RESEPSI MASYARAKAT TERHADAP CERITA DATU SANGGUL THE …
Transcript of RESEPSI MASYARAKAT TERHADAP CERITA DATU SANGGUL THE …
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 67
RESEPSI MASYARAKAT TERHADAP CERITA DATU SANGGUL
(THE LEGEND OF DATU SANGGUL AS RECEIVED BY THE
COMMUNITY)
Pifa Nuryani
SMPN 2 Rantau, Jalan Gerilya, Kec. Tapin Utara, Kab. Tapin Kode Pos: 71112, e-mail:
Abstract
The legend of Datu Sanggul as received by the community. This research aims to
describe the forms of reception and the factors causing the community (audience) to
receive the Legend of Datu Sanggul. This is qualitative literary research through the
receptive approach to literature. The data was collected through interviews, and
field observations in the areas of the Datu Sanggul's Grave, and the documents of
the manakib or books relating to the Datu Sanggul. The results of this research are
(1) can be known the community's receptions on the Legend of Datu Sanggul are the
forms of execution of annual commemoration of Datu Sanggul, the number of
pilgrims to the Datu Sanggul's Grave, the habit of reciting manakib (biography), the
presence of people who are eloquent in telling Datuk Sanggul's manakib, and the
existence of the publication of manakib. (2) can be known the factors influencing the
community to receive the Legend of Datu Sanggul are the factors of (a) the vows,
wishful thinking/desires (positions, marriage partners, projects to build houses, etc),
(b) the healing from illness, (c) the inner pressure and weak self-awareness based
on which they hope they cured because of karomah of Datu Sanggul, (d) the socio-
culture, the family problem, the love towards a guardian. All factors and forms of
community reception are influenced by community acceptance horizon factors such
as background understanding of religion, religious emotions, social culture, and
education. All the factors and forms of community's reception are influenced by the
factors of the community's acceptance horizon such as the background of
understanding of religion, religious emotions, social culture, and education.
Key words: reception, legend, Datu Sanggul
Abstrak
Resepsi Masyarakat Terhadap Cerita Datu Sanggul. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk-bentuk resepsi dan faktor penyebab timbulnya tindakan
resepsi masyarakat terhadap cerita Datu Sanggul. Penelitian ini berjenis penelitian
kualitatif deskriptif melalui pendekatan resepsi sastra. Sumber data penelitian
diambil dari tuturan informan baik melalui kegiatan wawancara, observasi
lapangan di makam Datu Sanggul, dan dokumen manakib atau buku yang berkaitan
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya Vol 11, No 1, April 2021
ISSN 2089-0117 (Print) Page 67 - 86
ISSN 2580-5932 (Online)
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
68 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
dengan Datu Sanggul. Hasil dari penelitian ini adalah (1) dapat diketahui bentuk-
bentuk resepsi masyarakat terhadap cerita Datu Sanggul berupa pelaksanaan haul
Datu Sanggul tiap tahun, banyaknya peziarah ke makam Datu Sanggul, adanya
kebiasaan membaca manakib, adanya orang yang fasih menceritakan riwayat Datu
Sanggul, dan adanya buku manakib yang diterbitkan. (2) dapat diketahui faktor-
faktor yang mempengaruhi tindakan resepsi masyarakat terhadap cerita Datu
Sanggul adalah faktor adanya nazar, aktor adanya angan-angan/ keinginan
(jabatan, jodoh, proyek membangun rumah, dsb.), faktor keinginan kesembuhan
dari sakit, faktor tekanan batin dan kesadaran diri lemah sehingga berharap atau
bertawassul melalui Datu Sanggul yang diyakini sebagai wali dan berkaromah,
faktor sosial budaya, faktor masalah rumah tangga, dan faktor kecintaan terhadap
wali. Semua faktor dan bentuk resepsi masyarakat tersebut dipengaruhi faktor
horizon penerimaan masyarakat seperti latar belakang pemahaman keagamaan,
emosi keagamaan, sosial budaya, dan pendidikan.
Kata-kata kunci: resepsi masyarakat, cerita legenda, Datu Sanggul
PENDAHULUAN
Cerita Datu Sanggul (yang selanjutnya disebut DS) termasuk bagian dari prosa sastra
tradisional Banjar berjenis legenda perorangan. Hal ini dikarenakan cerita tersebut hanya
membahas seorang tokoh saja yang menjadi pusat cerita yaitu DS. Effendi (2011, hlm. 40-43)
menyebutkan bahwa secara umum, sastra tradisional Banjar memiliki ciri anonim, lisan, banyak
versi, pralogis, dan vulgar. Adapun cerita DS termasuk dalam klasifikasi cerita legenda
perorangan karena hanya menceritakan tokoh tertentu yaitu DS. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hooykaas dalam Rafiek (2017, hlm. 220) yang menyatakan tentang hal-hal berdasarkan
sejarah, suatu kejadian yang berhubungan dengan agama, seseorang yang taat beribadah dan
juga menyebarkan agama.
Cerita DS merupakan cerita yang dipercaya secara turun menurun oleh masyarakat
Tapin sebagai cerita yang benar-benar terjadi, nyata, dan bernilai pendidikan tinggi. Dalam
riwayat hidupnya, DS dipercaya sebagai sosok yang istimewa, yang memiliki kemampuan yang
luar biasa, yang tidak dimiliki manusia pada umumnya. Dalam perkembangannya sekarang,
banyak sekali didengar dan ditemukan cerita-cerita yang berkembang sepeninggal DS.
Misalnya tentang cerita makam DS yang bekeramat, tentang kepercayaan apabila berziarah di
makam DS dapat sembuh dari sakit, terkabul hajad, dimudahkan rezeki, ditemui hal gaib, dan
lain sebagainya. Cerita tersebut semakin berkembang dan dipercaya oleh masyarakat.
Karya sastra menjadi berharga dan bernilai apabila diberikan tanggapan atau penilaian
terhadap sastra tersebut. Junus (1985, hlm. 1) mengungkapkan bahwa resepsi sastra adalah
bagaimana pandangan pembaca dalam memberikan tanggapan terhadap karya sastra yang
dibacanya sehingga mampu memberikan reaksi terhadapnya baik secara pasif maupun aktif.
