RESPONS ENAM VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays L.) … · untuk menyediakan media tumbuh yang baik...
Transcript of RESPONS ENAM VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays L.) … · untuk menyediakan media tumbuh yang baik...
RESPONS ENAM VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays L.)
TERHADAP PENANAMAN KACANG HIAS (Arachis pintoi
Krap. & Greg.) DALAM SISTEM OLAH TANAH MINIMUM
RUDI ABDUL GANI
A24110032
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respons Enam Varietas
Jagung Manis (Zea mays L.) terhadap Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi
Krap. & Greg.) dalam Sistem Olah Tanah Minimum adalah karya saya yang
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Rudi Abdul Gani
NIM A24110032
ABSTRAK
RUDI ABDUL GANI. Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.)
terhadap Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam Sistem
Olah Tanah Minimum. Dibimbing oleh M. ACHMAD CHOZIN.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui respons jagung manis
terhadap penanaman biomulsa kacang hias pada sistem olah tanah minimum.
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru Darmaga Bogor pada
bulan Desember 2014 sampai dengan April 2015. Percobaan menggunakan
rancangan petak terpisah dua faktor dengan tiga ulangan. Petak utama yaitu
penggunaan biomulsa kacang hias dengan pengolahan tanah minimum dan tanpa
mulsa dengan pengolahan tanah konvensional. Faktor perlakuan anak petak
adalah enam varietas jagung manis, yakni Talenta, Jambore, Benimas, Laksmi,
Golden dan Hawai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengolahan tanah
minimum yang dikombinasikan dengan biomulsa menekan pertumbuhan dan
produksi jagung manis. Terdapat keragaman yang nyata antar varietas jagung
dalam pertumbuhan dan produksinya. Tidak terdapat interaksi antara pengolahan
tanah dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi jagung kecuali pada umur
berbunga.
Kata kunci: biomulsa, jagung manis, kacang hias, olah tanah minimum
ABSTRACT
RUDI ABDUL GANI. Responses of Six Sweet Corn Varieties (Zea mays L.) of
Pinto Peanut (Arachis pintoi Krap. & Greg.) Planting in Minimum Tillage
System. Supervised by M. ACHMAD CHOZIN.
The aim of this research was to examine sweet corn response to pinto peanut
biomulch planting in soil minimum tillage system. This research conducted in
Sawah Baru Experimental Field, Dramaga, Bogor from Desember 2014 untill
April 2015. The design of this experiment was split plot-completely randomized
block design with three replication. Pinto peanut biomulch was set as main plot,
while sweet corn varieties set as sub plots: Talenta, Jambore, Benimas, Laksmi,
Golden, and Hawai. The result show that minimum soil tillage combined with
pinto peanut biomulch decrease plant growth and production. There is variance
significantly affected among sweet corn varieties for its growth and production.
There were no interaction between biomulch treatment and sweet corn varieties,
except for anthesis date.
Keywords: biomulch, sweet corn, pinto peanut, minimum tillage
RESPONS ENAM VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays L.)
TERHADAP PENANAMAN KACANG HIAS (Arachis pintoi
Krap. & Greg.) DALAM SISTEM OLAH TANAH MINIMUM
RUDI ABDUL GANI
A24110032
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta
salam selalu penulis panjatkan kepada nabi Muhammad Shallallohu ‘alaihi wassalam.
Skripsi dengan judul Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.) terhadap
Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam Sistem Olah Tanah
Minimum dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, IPB Darmaga, Bogor. Skripsi
ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen
Agronomi dan Hortikultura IPB.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ibu, Bapak, Kakak dan Adik, beserta keluarga besar penulis untuk setiap doa, dan
dukungan yang tak hentinya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat menjadi
persembahan dan tanda bakti yang terbaik.
2. Prof Dr Ir M. Achmad Chozin, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr Desta Wirnas, SP MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.
4. Beasiswa Bidik Misi yang banyak membantu baik finansial maupun pengalaman.
5. Dikti yang telah memberikan bantuan berupa dana penelitian.
6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah begitu
banyak memberikan ilmu, pengalaman, arahan, bimbingan, dan bantuan proses
pembelajaran penulis selama berada di kampus.
7. Bapak Komara sebagai teknisi kebun yang telah memberikan bantuan selama
pelaksanaan penelitian.
8. Teman-teman Dandelion Agronomi dan Hortikultura angkatan 48 atas semangat
dan kenangan selama perkuliahan dan penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dan
manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2015
Rudi Abdul Gani
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Pengolahan Tanah Minimum 2
Pemanfaatan Arachis pintoi sebagai Biomulsa 3
Syarat Tumbuh Jagung Manis 5
BAHAN DAN METODE 5
Tempat dan Waktu 5
Bahan dan Alat 5
Metode Penelitian 5
Pelaksanaan Penelitian 7
Penanaman Kacang Hias Arachis pintoi 7
Persiapan lahan 7
Penanaman 7
Penyulaman 7
Pemeliharaan 7
Penanaman Jagung Manis 7
Pengolahan tanah 7
Penanaman benih jagung 8
Pemupukan 8
Pemeliharaaan tanaman jagung 8
Panen 8
Pengamatan 8
HASIL 10
Kondisi Umum Penelitian 10
Pertumbuhan 11
Komponen Produksi 12
Produksi 12
PEMBAHASAN 14
KESIMPULAN DAN SARAN 16
Kesimpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 16
RIWAYAT HIDUP 22
DAFTAR GAMBAR
1 Layout petak percobaan 6 2 Keragaan penutupan Arachis pintoi 10
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan pengolahan tanah
terhadap petumbuhan dan produksi enam varietas jagung manis 10 2 Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun enam
varietas jagung manis pada pada perlakuan pengolahan tanah dan
penanaman biomulsa 11 3 Rata-rata panjang tongkol, diameter tongkol dan jumlah biji enam
varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan
penanaman biomulsa 12 4 Rata-rata bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tidak berkelobot
dan hasil ubinan enam varietas jagung manis pada perlakuan
pengolahan tanah dan penanaman biomulsa 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi varietas jagung 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengolahan tanah konvensional dengan frekuensi penanaman yang tinggi
pada tanaman sayuran semusim dapat menyebabkan kemunduran sifat fisik, kimia
dan biologi tanah sebagai lingkungan tumbuh utama tanaman (Kurniawati 2006).
