Review Film Laskar Pelangi

13
Review Film Laskar Pelangi. 1. Data Film a. Judul : Laskar Pelangi b. Genre : Drama c. Pemain : Cut Mini, Ikranegara, Lukman Sardi, Aryo Bayu, Tora Sudiro, Mathias Muchus, Rieke Dyah Pitaloka, Slamet Raharjo Djarot, Robby Tumewu, Jajang C. Noer, Zulfani (ikal), Ferdian (Lintang), Verry Yamarno (mahar), yogi Nugraha (Kucai), Suhendri (Akiong), M, Syukur (Syahdan), Feriansyah (Borek), Dewi ratih Ayu Safitri (Sahara), Suhardi Syah Ramadhan (Trapani), Jeffry januar (Harun), marcella el Julia Kondo (Flo). d. Tahun Produkusi : 2008 e. Rumah Produksi : Miles Film & Mizan Production f. Ringkasan Isi Film : Laskar Pelangi adalah bagian pertama dari tetralogi karangan Andrea Hirata, seseorang yang menulis film ini berdasarkan pengalaman hidupnya. Walau sebuah autobiografi, penggunaan nama-nama fiksional menandakan bagian-bagian dari cerita dalam film ini adalah fiksi. Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong dengan fasilitas yang sangat terbatas bahkan minus, membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga saat-saat terakhir pendaftaran hanya 9 orang anak yang mendaftar dan siap masuk kelas di hari pertama. Padahal sekolah kecil ini

Transcript of Review Film Laskar Pelangi

Page 1: Review Film Laskar Pelangi

Review Film Laskar Pelangi.

1. Data Film

a. Judul : Laskar Pelangi

b. Genre : Drama

c. Pemain : Cut Mini, Ikranegara, Lukman Sardi,

Aryo Bayu, Tora Sudiro, Mathias Muchus, Rieke Dyah

Pitaloka, Slamet Raharjo Djarot, Robby Tumewu, Jajang C.

Noer, Zulfani (ikal), Ferdian (Lintang), Verry Yamarno

(mahar), yogi Nugraha (Kucai), Suhendri (Akiong), M, Syukur

(Syahdan), Feriansyah (Borek), Dewi ratih Ayu Safitri

(Sahara), Suhardi Syah Ramadhan (Trapani), Jeffry januar

(Harun), marcella el Julia Kondo (Flo).

d. Tahun Produkusi : 2008

e. Rumah Produksi : Miles Film & Mizan Production

f. Ringkasan Isi Film :

Laskar Pelangi adalah bagian pertama dari tetralogi

karangan Andrea Hirata, seseorang yang menulis film ini

berdasarkan pengalaman hidupnya. Walau sebuah

autobiografi, penggunaan nama-nama fiksional menandakan

bagian-bagian dari cerita dalam film ini adalah fiksi.

Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di

Belitong dengan fasilitas yang sangat terbatas bahkan minus,

membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga

saat-saat terakhir pendaftaran hanya 9 orang anak yang

mendaftar dan siap masuk kelas di hari pertama. Padahal

sekolah kecil ini sudah diancam untuk membubarkan diri jika

murid barunya kurang dari 10 orang.

Di kalangan bawah, menyekolahkan anak berarti

mengikatkan diri pada beban biaya yang harus ditanggung

selama bertahun-tahun. Dan tertutupnya kesempatan untuk

mempekerjakan si anak secara penuh waktu demi membantu

mengurangi beban hidup yang semakin berat.

Page 2: Review Film Laskar Pelangi

Jika tak ada Harun, seorang anak berusia 15 tahun

dengan keterbelakangan mental, yang disekolahkan oleh

ibunya agar tidak cuma mengejar anak ayam di rumah, tentu

tidak pernah terjadi kisah ini. Ikal tidak akan pernah bertemu,

berteman satu kelas dengan Lintang, Mahar, Syahdan, A

Kiong, Kucai, Borek alias Samson, Sahara, Trapani, dan

Harun. Tidak akan pernah bertemu Bu Muslimah, guru penuh

kasih namun penuh komitmen untuk mencerdaskan anak

didiknya. Dan tidak akan pernah ada Laskar Pelangi, yang di

musim hujan selalu melakukan ritual melihat pelangi sore

hari dengan bertengger di dahan-dahan pohon filicium yang

ada di depan kelas mereka.

