Resume Proses Audit
-
Upload
agung-budiartono -
Category
Documents
-
view
49 -
download
4
description
Transcript of Resume Proses Audit
PROSES AUDIT
I. PERENCANAAN
I.1. Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Awal Audit
Standar audit yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama
mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Terdapat tiga alasan utama
mengapa auditor harus melakukan perencanaan penugasan dengan tepat. Ketiga alasan itu
adalah agar auditor mampu mendapatkan cukup bukti yang memdai sesuai dengan
kondisinya, untuk menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau dan menjaga
kesalahpahaman dengan klien.
Mendapatkan cukup bahan bukti yang memadai penting jika KAP ingin
meminimalkan kewajiban hukum dan menjaga reputasi dalam komunitas bisnisnya.
Menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau membantu KAP agar tetap kompetitif.
Mencegah munculnya kesalahpahaman dengan klien adalah penting untuk menjaga
hubungan yang baik dengan klien dan untuk memberikan pekerjaan yang berkualitas tinggi
dengan harga yang terjangkau.
Perencanaan awal audit melibatkan empat hal, yang seluruhnya harus dilakukan
segera dalam pengauditan, keempat hal tersebut adalah :
1. Auditor menentukan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan memberikan
jasa pada klien lama. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang
berpengalaman yang berada dalam posisi untuk mengambil keputusan. Auditor
diharapakan membuat keputusan ini segera, sebelum terjadi biaya-biaya yang
signifikan yang tidak dapat kembali lagi.
2. Auditor mengidentifikasikan mengapa klien memerlukan atau menginginkan
pengauditan. Informasi ini akan memengaruhi keseluruhan bagian dari proses
perencanaan.
3. Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, auditor harus mendapatkan
kesepemahaman dengan klien mengenai kondisi kontrak kerja.
4. Auditor mengembangkan keseluruhan strategi pengauditan, termasuk penugasan audit
dan spesialis-spesialis audit yang diperlukan.
1
Meskipun mendapatkan klien tidak mudah dalam profesi yang sangat kompetitif seperti
akuntan Publik, KAP harus berhati-hati dalam menentukan klien mana yang dapat diterima.
Tanggung jawab hukum dan profesional mengharukan KAP selektif dalam memilih klien.
Merencanakan Audit dan Merancang Pendekatan Audit
Investigasi klien baru Sebelum menerima klien baru, umumnya KAP akan melakukan
penyelidikan terhadapa calon kliennya untuk menentukan apakah akan menerima atau tidak.
Mereka melakukan hal ini dengan menguji, sepanjang memungkinkan posisi calon kliennya
dalam komunitas bisnis, stabilitas keuangan dan hubungan dengan KAP sebelumnya.
Sebagai contoh, banyak KAP yang sangat berhati-hati dalam menerima klien baru yang
usahanya baru saja didirikan namun pertumbuhan bisnisnya sangat cepat.
Klien lama Banyak KAP yang menegeavaluasi klien-klien yang sudah ada setiap tahunnya
untuk menentukan apakah terdapat alasan untuk tidak melanjutkan melakukan pengauditan.
Konflik-konflik sebelumnya mengenai lingkup audit yang tepat, jenis opini yang
dikeluarkan, imbal jasa, atau hal-hal lain dapat menyebabkan auditor menghentikan
hubungan dengan kliennya. Auditor dapat pula menghentikan kontrak kerja dengan klien
setelah mengetahui bahwa kliennya tidak memiliki integritas.
Mengidentifikasi alasan klien untuk melakukan audit
Dua alasan utama yang memengaruhi resiko audit yang dapat diterima adalah siapa para
pengguna laporan tersebut dan untuk tujuan apa mereka menggunakan laporan tersebut.