Pengolahan tanah secara intensif menyebabkan peluang erosi semakin besar
sehingga unsur hara dan mikroorganisme dalam tanah jumlahnya dapat berkurang
(Williams et al. 1993). Pengolahan tanah konvensional pada prinsipnya bertujuan
untuk menyediakan media tumbuh yang baik bagi tanaman. Permasalahan yang
timbul akibat pengolahan tanah konvensional dengan frekuensi penanaman yang
tinggi dapat diatasi salah satunya dengan teknologi pengolahan tanah minimum
yang dikombinasikan dengan teknologi mulsa. Sistem olah tanah minimum ini
dapat mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran permukaan, menghemat
biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja (Liptan 1990).
Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh keberadaan tumbuhan lain seperti
gulma yang berada disekitar tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan korelasi
negatif antara bobot kering gulma dan hasil tanaman, dengan penurunan hasil
hingga 95% (Violic 2000). Salah satu cara yang ramah lingkungan untuk
mengendalikan gulma adalah dengan dengan menggunakan mulsa. Mulsa
merupakan bahan atau material yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah
atau lahan pertanian. Manfaat penggunaan mulsa adalah melindungi permukaan
tanah terhadap erosi dan kehilangan struktur yang diakibatkan oleh curah hujan
yang lebat, menghambat munculnya gulma, menurunkan suhu tanah, penggunaan
mulsa dari bahan organik menambah bahan organik tanah setelah mengalami
dekomposisi dan dapat menambah atau menahan hara tanah (Williams et al.
1993). Penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan mulsa dapat
meningkatkan kemantapan struktur tanah, meningkatkan kandungan bahan
organik, dan dapat mengendalikan tanaman pengganggu. Mulsa yang digunakan
dapat berupa mulsa sintetik atau mulsa organik (Suripin 2002). Kacang hias
(Arachis pintoi) merupakan tanaman tahunan golongan kacang-kacangan
(leguminosae) yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah.
Penelitian tentang pemanfaatan tanaman introduksi kacang hias sebagai
biomulsa telah banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
kacang hias mampu menghambat pertumbuhan gulma, mencegah erosi
permukaan tanah, dan mendorong pertumbuhan tanaman (Neef et al. 2004).
Sumiahadi (2014) menyatakan bahwa penggunaan biomulsa Arachis pintoi dapat
menekan pertumbuhan gulma lebih dari 58% dibandingkan dengan tanpa mulsa
tanpa penyiangan. Febrianto dan Chozin (2014) juga melaporkan bahwa
penggunaan kacang hias efektif menekan gulma golongan daun lebar dan teki tapi
tidak efektif menekan gulma golongan rumput. Kacang hias ini tumbuh baik di
daerah tropis, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (Balittan, 2004).
Tanaman ini memiliki potensi dalam menambat nitrogen dari udara. Berdasarkan
sifat-sifat tersebut, A. pintoi sangat baik ditanam sebagai biomulsa pada produksi
sayuran dan buah, tanaman penutup tanah, bahan hijauan makanan ternak,
ataupun sebagai tanaman hias (Kartika et al., 2009).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari kemungkinan
pemanfaatan kacang hias sebagai biomulsa pada sistem olah tanah minimum.
Secara khusus untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah minimum dengan
biomulsa kacang hias terhadap pertumbuhan dan produksi enam varietas jagung
manis.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Mempelajari kemungkinan pemanfaatan kacang hias Arachis pintoi sebagai
biomulsa pada sistem olah tanah minimum.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui pertumbuhan dan produksi enam varietas tanaman jagung
manis.
2. Mengetahui pengaruh sistem olah tanah minimum dengan biomulsa kacang
hias terhadap pertumbuhan dan produksi enam varietas jagung manis.
3. Mengetahui interaksi antara varietas tanaman jagung manis dengan
penanaman kacang hias Arachis pintoi yang menunjukkan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. Terdapat pertumbuhan dan produksi yang berbeda antar varietas tanaman
jagung manis.
2. Penanaman kacang hias Arachis pintoi sebagai biomulsa pada beberapa
varietas tanaman jagung manis berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung manis.
3. Terdapat interaksi antara varietas tanaman jagung manis dengan penanaman
kacang hias Arachis pintoi yang menunjukkan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Tanah Minimum
Pengolahan tanah minimum adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara
terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal
lahan. Manfaat sistem olah tanah minimum diantaranya mencegah kerusakan
tanah oleh erosi dan aliran pemukaan, mengamankan dan memelihara
produktifitas tanah agar tercapai produksi yang setinggi-tingginya dalam waktu
yang tidak terbatas, meningkatkan produksi lahan usahatani, menghemat biaya
pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja. Pada pertanian lahan kering dengan
jenis tanah podsolik yang lapisan olahnya tipis dan peka akan erosi, bahan organik
sangat berperan untuk meningkatkan kesuburan dan produktifitas lahan.
Hilangnya bahan organik, antara lain karena pengolahan tanah yang terlalu sering,
tanah menjadi terbuka sehingga terjadi kenaikan suhu yang mempercepat
hilangnya unsur hara dalam tanah. Pada tanah yang tidak diolah biasanya akar
tanaman hanya mampu menembus sampai kedalaman 30 - 40 cm. Untuk
mengatasi hal itu maka diperlukan pengolahan tanah seperlunya saja yaitu
disekitar lubang tanaman diikuti dengan pemberian mulsa (Liptan 1990).
Pengendalian erosi lahan sebaiknya dilakukan dengan menggabungkan cara
mekanik dan biologi/vegetatif agar hasilnya lebih efektif. Cara konservasi lahan
yang disarankan yaitu pembuatan teras bangku atau teras gulud, menanam
tanaman pakan ternak pada tampingan dan guludan teras, menanam tanaman
penutup tanah, olah tanah minimum. Olah tanah minimum merupakan teknik olah
tanah dengan mengolah tanah pada lubang tanam atau piringan yang akan ditanam
saja, sehingga tanah sekitarnya memiliki aggregat tanah yang cukup solid untuk
menahan erosi dan sangat baik untuk konservasi tanah (Balitjestro 2014).
Pengurangan pengolahan tanah mengurangi kebutuhan energi dan secara
keseluruhan menurunkan biaya produksi karena lahan yang diolah lebih sedikit
(Monzon et al. 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiroatmodjo
dan Zulkifli (1988) pengolahan tanah minimum dengan penggunaan herbisida
menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah cabang sekunder pada budidaya
tebu lahan kering. Perlakuan pengolahan tanah konvensional menyebabkan tanah
menjadi terbuka sehingga mengalami perubahan kandungan air tanah yang cukup
besar, dengan demikian terdapat periode kekeringan yang menyebabkan stress
sementara bagi tanaman.