Sebagaiaman diceritakan dalam film ini, 10 anak ini

memiliki keteguhan hati baja untuk bersekolah, dimana

gurunya, walau ditekan oleh Departemen Pendidikan untuk

menutup sekolah tersebut, karena tidak ada angkatan lain

selain angkatan 10 anak ini, terus tegar mengajar sampai

kepala sekolahnya mati di kantor, meninggalkan guru yang

bernama Bu Muslimah sendirian mengajar 10 anak, yang lalu

putus asa, namun anak-anak ini tetap tegar untuk terus

belajar sendiri. Namun sayang sekali, walau kisah ini

sebenarnya adalah kisah tentang Lintang, penuturan cerita

dalam film ini sangatlah vague tentang kisah siapa yang

diceritakan.

Walau dengan keadaan yang serba ada dan gedung

yang tak layak, semangat, kegigihan dan perjuangan 10

orang anak murid beserta guru nya menjadi menarik ketika

beragam perilaku dan masalah muncul namun tetap dihadapi

dengan suasana keluguan anak-anak daerah. Jadi, film ini

kadang serius, lucu, sedih, bercampur aduk memainkan

penonton. 5 tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10

murid dengan keunikan dan keistimewaannya masing

masing, berjuang untuk terus bisa sekolah.

Page 3: Review Film Laskar Pelangi

Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Mus

pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai

cara. pada karnaval 17 Agustus, Laskar pelangi ini

memenagkan juarakarnaval, atas ide berilain dari seorang

Mahar. Selain itu Kejeniusan luar biasa Lintang yang

menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah

kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan

lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari

menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah

sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang

yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat

mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun

kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong

kembali ke kampungnya.

Inti dari film ini adalah harapan untuk anak Indonesia

yang paling terpuruk. Kalau anak yang sekolah di SD bobrok

di pedalaman bisa sekolah di Paris, tentu saja siapapun bisa

menggapai impian mereka. Sayang sekali dalam produksi

film ini, tidak tertekankan impian si anak ini untuk menuju ke

Paris, walau telah di hint dengan kaleng dengan gambar

menara eiffel, dan pencapaian "Impian" ini jatuh secara tiba-

tiba ketikatokoh utamanya kembali ke Belitong untuk

memberitahu temannya yang putus sekolah, bahwa dia telah

mendapat beasiswa ke Paris, Sorbonne.

2. Hasil Analisis

Dalam film yang berjudul sama persis dengan judul

novelnya yaitu Laskar Pelangi, anggota Laskar Pelangi masing-

masing digambarkan memiliki tipe kecerdasan yang berbeda-

beda. Potensi kecerdasan itu kelak akan menjadi kompetensi

yang diperlukan untuk mendukung karir atau pekerjaan. Namun,

tokoh film yang jenis kecerdasannya akan dibahas dalam tulisan

ini hanya 2 dari 10 orang anggota Laskar Pelangi tersebut.

Page 4: Review Film Laskar Pelangi

Mereka adalah siswa yang bertubuh kurus, hitam, berasal dari

daerah pesisir bernama Lintang dan si jago seni dan musik

Mahar. Lintang merupakan anak yang memiliki kecerdasan logis-

matematis. Menurut Howard Gardner (1983) dalam teorinya

tentang Multiple Intelligence menjelaskan bahwa salah satu

kecerdasan yang dimiliki manusia adalah kecerdasan

matematika logis dan seseorang yang memiliki kecerdasan ini

adalah mereka yang mempunyai kemampuan kemampuan

memanipulasi sistem-sistem angka dan konsep-konsep menurut

logika. Misalkan para ilmuwan bidang fisika, matematika.

(Azwar: 2008). Hal ini sesuai dengan yang ditunjukkan oleh

Lintang, ketika Bu Muslimah (guru SD Muhammadiyah Belitong)

mengajarkan mata pelajaran matematika dengan satu cara

untuk memecahkan masalah matematika, Lintang dengan cepat

telah dapat menemukan tiga cara. Oleh karena itu, dalam novel

digambarkan bahwa Lintang sering diberi tugas menjadi tutor

bagi kawan-kawannya tentang mata pelajaran yang paling

dibenci oleh kebanyakan siswa. Dalam bab berikutnya,

diceritakan dengan apik bahwa Lintang menjadi kebanggaan

seluruh warga sekolah Muhammadiyah, karena telah berhasil

melahap habis pertanyaan juri lomba cerdas-cermat. Tim

Sekolah Muhammadiyah telah merebut kejuaraan dalam lomba

yang sangat bergengsi itu, mengalahkan tim dari Sekolah

Gedong, Sekolah PN Timah.

Sementara Mahar, merupakan salah satu mutiara kelas

yang memiliki kecerdasan musik (musical Intelligence).