Auditor kemungkinan akan mengumpulkan banyak bukti ketika laporan akan digunakan
secara meluas, sebagaimana kasus yanga terjadi pada perusahaan-perusahaan publik,
2
Menerima klien dan melakukan perencanaan awal audit
Memahami bisnis dan industri klien
Menilai resiko bisnis klien
Melakukan Prosedur Analitis Awal
Menentukan tingkat materialitas dan menilai resiko audit yg dpt diterima
serta resiko bawaan
Memahami pengendalian internal dan menilai resiko penngendalian
Mendapatkan informasi untuk menilai resiko kecurangan
Mengembangkan keseluruhan perencanaan audit dan program audit
perusahaan-perusahaan yang memiliki utang yang banyak dan perusahaan yang akan segera
dijual. Sepanjang kontrak kerja auditor dapat memperoleh informasi tambahan mengenai
klien yang sedang diaudit dan kemungkinan penggunaan laporan keuangan tersebut.
Informasi ini dapat memengaruhi resiko audit yang dapat diterima oleh auditor tersebut.
Mendapatkan kesepahaman dengan klien
Pemahaman yang jelas atas kondisi kontrak kerja yang akan dijalankan harus dimiliki
klien dan KAP.PSA 05 (SA 310) mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan
kesepahaman mereka dengan klien dalam perjanjian kontrak kerja, termasuk tujuan-tujuan
kontrak kerja, tanggung jawab auditor dan manajemen dan keterbatasan-keterbatasan dalam
kontrak kerja tersebut. Perjanjian kontrak kerja dapat juga memasukkan persetujuan untuk
memberikan jasa lainnya seperti jasa perpajakan atau konsultasi manajemen. Perjanjian
kontrak kerja tersebut juga harus menyatakan hambatan-hamabatan yang mungkin
ditemukan dalam pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian audit, bantuan yang diberikan
oleh pegawai klien dalam mendapatkan catatan-catatan dan dokumen, dan jadwal yang
disiapkan bagi auditor.
Informasi dalam perjanjian kontrak kerja sangat penting dalam melakukan
perencanaan audit karena akan memengaruhi penentuan waktu untuk melakukan pengujian-
pengujian dan total jumlah waktu pengauditan dan jasa lainnya yang akan dilakukan. Jika
terjadi kondisi yang tidak terduga atau jika bantuan dari klien tidak tersedia, persetujuan
harus dibuat untuk perpanjangan waktu dalam kontrak kerja tersebut. Batasan-batasan yang
diberikan oleh klien dalam pengauditan akan memengaruhi prosedur yang dijalankan dan
bahkan mungkin akan memengaruhi opini yang diberikan.
Menyusun Strategi Audit Secara Keseluruhan.
Setelah memahami alasan klien untuk melakukan audit, auditor harus menyusun
strategi pengauditan awal. Strategi ini harus mempertimbangkan keberadaan klien, termasuk
bagian-bagian yang memiliki resiko salah saji signifikan yang lebih besar. Auditor juga
harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti jumlah lokasi-lokasi klien dan pengendalian
internal klien yang sebelumnya dalam menyusun pendekatan awal pengauditan. Strategi
yang direncanakan membantu auditor dalam menentukan sumber-sumber yang diperlukan
dalam kontrak kerja, termasuk penugasan dalam kontrak kerja tersebut, bagian dari strategi
tersebut adalah sebagai berikut :
3
a. Memilih Staf untuk Kontrak Kerja
Auditor harus menugaskan staf yang tepat untuk kontrak kerja agar memenuhi standar
audit yang berlaku umum dan untuk melakukan pengauditan secara efisien. Standar
umum pertama menyatakan :
Audit harus dilakukan oleh orang atau orang-orang yang memiliki pelatihan teknis
yang memadai dan keahlian sebagai seorang auditor.
b.Mengevaluasi kebutuhan akan para ahli dari pihak luar.
Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai atas bisnis klien untuk mengenali
apakah dibutuhkan seorang ahli. Auditor harus mengevaluasi kualifikasi profesional
seorang ahli tersebut dan memahami tujuan dan lingkup pekerjaan sang ahli tersebut.