Pemanfaatan Arachis pintoi sebagai Biomulsa
Permasalahan yang timbul akibat sistem pengolahan tanah yang kurang
tepat dapat dihindari dengan kultur teknis berupa penggunaan mulsa. Pemulsaan
adalah penutupan tanah dengan sisa-sisa tanaman, jerami, sekam, potongan
rumput, atau bahan lainnya. Pemilihan mulsa organik harus diperhatikan benar
dari segi pemilihan jenis penutup tanah, penentuan waktu tanam, serta penetapan
pola, dan rotasi tanaman yang tepat agar dapat terhindar dari pengaruh negatif
alelopati yang dihasilkan oleh tanaman, gulma, residu tumbuhan maupun
mikroorganisme (Junaedi et al. 2006). Sumarni (2009) menyatakan pemakaian
pupuk kandang dan kompos sebagai mulsa tidak dianjurkan karena banyak
kandungan nitrogen yang hilang bila pupuk kandang tidak dibenamkan.
Sumiahadi (2014) menyatakan bahwa pemanfaatan kacang hias Arachis pintoi
berpotensi meningkatkan hasil produksi tanaman. Penggunaan biomulsa Arachis
pintoi dapat menekan laju erosi hingga lebih dari 70% dibandingkan dengan
perlakuan tanpa mulsa dengan penyiangan.
Manfaat Arachis pintoi yang dikemukakan oleh Maswar (2004) diantaranya
sebagai pengontrol erosi dan rehabilitasi tanah, pada usaha tani lahan kering yang
berlereng, erosi terjadi terutama pada periode awal pertumbuhan tanaman yang
menyebabkan lahan terdegradasi dan menurun produktivitasnya. Arachis pintoi
berpotensi besar untuk mencegah hanyutnya tanah, karena susunan/anyaman
batang dan perakarannya dapat melindungi tanah dari daya rusak intensitas hujan
yang tinggi. Pada usaha tani kopi di Sumberjaya, Lampung Barat, penanaman
leguminosa ini juga mampu menekan erosi sebesar 11–85%. Selain itu fungsinya
sebagai rehabilitasi lahan, Arachis pintoi berpotensi untuk meningkatkan
kesuburan tanah dari hasil fiksasi (penambatan) nitrogen secara biologi. Dari hasil
fiksasi tersebut dihasilkan 65–85% nitrogen. Di Sumberjaya, Lampung Barat,
mengindikasikan bahwa tanaman ini setelah 2 tahun diintroduksikan nyata
meningkatkan kandungan unsur carbon dalam tanah. Tanaman penutup tanah
jenis kacang-kacangan (leguminosae) memiliki sifat yang menguntungkan bagi
tanaman. Tanaman penutup tanah kacangan yang telah menutup tanah dapat
menekan pertumbuhan gulma. Rosliani et al. (2002) melaporkan bahwa kacang
tanah yang digunakan sebagai tanaman penutup tanah selain dapat meningkatkan
produksi mentimun, juga mampu menekan erosi tanah sebesar 35 % dan
perkembangan gulma.
Tanaman Arachis pintoi digunakan sebagai tanaman hias di taman dan
pakan ternak selain itu bermanfaat sebagai tanaman penutup tanah. Boerhendhy
dan Sianturi (1986) menguraikan manfaat tanaman penutup tanah kacangan,
antara lain menahan air hujan yang jatuh langsung pada permukaan tanah yang
akan menghancurkan agregat tanah (struktur remah) menjadi butiran-butiran kecil
yang akan menutupi pori-pori tanah, menekan pertumbuhan gulma, menghasilkan
banyak bahan organik dan serasah yang berasal dari pelapukan daun dan batang,
mempunyai bintil akar (nodula) yang berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas
dari udara sehingga mengurangi persaingan antara kacangan dengan tanaman
pokok dalam penyerapan nitrogen tanah. Selanjutnya nitrogen yang yang diikat
dari udara akan dilepaskan kembali ke dalam tanah dalam bentuk yang tersedia
bagi tanaman, menyerap unsur-unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam
kemudian memperkaya lapisan permukaan tanah akan unsur hara dan membantu
mempercepat proses pembusukan bahan organik sehingga dapat menghindari
perkembangan jamur putih.
Botani dan Morfologi Jagung Manis
Jagung manis merupakan tanaman yang berasal dari famili Graminae
(rerumputan). Jagung manis merupakan varietas jagung biasa yang berasal dari
jagung pipilan atau jagung pakan (field corn) (Syukur dan Aziz 2013). Akar
jagung manis mencapai 100 cm pada saat berbunga. Crown root dapat berjumlah
20-30 akar dan akan tumbuh akar lateral (Ginting 1995). Batang beruas-ruas
antara 10-40 ruas. Tanaman jagung biasanya tidak bercabang kecuali jagung
manis sering tumbuh cabang (anakan) yang muncul pada pangkal batang. Tunas
batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Tanaman jagung
manis memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis (Tracy 2001).
Biji pada tanaman jagung manis tersusun pada tongkol. Endosperma biji tanaman
jagung manis mengandung gula dalam bentuk sukrosa dan sebagian kecil glukosa,
fruktosa, dan maltosa. Biji jagung manis juga mengandung amilosa dan amilo
pektin dalam jumlah yang cukup rendah (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).
Syarat Tumbuh Jagung Manis
Jagung manis merupakan tanaman semusim. Jagung manis dapat tumbuh
dengan baik pada ketinggian tempat sampai dengan 3 000 meter diatas permukaan
laut (mdpl). Jagung manis dapat beradaptasi dengan baik pada iklim anatara 500
LU - 500 LS. Jagung manis merupakan tanaman yang memerlukan curah hujan
antara 300 – 600 mm/bulan. Tanah yang baik untuk perkembangan jagung manis
memiliki pH antara 6.0-6.5 (Syukur dan Aziz 2013). Jagung manis mempunyai
umur panen samapai dengan 70 hari setelah tanam (HST). Tanaman jagung manis
dengan umur genjah umunya banyak dikembangkan karena dapat meningkatkan
intensitas penanaman dan produksi. Hama dan penyakit yang ada pada jagung
manis terdiri dari beberapa macam. Hama yang ada pada jagung manis adalah
hama ludi, ulat tanah, lalat bibit, ulat grayak, penggerek batang, dan penggerek
tongkol. penyakit yang umum menyerang jagung manis adalah bulai, hawar daun,
karat daun, penyakit gosong, dan, bakteri busuk batang (Rubatzky dan Yamaguchi
1995).
