RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride ...digilib.unila.ac.id/57511/20/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride ...digilib.unila.ac.id/57511/20/SKRIPSI TANPA BAB...
-
RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride TERHADAP
BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO
(Skripsi)
Oleh
Devita Oqi Wulandara
FAKULTAS PERTNIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
-
ABSTRAK
RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride TERHADAP
BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO
Oleh
DEVITA OQI WULANDARA
Jamur Metarhizium flavoviride merupakan jamur entomopatogen yang digunakan
untuk mengendalikan hama penting pada tanaman padi. Kemampuan jamur M.
flavoviride setelah ditumbuhkan pada media yang mengandung fungisida
merupakan informasi yang penting untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan tumbuh jamurM. flavoviride pada media yang
mengandung beberapa jenis bahan aktif fungisida selain metil tiofanat serta
patogenisitas terhadap kumbang beras. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan
Maret hingga November 2018. Pada penelitian ini terdapat dua tahap percobaan,
percobaan pertama yaitu uji pertumbuhan dan perkembangan jamur M. flavoviride
pada media yang mengandung beberapa jenis bahan aktif fungisida selain metil
tiofanat yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan kedua
yaitu uji patogenisitas jamur M. flavoviride pada kumbang beras yang disusun
-
dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dari penelitian ini diperoleh jamur M.
flavoviride yang mampu tumbuh pada media fungisida yaitu fungisida dengan
bahan aktif metil tiafonat, mankozeb, ziram ,dan propineb. Fungisida dengan
bahan aktif mankozeb memiliki pertumbuhan tertinggi. Kemudian jamur M.
flavoviridae yang mengandung beberapa jenis fungisida mempunyai tingkat
patogenesitas pada kumbang beras yang berbeda-beda. Perlakuan F5 (mankozeb)
memiliki persentase mortalitas tertinggi sebesar 26,90 % dan perlakuan F7
(ziram) mempunyai mortalitas terendah sebesar 5,36 %.
Kata kunci: fungisida, Jamur Metarhizium flavoviridae, kumbang beras, uji
patogenesitas.
Devita Oqi Wulandara
-
RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride TERHADAP
BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO
Oleh
DEVITA OQI WULANDARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
-
Judul Skripsi : RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium
flavoviridae TERHADAP BEBERAPA
JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO
Nama Mahasiswa : Devita Oqi Wulandara
Nomor Pokok Mahasiswa : 1414121067
Jurusan : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Yuyun Fitriana, S.P.,M.P.,Ph.D. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., Ph.D
NIP 198108152008122001 NIP 198106212005011003
2. Ketua Jurusan Agroteknologi
Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si.
NIP 196305081988112001
-
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Yuyun Fitriana, S.P., M.P. ....................
Sekretaris : Dr. Radix Suharjo, S.P.,M.Agr. ....................
Penguji
Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Purnomo,M.S. ...................
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si.
NIP 196110201986031002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 22 Mei 2019
-
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang
berjudul : “RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride
TERHADAP BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO”
merupakan hasil karya sendiri dan bukan hasil orang lain. Semua hasil yang
tertuang dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah
Universitas Lampung. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini
merupakan hasil salinan atau dibuat oleh orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Bandar Lampung, 28 Juni 2019
Penulis,
Devita Oqi Wulandara
NPM 1414121067
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Gedung Karya Jitu, Kecamatan Rawa Jitu Selatan,
Tulang Bawang, Lampung pada 28 April 1996. Penulis merupakan anak ke empat
dari sembilan bersaudara pasangan Bapak Sumardi dan Ibu Siti Barika. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Gedung Karya Jitu tahun
2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Rawajitu Timur pada tahun
2011, dan sekolah Menengah Atas (SMA) Tri Sukses Natar tahun 2014. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung tahun 2014, melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri). Pada bulan Juli-Agustus tahun 2017, penulis melaksanakan
kegiatan Praktik Umum di Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung yang terletak
di Desa Mekarsari, Pasirjambu, Bandung, Jawa Barat. Pada bulan Januari-Maret
2018 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas
Lampung di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus.
-
MOTTO
“ Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil: kita baru yakin
kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”
(Evelyn Underhill)
-
SANWACANA
Segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “RESISTENSI SILANG JAMUR Metarhizium flavoviride
TERHADAP BEBERAPA JENIS FUNGISIDA SECARA IN VITRO”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan,
serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Bidang Proteksi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
4. Yuyun Fitriana, S.P., M.P., Ph.D., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, nasihat, saran, masukan serta
perhatian selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.
-
5. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., Ph.D., selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, saran, nasihat, pemikiran, kesabaran, dan
fasilitas selama penulis menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi.
6. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku selaku pembahas yang telah memberikan
motivasi, nasihat, masukan, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
7. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku dosen pembimbing akademik
yang selalu memberikan bimbingan, saran, motivasi selama penulis
menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung.
8. Kedua orang tua, Bapak Sumardi dan Ibu Siti Barika, yang telah memberikan
banyak nasihat, saran, masukan serta doa yang tak pernah putus sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan dapat menyelesaikan
pendidikan di Universitas Lampung.
9. Kakak-kakakku tercinta, Yuliantari, Miftahul ulum dan Nova Tri Diah
Kumala, yang selalu mendokan dan memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi.
10. Adik-adikku tersayang, Subhan Reza, Reki Mainaki, Riko Fransisco, Rara
Okta Olivia dan Reva Lisa Elviana, yang selalu memberikan dukungan dalam
penyelesaikan skripsi.
