RENCANA STRATEGIS 2010-2014 - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra...
Transcript of RENCANA STRATEGIS 2010-2014 - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra...
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan i Rencana Strategis 2010-2014
RENCANA STRATEGIS 2010-2014
PUSAT PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan iii Rencana Strategis 2010-2014
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan 2010 – 2014
merupakan dokumen perencanaan kelanjutan dari
Rencana Strategis 2005 – 2009. Penyusunan
dokumen rencana strategis ini mengacu pada
Rencana Strategis Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2010 – 2014
Hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
strategis ini adalah sebagai berikut:
1. Kualitas pelayanan kepada pengguna hasil penelitian perkebunan
(khususnya petani, pengusaha, pengambil kebijakan dan peneliti)
menjadi indicator kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
2. Pencapaian sasaran penelitian dan pengembangan dari setiap
kegiatan menjadi kinerja dari tim pelaksana (penerapan SAKIP)
3. Pelaksanaan kegiatan harus memperhatikan 4 target sukses
Kementerian Pertanian dan secara sistemik sumberdaya yang
tersedia harus dimanfaatkan secara optimal.
4. Kegiatan pengembangan harus mampu menjembatani
kesenjangan antara peneliti dan pengguna hasil penelitian
Kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang terlibat baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan renstra ini diucapkan
terima kasih. Mudah-mudahan rencana strategis ini menjadi
pendorong bagi kemajuan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan pada khususnya dan kemajuan perkebunan Indonesia
secara umum
Bogor, Oktober 2012
Kepala Pusat
Dr. Ir. Muhammad Syakir, MS
Nip. 19581117 198403 1 001
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan v Rencana Strategis 2010-2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... .............................................................................
iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. .
v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
viii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penyusunan Renstra ........................................................ 3
II. KONDISI UMUM
2.1. Organisasi ........................................................................................... 4
2.2. Sumberdaya ( Manusia, Sarana Prasarana, Keuangan) ..... 8
2.3. Tata Kelola .......................................................................................... 14
2.4. Kinerja Litbang 2005 – 2009 ........................................................ 15
III. POTENSI, PERMASALAHAN, DAN IMPLIKASI
3.1 Potensi ................................................................................................. 24
3.2 Permasalahan (tantangan) ........................................................... 29
3.3 Implikasi bagi Puslitbang Perkebunan .................................... 33
IV. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, DAN TARGET
4.1. Visi dan Misi ..……………………………………………………. 38
4.2. Tujuan dan Sasaran ......................................................................... 38
4.3. Target Utama .................................................................................... 40
V. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
5.1. Arah Kebijakan dan strategi Kementerian Pertanian ......... 41
5.2. Arah kebijakan dan Strategi Litbang Pertanian .................... 43
5.3. Arah Kebijakan dan Strategi Puslitbang Perkebunan ........ 47
5.4. Kegiatan dan Strategi Pendanaan ............................................. 48
VI. KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
6.1. Kegiatan .............................................................................................. 51
6.2. Indikator Kinerja Utama (IKU) Puslitbang Perkebunan
TA 2010-2014 ................................................................................... 65
vi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
VII. PENUTUP ......................................................................................................... 66
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkebunan kelapa sawit di Sukabumi, Jawa Barat .... 2
Gambar 2. Struktur Organisasi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan ............................................... 6
Gambar 3. Unit pelaksana teknis/balai penelitian lingkup
Puslitbang perkebunan (Balittro, Balittas, Balitka
dan Balittri) ................................................................................. 7
Gambar 4. Tujuh komoditas perkebunan mandate Puslitbang
Perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh
dan tebu) ..................................................................................... 8
Gambar 5. Varietas kapas unggul Indonesia ....................................... 16
Gambar 6. Varietas tembakau unggul Indonesia .............................. 17
Gambar 7. Kelapa Dalam unggul Mapanget ....................................... 18
Gambar 8. Varietas jahe unggul Jahira-1 dan Jahira-2 .................... 19
Gambar 9. Varietas temu lawak unggul Cursina-1, Cursina-2
dan Cursina-3 ............................................................................ 19
Gambar 10. Varietas kenaf unggul KR 14 dan KR-15 ......................... 20
Gambar 11. Varietas nilam unggul Tapaktuan, Lhokseumawe
dan Sidikalang ......................................................................... . 21
Gambar 12. Biopestisida dan tanaman serai wangi ............................ 21
Gambar 13. Varietas unggul jarak pagar komposit IP-3P, IP-3M
dan IP 3A ..................................................................................... 22
Gambar 14. Tanaman sagu, kemiri minyak dan aren
merupakan sumber energi alternative ............................. 32
Gambar 15. Perbanyakan benih tebu kultur jaringan ..................... 34
Gambar 16. Limbah tanaman perkebunan (tandan kosong
kelapa sawit, limbah tebu, sabut kelapa) sebagai
sumber energi alternatif ........................................................ 35
Gambar 17. Bibit kelapa Dalam unggul ................................................... 39
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan vii Rencana Strategis 2010-2014
Gambar 18. Pelaksanaan bimbingan teknis pestisida nabati
dan jamu ternak di Cangkringan, Sleman,
Yogyakarta .................................................................................. 59
Gambar 19. Pengembangan ternak sapi, pembibitan serai wangi
dan pemasangan ketel untuk penyulingan ................ 61
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan
Menurut Pendidikan Akhir Pada Tahun 2011 ...................... 9
Tabel 2. Jumlah Pegawai Lingkup Puslitbang Perkebunan
Berdasarkan Jabatan Pada Tahun 2011 ................................ 9
Tabel 3. Keragaan Peneliti Berdasarkan Kepakaran/Bidang Ilmu
Lingkup Puslitbang Perkebunan ............................................... 10
Tabel 4. Jenis Laboratorium Lingkup Puslitbang Perkebunan ....... 11
Tabel 5. Keragaan Kebun Percobaan Lingkup Puslitbang
Perkebunan ........................................................................................ 12
Tabel 6. Keragaan Rumah Kaca Lingkup Puslitbang
Perkebunan ...................................................................................... 13
Tabel 7. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA. 2005
– 2010 ................................................................................................. 14
Tabel 8. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA. 2011
– 2012 ................................................................................................. 14
Tabel 9. Indikator Kinerja Utama (IKU) Puslitbang Perkebunan
Tahun 2010 – 2014 ........................................................................ 65
viii Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
DAFTAR LAMPIRAN
1. Target Pembangunan Tahun 2010-2014 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan – Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian – Kementerian Pertanian
2. Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Tahun 2010-2014 Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Litbang Pertanian -
Kementerian Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 1 Rencana Strategis 2010-2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kementerian Pertanian telah menetapkan sistem pertanian
industrial berkelanjutan yang berdaya saing dan mampu menjamin
ketahanan pangan dan kesejahteraan petani sebagai visi
pembangunan pertanian jangka panjang. Sistem pertanian industrial
adalah suatu sistem yang menerapkan usahatani disertai dengan
koordinasi vertikal dalam satu alur produk melalui mekanisme non-
pasar, sehingga karakteristik produk akhir yang dipasarkan dapat
dijamin dan disesuaikan dengan preferensi konsumen akhir. Ciri-ciri
sistem pertanian industrial mencakup: (1) pengetahuan merupakan
landasan utama dalam pengambilan keputusan, memperkuat intuisi,
kebiasaan, atau tradisi; (2) kemajuan teknologi merupakan alat utama
dalam pemanfaatan sumberdaya; (3) mekanisme pasar merupakan
media utama dalam transaksi barang dan jasa, (4) efisiensi dan
produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumberdaya; (5)
mutu dan keunggulan merupakan orientasi, wacana, sekaligus tujuan;
(6) profesionalisme merupakan karakter yang menonjol; dan (7)
perekayasaan merupakan inti nilai tambah sehingga setiap produk
yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Untuk mencapai pertanian industrial yang berkelanjutan,
selama tahun 2005 – 2009, Kementerian Pertanian telah berusaha
mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan
pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian
serta peningkatan kesejahteraan petani. Pembangunan pertanian
pada tahap selanjutnya diarahkan untuk mewujudkan kelembagaan
petani yang kokoh, mandiri, berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi di pedesaan sebagai pengelola pertanian modern. Rencana
Pembangunan Pertanian tersebut, selanjutnya disusun dalam bentuk
Rencana Strategis (Renstra) yang wajib disusun oleh setiap instansi
publik sesuai tugas pokok dan fungsinya.
2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Gambar 1. Perkebunan kelapa sawit di Sukabumi, Jawa Barat
Sub sektor perkebunan mempunyai peran yang cukup
strategis dalam (sumbangannya terhadap) peningkatan kesejahteraan
masyarakat Indonesia melalui perannya secara ekonomis,
ekologis dan sosial budaya dalam pembangunan nasional. Secara
ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat serta penguatan struktur ekonomi wilayah
dan nasional melalui sumbangannya terhadap pendapatan petani,
wilayah maupun devisa negara, secara ekologi berfungsi
meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia
oksigen dan penyangga kawasan lindung yang melindungi
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, dan secara sosial budaya
berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa, serta sebagai
penyedia lapangan kerja.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbang
Perkebunan) sebagai salah satu Unit kerja Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) yang memiliki
tugas dan fungsi sebagai penghasil teknologi dan kebijakan
khususnya di bidang perkebunan, mendukung visi Kementerian
Pertanian dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
dengan berupaya secara terus-menerus untuk menghasilkan inovasi
teknologi perkebunan yang dapat diterapkan (aplicable) efektif,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 3 Rencana Strategis 2010-2014
efisien dan berdaya saing untuk dimanfaatkan oleh petani dan
pengguna lain. Berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan
selama tahun 2005 - 2009 telah menghasilkan cukup banyak inovasi
teknologi di bidang perkebunan antara lain dalam peningkatan
biodiversitas dan jumlah bahan tanaman, produktivitas dan mutu
tanaman perkebunan, produk dan teknologi pengolahan hasil
tanaman perkebunan serta sintesis kebijakan. Namun demikian,
masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil yang
telah dicapai dengan banyaknya tantangan yang dihadapi, seiring
dengan dinamika lingkungan strategis yang selalu berkembang.
1.2. Tujuan Penyusunan Renstra
Perencanaan program yang baik akan menjamin keberlanjutan
suatu kegiatan secara berkesinambungan. Perencanaan program
harus dilandasi evaluasi kinerja sebelumnya untuk menentukan hasil
apa yang telah dicapai berdasarkan sasaran yang diinginkan serta
masalah apa yang menjadi kendala sehingga perlu pemecahan
selanjutnya. Rencana pembangunan lima tahun Pusat Penelitian dan
Pegembangan Perkebunan dilandasi oleh misi, visi dan sasaran yang
telah ditetapkan dikaitkan arah kebijakan dan tuntutan keadaan serta
dinamika perubahan lingkungan strategis dengan
mempertimbangkan hasil evaluasi kinerja sebelumnya. Teknis
penyusunan Renstra dilakukan dengan memadukan prinsip top down
dan bottom up planning. Artinya dalam prinsip ini harus
memperhatikan arah kebijakan yang telah digariskan oleh Badan
Litbang Pertanian dan kegiatan apa yang sesuai dan ingin dicapai
oleh unit kerja.
Untuk menjaga kesinambungan perencanaan strategis 2005-
2009 dan mengantisipasi perkembangan dan perubahan, baik yang
berasal dari luar atau dari dalam organisasi, maka perlu disusun
perencanaan 2010-2014. Renstra tersebut disusun dengan
mempertimbangkan renstra sebelumnya dengan penyempurnaan
berdasarkan pemikiran-pemikiran baru, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan strategis yang
dinamis, serta dinamika kebutuhan pengguna.
4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Dokumen Rencana Strategis Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian tahun 2010 – 2014 merupakan acuan bagi (stakeholders
pembangunan perkebunan, terutama) jajaran di lingkup Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan dalam melaksanakan
penelitian dan pengembangan perkebunan sesuai tugas pokok dan
fungsinya masing-masing.
Dokumen Renstra 2010-2014 telah disusun sebagai acuan bagi
Unit Pelaksana Teknis lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
penelitian untuk periode 2010-2014 secara menyeluruh, terintegrasi,
dan sinergi baik di dalam maupun antar sub-sektor/sektor terkait.
Sehubungan dengan perubahan mandat komoditas maka dilakukan
revisi Renstra 2010-2014.
BAB II. KONDISI UMUM
2.1. Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
No.61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian, tugas Puslitbang Perkebunan adalah
Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program,
penelitian dan pengembangan perkebunan, serta pemantauan,
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program serta
pemantauan dan evaluasi penelitian dan pengembangan
perkebunan;
b. Pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan
pengembangan perkebunan;
c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan perkebunan; dan
d. Pengelolaan urusan tata usaha Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 5 Rencana Strategis 2010-2014
Tugas dan fungsi penyusunan kebijakan teknis bertujuan
untuk menghasilkan rumusan kebijakan berdasarkan hasil penelitian
untuk mengembangkan perkebunan. Sedangkan penyusunan
rencana program penelitian dan pengembangan bertujuan untuk
menyiapkan perencanaan penelitian dan pengembangan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Pelaksanaan penelitian bertujuan untuk menghasilkan
informasi pengetahuan dan (komponen) teknologi yang lebih unggul
dari pada teknologi yang ada, baik dari aspek teknik maupun sosial
ekonomi. Sedangkan tugas dan fungsi pengembangan bertujuan
untuk merakit pengetahuan dan (komponen) teknologi yang
dihasilkan dari penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi
kebijakan dan paket teknologi strategis dalam arti secara teknik
dapat diterapkan, secara ekonomi layak, dan secara sosial dapat
diterima oleh pengguna. Selain itu dalam tugas dan fungsi
pengembangan ini termasuk juga pengembangan komunikasi antar
sesama peneliti dan dengan para pengguna. Adapun pengembangan
komunikasi dilaksanakan melalui berbagai forum, jejaring dan media
baik yang bersifat ilmiah maupun populer.
Secara vertikal Puslitbang Perkebunan termasuk salah satu unit
kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang
Pertanian). Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi,
Puslitbang Perkebunan terdiri atas 1) Bagian Tata Usaha, 2) Bidang
Program dan Evaluasi, 3) Bidang Kerja sama dan Pendayagunaan
Hasil Penelitian, dan 4) Kelompok Jabatan Fungsional. Untuk tugas
dan fungsi penelitian selain dilaksanakan oleh Kelompok Peneliti di
Puslitbang Perkebunan, juga didukung oleh 4 (empat) Unit Pelaksana
Teknis (UPT) penelitian berdasarkan jenis tanaman (komoditas) yang
ditangani, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 62-
65/Permentan/OT.140/10/2010 telah ditetapkan tentang organisasi
dan tata kerja Balai Penelitian Tanaman Palma, Balai Penelitian
Tanaman Pemanis dan Serat, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat dan Balai Penelitian Industri dan Penyegar
6 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Gambar 2. Struktur Organisasi Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan
Tugas Balittro, Balittas, Balit Palma, dan Balittri adalah
melaksanakan penelitian berturut-turut tanaman rempah dan obat ;
kopi, kakao, karet, teh; pemanis dan serat, kelapa dan palma lain;
serta minyak industri. Masing-masing Balai Komoditas tersebut
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan
pemanfaatan plasma nutfah;
b. Pelaksanaan penelitian agronomi, fisiologi, ekologi, entomologi,
dan fitopatologi;
PUSLITBANG PERKEBUNAN
BALITTRI BALIT PALMA BALITTAS BALITTRO
KELOMPOK
FUNGSIONAL
LAINNYA
BAGIAN TATA USAHA
SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN DAN
RUMAH TANGGA
SUBBAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN
BIDANG KSPHP
SUBIDANG
KERJASAMA PENELITIAN
SUBBIDANG PENDAYAGUNAAN HASIL
PENELITIAN
BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI
SUBBIDANG PROGRAM
SUBBIDANG
EVALUASI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 7 Rencana Strategis 2010-2014
c. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi, sistem, dan usaha
agribisnis;
d. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian;
e. Penyiapan kerjasama, informasi dan dokumentasi serta
penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Dengan diterbitkannya Permentan tersebut, maka dilingkup
Puslitbang Perkebunan mendapat tambahan untuk melaksanakan
penelitian komoditas-komoditas kelapa sawit, karet, kopi, teh kina
dan tebu
Gambar 3. Unit pelaksana teknis / balai penelitian lingkup Puslitbang
Perkebunan (Balittro, Balittas, Balit Palma, dan Balittri)
Balittro
Balit Palma
Balittri
Balittas
Puslitbangbun
8 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Kelapa sawit Karet Kopi
Kakao Teh Tebu Kina
Gambar 4. Tujuh komoditas perkebunan mandat Puslitbang Perkebunan
(kelapa sawit, karet, kopi, kakao, teh, dan tebu)
2.2. Sumber Daya (Manusia, Sarana Prasarana, Keuangan)
Sumberdaya Manusia. Untuk menjalankan tugas pokok dan
fungsinya, Puslitbang Perkebunan didukung dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang handal dan berkarakter dengan persyaratan
kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak
bagi SDM Badan Litbang Pertanian untuk menjamin terselenggaranya
kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkualitas. Puslitbang
Perkebunan memberikan prioritas tinggi terhadap peningkatan
kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga handal
dalam melaksanakan program penelitian pertanian. Keragaan sumber
daya manusia Puslitbang Perkebunan pada tahun 2011, disajikan
pada Tabel 1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 9 Rencana Strategis 2010-2014
Tabel 1. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan menurut
Pendidikan Akhir pada tahun 2011
Unit
Kerja
S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD Jumlah
Kantor
Pusat
14 5 20 0 2 4 3 1 40 4 3 96
Balittro 16 18 63 0 3 9 3 0 106 13 28 259
Balittas 11 25 62 0 2 6 0 0 69 17 11 193
Balitpalma 5 17 24 2 2 2 1 0 54 6 5 116
Balittri 3 10 32 0 0 3 0 1 36 4 10 102
Jumlah 49 78 201 2 7 24 7 2 305 34 57 766
Sampai dengan TA 2011 Puslitbang Perkebunan didukung
oleh 766 pegawai yang terdiri dari 49 orang S3, 79 orang S2 dan 201
orang S1, 2 orang D4, 7 orang SM, 24 orang D3, 7 orang D2, 2 orang
D1 serta 396 orang SLTA ke bawah. Berdasarkan jabatannya sumber
daya manusia di lingkungan Puslitbang Perkebunan diklasifikasikan
menjad 6 (enam) yaitu Peneliti, Teknisi Litkayasa, Pranata Komputer,
Pustakawan, Arsiparis, Penunjang Penelitian dan Pejabat Struktural.
Jumlah pegawai berdasarkan jabatannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah pegawai lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
jabatannya pada tahun 2011
No
Unit Kerja
Peneliti
Tek.
Litkayasa
Pranata
Komp
Pustaka
wan
Arsiparis
Penunjang
Penelitian
dan Pejabat
Struktural
Jumlah
1 Kantor
Pusat 19 0 1 4 2 70 96
2 Balittro 78 65 0 4 0 111 258
3 Balittas 61 41 4 4 1 86 197
4 Balitpalma 35 12 0 4 1 86 138
5 Balittri 39 18 0 0 0 45 102
Jumlah 223 136 1 16 4 398 791
10 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Komposisi tenaga penunjang penelitian dan struktural
berjumlah 308 orang. Jumlah tersebut besar dibandingkan dengan
jumlah tenaga fungsional lingkup Puslitbang Perkebunan (Peneliti,
Teknisi. Litkayasa, Pranata Komputer dan Fungsional lainnya).
Seyogyanya tenaga fungsional, sebagai motor penggerak untuk
mencapai tujuan organisasi lebih besar dibandingkan dengan tenaga
penunjangnya sehingga perencanaan SDM kedepan perlu
mempertimbangkan komposisi tersebut.
Peneliti lingkup Puslitbang Perkebunan berdasarkan
kepakaran/bidang ilmunya pada tahun 2011 dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Keragaan Peneliti berdasarkan Kepakaran/bidang ilmu
lingkup Puslitbang Perkebunan
No Bidang Keahlian Kantor
Pusat Balittro Balittas Balitpalma Balittri
1 Budidaya Tanaman 6 21 13 8 13
2 Ekonomi Pertanian 1 5 2 3 3
3 Fisiologi Tanaman 3 1 1
4 Hama Dan Penyakit
Tanaman 6 24 17 8 7
5 Pemuliaan dan
Genetika Tanaman 1 19 19 10 11
6 Teknologi Pasca
Panen dan Mekanisasi
Pertanian 2 3 7 6 3
7 Sistem Usaha
Pertanian 1
8 Ekonomi Sumberdaya 1
9 Bakteriologi 1
10 Bioteknologi Pertanian 1
11 Kesuburan Tanah dan
Biologi Tanaman 1 1
12 Kimia Analitik lainnya 1
Jumlah 17 82 60 37 40
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 11 Rencana Strategis 2010-2014
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya,
Puslitbang Perkebunan didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai. Sarana yang digunakan untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai lembaga penelitian adalah Kebun Percobaan,
Laboratorium dan Rumah Kaca
Laboratorium. Puslitbang Perkebunan mengelola 26
laboratorium seperti disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Laboratorium lingkup Puslitbang Perkebunan
No Jenis Laboratorium Balittro Balittri Balittas Balitpalma Jumlah
1 Biotek/Kuljar 1 1 2
2 Pemuliaan 1 1 1 1 4
3 Ekofisiologi 1 1 1 3
4 Hama 1 1 1 3
5 Penyakit 1 1 1 1 3
6 Perbenihan 1 1 0
7 Lab Uji 1 1 1
8 Fisiologi hasil 1 1 2
12 Parasitoid dan Predator 1 1
13 Patologi Serangga 1 1
15 Tanah/Tanaman 1 1
16 Toksikologi 1 1
JUMLAH 7 5 9 5 26
Laboratorium lingkup Puslitbangbun yang sudah mendapat
akreditasi ada 2 (dua) dan 2 (dua) laboratorium masih dalam proses
akreditasi. Laboratorium Perbenihan dan Lab Uji yang dikelola oleh
Balittro mendapatkan akreditasi pada tahun 2010. Laboratorium
Penyakit yang dikelola Balittro dan Lab Benih yang dikelola oleh
Balittas telah diusulkan proses akreditasinya sejak tahun 2009.
Kebun Percobaan. Kebun percobaan lingkup Puslitbang
Perkebunan tersebar di 18 lokasi dengan luas total 778,93 Ha. Daya
dukung dan pemanfaatan Kebun Percobaan disajikan pada Tabel 5.
12 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Tabel 5. Keragaan Kebun Percobaan Lingkup Puslitbang Perkebunan
No Satker/Lokasi KP Luas (Ha)
BALITTRO
1 KP. Cimanggu & Cibinong 44,63
2 KP. Manoko 20
3 KP. Sukamulya 48,56
4 KP. Laing 75
5 KP. Cicurug 9,51
6 KP.Cikampek 14,9
BALITTRI
7 KP. Pakuwon 159,6
8 KP. Gunung Putri 6,74
9 KP. Cahaya Negeri 30
BALITTAS
10 KP. Asembagus 40,07
11 KP. Muktiharjo 95,16
12 KP. Sumberrejo 26,51
13 KP. Karangploso 24,65
14 KP. Pasirian 7,88
BALITPALMA
15 KP. Paniki 40
16 KP. Mapanget 47,6
17 KP. Kima atas 60,4
18 KP. Kayuwatu 26,7
Luas Kebun Percobaan di lingkup Puslitbang Perkebunan
sangat beragam berkisar antara 6,74 Ha – 159,6 Ha. Balittro
mengelola 155,88 Ha, Balittri mengelola 253,06 Ha, Balittas
mengelola 194,27 Ha dan Balitpalma mengelola 174,7 Ha. KP yang
terluas adalah KP. Pakuwon yang dikelola oleh Balittri, Kebun
Percobaan yang memiliki luasan terendah luasannya adalah KP.
Cicurug yang dikelola oleh Balittro.
Rumah Kaca. Rumah kaca sebagai fasilitas pendukung
kegiatan penelitian di lingkup Puslitbang Perkebunan sebanyak 13
buah. Daya dukung secara kualitatif dan kuantitatif serta status
Rumah Kaca tersebut tercantum dalam Tabel 6.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13 Rencana Strategis 2010-2014
Rumah Kaca lingkup Balittro secara umum mempunyai daya
dukung yang cukup optimal sedangkan rumah kaca Ekofisiologi
masih perlu ditingkatkan daya dukungnya. Rumah Kaca lingkup
Balittri secara umum kurang optimal karena rumah kaca tersebut
baru dibangun 3 tahun yang lalu. Rumah Kaca lingkup Balittas
merupakan rumah kaca yang optimal daya dukungnya. Rumah Kaca
lingkup Balit Palma secara umum kurang optimal dan perlu
ditingkatkan daya dukungnya.
Tabel 6. Keragaan Rumah Kaca lingkup Puslitbang Perkebunan
No Satker/Rumah Kaca Daya Dukung Kualitatif
BALITTRO
1 Pemuliaan Cukup
2 Ekofisiologi Kurang
3 Hama Cukup
4 Penyakit Cukup
BALITTRI
1 Rumah Kaca Kurang
BALITTAS
1 Pemuliaan Optimal
2 Ekofisiologi Optimal
3 Hama Optimal
4 Penyakit Optimal
BALITPALMA
1 Pemuliaan Kurang
2 Ekofisiologi Kurang
3 Hama Kurang
4 Penyakit Kurang
Sumber Daya Keuangan. Anggaran pembangunan Badan
Litbang Pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
menunjukkan adanya dukungan positif pemerintah terhadap
kegiatan litbang yang dituntut untuk menghasilkan inovasi teknologi
yang lebih berorientasi pasar dan berdaya saing. Namun demikian,
masih diperlukan dukungan pendanaan yang lebih besar untuk
peningkatan hasil penelitian berupa inovasi teknologi dan varietas
unggul berdaya saing yang bersifat public domain (untuk
kepentingan petani). Perkembangan penganggaran lingkup
14 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Puslitbang Perkebunan delapan tahun terakhir seperti terlihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA 2005 – 2010
Tahun
Anggaran
Jenis Belanja Total
pegawai Barang Modal
2005 28,556 14,932 4,800 48,288
2006 31,796 20,876 11,058 63,731
2007 35,988 28,038 9,192 73,218
2008 37,943 25,868 2,870 66,680
2009 43,366 17,822 10,214 71,402
2010 36,908 47,271 18,635 102,814
Tabel. 8 Keragaan Anggaran Puslitbang Perkebunan TA. 2011-2012
Tahun
Anggaran
Jenis Belanja
Total Pegawai Operasional
Non
Operasional Modal
2011 39,830,02 6.867,48 34.772 3.610,34 85.080,00
2012 43,629,68 8.320,00 41.038 5.271,13 98.259,60
2.3. Tata Kelola
Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran
sebagai manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi pembangunan
mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan
kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan
spirit yang berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran
yang terintegrasi perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja
yang mencakup 3 (tiga) aspek berupa unified budgeting, performance
based budgeting, dan medium term expenditure frame work.
Untuk menjamin tercapainya good governance di UK/UPT
lingkup Puslitbang Perkebunan, pelaksanaan program dan anggaran
dikawal dengan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) di
setiap UK/UPT. Langkah-langkah operasional penerapan SPI, yaitu: (1)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 15 Rencana Strategis 2010-2014
Pembentukan Satuan Pelaksana (Satlak); (2) Penyusunan Petunjuk
Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan SPI; (3) Pelaksanaan
Penilaian Pelaksanaan SPI; dan (4) Penyusunan Laporan Pelaksanaan
SPI.
Untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan
program dan anggaran Puslitbang Perkebunan dilakukan Monitoring
dan Evaluasi secara berkala dan terus menerus. Monitoring ditujukan
untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang telah
dicapai dari setiap program yang dituangkan di dalam Renstra
beserta turunannya (RKT, PK). Evaluasi dilaksanakan sebagai upaya
perbaikan terhadap perencanaan, penilaian dan pengawasan
terhadap pelaksanan kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dan memanfaatkan sumber daya secara efektif
dan efisien. Dokumen pelaksanaan Monev dituangkan dalam LAKIP,
SIMMONEV dan Laporan Pelaksanaan Monev. Langkah-langkah
operasional program Monev 2010-2014 mencakup: (1) Menyiapkan
Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), dan Petunjuk Teknis
(Juknis) Monev yang disusun secara berjenjang sampai tingkat UPT,
(2) Melaksanakan monev secara reguler dan berjenjang, dan (3)
Mengevaluasi capaian sasaran Renstra setiap tahun. Selain itu untuk
mengukur Indikator Kinerja Utama (IKU), Puslitbang Perkebunan
mengharuskan setiap UK/UPT menyusun Laporan Pencapaian IKU
yang berisi uraian kegiatan utama serta target dan realisasi
pencapaian sasarannya secara reguler pada setiap triwulan.
2.4. Kinerja Litbang 2005-2009
Dalam periode 2005 - 2009, berbagai inovasi teknologi telah
dihasilkan untuk menjawab tantangan dalam pembangunan
pertanian, meliputi inovasi teknologi terkait komoditas Tanaman
Obat dan Aromatik, Rempah dan Industri lain, Tanaman
Tembakau dan Serat, serta tanaman Kelapa dan Palma lain. Selain
dalam bentuk inovasi teknologi juga dihasilkan dalam bentuk produk
komoditas perkebunan yang dihasilkan dari kegiatan penelitian
meliputi benih, varietas unggul baru, prototipe alat pengolah hasil
tanaman dan formula. Sebagian hasil penelitian tersebut telah
disebarluaskan dan diadopsi petani/pengguna melalui kegiatan
diseminasi dan kerjasama. Kinerja litbang Perkebunan 2005-2009
16 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
telah dibuat dlam bentuk success story dan lesson learn 2005-2009
terkait kegiatan penelitian, kerjasama, diseminasi dan manajemen.
Diharapkan keberhasilan yang telah dicapai selama kurun waktu
2005-2009 tersebut dapat ditindak lanjuti melalui rencana kegiatan
2010-2014 yang sistematis dan terkoordinir meliputi kegiatan
peneltian, diseminasi, kerjasama dan juga managemen SDM, aset dan
keuangan.
Hasil penelitian unggulan yang telah dicapai Puslitbang
Perkebunan dalam kurun 2005-2009 antara lain:
Kapas. Penelitian perbaikan varietas pada kapas merupakan salah
satu dari sedikit komoditas yang memiliki program pemuliaan secara
berkesinambungan sehingga berhasil dilepas varietas Kapas
Indonesia (Kanesia)-10 yang selanjutnya disusul dengan seri varietas
Kanesia hingga no 15, Kapas ISA 205A. Produktivitas varietas 3 – 4
ton mulai dicapai pada seri Kanesia-8. Dalam kurun waktu yang sama
telah diidentifikasi lahan-lahan yang potensial untuk pengembangan
kapas dengan persyaratan yang harus dipenuhi dan telah dihasilkan
paket teknologi pengendalian OPT yang lebih ramah lingkungan
tetapi tetap efektif dan efisien. Diidentifikasi sekitar 300.000 ha lahan
tergolong sangat sesuai dan 1,5 juta ha sesuai untuk kapas di NTT,
NTB, Jatim, Sulsel, dan Jateng.
Kanesia-14
Gambar 5. Varietas kapas unggul Indonesia
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 17 Rencana Strategis 2010-2014
Tembakau. Selama kurun waktu 2005 sampai dengan 2009 telah
dihasilkan berbagai varietas tembakau unggul seperti tembakau
Temanggung yang tahan penyakit layu bakteri (Kemloko 2 dan
Kemloko 3); varietas unggul tembakau Boyolali Asepan (Grompol
Jatim 1); tembakau Yogyakarta (Bligon 1) dan tembakau Kasturi
(Kasturi 1 dan Kasturi 2). Salah satu strategi menghadapi isu
kesehatan dilakukan pendekatan perakitan varietas tembakau
berkadar nikotin rendah.
Grompol Jatim 1
Gambar 6. Varietas Tembakau Unggul Indonesia
Kelapa. Balitpalma telah melepas sebanyak 17 varietas kelapa, terdiri
dari 7 varietas kelapa Dalam, 4 varietas kelapa Genjah dan 2 varietas
kelapa Hibrida dan 4 kelapa unggul lokal. Potensi produksi varietas
Kelapa Dalam tersebut bervariasi antara 2,8 – 4 ton kopra ha/thn,
tergantung kondisi agroekosistemnya dengan kadar minyak 63-69%
dan tahan terhadap penyakit busuk pucuk. Untuk mengendalikan
hama Brontispa telah dirakit formula pestisida biologis yang ramah
lingkungan berupa parasitoid pupa Tetrastichus brontispae dan
cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae var. anisopliae.
Teknik aplikasinya sudah didesiminasikan melalui kerja sama dengan
Dinas daerah setempat dalam bentuk pendampingan dan pelatihan
untuk produksi biopestisida tersebut dan telah diadopsi oleh petani
di Sulawesi Tengah, NTT, dan Riau. Dalam upaya pengendalian hama
Sexava di Indonesia bagian Timur terutama di Kepulauan Sangihe
18 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Talaud Sulawesi Utara, Maluku dan Papua telah dirakit paket
teknologi pengendalian hama secara terpadu (PHT) yang lebih ramah
lingkungan tetapi tetap efektif. Komponen teknologi PHT ini meliputi
cara mekanis, kultur teknis, hayati dan jika terpaksa kimiawi.
Gambar 7. Kelapa Dalam unggul Mapanget
Tanaman Obat
Kencur dan kunyit telah berhasil dilepas dan didaftarkan ke
PVT, varietas unggul tanaman kencur dengan nama Galesia 1, 2 dan
3 dengan produksi 7-16 ton/ha dan kandungan minyak atsiri 2,1-
6,6%. Disamping itu juga telah dilepas varietas unggul Kunyit
dengan nama Turina 1, 2 dan 3 berproduksi 500-3.500 gr/rumpun
dengan kandungan curcumin 8,4 – 10%.
Jahe. Penelitian jahe telah merumuskan protokol untuk
memperoduksi benih jahe sehat bebas penyakit. Dengan demikian,
permasalahan penyediaan benih sehat diharapkan dapat dipecahkan.
Selain itu, untuk menghindari serangan penyakit layu bakteri,
teknologi anjuran Puslitbangbun, seperti teknik pemilihan benih
sehat dan penentuan lokasi, telah banyak diterapkan petani di sentra
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 19 Rencana Strategis 2010-2014
produksi jahe. Varietas unggul jahe yang dihasilkan adalah jahe
merah dengan nama Jahira 1 dan Jahira 2 dengan produksi 12 – 13
ton/ha, mempunyai kandungan minyak atsiri 3,4 dan 2,9%.
Jahira-1 Jahira-2
Gambar 8. Varietas jahe unggul jahira1 dan Jahira 2
Temulawak. Tiga varietas temulawak (Cursina-1, Cursina-2 dan
Cursina-3) telah dilepas dengan potensi produksi antara 25-30
ton/ha, sedangkan produktivitas rata-rata nasional adalah 17,5
ton/ha. Salah satu keunggulan dari ketiga varietas ini adalah kadar
kurkuminoid tinggi (4,6-5,2%) dan kadar gingerol sebesar 0,8-1,0%.
Kurkuminoid dan gingerol adalah komponen utama yang
menentukan kualitas temulawak.
Cursina-1 Cursina-2 Cursina-3
Gambar 9. Varietas unggul Temu lawak Cursina 1, Cursina 2, dan Cursina 3
20 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Kenaf. Varietas unggul kenaf yang telah dihasilkan yaitu: KR 14 dan
KR 15 (potensial untuk lahan Podsolik Merah Kuning dan moderat
tahan alumunium pada pH rendah), dengan produktivitas 3 ton per
ha per tahun. Saat ini serat kenaf selain untuk kertas bermutu tinggi,
juga diminati industri bernilai tinggi, seperti : geo-textile, fiberboard
dan particle board , juga telah dilakukan penelitian eksplorasi serat
alam, perakitan varietas kenaf berumur genjah, tahan kering,
produktivitas tinggi, dan proses retting yang bermutu.
KR-14 KR-15
Gambar 10. Varietas kenaf unggul KR 14 dan KR 15
Minyak Atsiri. Tiga varietas unggul nilam yang telah dilepas pada
tahun 2005 yaitu Tapak Tuan, Lhokseumawe, dan Sidikalang dengan
potensi produksi sebesar 375 kg, 355 kg, dan 315 kg/ha/tahun yang
jauh di atas rata-rata produksi nasional sebelum tahun 2004 yang
hanya mencapai 199 kg/ha/tahun. Kadar patchouli alkohol dari ketiga
varietas unggul tersebut di atas standar nasional Indonesia (SNI) yaitu
berturut-turut sebesar 33,3%, 32,6%, dan 33%. Benih bermutu
(varietas unggul) tersebut telah menyebar ke para petani, penangkar,
dan pengusaha nilam hampir ke seluruh wilayah Indonesia.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 21 Rencana Strategis 2010-2014
Tapaktuan Lhokseumawe Sidikalang
Gambar 11. Varietas nilam unggul, Tapaktuan, Lhokseumawe, Sidikalang
Seraiwangi. Telah dihasilkan biopestida yang berbahan baku
seraiwangi yaitu CS (Cengkeh dan Seraiwangi), sabun kesehatan
seraiwangi, dan bioaditif seraiwangi yang mampu meningkatkan
oktan dan efisiensi bahan bakar bensin dan solar. Limbah
penyulingan seraiwangi yang dihasilkan oleh para penyuling ternyata
mengandung nutrisi yang cukup baik untuk diolah sebagai pakan
ternak besar. Adanya campuran pakan ternak dengan limbah
seraiwangi telah menghasilkan kotoran ternak yang kurang berbau
jika dibandingkan kotoran ternak yang memakan pakan yang tidak
dicampur limbah penyulingan seraiwangi
Gambar 12. Biopestisida dan tanaman seraiwangi
22 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Jambu Mete. Tiga varietas spesifik lokasi yang telah dilepas adalah
Meteor, MPE -1 dan MPF -1 dengan produktivitas lebih tinggi dari
sebelumnya. Tiga varietas ini telah berkembang di Sulawesi
Tenggara, Ende dan Flores. Perbanyakan bibit atau peremajaan
dapat dilakukan melalui grafting dengan entres varietas unggul
dengan keberhasilan > 80%. Selain itu perbanyakan lebih cepat dapat
digunakan teknologi kultur jaringan. Puslitbangbun telah
mengembangkan pengandalian hama terpadu untuk hama Helopeltis
yang meliputi komponen Early Warning System, pemangkasan,
penggunaan pestisida nabati/kimia, dan sanitasi. Penggunaan
keempatnya dapat menurunkan kerusakan > 30%.
Jarak Pagar. Puslitbang perkebunan telah melakukan eksplorasi dan
seleksi bahan tanaman jarak pagar dari berbagai agroekosistem serta
menyusun Peta Kesesuaian Lahan untuk komoditas jarak pagar.
Eksplorasi plasma nutfah jarak pagar berhasil mengoleksi 461 nomor
di tiga agroekosistem, yaitu beriklim basah di KP Pakuwon, sedang di
KP Muktiharjo, dan kering di KP Asembagus. Melalui proses seleksi
berkelanjutan, didapatkan populasi komposit yang diperbaiki
(Improved Population = IP) berturut-turut IP-1 P, IP-1 M, IP-1A, pada
akhir tahun 2006 untuk daerah beriklim basah, sedang, dan kering
disusul oleh seri IP-2P, IP-2M, dan IP-2 A tahun 2007 serta IP-3P, IP-
3 M, dan IP-3 A pada akhir tahun 2008. Peta kesesuaian lahan dan
iklim untuk jarak pagar skala 1: 1.000.000 diterbitkan tahun 2006
sebagai acuan indikatif untuk pengembangan jarak pagar.
IP-3 P IP-3 M IP-3 A
Gambar 13. Varietas unggul jarak pagar komposit IP-3P, IP-3M
dan IP 3A
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 23 Rencana Strategis 2010-2014
Lada. Hasil penelitian selama lima tahun telah diperoleh beberapa
nomor hibrida yang dinilai tahan terhadap penyakit BPB dengan
target produktivitas 6 ton/ha/thn. Nomor-nomor tersebut adalah LH
36-37; LH 51-1; LH36-1; LH 37 16; LH 20-4 dan LH 24-1. Produktivitas
lebih tinggi dibandingkan dengan induknya yaitu 4 ton/ha/thn.
Teknik perbanyakan benih yang cepat dan homogen telah diperoleh
melalui kultur jaringan yang sebelumnya tidak dapat dilakukan.
Pemanfaatan lahan bekas tambang timah di Bangka Belitung
untuk pengembangan tanaman lada sudah dapat dilakukan sehingga
persaingan lahan dengan komoditas lain dapat dihindarkan.
Permasalahan penyakit virus pada lada sudah dapat ditanggulangi
dengan biopestisida yang sudah diformulasikan. Sedangkan untuk
diverifikasi produk telah dikembangkan lada hijau yang bermutu
tinggi dan lada putih yang bersifat higienis melalui bleaching.
Rekomendasi Kebijakan. Hasil-hasil analisis kebijakan yang
dihasilkan Puslitbang Perkebunan dalam TA 2005 -2009 adalah
sebagai berikut: (1) Rekomendasi kebijakan kapas dan tembakau, (2)
Rekomendasi kebijakan penelitian jarak pagar dan BBN, (3)
Rekomendasi kebijakan kelapa dan tanaman obat. (4) Rekomendasi
kebijakan lada. (5) Saran kebijakan perkebunan menanggapi
kenaikan harga minyak goreng. (6) Alternatif kebijakan
pengembangan jarak pagar. (7) Saran kebijakan pengembangan
agribisnis kapas.
24 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
BAB III. POTENSI, PERMASALAHAN, DAN IMPLIKASI
Pasar hasil perkebunan, ke depan akan mengalami perubahan
fundamental di sisi permintaan karena adanya perubahan lingkungan
strategis domestik maupun internasional. Hal ini disebabkan kondisi
permintaan melebihi sisi penawaran karena semakin intensifnya
proses industrialisasi di berbagai negara dan peningkatan jumlah
penduduk. Beberapa tahun ke depan harga produk perkebunan
diperkirakan akan semakin tinggi. Terkait dengan dinamika
perubahan lingkungan strategis domestik maupun internasional
tersebut perlu dicermati berbagai aspek terkait dengan potensi
(kekuatan dan peluang) maupun permasalahan/kelemahan. Implikasi
yang dihadapi sektor perkebunan khususnya yang terkait dengan
penelitian dan pengembangan perkebunan agar mampu
merumuskan perencanaan strategis lima tahun ke depan secara lebih
kontekstual.
3.1. Potensi
3.1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Penduduk, Permintaan Pangan
Beberapa negara Asia seperti Cina, India dan Indonesia, akhir
akhir ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat
melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi negara-negara maju.
Pertumbuhan sektor perkebunan berkontribusi terhadap ekonomi
Indonesia sebesar 3,57% per tahun selama periode 2005 - 2009.
Pertumbuhan ekonomi tersebut berkontribusi pada keberhasilan
mengurangi kemiskinan dan kelaparan. Penduduk miskin di
Indonesia pada tahun 1999 mencapai 48 juta jiwa (23,43%), menurun
menjadi 37,3 juta jiwa (17,42%) pada tahun 2003, 36,1 juta jiwa
(16,66%) pada tahun 2004 dan terus berkurang menjadi 32,5 juta jiwa
(14,15%) pada tahun 2009.
Pertumbuhan penduduk Indonesia lima tahun terakhir rata-rata
1,27%/tahun dengan jumlah penduduk saat ini 237 juta jiwa. Dinamika
pertumbuhan penduduk Indonesia tersebut ditinjau dari kualitas, pasar
tenaga kerja, tingkat pendidikan, mobilitas, dan aspek jender tentu
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 25 Rencana Strategis 2010-2014
akan sangat berpengaruh terhadap keragaan pembangunan pertanian
di masa mendatang. Peningkatan jumlah penduduk berkaitan dengan
ketersediaan tenaga kerja disatu sisi tetapi disisi lain meningkatnya
tekanan permintaan terhadap lahan untuk penggunaan non-pertanian.
Dinamika pertumbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat
Indonesia yang diperkirakan terjadi dalam lima tahun ke depan,
berpotensi menciptakan peluang pasar yang besar bagi produk
perkebunan tertentu seperti minyak goreng, gula dan kakao.
3.1.2. Keanekaragaman Hayati dan Agroekosistem
Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah
(mega biodiversity), termasuk plasma nutfah. Bio-diversity darat
Indonesia terbesar nomor dua di dunia setelah Brasil, sedangkan bila
termasuk kelautan maka Indonesia nomor satu dunia. Keaneka
ragaman hayati yang didukung dengan sebaran kondisi geografis,
berupa dataran rendah dan tinggi serta iklim yang sesuai berupa
limpahan sinar matahari, intesitas curah hujan yang hampir merata
sepanjang tahun di sebagian wilayah, serta keaneka ragaman jenis
tanah memungkinkan dibudidayakannya aneka jenis tanaman daerah
tropis maupun komoditas introduksi dari daerah sub topis secara
merata sepanjang tahun di Indonesia.
Aneka ragam dan besarnya jumlah plasma nutfah tanaman
yang sudah beradaptasi dengan iklim tropis merupakan sumber
materi genetik yang dapat direkayasa untuk menghasilkan varietas
dan klon tanaman unggul. Hal ini dapat dilihat dengan beragamnya
jenis komoditas perkebunan seperti tanaman obat, tanaman atsiri,
tanaman indutri, tanaman serat, tanaman palma dan tananam
penghasil BBN yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber
pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pembangunan
perkebunan perlu kebijakan untuk perlindungan dan tata aturan
pemanfaatan keanegaragaman hayati tersebut.
26 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
3.1.3. AFTA dan ACFTA
Sejalan dengan era globalisasi dan pemberlakuan pasar bebas
ASEAN (AFTA) dan ASEAN-China (ACFTA), produk pertanian
Indonesia, baik mentah maupun olahan, seperti minyak sawit dan
turunannya, karet olahan, biji kakao, tanaman rempah, tanaman atsiri,
tanaman obat, tanaman kelapa dan lainnya berpeluang untuk
dipasarkan ke pasar ASEAN dan China. Apabila peluang pasar dalam
dan luar negeri dapat dimanfaatkan dengan meningkatkan daya
saing berbasis pada keunggulan komparatif dan kompetitif, maka
hal ini akan menjadi pasar yang sangat potensial bagi hasil
perkebunan Indonesia. China, Malaysia dan Singapura merupakan
pasar utama Indonesia dalam ekspor hasil perkebunan di atas.
Indonesia perlu mengantisipasi kemungkinan penurunan
harga di pasar global dengan diliberalisasikannya perdagangan
bilateral, hal ini akan memberikan peluang untuk merebut pasar
sekaligus bisa menjadi ancaman tersendiri. Implikasinya, dibutuhkan
kebijakan yang komprehensif dan konsisten dalam sistem
pengembangan komoditas ekspor.
3.1.4. Ketersediaan Sumber Energi Nabati
Saat ini, bahan bakar fosil (fossil fuel) masih menjadi tumpuan
utama sumber energi tak terbarukan, yaitu minyak bumi, batubara
dan gas alam. Dalam pemanfaatannya, di Indonesia selama ini telah
terjadi eksploitasi sangat masif yang telah mengakibatkan Indonesia
dalam waktu dekat akan mengalami krisis energi akibat habisnya
cadangan sumber-sumber energi tersebut. Indonesia akan menjadi
net-importer minyak bumi kecuali jika ditemukan cadangan minyak
baru.
Selain itu, sumber energi fosil mengakibatkan pencemaran
udara yang dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit energi tersebut,
seperti gas sulfur dioksida (SO2) dan gas-gas rumah kaca (GRK),
seperti karbon dioksida (CO2). Banyak penelitian menyebutkan bahwa
GRK telah memicu terjadinya pemanasan global. Lebih lanjut,
pemanasan global telah memicu terjadinya perubahan iklim (climate
change) yang berdampak pada gangguan di sektor pertanian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 27 Rencana Strategis 2010-2014
Meningkatnya kelangkaan dan energi fosil pemanasan global
akibat konsumsi energi fosil telah mendorong banyak negara untuk
mensubstitusi atau mengurangi pemafaatan energi fosil dengan
energi dari tanaman perkebunan. Tebu, sagu dan aren digunakan
untuk memproduksi etanol, sedangkan minyak sawit, minyak kanola,
jarak pagar, kelapa dan kemiri minyak sebagai bahan baku biodiesel.
Indonesia juga telah menyusun road map penggunaan etanol dan
biodiesel untuk keperluan transportasi, industri manufaktur, dan
pembangkit tenaga listrik. Dengan tersusunnya road map ini tentunya
akan mempengaruhi kebijakan dalam pembangunan pertanian dalam
kaitannya dengan penyediaan bahan bakar nabati (bio-fuel)
3.1.5. Kebijakan Otonomi Daerah
Seiring dengan pelaksanaan era otonomi daerah melalui
diterapkannya UU No.32 tahun 2004 sebagai pengganti UU No. 22
tahun 2000 tentang Otonomi Daerah, telah terjadi beberapa
perubahan penting yang berkaitan dengan peran pemerintah pusat
dan daerah. Pada sektor pertanian, peran pemerintah yang
sebelumnya sangat dominan, saat ini berubah menjadi fasilitator,
stimulator atau promotor pembangunan perkebunan. Pembangunan
perkebunan pada era otonomi daerah akan lebih mengandalkan
kreativitas masyarakat di setiap daerah. Selain itu, proses perumusan
kebijakan juga akan berubah dari pola top-down dan sentralistik
menjadi pola bottom-up dan desentralistik. Perencanaan dan
pelaksanaan program pembangunan akan lebih banyak dilakukan
oleh pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya akan menangani
aspek-aspek pembangunan pertanian yang bernilai strategis.
3.1.6. Posisi dan Jejaring Puslitbang Perkebunan
Saat ini sudah banyak tersedia paket teknologi tepat guna
hasil litbang perkebunan yang dapat dimanfaatkan oleh petani untuk
meningkatkan produktifitas, kualitas dan kapasitas produksi aneka
produk perkebunan. Berbagai varietas dan klon berdaya produksi
tinggi; teknologi produksi, aneka teknologi budidaya, pasca panen
dan pengolahan hasil perkebunan sudah cukup banyak dihasilkan
28 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
para peneliti di lembaga penelitian maupun yang dihasilkan oleh
masyarakat petani.
Dalam struktur organisasi, Puslitbang Perkebunan memiliki 4
Balai Penelitian dan 18 kebun percobaan. Jejaring kerja merupakan
hal yang mutlak diperlukan bagi suatu lembaga penelitian. Jejaring
kerja ini bermanfaat untuk optimalisasi penggunaan sumberdaya,
menghindari tumpang-tindih penelitian, meningkatkan kualitas
penelitian dan mengefektifkan diseminasi hasil penelitian. Saat ini
Puslitbang Perkebunan memiliki jejaring kerja yang cukup luas baik
nasional maupun internasional. Secara nasional telah terbentuk
konsorsium penelitian untuk beberapa komoditas dan bidang
masalah yang melibatkan beberapa lembaga penelitian di bawah
koordinasi Kementerian Ristek (LIPI, BATAN, BPPT) dan beberapa
perguruan tinggi. Untuk mengefektifkan diseminasi telah terbentuk
pula jejaring kerja dengan pemerintah daerah, pihak swasta dan
instansi pengambil kebijakan baik dalam lingkup kementerian
maupun di luar Kementerian Pertanian.
3.1.7. Dukungan Pendanaan
Sebagai lembaga negara di bawah naungan Badan Litbang
Pertanian, pembiayaan penelitian dan pengembangan Puslitbang
Perkebunan bersumber dari APBN yang dituangkan dalam DIPA.
Kepastian adanya pembiayaan ini merupakan landasan yang kuat
bagi Puslitbang Perkebunan untuk menjalankan tugas pokok dan
fungsinya. Walaupun masih relatif kecil, jumlah dana yang
dialokasikan ke Puslitbang Perkebunan secara nominal cenderung
naik dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, anggaran Puslitbang
Perkebunan pada tahun 2005 sebesar Rp. 48,288 milyar pada tahun
2009 naik menjadi Rp. 71,482 milyar.
Dalam hal penggalian sumber dana lain di luar APBN,
paradigma baru yang timbul akibat penerapan UU No. 18/2002,
adalah: (a) kerjasama penelitian dan pengembangan antara lembaga
tingkat pusat dan lembaga tingkat daerah digalakkan; (b) kerjasama
penelitian dan pengembangan antara lembaga publik dan lembaga
swasta dirangsang; (c) kerjasama penelitian dan pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 29 Rencana Strategis 2010-2014
antara lembaga nasional dan internasional diberi peluang lebih besar.
Dampak positif dari kerjasama tersebut antara lain adalah adanya
sumber pendanaan di luar APBN yang apabila dapat dikelola dengan
baik secara mandiri dapat memberikan dorongan bagi
perkembangan litbang perkebunan. Namun demikian, penerapan UU
No. 18/2002 khususnya dalam hal pemanfaatan secara langsung
pendapatan dari hasil komersialisasi teknologi masih perlu
diperjuangkan.
3.2. Permasalahan (tantangan)
3.2.1. Sumber Daya dan Pemanfaatan Hasil Penelitian
Pada tahun 2009 Puslitbang Perkebunan memliki pegawai
sebanyak 826 orang, terdiri atas 347 orang (42%) tenaga fungsional
dan 479 orang (58%) tenaga administrasi dan pejabat struktural.
Jumlah tenaga fungsional peneliti adalah 217 orang, dengan
komposisi S3, S2 dan S1, masing-masing 375 orang (4.55%), 1.091
orang (13.27%), dan 1.797 orang (21.84%). Komposisi tersebut untuk
institusi penelitian dan pengembangan berdasarkan tupoksinya
dirasa belum memadai. Berdasarkan hasil kajian critical mass,
kebutuhan tenaga khususnya peneliti sampai dengan tahun 2014
adalah 2.827 orang dengan komposisi S3, S2 dan S1 masing-masing
sebanyak 499, 1.773, dan 1.155 orang. Jumlah peneliti tersebut
adalah sekitar 123% dibanding jumlah peneliti yang ada saat ini.
Upaya yang akan dilakukan untuk memenuhi komposisi tersebut
adalah melakukan rekruitmen calon peneliti dengan kualifikasi S2 dan
S1 dan melakukan pelatihan jangka panjang melalui program S2 dan
S3.
Sarana penelitian berupa laboratorium berjumlah 26 buah
yang ada di Balai Penelitian pada umumnya digunakan secara
optimal untuk penelitian. Dari 26 laboratorium tersebut, baru 2
laboratorium yang telah terakreditasi berdasarkan ISO 17025: 2005.
Tantangan ke depan adalah peningkatan kompetensi laboratorium
yang belum terakreditasi hingga diperoleh pengakuan internasional
melalui akreditasi. Daya saing ilmiah dan komersial selanjutnya harus
dijadikan sasaran dalam pengembangan laboratorium.
30 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Sarana penelitian lain berupa kebun percobaan yang ada
seluas 778,9 ha, yang dikelola oleh Balai Penelitian sebagian besar
belum dimanfaatkan secara optimal untuk pelaksanaan penelitian
dan pengembangan. Hanya beberapa kebun percobaan yang sudah
dimanfaatkan secara optimal baik untuk penelitian maupun untuk
pemasalan benih dan sebagai sumber PNBP. Keadaan demikian
terjadi karena berbagai hal yang sulit diatasi seperti, sistem
pengelolaan kebun yang kurang tepat karena SDM yang lemah, dana
pengelolaan kebun yang kurang memadai, peneliti yang kurang
berminat melakukan penelitian di kebun dan faktor lain.
Hasil penelitian berupa paten, lisensi dan lainnya serta
penyaluran hasil penelitian masih berskala nasional dan tingkat
komersialisasinya rendah. Indonesia bahkan menjadi pengguna
paten atau lisensi hasil penelitian dari negara lain. Permasalahan ini
terkait dengan belum kondusifnya sistem hukum yang mengatur
komersialisasi hasil penelitian. Potensi kerugian yang timbul
tentunya sulit diprediksi secara kuantitatif mengingat berbagai faktor
yang mempengaruhi perolehan royalti, antara lain :
1. Kesepakatan besarnya persentase royalti antara Unit Kerja pemilik
HKI dengan industri sebagai penerima lisensi;
2. Nilai ekonomis dari teknologi hasil litbang yang dilisensikan;
3. Kondisi lingkungan strategis seperti : potensi pasar (kebutuhan
dan daya beli), iklim/cuaca, geografis untuk distribusi, dukungan
kelembagaan dan lembaga keuangan dan persaingan industri
baik domestik maupun internasional (teknologi luar).
3.2.2. Sarana dan Kelembagaan Sarana Produksi
Hingga saat ini masih dijumpai adanya senjang (gap) antara
produktivitas dan mutu hasil penelitian dengan produktivitas di
tingkat petani. Akar masalah yang utama adalah (a) perbedaan
ketersediaan sarana produksi, seperti benih unggul bermutu; (b)
Perbedaan dalam penguasaan dan penerapan inovasi teknologi; dan
(c) belum berkembangnya kelembagaan pelayanan penyedia sarana
produksi. Keterbatasan sarana seperti misalnya jalan usaha tani akan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 31 Rencana Strategis 2010-2014
berpengaruh secara signifikan terhadap kelancaran arus input dan
output produksi perkebunan yang tentunya akan berpengaruh
terhadap produktivitas perkebunan secara keseluruhan. Keterbatasan
penguasaan inovasi teknologi akan berpengaruh terhadap
produktivitas dan pendapatan petani. Keterbatasan kelembagaan
sistem usaha tani juga akan berpengaruh terhadap kemudahan
dalam mengakses sumber pembiayaan dan penyaluran/pemasaran
hasil perkebunan.
Dalam pembangunan perkebunan ke depan, senjang tersebut
harus dipersempit melalui pengembangan sarana dan kelembagaan
dan percepatan diseminasi penerapan inovasi teknologi yang
memadai di tingkat usaha tani. Upaya pengembangan harus
dilakukan secara bertahap hingga mencapai kondisi yang optimal.
3.2.3. Perubahan Iklim Global
Ancaman dan krisis pangan dunia beberapa tahun terakhir
memiliki kaitan sangat erat dengan perubahan iklim (climate change)
akibat pemanasan global (global warming) dan pergeseran musim.
Perubahan iklim diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai
aspek kehidupan dan sektor pembangunan perkebunan. Indonesia
sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa
termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, kenaikan suhu
udara dan peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim adalah
dampak serius perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Perkebunan
merupakan sektor yang mengalami dampak yang serius dan
kompleks akibat perubahan iklim tersebut, yaitu terkait dengan aspek
biofisik dan fisik, serta aspek sosial dan ekonomi.
Dampak lanjutan dari perubahan iklim adalah terjadinya
penurunan produksi pertanian serta ancaman perubahan
keanekaragaman hayati yang pada akhirnya dapat menjadi penyebab
meningkatnya eksplosi hama dan penyakit tanaman. Kondisi tersebut
dapat berakibat pula pada bergesernya pola dan kalender tanam
serta diperlukannya upaya khusus untuk pemetaan daerah rawan
banjir dan kekeringan. Di pihak lain, kemampuan para petugas
32 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
lapangan dan petani dalam memahami data dan informasi prakiraan
iklim masih sangat terbatas, sehingga kurang mampu menentukan
awal musim tanam serta melakukan adaptasi terhadap perubahan
iklim.
Tantangan ke depan dalam menyikapi dampak perubahan
iklim global adalah meningkatkan kemampuan petani dan petugas
lapangan dalam melakukan prakiraan iklim serta melakukan langkah
antisipasi dan adaptasi yang diperlukan. Disamping itu, perlu
diciptakan teknologi tepat guna dan berbagai varietas yang memiliki
potensi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) rendah, toleran terhadap
cekaman lingkungan seperti kenaikan suhu, kekeringan, genangan,
hujan berkepanjangan, salinitas dan erupsi gunung berapi.
3.2.5. Kelangkaan Energi Fosil
Kelangkaan sumber energi fosil tersebut memicu kenaikan
harga BBM di pasar internasional hingga antara US$ 80 -100/barel
dan menimbulkan kenaikan biaya produksi. Seperti diketahui, BBM
digunakan di industri pupuk, transportasi, dan industri perkebunan.
Oleh karena itu, kenaikan harga BBM akan menimbulkan kenaikan
biaya produksi usaha perkebunan. Selain itu juga meningkatkan
biaya produksi produk olahan perkebunan yang menggunakan
bahan bakar dari energi fosil. Atas dasar hal tersebut, maka perlu
dikembangkan pemanfaatan energi alternatif terbarukan berbasis
nabati dan pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan. Penelitian
dan pengembangan energi alternatif tersebut harus diarahkan untuk
dapat menekan ongkos penggunaan energi secara signifikan dan
meningkatkan pendapatan petani.
Sagu Kemiri Minyak Aren
Gambar 14. Tanaman sagu, kemiri minyak dan aren merupakan
sumber energi alternatif
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 33 Rencana Strategis 2010-2014
3.3. Implikasi bagi Puslitbang Perkebunan
3.3.1. Kebijakan Litbang Perkebunan
Implikasi penting bagi Puslitbang Perkebunan adalah perlunya:
(1) meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas lembaga dengan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi program, output serta
peningkatan kualitas SDM; (2) meningkatkan penguasaan Iptek
mutakhir dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan
perkebunan serta kemutakhiran teknologi yang dihasilkan, (3)
memperluas jaringan kerjasama penelitian antar lembaga penelitian
nasional secara sinergis dalam rangka pemanfaatan/diseminasi hasil
penelitian. Litbang perkebunan harus fokus pada penciptaan
teknologi benih, teknologi budidaya, teknologi diversifikasi dan
pengolahan untuk peningkatan nilai tambah yang berdaya saing.
Penelitian ditujukan untuk meningkatkan daya saing komoditas
dengan karakteristik yang sesuai keinginan konsumen, baik pasar
domestik, maupun pasar ekspor.
Penelitian kebijakan tetap diperlukan baik dalam rangka
evaluasi kebijakan maupun penyuminyak usulan rekomendasi
kebijakan pembangunan perkebunan yang bersifat responsif dan
antisipatif. Rekomendasi kebijakan mencakup aspek teknologi,
ekonomi, sosial (kelembagaan) dan lingkungan serta fokus pada
upaya untuk mendukung terwujudnya sistem usaha perkebunan
berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal.
3.3.2. Penelitian Tanaman Perkebunan
Secara umum orientasi Litbang Perkebunan adalah
mendukung pencapaian target sukses kementerian pertanian serta
peningkatan produktivitas dan produksi Perkebunan. Berdasarkan
potensi dan peluang pengembangan, prioritas penelitian komoditas
lingkup Puslitbang Perkebunan adalah sebagai berikut: (1) Tanaman
rempah dan obat: lada, vanili, jambu mete, jahe, temu lawak, nilam,
seraiwangi dan kina; (2) Tanaman pemanis dan serat: kapas,
tembakau, jarak pagar, kenaf dan tebu (3) Tanaman Industri dan
Penyegar : kopi, karet, kakao dan teh; (4) Tanaman Palma: kelapa,
kelapa sawit, sagu, nipah dan aren.
34 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Swasembada gula tahun 2014 menjadi salah satu target sukses
Kementerian Pertanian. Penelitian dan pengembangan untuk
meningkatkan produktivitas tebu dan rendemen gula akan menjadi
prioritas utama untuk mendukung pencapaian target tersebut.
Penanganan aspek perbenihan (perbanyakan massal) dan teknik
budidaya sesuai GAP dan GNP secara terintegrasi sangat diperlukan.
Gambar 15. Perbanyakan benih tebu kultur jaringan
Dari hasil penelitian, beberapa tanaman (seperti kelapa sawit,
tebu, jarak pagar, kemiri minyak, sagu, aren dan kelapa) dan limbah
perkebunan (seperti sabut kelapa, tandan kosong sawit, ampas tebu,
kulit buah, bungkil jarak pagar dan daging buah kakao) dapat diolah
menjadi sumber energi alternatif terbarukan. Apabila energi sumber
nabati dan limbah ini dapat dikembangkan masyarakat terutama di
perdesaan maka akan diciptakan masyarakat yang mandiri energi
terutama untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sehari-
hari. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pengembangan bahan
bakar nabati, Litbang Perkebunan akan berorientasi pada
pengembangan dan pemanfaatan tanaman dan limbah tersebut
diatas secara efisien dengan sasaran ongkos produksinya menjadi
lebih rendah dibanding energi fosil.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 35 Rencana Strategis 2010-2014
Dalam pelaksanaannya, Puslitbang Perkebunan semaksimal
mungkin akan mendorong pelaksanaan penelitiannya bekerjasama
dengan mitra, dan/atau untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
perkebunan atas dasar permintaan termasuk penelitian strategis.
Tandan kosong kelapa sawit Limbah tebu di pabrik Sabut kelapa
Gambar 16. Limbah tanaman perkebunan (tandan kosong kelapa sawit,
limbah tebu, sabut kelapa) sebagai sumber energi alternatif
3.3.3. Pemanfaatan Hasil dan Jejaring Kerja
Penerapan invensi hasil litbang perkebunan dalam rangka
percepatan diseminasi inovasi teknologi, merupakan faktor penentu
bagi upaya percepatan pelaksanaan program pembangunan
perkebunan dalam arti umum. Puslitbang Perkebunan sebagai
sumber utama inovasi teknologi perkebunan harus menghasilkan
invensi yang terencana, terfokus dengan sasaran yang jelas dan
dapat diterapkan pada skala industri untuk memecahkan masalah
aktual yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Secara umum kegiatan kerjasama dan peningkatan jejaring
kerja dapat dikategorikan menjadi: (1) memperkuat dan memperluas
jejaring kerja dengan lembaga-lembaga penelitian pemerintah dan
perguruan tinggi untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya,
menghilangkan tumpang-tindih penelitian, konvergensi program
litbang dan meningkatkan kualitas penelitian, (2) memperkuat
keterkaitan dengan swasta, lembaga penyuluhan dan pengambil
kebijakan dengan melibatkan mereka pada tahap penyusunan
program dan perancangan penelitian untuk mengefektifkan
diseminasi hasil penelitian.
36 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
3.3.4. Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia
Peneliti Puslitbang Perkebunan harus menjadi peneliti yang
profesional, yaitu seseorang yang menghasilkan jasa atau layanan
sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang
dijalaninya. Peneliti yang telah ahli dalam suatu bidang disebut
"profesional" dalam bidangnya. Selain profesional, peneliti juga harus
memiliki karakter yang kuat dalam hal tanggung jawab, jujur, respek,
integritas, bermartabat dan patriotik dalam arti mempunyai
kebanggaan sebagai bangsa.
Laboratorium dan kebun percobaan sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber PNBP. Masalah SDM yang lemah,
dana pengelolaan kebun yang kurang memadai, peneliti yang kurang
berminat melakukan penelitian di kebun berimplikasi pada perlunya
dilakukan revitalisasi SDM dan pendanaan. Pelatihan dan magang di
laboratorium atau kebun percobaan yang telah berkembang perlu
dilakukan, disamping mencoba melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga (outsourcing) jika dana APBN terbatas.
3.3.5. Peningkatan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana
Puslitbang Perkebunan
Untuk menjawab tantangan globalisasi, standarisasi lembaga
penelitian dalam kaitannya dengan kebijakan komersialisasi hasil dan
jasa penelitian, Puslitbang perkebunan harus mampu memberikan
jaminan mutu terhadap hasil-hasil penelitian dan mendapatkan
pengakuan secara nasional dan internasional melalui proses
akreditasi/sertifikasi. Jaminan mutu dan pengakuan
akreditasi/sertifikasi tersebut hanya dapat dicapai bila laboratorium
dan unit kerja lingkup Puslitbang Perkebunan dapat menerapkan
Good Laboratory Practices (GLP) dan Quality Management System
(QMS) dalam melaksanakan kegiatannya. GLP dan QMS tersebut
dapat dilaksanakan melalui implementasi sistem akreditasi/sertifikasi
dengan dasar acuan standar yang ada. Acuan standar GLP adalah
ISO/IEC 17025:2005, sedangkan acuan standar QMS adalah ISO
9001:2008. Saat ini, dari 26 laboratorium yang dimiliki Puslitbang
perkebunan, 2 laboratorium sudah mendapat akreditasi ISO/IEC
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 37 Rencana Strategis 2010-2014
17025:2005, dua laboratorium sedang dalam proses akreditasi.
Sedangkan untuk penerapan QMS, seluruh UK/UPT Puslitbang
Perkebunan saat ini sudah mendapat sertifikat ISO 9001:2008.
Selain laboratorium, Puslitbang Perkebunan memiliki 18 Kebun
Percobaan (KP) seluas 749,43 ha yang digunakan untuk penelitian,
pengembangan dan diseminasi hasil penelitian, peningkatan PNBP,
koleksi dan konservasi plasma nutfah. Peningkatan kapasitas KP perlu
dilakukan secara berkesinambungan agar dapat menunjang fungsi
tersebut.
38 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN dan TARGET
Sebagai lembaga penelitian pemerintah di bawah Badan
Litbang Pertanian, Puslitbang Perkebunan berkewajiban mendukung
terwujudnya visi pembangunan pertanian yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pertanian dikaitkan dengan dinamika lingkungan
strategis yang mempengaruhinya. Visi dan Misi Puslitbang
Perkebunan ditetapkan berdasarkan tiga masukan utama yaitu Tugas
dan Fungsi lingkup Puslitbang Perkebunan, visi dan misi Badan
Litbang Pertanian serta kebijakan yang digariskannya. Selain itu visi
dan misi Puslitbang Perkebunan ditetapkan sebagai pendukung visi
dan misi Badan Litbang Pertanian.
4.1. Visi dan Misi
Selaras dengan visi Badan Litbang Pertanian tahun 2014, maka
Puslitbang Perkebunan telah menetapkan visi 2014 : "Menjadi pusat
keunggulan inovasi teknologi perkebunan berkelas dunia".
Untuk mewujudkan visi tersebut, Puslibang Perkebunan menyusun
misi:
(1) Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi unggulan
dan kebijakan di bidang perkebunan
(2) Meningkatkan kualitas dan optimalisasi sumberdaya penelitian
dan pengembangan perkebunan
(3) Mengembangkan jaringan dan meningkatkan kerjasama iptek di
tingkat nasional dan internasional
4.2. Tujuan dan sasaran
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai Puslitbang Perkebunan
adalah sebagai berikut:
1. Mendukung pemenuhan kebutuhan benih unggul, teknologi
budidaya dan peningkatan nilai tambah tanaman perkebunan,
yang sasarannya adalah tersedianya:
a. Varietas unggul tanaman perkebunan,
b. Teknologi budidaya tanaman perkebunan;
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 39 Rencana Strategis 2010-2014
c. Produk olahan dan teknologi peningkatan nilai tambah
tanaman perkebunan;
d. Benih unggul tanaman perkebunan
e. Plasma nutfah tanaman perkebunan
Gambar 17. Bibit kelapa Dalam unggul
2. Menghasilkan rekomendasi kebijakan tanaman perkebunan
sebagai bahan Kebijakan Pertanian di bidang perkebunan, yang
sasarannya adalah tersedianya rekomendasi kebijakan
pengembangan tanaman perkebunan
3. Meningkatkan Diseminasi hasil penelitian Perkebunan kepada
pengguna yang sasarannya adalah :
a. Meningkatnya hasil publikasi hasil penelitian;
b. Meningkatnya penyebaran hasil penelitian perkebunan
kepada pengguna;
c. Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain.
40 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
4.3. Target Utama
Dalam lima tahun ke depan (TA 2010-2014), Puslitbang
Perkebunan mempunyai target utama, yaitu:
1. Penyediaan benih dan bibit unggul tebu, kopi, kakao, lada, jahe,
jambu mete, kelapa melalui kultur jaringan
2. Kopi,karet,kakao,teh,kelapa sawit,tebu,kapas,jarak pagar, kelapa,
lada, jambu mete, tanaman obat dan aromatik
3. Aren genjah
4. Tanaman Bahan Bakar Nabati (BBN): kemiri minyak dan jarak
pagar dengan produktivitas dan kadar minyak tinggi;
5. Tanaman perkebunan untuk biopestisida
6. Teknologi pengelolaan tanaman perkebunan rendah emisi dan
ramah lingkungan
7. Tanaman perkebunan untuk pangan fungsional
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 41 Rencana Strategis 2010-2014
BAB V. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Arah kebijakan dan strategi Puslitbang Perkebunan tidak lepas
dengan Renstra Litbang Pertanian dan Renstra Kementerian
Pertanian 2010-2014 khususnya yang terkait langsung dengan
program Badan Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan
varietas unggul berdaya saing (program 8). Dalam hal ini arah
kebijakan dan strategi Litbang Pertanian merupakan penjabaran lebih
lanjut dari program tersebut.
5.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pertanian
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Pertanian mengacu
pada sasaran utama pembangunan nasional RPJMN 2010-2014. Arah
kebijakan Kementerian Pertanian yang terkait dengan tupoksi Badan
Litbang Pertanian adalah:
1. Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang
terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan
benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).
2. Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan
gula konsumsi melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan.
3. Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan gula.
4. Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-produk
substitusi komoditas impor.
5. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok
tani.
6. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional.
7. Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana,
pelatihan, dan pendampingan.
8. Penguatan akses petani terhadap iptek, pasar, dan permodalan
bunga rendah.
42 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
9. Mendorong minat investasi pertanian dan kemitraan usaha
melalui promosi yang intensif dan dukungan iklim usaha yang
kondusif.
10. Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara
vertikal dan/atau horizontal dengan konsolidasi usahatani
produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang berdaya
saing tinggi di pasar lokal maupun internasional.
11. Pengembangan bio-energi berbasis bahan baku lokal terbarukan
untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat khususnya di
perdesaan dan mensubstitusi BBM.
12. Pengembangan diversifikasi pangan dan pembangunan lumbung
pangan masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilisasi
harga di sentra produksi.
13. Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama
penyakit tumbuhan dan hewan secara terpadu.
14. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah
nasional.
15. Penelitian dan pengembangan berbasis sumberdaya spesifik
lokasi (kearifan lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan
teknologi unggul yang berorientasi kebutuhan petani.
16. Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis
kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing
produk pertanian, membuka lapangan kerja, mengurangi
kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan ekonomi desa-kota.
17. Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak
kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif
perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk
bersubsidi.
18. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian
yang akuntabel dan good governance.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 43 Rencana Strategis 2010-2014
Strategi Kementerian Pertanian yang dirumuskan dalam 7
(tujuh) Gema Revitalisasi pada Renstra Kementerian Pertanian 2010 –
2014 telah searah dengan tupoksi Badan Litbang Pertanian, yaitu :
1. Revitalisasi Lahan
2. Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan
3. Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana
4. Revitalisasi Sumber Daya Manusia
5. Revitalisasi Pembiayaan Petani
6. Revitalisasi Kelembagaan Petani
7. Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir
5.2. Arah Kebijakan dan Strategi Litbang Pertanian
Arah kebijakan dan strategi Litbang Pertanian ke depan
disusun dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan
pertanian 2010 – 2014 melalui peningkatan penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah
dan berkontribusi terhadap perkembangan iptek. Kebijakan tersebut
diimplementasikan melalui pemanfaatan sumberdaya penelitian yang
ada secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan
institusi lain baik nasional maupun internasional. Dalam upaya
mendukung pencapaian sasaran pembangunan pertanian, rumusan
arah kebijakan litbang pertanian dikelompokkan dalam 4 (empat)
kategori sesuai dengan sasaran pembangunan pertanian dan
perwujudan visi Litbang Pertanian 2010 – 2014.
1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
a) Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit
unggul, pupuk, alat dan mesin pertanian (alsintan) untuk
mendukung pencapaian sasaran pembangunan pertanian,
yaitu: (1) pemantapan swasembada beras, jagung, daging
ayam, dan gula konsumsi; (2) pencapaian swasembada
kedelai, daging sapi, gula industri; dan (3) peningkatan
44 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
produksi susu segar, buah, sayuran, bunga, tanaman
perkebunan dan produk-produk pertanian substitusi impor.
b) Memprioritaskan penyediaan inovasi teknologi untuk
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan pertanian dan
adaptasinya terhadap dampak perubahan iklim di sektor
pertanian.
c) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengkajian teknologi
dan adaptasi inovasi teknologi spesifik lokasi untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian
nasional yang beragam.
2) Peningkatan diversifikasi pangan, nilai tambah, daya saing
dan ekspor
a) Mendukung percepatan diversifikasi pangan berbasis sumber
daya lokal melalui penyediaan inovasi teknologi.
b) Memperkuat inovasi teknologi dan kelembagaan untuk
pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan berbasis
kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing
dan ekspor produk pertanian.
c) Mempercepat penyediaan inovasi teknologi untuk
pengembangan bio-energi berbasis bahan baku lokal
terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat
khususnya di perdesaan dan mensubstitusi BBM.
3) Perlindungan Petani dan Usaha Pertanian
Mendorong peningkatan kesejahteraan petani melalui
pengembangan rekayasa model kelembagaan dan rumusan
kebijakan pembangunan pertanian antisipatif dan responsif yang
berpihak kepada petani.
4) Pengembangan Kapasitas Institusi
a) Memperluas jejaring kerjasama penelitian, promosi dan
diseminasi hasil penelitian kepada seluruh stakeholders
nasional maupun internasional untuk mempercepat proses
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 45 Rencana Strategis 2010-2014
pencapaian sasaran pembangunan pertanian (impact
recognition) pengakuan ilmiah internasional (scientific
recognition) dan perolehan sumber-sumber pendanaan
penelitian lainnya diluar APBN (eksternal fundings).
b) Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas sumberdaya
penelitian melalui perbaikan sistem rekrutmen dan pelatihan
SDM, penambahan sarana dan prasarana, dan struktur
penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan institusi
litbang yang berkelas dunia.
c) Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada
pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak atas Kekayaan
Intelektual) secara nasional dan internasional.
d) Menyempurnakan manajemen penelitian dan
pengembangan pertanian yang akuntabel, dan good
governance.
Strategi Litbang Pertanian
1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan
a) Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk
pencapaian sasaran pembangunan pertanian.
b) Mengoptimalkan sumber daya penelitian dalam rangka
memacu peningkatan produktivitas dan kualitas penelitian
untuk meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan
pengembangan industri hilir sesuai dengan preferensi pasar
untuk kesejahteraan petani.
c) Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas penelitian dalam rangka
menghasilkan produk berwawasan lingkungan, sehat dan
aman serta dihasilkan dalam waktu yang singkat, efisien dan
berdampak luas.
46 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
d) Melakukan inventarisasi dan perencanaan pemanfaatan
sumberdaya lahan pertanian (tanah, air dan iklim) secara
sistematik dan tematik.
2) Peningkatan diversifikasi pangan, nilai tambah, daya saing
dan ekspor
a) Melakukan indentifikasi sumber pangan alternatif yang
potensial dan mengembangkan inovasi teknologi
pengolahan untuk diversifikasi pangan, peningkatan nilai
tambah, substitusi impor dan peningkatan ekspor.
b) Melakukan indentifikasi dan optimalisasi pemanfaatan
produk dan limbah pertanian sebagai sumber energi
alternatif yang potensial serta mengembangkan inovasi
teknologi pemanfaatannya untuk penyediaan energi baru
terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat
khususnya di perdesaan dan mensubstitusi BBM.
3) Perlindungan Petani dan Usaha Pertanian
a) Merumuskan kebijakan harga input-output komoditas
pertanian strategis melalui penetapan perlindungan tarif dan
non tarif, memperjuangkan perdagangan internasional yang
adil, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk
komoditas strategis, dan Harga Eceran Tertinggi (HET) sarana
produksi pertanian yang berpihak pada petani.
b) Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan rekomendasi
kebijakan antisipatif dan responsif untuk memecahkan
berbagai masalah dan isu-isu aktual dalam pembangunan
pertanian.
4) Pengembangan Kapasitas Institusi
a) Meningkatkan intensitas promosi, komunikasi dan partisipasi
pada kegiatan ilmiah nasional dan internasional.
b) Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan
teknologi kepada calon pengguna
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 47 Rencana Strategis 2010-2014
c) Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi kepada
pelaku usaha industri agro.
d) Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan
dengan lembaga internasional/nasional berkelas dunia
dalam rangka memacu peningkatan produktivitas dan
kualitas penelitian untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
pengguna dan pasar. Kerjasama penelitian dan
pengembangan ini juga diarahkan untuk pencapaian
pengakuan kompetensi sebagai impact recognition yang
mengarah pada peningkatan perolehan pendanaan diluar
APBN.
e) Melakukan analisis kesenjangan tentang kondisi sumberdaya
penelitian yang ada dengan sumberdaya penelitian yang
dibutuhkan untuk mewujudkan Litbang Pertanian berkelas
dunia dan mengupayakan menutup kesenjangan yang ada.
f) Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI hasil
litbang ke dunia industri melalui lisensi.
g) Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara konsisten
pada semua jajaran Badan Litbang Pertanian.
5.3. Arah Kebijakan dan Strategi Pustlitbang Perkebunan
Arah kebijakan dan strategi Puslitbang Perkebunan mengacu
pada Renstra Litbang Pertanian 2010 - 2014 dengan
mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2010 – 2014
melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) yang inovatif, efisien dan efektif
dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap
perkembangan iptek. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui
pemanfaatan sumberdaya penelitian yang ada secara optimal dan
meningkatkan jejaring kerjasama dengan institusi lain baik nasional
maupun internasional. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran
pembangunan pertanian, rumusan arah kebijakan Puslitbang
Perkebunan didasarkan pada isu-isu strategis terkait komoditas
perkebunan antara lain:
48 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
1. Peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang inovatif, efisien dan efektif
2. Peningkatan jejaring kerjasama dengan institusi lain baik nasional
maupun internasional.
3. Peningkatan kapasitas dan kompetensi lembaga dalam
menghasilkan varietas unggul, teknologi budidaya dan pasca
panen ramah lingkungan serta rekomendasi kebijakannya
4. Peningkatan diversifikasi produk perkebunan, nilai tambah dan
daya saing dan ekspor yang berkaitan dengan lingkungan dan
kesehatan
5. Penyediaan agro input (benih, insektisida dan pupuk) bermutu
dan berdaya saing tinggi
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka strategi yang
ditetapkan adalah:
1. Penguatan inovasi teknologi perkebunan yang berorientasi pada
pemecahan masalah strategis dan berwawasan lingkungan pada
pengembangan komoditas lada, jambu mete, kemiri minyak,
kapas, jarak pagar, kelapa, sagu, aren, jahe, temulawak, nilam,
sawit, karet, kopi, kakao, tebu, teh dan kina.
2. “Outsourcing” pendanaan dan tenaga ahli melalui aliansi
kerjasama strategis.
3. Optimalisasi sumberdaya penelitian dalam rangka memacu
peningkatan produktivitas dan kualitas penelitian dan
pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pengguna,
4. Peningkatan kualitas rekomendasi kebijakan yang mampu
menyelesaikan masalah dan isu pembangunan perkebunan yang
sedang berkembang.
5. Mengefektifkan metode dan media diseminasi teknologi
perkebunan melalui berbagai media informasi mutakhir.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 49 Rencana Strategis 2010-2014
5.4. Kegiatan dan Strategi Pendanaan
Kegiatan Litbang
Berdasarkan orientasi output dan outcome yang ingin dicapai
2010-2014, kegiatan penelitian dan pengembangan di masing-
masing Unit Kerja diarahkan pada 2 kategori, sebagai berikut :
a. Kategori I: Scientific Recognition, yaitu kegiatan penelitian
upstream untuk menghasilkan inovasi teknologi dan
kelembagaan pendukung yang mempunyai muatan ilmiah,
fenomenal, dan futuristik untuk mendukung peningkatan
produksi 14 komoditas utama, dan 30 fokus komoditas
potensial dan penunjang.
b. Kategori II: Impact Recognition, yaitu kegiatan litbang yang
lebih bersifat penelitian adaptif untuk mendukung pencapaian
program utama Kementerian Pertanian dalam pembangunan
pertanian.
Strategi Pendanaan Litbang
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kegiatan penelitian
dan pengembangan perkebunan yang bersumber dari pendanaan
internal (APBN) dikelompokkan menjadi:
a. Penelitian upstream dengan alokasi porsi pendanaan 50-60%.
b. Penelitian strategis (konsorsium dan kerja sama) berupa
penelitian upstream dan adaptif, dengan alokasi porsi pendanaan
20-30%.
c. Penelitian yang mendukung langsung pencapaian program utama
Kementerian Pertanian berupa kegiatan penelitian adaptif dan
diseminasi, dengan alokasi porsi pendanaan 10-20%.
Upaya peningkatan pendanaan di luar APBN akan dilakukan
melalui peningkatan kerja sama penelitian dan pemanfaatan hasil
50 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
penelitian baik dalam dan luar negeri. Khusus kerjasama dalam
negeri akan ditingkatkan melalui kerja sama dengan pemerintah
daerah dan swasta dengan mengacu pada peraturan perundangan
yang berlaku (Permentan 53/2006, PP 35/2008, PP 20/2006).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 51 Rencana Strategis 2010-2014
BAB VI. KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERKEBUNAN
Program Badan Litbang Pertanian pada periode 2010 – 2014
adalah untuk penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya
saing. Sebagai bagian dari organisasi Badan Litbang Pertanian,
Puslitbang Perkebunan mempunyai tugas untuk melaksanakan
kegiatan Penelitian dan Pengembangan perkebunan. Penelitian
pengembangan perkebunan dilakukan dalam konteks kebijakan
prioritas melalui kegiatan : pemuliaan/perakitan varietas,perakitan
teknologi budidaya, perakitan teknologi produk olahan, analisa
kebijakan dan diseminasi yang berbasis pada:
1. Tanaman sumber bahan bakar nabati (kemiri minyak, jarak pagar,
sagu, aren dan nipah)
2. Penghasil serat (kapas dan kenaf) dan pemanis (stevia, tebu, dan
bit)
3. Kelapa, aren dan kelapa sawit
4. Tanaman rempah (lada,vanili) obat (jahe, temulawak dan kina) dan
aromatik (minyak atsiri);
5. Industri (karet) dan tanaman penyegar (kopi, kakao dan teh)
6. Tanaman industri lain
6.1 Kegiatan
Secara rinci kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman
perkebunan adalah sebagai berikut:
6.1.1. Perakitan varietas tanaman
Perakitan Varietas perkebunan diarahkan pada varietas unggul
yang mempunyai sifat genjah dan umur ekonomis panjang, tahan
OPT, tahan terhadap cekaman faktor abiotik (kering, basah), produksi
tinggi, kadar minyak tinggi. Kualitas tinggi. Adapun fokus komoditas
dan target output perakitan varietas untuk tahun 2010-2014 sebagai
berikut:
52 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
1. Varietas nilam produktivitas 320 kg/ha toleran 60% terhadap layu
bakteri
2. Jahe putih besar produktivitas 30 ton/ha toleran 70% layu bakteri
3. Jahe putih kecil produktivitas 20 ton/ha toleran 70% bercak daun
4. Varietas unggul tanaman pegagan
5. Varietas unggul tanaman mentha
6. Varietas unggul lokal jambu mete
7. Varietas lada hibrida produksi > 6 ton/ha/th tahan busuk pangkal
batang
8. Vanili Produktivitas 2 ton/ha toleran busuk batang vanili 85%
9. Varietas unggul lokal kemiri minyak
10. Perakitan varietas tebu toleran iklim basah/kering
11. Perakitan varietas kapas tahan hama dan produktivitas >4 ton/ha
dan tahan ketersediaan air hingga 35%
12. Varietas kapas hibrida nasional produktivitas >4 ton/ha pada
lahan kering
13. Perakitan varietas kapas transgenik tahan penggerek buah dan
keterbatasan air, dan produktivitas > 4 ton/ha
14. Jarak pagar hibrida produktivitas >10 ton, kadar minyak > 40%,
umur panen <110 hari
15. Jarak pagar transgenik tahan penyakit, keterbatasan air dan kadar
minyak tinggi
16. Kelapa dalam komposit intervarietas spesifik Sulut dan Jawa Timur
17. Kelapa unggul genjah kopyor (75%)
18. Varietas tanaman kelapa tahan Phytoplasma
19. Perakitan aren super genjah
20. Varietas unggul lokal aren dan sagu
21. Klon unggul harapan teh Asamica dengan potensi produk 26.000
Kg pucuk segar/ha/tahun
22. Varietas kopi unggul produktivitas >2,75 ton/ha , tahan
nematoda Radophullus simillis dan penyakit cacar daun
(Hemileia vastatrix) untuk kopi Arabika, dan tahan nematoda
Pratylenchus coffeae untuk kopi Robusta
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 53 Rencana Strategis 2010-2014
6.1.2. Perakitan teknologi budidaya
Perakitan teknologi budidaya diarahkan pada dukungan
budidaya varietas unggul yang telah dihasilkan, sebagai antisipasi
terhadap perubahan lingkungan biotik dan abiotik.
