retorika dan sistem transitivitas dalam pidato pelantikan presiden
Transcript of retorika dan sistem transitivitas dalam pidato pelantikan presiden
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teks merupakan rangkaian kata, klausa, atau kalimat yang saling
berhubungan dan membentuk suatu makna. Teks bisa berupa teks tertulis
ataupun teks lisan. Dalam memahami suatu teks, harus dilihat tidak hanya
dari satu aspek atau sudut pandang, tetapi bisa juga ditelaah dari banyak sisi.
Seperti konsep yang dikemukakan oleh Halliday, yaitu context of situation,
maksudnya "melalui sebuah hubungan yang sistematik antara lingkungan
sosial pada satu sisi dan organisasi bahasa yang fungsional pada sisi
lainnya" (Halliday, 1985:11). Oleh karena itu, untuk memahami makna
suatu teks harus juga dilihat dari konteks situasinya.
Bisa saja ditemukan beberapa teks pada satu halaman yang sama pada
suatu majalah, misalnya, tetapi ketika ditilik lebih dalam teks-teks tersebut
tentu saja akan ditemukan banyak perbedaan, baik dilihat dari judulnya,
bahasa yang digunakan, pesan yang disiratkan, bentuk teks yang digunakan,
maupun yang lainnya. Suatu teks memang harus dilihat juga dari segi
struktur dan tata bahasanya, tetapi belum tentu akan memiliki pesan atau
makna jika tidak dibuat dengan konsep dan tujuan. Jadi, teks merupakan
suatu keseluruhan, baik dari segi tata bahasa maupun makna yang
1
2
dikandungnya. Selain itu, koherensi antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya harus diperhatikan. Walaupun suatu kalimat memiliki makna,
apabila kalimat satu dan yang lainnya tidak koheren, maka maknanya
menjadi sia-sia.
Teks tidak terlepas dari bahasa dan bahasa sebagai sistem semantis
mampu memaparkan makna teks. Bahasa dikatakan memiliki tiga komponen
makna, yaitu makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual.
Makna ideasional memaparkan tugas bahasa sebagai pemberi arti pada
pemaparan pengalaman seseorang. Makna interpersonal mengemukakan
makna dalam suatu interaksi. Selanjutnya, makna tekstual adalah makna
yang digunakan untuk merangkai pengalaman linguistik menjadi satu
kesatuan yang padu.
Banyak teori linguistik yang muncul, salah satu di antaranya adalah teori
Linguistik Fungsional Sistemik (untuk seterusnya disingkat menjadi LFS).
Dalam hal ini LFS dapat digambarkan sebagai pendekatan fungsional-
semantik pada bahasa yang membahas dua hal, yaitu bagaimana orang
menggunakan bahasa dalam konteks yang berbeda dan bagaimana pula
bahasa digunakan sebagai sistem semiotik (Eggins, 1994:23). Di samping
itu, LFS mencoba mengembangkan teori yang mengatakan bahwa bahasa
sebagai proses sosial dan metode yang memperbolehkan detail dan deskripsi
sistemik dari pola-pola bahasa.
3
Dalam LFS dikenal istilah transitivitas. Jika dibicarakan dalam nuansa
kelinguistikan, transitivitas bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.
Ketransitifan suatu klausa dapat diukur jika dilihat dari sudut semantik dan
gramatikalnya. Dalam kaitan ini kata kerja yang berperan dalam suatu klausa
atau kalimat bisa berupa kata kerja transitif ataupun intransitif. Berbeda
dengan istilah transitivitas yang dibahas dalam tulisan ini. Secara umum,
transitivitas dapat dikatakan menjelaskan bagaimana suatu makna
direpresentasikan dalam suatu kalimat. Transitivitas memiliki peran dalam
menunjukkan bagaimana manusia menggambarkan pikiran mereka
mengenai kenyataan dan bagaimana mereka menggabungkan pengalaman itu
dengan kenyataan sekitar mereka. Namun, dalam linguistik, transitivitas
berhubungan dengan makna proposional dan fungsi elemen-elemen
semantik.
Teks pidato merupakan salah satu teks yang menarik untuk dianalisis
menggunakan LFS. Jika dilihat dari konteksnya, teks pidato tentunya akan
memiliki bentuk bahasa yang berbeda-beda. Begitu juga jika dilihat dari
siapa yang menjadi petutur pidato itu, latar belakang penulis, di samping
petutur pidato ikut memengaruhi bentuk bahasa di dalamnya. Dalam tulisan
ini, teks pidato yang dianalisis adalah teks pidato pelantikan Presiden
Amerika Serikat yang menjabat saat ini, yaitu Barack Obama. Seperti
diketahui bahwa beliau adalah presiden kulit hitam pertama yang
memenangkan pemilihan umum. Pemilihan kata yang lugas sangat sering
4
digunakan Obama dalam pidatonya. Kata yang digunakan tidak berbelit-belit
dan langsung mengenai sasaran. Kelugasan inilah tentunya yang bisa
mencerminkan seorang Obama dalam tindakannya. Dalam hal ini, pidato
politik yang baik adalah pidato politik yang menggunakan bahasa yang
mampu memberikan pengaruh pada pendengarnya sehingga pemilihan
katanya mudah dimengerti dan tepat sasaran.
Pidato pelantikan Barack Obama terkesan sangat biasa jika
dibandingkan dengan pidato pelantikan pendahulunya. Tidak ada lagi
seruan, “Yes, we can!”. Obama lebih banyak membahas generasi sekarang
dan mengajak warga Amerika Serikat untuk berjuang kembali dengan
mengambil segala risiko yang ada. Obama meyakinkan warganya dengan
mengatakan, “All this we can do. All this we will do.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa
permasalahan seperti berikut ini.
(1) Bagaimanakah tipe proses transitivitas yang terdapat dalam
pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?
Tipe proses apa sajakah yang mendominasi pidato pelantikan
presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan mengapa?
(2) Bagaimanakah sirkumstan yang terdapat dalam pidato
pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama?
5
(3) Bagaimanakah hubungan antara sistem transitivitas dan
konteks situasi dalam pidato pelantikan Presiden Amerika
Serikat, Barack Obama?
(4) Bagaimanakah hubungan antara transitivitas dengan kekuatan
retorika pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack
Obama?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam tulisan ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam tulisan ini, yakni
melalui penelitian ini diharapkan analisis teks dapat dipahami, yaitu tidak
hanya pada pemahaman teori, tetapi juga pada penerapan teori dalam analisis
masalah.
Selain tujuan umum di atas, tujuan khusus tulisan ini adalah sebagai
berikut.
(1) Mendeskripsikan tipe proses transitivitas yang terdapat dalam teks
pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan
mendeskripsikan proses yang mendominasi dalam teks pelantikan
Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan menganalisis alasan
yang mendominasi tersebut.
(2) Mendeskripsikan sirkumstan yang ada dalam teks pidato
pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
6
(3) Menganalisis hubungan antara sistem transitivitas dan konteks
situasi dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack
Obama.
(4) Menganalisis hubungan antara transitivitas dengan kekuatan
retorika dalam teks pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack
Obama.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang
kelinguistikan, baik yang bersifat teoretis maupun yang bersifat praktis.
Kedua manfaat tersebut diuraikan di bawah ini.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Adapun manfaat teoretis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
a. Diharapkan melalui tulisan ini ada pemahaman yang lebih jauh
mengenai analisis teks dilihat dari teori LFS. Begitu juga hubungan
yang terkait dan yang dapat ditemukan antarkonsep, misalnya
transitivitas dan konteks situasi.
b. Diharapkan juga ada pemahaman mengenai bidang ilmu lain,
dalam hal ini retorika dilihat dari sudut pandang linguistik dan
hubungan yang ada antara sisi lingistik dalam retorika, seperti
transitivitas dan konteks situasi dengan kekuatan retorika.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
yang cukup, dalam hal ini tidak hanya aplikasi teori linguistik, tetapi juga
apabila dihubungkan dengan retorika. Demikian pula pembahasan retorika,
baik dari segi bahasa, pemilihan kata, gaya bahasa, kekuatan retorika, cara
membawakan, dan maupun tidak lepas dari sisi linguistiknya.
1.5 Jangkauan Penelitian
Jangkauan penelitian dititikberatkan pada teks pidato pelantikan
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama berdasarkan sistem transitivitas
yang terjadi dalam teks tersebut dan bagaimana hubungannya dengan
konteks situasi. Data yang sudah dipilah kemudian dihitung untuk
menemukan persentase kemunculan proses dalam teks pelantikan Presiden
Amerika Serikat, Barack Obama. Hasil perhitungan persentase menentukan
proses yang mendominasi. Selanjutnya, data dianalisis berdasarkan
sirkumstan dan hubungannya dengan konteks situasi. Terakhir, dianalisis
hubungannya dengan kekuatan retorika.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Analisis teks memiliki cukup banyak pengikut dalam dunia linguistik.
Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni
dengan tujuan memperjelas apa dan bagaimana analisis teks, teori-teori yang
ada, dan aplikasi teori tersebut, baik pada teks lisan maupun tulis.
Suardana (2008) dalam tesisnya yang berjudul “The Analysis of
Transitivity Shift on Translation Mengapa Bali Disebut Pulau Seribu Pura”
menggunakan LSF yang dikemukakan Halliday sebagai teori utama.
Menurut Halliday (2004), transitivitas adalah makna yang ideasional,
representasi dari apa yang ada di dunia yang ada di sekeliling kita, di
samping yang ada dalam pikiran kita, yakni dunia tempat imajinasi kita
berada. Tulisan ini lebih memanfaatkan teori LFS sebagai alat bantu dalam
menemukan perubahan sistem transitivitas yang terjadi dari bahasa sumber
ke dalam bahasa target. Melalui tulisan ini dapat dilihat adanya banyak
perubahan sistem transitivitas dalam bahasa sumber setelah diterjemahkan
ke dalam bahasa target. Dalam hal ini, transitivitas dibagi menjadi tiga,
yakni proses, partisipan, dan sirkumstan. Proses penerjemahan mampu
mengubah posisi ketiga sistem tersebut. Namun, tulisan ini hanya mengulas
8
9
dari sisi pengaruh transitivitas dalam terjemahan suatu teks, tidak
menyinggung bagian lain, misalnya konteks situasi dalam hubungannya
dengan transitivitas seperti pada penelitian ini.
Adisaputra (2008) dalam artikelnya yang berjudul “Linguistik
Fungsional Sistemik: Analisis Teks Materi Pembelajaran di Sekolah Dasar
(SD)” menggunakan teori yang dikemukakan Halliday, yaitu LFS dalam
analisisnya. Dalam artikel ini disebutkan dua permasalahan dalam teks
pembelajaran anak sekolah dasar dilihat dari transitivitas serta konteks dan
inferensinya. Dalam tulisannya, analisis teks dengan pendekatan LFS
terhadap teks mata pelajaran bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial
di kelas dua sekolah dasar menghasilkan beberapa temuan sebagai simpulan
analisis. Sebagai simpulan dapat dilihat bahwa unsur transitivitas sangat
memengaruhi suatu teks. Klausa yang saling berhubungan menciptakan
makna dalam teks. Jika dilihat dari kontekstual dan inferensinya, dinyatakan
bahwa kedua teks masih belum dapat dikatakan sebagai teks pembelajaran
yang universal. Di samping itu, melalui tulisan ini dapat diketahui seberapa
besar pengaruh transitivitas pada suatu teks dan mengapa hal itu bisa terjadi.
Berbeda dengan artikel tersebut, dalam tulisan ini diterapkan LFS pada
bentuk teks yang berbeda, di samping melihat perbedaan pengaruh
transitivitas pada teks yang berbahasa Inggris karena dalam tulisan ini, teks
yang dianalisis menggunakan bahasa Indonesia.
10
Anindita (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Retorika
Pemimpin Misa dalam Penyelenggaraan Misa Bahasa Inggris di Gereja
Katolik Redemptor Mundi Surabaya” merupakan salah satu tulisan yang
menganalisis bentuk orasi atau pidato atau bisa juga disebut dengan retorika.
Dalam tulisannya, Anindita menganalisis keterampilan pemimpin misa
dalam menyampaikan pesan kepada jemaat melalui misa di gereja. Teori
Retorika dijadikan sebagai teori pendukung utama dalam analisis ini.
Hasilnya dapat disimpulkan bahwa kefasihan komunikasi komunikator
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu metode yang digunakan, pesan verbal,
dan komunikasi nonverbal. Pengorganisasian pesan juga sangat penting
untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh komunikator sehingga yang
mendengarkan dapat segera memahami pesan tersebut. Tulisan ini hanya
sebatas membahas komunikasi dari komunikator, sedangkan pada analisis
mengenai teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama
ini, dibahas lebih mendalam, tidak hanya dari cara Obama berkomunikasi
melalui pidatonya, tetapi juga dari sudut pandang linguistik, yakni
bagaimana pemilihan tipe proses transitivitas yang digunakan dan
relevansinya dengan konteks situasi.
Sutama (2010) membahas bahasa Bali dalam teks pernikahan dengan
menggunakan teori LFS. Dalam disertasinya yang berjudul “Teks Ritual
Pawiwahan Masyarakat Adat Bali Analisis Linguistik Sistemik Fungsional”
dibahas secara lengkap mengenai analisis teks menggunakan teori LFS. Teks
11
ritual pawiwahan tersebut dianalisis dari segi struktur, moda, tema,
transitivitas, tema-rema, hubungan logis antarklausa, dan ideologinya.
Penelitian Sutama ini memberikan masukan yang besar dalam penelitian teks
pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama karena di dalam
penelitian tersebut dibahas juga mengenai analisis transitivitas dan konteks
situasi. Namun, yang membedakannya adalah data yang dianalisis karena
kedua tipe teks tersebut memiliki tujuan dan gaya bahasa yang berbeda.
Selain itu, dalam analisis teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat,
Barack Obama ini, juga dibahas masalah retorika yang sama sekali tidak
diulas dalam analisis teks ritual pawiwahan itu.
2.2 Konsep
2.2.1 Teks
Dalam pandangan Halliday (1978:141), teks dimaknai secara dinamis.
Teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks
situasi (Halliday & Hasan, 1992:13). Teks adalah contoh interaksi lingual
tempat masyarakat secara aktual menggunakan bahasa; apa saja yang
dikatakan atau ditulis; dalam konteks yang operasional (operational context)
yang dibedakan dari konteks kutipan (a citational context), seperti kata-kata
yang didaftar dalam kamus (Halliday, 1978:109). Karena semua bahasa yang
hidup mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi, dapat dinamakan
teks.
12
Menurut Halliday (1978:135), kualitas tekstur tidak didefinisikan dari
ukuran. Teks adalah sebuah konsep semantis. Meskipun terdapat pengertian
sebagai sesuatu di atas kalimat (super-sentence), sesuatu yang lebih besar
daripada kalimat, dalam pandangan Halliday hal itu secara esensial
merupakan salah tunjuk pada kualitas teks. Kita tidak dapat merumuskan
bahwa teks itu lebih besar atau lebih panjang daripada kalimat atau klausa.
Selanjutnya, ditegaskan oleh Halliday (1978:135) bahwa dalam
kenyataannya kalimat-kalimat itu lebih merupakan realisasi teks daripada
merupakan sebuah teks. Sebuah teks tidak tersusun dari kalimat-kalimat atau
klausa, tetapi direalisasikan dalam kalimat-kalimat. Demikian juga teks
dapat memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi.
2.2.2 Pidato
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi
untuk menyatakan pendapat atau memberikan gambaran tentang suatu hal
(Wikipedia, 2010). Pidato biasanya dibawakan oleh seseorang yang
memberikan orasi atau pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting
dan patut diperbincangkan. Pidato juga biasanya digunakan oleh
seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak
buahnya atau khalayak ramai.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-
orang yang mendengarkannya. Adapun contohnya adalah pidato kenegaraan,
13
pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan
acara atau event, dan sebagainya.
2.2.3 Transitivitas
Mengingat manusia berada pada proses sosial yang beragam, maka
corak sosial akan menentukan dan ditentukan oleh bahasa sehingga variasi
pengalaman sosial itu terwujud dalam variasi gambar pengalaman linguistik.
Realisasi pengalaman linguistik pemakai bahasa inilah yang disebut
transitivitas. Dalam kajian LFS, Halliday (1994:107) mengemukakan bahwa
satu unit pengalaman yang sempurna direalisasikan dalam klausa yang
terdiri atas (1) proses, (2) partisipan, dan (3) sirkumstan. Proses yang menuju
pada aktivitas yang terjadi dalam klausa, yakni dalam tata bahasa tradisional
dan formal disebut verba. Partisipan adalah orang atau benda yang terlibat
dalam proses tersebut. Sirkumstan merupakan lingkungan tempat proses
yang melibatkan partisipan terjadi. Karena inti pengalaman adalah proses,
maka dalam tataran klausa, proses menentukan jumlah dan kategori
partisipan. Selain itu, proses menentukan sirkumstan secara tak langsung
dengan tingkat probabilitas.
14
2.2.4 Konteks Situasi dalam Teks
Situasi adalah lingkungan tempat teks beroperasi. Konteks situasi adalah
keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan
tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Untuk memahami teks
dengan sebaik-baiknya, diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan
konteks budayanya. Dalam pandangan Halliday (1978:110), konteks situasi
terdiri atas tiga unsur, yakni (1) medan teks, (2) pelibat teks, dan (3) modus
teks.
2.3 Kerangka Teori
Analisis teks adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau
telaah melalui aneka fungsi bahasa. Analisis teks lahir dari kesadaran bahwa
persoalan yang terdapat dalam komunikasi tidak hanya terbatas pada
penggunaan kalimat, bagian kalimat, atau fungsi ucapan, tetapi juga
mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut
teks. Begitu juga bahasa dianalisis tidak hanya dari aspek kebahasaan, tetapi
juga dihubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa dipakai
untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.
Menurut Halliday (1978:138), sebuah teks selain dapat direalisasikan
dalam level-level sistem lingual yang lebih rendah seperti sistem
leksikogramatis dan fonologis, juga merupakan realisasi level yang lebih
15
tinggi daripada interpretasi, kesastraan, sosiologis, psikoanalitis, dan
sebagainya yang dimiliki oleh teks itu. Level-level yang lebih rendah itu
memiliki kekuatan untuk memproyeksikan makna pada level yang lebih
tinggi. Hal ini oleh Halliday disebut dengan istilah latar depan
(foregrounded). Di samping itu, fitur esensial sebuah teks adalah adanya
interaksi.
Dalam pertukaran makna itu terjadi perjuangan semantis (semantic
contest) antarindividu yang terlibat. Karena sifatnya yang berupa perjuangan
itu, maka makna akan selalu bersifat ganda, tidak ada makna yang bersifat
tunggal. Dengan demikian, pilihan bahasa pada hakikatnya adalah
perjuangan atau pertarungan untuk memilih kode-kode bahasa tertentu.
Situasi adalah faktor penentu teks. Dalam kaitan ini, Halliday (1978:141)
menyatakan bahwa makna diciptakan oleh sistem sosial dan dipertukarkan
oleh anggota-anggota masyarakat dalam bentuk teks. Makna tidak diciptakan
dalam keadaan terisolasi dari lingkungannya. Selanjutnya, secara tegas
dirumuskan oleh Halliday bahwa makna adalah sistem sosial. Perubahan
dalam sistem sosial akan direfleksikan dalam teks. Dalam hal ini, situasi
akan menentukan bentuk dan makna teks.