Reaksi yang diberikan berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh horizon dan pengalaman masing-
masing pembaca atau peresepsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Teeuw dalam Rafiek (2017,
hlm. 696) tentang keindahan yang bersifat nisbi dan tergantung pada situasi sosial budaya
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 69
pembaca. Dalam hal ini berupa bentuk-bentuk resepsi masyarakat dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat melakukan tindakan resepsi tersebut.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
penelitian oleh (Haryawati, 2018) yang berjudul Nilai Pendidikan Karakter Pada Tokoh Datu
Sanggul dan Relevansinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII yang dimuat dalam
jurnal Paris Berantai STKIP Kotabaru. Dalam penelitiannya ditemukan dalam karakter DS
terdapat karakter yang dapat diteladani antara lain berjiwa religius, toleransi, disiplin, mandiri,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan komunikatif yang sesuai dengan KI/KD kurikulum 2013
tentang fabel dan legenda dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII. Adapun
perbedaan penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya dan yang dilakukan peneliti
adalah fokus penelitian yaitu jika peneliti sebelumnya fokus penelitian adalah pendidikan
karakter dikaitkan dengan relevansi pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII, maka
peneliti fokus pada bentuk-bentuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi resepsi masyarakat
pada cerita DS.
Selain itu penelitian lainnya yang berkaitan dengan resepsi sastra, dilakukan oleh
(Sahril, 2018) yang berjudul Cerita Rakyat Mas Merah: Kajian Resepsi Sastra yang dimuat
dalam jurnal Kandai. Dalam penelitiannya cerita rakyat “Mas Merah” dapat dijadikan
monumen, dokumen sosio-budaya, dan kearifan lokal. Perbedaan sebelumnya dengan
penelitian yang dilakukan peneliti adalah objek kajian. Objek kajian peneliti sebelumnya
meneliti cerita rakyat Mas Merah, sedangkan peneliti pada bentuk-bentuk dan faktor-faktor
yang mempengaruhi resepsi masyarakat pada cerita DS.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk resepsi masyarakat terhadap cerita DS?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan resepsi masyarakat terhadap
cerita DS?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk resepsi masyarakat terhadap cerita DS.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan resepsi masyarakat
terhadap cerita DS.
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan disampaikan secara deskriptif dengan
pendekatan resepsi sastra. Penelitian kualitatif deskiptif menurut Sutopo (2006, hlm. 40)
merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data berupa kata-kata, kalimat
atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu timbulnya) pemahaman
yang lebih nyata dibandingkan hanya sekedar sajian angka atau frekuensi semata.
Junus (1985, hlm. 1) mendefinisikan pendekatan resepsi sastra adalah penelitian yang
menitikberatkan pada bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang
dibaca sehingga mampu memberikan reaksi dan tanggapan terhadap karya sastra tersebut.
Dalam hal ini dimaksudkan bagaimana pembaca atau masyarakat dapat memberikan tanggapan
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
70 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
tentang bentuk-bentuk resepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan
tindakan resepsi tersebut.
Adapun sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer dari jawaban informan dan responden yang diperoleh
melalui wawancara mendalam. Informan dan responden yang dipilih dalam penelitian ini
adalah informan dan responden terpilih yang memiliki latar belakang, pemahaman, dan
informasi tentang DS. Selain data berupa hasil wawancara, data primer juga diperoleh dari data
observasi langsung yaitu berupa data dokumentasi baik foto maupun infomasi di lapangan yaitu
di makam DS. Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku manakib DS karya Marwan
(2003), Tim Sahabat (2018), Usman dan Syarifuddin (2010) dengan judul buku Tapin Bertabur
Ulama cetakan 2, dan Tim Sahabat (2013) dengan judul buku Datu-Datu Terkenal di
Kalimantan Selatan. Selain buku manakib data sekunder juga diperoleh dari buku tamu peziarah
makam DS.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik perekaman baik audio
maupun audiovisual, pemotretan, pengamatan secara cermat, pencatatan, dan wawancara
mendalam. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam,
membaca mendalam buku manakib, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis data
kualitatif model interaktif yang memiliki langkah-langkah antara lain mengumpulkan data,
mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bentuk-Bentuk Resepsi Masyarakat terhadap Cerita DS Bentuk-bentuk resepsi masyarakat terhadap cerita DS berupa pelaksanaan haul DS tiap
tahun, banyaknya peziarah ke makam DS, adanya kebiasaan membaca manakib, adanya orang
yang fasih menceritakan riwayat DS, dan adanya buku manakib yang diterbitkan. Berikut
pemaparan bentuk-bentuk resepsi masyarakat terhadap cerita DS.
a. Pelaksanaan Haul DS tiap Tahun
Bentuk resepsi masyarakat berupa pelaksanaan haul DS tiap tahun diperoleh dari data
informan, dan observasi lapangan. Dari data informan diperoleh melalui kegiatan wawancara
langsung pada tanggal 23 April 2020 dengan juru pemelihara makam DS bapak Abdul Kadir.
Disebutkan bahwa haul DS selalu dilaksanakan tiap tahun sebagaimana dalam kutipan data
berikut yang menunjukkan bahwa haul selalu dilaksanakan setiap tahun yang jumlah
peziarahnya semakin bertambah.
“Tiap tahun selalu bertambah apalagi ketika haul-haul peziarah bertambah dan
meningkat”. (AK)
Selain itu dalam observasi lapangan juga diperoleh data dokumen berupa foto-foto
susunan acara haul dari tahun ke tahun seperti dalam gambar berikut.
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 71
Gambar 1. Sampul undangan dan susunan acara haul DS tahun 2016 dan 2017
Dalam gambar tersebut terlihat bahwa susunan acara dari tahun ke tahun tidak
mengalami perubahan yaitu dimulai dari pembukaan, pembacaan kalam illahi, sambutan-
sambutan, pembacaan manakib, tausiah keagamaan, pembacaan surah yasin, tahlil dan do’a,
kemudian penutup.
Selain data tersebut juga diperoleh data dari informan peziarah Bapak Ijul dengan juru
pemelihara makam tentang latar belakang mereka datang ke haul DS yaitu karena ingin
mengambil berkah DS, memuliakan ulama, mendengarkan ceramah, dan mengambil pelajaran
dari sejarah hidup DS sebagaimana terdapat dalam gambar kutipan wawancara dalam
whatshapp berikut.
