Revisi Ppt Keratitis Herpetika
-
Upload
marlina-lyna-effendy -
Category
Documents
-
view
75 -
download
18
description
Transcript of Revisi Ppt Keratitis Herpetika
REFERAT“KERATITIS HERPETIKA”
ILMU PENYAKIT MATA, RSUD KOTA SEMARANG
DOKTER PEMBIMBING :dr. Nanik Sri Mulyani, Sp. M
DISUSUN OLEH:Marlina Effendy, S.Ked (406138015)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA , RSUD. KOTA SEMARANGPERIODE 31 Agustus – 03 Oktober 2015
Anatomi Kornea
Anatomi dan Fisiologi Kornea
• Kornea bagian anterior dari mata yang berfungsi sebagai membran pelindung
• Merupakan “jendela” yang dilalui berkas cahaya saat menuju ke retina
• Dapat ditembus oleh cahaya karena memiliki sifat :1. Struktur yang uniform2. Avaskuler3. Deturgesens : keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada lapisan endotel
• Kearah luar berhubungan langsung dengan sklera• Batas antara sklera dan kornea limbus kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan1. Epitel2. Membran Bowman3. Stroma4. Membran
Descemet5. Endotel
KERATITIS
• Definisi– Keratitis merupakan peradangan kornea
• Gejala– Fotofobia– Lakrimasi– Penurunan visus
Klasifikasi
A. Keratitis SuperfisialI. Keratitis epitelial
a. Keratitis pungtata superfisialb. Keratitis herpes simpleksc. Keratitis herpes zoster
II. Keratitis Subepiteliala. Keratitis numularis dari Dimmerb. Keratitis disiformis dari Westhoff
III. Keratitis Stromala. Keratitis neuroparalitik, keratitis et lagoftalmus
B. Keratitis Profundaa. Keratitis interstitialb. Keratitis sklerotikansc. Keratitis disiformis
Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.• 2 tipe herpes simpleks :
Tipe I Tipe II
Mengenai usia dewasa Mengenai anak-anak
Kelainan kulit Kelainan pada alat genital
Kelainan membran mukosa
Kelainan otak
Infeksi virus
herpes simpleks
infeksi primer - Infeksi pada seseorang yang tidak memiliki
antibodi terhadap HSV- Usia 6 bulan – 6 tahun- Kelainan pada mata :Vesikel di margo palpebraKonjungtivitis folikularisKeratitis pungtata superfisialis yang berkembang menjadi liniaris, fasikularis dan dendritikus
infeksi rekuren- Infeksi pada seseorang yang telah memiliki
antibodi terhadap HSV, dan muncul kembali akibat adanya triger mechanism.
- Kelainan pada mata (kelainan epitel dan stroma)
Ulkus dendrtikus, ulkus geografikKeratitis interstisialKeratitis disiformisUveitis
Keratitis herpes simpleks rekuren
Bentuk Infeksi
Keratitis herpes
simpleks
epitelial
akibat pembelahan virus di dalam sel
epitel yang mengakibatkan
kerusakan pada sel epitel dan membentuk
ulkus kornea yang superfisial
stromal
terjadi suatu reaksi imunologik tubuh
terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke
dalam stroma. Sel radang ini
mengeluarkan bahan proteolitik untuk
merusak virus, tetapi juga akan merusak jaringan stroma di
sekitarnya
Manifestasi Klinis
–Bilateral–Limfadenopati preaurikuler–Blefarokonjungtivitis vesikular–Fotofobia–Lakrimasi –Gangguan pengelihatan
lesi
1. Ulkus dendritik : lesi khas pada infeksi HSV– Terjadi pada epitel kornea, memiliki pola
percabangan linear khas dengan tepian kabur dan memiliki bulbus terminalis pada ujungnya
2. Ulserasi geografik– Lesi dendritik halus yang bentuknya lebih lebar,
tepian ulkus tidak terlalu kabur
3. Kekeruhan subepitelial4. Lesi perifer kornea
– Linier, kehilangan epitel kornea sebelum stroma dibawahnya mengalami infiltrasi
Ulkus dendritik
Diagnosis
• Kerokan dari lesi epitel dan cairan dari lesi kulit sel-sel raksasa multinuklear.
• Virusdibiakkan pada membran korio-allantois embrio telur ayam.
• Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis berdasarkan ulkus dendritik atau geografik dan sensasi kornea yang menurun atau hilang.
• Metode PCR identifikasi HSV dari jaringan, cairan, dan sel epitel kornea
penatalaksanaan
1. DebridementTujuan : karena virus berlokasi didalam epitel
sehingga debridement dapat mengurangi beban antigenikvirus pada stroma kornea
• Dilakukan dengan aplikator berujung kapas khusus
• Obat siklopegik diteteskan ke saccus konjungtivalis, kemudian dibalut tekan
Penatalaksanaan
Diagnosis Banding
• Keratitis Herpes Zooster
Komplikasi
• Hipopion
Prognosis• Bila diobati sedini mungkin dengan
pengobatan yang baik, prognosis baik, tetapi dapat kambuh kembali.