11. Sahabat terdekat Erlinda, Iska, Gita, Hani L, dan Hani A, yang banyak
membantu, menemani dan memberikan masukan serta saran, sehingga
penulis lebih banyak belajar.
12. Teman-teman Laboratorium Bioteknologi Pertanian Lita, Febe, Diah, Mei,
Maya, Lili, Ma’ruf, Indah, bang Sem, mba Eryka, mba Ika,
-
mba Icha, serta teman-teman Agroteknologi 2014 yang membantu penulis
dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi.
13. Penyemangat Catrine, Lulu dan Rifky yang selalu memberikan saran dan
motivasi kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan amiin.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menjalankan
penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Bandar Lampung, 28 Juni 2018
Penulis,
Devita Oqi Wulandara
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xvii
DAFATARGAMBAR ......................................................................................... xxi
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 2
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
1.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 3
1.4 Hipotesis ...................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5
2.1 Padi (Oryza sativa) ...................................................................................... 5
2.2 Kumbang Beras ........................................................................................... 6
2.3. Pengendalian Secara Hayati ....................................................................... 7
2.4. Jenis – Jenis Jamur Entomopatogen ........................................................... 8
2.5 Jamur Metarhizium flavoviride ................................................................... 8
2.6. Fungisida .................................................................................................... 9
III. BAHAN DAN METODE .............................................................................. 10
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 10
3.2 Bahan dan Alat .......................................................................................... 10
3.3. Metode Penelitian ..................................................................................... 11
3.3.1 Isolat Jamur M. flavoviride yang digunakan .................................... 11
3.3.2 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA) ............................. 11
3.3.3 Peremajaan Jamur M. flavoviride pada Media PDA ........................ 11
-
3.3.4 Pengujian Kemampuan Tumbuh Produksi dan Viabilitas Jamur
Metarhizium flavoviride terhadap Beberapa Jenis Fungisida ........... 12
3.3.4.1 Jenis Fungisida dan Dosis yang digunakan .......................... 12
3.3.4.2 Pembuatan Media PDA yang Mengandung Fungisida ........ 12
3.3.4.3 Inokulasi Jamur M. flavoviride pada Media PDA yang
Mengandung Fungisida......................................................... 13
3.3.4.4 Uji Pertumbuhan Jamur M. flavoviride pada Media PDA
Beberapa Jenis Fungisida...................................................... 13
3.3.4.5 Pembuatan Suspensi Spora Jamur M. flavoviride ................ 14
3.3.4.6 Produksi Spora Jamur Entomopatogen ................................ 14
3.3.4.7 Viabilitas Spora Jamur Entomopatogen ............................... 15
3.3.5 Uji Patogenisitas Jamur M. flavoviride yang Mampu Tumbuh pada
Beberapa Fungisida. ......................................................................... 15
3.3.5.1 Penyediaan Kumbang Beras Sebagai Serangga Uji .............. 15
3.3.5.2 Pembuatan Suspensi Spora Jamur M. flavoviride ................. 15
3.3.5.3 Aplikasi Suspensi Spora Jamur M. flavoviride pada
kumbang beras ..................................................................... 16
3.3.5.4 Tingkat Mortalitas Kumbang Beras Setelah Aplikasi Jamur
M. flavoviride ....................................................................... 16
3.6 Rancangan Percobaan dan Analisis Data .................................................. 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 18
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 18
4.1.1 Pertumbuhan Jamur Metarhizium flavoviride pada Beberapa
Jenis Fungisida Dosis Satu Kali. ...................................................... 18
4.1.2. Pertumbuhan Jamur Metarhizium flavoviride pada Beberapa
Jenis Fungisida Dosis Dua Kali .................................................... 230
4.1.3. Uji Sporulasi Jamur Metarhizium flavoviride ................................. 22
4.1.4. Uji Viabilitas Spora Jamur Metarhizium flavoviride ...................... 23
-
4.1.5 Uji Patogenisitas Jamur Metarhizium flavoviride pada
Kumbang Beras ................................................................................ 24
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 25
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 29
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 29
5.2. Saran ........................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 301
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis bahan aktif dan dosis yang digunakan ...................................................... 12
2. Pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride pada beberapa jenis fungisida 5-
30 hsi 1x dosis ( hari setelah isolasi) .................................................................. 20
3. Pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride pada beberapa jenis fungisida
5-30 hsi didua kali dosis ( hari setelah isolasi) .................................................. 22
4. Sporulasi jamur M flavoviride ........................................................................... 23
5. Viabilitas jamur Metarhizium flavoviride ......................................................... 24
6. Mortalitas kumbang beras setelah aplikasi ....................................................... 25
7. Sembilan jenis fungisida yang digunakan......................................................... 38
8. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 4 hsi ............................................................................................ 40
9. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 5 hsi ............................................................................................ 41
10. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 6 hsi .......................................................................................... 42
11. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 7 hsi .......................................................................................... 43
12. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 8 hsi .......................................................................................... 44
13. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 9 hsi .......................................................................................... 45
14. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 10 hsi ........................................................................................ 46
15. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 11 hsi ........................................................................................ 47
-
16. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 12 hsi ........................................................................................ 48
17. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 13 hsi ....................................................................................... 49
18. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 14 hsi ........................................................................................ 50
19. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 15 hsi ....................................................................................... 51
20. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 16 hsi ........................................................................................ 52
21. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 17 hsi ........................................................................................ 53
22. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 18 hsi ....................................................................................... 54
23. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 19 hsi ........................................................................................ 55
24. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 20 hsi ........................................................................................ 56
25. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 21 hsi ........................................................................................ 57
26. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 22 hsi ........................................................................................ 58
27. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 23 hsi ........................................................................................ 59
28. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 24 hsi ........................................................................................ 60
29. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 25 hsi ........................................................................................ 61
30. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 26 hsi ........................................................................................ 62
31. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 27 hsi ........................................................................................ 63
-
32. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 28 hsi ........................................................................................ 64
33. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 29 hsi ........................................................................................ 65
34. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 1X dosis 30 hsi ........................................................................................ 66
35. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 4 hsi .......................................................................................... 67
36. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 5 hsi .......................................................................................... 68
37. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 6 hsi .......................................................................................... 69
38. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 7 hsi .......................................................................................... 70
39. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 8 hsi .......................................................................................... 71
40. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 9 hsi .......................................................................................... 72
41. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 10 hsi ........................................................................................ 73
42. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 11 hsi ........................................................................................ 74
43. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 12 hsi ........................................................................................ 75
44. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 13 hsi ........................................................................................ 76
45. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 14 hsi ........................................................................................ 77
46. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 15 hsi ........................................................................................ 78
47. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 16 hsi ........................................................................................ 79
-
48. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 17 hsi ........................................................................................ 80
49. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 18 hsi ........................................................................................ 81
50. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 19 hsi ........................................................................................ 82
51. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 20 hsi ........................................................................................ 83
52. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 21 hsi ........................................................................................ 84
53. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 22 hsi ........................................................................................ 85
54. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 23 hsi ........................................................................................ 86
55. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 24 hsi ........................................................................................ 87
56. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 25 hsi ........................................................................................ 88
57. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 26 hsi ........................................................................................ 89
58. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 27 hsi ........................................................................................ 90
59. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 28 hsi ........................................................................................ 91
60. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 29 hsi ........................................................................................ 92
61. Analisis ragam dan uji BNT pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride
pada 2X dosis 30 hsi ........................................................................................ 93
62. Data sporulasi jamur Metarhizium flavoviride ................................................. 94
63. Analisis ragam dan uji BNT sporulasi jamur Metarhizium flavoviride ........... 95
64. Data viabilitas spora jamur Metarhizium flavoviride ....................................... 96
-
65. Analisis ragam dan uji BNT viabilitas spora jamur Metarhizium flavoviride . 97
66. Data mortalitas kutu beras 8 hsa ...................................................................... 98
67. Analisis ragam dan BNT pada mortalitas kumbang beras .............................. 99
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jamur Metarhizium flavoviride ...............………………………. 8
2. Ilustrasi pengukuran diameter jamur……………………………. 13
3. Pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride pada beberapa jenis
fungisida (1 x dosis)…………………………………………….. 19
4. Pertumbuhan jamur Metarhizium flavoviride pada beberapa jenis
fungisida ( 2 x dosis)…………………………………………….. 21
5. Sporulasi jamur Metarhizium flavoviride………………………. 35
6. Viabilitas jamur Metarhizium flavoviride………………………. 36
7. Kumbang beras terinfeksi jamur Metarhizium flavoviride……... 37
-
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan salah satu sumber makanan pokok sebagian besar masyarakat di
Indonesia. Dalam usaha peningkatan produksi tanaman padi, petani seringkali
mengalami kendala, salah satu penyebabnya ialah serangan hama dan penyakit
tanaman. Upaya pengendalian hama pada tanaman padi dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Penggunaan pestisida sintetik menjadi pilihan utama bagi sebagian
besar petani. Tetapi penggunaan pestisida sintetik secara terus-menerus akan
berdampak negatif bagi lingkungan, menyebabkan resurgensi dan resistensi hama
terhadap insektisida tertentu (Untung, 2001; Djojosumarto, 2000). Untuk
mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida tersebut, salah satu alternatif
pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengendalian hayati dengan
menggunakan jamur entomopatogen (Gul et al., 2014).
Jamur Metarhizium sp. merupakan jamur entomopatogen yang telah dilaporkan
mampu untuk mengendalikan berbagai jenis serangga hama antara lain ordo
Coleoptera, Lepidoptera , Isoptera, dan Thysanoptera (Bernardi et al., 2006).
Namun begitu, dalam aplikasi jamur entomopatogen di lapangan, terdapat
beberapa kendala. Salah satu kendalanya berasal dari penggunaan fungisida
-
2
sintetik untuk mengendalikan jamur Pyricularia oryzae, penyebab penyakit blas
pada tanaman padi. Santoso et al. (2007), melaporkan bahwa fungisida sintetik
sering digunakan untuk mengendalikan beberapa penyakit tanaman. Bahan aktif
fungisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan penyakit antara lain adalah
metalaksil, trizlikazol, isoprotiolan, (flusilazole + carbendazim), (difenokonazol +
propiconazol), difenokonazol, dan (triziklazil + azoksistrobin) (Suganda et al,
2016). Selain itu, beberapa fungisida sistemik berbahan aktif benomil dan metil
tiofanat, juga telah diteliti dan memberikan efektivitas yang cukup baik dalam
menekan intensitas penyakit (Sumardiyono, 2008).
Berdasarkan uji pendahuluan, diperoleh informasi bahwa jamur M. flavoviride
koleksi Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian (LBPFP),
Universitas Lampung, mampu tumbuh pada fungisida berbahan aktif metil
tiofanat hingga 4x dosis rekomendasi. Namun begitu, informasi tentang
kemampuan tumbuh jamur ini pada fungisida lain belum pernah dilaporkan. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan tumbuh jamur
M. flavoviride koleksi LBPFP Universitas Lampung pada beberapa jenis fungisida
yang lain.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kemampuan tumbuh jamur M. flavoviride koleksi LBPFP Unila
pada media PDA yang mengandung jenis bahan aktif selain metil tiofanat
fungisida secara in vitro.