Gambar 2. Dokumen kutipan percakapan whatshapp dengan pengunjung haul dan juru
pemelihara makam DS terkait tujuan orang datang haul
Kegiatan haul biasanya dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah antara tanggal 28-29
dengan jumlah peziarah yang semakin bertambah tiap tahunnya, sebagaimana yang dituturkan
oleh informan juru pemelihara makam berikut.
“Kalau DS ini pelaksanaan di bulan Dzulhijjah antara tanggal 28-29 Dzulhijjah
akhir bulan Dzulhijjah. Tiap tahun selalu bertambah apalagi ketika haul-haul peziarah
bertambah dan meningkat.” (AK)
Pelaksanaan haul diliput oleh beberapa media salah satunya adalah media berita
kalselpos.com dalam gambar berikut.
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
72 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
b. Peziarah Makam DS yang Semakin Bertambah tiap Tahunnya
Ziarah menjadi salah satu bentuk penerimaan atau resepsi masyarakat terhadap diri DS.
Bertambahnya peziarah ke makam DS dari tahun ke tahun menunjukkan cerita DS ini tersebar
dan diketahui tidak hanya wilayah sekitar makam DS namun juga di luar makam seperti kota-
kota lain di luar Tapin, luar Kalimantan bahkan luar negeri. Data hasil penelitian diperoleh dari
beberapa hal antara lain dari informan melalui kegiatan wawancara, melalui dokumen manakib,
dan melalui kegiatan observasi di lapangan. Berikut data melalui informan dapat dilihat dari
kutipan berikut.
“Adapun keramat beliau yang sudah meninggal yang kita lihat saat ini, pertama itu
pengunjung orang-orang makin banyak saja yang bekunjung ke sini. (AK)
“Padahal jembatan itu digunakan untuk lalu lalang peziarah. (MS)
“Jadi wali besar di zaman beliau itu kan? Dan sampai sekarang itu kan tahun ke tahun,
tahun ke tahun ternyata peziarah dulunya kan tidak terlalu diziarahi orang. Akhir-akhir ini
semakin ramai, berarti orang itu semakin besar saja karamah dan kewalian beliau.” (ZL)
“Pengunjungnya perhari ratusan, karena makam buka 1x24 jam. Paling ramai hari
Sabtu-Minggu”. (AM)
Dari data informan diketahui bahwa makam DS pengunjungnya semakin banyak, ada
yang melewati jalan-jalan jembatan untuk lalu lalang. Hal ini karena DS diyakini seorang wali
besar yang berkaromah sehingga banyak yang berziarah bahkan pengunjungnya perhari
mencapai ratusan dikarenakan makam DS buka selama 1x24 jam setiap harinya. Hal ini juga
dikuatkan dalam dokumen manakib yang menyebutkan sebagai berikut.
“Makam atau kubur beliau selalu diziarahi orang setiap harinya tidak pernah sepi dari
para peziarah, para peziarah ini bukan saja datang dari daerah sekitar makamnya tetapi juga
banyak yang datang dari daerah di Kalimantan Selatan bahkan dari berbagai daerah di luar
Kalimantan Selatan bahkan dari negeri tetangga seperti Malaysia, Brunai dan lain-lain.”
(Manakib DS, Tim Sahabat, 2018, hlm. 60 dan Manakib DS Marwan, 2003, hlm. 73-74).
Gambar 3. Pelaksanaan haul DS ke-254 tahun 2019 dari portal kalsel.com
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 73
Bahkan berdasar data observasi diketahui dari buku tamu menunjukkan peziarah tidak
hanya datang dari dalam wilayah Kalimantan Selatan saja, namun juga dari pulau-pulau lain
seperti Jawa, Bandung, bahkan ada tamu di bulan Januari tahun 2020 dari Malaysia sebanyak
10 orang pada tanggal 26 Januari 2020 dan dari Singapura 1 orang pada tanggal 27 Januari 2020
sebagaimana dalam gambar berikut.
Masyarakat yang datangpun juga dari berbagai kalangan. Ada yang dari kelompok-
kelompok pengajian, kelompok burdah, habsy, pegawai perkantoran, ibu rumah tangga,
pedagang, pejabat, tuan guru, pelajar, umum, dinas bahkan asing. Jumlah peziarah juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah peziarah makam DS dari
tahun 2018 ke 2019 yaitu sebesar 4810 peziarah.
c. Kebiasaan Pembacaan Manakib DS
Bentuk-bentuk resepsi masyarakat terhadap cerita DS juga dapat diketahui dengan
adanya kebiasaan ataupun kegiatan membaca manakib DS. Kegiatan ini dilakukan pembaca
manakib dalam pelaksanaan haul DS. Data hasil penelitian diperoleh dari beberapa hal antara
lain dari informan melalui kegiatan wawancara tidak langsung melalui whatshapp, dan melalui
kegiatan observasi di lapangan. Hal ini terlihat dari dokumen manakib dalam gambar berikut.
Gambar 5. Percakapan wawancara dengan whatshapp tentang pembaca manakib DS
Gambar 4. Daftar kunjungan peziarah DS dari Malaysia dan Singapura tanggal 26
dan 27 Januari 2020
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
74 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
Selain itu juga diperoleh data observasi lapangan berupa dokumen manakib yang
dibacakan pada haul DS ke- 238 berikut ini.
Gambar 6. Foto sampul ringkasan manakib DS yang disusun oleh H. Syaukani Yusuf
dan dibacakan pada haul DS ke-242
Buku pembacaan manakib DS yang dirangkum oleh H. Syaukani Yusuf, Pimpinan
Madrasah Diniyah Tahdiriyah di sekitar makam DS tersebut memiliki jumlah halaman
sebanyak 11 halaman yang dibacakan pada acara haul akbar ke- 242 (hitungan tahun hijriyah)
atau ke 238 (hitungan tahun Masehi) jatuh pada hari Ahad 4 Muharram 1429 Hijriyah
bertepatan tanggal 13 Januari 2008 yang isinya tentang sejarah riwayat DS, murid pilihan, kitab
barencong, keramat yang dimiliki DS, dan kunci ajaran ilmu DS yaitu ilmu ma’rifat. Selain itu
juga termasuk dalam susunan acara haul setiap tahunnya. Pembaca manakib adalah orang
tertentu yang ditunjuk oleh panitia pelaksana haul.
d. Masyarakat Fasih Menceritakan Riwayat DS
Bentuk penerimaan dan resepsi masyarakat lainnya terhadap cerita DS adalah masih
adanya masyarakat yang fasih menceritakan riwayat DS. Riwayat DS mengenai sejarah nama,
sejarah kedatangannya, dan keramat-keramat yang dimiliki, fasih diceritakan oleh informan
sebagaimana terdapat dalam kutipan berikut.