Dalam hal ini, LFS merupakan teori utama yang digunakan pada tulisan
ini. Teori ini dipelopori oleh M.A.K. Halliday. Di sini disebutkan bahwa
sistemic berakar dari kata sistem yang artinya representasi dari teori terhadap
hubungan paradigmatik. Lebih lanjut, fungsional mengimplikasikan bahwa
16
fungsi semiotik bahasa atau makna beroperasi di dalam dimensi-dimensi
semiotik dan realisasi fungsional sistem struktur secara alamiah
berhubungan secara sintagmatik. Menurut Halliday (1985), bahasa adalah
fenomena sosial sehingga cenderung sebagai alat berbuat sesuatu daripada
mengetahui sesuatu. Oleh karena itu, bahasa memiliki fungsi-fungsi yang
dibuat oleh konteks sosial. Fungsi-fungsi tersebut terangkum dalam tiga
komponen utama yang disebut metafungsi bahasa. Metafungsi bahasa terdiri
atas fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual (Halliday,
1985: xiii; Eggins, 1994: 3 dalam Saragih, 2005: 6).
Halliday (1985:159) berpendapat bahwa fungsi ideasional terdiri atas
fungsi logikal. Hal ini direalisasikan melalui sistem kompleksitas klausa dan
fungsi eksperensial yang direalisasikan oleh sistem transitivitas, fungsi
interpersonal direalisasikan oleh sistem moda (MOOD), dan fungsi tekstual
direalisasikan oleh sistem tema (THEME).
Penelitian ini menitikberatkan pada analisis fungsi ideasional yang
direalisasikan melalui sistem transitivitas. Sistem transitivitas menyebabkan
manusia menggambarkan mental dan fakta untuk mengetahui kejadian
eksternal dan internal yang dijadikan pengalaman untuk menciptakan
bentuk-bentuk proses. Pengalaman ini merupakan proses yang sedang
terjadi.
Ketika seseorang merealisasikan pengalamannya menjadi pengalaman
linguistik, maka terbentuklah representasi pengalaman linguistik itu dan
17
menjadi komoditas yang ditransaksikan oleh pemakai bahasa. Realisasi
pengalaman linguistik pemakai bahasa itu disebut transitivitas. Pengalaman
yang sempurna direalisasikan oleh tiga unsur penting, yaitu proses,
partisipan, dan sirkumstan.
2.3.1 Proses
Proses dapat dikatakan sebagai kegiatan ataupun aktivitas yang terjadi
dalam kata kerja. Proses dijadikan sebagai inti dari suatu pengalaman. Hal
ini disebabkan proses sebagai penentu keberadaan partisipan, baik
jumlahnya maupun kategorinya (Halliday, 1994:168; Martin, 1992: 10).
Sirkumstan pun secara tidak langsung juga mendapat pengaruh dari proses
melalui probabilitas proses. Misalnya, proses mental dan material yang
keduanya sering muncul dengan sirkumstan berupa lokasi dan cara.
Konsep-konsep sistem transitivitas (proses, partisipan, dan sirkumstan)
merupakan kategori-kategori semantik yang menjelaskan secara umum
seperti apa dan bagaimana fenomena dunia nyata direpresentasikan sebagai
struktur linguistik (Halliday, 1985: 109). Misalnya: (1) Ibu memasak nasi
goreng tadi pagi.
Dalam klausa (1), memasak dikatakan sebagai proses, sedangkan ibu dan
nasi goreng adalah partisipan, kemudian tadi pagi termasuk ke dalam
sirkumstan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa klausa (1) merupakan
suatu klausa berupa pengalaman yang menyatakan bahwa satu proses, yakni
18
memasak. Selanjutnya, proses itu melibatkan dua partisipan, yaitu ibu dan
nasi goreng. Dalam hal ini proses yang melibatkan dua partisipan itu terjadi
dalam sirkumstan berupa lingkup waktu tadi pagi.
Halliday (1994: 107) dan Martin (1997: 102) mengategorikan proses
menjadi enam jenis, yaitu tiga pengalaman utama (proses primer), yaitu
terdiri atas proses material, proses mental, dan proses relasional.
Selanjutnya, tiga pengalaman pelengkap, yakni terdiri atas proses perilaku
(behavioral), proses verbal, dan proses wujud (eksistensial).
1. Proses Material
Proses material dapat didefinisikan sebagai proses atau kegiatan yang
menyangkut fisik, yakni dapat diamati dengan menggunakan indra.
Contoh:
(1) Rico sedang menyiram anggrek di halaman belakang
Kata kerja, seperti memasak, menyiram, mencuci, menari, dan
sebagainya dikategorikan sebagai proses material.
(2) Rico sedang menyiram anggrek di halaman belakang.
Partisipan Proses Material Partisipan Sirkumstan
19
2. Proses Mental
Proses mental didefinisikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang
menyangkut kognisi, emosi, dan persepsi yang terjadi dalam diri manusia
sendiri, misalnya melihat, merasa, mendengar, mencintai, percaya,
membenci, dan sebagainya. Proses ini terjadi di dalam diri manusia dan
mengenai mental kehidupan. Secara semantik, proses mental menyangkut
pelaku manusia saja ataupun makhluk lain yang dianggap berperilaku seperti
manusia.
Contoh:
(3) Dia menyadari kesalahannya.
Partisipan Proses Mental Partisipan
3. Proses Relasional
Proses ini dapat didefinisikan sebagai suatu proses penandaan atau
penyifatan, yaitu sesuatu yang dikatakan memiliki sifat atau penanda. Proses
relasional berfungsi untuk menghubungkan suatu entitas dengan makhluk
atau lingkungan lain dalam hubungan intensif, sirkumstan, ataupun
kepemilikan dengan cara identifikasi atau atribut. Kata kerja yang dapat
dikategorikan ke dalam proses ini, misalnya adalah, ada, menjadi,
merupakan, memiliki, dan sebagainya.
20
Contoh:
(4) Adik memiliki rambut hitam.
Partisispan Proses Relasional Sirkumstan (Identifikasi)
4. Proses Tingkah Laku (Behavioral)
Proses ini didefinisikan sebagai aktivitas atau kegiatan fisiologis yang
menyatakan tingkah laku fisik manusia. Dalam hal ini yang dapat
dikategorikan pada proses ini, misalnya kata kerja bernapas, menguap,
mengeluh, tertawa, dan sebagainya.
Contoh:
(5) Kakak mengeluh kesakitan.
Partisipan Proses Behavioral Sirkumstan
5. Proses Verbal
Proses verbal adalah proses yang menunjukkan aktivitas atau kegiatan
yang menyangkut informasi, misalnya pada kata kerja memerintah, meminta,
menjelaskan, dan sebagainya.
Contoh:
(6) Ayah menceritakan pengalamannya.
Partisipan Proses Verbal Partisipan
21
6. Proses Wujud (Eksistensial)
Proses wujud (eksistensial) adalah suatu proses yang mengekspresikan
keberadaan suatu benda tempat benda itu memang nyata atau benar-benar
ada. Ada beberapa kata kerja yang dapat dikategorikan ke dalam proses
eksistensial, misalnya muncul, terjadi, tumbuh, dan sebagainya.
Contoh:
(7) Beberapa jerawat muncul di wajahnya.
Partisispan Proses Wujud Sirkumstan
2.3.2 Partisipan
Partisipan merupakan sesuatu yang dapat diikat oleh proses. Proses
dapat dikatikan sebagai inti atau pusat yang menarik unsur lain, termasuk
partisipan. Karena proses merupakan inti, maka proses sangat menentukan
jumlah partisipan yang dapat diikat dalam suatu proses.
2.3.3 Sirkumstan
Sirkumstan dapat didefinisikan sebagai lingkungan, sifat, atau lokasi
tempat berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan berada di luar jangkauan
proses. Oleh karena itu, sirkumstan berlaku dalam semua jenis proses.
Sirkumstan dapat disetarakan dengan keterangan yang lazim digunakan
dalam tata bahasa tradisional.
22
Sirkumstan terdiri atas rentang, yang dapat berupa jarak atau waktu,
lokasi yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta,
peran, masalah, serta sudut pandang.
Selanjutnya, pada bagan berikut dirangkum bentuk sirkumstan, baik
dalam frasa maupun klausa.
Tabel 1 Kategori Sirkumstan
No. Jenis
Sirkumstan
Subkategori Cara
Mengidentifikasi
Realisasi
dalam
Frasa dan Klausa
1 Rentang
Waktu
Tempat
Berapa lamanya?
Berapa jauhnya?
Dia berjalan tiga jam
Kami berjalan 6
kilometer.
2 Lokasi Waktu
Tempat
Kapan?
Di mana?
Pesta itu akan diadakan
pada minggu ini.
Adikku dilahirkan di
Medan.
3 Cara - Bagaimana?
Dengan apa?
Lakukanlah tugas itu
dengan cepat.
4 Sebab - Mengapa?
Untuk apa?
Untuk siapa?
Kita belajar untuk bekal
masa depan.
5 Penyerta - Dengan siapa? Kami datang dengan
adiknya.
6 Peran - Sebagai apa? Saya bicara sebagai
sahabat.
7 Masalah - Tentang apa? Dia bicara mengenai
perniagaan.
23
2.3.4 Konteks Situasi
Ketika bahasa dianalisis dalam konteks dan hubungan teks dengan
konteks yang digambarkan, maka dapat dikatakan bahwa gagasan bahasa
menafsirkan dunia sosial kita yang sepenuhnya dapat dihargai. Suatu teks
akan dapat dipahami dengan baik ketika kita memahami konteks situasi teks
tersebut. Sehubungan dengan hal ini, Firth (1957: 182) berpendapat
bahwa konteks situasi paling baik digunakan sebagai konstruksi skematis
yang cocok untuk diterapkan pada peristiwa bahasa. Hal itu adalah kelompok
kategori terkait pada tingkatan yang berbeda dari kategori gramatikal, tetapi
menyerupai abstrak alam. Firth juga menyatakan bahwa kategori umum yang
memiliki relevansi dengan teks adalah sebagai berikut.
a. Partisipan dengan fitur yang relevan, yakni manusia dan kepribadian.
Hal ini bisa berupa aksi verbal dari partisipan, begitu juga aksi
nonverbal.
b. Objek yang relevan
c. Efek dari aksi verbal
Halliday (1978:21) memperkenalkan lebih banyak abstraksi yang
memungkinkan kita untuk menginterpretasikan sebuah situasi atau lebih
tepatnya sebuah tipe dari situasi, sebagai sebuah struktur semiotik, dan
sebagai sebuah kumpulan makna yang berasal dari sistem semiotik yang
merupakan suatu budaya. Selanjutnya, Halliday mengatakan sebagai berikut.
24
“That context of situation is encapsulated in the text, not in any
piecemeal fashion, nor at the other extreme in any mechanical
way, but through a systematic relationship between the social
environment on the one hand, and the functional organisation of
language on the other. If we treat both text and context as
semiotic phenomena, as "modes of meaning", so to speak, we
can get from one to the other in a revealing way.”
(Halliday and Hasan, 1985:12)
Terjemahan:
“Bahwa konteks situasi dikemas dalam teks, bukan dalam mode
yang sedikit-sedikit, tidak juga pada ekstrem lain dalam beberapa
cara mekanik, tetapi melalui hubungan yang sistematik antara
lingkungan sosial pada satu tangan dan struktur fungsional
bahasa pada tangan yang satunya. Jika kita memperlakukan, baik
teks maupun konteks sebagai fenomena semiotik, sebagai “mode
makna”, maka dapat dikatakan bahwa kita tidak bisa
mendapatkannya dari satu ke yang lain dengan cara
pengungkapan.”
Kutipan di atas menjelaskan bahwa konteks situasi dianggap sebagai
bagian dari tiga variabel register. Konteks situasi disusun berdasarkan tiga
parameter, yaitu field, tenor, dan mode. Hal ini secara fungsional
didiversifikasi ke dalam tiga jenis atau mode atau makna yang memungkinkan
prediksi linguistik. Melalui tiga parameter tersebut, maka dapat dilakukan
suatu analisis untuk memprediksikan makna dalam interaksi sosial yang
digambarkan.
Dalam hal ini, konteks situasi dibagi menjadi tiga, yaitu medan teks,
pelibat teks, dan modus teks. Medan teks (field of discourse) merujuk pada
aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar institusi tempat satuan-satuan
bahasa itu muncul. Untuk menganalisis medan, kita dapat mengajukan
25
pertanyaan, What is going on?, yang mencakup tiga hal, yakni ranah
pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang.
Ranah pengalaman merujuk pada ketransitivan yang mempertanyakan apa
yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan sirkumstan. Tujuan jangka
pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat
amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema
suatu persoalan yang lebih besar. Demikian pula, tujuan tersebut bersifat lebih
abstrak.
Pelibat teks (tenor of discourse) merujuk pada hakikat relasi antar-
partisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial
dan lingual. Untuk menganalisis pelibat, kita dapat mengajukan pertanyaan,
Who is taking part?, yang mencakup tiga hal, yakni peran agen atau
masyarakat, status sosial, dan jarak sosial.
Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat.
Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan
orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat
pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, yakni akrab atau memiliki
jarak. Dalam kaitan ini, peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara
dan dapat pula permanen.
Modus teks (mode of discourse) merujuk pada bagian bahasa yang sedang
dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau
tulisan. Untuk menganalisis modus, pertanyaan yang dapat diajukan adalah
26
What‟ s role assigned to language?, yang mencakup lima hal, yakni peran
bahasa, tipe interaksi, medium, saluran, dan modus retoris.
Ketiga domain dari teks, yaitu field, tenor, dan mode, tidak secara mudah
diaplikasikan dalam suatu analisis bahasa, tetapi lebih akurat. Ketiganya
membentuk suatu konsep dalam merepresentasikan konteks sosial sebagai
lingkungan semiotik tempat orang-orang saling bertukar paham dan
pengertian (Halliday, 1978:22). Ketiga domain ini mengilustrasikan
diversifikasi alam secara fungsional dalam LFS dan membantu analisis untuk
membuat prediksi mengenai makna dari sebuah teks.
Firth adalah ahli linguistik yang pertama kali memperkenalkan LFS ke
dalam prediksi secara linguistik. Dlam hal ini, Firth memfokuskan pada
kesuksesan dalam komunikasi, yakni ada seseorang yang bergabung dalam
suatu organisasi sosial, maka dia akan belajar untuk mengatakan “apa yang
orang lain harapkan untuk kita katakan dalam situasi yang diberikan” (Firth,
1957:28).
Konteks situasi memfasilitasi komunikasi karena dalam suatu komunikasi
diperbolehkan seorang petutur untuk memahami apa yang akan dikatakan
dalam suatu situasi yang ada. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat bertukar
pendapat atau paham secara tidak langsung dalam suatu kerangka yang sudah
diketahui akan terjadi (Halliday and Hasan, 1985:9). Poin ini lebih
dikembangkan, kemudian dilihat lebih jauh lagi ke dalam hubungan antara
konteks situasi dan strata yang lebih rendah sehingga ditemukan bagaimana
27
makna keseluruhan yang merupakan hasil realisasi dari fitur situasional field,
tenor, dan mode teks pada level semantik.
Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktivitas. Oleh
karena itu, bisa saja bahasa bersifat wajib (konstitutif) atau tambahan. Peran
wajib terjadi apabila bahasa diperankan sebagai aktivitas keseluruhan. Peran
tambahan terjadi apabila bahasa berfungsi hanya membantu aktivitas lainnya.
Namun, tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku, baik monologis maupun
dialogis. Selanjutnya, medium terkait dengan sarana yang digunakan, yakni
bisa berbentuk lisan, tulisan, ataupun isyarat. Saluran berkaitan dengan
bagaimana teks itu dapat diterima, seperti fonis, grafis, atau visual. Modus
retoris merujuk pada perasaan teks secara keseluruhan, yakni persuasif,
kesastraan, akademis, edukatif, mantra, dan sebagainya. Semuanya saling
berhubungan dalam suatu teks sehingga menimbulkan suatu makna.
Sudah ditekankan bahwa baik konteks situasi maupun bahasa secara
fungsional telah didiversifikasikan. Hal ini mengarahkan kita pada penemuan
pola yang merespons pola-pola yang berbeda dalam lingkungan suatu teks.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada korelasi sistematik di antara
konteks situasi dan struktur fungsional dari sistem semantik berdasarkan
ketiga variabel yang ada, yaitu field, tenor, dan mode. Dalam hal ini, maka
dimungkinkan untuk memperkenalkan masalah tempat tiap-tiap metafungsi
dan makna potensial dapat diaktifkan sebagai variabel situasional yang
partikular. Dalam kaitan ini, field direalisasikan sebagai makna ideasional,
28
tenor sebagai makna interpersonal, dan mode sebagai makna tekstual. Hal ini
dijabarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2 Realisasi Konteks Situasi dalam Metafungsi Bahasa
(Dimodifikasi dari Halliday and Hasan, 1985:26)
2.3.5 Retorika
Retorika didefiniksikan sebagai praktik penggunaan bahasa untuk
meyakinkan atau memengaruhi orang lain dan bahasa yang dihasilkan dari
praktik tersebut (Hartley, 1994:266). “Retorika adalah teknik pemakaian
bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada
pengetahuan yang tersusun baik” (Keraf, 2007:3). Hal ini berarti bahwa
retorika dapat berupa tulisan ataupun bahasa lisan. Uraian sistematis retorika
yang pertama dibuat oleh Corax, orang Syracuse, bagian dari Pulau Sicilia. Ia
Situasi:
Direalisasiakan
oleh Teks:
Fitur Konteks
Komponen Fungsional Sistem
Semantik
Field Experential Meanings
What is going on? (Transitivity)
Tenor Interpersonal Meanings
Who are taking
part? (Mood, Modality, etc)
Mode Textual Meanings
Role assigned to
language (Theme, Cohesion, etc)
29
menulis sebuah makalah retorika berjudul Techne Logon (seni kata-kata)
untuk membantu kaumnya memperoleh kembali hak milik tanah yang
sebelumnya dikuasai para tiran. Selain itu, ia juga membagi pidato menjadi
lima bagian, yakni pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan
simpulan (Rakhmat, 1992).
Seorang ahli retorika klasik lainnya, Aristoteles, menyebutkan tiga cara
untuk memengaruhi manusia (Bormann, 1986; Rakhmat, 1992), yakni dengan
cara sebagai berikut.
(1) Ethos: menunjukkan kepada khalayak bahwa pembicara memiliki
pengetahuan yang luas, kepribadian terpercaya, dan status terhormat.
(2) Pathos: menyentuh hati khalayak melalui perasaan, emosi, harapan,
dan sebagainya.
(3) Logos: mengajukan bukti atau sesuatu yang dapat dianggap sebagai
bukti sehingga disebut juga sebagai pendekatan melalui akal.
Para ahli retorika dari Yunani dan Romawi membagi retorika menjadi
lima cakupan studi yang disebut sebagai lima hukum (kanon) retorika
(Bormann, 1986; Griffin, 2003). Kelima hukum tersebut adalah seperti di
bawah ini.
(1) Penemuan (invention), yakni menemukan alasan yang meyakinkan.