Target output perakitan teknologi budidaya untuk tahun
2010-2014 adalah:
1. Teknologi pengendalian penyakit layu bakteri dan bercak daun
pada jahe melalui solarisasi tanah, biofumigan dan pemupukan
berimbang
2. Teknologi pengendalian penurunan produktivitas tanaman nilam
dengan sistem budidaya menetap
3. Teknologi peningkatan efisiensi pemupukan pada tanaman nilam
4. Teknologi pemupukan pada akarwangi
5. Teknologi pengendalian penyakit budok dengan agensia hayati
6. Teknologi pembenah tanah untuk penyakit budok
7. Teknologi pemanfaatan elisor penginduksi ketahanan untuk
mengatasi penyakit layu bakteri pada jahe
8. Perbaikann teknologi perbanyakan vegetative jambu mente
9. Teknologi perbanyakan vegetative pala
10. Teknologi perbanyakan vegetative cengkeh
11. Teknologi perbanyakan vegetative kemiri
12. Komponen teknologi pemupukan lada monokultur dan polikultur
13. Komponen teknologi pemanfaatan mikroba rhizosphere untuk
efisiensi sarapan hara tanaman lada dan kemiri sunan
14. Komponen teknologi perbanyakan lada, mente dan kemiri sunan
melalui Somatic Embryogenesis (SE)
15. Komponen teknologi pengendalian hama penggerek batang dan
penyakit busuk pangkal batang lada
16. Komponen teknologi peningkatan adopsi teknologi tanaman
penghasil biodiesel
17. Pemupukan optimal lada di Bangka Belitung dan Lampung
18. PHT Busuk Pangkal Batang yang ramah lingkungan pada lada;
19. Teknologi pemupukan pada lada dan kemiri minyak yang efisien
20. Teknologi juring ganda tanaman tebu
54 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
21. Teknologi rawat ratoon tebu (pedot oyot, pupuk organik,
klentek)
22. Teknologi budidaya kapas tahan penggerek buah dan
keterbatasan air dengan produktivitas > 4 ton/ha;
23. Teknologi perbenihan kapas nasional
24. Satu model simulasipotensi produksi dan kadar minyak jarak
pagar
25. Satu jenis dan dosis ZPT yang mampu meningkatkan produksi
dan kadar minyak serta memperpendek umur panen-1
26. Dua jenis tanaman sela yang sesuai untuk pertanaman jarak
pagar berumur 3 tahun
27. Satu provenan sebagai batang bawah yang dapat meningkatkan
produksi dan kadar minyak serta mempercepat umur panen-1
28. Satu teknik pengolahan tanah dan penyiangan jarak pagar
efisiensi dilahan berpasir dengan Mosittas
29. Dua musuh alami (parasitoid atau predator) efektif
mengendalikan hama kutu jarak pagar
30. Satu isolate jamur dan tiga isolate bakteri efektif menekan
R.bataticola
31. Satu teknologi aplikasi pemupukan N dan ZPT pada
galur/varietas baru kapas+palawija
32. Teknologi pengendalian A. biguttuladengan predator dan
parasitoid untuk varietas tahan penggerek buah
33. Teknologi pengendalian hama utama kapas
34. Paket teknologi budidaya jarak pagar unggul
35. Teknologi PHT hama kelapa Brontispa longisima
36. Teknologi pemupukan tanaman aren
37. Teknologi prosessing nira aren menjadi etanol
38. Teknologi kultur jaringan sagu
39. Teknologi pengendalian hayati Phytophthora palmivora
40. Teknologi pengendalian hama Bronsipa dengan bakteri Serratia
41. Protokol invitro kelapa kopyor
42. Protokol somatic embryogenesis sagu, dan media organogenesis
aren
43. Teknologi budidaya sawit dengan peningkatan produktivitas >
20% dan penurunan emisi > 15%.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 55 Rencana Strategis 2010-2014
44. Teknologi perbanyakan kelapa sawit dengan produktivitas
>15% dan standar minyak >10% dengan tingkat abnormalitas <
2%
45. Teknologi dan sistem peremajaan untuk meningkatkan
produktivitas kelapa sawit rakyat > 40%
46. Teknologi pemupukan sawit yang efisien untuk meningkatkan
produksi 20% dan menurunkan biaya produksi sebesar 20%
47. Teknologi budidaya mengurangi resiko penurunan produksi teh
sebesar 20% akibat kemarau 4 -6 Bulan
48. Teknologi pengendalian hama dan penyakit teh yang ramah
lingkungan
49. Teknologi pemanenan air pada pertanaman teh
50. Teknologi Irigasi pada pertanaman teh
51. Teknologi bio-coating untuk pengendalian PBK pada kopi
52. Teknologi pengendalian hama PBK pada kopi dengan feromon
53. Teknologi pengelolaan hama penggerek buah kopi untuk
menurunkan tingkat serangan menjadi < 20 %
54. Peningkatanan produktivitas kakao > 50% melalui penggunaan
klon tahan hama penggerek buah kakao penyakit Vascullar
Streak Dieback dan Busuk Buah
55. Teknologi pengendalian jamur akar putih dan perbaikan sistem
eksploitasi dan stimulan untuk optimalisasi produktivitas karet
56. Teknologi perbanyakan bakteri endofitik untuk pengendalian
jamur akar putih (JAP) pada karet
57. Teknologi penggunaan jamur pelapuk untuk pengendalian JAP
pada karet
58. Teknik aplikasi mikroba antagonis pengendali JAP
59. Teknologi untuk meningkatkan hasil sadapan pada karet
60. Teknologi pemupukan berbasis bakteri endofitik pada tebu
61. Teknologi pengelolaan kelapa dan kakao secara terpadu untuk
meningkatkan pendapatan petani > 25%
62. Teknologi bioproses pengolahan limbah kakao
56 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
6.1.3. Perakitan produk olahan
Perakitan produk olahan berupa formula dan alat diarahkan
untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas. Target
output perakitan teknologi produk olahan untuk tahun 2010-2014
adalah:
1. Pangan fungsional antioksidan dan jamu ternak berbasis
tanaman obat
2. Formula pestisida nabati dari seraiwangi untuk pengendalian
hama sitophylus oryzae
3. Formula pestisida nabati (CESS dan seraiwangi) efektif untuk
pengendalian hama trips pada kentang (50%)
4. Formula jamu ternak berbasis tanaman obat peningkat fertilasi
sapi
5. Formula minyak atsiri bioaditif untuk bensin dan solar
6. Formula pestisida nabati efektif untuk mengendalikan hama
wereng coklat Nilaparvata lugens pada padi
7. Formula pestisida nabati efektif untuk mengendalikan nematode
bercak akar jahe
8. Formula pestisida nabati efektif untuk mengendalikan OPT teh
9. Formula pestisida nabati efektif untuk mengendalikan haman
penggerek buah pada kakao
10. Formula pestisida nabati efektif untuk mengendalikan hama
penggulung daun nilam
11. Formula dengan fungsional sebagai imunomodulator
12. Formula anti coccidiosis terstandar
13. Formula anti coccidiosis efektif pada ayam
14. Formula umpan beracun lalat buah
15. Formila efektif untuk Diconocoris hewetti 60%
16. Formula efektif untuk Spodoptera litura
17. Teknologi produk olahan jambu mente
18. Pestisida berbahan aktif Ca-polisufida
19. Bio-insektisida berbahan aktif Beauveria bassiana
20. Biopestisida (dari seraiwangi, nilam, cengkeh, temulawak) yang
efektif terhadap hama dan penyakit tanaman perkebunan
21. Biopestisida pada tanaman Lada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 57 Rencana Strategis 2010-2014
22. Pestisida Hayati (Tricoderma dan Mikoriza) untuk
penanggulangan pengakit busuk pangkal batang lada
23. Biopestisida (dari jamur, bakteri, ekstrak tembakau) yang efektif
terhadap hama tembakau, kapas, dan minyak industri
24. Formulasi MABA yang mampu mengendalikan Phytophtora
nicotionae
25. Biopestisida berbahan aktif ekstrak tembakau yang mampu
mengendalikan hama utama kapas dan tembakau
26. Formulasi biopestisida B. bassiana agar tetap patogenik terhadap
H. armigera
27. Formulasi organeem plus yang lebih efektif terhadap hama kapas
dan tembakau
28. Produk Carna-5 yang mampu mengendalikan CMV
29. Formulasi pupuk organic berbasis jarak pagar
30. Diversifikasi VCO untuk alternatif ASI dengan kandungan asam
lemak rantai medium > 30%, asam palmitat > 20%
31. Biopestisida untuk pengendalian hama Brontispa longisima
32. Etanol hasil fermentasi nira aren
33. Biskuit kaya serat, formula biscuit kaya serat pangan
34. Formula biopestisida Serratia
35. Alat pengolahan nira aren menjadi etanol yang disempurnakan
36. Formula stimulant untuk meningkatkan hasil sadapan
37. Alsin produksi kalium hidroksida dari limbah kakao
38. Reaktor biogas pengolah limbah kakao
39. Teknologi pembuatan kertasdari limbah kakao
40. Teknologi pembuatan pupuk organik dari limbah kakao
41. Formula nata de coco
42. Formula untuk menghasilkan koagulan semi padat atau padat
pada karet
43. Formula untuk pengolahan jenis karet remah baru
44. Teknologi pembuatan zat adatif aspal berbasis karet padat
45. Alsin pengkonversi biomassa (gasifier) limbah kebun dan pabrik
karet melalui proses gasifikasi
46. Teknologi pengkonversi biomassa (gasifier) limbah kebun dan
pabrik karet melalui proses gasifikasi
58 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
47. Pengembangan formula produk kopi luwak secara enzymatic
untuk peningkatan produktivitas > 20%
48. Biofuel generasi 2 dari limbah kelapa sawit
49. Minyak sawit dengan kandungan 3-MCPD < 0.02 %
50. Produk pangan, pupuk, energi dan pakan ternak dari limbah
kakao untuk meningkatkan nilai tambah > 30%
51. Bioregulator untuk meningkatkan penggunaan kelapa sawit
52. Pupuk hayati berbasis bakteri endofitik pada tebu
6.1.4. Sintesa kebijakan
Prioritas sintesa kebijakan yang bersifat responsif dan
antisipatif dalam mendukung target sukses kementerian pertanian
dan pengembangan 15 komoditas strategis tanaman perkebunan.
Target output sintesa kebijakan untuk tahun 2010-2014 adalah :
1. Kebijakan mengurangi ketergantungan impor bahan baku kapas
2. Kebijakan sektor perkebunan menindak lanjuti kebijakan strategis
ekonomi dan fiscal untuk mitigasi perubahan iklim di Indonesia
3. Rekomendasi kebijakan Carbon Efficient Farming System :
Pendirian pabrik gula dengan Carbon Foot-Print minimum dan
ramah lingkungan
4. Kebijakan prediksi neraca gula nasional
5. Kebijakan pengembangan BBN berbasis perkebunan
6. Kebijakan neraca gula
7. Bea keluar kakao
8. Hama penting tanaman perkebunan
9. Penggunaan pestisida sintesis pada tanaman pertanian
10. Riset Feedstock dan teknologi biofuel generasi kedua
11. Kelangkaan bahan baku jamu
12. Peluang swasembada gula tahun 2014 tanpa perluasan areal
13. Strategi pencapaian target swasembada gula
14. Optimalisasi manfaat Gernas kakao
15. Sistem beli putus tebu
16. Gerakan bongkar ratoon dan rawat ratoon mendukung
pencapaian target swasembada gula
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 59 Rencana Strategis 2010-2014
17. Neraca gula nasional dengan pendekatan system dynamic
18. Pengembangan tanaman perkebunan penghasil bahan bakar
nabati
19. Sistem peremajaan perkebunan kelapa sawit rakyat
6.1.5. Kegiatan diseminasi
Menindaklanjuti trend kerjasama menujukkan peran Puslitbang
Perkebunan semakin nyata dibutuhkan oleh masyarakat pengguna
untuk itu kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan tahun 2005 –
2009 tetap akan dilaksanakan. Selanjutnya kegiatan in house
presentation akan semakin digalakkan guna semakin
memperkenalkan berbagai teknologi yang dimiliki oleh Puslitbang
Perkebunan khususnya dalam mendukung desa pertanian berbasis
jamu, desa model pengelolaan kelapa terpadu serta desa mandiri
energi.
Gambar 18. Pelaksanaan bimbingan teknis pestisida nabati dan jamu ternak
di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta
60 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
6.1.6. Penguatan Kebun Percobaan
Kebun Percobaan Manoko
Kebun Percobaan (KP) merupakan salah satu aset yang sangat
potensial mendukung peningkatan kinerja Unit Pelaksana Teknis
(UPT), dimana kebun percobaan dapat digunakan sebagai (1) Tempat
penelitian dan pengkajian (litkaji) teknologi, (2) Lokasi untuk koleksi
plasma nuftah atau sumber daya\genetik (SDG) tanaman dan ternak,
(3) Sarana produksi benih sumber, (4) Visualisasi hasil penelitian, dan
pengembangan (5) Agrowidyawisata.
Dari hal tersebut kebun percobaan (KP) sangat berperan
penting dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) UPT. Selain itu juga KP dapat menjadi sarana penting untuk
menghasilkan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Untuk
meningkatkan kinerja dan potensi kebun, beberapa tahun terakhir
telah melakukan identifikasi dan mengembangkan beberapa kegiatan
yang prospektif bernilai komersial. Balai Penelitian tanaman obat dan
aromatik memiliki 4 kebun percobaan yang diantaranya Kebun
Percobaan Manoko.
Kebun Percobaan Manoko terletak di Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat berada di ketinggian 1.200 m dpl. Kebun
Percobaan Manoko memiliki luas 20 ha, sebagian besar saat ini
ditanamai seraiwangi, plasma nutfah tanaman obat dan aromatik,
dan pestisida nabati. KP. Manoko dilengkapi perkantoran, guest
house, screen house, sarana pengairan, jalan dan fasilitas ibadah. Di
samping itu KP. Manoko memiliki fasilitas pengolahan minyak atsiri,
klaster usaha ternak sapi perah dan pengolahan pupuk kandang.
Melihat potensi yang ada, KP. Manoko akan dikembangkan
menjadi KP yang berbasis tanaman atsiri khususnya seraiwangi. KP.
Manoko telah memiliki fasilitas penyulingan minyak atsiri dengan
kapasitas 300 kwintal, akan dikembangkan untuk 1000 kwintal, dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 61 Rencana Strategis 2010-2014
terbuat dari stainles. Dengan potensi luas tanaman atsiri yang ada
pada saat ini di Kebun Percobaan Manoko yaitu seluas 6 hektar
dengan kapasitas produksi 2 ton terna basah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa KP. Manoko berpotensi untuk menjadi model
dalam pengembangan usahatani tanaman seraiwangi secara terpadu
dari pembibitan, pembudidayaan, pasca panen hingga teknik
penyulingan minyak atsiri, pengembangan produk lainnya, serta
integrasinya dengan ternak/sapi.
Gambar 19. Pengembangan ternak sapi, pembibitan serai wangi dan
pemasangan ketel untuk penyulingan
Salah satu metode yang diduga dapat memperbaiki pola fikir
dan sikap petani seraiwangi menuju kepada suatu pola agribisnis
yang terpadu diantaranya adalah melalui pola partisipasi para petani
dalam suatu kebun (demplot) yang dirancang sedemikian rupa
sebagai suatu unit usaha agribisnis yang menguntungkan. Dalam
kebun tersebut, para petani tidak hanya diberikan teori tentang
bercocok tanam saja, tetapi juga lebih diarahkan pada suatu model
62 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
terapan mulai dari tingkat on farm sampai off farm. Petani tidak
hanya diarahkan sebagai seorang petani produsen seraiwangi dalam
bentuk bahan mentah (bahan sulingan) saja, tetapi sampai pada
tingkat pasca panen, diversifikasi produk, diversifikasi usahatani
dengan ternak, pemanfaatan limbah tanaman, serta pola tata ruang
kebun sebagai suatu agrowisata bidang pertanian yang dapat
menghasilkan nilai tambah yang signifikan. Pola zero waste
management serta peningkatan nilai tambah secara intrinsik akan
menjadi salah satu pola fikir dasar bagi penyusunan suatu model
pengembangan seraiwangi secara terpadu. Untuk hal tersebut KP.
Manoko perlu dilengkapi saran dan prasarana untuk menunjang
menjadi percontohan pengembangan minyak atsiri khususnya
seraiwangi.
Tujuan dan Luaran.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas
Kebun Percobaan Manoko Melalui Pengembangan Model Usahatani
Seraiwangi dan Sapi Secara Terpadu, menunjang pengembangan
model usahatani tanaman tanaman atsiri secara terpadu. Keluaran
tersedianaya sarana prasarana gedung serba guna, tanaman
seraiwangi, instalasi penyulingan minyak atsiri, pagar pengaman
kebun, kandang sapi dan penjemuran hasil pertanian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 63 Rencana Strategis 2010-2014
Kebun Percobaan Pakuwon
Kebun Percobaan merupakan salah satu sarana litbang
pertanian yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan
tupoksi suatu Balai Penelitian di bawah Badan Litbang Pertanian. Hal
ini sangat beralasan mengingat kebun percobaan mempunyai peran
dan fungsi diantaranya : (1) sebagai sarana tempat dilakukannya
penelitian untuk menghasilkan inovasi teknologi, (2) sebagai ujung
tombak sarana promosi kepada masyarakat umum, dan (3) sebagai
salah satu sarana penghasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Eksistensi suatu kebun percobaan dapat mencerminkan
sampai sejauh mana kinerja penelitian yang dicapai oleh suatu balai
penelitian, karena hampir sebagian besar indikator kinerja suatu balai
penelitian dapat diperoleh dari keberadaan suatu kebun percobaan.
Sebagai salah satu contoh sederhana bahwa sebaik apa pun hasil
penelitian yang diperoleh di tingkat laboratorium dan atau rumah
kaca maka pada akhirnya harus dibuktikan hasilnya di tingkat
lapangan, yaitu di kebun percobaan.
Kebun percobaan dapat merupakan front office dari satu balai
penelitian karena kegiatan-kegiatan yang ada di dalam kebun
percobaan dapat dilihat secara langsung oleh masyarakat umum.
Oleh karena itu baik-buruknya kinerja suatu balai penelitian salah
satunya dapat dilihat dari kondisi kebun percobaan yang dimiliki oleh
balai yang bersangkutan.Di samping itu, keberadaan suatu kebun
percobaan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh
masyarakat umum melalui kegiatan-kegiatan penyediaan benih
unggul, penyediaan hasil-hasil pertanian, sebagai sarana pendidikan
dan pelatihan, dan sebagai sarana rekreasi ilmiah bidang pertanian
(kebun wisata ilmiah). Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya akan
dapat menghasilkan penerimaan bagi balai yang bersangkutan, yaitu
berupa PNBP.
64 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
Kebun Percobaan Pakuwon (KP. Pakuwon) adalah kebun
percobaan milik Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka
Tanaman Industri (Balittri) yang berlokasi di Kecamatan Parungkuda
(berbatasan dengan kantor Balittri) dengan ketinggian tempat sekitar
450 m di atas permukaan laut, jenis tanah Latosol, dan tipe iklim B.
Luas KP. Pakuwon seluruhnya (termasuk emplasemen dan
bangunan/gedung) sekitar 150,9 hektar dan telah bersertifikat hak
pakai.
Sejalan dengan mandat balai penelitiannya, maka sebagian
besar tanaman yang menjadi koleksi plasma nutfah dan kebun
produksi di KP. Pakuwon terdiri dari berbagai jenis tanaman rempah
dan aneka tanaman industri, kebun agrowidya wisata ilmiah (AWwi)
yang mempunyai 116 jenis tanaman rempah dan industri, KIJP
(Kebun Induk Jarak Pagar) seluas kurang lebih 25 hektar, bangunan
untuk sarana pelatihan (2000m2),pengolahan pupuk organik dengan
kapasitas 18 ton/bulan, dan plasma nutfah kopi muda seluas 1,5 ha.
Di samping itu KP. Pakuwon memiliki fasilitas pengolahan bioenergi,
ruang alat dan mesin pertanian, ruang pertemuan, screen house,
sarana pengairan, fasilitas ibadah, toilet eksekutif, dan fasilitas
lainnya seperti jalan dan ruang parkir kendaraan yang cukup
memadai
Tujuan dan Luaran
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas Kebun
Percobaan Pakuwon melalui pengembangan model usahatani
tanaman kopi dan kakao secara terpadu. Luarannya adalah berupa
demplot model usahatani kopi dan kakao secara terpadu sebagai
suatu saranan/prasarana penelitian, pendidikan dan pelatihan, sarana
wisata bidang pertanian (agrowidya wisata), dan sebagai sarana
penghasil PNBP.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 65 Rencana Strategis 2010-2014
6.2 Indikator Kinerja Utama (IKU) Puslitbang Perkebunan TA
2010-2014
Sasaran kinerja Puslitbang Perkebunan pada TA 2010-2014
adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya varietas/klon unggul tanaman perkebunan dengan
produktivitas tinggi dan bermutu.
2. Tersedianya aksesi sumber daya genetik perkebunan yang terkonservasi
dan terkarakterisasi.
3. Tersedianya benih tebu unggul melalui kultur jaringan (Somatic
embryogenesis).
4. Tersedianya benih sumber tanaman perkebunan yang bermutu.
5. Tersedianya teknologi untuk peningkatan produktivitas tanaman
perkebunan.
6. Tersedianya produk olahan tanaman perkebunan yang berdaya saing.
7. Tersedianya rekomendasi kebijakan perkebunan.
8. Terselenggaranya diseminasi.
9. Terwujudnya kerjasama penelitian.
Sedangkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Puslitbang Perkebunan
pada tahun 2010-2014, pada Tabel 8 berikut ini:
Tabel 9. Indikator Kinerja Utama (IKU) Puslitbang Perkebunan
tahun 2010 – 2014
Kegiatan Utama
Sub Kegiatan Utama
Indikator Kinerja Utama
Target Jumlah
2010 2011 2012 2013 2014
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Perakitan Varietas
Jumlah Varietas Unggul yang dihasilkan (varietas)
6 10 6 10 10 42
Perakitan Teknologi Budidaya
Jumlah Teknologi Budidaya yang dihasilkan (teknologi)
15 25 19 17 14 90
Perakitan Produk Olahan
Jumlah Produk Olahan/Teknologi Peningkatan Nilai Tambah (teknologi)
12 13 11 12 12 60
Bibit Tebu Jumlah bibit Tebu yang
dihasilkan (ribu budset) - 300 2500 5000 5000 12,800
Produksi Benih Sumber
Jumlah Benih Sumber yang dihasilkan (ton)
260 263 340 341 343 1,547
Pelestarian Plasma Nutfah
Jumlah aksesi SDG yang terkonservasi dan terkarakterisasi (aksesi)
4,040 4,370 4,490 4,610 4,730
4,730
Sintesa Kebijakan
Jumlah Rekomendasi Kebijakan yang dihasilkan (rekomendasi)
5 6 6 6 6 29
Diseminasi Jumlah Publikasi (terbitan) 32 32 32 32 32 160
Kerjasama Jumlah MoU 20 20 23 23 25 111
66 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Rencana Strategis 2010-2014
BAB VII. PENUTUP
Rencana Strategis Puslitbang Perkebunan TA 2010 - 2014 ini
mengacu pada Renstra Badan Litbang Pertanian yang merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN periode 2010 - 2014) bidang penelitian dan pengembangan
pertanian. Proses penyusunannya, mencakup sinkronisasi dan
konsolidasi manajemen litbang pertanian, sehingga tercipta sistem
koordinasi dan kondisi yang kondusif bagi berfungsinya mandate
pelaksanaan kegiatan litbang perkebunan oleh seluruh UK/UPT
lingkup Puslitbang Perkebunan.
Dokumen Renstra ini selanjutnya dijadikan acuan dan arahan
bagi UK/UPT lingkup Puslitbang Perkebunan dalam merencanakan,
melaksanakan, pemantauan dan evaluasi penelitian dan
pengembangan perkebunan periode 2010 – 2014 secara menyeluruh,
terintegrasi, efisien dan sinergi baik didalam maupun diluar sub
sektor/sektor terkait. Dokumen Renstra ini dilengkapi dengan
Indikator Kinerja Utama sehingga akuntabilitas kinerja Puslitbang
Perkebunan dapat diukur dan dievaluasi pada setiap periodenya.
2010 2011 2012 2013 2014
► Jumlah varietas/klon unggul tanaman
perkebunan
1 VUB tanaman perkebunan Varietas 6 10 6 10 10
Jumlah bibit tebu melalui teknologi
SE
VUB Bibit tebu Planlet 0 300.000 500.000 500.000 500.000
► Jumlah aksesi SDG perkebunan yang
terkonservasi dan terkarakterisasi
2 Plasma nutfah tanaman
perkebunan
Aksesi 4047 4371 4492 4614 4738
► Jumlah teknologi untuk peningkatan
produtivitas tanaman perkebunan
3 Tek. budidaya tanaman
perkebunan
Teknologi 15 19 29 17 14
► Jumlah benih sumber tanaman
perkebunan
4 Benih sumber tanaman industri
dan penyegar
Ton 260 263 340 341 347
setek/ryzome 740000 767000 869000 896000 923000
► Jumlah produk olahan tanaman
perkebunan
5 Produk olahan tanaman
perkebunan
Formula 12 13 11 12 12
► Jumlah rekomendasi kebijakan
perkebunan
6 Rumusan Kebijakan Tanaman
Perkebunan
Rekomendasi 5 6 6 6 6
► Jumlah varietas/klon unggul tanaman
perkebunan
1 VUB rempah dan obat Varietas 3 4 1 1 4
► Jumlah aksesi SDG rempah dan obat
yang terkonservasi dan terkarakterisasi
2 Plasma nutfah tanaman rempah
dan obat
Aksesi 2.000 2.300 2.400 2.500 2.600
► Jumlah teknologi untuk peningkatan
produtivitas tanaman perkebunan
3 Tek. budidaya tanaman rempah
dan obat
Teknologi 2 3 2 2 2
► Jumlah benih sumber tanaman
rempah dan obat
4 Benih sumber tanaman rempah
dan obat
Ton 22 25 27 28 30
setek 275 350 425 500 600
► Jumlah produk olahan tanaman
rempah dan obat
5 Produk olahan tanaman rempah
dan obat
Formula 5 5 5 2 2
Penelitian dan
pengembangan
tanaman rempah
dan obat
SATUAN
TARGET
Meningkatnya inovasi
teknologi tanaman
perkebunan untuk
meningkatkan
produktivitas,
diversifikasi dan nilai
tambah tanaman
rempah dan obat
Penelitian dan
pengembangan
tanaman
perkebunan
Meningkatnya inovasi
teknologi tanaman
perkebunan untuk
meningkatkan
produktivitas,
diversifikasi dan nilai
tambah tanaman
perkebunan
TARGET PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2014
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNANBADAN LITBANG PERTANIAN - KEMENTERIAN PERTANIAN
PROGRAM/KEGI
ATAN/SUB
KEGIATAN
PRIORITAS
SASARAN INDIKATOR OUTPUT/SUBOUTPUT
14/06/2016 1 - 3
2010 2011 2012 2013 2014
SATUAN
TARGET
Penelitian dan
pengembangan
tanaman
perkebunan
Meningkatnya inovasi
teknologi tanaman
perkebunan untuk
meningkatkan
produktivitas,
diversifikasi dan nilai
tambah tanaman
perkebunan
PROGRAM/KEGI
ATAN/SUB
KEGIATAN
PRIORITAS
SASARAN INDIKATOR OUTPUT/SUBOUTPUT
► Jumlah varietas/klon unggul tanaman
perkebunan
1 VUB tanaman industri dan
penyegar
Varietas 2 4 3 3 2
► Jumlah aksesi SDG tanaman industri
dan penyegar yang terkonservasi dan
terkarakterisasi
2 Plasma nutfah tanaman industri
dan penyegar
Aksesi 455 475 495 515 535
► Jumlah teknologi untuk peningkatan
produtivitas tanaman industri dan
penyegar
3 Tek. budidaya tanaman industri
dan penyegar
Teknologi 3 6 7 7 7
► Jumlah benih sumber tanaman industri
dan penyegar
4 Benih sumber tanaman industri
dan penyegar
Ton
18.000 20.000 22.000 24.000 26.000
► Jumlah produk olahan tanaman
industri dan penyegar
5 Produk olahan tanaman industri
dan penyegar
Formula 2 0 0 0 2
► Jumlah varietas/klon unggul tanaman
pemanis dan serat
1 VUB tanaman pemanis dan serat Varietas 1 1 1 4 2
► Jumlah aksesi SDG tanaman pemanis
dan serat yang terkonservasi dan
terkarakterisasi
2 Plasma nutfah tanaman pemanis
dan serat
Aksesi 1.450 1.450 1.450 1.450 1.450
► Jumlah teknologi untuk peningkatan
produtivitas tanaman tanaman dan
serat
3 Tek. budidaya tanaman pemanis
dan serat
Teknologi 4 5 5 3 1
► Jumlah benih sumber tanaman
pemanis dan serat
4 Benih sumber tanaman pemanis
dan serat
Ton 13 13 13 13 13
ryzome 721.725 746.650 846.575 871.500 896.400
► Jumlah produk olahan tanaman
pemanis dan serat
5 Produk olahan tanaman pemanis
dan serat
Formula 1 2 1 1 0
Penelitian dan
pengembangan
tanaman pemanis
dan serat
Penelitian dan
pengembangan
tanaman industri
dan penyegar
Meningkatnya inovasi
teknologi tanaman
perkebunan untuk
meningkatkan
produktivitas,
diversifikasi dan nilai
tambah tanaman
pemanis dan serat
Meningkatnya inovasi
teknologi tanaman
perkebunan untuk
meningkatkan
produktivitas,
diversifikasi dan nilai
tambah tanaman
industri dan penyegar
14/06/2016 2 - 3
2010 2011 2012 2013 2014
SATUAN
TARGET
Penelitian dan
pengembangan
tanaman
perkebunan
Meningkatnya inovasi
teknologi tanaman
perkebunan untuk
meningkatkan
produktivitas,
diversifikasi dan nilai
tambah tanaman
perkebunan
PROGRAM/KEGI
ATAN/SUB
KEGIATAN
PRIORITAS
SASARAN INDIKATOR OUTPUT/SUBOUTPUT
► Jumlah varietas/klon unggul tanaman
palma
1 VUB tanaman palma Varietas 1 1 1 2 2
► Jumlah aksesi SDGpalma yang
terkonservasi dan terkarakterisasi
2 Plasma nutfah tanaman palma Aksesi 142 146 147 149 153
► Jumlah teknologi untuk peningkatan
produtivitas tanaman palma
3 Tek. budidaya tanaman palma Teknologi 1 1 1 2 4
► Jumlah benih sumber tanaman palma 4 Benih sumber tanaman palma Ton 225 225 300 300 300
► Jumlah produk olahan tanaman palma 5 Produk olahan tanaman palma Formula 2 2 1 1 1
► Jumlah varietas/klon unggul tanaman
perkebunan
1 VUB tanaman perkebunan Varietas
Jumlah bibit tebu melalui teknologi
SE
Bibit tebu Budset 0 300.000 2.500.000 5.000.000 5.000.000
► Jumlah aksesi SDG perkebunan yang
terkonservasi dan terkarakterisasi
2 Plasma nutfah tanaman
perkebunan
Aksesi 4.047 4.371 4.492 4.614 4.738
► Jumlah teknologi untuk peningkatan
produtivitas tanaman perkebunan
3 Tek. budidaya tanaman
perkebunan
Teknologi 10 15 15 14 14
► Jumlah benih sumber tanaman
perkebunan
4 Benih sumber tanaman rempah
dan industri
Ton 260 263 340 341 343
► Jumlah produk olahan tanaman
perkebunan
5 Produk olahan tanaman
perkebunan
Formula 10 9 7 4 5
► Jumlah rekomendasi kebijakan
perkebunan
6 Rumusan Kebijakan Tanaman
Perkebunan
Rekomendasi 5 6 6 6 6
Penelitian dan
pengembangan
tanaman palma
Meningkatnya inovasi
teknologi tanaman
perkebunan untuk
meningkatkan
produktivitas,
diversifikasi dan nilai
tambah tanaman palma
Penelitian dan
pengembangan
tanaman
perkebunan
Meningkatnya inovasi
teknologi tanaman
perkebunan untuk
meningkatkan
produktivitas,
diversifikasi dan nilai
tambah tanaman
perkebunan
14/06/2016 3 - 3