“Sejarah singkat DS ini, beliau nama aslinya Abdus Samad Sirajul Huda, dari
Palembang Sumatera Selatan. Beliau ini merantau dari sebrang dari Sumatra ke Borneo ke
Kalimantan. Hanya satu berkeinginan menuntut ilmu karena beliau ini ada mimpi, jika hendak
menuntut ilmu, ilmu sejati datang ke pulau Borneo ke pulau Kalimantan yaitu ke tempatnya
Datu Suban.”(AK)
“Jadi DS itu ada yang mengatakan pekerjaan beliau itu berburu macam-macam, dalam
pengertian arti sebenarnya berburu, menyanggul menjangan atau rusa. Tapi dalam pengertian
dalam pengertian ibadah sanggul itu menunggu ilham dari Tuhan.” (AG)
“DS ini sembahyangnya menurut riwayat itu ke Mekkah, DS itu berwudhu, berwudhu
langsung mencebur beliau ke sungai, orang bingung. Bingung melihat, nah pas keluar dari
sungai baju beliau tidak basah hanya anggota wudhu saja yang basah Kisahnya dahulu itu
kaki beliau itu terangkat satu hasta, sekilan atau satu hasta dari lantai.”(AK)
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 75
“Dan singkatnya beliau di Mekkah ternyata, dengan ijin Allah setiap Jumatnya sidin
itu di Mekkah. Menurut riwayatnya, ceritanya beliau ketemu dengan Datu Kalampaian yang
pada waktu itu belajar di Mekkah sebagai utusan kerajaan Banjar.” (IL)
Dari kutipan tersebut informan fasih menceritakan riwayat DS mulai dari sejarah dan
niat kedatangannya ke Tatakan, nama DS yang diberikan masyarakat kepadanya, pertemuannya
dengan Syekh Arsyad Al Banjari, keramat-keramat yang ada dalam diri DS, dan kisah wafatnya
DS. Dengan adanya orang yang fasih menceritakan riwayat DS menjadikan legenda DS ini tetap
terjaga meskipun dari segi pencerita yang fasih adalah dari golongan tua, dari orang-orang yang
memiliki hubungan dengan DS misalkan dari juru pemelihara makam yaitu Bapak Kadir,
pembekal desa Tatakan yaitu Bapak Ilhamsyah, ahli sejarah sekaligus penulis buku riwayat DS
dan datu lainnya yaitu Bapak Ahmad Gazali Usman, Ibu Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Tapin yaitu Ibu Elvina, serta budayawan Tapin yaitu Bapak Ibnu.
Semua informan mampu menceritakan riwayat DS secara rinci dengan gaya masing-masing
informan sesuai dengan keilmuan, keahlian, pekerjaan, pemahaman, pengetahuan, dan
pengalamannya berkaitan dengan informasi cerita DS yang mereka ketahui. Kefasihan dalam
menceritakan riwayat DS ini bermanfaat bagi kelangsungan keberadaaan cerita DS sendiri
sehingga apabila tidak ada lagi orang yang fasih menceritakan riwayat DS ini, kemungkinan
legenda ini akan mengalami keterasingan bagi masyarakat sendiri. Berikut adalah gambar-
gambar orang yang fasih menceritakan riwayat DS.
Gambar 7. Foto-foto informan yang mampu/fasih menceritakan riwayat DS
e. Adanya Manakib DS
Bentuk-bentuk resepsi masyarakat terhadap cerita DS adalah adanya buku-buku yang
berkaitan dengan DS. Data hasil penelitian buku manakib DS adalah berupa data dokumen.
Buku-buku tersebut ditulis, dirangkum, oleh beberapa orang seperti buku manakib DS karya
Marwan (2003), Tim Sahabat (2018), Usman dan Syarifuddin (2010) dengan judul buku Tapin
Bertabur Ulama cetakan 2, dan Tim Sahabat (2013) dengan judul buku Datu-Datu Terkenal di
Kalimantan Selatan, dan rangkuman riwayat DS oleh H. Syaukani Yusuf dalam peringatan haul
DS tahun 2008. Sebagian bukut tersebut dibaca oleh masyarakat seperti dalam kutipan berikut.
“Kalau DS ini kayak ini lah, cirinya DS kalau yang dari cerita-cerita orang terdahulu
itu, kan ada juga di manakib.” (IB)
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
76 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
“Nahh pantun itu ada di manakib. Syair saraba ampat.”(AK)
Dari kutipan di atas terlihat adanya informasi atau pengetahuan tentang riwayat DS yang
diperoleh informan IB dan AK tidak hanya dari cerita orang tua-orang tua sebelumnya namun
juga dari buku manakib DS yang ada. Adanya buku-buku manakib yang sudah tercetak dan
terinventarisasi dengan baik, menjadikan legenda ini cukup terjaga keberadaannya. Hal ini
dikarenakan ada bukti tertulis yang dapat dilacak sebagai sarana untuk melestarikan karya sastra
terutama sastra tradisional yang rentan dengan kepunahan karena sifatnya yang memang
disebarkan dari mulut ke mulut. Berikut adalah gambar-gambar sampul buku yang berkenaan
dengan DS.
Gambar 8. Sampul buku-buku yang berkaitan dengan cerita DS dari berbagai penulis
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang bentuk-bentuk resepsi
masyarakat tersebut diketahui bahwa legenda DS masih diketahui masyarakat dan terdapat
keberterimaan masyarakat melalui bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan seperti ziarah,
dokumen buku manakib, kegiatan pembacaan manakib, pelaksanaan haul, dan tindakan
lainnya. Hal ini sejalan dengan teori resepsi Junus (1985: 30) yang menyatakan bahwa sebuah
karya sastra baru memiliki makna jika karya sastra tersebut telah hidup dalam diri pembacanya/
masyarakatnya. Karya tersebut mendapatkan penerimaan dan tanggapan dari masyarakatnya,
dalam hal ini adalah pemilik cerita DS.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Resepsi Masyarakat terhadap Cerita
DS
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan bentuk-bentuk tindakan
resepsi diperoleh dari data informan melalui kegiatan wawancara dan observasi langsung.