(2) Penyusunan (arrangement), menyusun material untuk memperoleh
hasil terbaik.
(3) Gaya (style), yakni pemilihan bahasa yang sesuai.
30
(4) Penyampaian (delivery), yakni mengarah pada pengombinasian suara
dan gerak tubuh.
(5) Memori (memory), yakni merupakan tahapan penguasaan isi dan
melakukan latihan.
Retorika modern lebih sering diartikan sebagai seni berbicara atau
kemampuan berbicara dan berkhotbah (Hendrikus, 2009) sehingga efektivitas
penyampaian pesan pembicara dalam retorika sangat dipengaruhi oleh teknik
atau keterampilan berbicara. Pernyataan Griffin (2003) mengenai kesuksesan
retorika juga mensyaratkan adanya eloquence atau kefasihan (keterampilan)
berbicara. Pada abad ke-20 istilah retorika mulai digeser oleh istilah speech,
speech communication, atau public speaking (Rakhmat, 1992).
Keterampilan komunikasi seorang komunikator dapat dinilai melalui
pemenuhan beberapa aspek (DeVito, 1997; Hasling, 2006; Hendrikus, 2009;
Rakhmat, 1992), yakni sebagai berikut.
(1) Kefasihan komunikasi komunikator (eloquence), yaitu mengarah pada
sistem verbal dan nonverbal komunikator serta metode yang digunakan
dalam penyampaian pidato.
(2) Pengorganisasian pesan, yaitu mengacu pada tema yang dipilih, tujuan
komunikasi, kesiapan materi oleh komunikator, serta penguasaan
komunikator tehadap isi pesan.
31
(3) Dari segi partisipan, yakni yang dimaksud adalah penguasaan
komunikator terhadap audience, bagaimana komunikator menganalisis
audience kemudian menggunakan pendekatan yang tepat.
(4) Dari segi alat bantu, yakni bagaimana komunikator menggunakan alat
bantu yang disediakan.
2.4 Model Penelitian
Penelitian ini menganalisis sistem transitivitas dan hubungannya dengan
konteks situasi. Data yang dianalisis adalah data yang berupa teks pidato
pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Teori yang digunakan
dalam analisis adalah teori LFS yang dikemukakan oleh Halliday. Dalam
teori tersebut dibahas mengenai sistem transitivitas dan konteks situasi.
Selanjutnya, ilustrasi dari model penelitian ini digambarkan pada bagan
berikut ini.
Data yang dipilih, yaitu berupa teks pidato berbahasa Inggris yang
merupakan teks pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Data dianalisisis dengan menggunakan teori LFS yang dikemukakan oleh
Halliday. Pertama, dilihat sistem transitivitas pada data dengan menghitung
persentase kemunculan proses, siapa saja partisipan yang ada, dan seperti
apa sirkumstan yang terkait di dalamnya. Kedua, data dianalisis dengan
konteks situasinya, yaitu dicari apakah medan teksnya, siapa saja pelibat
teks, dan modus teks pidato. Setelah ditemukan, kemudian dicari hubungan
32
yang terkait antara sistem transitivitas dan konteks situasinya serta dengan
kekuatan retorika.
33
Ilustrasi Model Penelitian
Teks Pidato
Pelantikan Barack Obama
Teori
Sistemik Fungsional Linguistik
Sistem Transitivitas
Konteks Situasi
Hubungan Transitivitas dan
Konteks Situasi
Proses Partisipan Sirkumstan Medan Pelibat Modus
Teori
Retorika
Hubungan Transitivitas
dan Retorika
Hasil Analisis
Simpulan dan Saran
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, suatu penelitian yang umum digunakan ilmu-ilmu sosial, dan
sering berupa penyelidikan perubahan masyarakat yang bersifat longitudinal
(Surakhmad, 1990: 140). Pada penelitian ini mula-mula data yang
ditemukan diklasifikasikan, kemudian data tersebut dianalisis. Metode ini
juga sering disebut dengan metode analitik. Metode penelitian bahasa
berkaitan dengan tujuan penelitian serta melibatkan pengumpulan dan
pemilihan data. Secara garis besar, penelitian deskriptif ini memusatkan
perhatian pada sifat-sifat data secara alami atau secara apa adanya, yang
secara empiris hidup dalam penutur-penutur bahasa sehingga hasil yang
diperoleh merupakan pemerian bahasa yang aktual (Sudaryanto, 1987).
Pendekatan kuantitatif juga digunakan karena ada beberapa perhitungan
yang memerlukan statistik dasar untuk membantu analisis data.
3.1 Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan sebagai data dalam tulisan ini adalah
sumber tertulis dan lisan, yaitu pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat,
Barack Obama. Data didapatkan dengan cara mengunduh dari media
34
35
internet, yaitu dari situs www.whitehouse.gov. Jadi, dapat dikatakan bahwa
data yang dipakai bersifat primer karena diperoleh langsung dari hasil
unduhan, bukan dari analisis yang sudah digunakan sebelumnya.
Pemilihan pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama
sebagai subjek analisis didasari pemikiran bahwa pidato tersebut dirangkai
oleh klausa-klausa yang memiliki kelugasan dalam pemilihan katanya.
Pemilihan kata, baik dari segi predikat, kata benda, objek klausa, maupun
keterangannya sangat beragam dan tidak diulang-ulang. Hal ini sangat
membantu analisis, termasuk penghitungan kemunculan sistem transitivitas.
3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan metode simak, yaitu dengan teknik dasar
simak bebas libat cakap, kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan simak
catat (Sudaryanto, 1988). Teknik ini digunakan karena sumber data yang
digunakan adalah sumber data tertulis dan lisan.
Adapun proses pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah
berikut ini.
1. Teks pidato dibaca secara keseluruhan.
2. Bagian dari teks pidato dipilah dan dicatat, kemudian dipilah dalam
kategori proses, partisipan, dan sirkumstan.
36
3. Untuk data lisan, dilakukan pencatatan pada bagian-bagian yang
mendukung analisis retorika dan diberikan penandaan untuk
memperjelas maksud dari data.
3.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data didefinisikan sebagai proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola dan kategori sehingga dapat ditemukan
tema, kemudian dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data (Moleong, 2007:280). Berdasarkan definisi tersebut, maka data
penelitian ini dianalisis, diurut, dikategorikan, dan diolah berdasarkan
kerangka teori.
Dalam hal ini, data yang digunakan adalah data tertulis dan lisan yang
berupa pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Berikut ini adalah
prosedur analisisnya.
(1) Data yang sudah dipilah, kemudian diidentifikasi dan dihitung persentase
kemunculannya.
(2) Berdasarkan hasil persentase, data dianalisis untuk menemukan alasan
kemunculan tipe proses transitivitas yang mendominasi.
(3) Data juga dipilah untuk memperoleh tipe sirkumstan yang muncul.
(4) Data kemudian diidentifikasikan dan dianalisis ke dalam konteks
situasinya.
37
(5) Hasil dari analisis (1), (2), (3), dan (4), kemudian dideskripsikan untuk
menemukan jawaban kekuatan retorika dalam teks pidato pelantikan
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
(6) Menginterpretasikan hasil analisis.
3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Ada dua jenis metode penyajian hasil analisis, yaitu metode formal dan
metode informal. Dalam metode formal, hasil analisis disajikan dengan
menggunakan tanda atau lambang, sedangkan dalam metode informal, hasil
analisis disajikan dengan kata-kata biasa.
Data yang sudah ditemukan, kemudian disajikan secara deskriptif
berdasarkan teori yang digunakan, yaitu teori LFS. Selanjutnya, data
dibuatkan presentasi kemunculan proses, partisipan, dan sirkumstan dengan
statistik sederhana. Setelah itu, dicari hubungan antara transitivitas (proses,
partisipan, dan sirkumstan) dengan konteks situasi. Pada tahapan akhir
dipresentasikan bagaimana hubungan antara transitivitas dan kekuatan
retorika. Kemudian, ditutup dengan simpulan yang ditemukan dan
dilengkapi dengan saran.
38
BAB IV
ANALISIS TRANSITIVITAS
4.1 Tipe Proses dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat,
Barack Obama
Fungsi ideasional dikatakan sebagai fungsi bahasa karena melalui fungsi
ini, baik penutur maupun penulis terikat dengan pengalamannya dan
berhubungan dengan fenomena yang ada di dunia. Selain itu, juga termasuk
pengalaman internal dalam alam sadarnya, reaksinya, pemahaman, dan
persepsi, di samping tindakan linguistiknya dalam berbicara dan memahami
(Halliday, 1971: 332). Dengan kata lain, fungsi ini membawa informasi baru
untuk membahas hal yang tidak diketahui petutur. Fungsi ini merefleksikan
kejadian dan pengalaman, baik secara objektif maupun subjektif. Dalam
hubungan ini transitivitas merupakan hal yang dibahas ketika membicarakan
fungsi ideasional. Fungsi ini tidak hanya menspesifikasi pilihan yang ada
secara semantis, tetapi juga mendefinisikan kealamian realisasi strukturalnya
(Zhuanglin, 1988:312). Fungsi ideasional biasanya direpresentasikan oleh
sistem transitivitas dalam tata bahasa. Sistem transitivitas terdiri atas enam
proses, yaitu proses material, proses relasional, proses mental, proses verbal,
proses behavioral, dan proses eksistensial.
Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama sebagai Presiden Amerika
Serikat, ditemukan keenam jenis proses transitivitas tersebut. Dalam hal ini
38
39
yang mendominasi adalah proses material, kemudian diikuti proses relasional,
proses mental, proses behavioral, proses verbal, dan kemudian proses
eksistensial.
4.1.1 Proses Material
Dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama paling banyak ditemukan
contoh tipe proses material. Proses material adalah process of doing. Proses
ini biasanya diindikasikan oleh kata kerja yang mengekspresikan tindakan,
baik berupa tindakan nyata maupun abstrak. Biasanya, dalam proses material
muncul dua partisipan, yaitu actor dan goal. Actor biasanya menunjukkan
subjeknya, sedangkan goal menunjukkan objeknya Kedua partisipan ini
biasanya direalisasikan dengan menggunakan kata benda.
Dominasi proses ini dalam Teks Pidato Pelantikan Barack Obama, yakni
menunjukkan bahwa Obama ingin menegaskan dalam kepemimpinannya
nanti, dia akan lebih banyak melakukan tindakan untuk pencapaian target
yang ditentukannya. Pemilihan kata-kata kerja yang merupakan proses
material memiliki kemampuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang
akan dilakukan, meningkatkan kepercayaan diri warga Amerika Serikat, dan
mampu membuat warga memberi dukungan untuk mencapai semua tujuan itu.
Beberapa contoh proses material yang ditemukan, yakni sebagai berikut.
40
a. Forty-four Americans have now taken the presidential oath
empat puluh
empat
warga
Amerika telah sekarang mengambil kepresidenan sumpah
(Proses Material)
Empat puluh empat warga Amerika telah diambil sumpahnya sebagai presiden.
b. On this day, we have chosen hope over fear
di ini hari, kita telah memilih harapan
di
atas ketakutan
(Proses
Material)
Pada hari ini, kita telah memilih harapan daripada ketakutan.
c. They packed up their few worldly possessions
mereka mengemas naik mereka sedikit duniawi milik
(Proses Material)
Mereka mengemas sedikit milik mereka.
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa proses material adalah proses
yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dan
ditujukan kepada suatu hal yang ada di luar dirinya. Proses material yang
ditunjukkan oleh have now taken, have chosen, dan packed up
memperlihatkan adanya aktivitas yang dilakukan oleh actor terhadap goal.
Proses material sebagai ekspresi aktivitas fisik, tidak hanya dalam pengertian
fisik yang sempit, seperti mempertukarkan benda atau melakukan perbuatan
terhadap suatu benda. Obama banyak menggunakan bentuk proses material
untuk meyakinkan warga Amerika Serikat untuk berjuang bersama, dalam
bentuk tindakan nyata yang pasti, untuk memperbaiki perekonomian Amerika
Serikat pada saat itu. Dalam mewujudkan semua itu tentunya akan ada
41
partisipan yang berpartisipasi, baik sebagai actor maupun sebagai goal. Hal
ini dijabarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Material
Dalam tabel dapat dilihat hubungan antara partisipan satu dan yang lain.
Dimana hubungan ini dikuatkan oleh proses materialnya. Sirkumstan tidak
selalu hadir dalam tiap proses, tetapi kehadiran sirkumstan memberikan
penjelasan mengenai proses tersebut dengan lebih rinci.
4.1.2 Proses Relasional
Proses relasional dikatakan sebagai proses yang menunjukkan atau
berfungsi untuk menghubungkan antara satu entitas dengan entitas yang
lainnya. Hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan antara pemilik
dengan milik yang disebut sebagai hubungan kepemilikan, di samping dapat
berupa hubungan antara satu entitas dengan entitas lainnya yang disebut
dengan hubungan atributif atau dapat pula hubungan antara satu entitas
Sirkumstan Partisipan 1 Proses Partisipan 2
Forty-four
Americans
have
now
taken the presidential oath
On this
day we
have
chosen hope over fear
They
packed
up their few worldly possessions
Actor
Proses
Material Goal
42
dengan lingkungan seperti lingkungan tempat atau yang lainnya yang disebut
dengan hubungan identifikasi.
Dalam data, proses relasional menduduki peringkat kedua dilihat dari
kemunculannya. Proses relasional atributif ditunjukkan oleh kata kerja be
ataupun sinonim, dalam hal ini partisipan yang terlibat direalisasikan dengan
kata benda yang disebut dengan carrier dan atribut. Kalimat dengan proses
relasional atributif tidak bisa dijadikan bentuk pasif. Perubahan ini bisa dilihat
pada data berikut ini.
Klausa sebenarnya:
We are in the midst of crisis.
Klausa kemungkinan lain:
We locate in the midst of crisis.
Kemungkinan bentuk pasif:
In the midst of crisis is located by we. (tidak bermakna)
Dari uraian di atas, bentuk kalimat atau klausa yang menggunakan proses
relasional atributif tidak bisa dijadikan bentuk pasif karena maknanya akan
berbeda. Beberapa contoh proses relational atributif yang ditemukan dalam
data, yakni seperti berikut ini.
a. It must be with this generation of Americans
ini harus adalah dengan ini generasi dari warga Amerika
(Proses
Relasional)
Ini adalah keharusan dengan generasi Amerika saat ini.
43
b. We are in the midst of crisis
Kita adalah di dalam sebuah tengah-tengah dari krisis
(Proses Relasional)
Kita berada di tengah-tengah krisis.
c. These are the indicators of crisis
Ini adalah itu indikator dari krisis
(Proses Relasional)
Ini adalah indikator-indikator krisis.
Partisipan yang terlibat dijabarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4 Proses Relasional Atributif
P
r
Proses relasional identifikasi bertolak belakang dengan proses relasional
atributif, baik secara semantik maupun gramatikal. Secara semantik, klausa
identifikasi tidak mengklasifikasikan, tetapi mengidentifikasikan. Di sini
subjek biasanya merupakan pemegang identitas objek. Secara gramatikal,
proses ini mencakup dua partisipan, yaitu token (sebagai hal yang
didefinisikan) dan value (sebagai definisi). Kalimat dengan proses ini bisa
dijadikan bentuk pasif. Namun, dalam kalimat aktif, token selalu ditempatkan
Partisipan 1 Proses Partisipan 2
It must be with this generation of americans
we are in the midst of crisis
These are the indicators of crisis
Carrier
Proses
Relasional Attribute
44
sebagai subjek, sedangkan dalam kalimat pasif value ditempatkan sebagai
subjek. Contoh kalimat dengan proses relasional identifikasi yang ditemukan
dalam data adalah sebagai berikut.
a. Nor is the question before us
tidak adalah itu pertanyaan sebelum kita
(Proses Relasional)
whether the market is a force for good or ill
apakah itu pasar adalah sebuah paksaan untuk baik atau sakit
Tidak adalah pertanyaan sebelumnya apakah pasar adalah paksaan untuk kebaikan atau keburukan.
b. they are the guardians of liberty.
mereka adalah itu penjaga dari kebebasan
(Proses
Relasional)
Mereka adalah penjaga kebebasan kita.
c. This is the price and the promise of citizenship.
ini adalah itu harga dan itu janji dari kewarganegaraan
(Proses
Relasional)
Ini adalah harga dan janji dari kewarganegaraan.
45
Partisipan yang terlibat dijabarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 5 Proses Relasional Identifikasi
Pada komposisi di atas, tampak bahwa secara sistemik hubungan antara
proses relasional dengan partisipan memiliki pelabelan yang berbeda antara
proses relasional atributif dan proses relasional identifikasi. Pada proses
relasional atributif, pelabelan partisipan disebut dengan carrier dan attribute.
Dalam kaitan ini it, we, this, yakni merupakan contoh carrier yang ditemukan
dalam data. Carrier tersebut diikuti oleh atribut yang bisa berupa kualitas,
klasifikasi, ataupun deskripsi yang menjelaskan apa itu carrier. Atribut yang
ditemukan dalam data, misalnya, the question before us whether the market is
a force for good or ill, the guardians of our liberty, the price and the promise
of citizenship, menunjukkan deskripsi carrier-nya.
Partisipan 1 Proses Partisipan 2
Nor is
the question before us whether the market is a force for
good or ill
They are the guardians of our liberty
This is the price and the promise of citizenship
Token
Proses
Relasional Value
46
Pada proses relasional identifikasi, partisipan yang berperan sebagai
subjek disebut dengan token, tetapi partisipan yang berperan sebagai objek
disebut value. Misalnya, pada contoh yang dijabarkan dalam tabel di atas,
seperti nor, they, this, yakni merupakan subjek klausa yang disebut dengan
token, sedangkan perannya sebagai sesuatu yang akan didefinisikan oleh
value. Seperti pada contoh klausa pertama: Nor is the question before us
whether the market is a force for good or ill. Nor disebut sebagai token, dan
the question before us whether the market is a force for good or ill disebut
value yang bertugas memberikan identifikasi terhadap nor.
4.1.3 Proses Mental
Dalam data, proses mental ada pada peringkat ketiga dilihat dari
persentase kemunculannya. Orang biasanya tidak hanya membicarakan suatu
hal yang kasat mata seperti dalam proses material, tetapi juga mengenai apa
yang dirasakan atau yang dipikirkan. Dalam hal ini yang membedakan proses
mental dengan proses material adalah cara pembuktiannya. Prosel material
bisa diketahui dengan mengajukan pertanyaan, seperti “Apa yang x lakukan
terhadap y?‟, sedangkan untuk proses mental bisa dibuktikan dengan
pertanyaan, seperti “Apa yang kamu pikirkan mengenai x?”.
