Respon Saraf Terhadap Stres

download Respon Saraf Terhadap Stres

of 11

description

membahas tentang bagaimana saraf dalam merespon stres

Transcript of Respon Saraf Terhadap Stres

Ayu Puspita SariPsychology UIN SA SBY 2K11BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangStres merupakan hal yang menjadi pokok pembicaraan sejak bertahuntahun lamanya. Stres dapat dialami oleh individu manapun seperti individu yang bekerja dilingkungan pendidikan. Menurut penelitian yang telah dilakukan di universitasuniversitas Australia, selama lebih dari dua dekade didapatkan bahwa stres di universitas semakin meluas dan bertambah jumlahnya. Seldin mengatakan bahwa lingkungan universitas\ di negara bagian Australia pada tahun 1980an memiliki tingkat stres kerja yang tinggi. Demikian pula The United Kingdom Association of University Teacher Study (AUT) menemukan bahwa 49% dari karyawan universitas melaporkan bahwa pekerjaan mereka merupakan pekerjaan yang penuh dengan tekanan. Hasil penelitian pada tujuh Universitas di New Zealand didapatkan bahwa sebagian dari karyawan universitas yang dijadikan sampel penelitian merasa sering atau selalu menemukan pekerjaan mereka membuat stres dan karyawan berpendapat bahwa stres itu akibat dari beban kerja yang berlebihan. Stres juga dapat dialami oleh mahasiswa yang akan memasuki tingkat pendidikan di universitas. Bagi beberapa mahasiswa, memasuki tingkat pendidikan di universitas merupakan hal yang membuat stres, hal ini dikarenakan akan terjadi banyak perubahan dibandingkan waktu di sekolah menengah. Untuk mahasiswa yang lain, tinggal jauh dari rumah merupakan salah satu sumber stres (Greenberg, 2002). Tubuh bereaksi terhadap stressor yang memulai seurutan kompleks respons bawaan terhadap ancaman yang dihadapi. Jika ancaman dapat dipecahkan dengan segera respons darurat tersebut menghilang, dan kondisi fisiologis kembali normal. Jika situasi stres terus terjadi, timbul respon internal sebagai upaya untuk beradaptasi dengan stressor kronis.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian stresKata stres bisa diartikan berbeda bagi tiap-tiap individu. Sebagian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan, desakkan atau respon emosional.Sarafino (1994) menjelaskan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumbersumber dari sistem biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya Schafer (2000) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutantuntutan.Dalam ilmu psikologi, stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya ketidak seimbangan. Taylor mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negative disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres. Teori stres bermula dari penelitian Cannon (1929) yang kemudian diadopsi oleh Meyer (1951) yang melatih para dokter untuk menggunakan riwayat hidup penderita sebagai sarana diagnostic karena banyak dijumpai kejadian traumatic pada penderita yang menjadi penyebab penyakitnya.Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi dua, yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stress yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu: 1. Distress (stres negatif)Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

2. Eustress (stres positif)Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stres untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respon fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis.Charlesworth dan Nathan (dalam Schafer, 2000) menjelaskan mengenai jenisjenis stressor, yaitu: lingkungan, hukuman, fisik, perubahan, keluarga, keputusan, penyakit, masyarakat, dan pekerjaan. Stres reaction acut (reaksi stress akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo,2002) Gejalagejala stres yang biasanya timbul menurut Robbins (2001), dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (a) gejala fisiologis, stress dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, serta menyebabkan serangan jantung; (b) gejala psikologis, stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres muncul dalam keadaan psikologis lain, misalnya: ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, dan suka menundanunda; dan (c) gejala perilaku, gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.

B. Sistem Saraf Sistem saraf merupakan kumpulan dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron-neuron saling berkomunikasi satu sama lain, untuk menyalurkan pesan. Neuron memancarkan pesan ke neuron lain melalui substansi kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter mengakibatkan perubahan kimia pada neuron penerima. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan akson mengirim pesan dalam bentuk listrik. Sistem saraf terdiri atas dua bagian utama, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi tersusun atas penerima dan penyalur pesan sensoris dari organ sensoris ke otak dan tulang belakang, dan penyalur pesan baik dari otak atau tulang belakang ke otot maupun kelenjar.1. Sistem Saraf PusatBatang otak terdiri atas medulla, pons dan serebelum. Medulla banyak berperan dalam fungsi vital seperti detak jantung, pernapasan dan tekanan darah. Pons menyalurkan informasi tentang pergerakan tubuh dan terlibat dalam funsi yang berkaitan dengan perhatian, tidur dan pernapasan. Serebelum (otak kecil) terlibat dalam keseimbangan perilaku motorik dan yang lebih penting individu yang mengalami kerusakan serebelum akan mengalami kesulitan mengukur waktu, termasuk waktu pada stimulus sensori.Pada bagian tengah dari otak terdapat sistem aktivasi retikuler (RAS) yang memainkan peran panting dalam tidur, perhatian dan terjaga. Luka pada RAS dapat menyebabkan koma, sedangkan stimulasi terhadap RAS dapat meningktakan kewaspadaan. Pada bagian depan dari otak terdapat serebrum, thalamus, hipotalamus, dan sistem limbik. SerebrumSeringkali dikenal dengan otak besar merupakan pusat dari beberapa kegiatan yang terpusat pada beberapa lobus, yaiutu lobus frontal, parietal, temporal, dan occipital. Lobus Frontal bertanggung jawab untuk kegiatan berfikir, perencanaan, dan penyusunan konsep Lobus Parietal bertanggung jawab untuk kegiatan berfikir, terutama pengaturan memori Lobus Temporal bertanggung jawab terhadap persepsi suara dan bunyi Lobus Occipital bekerjasama dengan lobus parietal, ia turut mengatur kerja penglihatan TalamusTalamus merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap penyaluran informasi yang masuk ke bagian-bagian penting dalam otak. Ketika seseorang membaca tulisan, maka informasi itu akan melewati thalamus terlebih dahulu sebelum sampai pada kulit otak. Selanjutnya thalamus akan melanjutkan infoemasi itu ke bagian otak yang berkompeten. Adakalanya thalamus tidak menyampaikan informasi itu ke kulit otak, tetapi langsung ke amigdala, sehingga informasi itu ditanggapi secara cepat dan emosional. HipotalamusMerupakan bagian dari otak yang merupakan pusat lapar, kenyang, perilaku seksual, pengatur keseimbangan tubuh : suhu, tekanan darah dan detak jantung.Juga berperan penting dalam emosi dan respons terhadap stress, mengingat peran khususnya dalam memobilisasi tubuh untuk bereaksi terhadap stress.Kerusakan pada salah satu nuclei yang terdapat dalam hipotalamus akan menyebabkan gangguan pada perilaku yang berkaitan dengan motivasi, misalnya: makan, minum, pengaturan suhu tubuh, perilaku seksual, perkelahian, atau tingkat aktivitas tubuh. Oleh karena itu, hipotalamus yang ukurannya kecil sering kali menarik untuk dijadikan objek penelitian. Sistem LimbikSistem ini berhubungan erat dengan hipotalamus dan tampak memberikan pengetahuan tambahan beberapa perilaku instinktif yang diregulasi oleh hipotalamus dan batang otak. Dua bagian penting dari sistem limbic adalah hipokampus dan amigdala yang memiliki peran penting dalam memori. Sistem limbic memainkan peran dalam ingatan dan mengatur dorongan yang lebih dasar, mencakup rasa lapar, haus dan agresi. Sistem limbic juga terlibat dalam perilaku emosional.

2. Sistem Sraf TepiMerupakan system saraf yang menghubungkan otak dengan dunia luar. Terdapat dua bagian utama dari system saraf tepi yaitu, sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem Saraf SomatikMenyalurkan pesan-pesan tentang penglihatan, suara, bau, suhu, posisi tubuh dan lain-lain ke otak. Pesan-pesan dari otak dan tulang belakang pada system saraf somatic mengatur gerakan tubuh yang bertujuan, seperti: mengangkat lengan, berkedip, berjalan, bernapas dan gerakan-gerakan halus yang menjaga postur dan keseimbangan tubuh.Saraf sensorik dari sitem somatic mengirimkan informasi tentang stimuli eksternal dari kulit, otot, dan sendi ke system saraf pusat. Dengan demikian, seseorang bisa menyadari adanya nyeri, tekanan, dan variasi temperature. Sistem Saraf OtonomTerdiri dari neuron-neuron yang menerima dan mengirimkan informasi dari dan ke jantung, usus, dan organ-organ lain. Sistem saraf otonom tersusun atas dua bagian, yaitu: system saraf simpatis dan system saraf parasimpatis Sistem saraf simpatis lebih banyak terlibat dalam memberikan respons emosional. Sedangkan saraf parasimpatis seringkali merupakan kabalikan dari saraf simpatis. Saraf simpatis lebih banyak terlibat dalam proses memobilisasi sumber daya dalam tubuh pada saat stress, seperti mengambil energi dari sumber penyimpanan untuk mempersiapkan seseorang menghadapi ancaman atau bahaya yang besar.

C. Respon Saraf Terhadap StresRespon tubuh terhadap stres dinamakan General Adaptation System (GAS). Ada tiga fase utama yang sudah dipostulatkan: (i) reaksi alarm; diikuti oleh (ii) resistensi: dan oleh (iii) rasa lelah (exhaustion). Reaksi alarm merupakan pelepasan awal epinefrin dari medulla adrenal dan pelepasan norepinefrin dari terminal saraf simpatis. Pada saat yang sama, glukokortikoid dilepaskan dan hal ini memungkinkan katekolamin bekerja. Onset kerja glukokortikoid lebih lambat dari katekolamin, sehingga memberi pertahanan/resistensi yang kontinu terhadap stres. Jika stres berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kelelahan yang ditandai dengan wasting otot, atrofi jaringan sistem imun, tukak lambung, hiperglikema, dan kerusakan vascular.

Respon stres digerakan oleh amigdala, bagian otak depan yang menstimulasi: (i) aktivitas pada neuron-neuron CRH hipotalamus; (ii) aktivitas pada sistem saraf simpatis; (iii) aktivitas pada saraf parasimpatis yang menyebabkan sekresi asam lambung; dan (iv) perasaan takut (seperti pada gambar). Respon stres berkembang untuk mengatasi ancaman mendadak, seperti predator, di mana reaksi fisiologis yang tepat adalah persiapan untuk aktivitas fisik. Dalam hal ini, dua bagian kelenjar adrenal bekerja saling melengkapi. Katekolamin dilepaskan dari medulla untuk memproduksi peningkatan curah jantung dengan cepat dan mobilisasi bahan bakar metabolic. Kortikosteroid memproduksi respon yang lebih lambat dan lebih lama, meningkatkan jumlah glukosa plasma dengan cara: (i) meningkatkan glikolisis dan gluconeogenesis di hati; (ii) mengurangi transport glukosa ke jaringan penyimpanan; (iii) meningkatkan katabolisme protein yang berakibat pelepasan asam amino dari semua jaringan selain hati; (iv) meningkatkan mobilisasi lipid dari jaringan adiposa. Kadar glukokortikoid yang tinggi juga menekan aktivitas sel-sel imun untuk memproduksi efek anti-imflamasi, dan bisa menyerupai kerja aldosterone di ginjal untuk menahan ion Na+ dan melepaskan ion K+. sepanjang stres bisa diatasi, respon stres masih tepat. Sangat disayangkan, kehidupan modern menyebabkan stres berkepanjangan. Stres berkepanjangan bisa menyebabkan hipertensi kronik, ulserasi gaster, imunosupresi, dan depresi(seperti pada gambar). Derivate glukokortikoid, sepreti deksametason, merupakan obat anti-infalamasi yang banyak digunakan pada keadaan seperti artritis dan asma. Kadar glukokortikoid yang tinggi secra kronik akhirnya menyebabkan penipisan kulit, atrofi otot, reduksi kekuatan tulang, peningkatan laju infeksi karena imunosupresi, dan bisa merusak sel saraf di hipokampus yang merupakan bagian dari sirkuit umpan balik yang mengontrol respon terhadap stres(seperti pada gambar). Jadi, penggunaan terapi steroid jangka panjang harus dimonitor secara hati-hati, khususnya pada orang muda, di mana pemberian steroid bisa mempengaruhi pertumbuhan. Penyakit korteks adrenal termasuk sindrom Cushing, yang disebabkan pelepasan glukokortikoid yang berlebihan dan memiliki banyak gejala yang serupa seperti yang telah dijelaskan di atas, dan penyakit Addison, yang diakibatkan oleh hipoglikemia, penurunan berat badan, dan pigmentasi kulit.Menyempurnakan penjelasan di atas, hippocampus dan amigdala merupakan dua bagian penting dalam otak manusia. Hingga saat ini, kedua struktur limbik itu melakukan sebagian besar atau banyak ingatan dan pembelajaran otak. Amigdala adalah bagian yang secara spesifik menangani masalah-masalah emosional. Apabila amigdala ini dipisahkan bagian-bagian otak lainnya, maka hasilnya adalah ketidakmampuan yang amat mencolok dalam menangkap makna emosional dalam sebuah peristiwa. Apabila amigdala ini dibuang maka diyakini orang tersebut kehilangan semua pemahaman tentang perasaan, dan setiap kemampuan merasakan perasaan. Amgidala berfungsi semacam gudang ingatan emosional, sehingga hidup tanpa amigdala merupakan kehidupan tanpa makna sama sekali.Ketikahormon stres terlihat pada aliran darah, denyut jantung meningkat. Darah yang seharusnya mengalir deras justru terhalang ketika harus masuk pada pusat-pusat kognitif otak. Kartisol mencuri energi dari bagian memori kerja otak dan mengalirkannya ke perasaan. Ketika kadar kartisol tinggi, orang lebih mudah berbuat salah, sulit berkonsentrasi dan tidak mampu mengingat dengan baik.Di dalam otak, peredam ledakan amigdala terletak di ujung lain sirkuit korteks yaitu lobus-lobus prefrontal tepat di balik dahi. Korteks prefrontal bekerja saat seseorang merasa takut atau marah, tetapi berfungsi menghambat atau mengendalikan perasaan agar dapat menangani situasi yang dihadapi dengan lebih efektif. Wilayah prefrontal mengatur reaksi emosi sejak awal, ia berperan sebagai neuron-neuron inhibitor yang dapat mengendalikan pesan-pesan impulsive dari pusat-pusat emosi, terutama amigdala pada saat godaan nyaris tak terkendali. Sebagai sumber impuls emosi, amigdala sangat berperan dalam pengalihan perhatian. Sedangkan lobus prefrontal adalah tempat dihimpnnya memori kerja , termasuk kemampuan untuk memusatkan perhatian kepada sesuatu yang sedang dipikirkan.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Tubuh bereaksi terhadap stressor yang memulai seurutan kompleks respons bawaan terhadap ancaman yang dihadapi. Jika ancaman dapat dipecahkan dengan segera respons darurat tersebut menghilang, dan kondisi fisiologis kembali normal. Jika situasi stres terus terjadi, timbul respon internal sebagai upaya untuk beradaptasi dengan stressor kronis.Ketika terjadi stres, amigdala akan mengirim pesan pada kelenjar endokrin untuk mengeluarkan sejumlah bahan kimia yang dimulai dengan pelapasan CRF (Corticotropin Releasing Factor) dan diakhiri dengan membanjirnya hormon-hormon stres terutama kartisol. Ketika hormone-hormon tersebut diproduksi, tubuh bereaksi secara spontan, kabur atau melawan. Bahan kimia tersebut tinggal di dalam tubuh berjam-jam lamanya. Padahal setiap ada kejadian yang mengesalkan, hormone-hormon tersebut secara terus menerus akan diproduksi, sehingga terjadilah penumpukan hormon stres. Penumpukan hormon stres itu, menyebabkan amigdala menjadi detonator yang sangat peka dan siap membajak akal sehat menjadi naik pitam atau panik karena provokasi hal-hal yang sebenarnya remeh.

Daftar Pustaka

Kalat, J.W. Biopsikologi (Jakarta: Salemba Humanika,2011)Asiyah, N. Siti. Kuliah Psikologi Faal (Surabaya: PMN & IAIN PRESS, 2010)Ward, Jeremy. At a Glance Fisiologi (Jakarta: Erlangga, 2007 )Greenstein, Ben. At a Glance Sistem Endokrin (Jakarta: Erlangga, 2007)11