Auditor juga harus mempertimbangkan hubungan antara sang ahli tersebut dengan
klien, termasuk kondisi-kondisi yang mungkin dapat menurunkan objektivitas ahli
tersebut. Penggunaan jasa ahli tidak memengaruhi tanggung jawab auditor atas
pengauditan dan laporan audit tidak harus mengacu pada pendapat ahli tersebut,
kecuali laporan ahli tersebut mengakibatkan diperlukannya modifikasi dalam opini
audit.
I.2. Memahami Bisnis dan Industri Klien
Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien dan pengetahuan atas
operasional perusahaan merupakan hal yang penting untuk melakukan audit dengan
memadai. Standar kedua pekerjaan lapangan menyatakan sebagai berikut.
“Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji
material dalam laporan keuangan, baik disebabkan karena kesalahan atau
kecurangan, dan untuk merancang sifat, waktu dan keluasan prosedur audit yang
lebih lanjut.”
Sifat bisnis dan industri klien memengaruhi resiko bisnis klien dan resiko salah saji material
dalam laporan keuangan. Beberapa faktor berikut telah meningkatkan pentingnya
pemahaman atas bisnis dan industri klien.
Teknologi Informasi menghubungkan klien perusahaan dengan pelanggan dan
pemasok utamanya. Akibatnya Auditor harus memiliki pengetahuan yang luas
mengenai pelanggan dan pemasok utama dan resiko-resiko yang terkait.
Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui modal
ventura dan aliansi strategis.
4
Teknologi Informasi memengaruhi proses pengendalian internal klien,
meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu informasi keuangan.
Makin pentingnya sumber daya manusia dan aset tak berwujud lainnya telah
meningkatkan kompleksitas akuntansi dan pentingnya penilaian dan estimasi
manajemen.
Auditor perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis dan industri
klien untuk memberikan jasa yang memiliki nilai tambah pada kliennya.
Aspek-aspek dalam memahami bisnis dan industri klien adalah :
A. Industri dan Lingkungan Eksternal
Terdapat tiga alasan utama berikut untuk mendapatkan pemahaman yang baik atas
industri klien dan lingkungan eksternal.
1. Resiko terkait dengan industri tertentu dapat memengaruhi penilaian auditor atas
resiko bisnis klien dan resiko audit yang dapat diterima dan bahkan dapat
memengaruhi auditor untuk menolak kontrak kerja dalam industri-industri yang
lebih beresiko.
2. Beberapa resiko bawaan biasanya umum untuk semua klien di beberapa industri
tertentu. Kepahaman atas resiko-resiko tersebut dapat membantu auditor dalam
menilai relevansinya dengan klien.
3. Banyak industri yang memiliki ketentuan akuntansi yang khusus dimana auditor
harus memiliki pemahaman dalam hal tersebut untuk mengevaluasi apakah laporan
keuangan klien sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Auditor juga harus memahami lingkungan eksternal klien, termasuk kondisi
perekonomian, tingkat kompetisi dan ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah.
B. Operasi dan Proses Bisnis
Auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama pendapatan, pelanggan
dan pemasok utama, sumber pendanaan, dan informasi mengenai pihak yang memiliki
hubungan istimewa yang dapat mengindikasikan bagian-bagian yang dapat
meningkatkan resiko bisnis klien.
Mengunjungi Pabrik dan Kantor Sebuah kunjungan ke fasilitas yng dimiliki klien
sangat berguna dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas operasi bisnis
klien karena hal ini memberikan kesempatan untuk mengamati kegiatan operasi secara
langsung dan untuk menemui pegawai-pegawai kunci. Dengan melihat fasilitas fisik
auditor dapat menilai keamanan fisik terhadap aset-aset klien dan menginterpretasikan
5
data akuntansi yang terkait dengan aset tersebut seperti misalnya persediaan dalam
proses dan peralatan pabrik.