6
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, Kecamatan
Darmaga, Kabupaten Bogor dengan ketinggian tempat 250 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Pengamatan seluruh parameter dilakukan di Kebun
Percobaan Sawah Baru. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014
sampai dengan April 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis
varietas Talenta, Jambore, Benimas, Laksmi, Golden, dan Hawai. Deskripsi enam
varietas jagung manis disajikan pada Lampiran 1. Bahan lain yang digunakan
adalah stek batang Arachis pintoi, pupuk urea, pupuk daun, pupuk NPK phonska
(15-15-15) dan zat penginduksi akar auksin. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat budidaya pertanian umum.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
petak terbagi (split-plot), lahan percobaan terdiri atas dua petak utama, petak yang
pertama adalah lahan dengan vegetasi alami dan petak kedua adalah petak yang
telah ditanami biomulsa kacang hias dengan penutupan 80%, sedangkan anak
petak adalah enam varietas jagung manis yaitu Talenta, Jambore, Benimas,
Laksmi, Golden, dan Hawai. Terdapat 12 kombinasi perlakuan pada setiap
ulangan dengan tiga kali pengulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan.
Percobaan menggunakan model linear sebagai berikut:
Yijk = μ + αi +βj + ɣk + (α, ɣ)ik + εijk
Keterangan :
Yijk : Nilai pengamatan pada perlakuan mulsa ke–i, varietas jagung manis ke–j,
ulangan ke–k
µ : Nilai rataan umum
αi : Pengaruh perlakuan mulsa ke-i
βj : Pengaruh varietas jagung manis ke-j
τk : Pengaruh pengelompokkan ke-k
(αβ)ij : Pengaruh interaksi antara perlakuan mulsa ke-i dengan varietas
jagung manis ke-j
ɛijk : Pengaruh galat dari ulangan ke-i pada faktor perlakuan mulsa dan
varietas jagung manis
7
Data dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F). Uji nilai tengah yang
digunakan adalah Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada selang
kepercayaan 5% (Gomez dan Gomez 1995).
Gambar 1 Layout petak percobaan
Keterangan: Perlakuan petak dengan pengolahan tanah konvensional (M0); petak
dengan pengolahan tanah minimum (M1). Varietas Talenta (V1); Jambore (V2);
Benimas (V3); Laksmi (V4); Golden (V5); Hawai (V6).
Pelaksanaan Penelitian
Penanaman Kacang Hias Arachis pintoi
Persiapan lahan
Persiapan lahan yang pertama adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah
dilakukan dua minggu sebelum stek Arachis pintoi ditanam. Tanah diolah
menggunakan traktor sedalam 20 cm lalu digaru dan diratakan dengan cangkul.
Petak untuk satu satuan percobaan dibuat dengan ukuran 4 m x 5 m.
Penanaman
Bahan tanam Arachis pintoi yang digunakan berupa stek batang yang
berasal dari Kebun Percobaan Cikabayan Bawah IPB Darmaga Bogor. Stek
batang Arachis pintoi diusahakan diambil dengan ukuran dan umur yang seragam
dengan keadaan segar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari
(2013) untuk mendapatkan kualitas stek yang baik tiap individu stek yang
memiliki 5 ruas lalu direndam seluruh bagian steknya dengan hormon auksin
dengan konsentrasi 800 ppm selama 24 jam. Selanjutnya stek Arachis pintoi
ditanam dengan membenamkan dua ruas di dalam tanah dengan posisi tegak dan
ditanam dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 2 MST dan apabila populasi masih terlalu sedikit
dilakukan penyulaman kembali pada 3 MST dan 4 MST. Penyulaman
8
menggunakan bibit yang diambil dari sumber yang sama dengan penanaman awal
yaitu dari Kebun Percobaan Cikabayan. Stek yang digunakan adalah stek segar,
sesaat setelah stek diambil segera ditanam di lapang.
Pemupukan
Arachis pintoi diberi rooton f pada awal penanaman, pupuk urea satu kali
pada 2 MST dengan dosis 100 kg ha-1 dan diberi gandasil pada 3 MST.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan
pengendalian gulma. Penyiraman dilakukan apabila 2-3 hari tidak terjadi hujan
atau tanah terlihat sangat kering. Pengendalian gulma dilakukan apabila gulma
memasuki tillage area. Pemeliharaan dilakukan hingga Arachis pintoi menutupi
lahan mencapai 80%.
Penanaman Jagung Manis
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah konvensional (M0) dilakukan dengan cara mengolah
tanah seperti yang umum dilakukan petani dengan dibajak lalu digaru untuk
meratakan petakan. Pengolahan tanah minmum (M1) dilakukan dengan cara
mengolah tanah di daerah tillage area saja. Tillage area merupakan bagian lahan
yang diolah dan dibersihkan dengan jarak tertentu, tillage area yang digunakan
pada penelitian ini yaitu masing-masing sisi sebelah kiri dan kanan dengan jarak
15 cm dari titik tengah tanaman, sementara diluar tillage area pada petakan
ditanami biomulsa Arachis pintoi.
Penanaman benih jagung
Bibit jagung ditanam ke lapang saat biomulsa Arachis pintoi berumur
delapan minggu. Bibit jagung ditanam di lahan pada alur dengan jarak tanam 75
cm x 20 cm.
Pemupukan
Tanaman jagung diberi pupuk NPK (15-15-15) dan urea dengan dosis 250
kg ha-1. Pemupukan pada 1 MST dengan NPK ditambah urea setengah dosis dan
pada 4 MST urea setengah dosis. Pemupukan dialur diantara tanaman jagung dan
biomulsa Arachis pintoi.
Pemeliharaaan tanaman jagung
Pemeliharaan tanaman jagung berupa penyulaman bibit dilakukan pada 1–3
MST. Kegiatan lainnya yaitu pengendalian gulma pada tillage area. Pemangkasan
Arachis pintoi dilakukan apabila Arachis pintoi telah memasuki tillage area.
Panen
Pemanenan jagung manis dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 75
hari setelah tanam (HST) tergantung tipe varietas tanaman. Panen tidak dilakukan
bersamaan tergantung varietas jagung manis yang ditanam.
9
Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh di tiap satuan percobaan.
Komponen – komponen yang diamati antara lain:
Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga
ujung daun tertinggi dari umur 3 MST sampai dengan 7 MST, mewakili fase
vegetatif dan fase generatif.
Diameter batang (cm). Diameter batang diukur pada 10 cm di atas permukaan
tanah.
Jumlah daun. Jumlah daun dihitung dari 3 MST sampai sampai 7 MST, daun
yang dihitung sudah terbuka sempurna.
Umur berbunga. Umur berbunga dihitung ketika 75% populasi sudah
mengeluarkan bunga, tergantung varietas tanaman.