Halliday membagi proses mental menjadi tiga kelas, yaitu kognisi, afeksi,
dan persepsi (Eggins, 1994). Proses mental juga dibedakan dengan proses
material dari jumlah partisipannya. Dalam proses mental harus ada dua
47
partisipan yang terlibat. Salah satu partisipan harus manusia yang disebut
sebagai senser, sedangkan partisipan yang lain disebut phenomenon. Ada dua
tipe phenomenon dalam proses mental, yaitu aksi dan fakta. Beberapa proses
mental yang ditemukan dalam data adalah sebagai berikut.
a. In reaffirming the greatness of our nation we understand
di
dalam menandaskan itu kebesaran dari kita negara kita mengerti
(Proses Mental)
that greatness is never a given
itu kebesaran adalah
tidak
pernah sebuah memberi
Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran bukanlah suatu pemberian.
b. But this crisis has reminded us
tapi ini krisis telah mengingatkan kita
(Proses Mental)
Akan tetapi krisis ini telah mengingatkan kita
c. We will not apologize for our way of life
kita akan tidak minta maaf untuk kita jalan dari hidup
(Proses Mental)
Kita tidak akan meminta maaf atas cara hidup kita
Proses mental, seperti understand, reminded, dan apologize, yakni
merupakan proses yang berkaitan dengan aktivitas kognisi, wilayahnya masih
berada pada ruang pikiran, dan objek kognisi tersebut juga menyangkut hal-
hal yang abstrak yang dilabeli dengan nama phenomenon. Dengan demikian,
partisipan pertama secara logis dinamakan senser. Selanjutnya, penjabaran
48
partisipan yang terlibat dalam proses mental dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 6 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Mental
Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Sirkumstan
We understand
that greatness is never a
given
this crisis has reminded us
This
will not
apologize
for our way of
life
Senser Proses Mental Phenomenon
Sirkumstan
sebab
4.1.4 Proses Verbal
Proses verbal biasanya terdiri atas tiga partisipan, yaitu sayer, receiver,
dan verbiage. Sayer adalah yang bertanggung jawab atas terjadinya proses
verbal itu, tidak harus merupakan partisipan hidup. Receiver merupakan
simbol kepada siapa proses verbal itu ditujukan. Selanjutnya, verbiage adalah
pernyataan yang dinominalisasikan oleh proses verbal.
Beberapa proses verbal yang ditemukan dalam data adalah seperti berikut
ini.
49
a. Today I say to you that
hari
ini saya mengatakan kepada anda itu
(Proses Verbal)
the challenges we face are real
itu tantangan kami wajah adalah nyata
Hari ini saya mengatakan pada kalian semua bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata.
b. The question we ask today
itu pertanyaan kita tanya
hari
ini
(Proses
verbal)
Pertanyaan yang kita tanyakan hari ini.
c. the knowledge that God calls on us to shape
itu pengetahuan itu Tuhan panggil di atas kita untuk bentuk
(Proses Verbal)
an uncertain destiny
sebuah tidak pasti tujuan
Pengetahuan yang Tuhan panggil kepada kita untuk membentuk suatu tujuan yang tidak pasti.
Secara semantik proses verbal adalah proses yang menunjukkan suatu
aktivitas atau perbuatan yang menyangkut komunikasi antarpelibat yang
berada dalam lingkup komunikasi verbal seperti mempertukarkan informasi.
Pada ketiga contoh di atas, dalam setiap unit pengalaman linguistik terdapat
50
masing-masing satu proses verbal, yaitu say, ask, dan calls. Proses-proses
verbal tersebut dapat berhubungan dengan dua partisipan. Hubungan tersebut
dijabarkan pada tabel di bawah ini
Tabel 7 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Verbal
Sirkumstan
Partisipan
1 Proses
Partisipan
2 Sirkumstan
Today I say to you that the challenges we face are real
we ask
today
the knowledge
that God calls on us to shape an uncertain destiny
Sayer
Proses
Verbal Receiver
4.1.5 Proses Behavioral
Menurut Halliday (dalam Eggins, 1994), proses tingkah laku adalah
perpaduan antara proses material dan proses mental. Oleh karena itu, makna
yang diperoleh juga merupakan perpaduan anatara proses material dan proses
mental. Mayoritas proses ini hanya memiliki satu partisipan, yang disebut
sebagai behaver. Dalam hal ini, walaupun ada partisipan lain yang terlibat,
bukan merupakan statement ulang proses yang disebut phenomenon.
51
Beberapa proses behavioral yang ditemukan dalam data adalah sebagai
berikut.
a. the challenges we face are real
itu tantangan kami wajah adalah nyata
(proses
behavioral)
Tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata.
b. And so to all the people and governments
dan jadi kepada semua itu orang dan pemerintah
who are watching Today.
siapa adalah melihat hari ini
(Proses Verbal)
Dan juga, kepada semua orang dan pemerintah yang melihat hari ini.
c. we can meet those new threats that demand
kita bisa bertemu itu baru ancaman itu permintaan
(Proses verbal)
even greater effort
bahkan
lebih
besar upaya
Kita bisa bertemu ancaman yang baru yang menuntut usaha yang lebih besar.
Pada contoh di atas, proses behavorial hanya dapat bervalensi dengan satu
partisipan. Proses ini menunjukkan aktivitas fisiologis dalam pengertian luas,
baik perilaku fisik yang dapat dilihat seperti gerakan badan, mimik, maupun
perilaku fisik yang lebih abstrak. Penjabaran hubungan proses behavorial
dengan partisipan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
52
Tabel 8 Sirkumstan dan Partisipan dalam Proses Behavioral
Sirkumstan Partisipan 1 Proses Partisipan 2 Sirkumstan
We face
are real
to all the
people and
governments
who
are
watching
today
Guided by
these
principles
once more we can meet
those new threats
that demand even
greater effort
Behaver
Proses
Behavioral Phenomenon
4.1.6 Proses Eksistensial
Proses ini merupakan suatu proses yang mengekspresikan keberadaan
suatu benda bahwa benda itu memang nyata atau benar-benar ada. Proses ini
ditandai dengan munculnya kata there.
Contoh proses eksistensial yang ditemukan dalam data adalah sebagai
berikut.
53
firm in the knowledge that there is nothing
keras di itu pengetahuan itu di
sana adalah tidak ada
(Proses Eksistensial)
Berdasarkan jabaran analisis sistem transitivitas di atas, dapat dikatakan
bahwa dalam satu unit pengalaman linguistik apabila dilihat dari segi
semantik, merupakan unsur pusat karena unsur tersebut dapat menentukan
kehadiran partisipan. Berikut ini adalah perincian persentase kemunculan tipe
proses transitivitas dalam data.
Tabel 9 Persentase Tipe Proses Transitivitas dalam Teks Pidato Pelantikan
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama
Tipe Proses Transitivitas Kemunculan Persentase Kemunculan
1. Proses Material 294 59.93%
2. Proses Relasional 84 16.29%
3. Proses Mental 78 15.96%
4. Proses Behavioral 17 3.26%
5. Proses Verbal 15 2.93%
6. Proses Eksistensial 1 1.63%
Dengan kata lain, unsur proses akan menentukan kehadiran partisipan,
baik kuantitas maupun kualitasnya. Konsep valensi bagi unsur proses dalam
analisis ini, khususnya dalam identifikasi ciri semantik hanya
mengidentifikasi valensi yang bersifat wajib. Sementara itu, adanya struktur
semantik lain yang melampaui valensi wajib tidak dibahas karena kehadiran
unsur keterangan bersifat manasuka. Dengan kata lain, struktur inti satu unit
54
pengalaman linguistik hanyalah menyangkut valensi antara proses dan
partisipan.
4.2 Sirkumstan dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat,
Barack Obama
Sirkumstan dapat didefinisikan sebagai lingkungan, sifat, atau lokasi
tempat berlangsungnya suatu proses. Sirkumstan berada di luar jangkauan
proses. Oleh karena itu, sirkumstan berlaku dalam semua jenis proses.
Sirkumstan dapat disetarakan dengan keterangan yang lazim digunakan dalam
tata bahasa tradisional.
Sirkumstan terdiri atas rentang yang dapat berupa jarak atau waktu, lokasi
yang mencakup tempat dan waktu, cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran,
masalah, dan sudut pandang. Dalam data ditemukan ketujuh macam
sirkumstan.
Berikut ini adalah contoh kemunculan sirkumstan dalam data.
1. Sirkumstan Lokasi
Our nation is at war against a far-reaching network of violence and
hatred.
Terjemahan:
Negara kita sedang berperang melawan jaringan pembunuhan dan
permusuhan yang sulit dicapai.
55
2. Sirkumstan Cara
So it has been; so it must be with this generation of Americans.
Terjemahan:
Jadi, inilah, jadi ini yang harus dilakukan oleh generasi Amerika.
3. Sirkumstan Sebab
I thank President Bush for his service to our nation -- (applause) --
as well as the generosity and cooperation he has shown throughout
this transition.
Terjemahan:
Saya berterima kasih pada Presiden Bush atas pelayanannya terhadap
negara kita ----tepuk tangan---- dan juga atas kemurahan hati dan
kerja sama yang ditunjukkannya dalam transisi ini.
4. Sirkumstan Penyerta
..., nor can we consume the world's resources without regard to
effect.
Terjemahan:
Tidak bisa kita mengonsumsi sumber daya alam dunia tanpa
memperhitungkan dampaknya.
5. Sirkumstan Rentang
They will not be met easily or in a short span of time.
Terjemahan:
Mereka tidak akan mudah ditemui atau dalam waktu yang singkat.
56
6. Sirkumstan Peran
They have something to tell us, just as the fallen heroes who lie in
Arlington whisper through the ages.
Terjemahan:
Mereka memiliki sesuatu untuk diberitahukan pada kita, seperti
pahlawan yang gugur yang terbaring di bisikan Arlington selama
bertahun-tahun.
7. Sirkumstan Masalah
...that in the depth of winter, when nothing but hope and virtue could
survive....
Terjemahan:
...bahwa di dalam dinginnya musim dingin, ketika tidak ada apa pun
kecuali harapan dan keberanian dapat berjuang....
Selanjutnya berikut ini adalah persentase kemunculan tiap-tiap jenis
sirkumstan.
Tabel 10 Persentase Kemunculan Sirkumstan
No. Sirkumstan Persentase Kemunculan
1 Lokasi 48.2%
2 Cara 23.5%
3 Sebab 11.8%
4 Penyerta 7.05%
5 Rentang 3.5%
6 Peran 3.5%
7 Masalah 2.4%
57
Dari ketujuh sirkumstan yang ditemukan dalam data, maka dapat dilihat
bahwa ada sirkumstan yang kemunculannya mendominasi ataupun hanya
muncul sesekali. Dalam data, sirkumstan yang mendominasi adalah lokasi
yang memiliki persentase kemunculan sebesar 48,2%. Posisi kedua diduduki
oleh sirkumstan cara dengan persentase kemunculan sebesar 23.5%.
Selanjutnya, ketiga ditempati sirkumstan sebab sebesar 11.8% dan penyerta
pada posisi keempat dengan persentase kemunculan sebesar 7.05%. Dominasi
keempat sirkumstan ini dapat dikatakan bahwa Obama ingin menekankan
keberadaan warga Amerika Serikat dan bagaimana leluhur mereka dulu
berjuang untuk membangun Amerika.
Obama juga mengemukakan ide-idenya bagaimana cara untuk
memperbaiki keadaan Amerika Serikat yang mengalami keterpurukan pada
masa itu. Beberapa penyebab yang menimpa Amerika diungkapkan kembali,
yakni semata-mata untuk mengingatkan warga Amerika sebagai peserta agar
tidak lemah dan berjuang bersama untuk membangun kembali Amerika
sehingga nantinya semua penyebab tersebuat harus dijadikan tolok ukur dalam
bertindak dan membangun Amerika.
Selanjutnya, tiga sirkumstan yang muncul pada posisi akhir, yaitu
sirkumstan rentang dengan persentase kemunculan 3.5%, sirkumstan peran
muncul sebanyak 3.5%, dan sirkumstan masalah dengan persentase 2.4 %.
Dalam hal ini Obama tidak menyatakan berapa lama waktu yang akan
diperlukan untuk membangun kembali Amerika. Dalam pidatonya, Obama
58
juga tidak menyalahkan siapa dan apa, tetapi mengharapkan agar warga
Amerika bersatu untuk kebaikan bersama.
4.3 Konteks Situasi dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika
Serikat, Barack Obama
Dalam analisis konteks situasi pada suatu teks, ada tiga domain penting
yang terlibat, yaitu field, tenor, dan mode. Ketiga domain tersebut dijabarkan
satu per satu berikut ini.
4.3.1 Field
Dalam analisis field of discourse ada tiga hal penting yang perlu ditelaah,
yaitu ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang.
Ranah pengalaman merujuk pada ketransitifan yang mempertanyakan apa
yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan sirkumstan. Tujuan jangka
pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat
amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema
suatu persoalan yang lebih besar. Tujuan tersebut bersifat lebih abstrak.
a. Ranah Pengalaman
Apabila dilihat dari ranah pengalaman yang ditemukan dalam data, maka
dapat dikatakan bahwa semua tipe proses transitivitas ikut terlibat dalam teks
pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Dalam hal ini, proses
59
yang mendominasi adalah proses material, yakni merupakan proses yang
menggambarkan aksi atau perbuatan yang sudah terjadi ataupun yang akan
dilakukan. Dilihat dari sudut partisipan yang terlibat, dapat dikategorikan
menjadi dua kategori umum, yaitu partisipan makhluk hidup dan partisipan
benda mati. Partisipan yang dimaksud adalah kepada siapa pidato ditujukan
dan apa saja yang ingin diungkapkan dalam pidato tersebut. Sirkumstan yang
terlibat dalam data menggambarkan lingkungan teks yang ingin menunjukkan
bagaimana keadaan Amerika, dulu, sekarang, dan Amerika yang dicita-
citakan akan terjadi, termasuk cara dan penyebab ataupun hal yang bisa
dilakukan untuk mengenang serta memperbaiki semua yang menimpa
Amerika.
b. Tujuan Jangka Pendek
Dalam teks ditekankan dengan jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai
Obama bersama-sama dengan warga Amerika. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan teks pidato berikut ini.
“ Today I say to you that the challenges we face are real. They are
serious and they are many. They will not be met easily or in a short
span of time. But know this America: They will be met”
Terjemahan:
„Hari ini saya beri tahukan pada kalian bahwa tantangan yang kita
hadapi adalah nyata. Tantangan itu serius dan banyak. Mereka tidak
60
akan mudah diatasi atau dalam tempo yang singkat. Akan tetapi,
karena ini adalah Amerika, tantangan itu akan bisa diatasi.‟
Dilihat dari kutipan teks tersebut, Obama sangat mengharapkan agar warga
Amerika dapat bekerja sama dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada
dalam membangun kembali Amerika. Hal itu penting karena Amerika saat itu
berada di tengah-tengah krisis ekonomi yang parah.
c. Tujuan jangka Panjang
Dalam hal ini, tujuan jangka panjang yang ingin dicapai Obama bersama-
sama warga Amerika Serikat adalah memimpin kembali Amerika Serikat
dalam segala hal, seperti yang sudah dilakukan oleh pendahulunya. Amerika
diharapkan akan bangkit lagi dari keterpurukan dan kembali memegang
kendali dalam segala bidang. Hal ini ditunjukkan pada kutipan pidato berikut
ini.
“And so, to all the other peoples and governments who are watching
today, from the grandest capitals to the small village where my
father was born, know that America is a friend of each nation, and
every man, woman and child who seeks a future of peace and
dignity. And we are ready to lead once more.”
Terjemahan:
„Dan juga, pada semua orang dan pemerintah yang melihat hari ini,
dari gedung kapital yang terbesar hingga pada desa kecil tempat
ayahku lahir, mengetahui bahwa Amerika adalah teman setiap
negara, semua laki-laki, wanita, dan anak yang mencari kedamaian
pada masa depan. Kita siap untuk memimpin sekali lagi.‟
61
Dilihat dari kutipan di atas, Obama menggambarkan tujuannya untuk
Amerika Serikat ke depan. Dia yakin bahwa hal itu bisa diwujudkan kembali
dengan dukungan dari semua warga Amerika Serikat. Meskipun Obama tidak
bisa memprediksikan kapan hal itu akan dapat terwujud, dengan keyakinan
sebagai orang Amerika, Obama percaya bahwa hal tersebut dapat diwujudkan.
4.3.2 Tenor
Tenor merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman
peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Dalam kaitan ini tenor
mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak
sosial.
Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat.
Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan
orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat
pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, akrab atau memiliki jarak.
Dalam hal ini, peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara serta
dapat pula permanen.
a. Peran
Peran partisipan yang terlibat bervariasi karena menyangkut seluruh
warga Amerika yang ada. Dalam hal ini, baik peran laki-laki maupun
perempuan, siapa saja yang merasa sebagai warga negara Amerika Serikat, di
62
mana pun dan apa pun pekerjaannya. Obama ingin merangkul seluruh warga,
tanpa terkecuali.
b. Status
Status partisipan yang terlibat juga memiliki variasi yang beragam karena
mencakup seluruh warga negara Amerika Serikat, baik tua maupun muda, pria
ataupun wanita, kaya ataupun miskin, semuanya tidak dibedakan. Dalam hal
ini yang diharapkan Obama bukanlah suatu perpecahan, melainkan suatu
kesatuan untuk membangun kembali Amerika yang saat itu dalam keadaan
terpuruk. Penekanan terhadap status dapat dilihat dalam kutipan teks berikut
ini.
“This is the price and the promise of citizenship. This is the source
of our confidence -- the knowledge that God calls on us to shape an
uncertain destiny. This is the meaning of our liberty and our creed,
why men and women and children of every race and every faith can
join in celebration across this magnificent mall; and why a man
whose father less than 60 years ago might not have been served in a
local restaurant can now stand before you to take a most sacred
oath.”
Terjemahan:
„Inilah pengorbanan dan janji kewarganegaraan. Inilah yang
menjadi sumber keyakinan kita – pengetahuan bahwa Tuhan
meminta kita untuk memperbaiki keadaan yang tidak pasti. Ini
adalah arti dari kebebasan dan kepercayaan kita, mengapa pria dan
wanita dan anak-anak dari setiap ras dan setiap kepercayaan bisa
menikmati perayaan di lapangan yang indah ini; dan mengapa
seorang laki-laki yang ayahnya 60 tahun yang lalu mungkin tidak
dilayani dalam restoran lokal, saat ini bisa berdiri di hadapan Anda
untuk diambil sumpahnya sebagai presiden.‟
63
c. Jarak Sosial
Jarak Sosial terkait dengan kedekatan antarpartisipan. Bagaimakah
hubungan satu sama lainnya? Dalam pidatonya, Obama tidak melihat jarak
sosial yang ada. Obama tidak membedakan antara keluarga a ataupun
keluarga b. Apakah yang datang dari keluarga yang sama, ataukah memiliki
hubungan kekerabatan ataupun memiliki hubungan pertemanan? Obama
memperjelas bahwa Warga Amerika adalah satu, memiliki nenek moyang
satu. Dalam hal ini tugas mereka saat ini adalah membangun kembali apa
yang pendahulu mereka sudah bangun. Mereka bahu-membahu, walaupun
tidak ada hubungan pertemanan ataupun kekerabatan.