Identifikasi Pihak-pihak yang memiliki hubungan Istimewa Transaksi dengan
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa sangat penting bagi auditor karena
prinsip akuntansi berlaku umum mengharuskan transaksi semacam itu untuk
diungkapkan dalam laporan keuangan jika nlainya signifikan. Transaksi dengan pihak
yang memiliki hubungan istimewa bukan merupakan transaksi wajar. Sehingga,
terdapat resiko bahwa transaksi tersebut tidak dinilai dengan jumlah yang sama dengan
transaksi yang dilakukan terhadap pihak ketiga yang independen.
C. Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan
Karena Manajemen yang menciptakan strategi perusahaan dan proses bisnisnya, auditor
harus menilai filosofis manajemen dan gaya kepemimpinannya serta kemampuannya
untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko, karena hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap resiko salah saji material dalam laporan keuangan. Tata kelola perusahaan
termasuk struktur organisasi dan juga aktivitas dewan direksi dan komite auditnya.
Sebuah dewan direksi yang efektif akan membantu meyakinkan bahwa perusahaan
hanya akan mengambil resiko-resiko yang tepat, sedangkan komite audit melalui
pengawasan terhadap pelaporan keuangan, dapat mengurangi kemungkinan
penggunaan teknik akuntansi yang terlalu agresif .
Akta Pendirian Perusahaan dan Peraturan-peraturan Akta pendirian perusahaan
diberikan oleh pemerintah di daerah dimana perusahaan tersebut didirikan dan
merupakan dokumen legal yang penting untuk mengakui suatu perusahaan sebagai
suatu entitas yang terpisah.
Kode Etik Perusahaan sering kali mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianut serta
standar etikanya melalui pernyataan kebijakan dan kode etik. Auditor harus
mendapatkan pengetahuan atas kode etik perusahaan dan memeriksa setiap perubahan
dan pengabaian atas kode etik perusahaan dan memeriksa setiap perubahan dan
pengabaian atas kode etik yang akan berdampak pada sistem tata kelola dan integritas
terkait serta nilai-nilai etika para manajemen seniornya.
Notulensi Rapat Notulensi rapat perusahaan merupakan catatan resmi atas rapat yang
dilakukan oleh dewan direksi dan pemegang saham. Notulensi rapat tersebut termasuk
pengesahan-pengesahan penting dan ikhtisar topik-topik penting pada rapat-rapat
tersebut dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham.
6
Auditor harus membaca notulensi rapat untuk mendapatkan otoritas dan informasi
lainnya yang relevan dengan pelaksanaan audit.
D. Tujuan dan Strategi Klien
Strategi merupakan pendekatan yang dilakukan oleh suatu entitas untuk mencapai
tujuan organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien terkait dengan hal-hal berikut.
1. Keandalan Laporan Keuangan
2. Efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan
3. Kepatuhan dengan hukum dan peraturan
Auditor perlu memiliki pengetahuan mengenai operasional klien untuk menilai resiko
bisnis klien dan resiko bawaan dalam laporan keuangan. Sebagai bagian dari
pemahaman atas tujuan klien terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan,
auditor harus mengenali istilah-istilah dalam kontrak dan kewajiban hukum lainnya.
E. Pengukuran dan Kinerja
Sistem pengukuran kinerja klien termasuk indikator-indikator kinerja penting
yang digunakan oleh manajemen dalam mnegukur setiap kemampuan dalam mencapai
tujuan perusahaan. Indikator-indikator tersebut lebih dari sekedar angka-angka dalam
laporan keuangan, seperti penjualan dan laba bersih, yang dimasukkan dalam
pengukuran-pengukuran yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Indikator-indikator
kinerja penting misalnya adalah pangsa pasar, penjualan per pegawai, pertumbuhan unit
penjualan, pengunjung unik dalam sebuah situs web, penjualan di toko yang sama, dan
penjualan per meter persegi peritel.