Tindakan masyarakat yang tercermin dalam bentuk-bentuk tindakan di atas dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor adanya nazar, faktor adanya angan-angan/keinginan (jabatan,
jodoh, proyek membangun rumah, dsb), faktor keinginan kesembuhan dari sakit, faktor tekanan
batin dan kesadaran diri lemah sehingga berharap/ bertawassul melalui DS yang diyakini
sebagai wali dan berkaromah, faktor sosial budaya, faktor masalah rumah tangga, faktor
kecintaan terhadap wali dijelaskan sebagai berikut.
a. Faktor Adanya Nazar
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 77
Cerita legenda DS ini berkembang akibat cerita-certia yang beredar di masyarakat.
Masyarakat banyak menyebutkan bahwa nazarnya tercapai ketika menazarkan untuk
berkunjung dan berziarah di makam DS. Sebagaimana dalam pengakuan beberapa informan
berikut.
“Banyak nazar-nazar orang itu terkabul. Contohnya nazar pertama kemarin ada sekitar
kurang lebih dua bulan ada di rumah yang bermalam. Jadi kemarin kita minta dikawani ke
dalam situ, bermalam beliau pedagang sayur di Samarinda berdua perempuan semua minta
dibawa ke dalam, bermalam, ziarah, sekalian beamalan amaliyah di dalam. Bernazar, ujar
beliau kalaunya bisa membuat rumah yang pertama, yang kedua beli mobil akan ke sini lagi
ziarah. Kemarin pas 3 tahun ke sini datang ya Alhamdulillah terkabul bawa mobil baru, baru
membangun rumah sudah juga.”(AK)
“Nah sekalian kita nazarkan apabila anak kita ini stabil nanti tetapi kami juga
menjalani pengobatan juga, kita akan membaca burdah 40 hari seperti itu nah di makam DS
pulang pergi begitu nah.” (ZL)
“Untuk keluarga juga ya kan nazar itu, mudahan kita tetap sehat, rejeki ada saja seperti
itulah, iya apabila, apa, rejeki, apa yang kita kehendaki ya kan seperti itu kan. InshaAllah yang
memiliki kita akan mengabulkan saja. Misalkan kita bernazar ya kan? Misalkan yang seperti
apa ya? Seperti kita ini inshaAllah hendak yang dibeli ini nah (menunjuk sepeda motor). dan
Alhamdulillah terkabul jadi kita ziarah ke sini.” (R)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa ada nazar tentang pembuatan rumah, pembelian
mobil dari seorang pedagang sayur dari Samarinda, harapan anak yang kelebihan hormon
menjadi stabil setelah kebingungan mencari solusi, pembelian motor dari informan yang
terkabul sehingga menjadikan informan tersebut memenuhi untuk berziarah kembali ke makam
DS untuk membayar atas tunainya nazar tersebut. Hal ini juga dikuatkan kesan dan pesan
pengunjung makam dalam buku tamu di makam DS yang menyebutkan kabul hajad, bayar
nazar, dan lain sebagainya sebagaimana dalam gambar berikut.
Gambar 9. Kesan dan pesan dari peziarah tentang bayar nadzar oleh ibu Hartati dari
Sampit tanggal 17 Desember 2019
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
78 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
b. Faktor Adanya Angan-Angan/Keinginan (Jabatan, Jodoh, Proyek Membangun
Rumah, dan sebagainya)
Faktor lain yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan-tindakan resepsi adalah
adanya angan-angan atau keinginan dalam diri seseorang tentang sesuatu. Misalnya keinginan
untuk mendapatkan jabatan, bertemunya jodoh, dimudahkannya membangun rumah, keinginan
menangnya sebuah proyek, dan angan-angan lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
informan berikut.
“Nah, ada secara pribadi kayak ini. Dahulu pernah, kita di sini kan kita ini kan
mengelola DS, kita kan tahu sejarah beliau nih, tiap Jumat sembahyang ke Mekkah.
sembahyang ke Mekkah ni tiap Jumat Beliau. Kita ziarah bernazar batin kita nih bepandiran.
Nah, DS pian ni kan pulang bulik ke Mekkah, ulun ni di sini mengelola ibaratnya jadi hadam
pian mengelola di sini. Hendak jua ke Mekkah kayak pian nah pian jua. Pas sudah itu kada
lawas dibawa haji Ciut kemarin ke Mekkah umrah di bawa ke situ.” (AK)
“Karena itu terkabul makanya muspida pada tahun berapa itu ya 2013 kah hampir
seluruh jajaran pemerintah Kutai Kartanegara, itu datang ke Tatakan. Melaksanakan itu tadi
haulan karena terpilih jadi bupati di Kutai Kartanegara. (IB)
“Kemarin ibu anggota DPR dari Samarinda kalau tidak salah kita memandu ziarah,
memimpin ziarah. Beliau mencalon dan berdoa mudahan jadi anggota dewan, nanti ke DS.
Kemarin itu ke sini. Terkabul katanya.” (AK)
“Ada orang Samarinda kemarin bernazar, pengusaha pengusaha anu sarang burung
jadi kemarin ada 2 proyek beliau kena lelang. Ada 2 proyek yang dananya tu 1 M, jadi ujar
beliau kalaunya keduanya itu nah pengusaha sarang burung itu 1 M itu keduanya beliau dapat
menang beliau tendernya hendak ke sini menyembalih sapi, kemarin menyembelih sapi sudah.
Jadi sudah terkabul sudah keduanya.”(AK)
“Terkait meminta-minta di makam, secara pribadi saya tidak setuju itu. Memang tidak
dibenarkan itu. Di Datu Kalampaian rasanya ada tulisan tidak boleh meminta. Memang tidak
boleh itu, kita meminta pada Tuhan saja. Yang cocok itu mendoakan supaya almarhum ini
mendapat rahmat yang luas. Kita mendoakan bukan kita meminta supaya kita nang, kita yang
mendoakan ini. Kan seperti itu disuruh. Jadi kita mendoakan si mayat mendoakan si ahli kubur.