Bobot tongkol berkelobot. Bobot tongkol berkelobot diambil dari 10 tanaman
contoh yang belum dibersihkan kemudian ditimbang menggunakan timbangan
dan dirata-ratakan.
Bobot tongkol tanpa kelobot. Bobot tongkol tanpa kelobot adalah jagung yang
sudah dibersihkan dari kelobotnya kemudian ditimbang menggunakan timbangan
dan dirata-ratakan dari 10 tanaman contoh.
Panjang tongkol. Panjang tongkol diukur dari pangkal tongkol tanpa kelobot
sampai ujung tongkol.
Diameter tongkol. Diameter tongkol diukur bagian pangkal, tengah dan ujung
kemudian dirata- ratakan.
Jumlah biji per tongkol. Jumlah biji per tongkol dihitung dari 10 tanaman
contoh kemudian dirata-ratakan.
Pengamatan ubinan. Pengamatan ubinan dilakukan per petak dengan ukuran
(2.5 m× 2.5 m), kemudian dihitung populasi yang masuk kedalam ubinan,
ditimbang tongkol berkelobot kemudian dijumlahkan.
HASIL
Kondisi Umum Penelitian
Keragaan biomulsa Arachis pintoi dengan tillage area masing-masing sisi
sebelah kiri dan sebelah kanan dengan jarak 15 cm dari titik tengah tanaman dapat
dilihat pada Gambar 2. Tillage area dibesihkan dan digunakan sebagai area
pemupukan, selain itu untuk memberikan ruang tumbuh pada enam varietas
tanaman jagung manis. Dengan menyediakan ruang tumbuh seperti ini diharapkan
tidak menyebabkan persaingan sumberdaya pupuk dan sumber hara lainnya.
Gambar 2 Keragaan penutupan Arachis pintoi
Secara umum penelitian ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung manis pada petak yang ditanami kacang hias lebih
rendah dibandingkan petak yang diolah secara konvensional.
Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan pengolahan tanah terhadap
petumbuhan dan produksi enam varietas jagung manis
Peubah Ulangan Olah tanah Varietas Interaksi KK (%)
Tinggi tanaman 4 MSTa 39.0 tn 25.1
tn 41.4 * 8.7
tn 7.7
Diameter batang 4 MST 12.2 * 21.3
** 5.02 tn 1.5
tn 8.1
Jumlah daun 4 MST 1.6 * 2.3
** 0.2 tn 0.1
tn 8.7
Tinggi tanaman 7 MSTa 6641.4 * 954.8
tn 971.9 * 252.9
tn 9.7
Diameter batang 7 MST 4.8 tn 46.7
** 26.5 ** 5.1
tn 6.3
Jumlah daun 7 MST 8.8 ** 3.4 ** 0.6
tn 0.2 tn 4.8
Umur berbunga 2.0 ** 1.4 ** 155.3 ** 0.4 ** 0.3
Bobot tongkol berkelobot 646.8 tn 13043.5 ** 8640.6
** 706.3 tn 11
Bobot tongkol tanpa kelobot 547.1 tn 4452.2 ** 4407.8
** 626.7 tn 12.8
Panjang tongkol 1.7 tn 18.3 ** 18.4
** 3.9 tn 7.4
Diameter tongkol 5.6 tn 21.3 tn 37.6
** 4.4 tn 5.5
Jumlah biji 10521.2 * 24698.7 ** 52364.9
** 2872.8 tn 7.5
Ubinan 838256.5 tn 16904432.2 ** 11198253
** 915373.5 tn 11
aMST : minggu setelah tanam ; *: berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: berpengaruh nyata pada
taraf 1% ; tn : tidak berpengaruh nyata
11
Pertumbuhan
Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa sistem olah tanah berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis (Tabel 1). Rata-rata tinggi
tanaman, diameter batang dan jumlah daun enam varietas jagung manis pada
perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun enam varietas
jagung manis pada pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman
biomulsa
Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Diameter batang (cm) Jumlah daun
Olah tanah
Konvensional 191.6 2.3a 11.3a
Minimum 181.3 2.1b 10.7 b
Varietas
Talenta 173.1bc 2.5a 11.3a
Jambore 195.9ab 2.3ab 11.1a
Benimas 198.8a 2.2bc 11.1a
Laksmi 189.5abc 2.2bc 11.0a
Golden 193.3ab 2.1c 10.9ab
Hawai 168.2c 1.8d 10.4b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5%
Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun menunjukkan
bahwa sistem olah tanah minimum memperlihatkan hasil yang lebih rendah
dibandingkan sistem olah tanah konvensional. Hasil pengamatan tinggi tanaman
pada sistem olah tanah konvensional adalah 191.6 cm, lebih tinggi dan tidak
berbeda nyata dengan sistem pengolahan tanah minimum (181.3 cm). Diameter
tanaman pada sistem olah tanah konvensional adalah 2.3 cm, lebih tinggi dan
berbeda nyata dengan sistem pengolahan tanah minimum (2.1 cm). Pola yang
sama ditunjukkan jumlah daun pada sistem olah tanah konvensional adalah 11.3,
lebih banyak dan berbeda nyata dengan sistem pengolahan tanah minimum (10.7).
Tabel 2 menunjukkan terdapat keragaman yang nyata dalam pertumbuhan antar
varietas jagung manis. Tinggi tanaman pada varietas Benimas adalah 198.8 cm,
lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas Talenta serta Hawaii, sementara
varietas Benimas tidak berbeda nyata dengan varietas Jambore, Laksmi dan
Golden. Diameter batang varietas Talenta adalah 2.5 cm, lebih tinggi dan berbeda
nyata dengan varietas Benimas, Laksmi, Golden serta Hawaii. Jumlah daun secara
umum berkisar antara 10.4 sampai dengan 11.3.
12
Komponen Produksi
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa sistem pengolahan tanah
berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol dan jumlah biji, tetapi tidak berbeda
nyata terhadap diameter tongkol (Tabel 1). Rata-rata panjang tongkol, diameter
tongkol dan jumlah biji enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan
tanah dan penanaman biomulsa disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Rata-rata panjang tongkol, diameter tongkol dan jumlah biji enam varietas
jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa
Perlakuan Panjang tongkol
(cm)
Diameter tongkol
(cm) Jumlah biji per tongkol
Olah tanah
Konvensional 19.2a 4.3 550.6a
Minimum 17.8b 4.2 498.2b
Varietas
Talenta 20.5a 4.5a 510.1c
Jambore 19.1ab 3.8c 608.6b
Benimas 20.2a 4.3ab 667.7a
Laksmi 17.9b 4.2ab 452.5d
Golden 17.6b 4.1b 472.3cd
Hawai 15.9c 4.3ab 435.4d
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5%
Komponen produksi yang mencakup panjang tongkol, diameter tongkol dan
jumlah biji per tongkol menunjukkan bahwa panjang tongkol pada sistem olah
tanah konvensional adalah 19.2 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan sistem
olah tanah minimum (17.8 cm). Diameter tongkol 4.3 cm, lebih tinggi dan tidak
berbeda nyata dengan sistem olah tanah minimum (4.1 cm). Jumlah biji pada
sistem olah tanah konvensional 550.6, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan
sistem olah tanah minimum (492.2). Panjang tongkol varietas Talenta 20.5 cm,
lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas Laksmi, Golden dan Hawaii.