I. 3. Menilai Resiko Bisnis Klien
Auditor menggunakan pengetahuan yang didapatnya dari pemahaman strategis
atas bisnis dan industri klien untuk menilai resiko bisnis klien, yaitu resiko bahwa klien
akan gagal mencapai tujuannya. Resiko bisnis klien dapat muncul dari setiap faktor yang
memengaruhi klien dan lingkungannya, seperti kemajuan teknologi baru merusak
keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal dalam menerapkan strateginya demikian juga
para kompetitornya.
Perhatian utama auditor adalah resiko salah saji material dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh resiko bisnis klien. Penilaian auditor atas resiko bisnis klien
mempertimbangkan industri klien dan faktor-faktor eksternal lainnya, serta strategi bisnis
klien, proses dan faktor-faktor internal lainnya. Auditor juga harus mempertimbangkan
7
pengendalian manajemen yang dapat mengurangi resiko, seperti praktik-praktik penilaian
resiko yang efektif dan tata kelola perusahaan.
Manajemen merupakan sumber utama untuk melakukan identifikasi bisnis klien.
Manajemen harus melakukan evaluasi menyeluruh atas resiko bisnis yang relevan yang
dapat memengaruhi laporan keuangan agar mampu menjamin laporan keuangan per kuartal
dan pertahun, serta untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian pengungkapan dan
prosedur yang sekarang.
I. 4. Melakukan Prosedur Analitis Awal
Auditor melakukan prosedur analitis awal agar dapat memahami dengan lebih
baik bisnis klien dan untuk menilai resiko bisnis klien. Salah satu prosedur yang digunakan
adalah membandingkan rasio-rasio klien dengan industri atau kompetitor yang dijadikan
acuan untuk memberikan indikasi kinerja perusahaan. Pengujian awal tersebut dapat
mengungkapkan perubahan-perubahan yang tidak biasa dalam rasio-rasio dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, atau dengan rata-rata industri, dan membantu auditor dalam
mengidentifikasi bagian-bagian yang mengalami peningkatan resiko salah saji yang
membutuhkan perhatian lebih lanjut selama menjalankan pengauditan.
Dalam mengidentifikasi bagian-bagian resiko spesifik, auditor kemungkinan akan
mengutamakan rasio aktivitas likuiditas. Perputaran persediaan meningkat namun masih
lebih rendah daripada rata-rata industri. Perputaran piutang dagang telah sedikit menurun
dan lebih rendah dari rata-rata industri. Kolektibilitas piutang dagang dan keusangan
persediaan kemungkinan akan dinilai memiliki resiko bawaan yang tinggi sehingga
membutuhkan perhatian tambahan dalam pengauditan periode berjalan. Bagian-bagian
tersebut kemungkinan juga menerima perhatian tambahan selama pengauditan tahun
sebelumnya.
II. PELAKSANAAN AUDIT
II.1. Prosedur Pengukuran Resiko
Standar pekerjaan lapangan mengharuskan auditor untuk mendapatkan pemahaman atas
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk mengukur resiko salah
saji material dalam laporan keuangan klien. Secara bersamaan, prosedur yang dilakukan
untuk mendapatkan pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internal, merupakan prosedur penilaian resiko yang dilakukan auditor.
Prosedur pengukuran resiko dilakukan untuk menilai resiko salah saji material dalam
laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif
8
transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan penilaian
terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350).
Bagian terbesar dari prosedur pengukuran resiko dilakukan untuk mendapatkan suatu
pemahaman atas pengendalian internal. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal memfokuskan pada rancangan maupun implementasi pengendalian
internal, serta digunakan untuk mengukur resiko pengendalian untuk setiap tujuan audit
terkait transaki.
II.2. Pengujian Pengendalian
Tujuan Pengujian pengendalian
Pemahaman auditor tehadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur resiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi. Contohnya adalah hasil pengukuran
atas tujuan akurasi untuk transaksi penjualan adalah rendah sedangkan untuk tujuan
keterjadian adalah sedang. Ketika kebijakan-kebijakan pengendalian dan prosedur diyakini
telah dirancang dengan efektif, auditor mengukur resiko pengendalian pada suatu tingkat
yang menggambarkan efektivitas relatif terhadap pengendalian-pengendalian tersebut.
