder e. Metode penelitian Diungkap metode tahrij a. Pengertian tahrij Dr. Mahmud al-Thahan menjelaskan bahwa kata takhrij menurut pengertian asal bahasanya ialah “ berkumpul dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu “. Kata takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian dan pengertian yang populer untuk takhrij itu ialah: al-istinbat (hal mengeluarkan),al-tadrib (hal melatih atau hal pembiasaan),dan al-taujih (hal memperhadapkan). Menurut istilah dan yang biasa dipakai oleh ulama hadis, kata takhrij mempunyai beberapa arti: -mengemukakan hadits kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya di dalam sanad yang menyampaikan hadits itu, berikut metode periwayatan yang ditempuhnya.

description

Bahan Revisi Skripsi Sandi

Transcript of Revisi Skripsi Sandi

STUDI HADITS TENTANG ZAKAT TIJARAH

a. Latar belakang masalahb. Rumusan masalahBagaimana tahrij hadits tentang zakat perdagangan?Bagaimana nilai dan kehujjahan tentang zakat perdagangan?Bagaimana ikhtilaf para ulama tentang sistem zakat perdagangan?c. Tujuan dan kegunaan Untuk mengetahui tahrij hadits tentang zakat perdaganganUntuk mengetahui nilai dan kehujjahan tentang zakat tijarahUntuk mengetahui ikhtilaf para ulama tentang sistem zakat perdagangand. Telaah pustakaStudi terdahuluSepanjang penulisanMenjelaskan buku-buku yang akan dijelaskanPrimerSekundere. Metode penelitianDiungkap metode tahrij a. Pengertian tahrij Dr. Mahmud al-Thahan menjelaskan bahwa kata takhrij menurut pengertian asal bahasanya ialah berkumpul dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu . Kata takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian dan pengertian yang populer untuk takhrij itu ialah: al-istinbat (hal mengeluarkan),al-tadrib (hal melatih atau hal pembiasaan),dan al-taujih (hal memperhadapkan).Menurut istilah dan yang biasa dipakai oleh ulama hadis, kata takhrij mempunyai beberapa arti:-mengemukakan hadits kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya di dalam sanad yang menyampaikan hadits itu, berikut metode periwayatan yang ditempuhnya.-ulama hadits mengemukakan berbagai hadits yang telah dikemukakan oleh para guru hadits, atau berbagai kitab, atau lainnya, yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau temannya, atau orang lain, dengan menerangkan siapa periwayatan dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan.-menunjukkan asal-usul hadits dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadits yang disusun oleh para mukharijnya langsung yakni para periwayat yang menjadi penghimpun bagi hadits yang mereka riwayatkan.-mengemukakan hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber, yakni kitab-kitab hadits, yang didalamnya disertakan metode periwayatannya dan sanadnya serta diterangkan pula keadaan para periwayat dan kualitas haditsnya.-menunjukkan atau menggemukakan letak asal hadits dari sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab, yang didalamnya dikemukakan hadits itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing. Lalu, untuk kepentingan penelitian, dijelaskan pula kualitas hadits yang bersangkutan.Diantara pengertian takhrij di atas, pertama merupakan salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh para periwayat hadits. mereka menghimpun hadits ke dalam kitab hadits yang disusunya. Misalnya, Imam al-Bukhari dengan kitab Shohihnya, Imam Muslim dengan kitab Shahihnya, dan Abu Daud dengan kitab sunannya.Pengertian takhrij yang kedua dilakukan oleh banyak ulama