Diameter tongkol varietas Talenta 4.5 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan
varietas Jambore serta Golden. Jumlah biji varietas Benimas 667.7 biji, lebih
tinggi dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.
Produksi
Perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot tongkol berkelobot,
bobot tongkol tanpa berkelobot dan hasil ubinan (Tabel 1). Rata-rata bobot
tongkol berkelobot, bobot tongkol tidak berkelobot dan hasil ubinan enam varietas
jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa
disajikan pada Tabel 4.
13
Tabel 4 Rata-rata bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tidak berkelobot dan
hasil ubinan enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah
dan penanaman biomulsa
Perlakuan Bobot tongkol
berkelobot (gram)
Bobot tongkol tidak
berkelobot (gram)
Bobot panen per
ubinan (kg 6.25m-2)
Olah tanah
Konvensional 266.5a 173.9a 9.5a
Minimum 228.4b 151.6b 8.2b
Varietas
Talenta 312.8a 212.8a 11.2a
Jambore 241.3bcd 150.0bc 8.6bcd
Benimas 262.1b 175.2b 9.4b
Laksmi 246.9bc 146.8c 8.8bc
Golden 209.0d 141.9c 7.5d
Hawai 212.7cd 149.9bc 7.6cd
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5%
Produksi tongkol jagung manis per petak pada sistem olah tanah
konvensional 9.5 kg/m2 atau setara dengan 15.3 ton/ha, lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan olah tanah minimum yang menghasilkan 8.2 kg/m2 atau setara
dengan 13.1 ton/ha. Hal ini karena bobot tongkol pada olah tanah konvensional
adalah 266.5 gram, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan bobot tongkol pada
perlakuan olah tanah minimum (228.4 gram). Tabel 4 menunjukkan bahwa Bobot
panen per ubinan yang tertinggi diperoleh pada varietas Talenta yaitu 11.2 gram
dan berbeda nyata dengan semua varietas yang diuji.
PEMBAHASAN
Permasalahan yang timbul akibat pengolahan tanah konvensional dapat
diatasi salah satunya dengan teknologi pengolahan tanah minimum yang
dikombinasikan dengan teknologi mulsa. Teknologi ini memiliki manfaat secara
ekonomi dan ekologi. Manfaat secara ekonomi yaitu menghemat biaya
pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja. Manfaat secara ekologi diantaranya
mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan, memelihara tanah
agar sifat fisik, kimia dan biologi tetap terjaga dalam waktu yang tidak terbatas
dan meningkatkan produksi lahan usahatani. Beberapa cara pengolahan tanah
minimum diantaranya pengolahan tanah disekitar lobang tanaman, lahan yang
akan ditanami dibersihkan dari vegetasi alami baik secara mekanis maupun secara
kimia dengan menggunakan herbisida selanjutnya tanah ditutupi mulsa dan sekitar
lobang tanaman tanah diolah seperlunya. Pengolahan tanah di sekitar tanaman,
pembersihan lahan dari vegetasi alami dan pemberian mulsa sama dengan cara di
atas sedang pengolahan tanah dilakukan dalam jalur tempat tumbuh tanaman.
Tanpa pengolahan tanah, dalam keadaan struktur dan porositas tanah masih baik
maka pengolahan tanah belum diperlukan (Liptan 1990).
Penelitian teknologi pengolahan tanah minimum yang dikombinasikan
dengan teknologi mulsa banyak dilakukan, berkaitan dengan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, beberapa penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa penggunaan penutup tanah termasuk kacang hias
memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan maupun produksi tanaman.
Penelitian Samad et al. (2009) menunjukkan bahwa penggunaan kacang hias
dapat meningkatkan tinggi tanaman kentang. Hasil penelitian Baharuddin (2010)
menunjukkan bahwa penggunaan kacang hias sebagai biomulsa dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat yang tidak bereda nyata
dengan perlakuan mulsa plastik. Penelitian Taufik et al. (2011) penggunaan
kacang hias mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman lada dibandingkan
dengan kontrol. Menurut Kartika et al. (2009) Arachis pintoi sebagai biomulsa
memiliki manfaat bagi lingkungan antara lain untuk konservasi tanah, mengurangi
erosi, memperbaiki lahan yang rusak, mempercepat perputaran nutrisi;
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah; memperbaiki pertumbuhan
vegetatif dan generatif dari tananaman utama; meningkatkan jumlah dan kualitas
makanan ternak; mengontrol penyebaran penyakit; menekan pertumbuhan gulma;
pilihan baru untuk tanaman hias; dan diharapkan sebagai sumber yang baik dari
nektar untuk lebah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomulsa Arachis pintoi
memberikan manfaat secara ekologi yaitu meningkatkan produksi lahan usahatani
dan secara ekonomi menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja.
Secara umum hasil penelitian respons enam varietas jagung manis (Zea
mays L.) terhadap penanaman kacang hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam
sistem olah tanah minimum memperlihatkan bahwa pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung manis pada petak yang ditanami kacang hias dengan sistem olah
tanah minimum lebih rendah dibandingkan petak yang diolah secara
konvensional. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa sistem olah tanah
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, panjang tongkol, jumlah biji, bobot
tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa berkelobot dan hasil ubinan, tetapi tidak
berbeda nyata terhadap diameter tongkol (Tabel 1). Produksi tongkol jagung
15
manis per petak pada sistem olah tanah konvensional 9.5 kg/m2 atau setara
dengan 15.3 ton/ha, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan olah tanah
minimum yang menghasilkan 8.2 kg/m2 atau setara dengan 13.1 ton/ha (Tabel 4).
Penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan biomulsa kacang hias dengan
teknik penutupan yang dibiarkan menutupi seluruh permukaan tanah ternyata
menekan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dibandingkan dengan perlakuan
tanpa mulsa dengan penyiangan (Sumiahadi 2014). Hasil penelitian Balittan
(2004) menunjukkan bahwa kacang hias Arachis pintoi merupakan tanaman
tahunan golongan kacangan yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah.