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran
tersebut, auditor melakukan pengujian pegendalian
Auditor kemungkinan akan menggunakan empat jenis prosedur berikut untuk
mendukung efektivitas pelaksanaan pengendalian intenal. Pengujian manajemen terhadap
pengendalian internal kemungkinan akan memasukkan empat jenis prosedur yang sama,
keempat jenis prosedur tersebut adalah :
1. Melakukan tanya jawab dengan personel klien yang tepat. Meskipun tanya jawab tidak
memiliki keandalan yang tinggi sebagai sumber bukti audit efektivitas pelaksanaan
pengendalian, namun tetap dianggap tepat. Sebagai contoh, untuk menentukan apakah
personel yang tidak mendapatkan otorisasi ditolak aksesnya untuk membuka arsip-arsip
komputer, maka auditor dapat melakukan tanya jawab dengan orang yang
mengendalikan data komputer dan dengan orang yang mengendalikan pemberian akses
pengaman kunci secara online.
2. Menguji dokumen, catatan dan laporan. Banyak pengendalian yang meninggalkan jejak
bukti catatan yang jelas yang dapat digunakan dalam menguji pengendalian. Auditor
dapat menguji pengendalian dengan memeriksa dokumen-dokumen untuk memastikan
9
bahwa dokumen tersebut telah lengkap dan telah sesuai dan bahwa tanda tangan atau
inisial ynag diperlukan sudah ada.
3. Mengamati aktivitas terkait pengendalian
4. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Menentukan Resiko Deteksi yang Direncanakan dan Merancang Pengujian Substantif
Penyelesaian aktivitas penilaian resiko pengendalian sangat memadai bagi
pengauditan terhadap pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan, meskipun laporan
tersbut tidak dapat diselesaikan hingga auditor telah selesai mengaudit laporan keuangan.
Auditor menggunakan penilaian resiko pengendalian dan hasil pengujian
pengendalian untuk menentukan resiko audit yang dapat diterima dan pengujian substantif
pengauditan atas laporan keuangan. Auditor melakukan hal ini dengan menghubungkan
penilaian resiko pengendalian dengan tujuan audit terkait saldo untuk akun-akun yang
dipengaruhi oleh jenis transaksi-transaksi utama dan dengan keempat tujuan audit terkait
penyajian dan pengungkapan. Tingkat resiko deteksi yang tepat untuk setiap tujuan audit
terkait saldo kemudian ditentukan dengan menggunakan model resiko audit.
II. 3. Pengujian Substantif Transaksi
Pengujian substantif transaksi merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji
salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan keuangan.
Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif. Ketiga jenis itu adalah pengujian
substantif transaksi, prosedur analitis substantif, serta pengujian terperinci saldo.
terpenuhi untuk seiap kelompok transaksi. Dua dari enam tujuan untuk transaksi
penjualan adalah transaksi penjualan adalah transaksi penjualan benar-benar terjadi dan
transaksi penjualan yang ada telah dicatat. Ketika auditor yakin bahwa semua transaksi telah
dicatat dengan benar ketika mengaudit siklus penjualan dan penagihan, dengan
mempertimbangkan keenam tujuan audit terkait transaksi, ia dapat meyakini bahwa total
buku besar sudah benar.
II. 4. Prosedur Analitis
10
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis
dilakukan selama perencanaan dan penyelesaian audit. Meskipun tidak diharuskan, prosedur
analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun adalah untuk :
1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
2. Memberikan bukti substantif.
Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya berbea dari yang
dilakukan dalam tahap pengujian. Bahkan, misalnya auditor menghitung margin kotor
selama fase perencanaan, auditor biasanya melakukannya dengan menggunakan data
enterim. Selanjutnya selama menguji saldo akahir akun, auditor akan menghitung ulang
rasio dengan menggunakan data setahun penuh. Jika auditor yakin bahwa prosedur analitis
mengindikasikan kemungkinan adanya salah saji, ia akan melakukan prosedur analitis
tambahan atau memutuskan untuk memodifikasi pengujian terperinci saldo.