Seseorang dengan kecerdasan musik memiliki kemampuan -

kemampuan memahami dan memanipulasi konsep-konsep

musik. Contohnya intonasi, irama, harmoni. Selain itu, Mahar

juga memiliki kecerdasan gerak-tubuh (bodily-kinesthetic

intelligence) yakni kemampuan untuk menggunakan tubuh dan

gerak. Misalkan penari, atlet. (Azwar : 2008) Hal ini juga nampak

dalam diri seorang Mahar, kecerdasan musiknya telah

Page 5: Review Film Laskar Pelangi

melahirkannya sebagai seniman serba bisa, seorang pelantun

gurindam, sutradara teater, penulis yang berbakat, pelukis

natural, koreografer, penyanyi, pendongeng yang ulung, dan

diceritakan juga bahwa ia merupakan pemain sitar yang

fenomenal. Mahar dilukiskan sebagai koreografer yang telah

berhasil menjadikan tim Sekolah Muhammadiyah sebagai juara

dalam kegiatan karnaval 17-an Agustus. Selama tiga puluh

tahunan acara karnaval 17-an Agustus selalu dijuarai oleh

Sekolah PN Timah. Marching Band yang menggelegar yang

menjadi atraksi karnaval yang dikeluarkan oleh Sekolah PN

Timah telah dipatahkan oleh kehebatan buah karya koreografi

yang diciptakan Mahar, dengan tema gerak tari yang lincah dari

Benua Afrika. Itulah peran Mahar yang memiliki kecerdasan

dalam bidang seni. Buah karya seni Mahar telah melambungkan

nama besar Sekolah Muhammadiyah yang semula hanya dikenal

dengan gedung sekolah yang hampir roboh.

BagaimanaLintang Memperoleh Kemampuannya?

Lintang memperoleh kemampuannya dengan cara belajar.

Ia sering menghasbiskan waktu untuk membaca, baik membaca

Koran, buku, atau majalah. Selain itu, lingkungan yang dijalani

oleh lintang sangat kondusip untuk belajar. Lingkungan

Sekolahnya memberikan pelajaran, motivasi dan harapan untuk

senantiasa mengejar mimpi yabg dimiliki oleh anak-anaknya.

Kearifan Pak Harfan, kesabaran dan kasih sayang Bu Muslimah

selalu melengkapi semangat anak-anak Laskar Pelangi,

diantaranya Lintang.

Guralniek 1997; Nelson, Westhues, MacLeod, 2003;

Ramey2&Ramey,1998 (dalam Wade: 2007) menjelaskan bahwa

lingkungan yang sehat dan mendukung, dapat mendukung

fungsi mental. Kemampuan mental anak akan meningkat bila

orangtuanya berbicara kepadanya mengenai banyak topik,

mendeskripsikan hal-hal secara jelas dan utuh, mendorongnya

Page 6: Review Film Laskar Pelangi

untuk berfikir cerdas, membacakan sesuatu untuknya, serta

mengharapkan ia mengerjakan sesuatu dengan baik.

Dalam belajarnya, lintang melakukan kegiatan membaca

dan penelaahan. Lintang belajar tidak sekedar habituasi

(pembiasaan) belaka. Dalam Psikologi dikenal beragam konsep

konsep belajar, diantaranya Habituasi. Chaplin (2009) dalam

kamus Psikologi mejelaskan bahwa Habituasi adalah menjadi

terbiasa atau sesuai terhadap perangsang. Atkinson

menjelaskan bahwa habituasi adalah proses belajar sederhana,

dimaskudkan sebagai belajar untuk mengabaikan stimulus yang

menjadi familiar dan tidak memiliki konsekuensi serius, sebagi

contohnya, belajar mengabaikan bunyi detik jam baru. Lintang

menggunakan konsep Belajar komplek, dimana ia melibatkan

sesuatu selain pembentukan asosiasi (bisa dilihat saat lintang

melakukan penghitungan matematika dalam lomba cerdas

cermat), sebagai contohnya, menerapkan suatu strategi saat

memecagkan permasalahan.

Faktor Yang mempengaruhi Perkembangan Intelegensi

Lintang

Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah

dua hal yang saling keterkaitan. Di mana biasanya anak yang

memiliki intelegensi yang tinggi dia akan memiliki prestasi yang

membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yang

dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan. Namun

perlu ditekankan bahwa intelegensi itu bukanlah IQ di mana kita

sering salah tafsirkan. Sebenarnya intelegensi itu menurut

“Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan

diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai

macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui

tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu

Page 7: Review Film Laskar Pelangi

banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya

intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.