-
3
2. Mengetahui patogenisitas jamur M. flavoviride yang mampu tumbuh pada
media yang mengandung jenis bahan aktif selain metil tiofanat fungisida
terhadap kumbang beras (Sitophilus oryzae).
1.3 Kerangka Pemikiran
Jamur entomopatogen Beauveria, Metarhizium, Paecilomyces dan Nomuraea
dengan keragamannya yang tinggi ternyata mampu menghadirkan solusi yang
berkelanjutan karena bersifat ramah lingkungan dan bio-persisten (Gul et al.,
2014). Namun, aplikasi jamur entomopatogen di lapangan seringkali tidak efektif
karena beberapa faktor pembatas, beberapa diantaranya adalah asal isolat, medium
perbanyakan, lama penyimpanan, teknik aplikasi dan faktor lingkungan yang
kurang mendukung (Athifa et al, 2018). Selain itu, penggunaan bahan kimia
seperti fungisida sintetik yang digunakan untuk mengendalikan patogen tanaman
juga mempengaruhi penggunaan aplikasi jamur entomopatogen.
Situmorang et al. (2015) melaporkan bahwa perbedaan bahan aktif dan
konsentrasi fungisida berpengaruh terhadap pertumbuhan M. anisopliae.
Difenokonazol dan tebukonazol pada dosis 1.000 ppm-20.000 ppm berpengaruh
terhadap pertumbuhan M. anisopliae.
(Aziz & Bambang, 2014) menyatakan bahwa pestisida propineb pada dosis
20.000 ppm dapat menghambat perkecambahan dan pemencaran konidia serta
menghambat pembentukan acervuli pada miselium jamur. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa jamur M. flavoviride isolat LBPFP Unila mampu tumbuh
pada media yang mengandung fungisida metil tiofanat hingga 4x dosis
-
4
rekomendasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa jamur M. flavoviride koleksi
LBPFP Unila, merupakan salah satu jamur yang tahan terhadap fungisida,
kemungkinan juga jamur ini mampu tumbuh di fungisida yang lain. Informasi
kemampuan jamur M. flavoviride pada fungisida selain metil tiofanat belum
diketahui. Selain itu kemampuan menginfeksi kumbang beras (S. oryzae) juga
belum dapat diketahui.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jamur M. flavoviride koleksi LBPFP Unila mampu tumbuh pada media yang
mengandung fungisida berbahan aktif selain metil tiofanat.
2. Jamur M. flavoviride koleksi LBPFP Unila yang tumbuh pada media fungisida
berbahan aktif selain metil tiofanat mampu menginfeksi kumbang beras.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Padi (Oryza sativa)
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Penanaman padi
sendiri sudah dimulai sejak tahun 3.000 sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok
(Purwono & Purnamawati, 2007). Hampir setengah dari penduduk dunia
terutama dari negara berkembang termasuk Indonesia menjadikan padi sebagai
makanan pokok yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan pangannya setiap
hari. Hal tersebut menjadikan tanaman padi mempunyai nilai spiritual, budaya,
ekonomi, maupun politik bagi bangsa Indonesia karena dapat mempengaruhi hajat
hidup banyak orang. Padi sebagai makanan pokok dapat memenuhi 56-80%
kebutuhan kalori penduduk di Indonesia (Syahri & Sumantri, 2016).
Klasifikasi tanaman padi menurut (Syahri & Sumantri, 2016):
Kingdom
Division
Class
Order
Family
Genus
Species
: Plantae
: Tracheophyta
: Magnoliopsida
: Poales
: Poaceae
: Oryza L.
: Oryza sativa L.
-
6
2.2 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae L.)
Biologi hama kumbang beras adalah :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Sitophylus
Species : Sitophylus oryzae L.
Daur hidup kumbang beras dimulai dari peletakan sebutir telur dilubang oleh
imago pada butiran beras. Selanjutnya lubang itu ditutup dengan sekresi/air liur
kumbang beras yang keras. Kumbang betina dapat bertelur sampai 300 butir
dalam beberapa minggu. Setelah menetas, larva memakan beras sebagai tempat
tinggalnya dan berkembang sampai menjadi pupa. Setelah menjadi dewasa,
kumbang memakan beras pada bagian luarnya hingga berlubang. Kumbang betina
menggerek butiran beras dengan moncongnya di lapangan atau di gudang beras.
Daur hidup dari telur sampai dewasa lebih kurang 26 hari. Sementara itu umur
kumbang dapat mencapai 3-5 bulan. Jika tidak diberi makanan, kumbang betina
masih dapat hidup 6-32 hari (Manueke et al., 2015).
Perkembangan kumbang beras umumnya dapat berlangsung pada suhu 17-34 ˚C
dengan kelembapan relatif 15-100%. Perkembangan optimum terjadi pada suhu
30˚C dengan kelembapan relatif 70%. Jika kelembapan relatif melebihi 18 %
kumbang beras ini akan berkembang cepat. Toleran terhadap suhu dan bias hidup
selama 37 hari pada suhu 0˚C (Manueke et al., 2015)
-
7
Untuk butir beras yang mengapur, dapat terjadi karena granula pati yang kurang
padat/rapat, sehingga tekstur menjadi lebih rapuh. Kekerasan beras pecah kulit
berkolerasi positif dengan ketahanan beras terhadap S. oryzae. Beras yang lunak
akan lebih banyak dikonsumsi oleh serangga dibandingkan beras yang bening, hal
ini memungkinkan peningkatan populasi S. oryzae apabila butir beras besar dan
mengapur. Apabila kelembapan relatif melebihi 15% kumbang bubuk ini akan
berkembang cepat. Serangan kumbang beras ini kadang-kadang juga diikuti oleh
serangan ulat Corcyra cephalonica Stt., sehingga beras menjadi tambah hancur.