II.5. Pengujian Terperinci Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk
akun-akun neraca maupun laba-rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas
perincian saldo adalah pada neraca. Misalnya termasuk konfirmasi atas saldo pelanggan
untuk akun piutang dagang, pemeriksaan fisik persediaan, serta pemeriksaan laporan
pemasok untuk utang dagang. Pegujian saldo akhir sangat penting karena bukti yang
biasanya didapatkan dari suatu sumber yang independen dipandang sangat dipercaya.
Seperti hal nya untuk transaksi, pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi
semua tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan.
Pengujian terperinci saldo membantu menciptakan ketepatan moneter akun-akun yang
terkait, sehingga merupakan pengujian subsantif. Sebagai contoh, uji konfirmasi untuk salah
saji moneter dalam akun piutang dagang, dan juga merupakan pengujian substantif piutang
dagang. Demikian pula, penhitungan kuantitas perediaan dan kas yang teredia juga
merupakan pengujian substantif persediaan dan kas.
III. PELAPORAN
11
A. PELAPORAN PENGENDALIAN INTERN SUATU ENTITAS ATAS
PELAPORAN KEUANGAN
Tujuannya memberikan panduan bagi praktisi yang mengadakan perikatan untuk
memeriksa dan melaporkan asersil tertulis manajemen tentang efektivitas pengendalian in-
tern suatu entitas atas pelaporan keuangan2 pada saat tertentu3. Secara spesifik, panduan
yang diberikan berupa:
a. Kondisi yang harus dipenuhi bagi praktisi untuk memeriksa dan melaporkan asersi
manajemen tentang efektivitas pengendalian intern suatu entitas, pelarangan bagi
praktisi untuk menerima perikatan review atas asersi manajemen tentang efektivitas
pengendalian intern suatu entitas.
b. Perikatan untuk memeriksa dan melaporkan asersi manajemen tentang efektivitas desain
dan operasi pengendalian intern suatu entitas.
c. Perikatan untuk memeriksa dan melaporkan asersi manajemen tentang efektivitas
desain dan operasi suatu segmen pengendalian intern.
d. Perikatan untuk memeriksa dan melaporkan asersi manajemen hanya tentang
kesesuaian desain pengendalian intern suatu entitas.
e. Perikatan untuk memeriksa dan melaporkan asersi manajemen tentang efektivitas
desain dan operasi pengendalian intern suatu entitas berdasarkan atas kriteria yang
ditetapkan oleh badan pengatur.
B. KEPATUHAN TERHADAP PRINSIP AKUNTANSI YANG
BERLAKU UMUM DI INDONESIA
Standar pelaporan pertama menyatakan:
"Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia".
Istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam standar
pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi, tetapi juga
metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak mengharuskan auditor untuk
menyatakan tentang fakta (statement of fact)1, namun standar tersebut mengharuskan auditor
12
untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi tersebut2. Jika pembatasan terhadap lingkup audit tidak
memungkinkan auditor untuk memberikan pendapat mengenai kesesuaian tersebut maka
pengecualian semestinya diperlukan dalam laporan auditnya.
Standar pelaporan kedua (disebut di sini sebagai standar konsistensi) berbunyi:
"Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. "
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan
prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. I Juga
dinyatakan secara tersirat dalam tujuan standar tersebut bahwa prinsip akuntansi tersebut
telah diamati konsistensi penerapannya dalam setiap periode akuntansi yang bersangkutan.