4.3.3 Mode
Mode merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi,
termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Analisis mengenai
mode mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran,
dan modus retoris.
a. Peran Bahasa
Bahasa dalam data digunakan sebagai media atau alat untuk membujuk
atau mengajak semua warga Amerika Serikat untuk berjuang bersama. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang mudah dimengerti dan tidak berbelit-belit
di samping tidak menimbulkan ambiguitas bagi yang mendengar. Bahasa yang
64
sederhana, tetapi tepat dan tegas ini dipilih Obama karena ia menunjukkan
pidatonya bagi seluruh warga Amerika Serikat dari seluruh lapisan, tidak
hanya pada suatu golongan tertentu.
b. Tipe Interaksi
Tipe interaksi yang terjadi adalah interaksi dari satu pihak tanpa ada
balasan yang nyata karena teks berupa teks pidato. Dalam hal ini pidato
adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator untuk menyampaikan
sesuatu atau meyakinkan orang banyak mengenai sesuatu. Jadi, respons yang
ada bukanlah respons langsung yang dapat dilihat dengan nyata, melainkan
respons yang akan dapat dilihat dalam jangka waktu yang tidak dapat
ditentukan. Demikian pula, apakah suatu pidato berhasil, yakni dapat dilihat
dari respons yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan dan
maksud yang ada di dalam pidato dapat direalisasikan.
c. Medium
Medium yang digunakan oleh Obama sangatlah sederhana. Ediumnya
sederhana karena hubungannya, yaitu kepada siapa pidato ditujukan dan apa
yang dimaksudkan dalam pidato itu agar dapat dipahami dan dimengerti oleh
khalayak.
65
d. Saluran
Dalam hal ini, saluran yang dipilih adalah lisan dan tulisan. Teks pidato
ditulis dan disiapkan terlebih dahulu, kemudian dibacakan berdasarkan
hafalan. Jadi, kata-kata yang dipakai dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Obama untuk menyampaikan apa yang diinginkannya sehingga diharapkan
seluruh warga Amerika Serikat dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh
Obama dalam pidatonya.
e. Modus Retoris
Modus retoris yang dapat dilihat dari data adalah bersifat persuasif.
Obama memiliki tujuan meyakinkan warga Amerika Serikat supaya
menghadapi tantangan yang ada secara bersama-sama. Oleh karena itu,
digunakan kata-kata yang dapat membujuk warga untuk bersatu, seperti
mengingatkan warga terhadap pendahulu mereka yang sudah berjuang untuk
kehidupan yang lebih baik dan berhasil dicapai. Namun, suatu peristiwa besar
terjadi, kemudian mengandaskan apa yang sudah diperjuangkan sekali lagi
untuk kembali membangun Amerika bersama-sama agar dapat
membahagiakan anak cucu dan generasi Amerika berikutnya. Hal ini
ditegaskan dalam kutipan berikut ini.
“As for our common defense, we reject as false the choice between
our safety and our ideals. Our Founding Fathers -- (applause) --
our Founding Fathers, faced with perils that we can scarcely
66
imagine, drafted a charter to assure the rule of law and the rights of
man -- a charter expanded by the blood of generations. Those
ideals still light the world, and we will not give them up for
expedience sake.”
Terjemahan:
„Mengenai pertahanan kita bersama, kita menolak dan menganggap
palsu pilihan antara keselamatan dan idaman atau cita-cita kita. Para
pendiri negara ini dihadapkan pada bahaya yang tak terbayangkan,
menyusun sebuah piagam untuk menjamin supremasi hukum dan
hak setiap orang, sebuah piagam yang diperkuat oleh perjuangan
generasi demi generasi. Semua cita-cita ini masih menerangi dunia
dan kita tidak akan meninggalkannya demi mencapai penyelesaian
yang cepat.‟
4.4 Hubungan Antara Sistem Transitivitas dengan Konteks Situasi
dalam Teks Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack
Obama
Seperti sudah diketahui bahwa transitivitas adalah perwujudan
pengalaman seseorang yang diwujudkan dalam teks. Selanjutnya, konteks
situasi adalah keseluruhan yang harus dipahami untuk dapat
mengiterpretasikan makna yang terkandung dalam suatu teks yang meliputi
field, tenor, and mode dalam hubungannya dengan lingkungan yang ada dalam
dan di sekitar teks.
Berdasarkan analisis sistem transitivitas dan konteks situasi di atas, maka
dapat ditarik beberapa hubungan, yakni sebagai berikut.
a. Keseluruhan tipe proses yang ditemukan dalam teks, yaitu proses material,
proses relasional, proses mental, proses verbal, proses behavioral, dan
proses eksperensial memiliki fungsi masing-masing sehingga dapat
67
membantu dalam menganalisis ranah pengalaman yang merujuk pada
ketransitivan dan melihat keseluruhan proses, partisipan, dan sirkumstan
yang merupakan bagian dari field of discourse. Dalam hal ini dapat dilihat
bahwa proses yang mendominasi adalah proses material. Pemakaian kata-
kata, seperti stand, have now taken, carry, to make, to prepare, yang
memiliki predikat proses material disebabkan oleh Obama ingin
menunjukkan apa saja yang bisa dilakukan bersama-sama dengan warga
Amerika Serikat dalam memperbaiki perekonomian yang sangat terpuruk
pada saat itu. Obama tidak menjanjikan sesuatu, tetapi mengajak warga
Amerika Serikat untuk ikut berjuang bersama dengannya dalam
membangun dan merebut kembali apa yang sudah pernah dimiliki
Amerika Serikat sebelumnya. To set, to choose, to carry, and to pursue
juga merupakan contoh pemilihan proses material yang digunakan Obama
dalam pidatonya. Yang diinginkan Obama dari pidatonya adalah
partisipasi masyarakat Amerika Serikat dalam bentuk tindakan, tidak
hanya perasaan ataupun ucapan. Jadi, penggunaan proses material yang
mendominasi menunjukkan keinginan Obama yang diwujudkan dalam
tindakan nyata. Jika Obama lebih banyak menggunakan proses mental,
verbal, ataupun proses yang lainnya, maka konteks situasinya akan rancu.
Konteks situasi, khususnya field of discourse dalam pidato Obama
menggambarkan apa yang sudah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa
yang diharapkan akan terjadi pada Amerika Serikat. Obama juga
68
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, dengan menggunakan proses material untuk menegaskan
apa yang akan dan harus dilakukan tidak hanya dibicarakan.
b. Partisipan yang terlibat juga berhubungan dengan field of discourse. Hal
itu terjadi karena dalam pembahasan sistem transitivitas dapat dilihat
partisipan apa saja yang terlibat dan bagaimana bentuk partisipan tersebut.
Selanjutnya, partisipan dikategorikan menjadi beberapa kelas berdasarkan
proses yang berhubungan serta mengikat partisipan itu. Dalam hal ini
dapat berupa pelaku dari proses-proses yang ada dan kepada siapa proses-
proses tersebut ditujukan dan disampaikan. Apakah partisipan terlibat
langsung ataupun tidak, dapat dilihat dari analisis sistem transitivitas,
misalnya dalam pidato Obama, disebutkan today i say to you the
challenges we face are real. Dilihat dari kutipan tersebut, dapat dipahami
bahwa Obama mengetahui siapa partisipan yang terlibat, kepada siapa
pidatonya akan disampaikan sehingga tidak terjadi kesalahan. Jika dilihat
dari konteks situasi pidato Obama, khususnya dalam field of discourse,
maka dapat dilihat siapa saja yang terlibat sebagai partisipan di dalamnya,
seluruh dunia, baik benda hidup maupun mati, dan khususnya warga
Amerika Serikat.
c. Sirkumstan yang ada berupa sirkumstan yang terdiri atas rentang, yakni
dapat berupa jarak atau waktu, lokasi yang mencakup tempat dan waktu,
cara, sebab, lingkungan, penyerta, peran, masalah, dan sudut pandang.
69
Keseluruhan sirkumstan ini dapat menjelaskan field of discourse dengan
lebih detail dan jelas.
Sehubungan dengan hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa sistem
transitivitas adalah representasi field of discourse. Dengan mengetahui sistem
transitivitas yang ada dalam suatu teks, diharapkan dapat mempermudah
dalam analisis konteks situasi, khususnya dalam analisis field.
Jika dilihat dari konteksnya, pada pidatonya, Obama ingin menyampaikan
pesan dan ajakannya kepada masyarakat Amerika Serikat untuk menghadapi
tantangan yang ada bersama-sama dan kembali membangun Amerika
bersama-sama. Analisis komponen transitivitas menunjukkan bahwa proses
material menjadi proses dominan dalam pidato tersebut. Hal itu terjadi karena
field mengacu pada aktivitas sosial yang sedang terjadi dan latar belakang
institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Selain itu, transitivitas
menjelaskan unsur-unsur tersebut melalui ketiga komponennya. Jadi, dapat
dikatakan bahwa transitivitas memiliki hubungan yang erat dengan field of
discouse. Lebih lanjut, penjabaran sistem transitivitas mencakup tipe proses,
partisipan, dan sirkumstan yang menggambarkan bagaimana field itu secara
detail dan jelas. Karena sistem transitivitas sebagai wujud pengalaman
seseorang yang merupakan representasi field, maka dapat dikatakan bahwa
hubungan proses, partisipan, dan sirkumstan yang ada dalam pidato Obama
lebih menegaskan tindakan dan hal apa yang akan dilakukan Obama untuk
Amerika Serikat yang sepenuhnya membutuhkan dukungan dari warga
70
Amerika Serikat. Obama berpidato berdasarkan apa yang dilihat, apa yang
dipikirkannya, dan apa yang diinginkannya untuk Amerika Serikat. Di
samping itu, juga siapa yang akan berjuang bersama membantunya dalam
mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. Inilah representasi yang
menunjukkan field of discourse dari pidato Obama, yang dijabarkan melalu
sistem transitivitas di dalamnya.
71
BAB V
ANALISIS RETORIKA
5.1 Sekilas tentang Barack Obama
Barack Hussein Obama II, lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961;
umur 49 tahun adalah Presiden Amerika Serikat yang sekarang menjabat dan
merupakan Presiden yang ke-44 Amerika Serikat. Barack Obama menjabat
sejak 20 Januari 2009 menggantikan George Walker Bush Jr. Sebelumnya, ia
merupakan Senator Junior dari Illinois dan kemudian menang dalam Pemilu
Presiden 2008 pada 4 November 2008. Pada tahun 2009, Obama diumumkan
sebagai pemenang anugerah Penghargaan Nobel Perdamaian karena
mempromosikan diplomasi internasional untuk memecahkan masalah-
masalah internasional.
Obama adalah keturunan Afrika-Amerika pertama yang menjabat
Presiden Amerika Serikat setelah sebelumnya merupakan keturunan Afrika-
Amerika pertama yang dicalonkan oleh sebuah partai politik besar Amerika
untuk menjadi presiden. Ia merupakan lulusan Universitas Columbia dan
Sekolah Hukum Universitas Harvard. Di sana ia menjabat sebagai
Presiden Harvard Law Review. Obama bekerja sebagai koordinator
masyarakat dan menjabat sebagai pengacara hak sipil sebelum menjadi Senat
Illinois selama tiga kali, yakni mulai 1997 hingga 2004. Ia
mengajarkan hukum konstitusional di Sekolah Hukum Universitas
71
72
Chicago sejak 1992 hingga 2004. Setelah kegagalannya meraih kursi
di Dewan Perwakilan AS tahun 2000, ia mengumumkan kampanyenya
untuk Senat AS Januari 2003. Kemudian, setelah kemenangan Maret 2004,
Obama menyampaikan keynote-nya pada Konvensi Nasional Demokrat Juli
2004. Ia terpilih sebagai Senat pada November 2004 dengan 70 persen suara.
Sebagai anggota minoritas Demokrat di Kongres ke-109, Obama
membantu membuat undang-undang yang mengatur senjata konvensional dan
mempromosikan akuntabilitas publik dalam penggunaan dana federal. Ia juga
melakukan perjalanan resmi ke Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika.
Selama Kongres ke-110, ia membantu membuat UU mengenai lobi dan
kecurangan pemilihan, perubahan iklim, terorisme nuklir, dan perawatan bagi
personel militer AS yang pulang. Obama mengumumkan kampanye
presidennya pada Februari 2007, dan dicalonkan pada Konvensi Nasional
Demokrat 2008 dengan senator Delaware, Joe Biden sebagai pasangan
kampanye. Pada 4 November 2008, Barack Obama sukses mengalahkan
rivalnya senator John Mc Cain dari Partai Republik dan menjadi Presiden ke-
44 Amerika Serikat, yakni orang kulit hitam pertama sebagai Presiden
Amerika serikat.
Retorika didefinisikan sebagai praktik penggunaan bahasa untuk
meyakinkan atau memengaruhi orang lain dengan bahasa yang dihasilkan dari
praktik tersebut (Hartley, 1994:266). “Retorika adalah teknik pemakaian
bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis, yang didasarkan pada
73
pengetahuan yang tersusun baik” (Keraf, 2007:3). Hal ini berarti bahwa
retorika dapat berupa, baik bahasa tulisan maupun bahasa lisan. Uraian
sistematis retorika yang pertama dibuat oleh Corax, orang Syracuse, bagian
dari Pulau Sicilia. Ia menulis sebuah makalah retorika berjudul Techne Logon
(Seni Kata-kata) untuk membantu kaumnya memperoleh kembali hak milik
terhadap tanah yang sebelumnya dikuasai para tiran. Selain itu, ia juga
membagi pidato pada lima bagian, yakni pembukaan, uraian, argumen,
penjelasan tambahan, dan simpulan (Rakhmat, 1992).
5.2 Kefasihan Komunikasi Komunikator
Keterampilan komunikator yang ada dalam analisis ini dijabarkan
menjadi sistem verbal dan nonverbal yang digunakan serta metode
komunikator dalam penyampaian pidato. Metode dalam penyampaian pidato
bervariasi sesuai dengan pilihan dan kebiasaan tiap-tiap pribadi. Dalam
analisis ini, komunikator yang dimaksud adalah Barack Obama. Dilihat dari
segi sistem verbal yang digunakan, kata-kata yang dipilih sangat tepat dan
tegas, lugas, tidak berbelit-belit, dan mudah dimengerti dalam menyampaikan
pesan yang dimaksudkan pada pidatonya.
Pemilihan kata ini mengacu pada prinsip dasar mengenai pesan verbal
(De Vito, 2006), yakni pengertian yang bergantung pada orang bukan kata-
kata, bergantung pada konteks, dan memiliki makna, baik denotatif maupun
konotatif. Sesuai dengan prinsip tersebut, maka pemilihan kata-kata yang
74
tepat, tegas, dan lugas akan lebih mempermudah terjadinya persamaan
pengertian antara komunikator dengan komunikan.
Di samping sistem verbal, keterampilan komunikasi komunikator juga
diukur melalui sistem nonverbal. Sistem nonverbal ini dijabarkan seperti di
bawah ini.
5.2.1 Gerak Tubuh: Postur, Gestur, dan Perpindahan
Postur yang dimaksud di sini adalah postur dasar dalam berbicara di
hadapan publik, yakni berdiri. Postur ini selalu diterapkan Obama dalam
pidato-pidatonya, termasuk pidato yang dijadikan data dalam analisis ini. Hal
itu dilakukan karena dengan berdiri, komunikator dapat lebih mudah
menjangkau khalayak dan memperoleh perhatiannya.
Dalam menyampaikan pidato, komunikator harus mampu menjangkau
khalayak, sedangkan tempat komunikator berdiri terletak di tengah-tengah
khalayak. Obama biasanya tetap melakukan kontak mata dengan seluruh
khalayak dengan sekali-sekali mengubah arah pandangnya. Hal ini dilakukan
untuk mendekatkan diri dengan khalayak di samping agar mereka yang hadir
merasakan perhatian dan kontak personal yang cukup. Dalam hal ini
pergerakan tubuh dan perpindahannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
75
Gambar 1 Obama menempati posisi di tengah-tengah khalayak.
Tidak hanya fokus pada khalayak di satu sisi, tetapi juga di
seluruh sisi, misalnya terlihat Obama menoleh pada gambar ini.
Gambar 2 Obama berpidato di tengah-tengah khalayak
5.2.2 Pergerakan/ Ekspresi Wajah
Berdasarkan hasil observasi pada rekaman pidato pelantikan Obama,
dapat diketahui bahwa beliau memperlihatkan ekspresi wajah yang serius
ketika menyampaikan pidatonya. Sesekali Obama tampak juga memberikan
76
senyuman yang terlihat menyemangati khalayak, yaitu warga negara Amerika.
Dalam hal ini Obama ingin menunjukkan bahwa dengan semangat dan
keseriusan, Amerika dapat pulih kembali seperti dulu. Selanjutnya, ekspresi
Obama dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3 Ekspresi wajah Obama yang terlihat serius
menyampaikan pidatonya
Gambar 4 Ekspresi wajah Obama yang tidak hanya serius, tetapi
juga tersenyum menyemangati khalayak.
77
5.2.3 Pergerakan/ Kontak Mata
Pergerakan mata komunikator atau lazim disebut dengan kontak mata
dapat menyampaikan pesan tertentu pada khalayaknya, bergantung pada
durasi, arah, dan perilaku mata. Pada saat Obama menyampaikan pidato
pelantikannya, kontak mata dilakukan secara merata kepada seluruh khalayak
yang hadir. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar khalayak tidak merasa
diabaikan di samping untuk memberikan penekanan pada poin tertentu.
Dalam hal ini, kontak mata yang dilakukan Obama dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Gambar 5 Terlihat Obama memandang ke arah kanannya
78
Gambar 6 Terlihat Obama memandang ke arah kirinya,
yang memperlihatkan kontak mata selalu dijaga Obama
terhadap seluruh khalayak yang hadir.
5.2.4 Ruang
Secara umum, pidato pelantikan obama dapat dikategorikan sebagai
bagian dari komunikasi publik. Dengan demikian, jarak atau ruang yang
terbentuk antara komunikator dengan komunikan merupakan ruang publik.
Dalam pidato pelantikannya, Obama berpidato di halaman terbuka. Hal ini
bertujuan membuat khalayak merasa menjadi satu bagian dengan dirinya
tanpa ada batasan yang membatasi antara komunikator dengan komunikan.
Selanjutnya, ruang dapat dilihat pada contoh gambar di bawah ini.
79
Gambar 7 Pada gambar ini tampak Obama berpidato di area terbuka yang
dihadiri banyak orang
5.2.5 Paralinguistik
Paralinguistik merupakan dimensi vokal ataupun nonverbal pidato yang
dijadikan data dalam analisis ini. Hal tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Penekanan atau Stressing
Adanya penekanan pada beberapa bagian bertujuan membuat khalayak
mengerti tentang pokok-pokok penting yang disampaikan dalam pidato. Hal
ini dapat dilakukan melalui penekanan terhadap bagian yang penting. Berikut
adalah beberapa kutipan pidato Obama yang mengalami penekanan. Bagian
yang mengalami penekanan ditandai dengan bagian yang digarisbawahi.
“At these moments, America has carried on not simply because of
the skill or vision of those in high office, but because we, the people,
80
have remained faithful to the ideals of our forebears and true to our
founding documents.”
Terjemahan:
„Pada saat-saat demikian, Amerika terus melaksanakan tugasnya
bukan hanya karena keterampilan atau visi mereka yang memegang
jabatan tinggi, tetapi karena kita rakyat Amerika tetap setia pada
cita-cita leluhur kita dan setia pada dokumen-dokumen yang
dirumuskan oleh para pendiri negara kita.‟
“On this day, we gather because we have chosen hope over fear,
unity of purpose over conflict and discord. On this day, we come to
proclaim an end to the petty grievances and false promises, the
recriminations and worn-out dogmas that for far too long have
strangled our politics. We remain a young nation. But in the words
of Scripture, the time has come to set aside childish things. The
time has come to reaffirm our enduring spirit; to choose our better
history; to carry forward that precious gift, that noble idea passed
on from generation to generation: the God-given promise that all
are equal, all are free, and all deserve a chance to pursue their full
measure of happiness.The time has come to reaffirm our enduring
spirit; to choose our better history; to carry forward that precious
gift, that noble idea passed on from generation to generation: the
God-given promise that all are equal, all are free, and all deserve a
chance to pursue their full measure of happiness.”