Bakat atau intelegensi merupakan salah satu wujud dari

kemampuan manusia yang sangat menonjol. Faktor yang bisa

mempengaruhi kemampuan bakat atau intelegensi itu bisa dari

faktor internal individu, dan faktor eksternal. Diantara faktor

internal individu adalah kematangan fisik atau kedewasaan

biologis, dan seterusnya peningkatan kualitas keterampilan fisik.

Kematangan juga terjadi dalam segi mental psikologisnya.

Artinya, bahwa makin orang itu dapat mencapai kematangan

fisik dan mental, maka bakatnya juga akan mengalami

perkembangan. Selain faktor eksternal di atas tadi,

Lingkunganpun memberikan pengaruh dalam menstimulasi

bakat yang dimiliki (Fudyartanta: 2004).

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-

individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak

saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( +0,50 ),

orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara

( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua

angkatnya ( + 0,10 - + 0,20 ).

Perkembangan anakpun sangat dipengaruhi oleh gizi

yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara

pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang.

Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh

lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-

rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan

juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan,

latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada

masa-masa peka).

Faktor yang mempengaruhi inteligensi Lintang

diantaranya, Lintang sebagai anak pertama dari suatu keluarga,

atau bersanak saudara, biasanay anak yang memiliki saudara

kandung dalam keluarga memiliki nilai dalam tes IQ berkolerasi

Page 8: Review Film Laskar Pelangi

tinggi ( +0,50 ). SD Muhammadiyah tempat Lintang sekolah

juga sangat baik atmosfernya untuk perkembangan inteligensi

yang dimiliki murid-muridnya, ibu guru yang baik adalah kuci

dari terciptanya siklus atmosfer belajar yang baik. Selanjutnya,

faktor kematangan dan pembentukan yang dialami Lintang

tanpa sadar, ternyata telah membantu banyak dalam

perkembangan inteligensinya, Lintang kecil yang harus

mengurusi adik-adiknya sepulang sekolah membuat dia cepat “

Matang” secara social disbanding teman-teman lainya, Lintang

juga harus menempuh jarak berkilo-kilo meter untuk dapat

sekolah dan datang paling awal secara tidak sadar telah

berdampak banyak terhadap pembentukan sikap mental yang

gigih dari lintang, hal ini tercermin dari sikap lintang yang tak

kenal lelah dalam belajar.

Lintang sebagai tokoh yang dibesarkan dalam alam yang

sangat menuntut kemampuan dan skill yang hebat, tumbuh dan

besar dibawah pengajaran orang-orang yang bijak dan sabar.

Inilah sang laskar pelangi, intelektual-intelektual alam di bumi

Indonesia. Stimulasi-stimulasi dari lingkungan (baik yang berupa

dukungan keluarga, sahabat, dan lingkungan fisik)

mempengaruhi perkembangan intelegensi anak-anak laskar

pelangi, tidak terkecuali lintang.

3. Hikmah Yang Diperoleh

a) Lebih paham bahwa belajar adalah sesuatu hal yang

mesti kita lakukan.

b) Memahami bahwa kecerdasan seseorang itu berbeda.

c) Keprihatinan tidak selalu membawa duka, kebahagian

terpenting adalah rasa syukur

d) Membangun motivasi untuk selalu bisa memberi. Pak

Harfan berpesan “Hiduplah untuk Memberi sebanyak-

banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya.”

Page 9: Review Film Laskar Pelangi

e) Kita harus berusaha dengan melakukan sesuatu, untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan. “Jika nak pandai, ya

belajar. Jika nak sukses, ya usaha”.

f) Memiliki mimpi untuk bisa lebih baik dari sekarang.

g) Kesabaran, keuletan, dan kebersamaan memberikan

motivasi untuk lebih giat lagi dalam belajar.

h) Keterbatasan akan menimbulkan kekuatan yang luar

biasa. Fa innama’al ’usri yusro innama’al ’usri yusro

4. Kesimpulan

a) Lingkungan mempengaruhi intelegensi seseorang.

b) Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda.

c) Belajar adalah sarana untuk meningkatkan kemampuan

individu.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita et.al. Pengantar Psikologi Edisi kesebelas jilid 1:

Interaksara

Azwar, Syaofuddin. 2008. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Chaplin, JP, 2009. Kamus Psikologi Edisi 13. Jakarta: Rajawali Pers

Fudyartanta, Ki. 2004. tes bakat dan Perskalaan Kecerdasan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gardner, H. (1983). Multiple Intelligence : The Theory in Practice. New

York: Basic Book

Page 10: Review Film Laskar Pelangi

Slameto, Drs. 1995, Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 1984, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Wade, Carol. 2007. Psikologi, edisi ke 9. Jakarta: Erlangga.