Standar pelaporan tersebut secara tersirat mengandung arti bahwa auditor puas bahwa daya
banding laporan keuangan di antara dua periode akuntansi tidak dipengaruhi secara material
oleh perubahan prinsip akuntansi dan bahwa prinsip akuntansi tersebut telah diterapkan
secara konsisten di antara dua atau lebih periode akuntansi balk karena (1) tidak terjadi
perubahan prinsip akuntansi, atau (2) terdapat perubahan prinsip akuntansi atau metode
penerapannya, namun dampak perubahan prinsip akuntansi terhadap daya banding laporan
keuangan tidak material. Dalam keadaan-keadaan tersebut auditor tidak perlu membuat
pengungkapan mengenai konsistensi dalam laporan auditnya.
Penerapan semestinya standar konsistensi menuntut auditor independen untuk
memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Walaupun
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan kurangnya daya band-
ing laporan keuangan, namun faktor lain yang tidak berhubungan dengan konsistensi dapat
pula menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan.
C. PENGUNGKAPAN MEMADAI DALAM LAPORAN KEUANGAN
Standar pelaporan ketiga berbunyi:
"Pengungkapan informatifdalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor. "
13
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal ma-terial.
Hal-hal tersebut mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas
laporan keuangan, yang meliputi, sebagai contoh, istilah yang digunakan, rincian yang dibuat,
penggolongan unsur dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk
menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Auditor harus
mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu yang hares diungkapkan
sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahuinya pada saat audit.
Bila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya diungkapkan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk catatan atas
laporan keuangan, auditor harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat
tidak wajar karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam
laporannya, jika memungkinkan atau praktis; kecuali tidak disajikannya informasi tersebut
adalah sesuai dengan Pernyataan Standar Auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam hubungan ini, istilah "memungkinkan atau praktis" diartikan bahwa informasi dapat
diperoleh secara wajar dari akun dan catatan manajemen dan bahwa penyajian informasi
demikian dalam laporannya tidak menempatkan auditor sebagai pihak yang menyusun
laporan keuangan.
Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan dan dalam segala
aspek lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar
kepercayaan yang diberikan oleh kliennya, bahwa auditor akan merahasiakan informasi
tersebut. Tanpa kepercayaan demikian, auditor akan sulit untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu, tanpa izin
kliennya, auditor tidak boleh mengungkapkan informasi yang tidak diharupkan untuk
diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
D. LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN
Laporan auditor yang diterbitkan berkaitan dengan audit atas laporan keuangan historis
yang ditujukan untuk menyajikan posisi keuangan, hasil usah, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Seksi ini berisi berbagai tipe laporan
auditor, penjelasan berbagai keadaan yang sesuai dengan tipe laporan masing-masing, dan
berbagai contoh laporan auditor.
14
Standar pelaporan keempat berbunyi sebagai berikut:
"Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan
secara keseluruhan atau memuatsuatu asersi4 bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. jika pendapatsecara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dikemukakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. "
Tujuan standar pelaporan keempat tersebut adalah mencegah agar tidak terjadi
penafsiran yang keliru mengenai tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor,
apabila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Keterangan dalam standar pelaporan
keempat mengenai laporan keuangan "secara keseluruhan" berlaku sama, baik untuk satu
perangkat laporan keuangan yang lengkap maupun untuk salah satu unsur laporan
keuangan saja, misalnya neraca, untuk satu atau beberapa periode akuntansi..
E. LAPORAN AUDITOR BENTUK BAKU
Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas,
hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Laporan auditor bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan auditan dalam
paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan menyatakan
pendapat auditor dalam paragraf pendapat. Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah
sebagai berikut:
a. Suatu judul yang memuat kata independen
b. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah
diaudit oleh auditor.
c. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan⁶ dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan atas auditnya.
d. Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia.
15
e. Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengharuskan auditor
merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material.
f. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:
(1) Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
(2) Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang
dibuat manajemen.
(3) Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
g. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan
dasar memadai untuk memberikan pendapat.
h. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal neraca dan hasil usaha dan
arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
i. Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin usaha kantor akuntan
publik
j. Tanggal laporan auditor.
16