Terjemahan:
„Pada hari ini, kita berkumpul karena kita lebih memilih harapan
daripada ketakutan, kesatuan tujuan daripada konflik dan
pertentangan. Pada hari ini, kita berkumpul untuk menyatakan
berakhirnya keluhan-keluhan kecil dan janji-janji palsu, saling
tuduh dan berbagai dogma lusuh yang sudah terlalu lama mencekik
politik kita. Negara kita masih muda, dengan meminjam kata-kata
dalam kitab suci, saatnya sudah tiba kita menepiskan sifat kekanak-
kanakan. Saatnya sudah tiba untuk menandaskan lagi semangat kita
yang tegar, memilih jalan sejarah yang lebih baik, melanjutkan
pemberian berharga, gagasan mulia yang diteruskan dari generasi
ke generasi: janji yang diberikan Tuhan bahwa semua kita setara,
kita semua bebas, dan semua layak memperoleh kesempatan untuk
mengejar kebahagiaan sepenuhnya.‟
81
Penekanan pada beberapa bagian teks pidato Obama tersebut dilakukan
untuk mempertegas maksud yang ingin disampaikannya kepada warga
Amerika Serikat. Dapat dilihat pada kutipan di atas, Obama menekankan
bahwa bukan hanya mereka yang ada pada pemerintahan atau memiliki
jabatan penting yang bisa berperan dalam membangun kembali Amerika,
melainkan semua warga Amerika Serikat. Bukan hanya mereka yang memiliki
kekuasaan yang memiliki peran, melainkan semua warga Amerika Serikat
juga memiliki peran untuk kembali membangun Amerika Serikat.
b. Nada atau Pitch (Tone)
Secara umum, frekuensi suara Obama selama menyampaikan pidato
pelantikannya relatif sama. Namun, pada saat menyampaikan suatu pokok
pidato yang penting, Obama sedikit meninggikan nada suaranya. Hal ini
dimaksudkan untuk memperjelas kata yang ditekankan tersebut. Contohnya
dapat dilihat pada kutipan teks berikut ini.
“For us, they packed up their few worldly possessions and traveled
across oceans in search of a new life. For us, they toiled in
sweatshops, and settled the West, endured the lash of the whip, and
plowed the hard earth. For us, they fought and died in places like
Concord and Gettysburg, Normandy and Khe Sahn.”
82
Terjemahan:
„Demi kita, mereka mengemas harta milik mereka yang tak
seberapa dan menyeberangi samudra untuk mencari kehidupan
baru. Demi kita, mereka banting-tulang dengan upah minim dan
menetap di Pantai Barat, menahankan pukulan cambuk dan
mencangkul tanah yang keras. Demi kita, mereka bertempur dan
mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg, Normandy
dan Khe San.‟
Bagian teks yang diucapkan dengan nada yang ditinggikan ditandai
dengan tanda . Bagian teks yang diucapkan dengan nada menurun
ditandai dengan tanda . Selanjutnya, bagian teks yang pengucapannya
datar ditandai dengan tanda . Kalimat yang mengikuti bagian teks yang
ditinggikan memberikan penjelasan lebih lanjut pada bagian yang ditinggikan
tersebut. For us, bagian tersebut diucapkan dengan nada yang lebih
ditinggikan untuk menyatakan bahwa Obama tidak hanya memfokuskan pada
golongan tertentu, tetapi pada semua warga Amerika Serikat yang
mendengarkan pada saat itu.
c. Kecepatan atau Pace
Pengaturan kecepatan berbicara komunikator dalam menyampaikan
pidato akan memengaruhi daya tangkap khalayak terhadap kata-kata yang
diucapkan dalam pidato tersebut. Sebaiknya, penyampaian pidato tidak terlalu
cepat sehingga memberikan waktu bagi khalayak untuk menangkap dan
mencerna isi pidato yang disampaikan. Sebaliknya, jangan terlalu lambat
83
karena dapat membuat khalayak bosan. Obama tidak terlalu cepat dalam
menyampaikan pidato, juga tidak terlalu lambat. Ada kalanya Obama sedikit
mempercepat pidatonya untuk membangkitkan semangat khalayak. Perubahan
kecepatan dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Our capacity remains |>undiminished. But our time of standing
pat, of protecting narrow interests and putting off unpleasant
decisions – |<that time has surely passed. Starting today, |>we
must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the
work of remaking America.”
Terjemahan:
„Kapasitas kita tetap tak berkurang. Akan tetapi, masa kita untuk
berdiam diri, melindungi kepentingan sempit dan menunda
keputusan-keputusan yang tak menyenangkan, sudah harus berlalu.
Mulai hari ini, kita harus bangkit sendiri, membersihkan debu yang
menempel, dan mulai lagi bekerja memperbarui Amerika.‟ .
Kata dan klausa yang ditebalkan menunjukkan adanya penambahan
ataupun pengurangan kecepatan berbicara Obama. Penambahan kecepatan
ditandai dengan tanda |> di awal kata atau klausa. Pengurangan kecepatan
ditandai dengan tanda |< di awal kata atau klausa. Dalam kutipan ini, Obama
mengingatkan bahwa masa lalu yang buruk sudah terlewati, Obama mengajak
dan menyemangati warga Amerika dengan mempercepat pidatonya seperti
terlihat pada akhir kutipan tersebut.
84
d. Jeda atau Pause
Jeda berguna bagi khalayak untuk memahami ucapan komunikator di
samping berguna bagi komunikator untuk melihat reaksi khalayak terhadap
ucapannya. Jeda harus disesuaikan dengan kalimat yang digunakan. Apalagi
pidato Obama dilakukan di luar ruangan sehingga jeda yang tidak benar akan
menyebabkan kesalahan penyampaian maksud pidatonya.
“Nor [..] is the question before us whether the market is a force
for good or ill [...] Its power to generate wealth and expand
freedom is unmatched [..] But this crisis has reminded us that
without a watchful eye [..] the market can spin out of control
[..] The nation cannot prosper long [..] when it favors only the
prosperous [...] The success of our economy has always
depended not just on the size of our gross domestic product [..]
but on the reach [..] of our prosperity [..] on the ability to
extend opportunity to every willing heart [...] not out of charity
[..] but because it is the surest route to our common good [...]”
Terjemahan:
„Kita juga tidak mempertanyakan apakah kekuatan pasar bebas itu
baik atau buruk. Kekuatan pasar bisa membina kekayaan dan
memperluas kebebasan kita. Akan tetapi, krisis ini telah
mengingatkan kita bahwa tanpa pengawasan yang ketat, kekuatan
pasar bebas itu bisa terlepas dari kontrol, dan suatu bangsa tidak
bisa makmur untuk waktu lama apabila hanya mementingkan orang
kaya. Keberhasilan ekonomi kita tidak hanya bergantung pada
besarnya Produk Domestik Bruto, tetapi seberapa jauh meluasnya
kemakmuran itu, pada kemampuan kita memberikan kesempatan
kepada tiap orang yang mau bekerja, dan bukan karena belas
kasihan karena itulah jalan yang paling pasti guna mencapai
kemakmuran bersama.‟
.
Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa ada penjedaan yang berbeda.
Dalam hal ini jeda pendek ditandai dengan [..] dan jeda panjang ditandai
85
dengan [...]. Jeda pendek terlihat saat Obama ingin menegaskan suatu kata
atau suatu klausa dalam kalimat. Jeda panjang digunakan pada saat
mengakhiri kalimat.
5.3 Pengorganisasian Pesan
Persiapan komunikator dalam hal pesan, meliputi perumusan topik dan
tujuan, pengolahan pidato, pengembangan bahasan, mengawali, dan
mengakhiri pidato. Adapun penjelasannya adalah seperti berikut ini.
5.3.1 Perumusan Topik dan Tujuan
Secara umum, pidato pelantikan Obama dapat dikatakan sebagai pidato
yang bersifat persuasif. Topik yang dipakai Obama adalah topik umum yang
menggambarkan keadaan Amerika dulu, sekarang, dan harapan yang ingin
dicapai Obama bersama-sama dengan warga Amerika Serikat.
5.3.2 Pengolahan Pidato
Pengolahan pidato menyangkut prinsip-prinsip dalam menyusun pidato
serta pembuatan garis besar untuk mempermudah pembuatan pidato. Selain
membuat garis besar, isi pidato juga harus disesuaikan dengan kondisi yang
ada. Dalam pidato pelantikannya, Obama sangat jelas menggambarkan
kondisi yang dialami Amerika Serikat di samping mencoba menawarkan
solusi untuk memecahkan masalah yang ada. Selain itu, durasi pidato juga
86
perlu diperhitungkan. Sebuah pidato tidak boleh memiliki durasi yang terlalu
lama sebab khalayak akan semakin sulit untuk berkonsentrasi.
5.3.3 Pengembangan Bahasan
Pengembangan bahasan yang umum dilakukan dalam pidato ialah dengan
memberikan penjelasan terhadap maksud dan tujuan utama pidato tersebut.
Dalam hal ini, inti pidato Obama adalah mengajak warga Amerika Serikat
agar dapat bekerja sama dan berjuang bersama dalam membangun kembali
Amerika Serikat sehingga seperti dulu lagi.
Obama mengungkit kembali bagaimana perjuangan pendahulu mereka
untuk membangun Amerika agar seluruh keturunannya bisa menikmati hidup
yang layak. Selain itu, Obama juga mengingatkan untuk tidak saling
menyalahkan atas apa yang sudah terjadi. Jadikanlah semua itu sebagai
pelajaran agar nantinya semua yang pernah terjadi tidak akan terulang lagi
pada masa yang akan datang. Jadi, pengembangan bahasan yang dibuat
Obama dalam pidatonya menyangkut keseluruhan yang dialami Amerika
Serikat dan apa yang harus dilakukan (bersama) untuk memperbaiki yang
sudah terjadi.
5.3.4 Mengawali dan Mengakhiri Pidato
Dalam mengawali pidatonya, Obama mengingatkan kembali kepada
seluruh warga Amerika Serikat tentang apa yang sedang mereka alami dan
87
benar-benar dihadapkan pada tantangan yang serius. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bagian awal pidato berikut ini.
“That we are in the midst of crisis is now well understood. Our
nation is at war against a far-reaching network of violence and
hatred. Our economy is badly weakened, a consequence of greed
and irresponsibility on the part of some, but also our collective
failure to make hard choices and prepare the nation for a new age.
Homes have been lost, jobs shed, businesses shuttered. Our health
care is too costly, our schools fail too many -- and each day brings
further evidence that the ways we use energy strengthen our
adversaries and threaten our planet.”
Terjemahan:
„Memang sudah dipahami bahwa kita sedang berada di tengah
krisis. Bangsa kita kini sedang terlibat perang, melawan jaringan
kekerasan dan kebencian yang jauh jangkauannya. Ekonomi kita
sangat lemah, akibat ketamakan dan tindakan tidak bertanggung
jawab oleh sebagian pihak, tetapi juga karena kegagalan kita secara
kolektif untuk membuat pilihan-pilihan sulit, dan kegagalan kita
mempersiapkan bangsa bagi abad baru. Banyak rumah yang disita,
lapangan kerja menurun drastis, bisnis gulung tikar. Asuransi
kesehatan kita terlalu mahal, murid-murid sekolah kita banyak yang
gagal, dan setiap hari terlihat bukti bahwa cara-cara kita
menggunakan energi justru memperkuat musuh-musuh kita dan
mengancam planet kita.‟
Obama mengajak warga Amerika untuk bersatu menghadapi tantangan
yang ada di depan mereka dan bersama-sama membangun kembali Amerika
Serikat. Pernyataan tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
“This is the journey we continue today. We remain the most
prosperous, powerful nation on Earth. Our workers are no less
productive than when this crisis began. Our minds are no less
inventive, our goods and services no less needed than they were last
week, or last month, or last year. Our capacity remains
undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow
interests and putting off unpleasant decisions -- that time has surely
88
passed. Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves
off, and begin again the work of remaking America.”
Terjemahan:
„Perjalanan inilah yang kita teruskan hari ini. Kita masih merupakan
negara paling makmur dan paling berpengaruh di bumi. Para
pekerja kita tidak kurang produktifnya dibandingkan dengan waktu
ketika krisis ini dimulai. Otak kita masih seinventif seperti pada
awal krisis ini, barang dan jasa kita masih diperlukan seperti pada
minggu lalu atau bulan lalu, atau tahun lalu. Kapasitas kita tetap tak
berkurang. Akan tetapi, masa kita untuk berdiam diri, melindungi
kepentingan sempit dan menunda keputusan-keputusan yang tak
menyenangkan, sudah harus berlalu. Mulai hari ini, kita harus
bangkit sendiri, membersihkan debu yang menempel, dan mulai
lagi bekerja memperbarui Amerika.‟
Ketika mengakhiri pidatonya, Obama kembali mengingatkan siapa warga
Amerika Serikat, apakah yang sudah dialami bersama, dan kembali mengajak
warga untuk bersatu membangun Amerika Serikat. Selain itu, Obama juga
menegaskan bahwa di atas semuanya, Tuhan selalu ada. Hal ini menunjukkan
bahwa Obama sebagai pribadi yang religius dan percaya bahwa Tuhan akan
selalu memberkati mereka dan membantu seluruh warga negara Amerika
Serikat untuk bangkit kembali dari kelumpuhan dan keterpurukan yang
dialami. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
“America: In the face of our common dangers, in this winter of
our hardship, let us remember these timeless words. With hope and
virtue, let us brave once more the icy currents, and endure what
storms may come. Let it be said by our children's children that
when we were tested we refused to let this journey end, that we did
not turn back nor did we falter; and with eyes fixed on the horizon
and God's grace upon us, we carried forth that great gift of freedom
and delivered it safely to future generations.”
89
Terjemahan:
„Amerika; Dalam menghadapi musuh bersama, dalam masa sulit
kita ini, mari kita ingat kata-kata emas itu. Dengan harapan dan
kebajikan, mari kita hadapi bersama sekali lagi sungai beku ini, dan
bertahan dari badai apa pun yang akan tiba. Biarkan cucu-cucu kita
berkata bahwa kita telah diuji dan kita menolak untuk mengakhiri
perjalanan ini, bahwa kita tidak mundur dan mata kita terpaku ke
ufuk fajar dan dengan berkat Tuhan, kita meneruskan anugerah
kebebasan dan mengantarkannya dengan selamat bagi generasi
masa depan.‟
5.4 Hubungan antara Transitivitas dengan Kekuatan Retorika Pidato
Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama
Berdasarkan analisis di atas, dapat dijabarkan beberapa temuan yang
mengaitkan antara transitivitas dan kekuatan retorika. Temuan yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
a. Pidato yang bagus adalah pidato yang dapat membuat khalayak
memahami dan mengerti apa yang dimaksudkan dalam pidato
tersebut. Dalam pidatonya, Obama banyak menggunakan proses
material, seperti dikatakan dalam sistem transitivitas bahwa proses
material merupakan proses yang menunjukkan aksi atau kegiatan
fisik. Jadi, di sini Obama ingin menyampaikan pada warga Amerika
Serikat bahwa semuanya dapat diperbaiki jika semua warga ikut
membantu dalam bentuk tindakan, tidak hanya menunggu dan
menonton apa yang akan dilakukan pemerintah. Obama ingin
menyampaikan bahwa semuanya akan bisa berhasil jika semua orang
mau bekerja sama dalam wujud tindakan yang nyata, bukan hanya
90
menunggu, berpikir tanpa merealisasikan apa yang dipikirkan, berkata
tanpa merealisasikan apa yang dikatakan. Kombinasi tipe proses
transitivitas yang muncul dalam pidato Obama memberikan kesan
bahwa Obama tidak hanya bertindak, tetapi juga memakai perasaan,
menyampaikan apa yang diinginkannya, dan diharapkannya bisa
dicapai jika dilakukan bersama-sama.
b. Partisipan adalah salah satu unsur penting dalam sistem transitivitas.
Dalam hal ini partisipan memiliki hubungan yang erat dengan proses
transitivitas. Tanpa adanya partisipan, suatu proses transitivitas tidak
akan memiliki makna. Jika dilihat dari sudut pandang retorika,
partisipan juga memiliki peranan yang sangat penting. Tanpa
mengetahui siapa yang menjadi partisipan, sebuah orasi tidak akan
bisa membentuk makna dan tidak akan bisa merumuskan tujuan di
samping tidak bisa memperkirakan apa yang akan ditulis atau
dikatakan. Jadi, kekuatan retorika juga sangat dipengaruhi oleh
partisipan yang terlibat. Partisipan yang digunakan Obama dalam
pidatonya lebih melihat pada kebutuhan dan harapan warga Amerika
Serikat pada saat itu. Tujuan pidato pelantikannya adalah untuk
membuat warga Amerika Serikat percaya dan yakin pada apa yang
akan dilakukannya sebagai presiden nanti. Jika terjadi kesalahan
pemilihan partisipan, maka tujuan yang ingin dicapainya dalam pidato
tidak akan tercapai atau mungkin bisa menimbulkan rasa
91
ketidakpercayaan pada warga Amerika Serikat pada saat itu. Starting
today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again
the work of remaking America. Pada kutipan dapat dilihat Obama
menggunakan partisipan we, ourselves, the work of remaking
America, yang mendapat sambutan tepuk tangan dari seluruh hadirin
pada saat itu. Respons tepuk tangan dapat menjadi indikasi
kepercayaan warga Amerika Serikat terhadap Obama, yang melihat
Obama benar-benar ingin memperbaiki keadaan Amerika bersama-
sama dengan seluruh warga Amerika Serikat. Artinya, tidak hanya
bertindak sendiri tanpa memedulikan pendapat dan keadaan warga
Amerika Serikat. Jadi, terlihat kekuatan retorika di sini juga memiliki
hubungan kuat dengan partisipan yang terlibat di dalamnya.
c. Tanpa adanya sirkumstan yang jelas, maka perwujudan pidato juga
akan mengalami ketimpangan dan ketidakjelasan. Hal ini
mengakibatkan ketidakjelasan isi pidato. Pengulangan bagian seperti
On this day dalam salah satu bagian pidato menegaskan bahwa di
sana Obama ingin menekankan apa yang akan dilakukan disertai
dengan beberapa proses material yang ikut menguatkan keinginan
Obama untuk memperbaiki dan bertindak untuk Amerika Serikat.
Sepanjang pidato pelantikannya tersebut, masyarakat memberikan
respons positif berupa tepukan tangan pada beberapa bagian pidatonya. Hal
ini menunjukkan bahwa pidato yang disampaikan Obama benar-benar
92
mendapat perhatian dan mampu memberikan semangat bagi warga Amerika
Serikat, misalnya kutipan „ But know this America: They will be met.‟,
Pernyataan ini diberikan sambutan tepuk tangan yang meriah oleh hadirin.