Bukan kita minta ke kubur, kubur ini kan tidak ada apa-apa, orang mayat juga. Nah meminta
kan kepada Tuhan. Nah itu pribadi tidak menyenangi dan tidak setuju.”(AG)
“Kita begini saja, apa namanya, respon saja respek saja istilahnya terhadap penganut
yang ada itu. Sebab itu kan masalahnya masalah akidah istilahnya ini.”(IB)
Selain itu, faktor angan-angan juga terlihat dalam kesan yang ditulis peziarah dalam
buku tamu seperti mudahan dapat jodoh, mudahan cepat beristri, cepat dipanggil ke Mekkah,
dan lain sebagainya seperti terlihat dalam gambar berikut.
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 79
Gambar 10. Kesan dan harapan dari peziarah DS tentang keinginan cepat dipanggil ke
Mekkah oleh Bapak M. Subli dan 20 rombongan lainnya pada tanggal 22 Desember
2019
Dari kutipan informan dan kesan peziarah dari observasi lapangan dalam buku tamu di
atas dapat diketahui bahwa peziarah atau juru pemelihara makam yang datang ke makam DS
memiliki niat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keinginan untuk melaksanakan ibadah
umrah atau ke Mekkah sebagaimana kebiasaan yang diketahui informan tentang riwayat DS
yang setiap Jumat ke Mekkah, keinginan untuk mendapatkan jabatan seperti bupati, anggota
DPR, keinginan untuk menang dari proyek, dan lain sebagainya. Ada yang mengungkapkan
tanggapan terhadap tindakan-tindakan tersebut dengan mengungkapkan kurang menyetujui
karena informan berpandangan bahwa kalau berziarah itu mendoakan mayat bukan dengan niat
meminta ke mayat namun meminta kepada Allah SWT. Di samping itu juga terdapat tanggapan
informan yang menghormati dan respek saja terhadap tindakan-tindakan tersebut dikarenakan
berkaitan dengan akidah. Secara teori resepsi menyebutkan bahwa penerimaan ini bersifat
subyektif atau masing-masing berdasarkan faktor-faktor penerimaan horizon pembaca seperti
pendidikan, pengalaman, emosi keagamaan, pekerjaan, sikap sosial, sosial budaya dan
pengetahuan agama dari masyarakat.
c. Faktor Keinginan Kesembuhan dari Sakit
Faktor lain yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan resepsi berziarah ke
makam DS adalah dipengaruhi karena keinginan kesembuhan dari sakit yang diderita seperti
terdapat dalam kutipan informan berikut.
“Ada juga yang kemarin dari Kotabaru itu yang anaknya gatal-gatal, itu kisahnya
berobat tidak sembuh, diobati ke dokter tidak sembuh juga, jadi kata orang yang pintar atau
paranormal lah mengatakan bawa ziarah ke DS dibawa mandi. Sampai sini dimandikan,
Alhamdulillah sembuh gatal-gatal anaknya.” (AK)
“Kita sendiri anak dulu lahirnya prematur dan akhirnya sakit psikologi kelebihan
hormon, baru tahun kemarin. Diharuskan untuk berobat ke Banjar karena di dokter
Kandangan tidak sanggup. Karena sangat bingung saya bernazar apabila anak kita ini stabil
nanti akan membaca burdah 40 hari di makam DS.”(ZL)
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
80 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
Selain itu juga disebutkan dalam kesan buku tamu yang ada dalam makam DS yaitu
tamu dari Kertak Hanyar yang menuliskan mudahan sembuh sakit kepala sebagaimana dalam
gambar berikut.
Gambar 11. Kesan harapan dari peziarah DS tentang keinginan sembuh dari sakit
kepala oleh ibu Rusita dari Kertak Hanyar pada tanggal 14 Desember 2019
Dari informasi informan dan buku tamu dapat diketahui bahwa keinginan untuk sembuh
dari sakit setelah dibawa kemana-mana berobat namun belum juga sembuh seperti dibawa ke
dokter menjadikan orang tersebut berziarah ke makam DS berharap sembuh dari sakit. Ada juga
yang menyeimbangkan dengan berobat ke dokter dibarengi dengan usaha berdoa ke makam
DS.
d. Faktor Tekanan Batin dan Kesadaran Diri Lemah sehingga Berharap/
Bertawassul melalui DS yang Diyakini sebagai Wali dan Berkaromah
Tekanan batin yang tidak mampu di atasi oleh seseorang akibat permasalahan yang
dilalui menjadikan diri seseorang tersebut merasa lemah sehingga meminta dan berharap
pertolongan dari wali yaitu dengan datang berziarah, berdoa, dan bertawassul kepada DS
tentang tekanan dan masalah yang dihadapi. Sebagaimana dalam kutipan informan berikut.
“Iya, ini kisah sedikit lah Guru Ijuy tadi, guru Ijuy nih kecamatan Salam Babaris,
Alamat beliau di Kambang Habang Baru. Di Desa 14. Jadi nih beliau mempunyai murid. Jadi
murid beliau nih maras kan orang tunya itu lumpuh jadi tidak bisa bekerja menyadap karet
tidak mampu juga, beliau ini datang ke DS, berdoa beliau, bemunajat, berkat kewalian DS
mudahan yang murid beliau nang ini nah ada gawian karena melihat ekonominya anu
banar,sakit banar. Akhirnya dapat pekerjaan di Sungai Putting sebagai marbot masjid di
Hasnur.” (AK)
“Ya karena kita pengelola dan tinggal di sini jadinya kita tidak ragu. Kita sudah yakin
dengan keramat-keramat beliau. Kalau kita mempercayainya, kalau orang lain mungkin lah
ada keraguan.”(AK)
“Saya bertawassul, bertawassul, bertawassul. Banyak pang yang dibaca-baca ini kan.