Karena serangan bubuk dan kelembapan yang tinggi akan meningkatkan suhu
maka S. oryzae pun akan ikut menyerang beras hingga bertambah rusak dan
berbau busuk (Pracaya, 2007).
2.3. Pengendalian Secara Hayati
Tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, ekonomis, serta
aman dikonsumsi semakin tinggi. Produk tersebut dapat diperoleh dengan
menerapkan budidaya tanaman sehat, salah satunya yaitu penggunaan agen hayati
sebagai sumber pengendalian. Agen hayati adalah setiap organisme yang dapat
merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan organisme pengganggu
tanaman (OPT) sakit atau mati. Pemanfaatan agen hayati dalam proses produksi
suatu produk tanaman khususnya dalam menekan kehilangan atau kerugian hasil
akibat organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu aspek penting yang
sangat berpeluang untuk menjawab tuntutan masyarakat akan produk tanaman
yang minim penggunaan pestisidanya (Herlinda & Irsan, 2015).
-
8
2.4. Jenis – Jenis Jamur Entomopatogen
Entomopatogen adalah suatu istilah yang diberikan kepada satu jenis atau
satu kelompok mikroorganisme yang keberadaannya di alam menjadi patogen
terhadap jenis-jenis serangga. Jamur entomopatogen dapat diartikan sebagai jamur
yang mampu membunuh serangga. Jamur entomopatogen sebagian besar
berasal dari kelas Deuteromycetes seperti Beauveria, Metarhizium, Paecilomyces
dan Nomuraea (Wahyudi et al., 2008).
2.5 Jamur Metarhizium flavoviride
Koloni jamur M. flavoviride pada awal pertumbuhan berwarna putih, kemudian
berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur koloni. Secara
mikroskopis miselium jamur tersusun tegak, berlapis dan bercorak yang dipenuhi
dengan konidia bersel satu berwarna hialin, berbentuk bulat silinder. Konidiofor
tersusun rapat dengan struktur seperti spodokium (Hasibuan, 2015). Jamur M.
flavoviride biasa digunakan untuk mengendalikan hama ordo Hemiptera dan
beberapa Coleoptera. Penggunaan M. flavoviride dilaporkan telah diaplikasikan
secara luas di beberapa negara seperti Italia, Kanada, Tazmania, Swiss, dan
beberapa negara lainnya (Onofre et al, 2001).
Gambar 1. Jamur M. flavoviride (a) koloni jamur 7 hari (b) spora
(perbesaran 400 x)
a b
-
9
2.6. Fungisida
Beberapa bahan aktif fungisida yang populer digunakan untuk tanaman padi di
Indonesia antara lain adalah (mankozeb), (benomil), (benomil+tiram),
(klorotalonil), dan (mankozeb). Fungisida berbahan aktif metalaksil telah
lama digunakan untuk mengendalikan penyakit bulai pada jagung (Nurbaiti,
1986). Bahan aktif lainnya selain metil tiofanat telah diuji efikasinya untuk
pengendalian penyakit blendok pada jeruk. Fungisida tersebut, saat ini masih
merupakan fungisida yang direkomendasikan.
Beberapa fungisida sistemik yang berbahan aktif benomil dan metil tiofanat, telah
diteliti dalam uji efikasi dan memberikan efektivitas yang cukup untuk menekan
intensitas penyakit. Propineb bahan aktif dari Antracol dan Petrostar, telah diuji
efikasinya untuk pengendalian penyakit antraknosa pada cabai (Sumardiyono et al
.,1996). Fungisida benomil telah diuji kemampuannya dalam menekan penyakit
embun tepung pada Acacia mangium. Penyemprotan tiap dua minggu, sampai
dengan delapan minggu dengan kepekatan 1g/l mampu mengurangi kerusakan
hingga 81,6% (Anggraeni, 2001). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas diketahui
bahwa fungisida kontak dan sistemik telah cukup lama dipakai di Indonesia.
Fungisida-fungisida tersebut masih diperlukan untuk pengendalian penyakit
tanaman untuk waktu yang akan datang.
-
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Maret sampai November 2018 di Laboratorium
Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur Metarhizium
flavoviride koleksi LBPFP Universitas Lampung, 9 jenis fungisida (metil tiofanat,
triziklazo, isoprotiolan, difenokonazol, mankozeb, benomil, ziram, carbendazim,
dan propineb), beras, serangga uji kumbang beras (S. oryzae), aquades, Tween 80
0,1%, alkohol 70%, media PDA (Himedia® India) dan asam laktat.
Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan
elektrik, penggaris, haemocytometer, cawan petri, erlenmeyer, bunsen, alumunium
foil, tip 0-1000 µl, mikropipet 0-1000 µl, stoles plastik, aspirator, kain kasa, kuas,
gelang karet, plastik tahan panas, bor gabus, jarum ose, plastik wrap, nampan,
microwev, autoclave, Laminar Air Flow, mikroskop, kamera, kertas label, dan alat
tulis.
-
11
3.3. Metode Penelitian
3.3.1 Isolat Jamur M. flavoviride yang digunakan
Jamur M. flavoviride yang digunakan merupakan koleksi Laboratorium
Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (yang diisolasi
dari larva Spodoptera litura). Sebelum pengujian jamur M. flavoviride
diremajakan pada media Potato Dextrose Agar PDA (Himedia® India).
3.3.2 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)
Pembuatan media dilakukan dengan menimbang media PDA (Himedia® India)
sebanyak 39 g dan agar batang sebanyak 2 g, lalu dilarutkan dalam aquades 1 L
dengan cara dipanaskan di dalam microwave. Media PDA disterilkan dengan
menggunakan autoclave pada suhu 121˚C dan tekanan 1 atm selama 15 menit.
Setelah disterilkan media PDA langsung ditambahkan larutan asam laktat
sebanyak 1,4 ml untuk mencegah media terkontaminasi oleh bakteri.
3.3.3 Peremajaan Jamur M. flavoviride pada Media PDA
Jamur M. flavoviride diremajakan dengan cara mengambil 1 bor gabus biakan
jamur dengan ukuran 5 mm lalu diletakkan di tengah media PDA di dalam cawan
petri. Inokulasi jamur dilakukan di dalam Laminar Air Flow agar tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme lain. Hasil inokulasi kemudian diinkubasi
pada suhu ruang selama 14 hari.
-
12
3.3.4 Pengujian Kemampuan Tumbuh Produksi dan Viabilitas Jamur
Metarhizium flavoviride terhadap Beberapa Jenis Fungisida
3.3.4.1 Jenis Fungisida dan Dosis yang digunakan
Tabel 1. Jenis bahan aktif fungisida dan dosis yang digunakan
Kode Bahan aktif Dosis
K Tanpa bahan aktif ( kontrol ) -
F1 Metil Tiofanat 1,5 ml/l
F2 Triziklazol 1 ml/l
F3 Isoprotiolan 2 ml/l
F4 Difenokonazol 2 ml/l
F5 Mankozeb 3 g/l
F6 Benomil 2 g/l
F7 Ziram 4 g/l
F8 Carbendazim 2 g/l
F9 Propineb 2 g/l
F10 Metil Tiofanat 3 ml/l
F11 Triziklazol 2 ml/l
F12 Isoprotiolan 4 ml/l
F13 Difenokonazol 4 ml/l
F14 Mankozeb 6 g/l
F15 Benomil 4 g/l
F16 Ziram 8 g/l
F17 Carbendazim 4 g/l
F18 Propineb 4 g/l
3.3.4.2 Pembuatan Media PDA yang Mengandung Fungisida
Pembuatan media dilakukan dengan menimbang PDA (Himedia® India).
sebanyak 39 g dan agar batang sebanyak 2 g lalu dilarutkan dalam aquades 1 L
dengan cara dipanaskan di dalam microwave. Media PDA dimasukkan ke dalam
botol kaca berukuran volume 100 mL. Masing-masing perlakuan (Tabel 1)
-
13
dimasukkan ke dalam media PDA yang telah disiapkan. Media PDA diautoclave
pada suhu 121 ˚C dan 1 atm selama 1 menit.
3.3.4.3 Inokulasi Jamur M. flavoviride pada Media PDA yang Mengandung
Fungisida
Sebanyak 1 bor gabus (diameter 5 mm) biakan murni jamur M. flavoviride yang
berumur 14 hari diletakkan di tengah cawan petri yang berisi media PDA yang
mengandung fungisida. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 40 hari.
3.3.4.4 Uji Pertumbuhan Jamur M. flavoviride pada Media PDA yang
Mengandung Beberapa Jenis Fungisida
Pengamatan dilakukan setiap hari selama 30 hari terhadap diameter koloni jamur
M. flavoviride. Diameter koloni diperoleh dari rerata 4 kali pengukuran koloni
jamur.
Gambar 2. Ilustrasi pengukuran diameter jamur
Rumus pengukuran diameter koloni jamur:
D =
Keterangan:
D = Diameter M. flavoviride (cm)
d1, d2, d3, d4 = Diameter hasil pengukuran dari empat arah yang berbeda
-
14
3.3.4.5 Pembuatan Suspensi Spora Jamur M. flavoviride
Pembuatan suspensi jamur M. flavoviride dilakukan dengan cara menambahkan
10 mL suspensi 0,1% Tween 80 ke dalam cawan petri yang berisi biakan murni
jamur M. flavoviride berumur 30 hari. Spora jamur dipanen dengan menggunakan
drigalski. Setelah itu, suspensi spora dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan
digoyang-goyang agar suspensi tersebut homogen.
3.3.4.6 Produksi Spora Jamur Entomopatogen
Sporulasi jamur dihitung dengan menggunakan metode hitungan mikroskopis
langsung menggunakan alat haemocytometer. Sebanyak 1 mL suspensi spora
(3.3.4.5) diteteskan secara perlahan pada bidang hitung haemocytometer lalu
ditutup dengan gelas penutup. Penghitungan jumlah spora dilakukan dengan
bantuan mikroskop binokuler perbesaran 400x. Jumlah spora dihitung dengan
menggunakan 5 bidang atau kotak sedang haemocytometer. Setelah diketahui
rata-rata spora pada 5 bidang pandang haemocytometer, sporulasi jamur dihitung
menggunakan rumus ( Syahnen et al., 2014):
S =R x K x F
Keterangan :
S = Jumlah spora
R = Jumlah rata-rata spora pada 5 bidang (kotak kecil) pandang haemocytometer
K = Konstanta koefisien alat (2,5 x105)
F = Faktor pengenceran yang dilakukan
-
15
3.3.4.7 Viabilitas Spora Jamur Entomopatogen
Sebanyak 25 µl suspensi spora (3.3.4.5) diteteskan di atas media PDA yang
mengandung fungisida dan diinkubasi selama 36 jam. Spora M. flavoviride
diamati di bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 400x. Spora dihitung
berkecambah apabila telah terbentuk kecambah yang panjangnya setengah
diameter spora (Rosanti et al., 2014). Viabilitas spora dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut (Syahnen et al., 2014):
Viabilitas = diamati yang spora Total
hberkecamba yang sporaJumlah X 100%
3.3.5 Uji Patogenisitas Jamur M. flavoviride yang Mampu Tumbuh pada
Beberapa Fungisida
3.3.5.1 Penyediaan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae L) Sebagai Serangga Uji
Kumbang beras diperoleh dari beras yang sudah lama tersimpan. Kumbang beras
dipisahkan dan diambil dari berasnya dengan menggunakan pinset lalu
dimasukkan kedalam stoples dan dibawa ke Laboratorium Bioteknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian Unila. Dalam satu stoples kecil dimasukkan 10-20 kumbang
beras.
3.3.5.2 Pembuatan Suspensi Spora Jamur M. flavoviride
Cara pembuatan suspensi spora sama dengan metode yang dilakukan pada sub bab
3.3.4.5.
-
16
3.3.5.3 Aplikasi Suspensi Spora Jamur M. flavoviride pada Kumbang Beras
Suspensi jamur M. flavoviride yang telah diperoleh diaplikasikan pada kumbang
beras. Sebanyak 10 ml suspensi spora dimasukkan ke dalam cawan petri.
kumbang beras diambil dengan pinset lalu diletakkan ke dalam cawan petri berisi
suspensi jamur M. flavoviride dan didiamkan selama 1 menit. Kemudian kumbang
beras diangkat dan diletakkan ke dalam masing-masing stoples kecil yang berisi
beras.
3.3.5.4 Tingkat Mortalitas Kumbang Beras Setelah Aplikasi Jamur M. flavoviride
Pengamatan mortalitas kumbang beras dilakukan setiap hari sejak 1-8 hari setelah
aplikasi. Kumbang beras yang terinfeksi jamur M. flavoviride dipisahkan dan
diletakkan dalam cawan petri yang dilapisi tisu lembap lalu diinkubasi di suhu
ruang. Pengamatan kumbang beras yang mati dilakukan terhadap kemunculan
jamur pada permukaan tubuh. Jamur yang tumbuh kemudian diisolasi dan diamati
secara mikroskopis bertujuan untuk memastikan kematian kumbang beras tersebut
disebabkan oleh jamur M. flavoviride yang telah diaplikasikan. Persentase
mortalitas kumbang beras dapat dihitung menggunakan rumus :
Mortalitas (%) = diamati yang uji seranggajumlah Total
mati yang uji seranggaJumlah X 100%
3.6 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Pengujian pertumbuhan jamur M. flavoviride disusun dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 19 perlakuan terdiri dari 1 tanpa
fungisida (K), 2 metil tiafonat (F1 dan F10), 2 triziklazol (F2 dan F11), 2
-
17
1soprotiolan (F3 dan F12), 2 difenokonazol (F4 dan F13), 2 mankozeb (F5 dan
F14), 2 benomil (F6 dan F15), 2 ziram (F7 dan F16), 2 karbendazim (F8 dan
F17), dan 2 propineb (F9 dan F18). Seluruh perlakuan diulang sebanyak empat
kali. Sedangkan pengujian sporulasi, viabilitas, dan patogenisitas jamur M.
flavoviride yang mampu tumbuh pada beberapa fungisida disusun dalam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan terdiri dari kontrol (tanpa
fungisida), metil tiofanat ( F1 dan F10), mankozeb (F5), ziram (F7), dan propineb
(F9).
Data yang diperoleh kemudian diuji homogenitas ragamnya dengan menggunakan
uji bartlett dan aditivitas dengan uji Tukey. Apabila asumsi terpenuhi, dilanjutkan
dengan uji ANARA. Jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jamur Metarhizium flavoviride yang mampu tumbuh pada media fungisida
yaitu perlakuan F1 (metil tiofanat), F5 (mankozeb), F7 (ziram), F9 (propineb),
dan F10 (metil tiofanat). Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh perlakuan F5
(mankozeb) yaitu 5,48 cm dan terendah oleh perlakuan F7 (ziram) yaitu 2,8
cm. Sporulasi jamur M. flavoviride berada pada kisaran 0,00-1,2 x108 spora
/ml. Sporulasi tertinggi dihasilkan oleh perlakuan F5 (mankozeb) yaitu 1,23
x108 dan terendah pada perlakuan F1 dan F10 (metil tiofanat) yaitu 0
spora/ml. Viabilitas tertinggi dihasilkan oleh perlakuan F5 (mankozeb) yaitu
41,00 % dan terendah oleh perlakuan F1 dan F10 (metil tiofanat), dan F9
(propineb) yaitu 0 %.
2. Persentase mortalitas kumbang beras akibat aplikasi jamur M. flavoviride yang
mengandung fungisida berkisar antara 5,36 -26,90 %. Mortalitas tertinggi
disebabkan oleh perlakuan F5 (mankozeb) yaitu 26,90% dan terendah pada
perlakuan F7 (ziram) yaitu 5,36%.
-
30
5.2. Saran
1. Perlu upaya untuk meningkatkan kemampuan menginfeksi jamur M.
flavoviride terhadap serangga hama.
2. Menganalisis bagian yang mungkin terjadi mutasi.
-
32
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I. 2001. Upaya Penyembuhan Penyakit Embun Tepung pada Bibit
Acacia mangium dengan Benomil. Kongres Nasional XVI dan Seminar
Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Bogor, 22-24 Agustus 2001.
Athifa, S., S. Anwar & B.A. Kristanto. 2018. Pengaruh Keragaman Jamur
Metarhizium anisopliae terhadap Mortalitas Larva Hama Oryctes rhinoceros
dan Lepidiota stigma. Jurnal agro complex.2(2):120-127.
Aziz, A. & B. Utoyo. 2014. Uji efektivitas beberapa jenis fungisida terhadap
beberapa penyakit bercak daun (Curvularia eragostidis) pada bibit kelapa
sawit di Main-nursery. Prosiding Seminar Nasional. Politeknik Negeri
Lampung 24 Mei 2014. 7:611-617..
Bernardi, E., D. M. Pinto., J S. do Nascimento., P. B. Ribeiro & C. I. da. Silva.
2006. Effect of the entomopathogenic fungi Metarhizium anisopliae and
Beauveria bassiana on the development of Musca domestica L. (Diptera:
Muscidae) in the laboratory. Aruivos do Instituto Biologico. 73(1): 127-129.
Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Gul, H.T., S. Saeed & F.Z.A. Khan. 2014. Entomopathogenic fungi as effective
insect pest management tactic: a review. Applied Sciences and Business
Economics. 1(1): 10-18.
Hasibuan, R. 2015. Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Plantaxia.
Yogyakarta.
Herlinda, S. & Irsan. C. 2015. Pengendalian Hayati Hama Tumbuhan. Unsri
Press. Palembang.
Herlinda, S., S.I. Mulyati & Suwandi. 2008. Jamur entomopatogen berformulasi
cair sebagai bioinsektisida untuk pengendali wereng coklat. Agritrop. 27(3):
119-126.
Maganey R.C. & Bull. 2003. Effect of the Dithiocarbamate Fungicide Mancozeb
on Sugar Cane Growth and Soil Biology in Yield Decline Affected Soils
Proceedings Australia Society Sugar Cane. 25: 1-15.
-
32
Masyitah, I., S.F. Sitepu & I. Safni. 2017. Potensi jamur entomopatogen untuk
mengendalikan ulat grayak Spodoptera litura F. pada tanaman tembakau in
vivo. Jurnal Agroteknologi. 5(3): 484-493.
Manueke, J., M. Tulung & J.M.E. Mamahit. 2015. Biologi Sitophylus oryzae dan
Sitophylus zeamais ( Coleoptera:curculionide) pada beras dan jagung
pipilan. Eugenia. 21(1): 20-31.
Nurbaiti.1986. Pengaruh Ridomil 35 SD dalam Pengendalian Penyakit Bulai
(Peronosclerospora maydis) (Rac.) Shaw pada Berapa Varietas Jagung.
Skripsi. Institut Petanian Bogor.
Onofre, S.B., C.M. Miniuk., N.M.D. Barros, & J.L. Azepedo. 2001. Growth and
sporulation of Metarhizium flavoviride var. Flavoviride on culture media
and lighting regimes. Scientia Agricola. 58(3):613-616.
Pasaribu, L. T. 2018. Patogenesitas dan identifikasi molekuler dan delapan jamur
entomopatogen sebagai agensia pengendali hama wereng coklat batang padi
pada tanaman padi. Skripsi. Universitas Lampung.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwono & H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Santoso, A. Nasution., D.W. Utami., I. Hanarida., A.D. Ambarwati., S.
Mulyopawiro, & D. Taharreau. 2007. Variasi genetik dan spektrum
virulensi patogen blas pada padi asal Jawa Barat dan Sumatra. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 26(3):150-155.
Sembiring, K. W. 2008. Efektivitas mankozeb dan metalaxil dalam menghambat
pertumbuhan Cylindrocladium scoparium penyebab penyakit busuk teh di
laboraturium. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Sieverding, E. 2001. Mycorrhiza Mangement in Tropical Agrosystem. GTZ.
Eastborn.
Situmorang. Y. A., D. Bakti, & Hasanuddin. 2015. Dampak beberapa fungisida
terhadap pertumbuhan koloni jamur Metarhizium anisopliae (Metch)
Sorokin di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. 3(1) : 147-159.
Suganda, T., E. Yulia, F. Widiantini, & Hersanti. 2016. Intensitas penyakit blas
(Pyricularia oryzae Cav.) pada padi varietas Ciherang di lokasi endemik
dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil. Jurnal Agrikultura 27(3):154–
159.
Sumardiyono, C. 2008. Ketahanan Jmaur Terhadap Fungisida di Indonesia. Jurnal
Perlindungan Tanaman di Indonesia.14(1):1-5
-
33
Syahnen, D., D.N. Sirait, & S.E.Br. Pinem. 2014. Teknik Uji Mutu Agens
Pengendali Hayati (APH) di Laboraturium. Laboraturium Lapangan Balai
besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. (BBPPTP). Medan.
Syahri & R.U. Sumantri. 2016. Efektivitas paket rekomendasi teknologi
pemupukan terhadap produktivitas padi di Lahan Lebak Ogan Ilir, Sumatera
Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 17(3):
211-221.
Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Wahyudi, T., T. R. Panggabean, & Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.