Ginting (1995) menyebutkan bahwa akar jagung manis mencapai 100 cm pada
saat berbunga dan 80 cm pada fase vegetatif. Crown root dapat berjumlah 20-30
akar dan akan tumbuh akar lateral. Penurunan pertumbuhan dan produksi jagung
manis mungkin disebabkan karena tillage area yang terlalu sempit antara jagung
dengan Arachis pintoi yaitu masing-masing sisi sebelah kiri dan kanan dengan
jarak 15 cm dari titik tengah tanaman, sehingga memungkinkan terjadi persaingan
sumberdaya hara. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan dengan tillage area
yang lebih lebar pada penelitian berikutnya.
Terdapat keragaman yang nyata antar varietas jagung manis dalam
pertumbuhan dan produksinya (Tabel 1). Varietas yang menunjukkan hasil yang
tinggi pada produksinya adalah varietas Talenta dan Benimas. Produktivitas
varietas Talenta pada sistem olah tanah konvensionl lebih tinggi 19 ton/ha dari
varietas Talenta pada sistem olah tanah minimum yaitu 16.8 ton/ha. Varietas
Talenta pada sistem olah tanah konvensional mencapai lebih dari potensi hasil
pada deskripsi varietas (18.4 ton/ha). Varietas Benimas pada sistem olah tanah
konvensionl 16 ton/ha menunjukan produksi lebih tinggi dari varietas Benimas
pada sistem olah tanah minimum (14.1 ton/ha). Varietas Benimas belum mencapai
potensi hasil pada deskripsi varietas yaitu 33 ton/ha (Lampiran 1). Jagung manis
varietas Talenta lebih tinggi produksinya dari varietas lainnya baik dalam sistem
olah tanah minimum maupun dalam sistem olah tanah konvensional. Jagung
manis memberikan keuntungan relatif tinggi bila dibudidayakan dengan baik
(Sudarsana 2000). Permintaan pasar terhadap jagung manis terus meningkat dan
peluang pasar yang besar belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan petani dan
pengusaha Indonesia karena berbagai kendala. Produktivitas jagung manis di
dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan negara produsen akibat sistem
budidaya yang belum tepat (Palungkun dan Asiani 2004).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengolahan tanah minimum yang dikombinasikan dengan biomulsa
menekan pertumbuhan dan produksi jagung manis.
2. Terdapat keragaman yang nyata antar varietas jagung manis dalam
pertumbuhan dan produksinya.
3. Tidak terdapat interaksi antara pengolahan tanah dan varietas terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung.
Saran
Penurunan pertumbuhan dan produksi jagung manis bisa disebabkan karena
tillage area yang terlalu sempit, maka perlu dilakukan percobaan dengan tillage
area yang lebih lebar pada penelitian berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin R. 2010. Penggunaan kacang hias (Arachis pintoi) sebagai biomulsa
pada budidaya tanaman tomat (Lycopersicon esculentum M.). [skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Balittan. 2004. Kacang hias (Arachis pintoi) pada usaha tani lahan kering. http://
balittanah.litbang.deptan.go.id. [8 April 2015].
[Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2014.
Penerapan teknologi konservasi lahan [Internet].[diunduh 2015 Januari
12].Tersedia pada: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/id/kebangkitan-
apel-melalui-program-penghambatan-laju-degradasi-dan-perbaikan-mutu-
lahan-di-kota-batu.
Boerhendhy, I. dan M. Sianturi. 1986. Membangun Penutup Tanah Kacangan di
Areal Perkebunan Karet. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sembawa. 36 hal.
Febrianto Y, Chozin MA. 2014. Pengaruh jarak tanam dan jenis stek terhadap
kecepatan penutupan Arachis pintoi Krap. & Greg. sebagai biomulsa pada
pertanaman tomat (Licopersicon esculentum M.). Bul. Agrohorti 2(1):37-41.
Ginting S. 1995. Diktat mata kuliah Agronomi Tanaman Makanan 1. Fakultas
Pertanian USU, Medan. [internet]. [diunduh 2 Desember 2014]. Tersedia
pada: usu.ac.id.
Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian.
Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan
dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.
Junaedi A, Chozin MA, Kim KH. 2006. Ulasan Perkembangan Terkini Kajian
Alelopati. Jurnal Hayati. 13(2).
Kartika, J.G., M.R. Reyes, dan A.D. Susila. 2009. Review of Literature on
Perennial Peanut (Arachis pintoi) as Potential Cover Crop in the Tropics.
Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah (ed. By Susila et al.). Perhimpunan
Hortikultura Indonesia. Bogor. hal 391-399.
Kurniawati A. 2006. Pemanfaatan Pegagan sebagai Tanaman Penutup Tanah
dengan Sistem Intercropping pada Pertanaman Cabai di Desa
Cikarawang.[Laporan Akhir KPM Dosen Muda IPB]. Bogor (ID).
[Liptan] Lembaga Informasi Pertanian. 1990. Petunjuk teknis pengolahan tanah
dan tanaman dalam rangka pelestarian alam dan konservasi lahan. [internet].
[diunduh 2 Desember 2014]. Tersedia pada: balittra.litbang.pertanian.go.id.
Maswar. 2004. Kacang hias (Arachis pintoi) pada usahatani lahan kering. Balai
Benelitian Tanah [Internet]. [diunduh 2015 April 10]. Tersedia pada:
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_contentdanvie
w=articledanid=43:kacang-hias-arachis-
pintoidancatid=23:leafletdanItemid=91.
Monzon JP, Sadras VO, Andrade FH. 2006. Fallow soil evaporation and water
storage as affected by stubble in sub-humid (Argentina) and semi-arid
(Australia) environments. Field Crops Res. 98:83-90.
Neef A, RS Kraft, C Sampet, W Saepueng, S Suriyong. 2004. Seed production
potential and participatory vegetative propagation of Kacang hias in
different environments in northern Thailand.In: Internat Soil Conservation
Organisation Conf Brisbane, July 2004 Conserving Soil and Water for
Society: Sharing Solutions. Paper No.761.
Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn-Baby Corn : Peluang Bisnis ,
Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta,
79 hal.
Rosliani, R., Y. Hilman, dan N. Nurtika. 2002. Pengaruh tanaman penutup tanah
dan mulsa limbah organik terhadap produksi mentimun dan erosi tanah.
Jurnal Hortikultura 12(2):81-87.
Rubatzky VE dan Yamaguchi M. 1999. World Vegetables: Principle, Production,
and Nutritive Value Second Edition. Maryland(US): Aspen Publishers, Inc.