Kutipan tersebut merupakan bagian yang menutup pernyataan Obama
mengenai tantangan yang akan dihadapi Amerika Serikat di depan. Tantangan
itu tidaklah mudah dan tentu saja banyak, tetapi Obama yakin karena Amerika
dan seluruh warganya akan mampu menghadapi tantangan yang ada di depan
tersebut. Bagian pidatonya ini menunjukkan kekuatan pidato yang mampu
memberikan semangat bagi warga Amerika Serikat dan menumbuhkan
kepercayaan diri pada kemampuan Amerika Serikat. Selain itu, Obama juga
sangat sering menyebut nama God, yang menunjukkan bahwa Obama adalah
orang yang religius dan percaya bahwa Tuhan akan selalu ada dan
memberikan berkatnya pada semua orang.
93
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan yang ada, dapat
dirumuskan beberapa simpulan seperti berikut ini.
(1) Tipe proses transitivitas yang muncul akan menentukan partisipan
yang terlibat dalam suatu klausa atau kalimat. Dalam data, keenam
tipe proses transitivitas muncul dan memiliki jumlah persentase yang
berbeda. Proses yang paling banyak muncul adalah proses material,
yaitu sebanyak 59.93%, disusul proses relasional sebanyak 16.29%,
posisi berikutnya adalah proses mental sebanyak 15.96%. Proses
behavioral berada pada posisi keempat sebanyak 3.26%, proses verbal
2.93%, dan proses eksistensial 1.63%. Proses yang mendominasi
adalah proses material. Hal ini disebabkan oleh Obama ingin
menunjukkan apa saja yang bisa dilakukan bersama-sama dengan
warga Amerika Serikat dalam memperbaiki perekonomian Amerika
yang sangat terpuruk pada saat itu. Obama tidak menjanjikan sesuatu,
tetapi mengajak warga Amerika Serikat untuk ikut berjuang bersama
dengannya dalam membangun dan merebut kembali apa yang sudah
pernah dimiliki Amerika Serikat sebelumnya.
93
94
(2) Sirkumstan dibagi menjadi tujuh, tetapi penggunaannya tidak selalu
sama pada setiap klausa atau kalimat. Dalam pidato Obama, ada tiga
sirkumstan yang paling sering muncul dilihat dari persentase
kemunculannya, yaitu sirkumstan lokasi sebanyak 48.2%, kemudian
sirkumstan cara sebanyak 23.5%, dan sirkumstan sebab sebanyak
11.8%. Adapun keempat sirkumstan yang lainnya memiliki frekuensi
kemunculan yang lebih sedikit, yaitu sirkumstan penyerta 7.05%,
sirkumstan rentang 3.5%, sirkumstan peran 3.5%, dan sirkumstan
masalah 2.4%. Dilihat dari hasil analisis tersebut, maka dapat
disimpulkan, dalam pidatonya Obama ingin menekankan lokasi
dimana masyarakat Amerika Serikat, dan bagaimana keadaan dari
Amerika Serikat pada saat itu. Selain itu, Obama juga banyak
menyampaikan cara-cara yang mungkin dilakukan bersama-sama
untuk memperbaiki keadaan Amerika Serikat.
(3) Analisis konteks situasi, khususnya field of discourse berhubungan
erat dengan analisis sistem transitivitas karena transitivitas merupakan
representasi field of discourse. Proses, partisipan, dan sirkumstan yang
digunakan Obama secara tegas menggambarkan tujuan pidatonya, juga
apa yang terjadi pada Amerika Serikat, dan apa yang diharapkan
terjadi bagi Amerika Serikat. Jadi, sistem transitivitas dalam pidato
Obama menunjukkan dengan jelas tujuan, baik jangka pendek maupun
95
jangka panjang, pidatonya. Di samping itu, juga aktivitas yang sedang
terjadi di mana pidato tersebut disampaikan.
(4) Sistem transitivitas dalam retorika akan mempermudah seseorang
untuk memahami dan membuat orasi yang sesuai agar dapat
menyampaikan maksud dan tujuannya dengan baik. Partisipan
merupakan salah satu unsur penting dalam sistem transitivitas yang
memiliki hubungan yang erat dengan proses transitivitas. Tanpa
adanya partisipan, suatu proses transitivitas tidak akan memiliki
makna. Jika dilihat dari sudut pandang retorika, partisipan juga
memiliki peranan yang sangat penting. Tanpa mengetahui siapa yang
menjadi partisipan, sebuah orasi tidak akan bisa membentuk makna
dan tidak akan bisa merumuskan tujuan. Jadi, kekuatan retorika juga
sangat dipengaruhi oleh partisipan yang terlibat. Tanpa adanya
sirkumstan yang jelas, perwujudan pidato juga akan mengalami
ketimpangan dan ketidakjelasan. Hal ini mengakibatkan ketidakjelasan
isi pidato. Dalam pidato Obama, ada tujuan dan harapan yang ingin
disampaikan pada hadirin. Kekuatan pidato Obama dapat dilihat dari
respons yang diberikan oleh hadirin, yaitu dengan adanya tepukan
tangan yang meriah pada beberapa bagian yang berarti bahwa bagian
itu mampu menyentuh hadirin dan memberikan semangat pada hadirin
juga menimbulkan kepercayaan.
96
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan di atas, ada beberapa
saran yang dapat diberikan, yakni sebagai berikut.
(1) Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
kekuatan retorika dengan masalah lainnya dalam metafungsi bahasa,
misalnya dihubungkan dengan fungsi interpersonal ataupun fungsi
tekstualnya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih baik dan
bermanfaat untuk memperkaya pembendaharaan pengetahuan terhadap
disiplin ilmu sejenis.
(2) Penelitian mengenai retorika dapat dilakukan dengan observasi
terhadap data yang akan dianalisis. Di samping itu, akan lebih baik
jika dapat dilakukan wawancara terhadap narasumber dan partisipan
yang terlibat dalam data yang dianalisis. Pada penelitian ini tidak
dilakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara karena
beberapa faktor, seperti jarak dan keterbatasan dana untuk bisa
bertemu langsung dengan Obama. Di samping itu, kedudukan Obama
sebagai Presiden Amerika Serikat mempersulit posisi penulis untuk
mengadakan pertemuan langsung.
97
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra. 2008. Linguistik Fungsional Sistemik: Analisis Teks Materi
Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD)”. Medan: Universitas
Sumatera Utara Press.
Anindita. 2008. Analisis Retorika Pemimpin Misa dalam Penyelenggaraan
Misa Bahasa Inggris di Gereja Katolik Redemptor Mundi Surabaya.
Tesis Pascasarjana: Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Bormann, Ernest G. 1986. Retorika (Paulus Sulasdi, Trans.). Jakarta:
Erlangga.
DeVito, Joseph A. 1997. The Element of Public Speaking (6th ed.). USA:
Addison Wesley Longman Inc.
DeVito, Joseph A. 2006. Human Communicatin the Basic Course (10th ed.).
USA: Allyn and Bacon, Pearson International.
Eggins, S. 1994. An Introduction to Systemic Functional Linguistics. London:
Pinter.
Firth, J.R. 1957. Papers in Linguistics 1934-1951. London: Oxford University
Press.
Griffin, Em. 2003. A First Look at Communication Theory (5th ed.). USA:
McGraw-Hill, Inc.
Halliday, M. A. K. 1978. Language as A Social Semiotics. London: Edward
Arnold.
Halliday, M.A.K. 1985. An Introduction to Functional Grammar. London:
Edward Arnold.
Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation
of Language and Meaning. London: Edward Arnold Ltd.
Halliday, M.A.K. 1994. An Introduction to Functional Grammar. 2nd. ed.
London: Edward Arnold.
97
98
Halliday, M.A.K. dan Matthiessen, C.M.I.M. 2004. An Introduction to
Functional Grammar. London: Edward Arnold.
Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks:
Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Penerjemah
Asruddin Barori Tou. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Halliday, M.A.K., and Ruqaiya Hasan. 1985. Language, context, and
text: aspects of language in a social-semiotic perspective. London:
Oxford University Press.
Hasling, John. 2006. The Audience, The Message, and The Speaker (7th ed.).
New York: McGraw-Hill, Inc.
Hendrikus, P. Dori dan SVD Wuwur. 2009. Retorika, Terampil Berpidato,
Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Mardalis. 2009. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
Bumi Aksara.
Martin, J. R. 1992. English Text: System and Structure. Amsterdam: John
Benjamins.
Martin, J. R., C. M. I. M Matthiessen, and C. Painter. 1997. Working with
Functional Grammar. Arnold and Arnold: Oxford University Press.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Obama, Barrack Husein. 2009. Inaugural Address. Diunduh dari
www.whitehouse.gov
Rahkmat, Jalaluddin. 1992. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Rahkmat, Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
99
Saragih, Amrin. 2005. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Suardana. 2008. “The Analysis of Transitivity Shift on Translation Mengapa
Bali Disebut Pulau Seribu Pura”. Tesis Pascasarjana: Universitas
Udayana, Denpasar.
Sudaryanto. 1987. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Masyarakat Linguistik Indonesia Komisariat Universitas Gadjah
Mada.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar: Metode dan
Teknik. Bandung: Tarsito.
Sutama. 2010. Teks Ritual Pawiwahan Masyarakat Adat Bali Analisis
Linguistik Sistemik Fungsional. Disertasi Pascasarjana: Universitas
Udayana, Denpasar.
Sutjaja, I Gusti Made. 2006. Aksara dan Ragam Teks Bahasa Bali. Denpasar:
Lotus Widya Suari.
100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Inaugural Address by President Barack Hussein Obama, 20
January 2009, Washington D.C., United State of America
My fellow citizens: I stand here today humbled by the task before us,
grateful for the trust you've bestowed, mindful of the sacrifices borne by our
ancestors.
I thank President Bush for his service to our nation -- (applause) -- as well
as the generosity and cooperation he has shown throughout this transition.
Forty-four Americans have now taken the presidential oath. The words
have been spoken during rising tides of prosperity and the still waters of
peace. Yet, every so often, the oath is taken amidst gathering clouds and
raging storms. At these moments, America has carried on not simply because
of the skill or vision of those in high office, but because we, the people, have
remained faithful to the ideals of our forebears and true to our founding
documents.
So it has been; so it must be with this generation of Americans.
That we are in the midst of crisis is now well understood. Our nation is at
war against a far-reaching network of violence and hatred. Our economy is
badly weakened, a consequence of greed and irresponsibility on the part of
some, but also our collective failure to make hard choices and prepare the
100
101
nation for a new age. Homes have been lost, jobs shed, businesses shuttered.
Our health care is too costly, our schools fail too many -- and each day brings
further evidence that the ways we use energy strengthen our adversaries and
threaten our planet.
These are the indicators of crisis, subject to data and statistics. Less
measurable, but no less profound, is a sapping of confidence across our land; a
nagging fear that America's decline is inevitable, that the next generation must
lower its sights.
Today I say to you that the challenges we face are real. They are serious
and they are many. They will not be met easily or in a short span of time. But
know this America: They will be met. (Applause.)
On this day, we gather because we have chosen hope over fear, unity of
purpose over conflict and discord. On this day, we come to proclaim an end
to the petty grievances and false promises, the recriminations and worn-out
dogmas that for far too long have strangled our politics. We remain a young
nation. But in the words of Scripture, the time has come to set aside childish
things. The time has come to reaffirm our enduring spirit; to choose our better
history; to carry forward that precious gift, that noble idea passed on from
generation to generation: the God-given promise that all are equal, all are
102
free, and all deserve a chance to pursue their full measure of happiness.
(Applause.)
In reaffirming the greatness of our nation we understand that greatness is
never a given. It must be earned. Our journey has never been one of short-
cuts or settling for less. It has not been the path for the faint-hearted, for those
that prefer leisure over work, or seek only the pleasures of riches and fame.
Rather, it has been the risk-takers, the doers, the makers of things -- some
celebrated, but more often men and women obscure in their labor -- who have
carried us up the long rugged path towards prosperity and freedom.
For us, they packed up their few worldly possessions and traveled across
oceans in search of a new life. For us, they toiled in sweatshops, and settled
the West, endured the lash of the whip, and plowed the hard earth. For us,
they fought and died in places like Concord and Gettysburg, Normandy and
Khe Sahn.
Time and again these men and women struggled and sacrificed and worked
till their hands were raw so that we might live a better life. They saw America
as bigger than the sum of our individual ambitions, greater than all the
differences of birth or wealth or faction.
This is the journey we continue today. We remain the most prosperous,
powerful nation on Earth. Our workers are no less productive than when this
103
crisis began. Our minds are no less inventive, our goods and services no less
needed than they were last week, or last month, or last year. Our capacity
remains undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow
interests and putting off unpleasant decisions -- that time has surely passed.
Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again
the work of remaking America. (Applause.)
For everywhere we look, there is work to be done. The state of our
economy calls for action, bold and swift. And we will act, not only to create
new jobs, but to lay a new foundation for growth. We will build the roads and
bridges, the electric grids and digital lines that feed our commerce and bind us
together. We'll restore science to its rightful place, and wield technology's
wonders to raise health care's quality and lower its cost. We will harness the
sun and the winds and the soil to fuel our cars and run our factories. And we
will transform our schools and colleges and universities to meet the demands
of a new age. All this we can do. All this we will do.
Now, there are some who question the scale of our ambitions, who suggest
that our system cannot tolerate too many big plans. Their memories are short,
for they have forgotten what this country has already done, what free men and
women can achieve when imagination is joined to common purpose, and
necessity to courage. What the cynics fail to understand is that the ground has
104
shifted beneath them, that the stale political arguments that have consumed us
for so long no longer apply.
The question we ask today is not whether our government is too big or too
small, but whether it works -- whether it helps families find jobs at a decent
wage, care they can afford, a retirement that is dignified. Where the answer is
yes, we intend to move forward. Where the answer is no, programs will end.
And those of us who manage the public's dollars will be held to account, to
spend wisely, reform bad habits, and do our business in the light of day,
because only then can we restore the vital trust between a people and their
government.
Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill.
Its power to generate wealth and expand freedom is unmatched. But this
crisis has reminded us that without a watchful eye, the market can spin out of
control. The nation cannot prosper long when it favors only the prosperous.
The success of our economy has always depended not just on the size of our
gross domestic product, but on the reach of our prosperity, on the ability to
extend opportunity to every willing heart -- not out of charity, but because it is
the surest route to our common good. (Applause.)
As for our common defense, we reject as false the choice between our
safety and our ideals. Our Founding Fathers -- (applause) -- our Founding
105
Fathers, faced with perils that we can scarcely imagine, drafted a charter to
assure the rule of law and the rights of man -- a charter expanded by the blood
of generations. Those ideals still light the world, and we will not give them
up for expedience sake. (Applause.)
And so, to all the other peoples and governments who are watching today,
from the grandest capitals to the small village where my father was born,
know that America is a friend of each nation, and every man, woman and
child who seeks a future of peace and dignity. And we are ready to lead once
more. (Applause.)
Recall that earlier generations faced down fascism and communism not
just with missiles and tanks, but with the sturdy alliances and enduring
convictions. They understood that our power alone cannot protect us, nor
does it entitle us to do as we please. Instead they knew that our power grows
through its prudent use; our security emanates from the justness of our cause,
the force of our example, the tempering qualities of humility and restraint.
We are the keepers of this legacy. Guided by these principles once more
we can meet those new threats that demand even greater effort, even greater
cooperation and understanding between nations. We will begin to responsibly
leave Iraq to its people and forge a hard-earned peace in Afghanistan. With
106
old friends and former foes, we'll work tirelessly to lessen the nuclear threat,
and roll back the specter of a warming planet.
We will not apologize for our way of life, nor will we waver in its defense.
And for those who seek to advance their aims by inducing terror and
slaughtering innocents, we say to you now that our spirit is stronger and
cannot be broken -- you cannot outlast us, and we will defeat you.
(Applause.)
For we know that our patchwork heritage is a strength, not a weakness.
We are a nation of Christians and Muslims, Jews and Hindus, and non-
believers. We are shaped by every language and culture, drawn from every
end of this Earth; and because we have tasted the bitter swill of civil war and
segregation, and emerged from that dark chapter stronger and more united, we
cannot help but believe that the old hatreds shall someday pass; that the lines
of tribe shall soon dissolve; that as the world grows smaller, our common
humanity shall reveal itself; and that America must play its role in ushering in
a new era of peace.
To the Muslim world, we seek a new way forward, based on mutual
interest and mutual respect. To those leaders around the globe who seek to
sow conflict, or blame their society's ills on the West, know that your people
will judge you on what you can build, not what you destroy. (Applause.)
107
To those who cling to power through corruption and deceit and the
silencing of dissent, know that you are on the wrong side of history, but that
we will extend a hand if you are willing to unclench your fist. (Applause.)
To the people of poor nations, we pledge to work alongside you to make
your farms flourish and let clean waters flow; to nourish starved bodies and
feed hungry minds. And to those nations like ours that enjoy relative plenty,
we say we can no longer afford indifference to the suffering outside our
borders, nor can we consume the world's resources without regard to effect.
For the world has changed, and we must change with it.
As we consider the role that unfolds before us, we remember with humble
gratitude those brave Americans who at this very hour patrol far-off deserts
and distant mountains. They have something to tell us, just as the fallen
heroes who lie in Arlington whisper through the ages.
We honor them not only because they are the guardians of our liberty, but
because they embody the spirit of service -- a willingness to find meaning in
something greater than themselves.
And yet at this moment, a moment that will define a generation, it is
precisely this spirit that must inhabit us all. For as much as government can
do, and must do, it is ultimately the faith and determination of the American
people upon which this nation relies. It is the kindness to take in a stranger
108
when the levees break, the selflessness of workers who would rather cut their
hours than see a friend lose their job which sees us through our darkest hours.
It is the firefighter's courage to storm a stairway filled with smoke, but also a
parent's willingness to nurture a child that finally decides our fate.
Our challenges may be new. The instruments with which we meet them
may be new. But those values upon which our success depends -- honesty and
hard work, courage and fair play, tolerance and curiosity, loyalty and
patriotism -- these things are old. These things are true. They have been the
quiet force of progress throughout our history.
What is demanded, then, is a return to these truths. What is required of us
now is a new era of responsibility -- a recognition on the part of every
American that we have duties to ourselves, our nation and the world; duties
that we do not grudgingly accept, but rather seize gladly, firm in the
knowledge that there is nothing so satisfying to the spirit, so defining of our
character than giving our all to a difficult task.
This is the price and the promise of citizenship. This is the source of our
confidence -- the knowledge that God calls on us to shape an uncertain
destiny. This is the meaning of our liberty and our creed, why men and
women and children of every race and every faith can join in celebration
across this magnificent mall; and why a man whose father less than 60 years
109
ago might not have been served in a local restaurant can now stand before you
to take a most sacred oath. (Applause.)
So let us mark this day with remembrance of who we are and how far we
have traveled. In the year of America's birth, in the coldest of months, a small
band of patriots huddled by dying campfires on the shores of an icy river. The
capital was abandoned. The enemy was advancing. The snow was stained
with blood. At the moment when the outcome of our revolution was most in
doubt, the father of our nation ordered these words to be read to the people:
"Let it be told to the future world...that in the depth of winter, when
nothing but hope and virtue could survive... that the city and the country,
alarmed at one common danger, came forth to meet [it]."