• Tak ada obat yang dapat mematikan virus secara tuntas, sehingga kekambuhan dapat terjadi berulang
Keratitis Herpes Zoster
• Definisi– Keratitis Herpes Zoster adalah peradangan
pada kornea yang disebabkan karena infeksi virus varisela-zoster (VZV)
Infeksi Virus
Herpes Zooster
Infeksi primer Varicella
Infeksi rekurenHerpes Zooster
Patofisiologi
• Varicella Zoster Virus (VZV) paparan pertama secara khas
terjadi pada masa anak-anak.
• Pada infeksi varisella : virus masuk ke host melalui sistem
respiratori bagian atas bereplikasi pada nasofaring virus
menginfiltrasi sistem retikuloendotelial sirkulasi
sistemik (viremia).
• Selama serangkaian proses tersebut, VZV melewati lesi pada
permukaan kulit dan mukosa menuju ujung saraf sensoris yang
berdekatan dan pindah secara sentripetal keatas serabut
sensoris pada ganglion sensoris (ganglion dorsalis) pada
ganglia, virus menjadi infeksi laten yang tetap ada selama
kehidupan.
• Pada reaktivasi herpes zoster laten, sering timbul ganglionitis nekrotik
dan virus infeksius akan bergerak kembali menuju akson menimbulkan
dermatitis vesikularis yang infeksius pada dermatom yang terkena.
• Infeksi virus varisela zoster pada mata dapat terjadi melalui mekanisme
dibawah ini :
1. Reaktivasi virus laten pada ganglion sensoris trigeminal
2. Masuknya virus eksogen melalui kontak langsung atau tidak langsung
dengan penderita herpes zoster atau varisella, walaupun
infektivitasnya rendah
• Dermatom yang sering terkena : nervus yang diinervasi oleh N.
Trigeminus , dimana cabang pertama (oftalmik) lebih sering daripada
cabang kedua atau ketiga. Herpes zoster yang timbul pada daerah yang
diinervasi oleh cabang oftalmik N. Trigeminus disebut herpes zoster
oftalmikus.
Distribusi sensorik dari n.oftalmika cabang dari n.trigeminal
• Cabang oftalmik yang juga sering terkena : N. Frontalis
yang menginervasi palpebral superior, dahi, dan
konjungtiva superior melalui cabang supratroklear dan
supraorbital.
• Bila cabang nasosiliaris terkena Hutchinson sign mata
terinfeksi virus varisela zoster melalui cabang dari
nasosiliaris.
• Hutchinson sign merupakan indikasi untuk risiko lebih
tinggi terkena gangguan penglihatan.
Manifestasi Klinis1. Primer (varicella)2. Rekurens (herpes zoster)
Gejala pada herpes zoster oftalmika :• Stadium prodromal : nyeri lateral sampai
mengenai mata, demam, malaise, dan sakit kepala• Dermatitis• Nyeri pada mata• Lakrimasi• Penurunan visus• Mata merah unilateral
Keratitis Herpes Zoster
A. Lesi dendritik pada keratitis herpes zosterB. Dengan tes Fluoresen
diagnosa
Diagnosa laboratorium :
1. Pemeriksaan langsung secara mikroskopik
– Percobaan Tzanck : Kerokan pada palpebra diwarnai
dengan Giemsa dan didapati sel datia berinti banyak.
Namun tes ini tidak dapat membedakan antara lesi akibat
herpes zoster dengan herpes simpleks.
2. Immunofloresensi direk dapat membedakan infeksi
akibat varicella zoster atau herpes simpleks
3. Isolasi dan identifikasi virus dengan teknik PRC
(Polymerase Chain Reaction)
Diagnosa banding
Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis Herpes Zooster
Sifat Bilateral Unilateral
Usia Usia anak-anak Usia dewasa
Penyebab Virus herpes simpleks tipe I Virus herpes zooster
Target Organ Virus menyerang mata (kornea)
Virus dorman diganglion dorsalis
Test Sensibilitas Kornea Menurun/ hilang Hilang
Lesi khas Ulkus dendritik Pseudodendritik
Terapi Acyclovir 4 x 400 mg Acyclovir 5x 800 mg
Komplikasi Sikatriks Post herpetic neuralgia
Penatalaksanaan
Komplikasi • Uveitis anterior, parase otot penggerak mata,
glakoma sekunder, dan post herpetic neuralgia
Prognosis
• Pada keratitis herpes zooster, pengobatan dapat sembuh dengan cepat, namun penurunan sensibilitas dari kornea akan berlangsung lama dan dapat menjadi keratitis neuroparalitika