Samad S, Mustafa M, Baharuddin, Rampisela A. 2009. Optimalisasi produksi
kentang ramah lingkungan di Parigi Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten
Gowa. J. Sains. Teknol. 9(1) : 36-43.
Sudarsana, K. 2000. Pengaruh Effective Microorganism – 4 (EM-4) dan Kompos
pada Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata ) pada Tanah Entisols.
[internet]. [diunduh 8 September 2015]. Tersedia pada : www.unmul.ac.id.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta (ID): Penerbit
ANDI.
Sumarni N, Rosiliani R. 2009. Pengaruh Pembenaman Residu Tanaman Penutup
Kacang – Kacangan dan Mulsa Jerami Terhadap Hasil Cabai Merah dan
Kesuburan Tanah Andisol. Jurnal Hortikultura. 19(1) : 56-65.
Sumiahadi A. 2014. Keefektifan biomulsa Kacang hias Krap. & Greg. untuk
konservasi tanah dan pengendalian gulma pada pertanaman jagung di lahan
kering [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Syukur M, Aziz R. 2013. Jagung Manis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Taufik M, Khaeruni A, Wahab A, Amiruddin. 2011. Agens hayati dan Arachis
pintoi memacu pertumbuhan tanaman lada (Piper nigrum) dan mengurangi
kejadian penyakit kuning. Menara Perkebunan 79(2):42-48.
Tracy W. 2001. Speciality Corn. Hallauer Arnel R, editor. New York (US): CRC
Press.
Violic, AD. 2000. Integrated crop menagement. In: R.L. Paliwal, G. Granados,
H.R. Lafitte, A.D. Violic, and J.P. Marathee (Eds.). Tropical Maize
Improvement and Production. FOA Plant Production and Protection Series,
Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome, 28:237-
282.
Wiroatmodjo J, Zulkifli. 1988. Penggunaan Herbisida dan Pembenah Tanah (Soil
Conditioner) pada Budidaya Olah Tanah Minimum untuk Tanaman Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) . Bul. Agr. Vol.18(2).
Williams CN, Uzo JO, Peregrine WTH. 1993. Produksi Sayuran di Daerah
Tropika. Ronoprawiro, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
20
Lampiran 1 Deskripsi varietas jagung
Talenta
Umur panen : 67 – 75 hari setelah tanam
Tinggi tanaman : 157,7 – 264,0 cm
Berat per tongkol : 221,2 – 336,7 g
Warna : kuning
Berat 1.000 biji : 150 – 152 g
Hasil tongkol : 13,0 – 18,4 ton/ha
Jarak tanam : 75 x 20 cm
Kadar gula : 12,1 – 13,6 brix
Pengusul : PT. Agri Makmur Pertiwi
Jambore
Umur panen : 65-75 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman : 164– 180 cm.
Panjang tongkol : 18–21 cm dengan diameter 4,7–5,4 cm.
Warna : Berwarna kuning dengan 14–16 baris/tongkol.
Berat tongkol : 325–450 gram.
Potensi hasil : ± 23 ton/ha.
Kadar gula : ± 13,5° brix.
Jarak tanam : 75 x 20 cm
SK Mentan No.3593/Kpts/SR.120/10/2009, tanggal 19 Oktober 2009
Benimas
Umur panen : 82 – 84 hari setelah tanam
Tinggi tanaman : 220 – 250 cm
Panjang tongkol : 20 ,0 – 22,0 cm
Warna : kuning
Berat tongkol : 467 – 495 g
Potensi hasil : 33,0 – 34,5 ton/ha
Kadar gula : 13 – 15 brix
Jarak tanam : 75 x 20 cm
Pengusul : PT. East West Seed Indonesia
21
SD3 Laksmi
Umur panen : 73-75 hari (di Darmaga, 240 m dpl)
Tinggi tanaman : 82-128 cm
Warna biji : Kuning cerah
Potensi Produksi : 15 ton tongkol muda
Derajat manis : 15-18 brix
Jarak tanam : 75 x 20 cm
Pemulia : Fred Rumawas (Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian IPB, Bogor)
Golden
Umur panen : 110 hari
Batang : Tinggi dan tegap
Perakaran : Baik
Kerebahan : Cukup tahan
Warna biji : Jingga
Potensi hasil : 4,5 ton/ha pipilan kering
Jarak tanam : 75 x 20 cm
Asal : Tequisate Golden Yellow dari Guatemal
Hawai
Umur panen : 68/ 75 / 94 hari
Tinggi tanaman : 203 cm
Warna biji : Kuning
Potensi hasil : 17.8 ton/ha
Kadar gula : 13.3 % brix
Panjang tongkol : 20.8 cm
Berat/tongkol : 499 gr
Jarak tanam : 75 x 20 cm
Pengembangan : Indonesia /Tropis Staff RND PT BISI
International, Tbk
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 02 Agustus 1993. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat orang bersaudara dari pasangan Bapak Darso
Kusnadi dan Ibu Siti Hajar. Penulis mengawali pendidikan di SDN 1 Sukarame
pada tahun 1999 hingga 2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di
SMPN 1 Caringin (2005-2008) dan SMAN 16 Garut (2008-2011). Tahun 2011,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama kuliah penulis aktif dalam beberapa organisasi seperti LDK Al-
Hurriyyah divisi keuangan, BEM TPB Kabinet Madani divisi keuangan,
Himpunan Mahasiswa Agronomi divisi PSDM dan BEM Fakultas Pertanian divisi
Kebijakan Pertanian. Selain itu penulis juga pernah tergabung dalam kepanitiaan
Seminar Kewirausahaan BEM TPB, OPEN HOUSE 49, MPKMB 49, Closing
Ceremony MPD AGH, Kajian Rutin KURMA, Bazar LDK Al Hurriyyah,
Farewell Party MIT Malaysia, Malam Ramah Tamah Akreditasi ASEAN
University of Network IICC dan Festival Buah dan Bunga Nusantara 2013.
Penulis pernah mengikuti kompetisi bidang kewirausahaan seperti Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional 27 Semarang, Wismilak Diplomat Succes Challange,
Program Mahasiswa Wirausaha, Wirausaha Muda Mandiri, Wirausaha Muda
Jawa Barat, majalah SWA edisi kewirausahaan dan proyek pengabdian
masyarakat seperti Pemetaan lahan di Pulau Sapi Kalimantan Utara, Optimalisasi
produksi padi IPB 3S di Kabupaten Karawang dan KKP di Desa Sukatani
Karawang.
Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul: Respons
Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.) terhadap Penanaman Kacang Hias
(Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam Sistem Olah Tanah Minimum.