America: In the face of our common dangers, in this winter of our
hardship, let us remember these timeless words. With hope and virtue, let us
brave once more the icy currents, and endure what storms may come. Let it
be said by our children's children that when we were tested we refused to let
this journey end, that we did not turn back nor did we falter; and with eyes
fixed on the horizon and God's grace upon us, we carried forth that great gift
of freedom and delivered it safely to future generations.
Thank you. God bless you. And God bless the United States of America.
(Applause.)
110
Lampiran 2 Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack
Hussein Obama, 20 Januari 2009, Washington D.C., Amerika Serikat
Rekan-rekan sebangsa dan setanah air: Saya berdiri di sini hari ini terenyak
oleh tugas di depan kita, berterima kasih atas kepercayaan yang Anda berikan,
dan teringat akan pengorbanan oleh leluhur kita. Saya berterima kasih kepada
Presiden Bush atas jasanya pada bangsa kita dan atas kemurahan hati dan
kerja sama yang ditunjukkannya pada masa transisi ini.
Sudah 44 warga Amerika yang diambil sumpahnya sebagai presiden. Kata-
kata dalam sumpah jabatan itu telah diucapkan pada masa kemakmuran dan
pada masa damai. Namun, ada kalanya sumpah jabatan kepresidenan itu
diambil di tengah-tengah situasi gawat dan badai yang berkecamuk. Pada saat-
saat demikian, Amerika terus melaksanakan tugasnya bukan hanya karena
keterampilan atau visi mereka yang memegang jabatan tinggi, melainkan
karena kita rakyat Amerika tetap setia pada cita-cita leluhur kita dan setia
pada dokumen-dokumen yang dirumuskan oleh para pendiri negara kita.
Demikianlah adanya, dan memang selalu demikianlah yang harus
dilakukan oleh generasi orang Amerika yang sekarang ini.
Memang sudah dipahami bahwa kita sedang berada di tengah krisis.
Bangsa kita kini sedang terlibat perang, melawan jaringan kekerasan dan
kebencian yang jauh jangkauannya. Ekonomi kita sangat lemah, akibat
ketamakan dan tindakan tidak bertanggung jawab oleh sebagian pihak, tetapi
110
111
juga karena kegagalan kita secara kolektif untuk membuat pilihan-pilihan
sulit, dan kegagalan kita mempersiapkan bangsa bagi abad baru. Banyak
rumah yang disita, lapangan kerja menurun drastis, bisnis gulung tikar.
Asuransi kesehatan kita terlalu mahal, murid-murid sekolah kita banyak yang
gagal dan setiap hari terlihat bukti bahwa cara-cara kita menggunakan energi
justru memperkuat musuh-musuh kita dan mengancam planet kita.
Semua itu merupakan indikator krisis, yang didasarkan pada data dan
statistik. Yang kurang bisa diukur, tetapi tidak kurang pentingnya adalah
melemahnya keyakinan di seluruh pelosok Amerika - kekhawatiran terus-
menerus bahwa kemerosotan Amerika tak terelakkan lagi, dan bahwa generasi
berikutnya harus mengurangi harapannya.
Hari ini saya katakan kepada kalian bahwa tantangan-tantangan yang kita
hadapi adalah nyata. Tantangan ini serius dan banyak. Tidak akan mudah
diatasi dan tidak bisa diatasi dalam jangka pendek. Akan tetapi, ketahuilah ini,
Amerika, semua tantangan ini akan kita hadapi.
Pada hari ini, kita berkumpul karena kita lebih memilih harapan daripada
ketakutan, kesatuan tujuan daripada konflik dan pertentangan.
Pada hari ini, kita berkumpul untuk menyatakan berakhirnya keluhan-
keluhan kecil dan janji-janji palsu, saling tuduh dan berbagai dogma lusuh
yang sudah terlalu lama mencekik politik kita.
112
Negara kita masih muda, dengan meminjam kata-kata dalam kitab suci,
saatnya sudah tiba kita menepiskan sifat kekanak-kanakan. Saatnya sudah tiba
untuk menandaskan lagi semangat kita yang tegar, memilih jalan sejarah yang
lebih baik, melanjutkan pemberian berharga, gagasan mulia yang diteruskan
dari generasi ke generasi: janji yang diberikan Tuhan bahwa semua kita setara,
kita semua bebas, dan semua layak memperoleh kesempatan untuk mengejar
kebahagiaan sepenuhnya.
Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa
kebesaran tak pernah diberikan begitu saja. Mencapai kebesaran harus dengan
kerja keras. Perjalanan yang kita tempuh tak pernah mengambil jalan pintas.
Perjalanan kita bukan bagi mereka yang tidak-tabah, bukan bagi mereka yang
suka bermalas-malas daripada bekerja, atau bagi yang hanya mengejar
kekayaan dan menjadi terkenal. Perjalanan kita adalah bagi mereka yang
berani mengambil risiko, mereka yang melakukan hal-hal baru dan membuat
barang-barang baru. Sebagian mereka menjadi terkenal, tetapi acap kali laki-
laki dan perempuan tak dikenal dalam pekerjaan mereka, yang telah
mengusung kita di atas jalan berbatu-batu menuju kemakmuran dan
kebebasan.
Demi kita, mereka mengemas harta milik mereka yang tak seberapa dan
menyeberangi samudera untuk mencari kehidupan baru.
Demi kita, mereka banting-tulang dengan upah minim dan menetap di
Pantai Barat, menahankan pukulan cambuk dan mencangkul tanah yang keras.
113
Demi kita, mereka bertempur dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan
Gettysburg, Normandy dan Khe San.
Lelaki dan perempuan ini terus menerus berjuang dan berkorban dan
bekerja hingga kulit tangan mereka mengelupas, agar kita bisa mengecap
kehidupan yang lebih baik. Mereka melihat Amerika lebih besar daripada
jumlah ambisi kita secara perorangan, lebih besar daripada perbedaan status
keluarga, atau kekayaan ataupun partai atau kelompok.
Perjalanan inilah yang kita teruskan hari ini. Kita masih merupakan negara
paling makmur dan paling berpengaruh di Bumi. Para pekerja kita tidak
kurang produktifnya dibandingkan dengan waktu ketika krisis ini dimulai.
Otak kita masih seinventif seperti pada awal krisis ini, barang dan jasa kita
masih diperlukan seperti pada minggu lalu atau bulan lalu atau tahun lalu.
Kapasitas kita tetap tak berkurang. Akan tetapi, masa kita untuk berdiam diri,
melindungi kepentingan sempit, dan menunda keputusan-keputusan yang tak
menyenangkan sudah harus berlalu. Mulai hari ini, kita harus bangkit sendiri,
membersihkan debu yang menempel, dan mulai lagi bekerja memperbarui
Amerika.
Karena ke mana saja kita melihat, ada yang harus kita lakukan. Keadaan
ekonomi mengharuskan tindakan yang berani dan segera, dan kita akan
bertindak tidak hanya untuk menciptakan lapangan kerja baru, tetapi untuk
meletakkan dasar bagi pertumbuhan. Kita akan membangun jalan dan
114
jembatan, jaringan listrik dan jaringan digital yang menyuburkan perdagangan
dan mengikat kita bersama. Kita akan memulihkan sains ke tempat yang
selayaknya dan menggunakan kehebatan teknologi untuk meningkatkan mutu
perawatan kesehatan dan menurunkan biayanya. Kita akan memanfaatkan
tenaga matahari, tenaga angin, dan lainnya untuk menjalankan mobil-mobil
dan pabrik-pabrik kita. Kita akan mengubah sekolah dan perguruan tinggi dan
universitas untuk memenuhi tuntutan era baru. Semua ini bisa kita lakukan.
Semua ini akan kita lakukan.
Tentu, ada orang yang meragukan skala ambisi kita - dengan mengatakan
sistem ekonomi kita tidak bisa mentolerir terlalu banyak rencana besar. Daya
ingat mereka tidak cukup lama. Mereka telah melupakan apa yang dilakukan
negara ini, apa yang bisa dicapai oleh laki-laki dan perempuan yang hidup
bebas, apabila imajinasi digabung demi tujuan bersama, dan kebutuhan
digabung dengan ketabahan.
Yang tidak dipahami oleh mereka yang sinis adalah tanah tempat mereka
berpijak telah bergeser bahwa argumen basi dalam politik yang telah begitu
lama menyita waktu kita - tidak lagi berlaku. Pertanyaan yang kita ajukan
sekarang bukan apakah pemerintah kita terlalu besar atau terlalu kecil,
melainkan apakah pemerintah kita bisa berfungsi, apakah pemerintah bisa
menolong para keluarga mencari pekerjaan dengan upah yang layak, asuransi
kesehatan yang terjangkau, dan pensiun yang berarti. Apabila jawabannya -
ya, kita berniat untuk terus bergerak maju. Apabila jawabannya tidak,
115
programnya akan dihentikan. Mereka yang mengatur uang rakyat akan
dimintai pertanggungjawabannya - supaya mengeluarkan uang secara
bijaksana, mengubah kebiasaan buruk, dan melakukan bisnis kita dengan jujur
- karena hanya dengan demikian kita bisa memulihkan kepercayaan penting
antara rakyat dan pemerintah.
Kita juga tidak mempertanyakan apakah kekuatan pasar bebas itu baik atau
buruk. Kekuatan pasar bisa membina kekayaan dan memperluas kebebasan
kita. Akan tetapi krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa pengawasan
yang ketat, kekuatan pasar bebas itu bisa terlepas dari kontrol dan suatu
bangsa tidak bisa makmur untuk waktu lama apabila hanya mementingkan
orang kaya. Keberhasilan ekonomi kita tidak hanya bergantung pada besarnya
Produk Domestik Bruto, tetapi seberapa jauh meluasnya kemakmuran itu,
pada kemampuan kita memberikan kesempatan kepada tiap orang yang mau
bekerja, dan bukan karena belas kasihan karena itulah jalan yang paling pasti
guna mencapai kemakmuran bersama.
Mengenai pertahanan kita bersama, kita menolak dan menganggap palsu
pilihan antara keselamatan dan idaman atau cita-cita kita. Para pendiri negara
ini dihadapkan pada bahaya yang tak terbayangkan, menyusun sebuah piagam
untuk menjamin supremasi hukum dan hak setiap orang, sebuah piagam yang
diperkuat oleh perjuangan generasi demi generasi. Semua cita-cita ini masih
menerangi dunia dan kita tidak akan meninggalkannya demi mencapai
penyelesaian yang cepat. Oleh karena itu, bagi semua orang dan pemerintahan
116
yang menyaksikan pelantikan hari ini, mulai dari kota-kota yang termegah
sampai ke desa kecil di mana ayah saya dilahirkan, ketahuilah bahwa Amerika
adalah sahabat setia negara dan sahabat setiap lelaki, setiap perempuan, dan
setiap anak yang menghendaki masa depan yang damai dan bermartabat, dan
bahwa kita siap untuk memimpin lagi.
Ingatlah bahwa generasi-generasi sebelumnya menundukkan fasisme dan
komunisme bukan hanya dengan misil dan tank, melainkan dengan aliansi
yang kokoh dan keyakinan besar. Mereka memahami bahwa kekuatan saja
tidak bisa melindungi kita dan bahwa kekuatan itu tidak memberi kita hak
berbuat sekehendak hati kita. Sebaliknya, mereka tahu bahwa kekuatan kita
tumbuh melalui penggunaan yang bijaksana, keamanan kita berasal dari
adilnya tujuan kita, kekuatan contoh yang kita berikan, dan kerendahan hati
serta kesanggupan menahan diri.
Kita adalah penjaga warisan ini. Dibimbing oleh prinsip-prinsip ini, sekali
lagi kita bisa menghadapi ancaman-ancaman baru itu yang menuntut upaya
lebih besar, bahkan kerja sama dan pemahaman lebih besar antarnegara. Kita
akan mulai secara bertanggung jawab meninggalkan Irak kepada bangsa Irak
dan menempa perdamaian di Afghanistan. Bersama teman-teman lama dan
bekas saingan kita, Amerika akan bekerja tanpa lelah untuk mengurangi
ancaman nuklir dan mengurangi bahaya pemanasan bumi. Kita tidak akan
minta maaf atas cara kehidupan Amerika, tidak akan goyah dalam
mempertahankannya, dan bagi mereka yang hendak mendorong tujuan
117
mereka dengan teror dan membantai orang-orang tak bersalah, kami katakan
kepada mereka, semangat kita lebih kuat dan tidak terpatahkan, kalian tidak
akan unggul dari kami, dan kalian akan kami kalahkan.
Kami sadar bahwa warisan bangsa yang beraneka warna adalah suatu
kekuatan dan bukannya sebuah kelemahan. Bangsa kita terdiri atas orang
Kristen dan Islam, Yahudi dan Hindu, dan bahkan orang-orang yang tidak
percaya pada Tuhan. Kita telah dibentuk oleh campuran berbagai bahasa dan
kebudayaan, yang berasal dari segala pelosok dunia. Kita telah merasakan
pahitnya perang saudara dan segregasi rasial, dan keluar dari masa kegelapan
menjadi sebuah bangsa yang lebih kuat dan lebih bersatu, kita yakin bahwa
pada suatu hari nanti semua rasa kebencian akan hilang, bahwa semua garis
pembatas antarsuku bangsa akan luluh, dan bahwa dunia ini akan menjadi
semakin kecil. Kerendahan hati kita akan tampak dengan sendirinya, dan
Amerika harus memainkan perannya dalam menyongsong era perdamaian
yang baru.
Bagi dunia Muslim, kami akan mencari cara baru ke depan berdasarkan
kepentingan bersama dan saling menghormati. Bagi para pemimpin dunia
yang berusaha menanam bibit konflik atau menyalahkan dunia Barat atas
kesulitan-kesulitan yang dialami masyarakatnya, ketahuilah bahwa rakyat
Anda akan menilai Anda pada apa yang Anda bangun, bukan pada apa yang
Anda musnahkan. Bagi mereka yang hendak menggenggam kekuasaan
melalui korupsi dan kekejian dan membungkam orang yang tidak setuju pada
118
kebijakan mereka, yakinlah bahwa kalian berada pada sisi yang keliru, tetapi
kami akan mengulurkan tangan jika kalian tidak lagi mengepalkan tinju.
Bagi rakyat negara-negara miskin, kami berjanji akan bekerja bersama
kalian untuk membuat ladang kalian subur dan membuat air bersih mengalir,
untuk memberi makan tubuh yang kelaparan, dan memenuhi kebutuhan
mental. Kepada negara-negara seperti negara kita yang relatif menikmati
kemakmuran, kita tidak bisa lagi bersikap tidak peduli pada kesengsaraan di
luar perbatasan kita, dan kita tidak bisa menghabiskan sumber-sumber dunia
tanpa memedulikan dampaknya karena dunia sudah berubah dan kita harus
berubah dengannya.
Sambil kita mempertimbangkan jalan yang terbentang di depan kita, kita
mengingat dengan rasa terima kasih orang-orang Amerika yang gagah berani,
yang pada saat ini, berpatroli di gurun dan gunung yang sangat jauh. Ada
sesuatu yang hendak mereka katakan pada kita hari ini, seperti yang
dibisikkan sepanjang masa oleh para pahlawan kita yang kini dimakamkan di
Arlington. Kita menghormati mereka bukan hanya karena mereka menjaga
kebebasan kita, melainkan karena mereka menunjukkan arti pengorbanan,
kesediaan untuk mencari arti yang lebih besar daripada diri mereka sendiri.
Pada saat ini, saat yang akan tercatat dalam sejarah generasi - semangat inilah
yang harus ada pada kita semua.
119
Sebanyak apa pun yang bisa dan harus dilakukan pemerintah, pada akhirnya
kepercayaan dan tekad rakyat Amerikalah yang diandalkan negara ini.
Misalnya kebaikan hati untuk menampung orang yang kena musibah
walaupun tidak kita kenal atau pekerja yang tanpa pamrih rela mengurangi
jam kerja mereka daripada melihat seorang teman di-PHK, yang membuat kita
keluar dari kegelapan. Adalah keberanian para pemadam kebakaran untuk
menerobos masuk ke rumah yang penuh asap dan kesediaan orang tua untuk
membesarkan anak, yang kelak akan menentukan nasib kita.
Tantangan kita mungkin baru. Alat-alat yang kita gunakan untuk
mengatasinya mungkin baru. Akan tetapi pada nilai-nilai itulah keberhasilan
kita bergantung - yaitu kerja keras dan kejujuran, ketabahan dan berlaku
secara adil, toleransi dan rasa ingin tahu, kesetiaan dan patriotisme - semua itu
sudah lama ada. Semua itu memang benar. Semua itu telah menjadi kekuatan
kemajuan sepanjang sejarah. Jadi, yang dituntut sekarang adalah kembalinya
kepada nilai-nilai ini. Apa yang diperlukan dari kita sekarang ini adalah era
pertanggungjawaban yang baru - suatu pengakuan, dari tiap orang Amerika,
bahwa kita mempunyai kewajiban bagi diri kita sendiri, bagi negara kita, dan
bagi dunia, kewajiban yang kita lakukan dengan senang hati, bukan dengan
bersungut-sungut karena kita tahu tidak ada yang lebih memuaskan bagi jiwa
kita, yang merupakan definisi karakter kita, daripada memberikan segalanya
untuk menyelesaikan tugas yang sulit.
Inilah pengorbanan dan janji kewarganegaraan.
120
Inilah yang menjadi sumber keyakinan kita - pengetahuan bahwa Tuhan
meminta kita untuk memperbaiki keadaan yang tidak pasti.
Inilah arti kebebasan dan kepercayaan kita- mengapa laki-laki dan
perempuan dan anak-anak dari tiap ras dan tiap keyakinan bisa ikut dalam
perayaan di lapangan yang indah ini, dan mengapa seorang lelaki yang
ayahnya lebih 60 tahun lalu mungkin tidak dilayani di restoran, sekarang bisa
berdiri di depan Anda untuk diambil sumpahnya sebagai presiden.
Jadi marilah kita hari ini mengenang siapa kita dan sejauh mana jalan yang
kita tempuh. Pada tahun kelahiran Amerika, pada bulan yang terdingin,
sekelompok patriot berkumpul di depan api unggun yang mulai padam di
bantaran sungai yang beku. Ibu kota telah ditinggalkan, musuh terus maju,
salju tampak berlumuran darah. Pada saat itu, ketika nasib revolusi kita sangat
diragukan, bapak bangsa kita memerintahkan supaya kalimat berikut
dibacakan kepada semua rakyat Amerika:
"Beri tahukanlah pada dunia masa depan bahwa di tengah musim dingin,
saat apa pun tiada kecuali harapan dan kebajikan - bahwa kota dan negara,
waspada akan bahaya bersama, akhirnya bersatu untuk menghadapinya."
Amerika; Dalam menghadapi musuh bersama, dalam masa sulit kita ini,
mari kita ingat kata-kata emas itu. Dengan harapan dan kebajikan, mari kita
hadapi bersama sekali lagi sungai beku ini, dan bertahan dari badai apa pun
yang akan tiba. Biarkan cucu-cucu kita berkata bahwa kita telah diuji dan kita
menolak untuk mengakhiri perjalanan ini, bahwa kita tidak mundur dan mata
121
kita terpaku ke ufuk fajar dan dengan berkat Tuhan, kita meneruskan anugerah
kebebasan dan mengantarkannya dengan selamat bagi generasi masa depan.