hadits. misalnya, Imam Albaihaqi, yang banyak mengambil hadits dari kitab as-Sunan yang disusun oleh Abu Hasan al-Bisri al- Saffar. Lalu, Imam al-Baihaqi mengemukakan sanadnya sendiri.Pengertian takhrij yang ketiga banyak dijumpai di dalam kitab himpunan hadits. misalnya, Bulughul Maram susunan Ibn Hajar al-Asqalani. Hadits yang dikutip tidak hanya matan, juga nama mukharij dan nama periwayat pertama (sahabat Nabi SAW) yang meriwayatkan hadits itu.Pengertian hadits takhrij keempat, biasanya, digunakan oleh ulama ahli hadits untuk menjelaskan berbagai hadits yang termuat di dalam kitab tertentu. Misalnya, kitab Ihya Ulumudin susunan Imam al-Ghazali (w. 505 H/1111 M). Di dalam penjelasannya, Imam al-Ghazali mengemukakan sumber pengambilan tiap-tiap hadits, dan kualitasnya. Zainuddin Abdir-Rahman bin al-Husain al-Iraqi (wafat 806 H/1404 M) berhasil menyusun kitab takhrij hadits untuk Kitab Ihya Ulumuddin dengan judul Ikhtibar al-Ihya bi Akhbar al-Ihya kitab ini terdiri dari empat jilid.Pengertian takhrij kelima biasanya digunakan untuk kegiatan penelitian. Takhrij dalam pengertian ini ialah upaya penelusuran atau pencarian hadits dari berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadits yang bersangkutan.b. Urgensi TakhrijBagi seorang peneliti hadits, kegiatan takhrij hadits sangatlah penting. Tanpa kegiatan takhrij hadits lebih dulu, ia akan mengalami kesulitan untuk dapat mengetahui asal-usul riwayat hadits yang akan ditelitinya. Termasuk berbagai riwayat hadits itu, dan ada tidaknya korburasi (syahid atau mutabi) di dalam sanad dari hadits yang ditelitinya. Setidaknya, ada tiga hal yang menjadikan kegiatan takhrij hadits itu menjadi sangat penting dalam kegiatan penelitian hadits. Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadits yang akan diteliti. Status dan kualitas suatu hadits akan sangat sulit diteliti jika tidak diketahui asal-usulnya lebih dulu. Juga, sanad dan matan hadits, termasuk susunannya menurut sumber pengambilannya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang asal-usul hadits yang akan diteliti itu melalui takhrijul hadits menjadi mutlak dimiliki lebih dulu. Untuk mengetahui seluruh riwayat hadits yang akan diteliti. Hadits yang akan diteliti bisa jadi memiliki lebih dari satu sanad.boleh juga, salah satu sanad dari hadits itu berkualitas dhaif, sedangkan sanad lainnya berkualitas shahih. Untuk dapat menentukan sanad yang berkualitas dhaif dan shahih, seluruh riwayat hadits itu harus diketahui lebih dulu. Dalam kaitan dengan masalah inilah kegiatan takhrij hadits menjadi sangat perting. Untuk mengetahui ada tidaknya syahid dan mutabi di dalam sanad yang diteliti salah satu sanadnya, boleh jadi, ada periwayat lain yang sanadnya mendukung sanad yang sedang diteliti. Dukungan itu bila terletak pada bagian periwayat tingkat pertama tingkat sahabat nabi disebut sebagai syahid. Bila terdapat di bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai mutabi.Dalam penelitian sebuah sanad, syahid, yang didukung oleh sanad yang kuat dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti. Begitu pula mutabi yang memiliki sanad yang kuat, maka sanad yang sedang diteliti mungkin dapat ditingkatkan kekuatannya oleh mutabi tersebut. Untuk mengetahui, apakah suatu sanad memiliki syahid dan mutabi, maka seluruh sanad hadits itu harus dikemukakan. Itu berarti, takhrij hadits harus dilakukan terlebih dahulu. Tanpa kegiatan takhrij hadits, maka tidak dapat mengetahui secara pasti seluruh sanad tentang hadits yang sedang diteliti.c. Manfaat takhrijTakhrij hadits memberi banyak manfaat. Melalui takhrij hadits, dapat diketahui kebenaran khazanah atau perbendaharaan sunnah Nabi. Beberapa manfaat takhrij hadits, sebagai berikut: Memperkenalkan sumber-sumber hadits, termasuk kitab-kitab asalnya dan ulama yang meriwayatkannya. Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang menjadi rujukan. Semakin banyak kitab asal yang memuat hadits itu, semakin banyak pula perbedaan sanadnya. Memperjelas keadan sanad. Dengan perbandingan riwayat-riwayat hadits akan dapat diketahui sebuah riwayat termasuk munqathi, mudhal, atau lainnya. Akan dapat diketahui status riwayat itu shahih, dhaif, atau lainnya. Memperjelas hukum hadits. boleh jadi, kita mendapatkan sebuah hadits dhaif melalui riwayat tertentu. Melalui takhrij, kita akan mendapatkan riwayat lain yang shahih. Hadits shahih itu bisa mengangkat hukum hadits dhaif itu ke derajat yang lebih tinggi. Menjadi alat untuk mengetahui pendapat ulama sekitar hukum hadits. Memperjelas perawi hadits yang samar. Boleh jadi, kita mendapati seorang perawi yang belum jelas nama dan validitasnya. Dengan takhrij, kita bisa mengetahui nama perawi dan statusnya secara lengkap. Memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya melalui perbandingan antar sanad. Menafikan pemakaian an dalam periwayatan hadits oleh seorang perawi mudallis. Melalui yang memakai kata yang jelas ketersambungan sanadnya, maka periwayatan yang memakai an tadi akan tampak pula ketersambungan sanadnya. Menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat. Membatasi nama perawi yang sebenarnya karena ada kemungkinan seorang perawi mempunyai kesamaan gelar. Melalui sanad lain, nama perawi itu menjadi jelas. Memperkenalkan periwayat yang tidak terdapat di dalam satu sanad. Memperjelas arti kalimat asing yang terdapat dalam satu sanad. Menghilangkan hukum syadz (kesendirian riwayat yang menyalahi riwayat tsiqah) di dalam sebuah hadits melalui perbandingan riwayat. Membedakan hadits mudraj yang mengalami penyusupan sesuatu dari hadits lainya. Mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dialami oleh seorang perawi. Mengungkap hal-hal yang terlupakan, atau diringkas oleh seorang perawi. Membedakan antara proses periwayatan dengan lafal dan makna atau pengertian. Menjelaskan masa dan tempat kejadian timbulnya sebuah hadits. Menjelaskan sebab-sebab timbulnya sebuah hadits misalnya, karena perilaku seseorang atau sekelompok orang. Melalui perbandingan sanad, sabab al-wurud hadits itu dapat diketahui lebih jelas. Mengungkap kemungkinan terjadinya kesalah percetakan melalui perbandingan sanad. Secara simpel, melalui penerapan takhrij hadits kita dapat mengumpulkan berbagai sanad dari sebuah hadits, dan mengumpulkan berbagai redaksi dari sebuah matan hadits(studi takhrij hadits Drs.H.Ahmad Izzan, M.Ag. hal 2-5)

f. Sistematika penilisan skripsiBab 1 Bab ll penilis paparkan tentang zakat perdagangan Tata caraIkhtilafBab lll metode tahrijBab lv analsis sanad matan dan ikhtilaf fiqhnyaBab v kesimpulan Penutupsarang. Daftar pustakaAlquranFiqqih suunnah sayyid sabik jakarta, darul fath, jil 2,cet 5,maret 2013/rabiul akhir 1434 HHukum zakat yusuf qardawi jakarta,litera antar nusa,cet 12.2011Risalah zakat infak dan sedekah wawan shofwan shalehuddin, bandung, taffakur, cet 1, jumadil awal 1432h/mei 2011.Kumpulan risalah a hassan,bangil,pustaka elbina, cet 1,2005Studi tahrij hadits ahmad izzan,bandung, tafakkur, cet 1,syawal 1433 h/sep 2012 m