Apa ya tempat kita apa, tempat kita menyandarkan doa istilahnya itu. Kenapa? orang itu orang
wali yang terdahulu seperti itu nah.” (ZL)
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 81
“Kemudian untuk pengikutnya banyak, pengikut maksutnya, penganutnya kita
anggaplah penganutnya, penganut karamah DS. Penganutnya banyak.”(IB)
“Ada dulu itu di sekitar rumah saya, ada jembatan yang sangat buru. Tapi jembatan
itu dilalui peziarah untuk berziarah ke sini. jadi ada pikiran dan niat untuk memperbaiki
sehingga orang-orang mudah untuk lewat dan berziarah. Ketika itu saya berdoa mudahan
berkat DS bisa memperbaiki jembatan.Waktu itu ada orang punya kayu ulin bekas, ditawar
orang 7 juta tetapi setelah mendengar cerita saya dia berikan dan jual 3 juta saja. Nah, itulah
pengalaman saya.” (MS)
“Kebanyakan orang bernazar itu, memang ya semacam itu bagus. Ada yang nazarnya
terkabul barangkali ya, dengan perantara wali seperti itu, kebanyakanya ini sih. Makannya
kebanyakan orang ini apa ya, seringkali mereka itu berhasil sesuai dengan nazar mereka
itu.”(IL)
“Setelah beliau mengaji di sini ternyata sidin mendapatkan maqam kewalian.” (ZL)
“Keanehan yang terjadi pada diri kita karena pada saat itu kita merasa ketakutan di
tempat lain di situ kita merasa sejuk dan merasa aman, nyaman. Karena pada dahulu, pernah
kita melatih pramuka di daerah Kembang Habang, berjalan kaki. Tapi pada waktu itu usia kita
masih kelas 3 SMP. Sekitar tahun 85 86. Nah kita pernah merasa ketakutan luarbiasa berjalan
kaki terasa lebih lama itu, tetapi ketika sampai ketakutan itu ketika kita ingat DS akan kita
memanggil nama beliau, kita inilah hilang rasa takutnya. Merasa nyaman kemudian kita juga
merasa ada yang menemani. Itu antara tahun 85 karena kita sering jalan kaki, jalannya ini
belum di aspal. Kalau saya sendiri cukup meyakini memang, ada benarnya juga atau memang
satu apa ya satu dorongan dari dalam barangkali terhadap diri kita.”(IL)
Selain itu juga dijelaskan dalam buku manakib sebagai berikut.
“Karena ketekunan dan istiqomahnya Syekh Abdush Shamad atau DS dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, serta mengerjakan perintah dan meninggalkan
larangan-Nya, maka Allah SWT memberikan dan menganugerahi beliau dengan beberapa
karamat atau kelebihan. Keramat menurut pengertian bahasa adalah ‘azazah yang berarti
kemuliaan. Sehingga karamah adalah kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-
Nya berupa berbagai pemberian, karunia, rahmat dan seumpamanya. Dalam kalangan
masyarakat Islam pengertian keramat yaitu sesuatu yang luarbiasa yang tampak dari
kekuasaan seorang hamba yang telah jelas kebaikannya yang ditetapkan karena adanya
ketekunan di dalam mengikuti syariat Nabi Muhammad saw dan mempunyai iktikad yang
benar.” (Manakib DS, Tim Sahabat, 2018, hlm. 59 dan Manakib DS Marwan, 2003, hlm. 72).
Dari observasi lapangan buku tamu kesan yang ditulis peziarah menyatakan mudahan
dapat berkah DS, mudahan mendapat syafaat berkat wali DS, dan lain sebagainya sebagaimana
terlihat dalam gambar berikut.
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
82 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
Gambar 12. Kesan harapan dari peziarah tentang berkat kewalian dan karomah DS
terkabul hajad peziarah oleh Hadiwitono dari Hatungun pada tanggal 2 Januari 2020
Dari beberapa kutipan baik dari informan, manakib, observasi di lapangan,
menyebutkan adanya keyakinan tentang karomah DS, kewalian DS, sehingga menyebabkan
orang tersebut melakukan tindakan resepsi berziarah ke makam DS. Resepsi masyarakat
tentang terkabulnya hajad ataupun hal-hal lain tentang keistimewaan dalam riwayat DS dinilai
sebagai sesuatu yang mungkin terjadi dan memang ada, menurut pemaparan juru pemelihara
makam. Sesuai kutipan kalimat dari juru pemelihara makam DS yaitu sebagai berikut.
“Ya untuk masyarakat kalaunya untuk masyarakat kalau berfikir dengan akal mungkin
ya di luar akal gitulah tapi kita untuk berfikirnya untuk yang keramat wali kemungkinan itu
mungkin dan bisa terjadi. Memang kalo masyarakat sini tanggapannya bagus haja, kadada
yang menentang kalo wilayah sini.” (AK)
e. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan berziarah atau
berkunjung di makam DS dapat terlihat dalam kutipan berikut.
“Kalau orang di sini banyak anak baru lahir kebiasaan orang lingkungan di sini orang
sekitar sini ya sekitar Rantau-Binuang sini, apabila anak baru lahir itu dibawa ke sini, dibawa
ziarah, itu apa mengambil berkah, pertama mengambil berkah, memperkenalkan dengan datu,
yang kedua, yang berarti anak beliau ini nah mudahan jadi orang nang berguna bagi agama
dan bangsanya.” (AK)
“Wilayah sini masih NU lah jadi tidak ada yang menentang.” (AK)
Dari kutipan informan tersebut diketahui bahwa kondisi sosial budaya masyarakat
sekitar makam yang masyarakatnya rata-rata NU menjadikan kebiasaan haul dan berziarah
masih terpelihara dan dilakukan. Hal ini terlihat dari observasi banyaknya masyarakat yang
menjual untaian bunga untuk ziarah, membaca doa, yasin, dan amalan-amalan lain di makam
DS. Kondisi sosial budaya juga terlihat dari kondisi pengunjung yang menuliskan di buku tamu
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 83
dari kelompok pengajian, burdah, maulid, yasinan, dan sebagainya sebagaimana dalam gambar
berikut.
Gambar 13. Data peziarah DS dari rombongan habsyi Al-Amanah dan Habsyi Ar-
Raudah Gambut sebanyak 60 orang pada tanggal 14 Desember 2019
Hal ini juga dilihat dalam kutipan kalimat informan sebagai berikut terhadap harapan
adanya makam DS.
“Barangkali salah satu harapan kita adalah semua orang menghormati gitu lah.
Menghormati ulama. Tentang orang ziarah atau niat macam-macam itu kita bukan urusan kita
lah. Masing-masing saja. Orang ziarah itu masing-masing niatnya, itulah. Cuma ziarah itu kan
dianjurkan. Ziarah itu kan dianjurkan oleh agama. Pertama untuk pengingat kita bahwa
kitapun akan mati juga, dan yang kedua mendoakan yang dikubur itu. Untuk agama kan
menyuruh itu.” (AG)
Dari kutipan kalimat informan menunjukkan sikap apresiasi dan menghormati setiap
pilihan yang dilakukan oleh orang lain, karena hal tersebut urusan masing-masing pribadi
dengan niat pribadi hubungannya dengan Allah SWT. Namun informan menyetujui tentang
anjuran ziarah yang dianjurkan oleh agama dengan tujuan untuk mengingat tentang datangnya
kematian.
f. Faktor Masalah Rumah Tangga
Faktor lain yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan resepsi adalah karena
masalah rumah tangga, seperti keinginan agar suami tidak selingkuh, keinginan memperoleh
keturunan sebagaimana dalam kesan pengunjung makam dalam kutipan buku tamu yang
menyatakan bahwa mudahan suami tidak selingkuh lagi, semoga cepat dapat anak, dan lain
sebagainya seperti dalam gambar berikut.
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
84 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
Gambar 14. Data harapan peziarah DS dari Barabai agar suaminya tidak selingkuh,
pada tanggal 2 Januari 2020
g. Faktor Kecintaan terhadap Wali
Faktor lain yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan resepsi adalah
dikarenakan kecintaannya terhadap wali. DS diyakini oleh masyarakat pengikut cerita tersebut
sebagai seorang wali sehingga bentuk-bentuk resepsi tersebut wujud dari kecintaannya seperti
dalam kutipan buku manakib berikut.
“Dengan niatan hanya karena cinta kepada para wali Allah SWT, dengan segala apa
adanya.” (Manakib DS, Tim Sahabat, 2018, hlm. vi dan Manakib DS Marwan, 2003, hlm. ii)
Hal ini juga dikuatkan dalam observasi lapangan dalam buku tamu dituliskan kesan
peziarah bahwa Alhamdulillah sampai langkah untuk berziarah ke makam DS sebagaimana
dalam gambar buku tamu berikut.
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya ǀ 85
Gambar 15. Ungkapan syukur enam keluarga peziarah dari Martapura karena dapat
berziarah ke makam DS pada tanggal 4 Januari 2020
Berdasarkan semua faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan
resepsi dapat diketahui bahwa masyarakat memiliki faktor-faktor dan niat-niat masing-masing
ketika berziarah ataupun melakukan kegiatan resepsi berziarah ke makam DS. Keragaman
faktor-faktor tersebut menjadi bagian dari sikap, tanggapan, alasan dari masyarakat meresepsi
adanya cerita DS. Cerita DS yang merupakan bagian dari legenda perseorangan menjadikan
tokoh DS ini diceritakan dengan penuh hal-hal luar biasa, bersifat pralogis, dilebih-lebihkan
sehingga mampu membuat orang senang, terkesima, dan takjub. Tanggapan yang
beranekaragam dari masyarakat terhadap cerita DS menjadikan cerita DS semakin eksis dan
menunjukkan keberadaannya. Hal ini bernilai positif bagi eksistensi cerita DS, karena suatu
cerita atau karya sastra dikatakan bermakna apabila ada hubungan dengan pembaca/ masyarakat
baik berupa tanggapan, pesan, kesan, maupun penerimaan. Hal ini sejalan dengan teori resepsi
(Junus, 1985: 51) bahwa karya sastra dalam penciptaannya menjadi bermakna apabila
mendapatkan resepsi/tanggapan/ penerimaan dari pembaca atau masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil analisis di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa dapat diketahui bentuk-bentuk
resepsi masyarakat terhadap cerita DS berupa pelaksanaan haul DS tiap tahun, banyaknya
peziarah ke makam DS, adanya kebiasaan membaca manakib, adanya orang yang fasih
menceritakan riwayat DS, dan adanya buku manakib yang diterbitkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tindakan resepsi masyarakat terhadap cerita DS adalah faktor adanya nazar,
faktor adanya angan-angan/keinginan (jabatan, jodoh, proyek membangun rumah, dsb), faktor
keinginan kesembuhan dari sakit, faktor tekanan batin dan kesadaran diri lemah sehingga
berharap atau bertawassul melalui DS yang diyakini sebagai wali dan berkaromah, faktor sosial
budaya, faktor masalah rumah tangga, faktor kecintaan terhadap wali. Semua faktor dan bentuk
resepsi masyarakat tersebut dipengaruhi faktor horizon penerimaan masyarakat seperti
latarbelakang pemahaman keagamaan, emosi keagamaan, sosial budaya, dan pendidikan.
Saran
Penelitian ini masih terbatas dalam tataran resepsi terhadap cerita DS. Penelitian ini
masih perlu dikembangkan dalam ruang lingkup kajian yang lebih luas dan berbeda, sehingga
Nuryani, et al./ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya 11 (1) 2021, 67 - 86
86 ǀ Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya
didapatkan kajian folklor sastra tradisional Banjar tentang DS yang lebih beragam dan bervariasi.
Sehingga diharapkan sastra tradisional Banjar menjadi dikenal dan tetap lestari. Karena sastra
tradisional, penuh dengan nilai-nilai pendidikan yang luhur.
DAFTAR RUJUKAN
Effendi, R. (2011). Sastra Banjar I: Teori dan Interpretasi (Sebuah Buku Ajar). Banjarbaru:
Scripta Cendekia.
Haryawati, S. (2018). Nilai Pendidikan Karakter Pada Tokoh Datu Sanggul dan Relevansinya
pada Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII. Jurnal Paris Berantai STKIP Kota
Baru, volume 6, September 2018, 74-80.
Junus, U. (1985). Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Marwan, M. (2003). Manakib Datu Sanggul. Kandangan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Tapin.
Rafiek, M. (2017). Teori Sastra dari Kelisanan sampai Perfilman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sahril. (2018). Cerita Rakyat Mas Merah: Kajian Resepsi Sastra. Jurnal Kandai, volume 14,
Mei 2018, 91-104.
Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian Edisi ke-2. Solo: Universitas Sebelas Maret.
Tim Sahabat. (2018). Manakib Datu Sanggul. Kandangan: Sahabat Mitra Pengetahuan.
Tim Sahabat. (2013). Datu-Datu Terkenal Kalimantan Selatan. Kandangan: Sahabat Mitra
Pengetahuan.
Usman, A.G. dan Syarifuddin. (2010). Tapin Bertabur Ulama Cetakan Ke-2. Tapin: Pemerintah
Kabupaten Tapin Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata.