Rencana Pembangunan dan Pengembangan Wilayah di Wilayah ...
Transcript of Rencana Pembangunan dan Pengembangan Wilayah di Wilayah ...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Wilayah di Wilayah Perbatasan Jawa Barat
Sugiyantoro(SAPPK - ITB)
E-mail: [email protected]/WA 081384278757
ZOOM Bandung, 18 Desember 2020
BAPPEDA JAWA BARAT – PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR SIPIL NEGARAIN HOUSE TRAINING
Isi Pengembangan Wilayah Perbatasan Provinsi• Karakter Perbatasan Provinsi Jabar:
• Tertinggal• Terpencil• Maju di Pantai Utara
• Pendekatan Kawasan terpencil terluar tertinggal (3T)
• Pendekatan BUMDES
• Pendekatan penyediaan infrastruktur →• Menjadi kewajiban pemerintah dalam model stick and carrot• Jaringan jalan• PSU → air minum, sanitasi dkk• perumahan• Dst.
• Beberapa Kementerian yang dapat dikaitkan, dan diambil dananya (tapping)..
• Bagaimana Kabupaten dapat berinovasi dengan Kawasan perbatasan ini
• Pemanfaatan teknologi ICT → internet, pembelajaran via video di cloud gratis, diskusi langsung via video call/ZOOM, SKYPE dll.; perkembangan marketplace
• Bagaimana menjadi supplier produk dari perdesaan?• Peternakan• Perikanan• Hasil teknologi• Pariwisata• dll
• Sebenarnya apa yang dihadapi oleh Jawa Barat?
• Apa yang harus dilakukan?
• Pendekatan yang selalu diyakini adalah:• kawasan agribisnis, agroindustri, industri kelautan dan pariwisata terpadu, sebagai antitesa terhadap Kawasan perkotaan.
• Definisi Kawasan perbatasan:• Secara factual, seperti slide sebelumnya• Secara karakter, Kawasan perbatasan yang berbatasan dengan perkotaan metropolitan DKI (KSN Perkotaan
Jabodetabekpunjur) sulit untuk didorong isu perbatasan dalam mendorong ekonominya. Untuk mendorong ekonomiKawasan ini lebih dengan pendekatan pembangunan perkotaan metropolitan.
• Secara karakter, Kawasan perbatasan yang berkarakter perdesaan menjadi focus penting. Tidak bermaksud mengguruiterhadap Kawasan perdesaan di perbatasan. Namun adanya ketertinggalan wilayah dibandingkan dengan Kawasan lainnya.
• Kawasan pesisir selatan selalu dianggap tertinggal dibandingkan Kawasan pesisir utara.• “Perbatasan” semacam ini kemudian dapat didefinisikan sebagai “Kawasan yang terletak di pinggir” secara administrasi
wilayah.
Potret persoalan dalam RPJPD Jabar 2005-2025• “..Wilayah perbatasan masih terjadi ketidaksetaraan dalam
penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman maupun prasarana jalan..” p.22
• Prinsip kesetaraan untuk wilayah tertinggal dan wilayah perbatasan
• Peningkatan pembangunan di wilayah perbatasan sebagai pintugerbang
• Daerah perdesaan, daerah perbatasan antarprovinsi, dan daerahterpencil → dibangun
PERPRES 109/2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Batas Wilayah Jawa Barat1. Batas Wilayah Jawa Barat di Sebelah Utara, yakni berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta:- Kabupaten Bogor; Kabupaten Bekasi; Kota Bekasi; Kota Depok
- Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang; Kabupaten Indramayu; Kabupaten Cirebon
2. Batas Wilayah Jawa Barat di Selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia- Kabupaten Sukabumi;- Kabupaten Cianjur
- Kabupaten Garut;
- Kabupaten Tasikmalaya- Kabupaten Pangandaran
3. Batas Wilayah Jawa Barat di sebelah Timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah- Kabupaten Cirebon;
- Kabupaten Kuningan;
- Kabupaten Ciamis;
- Kabupaten Pangandaran;
- Kota Banjar.
4. Batas Wilayah Jawa Barat di sebelah Barat berbatasan langsung dengan Provinsi Banten- Kabupaten Bogor;
- Kabupaten Sukabumi.
No Kabupaten Penduduk(ribu jiwa)
No. Kota Penduduk(ribu jiwa)
1. Sukabumi 2.466,27 1. Banjar 183,11
2. Bogor 5.965,41
3. Cirebon 2.192,90
4. Kuningan 1.080,80
5. Ciamis 1.195,18
6. Pangandaran 399,28
Penduduk Kabupaten/Kota Perbatasan
No Kabupaten Penduduk(ribu jiwa)
No. Kota Penduduk(ribu jiwa)
1. Bogor 5.965,41 1. Bogor 1.112,08
2. Bekasi 3.763,89 2. Depok 2.406,83
3 Cianjur 2.263,07 3. Bekasi 3.003,92
Penduduk Kabupaten/Kota Perbatasan (KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur)
Total 13.299,84 Total 183,11 Total 13.482,95
Total 11.992,37 Total 6.522,83 Total 18.515,2
37,54% daripendudukJabar
31,12% daripendudukJabar
Penduduk Jabar (2020):- 49,3 juta jiwa
Penduduk perkotaan di Jawa Barat:- Sekitar 66%- (32,3 juta jiwa)
Penduduk perdesaan di Jawa Barat:- Sekitar 34%- (16,67 juta jiwa)
KARAKTER PERBATASAN• Perkotaan:
• Perbatasan darat dengan DKI Jakarta (perkotaan metropolitan): ▪ Di Utara: Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok;
• Perbatasan darat dengan Jawa Tengah:• Kawasan Perkotaan Kota Banjar
• Termasuk ke dalam wilayah KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur:▪ Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Cianjur▪ Jumlah penduduk di wilayah Jawa Barat yang termasuk ke dalam KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur sangat signifikan:
• Perdesaan:• Hampir semua Kawasan perbatasan di Jawa Barat berkarakter perdesaan;• Di Jabar Selatan, umumnya Kawasan yang tertutup, karena fungsi lindung.
• Pesisir:• Karakter Kawasan pesisir sangat dominan baik di pantai utara maupun selatan.• Perbedaannya, di utara cenderung lebih terbuka terhadap pergerakan ekonomi. Sementara di selatan
cenderung lebih terisolir. (Oleh karena itu dibuat Perda 28/2010 tentang Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan Tahun 2010-2029)
• Pegunungan
• Tujuan pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan Tahun 2010-2029 adalah untuk mewujudkan wilayah Jawa Barat bagian Selatan menjadi kawasan agribisnis, agroindustri, industri kelautan dan pariwisata terpadu, yang mengoptimalkan sumberdaya lahan, pesisir dan kelautan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Tujuan pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan Tahun 2010-2029 adalah untuk mewujudkan wilayah Jawa Barat bagian Selatan menjadi kawasan agribisnis, agroindustri, industri kelautan dan pariwisata terpadu, yang mengoptimalkan sumberdaya lahan, pesisir dan kelautan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Sedangkan sasaran penyelenggaraan pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan adalah: a. terwujudnya pengembangan aktivitas agribisnis, agroindustri,
industri kelautan dan pariwisata terpadu berbasis potensi lokal;
b. terwujudnya arahan pengembangan infrastruktur pendukung, baik yang bersifat regional maupun lokal terutama untuk pengembangan agribisnis, agroindustri, industri kelautan dan pariwisata terpadu; dan
c. terwujudnya pengelolaan wilayah Jawa Barat bagian Selatan secara terpadu dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam mengembangkan aktivitas ekonomi maupun dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Tujuan pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan Tahun 2010-2029
Sumber: Perda Jabar 28/2010 tentang Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan Tahun 2010-2029
Kuningan: perbatasan timurKarawang dan Indramayu: pesisir utara Apakah ini potensi agribisnis?
Kab. Cianjur, Kab. Bogor: termasuk KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur
Perbatasan Barat: Kab. Bogor dan Kab. Sukabumi
1. Sudut Pandang persoalan pembangunan perdesaan
2. BUMDes? BUMDes vs Koperasi
3. Eksplorasi Definisi Pelanggaran/Perubahan Fungsi Ruang
4. Konteks pelayanan wilayah dan perdesaan
5. Pembelajaran: KAPET, Lingkar Wilis, Creative Clusters
DAFTAR ISI0
SUDUT PANDANG: Persoalan Pembangunan Perdesaan1
PERSOALAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Adanya kesenjangan dan/atauketimpangan antarwilayah yang sangat akut
Peran dan fungsi ruang di Kawasan perdesaan
PERSOALAN PEMBANGUNAN PERDESAAN
Kawasan Barat Indonesia vs
Kawasan Timur Indonesia
Kawasan Perkotaanvs
Kawasan Perdesaan
Karakter:- Perdesaan di sekitar Kawasan
perkotaan,- Perdesaan di sekitar jalur
pergerakan dan/atau jalurlogistic,
- Perdesaan 3T: Terluar, Terdepan, Tertinggal
Bagaimanatransformasi
perdesaan saatini agar menjadiPerdesaan 4.0?
Apakah bisatumbuh-
berkembangsendiri?
Ataukah harusdengan
leverages dariLUAR desa?
BUMDes?2
- BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) mampu membangunperekonomian di desa.
- Sudah ada beberapa desa yang layak untuk dijadikanpercontohan.
- Rasio jumlah BUMDes dibandingkan jumlah desa sangatrendah
Mengapa banyak desa tidakmemiliki BUMDES?
Persoalan Klasik:- Kurangnya kualitas sumber
daya manusia,- kekurangan ide kreasi di
setiap masyarakat desa. POTENSI vs PERMASALAHAN desa
Salah satu tujuan BUMDes adalah untuk meningkatkan kesejahteraan asli desa.- Berdasarkan tujuan ini, sebenarnya tidak ada
patokan bagaimana cara agar desa bisa lebih sejahtera.
- Semua harus kembali pada apa yang dimiliki desa, dan
- bagaimana mengembangkan potensi tersebut.
Keuntungan yang dihasilkan BUMDes menjadi pendapatan bagi PADes alias Pendapatan Asli Desa lalu dibagikan pada warga desa dalam rupa-rupa program pembangunan untuk mendorong kesejahteraan warga desa.
Sedangkan keuntungan koperasi dalam bentuk Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan pada anggota berdasarkan partisipasi masing-masing anggota pada pergerakan koperasi-nya.
BUMDes atau Koperasi?3
Proses pendirian BUMDes berdasar UU No 6 Tahun 2014 yakni pasal 87, 88, 89 dan 90 menyebut, BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
BUMDes dibentuk oleh Pemerintahan desa untuk mendayagunakan seluruh potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
BUMDes meletakkan kekuasaan tertingi pada Musyawarah Desa sedangkan Koperasi meletakkan keputusan tertingginya pada anggota.
Koperasi adalah soko guru ekonomi Indonesia dengan daulat anggota;
BUMDes adalah institusi ekonomi bercirikan desa dengan daulat warga desa.
Koperasi juga secara jelas telah menjadi badan hukum yang eksis dan bisa bergerak lintas batas kewilayahan.
Koperasi tidak dibatasi dengan wilayah tertentu dalam pergerakannya, koperasi juga memungkinkan dirinya menjadi lembaga raksasa dengan daya jangkau keanggotaan tak terbatas pada jumlah atas area. Sehingga memungkinkan dirinya menjadi lembaga ekonomi raksasa dengan penguasaan struktur modal yang tak terbatas pula.
Sedangkan BUMDes adalah lembaga yang dibatasi pada lokal berskala desa tetapi BUMDes bisa membentuk unit usaha – unit usaha yang memiliki kelengkapan diri sebagai lembaga hukum yang sah dan eksis.
Hingga sampai saat ini BUMDes masih berada pada kapasitas usaha berskala desa.
KERJASAMA BUMDes vs Koperasi? → sangat mungkin
BUMDes Batudulang
Batudulang mempunyai potensi wisata. Terdapatair terjun yang selama ini tidak dikelola.
Setelah adanya BUMDes Batudulang, desa tidaklagi sepi. Banyak wisatawan yang datang untukberwisata di air terjun ini.
Tidak hanya berhenti di sana saja. Akan ada lagispot wisata yang dibangun. Di satu desa kecilini, ada berbagai spot wisata. Diprediksi omsetdesa melalui tempat wisata ini mencapai Rp 5juta per tahun. Memang tidak besar. Akantetapi, dampak ekonominya sangat luas. Banyakwarga yang bisa membuka tempat makan,menyediakan layanan tertentu, dan lainsebagainya sehingga perkembangan ekonomidesa bisa langsung dirasakan.
BUMDes Jabar
Jabar merupakan daerah di mana sudah banyaksekali desa yang memiliki BUMDes. Dan ada satuprestasi yang sangat membanggakan. GabunganBUMDes Jabar ternyata menjadi pemasok berasuntuk ASIAN GAMES yang dihelat beberapawaktu lalu.Sebanyak 60 ton beras untuk ASIAN GAMESternyata dipasok oleh desa. Jelas sekali inisangat berpengaruh pada pertumbuhan desasecara langsung, bukan? Diharapkan hal ini bisamembuat petani di Jabar semakin bersemangatuntuk menanam padi dan selalu menjagakualitas padi yang mereka tanam.
Proses pendirian BUMDes berdasar UU No 6 Tahun 2014 yakni pasal 87, 88, 89 dan 90 menyebut, BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola asset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
BUMDes dibentuk oleh Pemerintahan desa untuk mendayagunakan seluruh potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
BUMDes meletakkan kekuasaan tertingi pada Musyawarah Desa sedangkan Koperasi meletakkan keputusan tertingginya pada anggota.
Perhatikan arah panah: melayaniPL = Pusat LayanPPK = Pusat Pelayanan KawasanPPL = Pusat Pelayanan Lingkungan
Sumber: Sugiyantoro, 2019
provinsi/pulau
perdesaan
kecamatan
kabupaten
Kecamatan/ perdesaan
HIE
RA
KR
I STR
UK
TUR
RU
AN
G N
ASI
ON
AL/
SIST
EM P
ERKO
TAA
N N
ASI
ON
AL
HIE
RA
RK
I STR
UK
TUR
R
UA
NG
PER
DES
AA
N
4. KONSEP PUSAT PELAYANAN WILAYAH vs SISTEM PUSAT KEGIATAN
- Sepertinya “seolah-olah” tidak ada perbedaan- Perbedaan ada pada dasar konsep “pusat kegiatan” dan sebarannya- PP13/2017 sudah banyak dilakukan perbaikan, dengan menetapkan semua ibukota Provinsi sebagai PKN
KONEKTIVITAS
PKN
PKW PKW PKW
PKL PKL PKL
HIERARCHY I
HIERARCHY II
HIERARCHY III
PKN
PKW PKW PKW
PKL PKL PKL
Nasional bertanggung jawab untuk membangun interkoneksiPKN-PKN & PKN-PKW
Perhatikan arah panah: melayani Sumber: Sugiyantoro, 2019
SKETSA HIRARKI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DAN HINTERLAND; Sumber: Buku 3, RPJMN 2015-2019 ; (lihat: System Hierarki Perkotaan Nasional, PP 13/2017)
Fungsi perkotaan (past to present, 3rd industrial revolution): MOTOR PENGGERAK EKONOMI NASIONAL (untuk Metropolitan & Kota Besar) – URBAN REGIONS→ EJMR (Extended Jakarta Metropolitan Region) . Present to Future? (industrial revolution 4.0)?→ setiap perkotaan (kota dan Kawasan) mempunyai potensi yang sama untuk menjadi bagian dari system produksi global/national
KAWASAN PERKOTAAN
KOTA
PROVINSI
PULAU KEPULAUAN
NASIONAL
PERDESAAN
Relasi urban-rural linkages
PERKEMBANGAN METROPOLITAN→ URBAN REGIONS → KONURBASI URBAN REGIONS
5. BAGAIMANA MENDEFINISIKAN PERDESAAN 4.0?
PERAN BUMDES
MASYARAKAT
- Petani pemilik lahan- Peternak pemilik lahan
dan ternak- Nelayan pemilik
kapal/perahu- Pekebun pemilik lahan- Buruh tani- Buruh nelayan- Buruh perkebunan- Dll.
- Pemilik lahan
- Pekerja (buruh)
Konsepsi situasi perdesaan
Bagaimana membawa transformasi ini?
PERDESAAN 4.0PERDESAAN situasi hari ini…????
KONSEP Perdesaan 4.0 sepertiapa? →
- apakah sekedar hanyamengganti istilah “industry” dengan “perdesaan”? ataukah
- ada pendekatan dan konsepkhusus?
- Peran BUMDES seperti apa?
- Peran Koperasi seperti apa?
- Peran innovasi mandiriseperti apa?
Mengapa contoh BUMDES selalu dalam kontekcomparative advantages: memasarkan pariwisata?
Bagaimana dengan desa-desa lain yang tidak indah? Tidak bisa jualan…
Adakah contoh pendekatan competitive advantage?- Misal dengan pendekatan pengetahuan dan
keterampilan- (knowledge and skills)?- Contoh food products, agribisnis, dan industry (home
industry)
Perdesaan berkarakter perkotaanRelasi Desa-Kota (Terry McGee)
Cyber Physical Systems (CPS)
- collaborative product development,
- cloud computing,
- Internet of Things (IoT),
- Enterprise Resource Planning (ERP),
- Information and Communication Technology (ICT),
- Radio Frequency Identification (RFID), … etc.
INDUSTRY 4.0
Definisi Perdesaan 4.0 harus diturunkan daripemahaman asal mengenai Industry 4.0
SOCIETY 5.0
Bagaimana Jepang menerapkan dalam konteks masyarakat→menjadi Society 5.0
Definisi Perdesaan 4.0 harus perlu:- mengadopsi bagaimana situasi Jepang membuat konsep
Society 5.0,- Memahami situasi potensi dan masalah di perdesaan
Indonesia, khususnya di Kawasan Timur Indonesia
Marshall’s industrial districts (1890)
Porter’s definition of clusters (1990)
Camagni (1991)“innovative milieu”
Mendapat dukunganpemerintah untukdiimplementasikanmenjadi kebijakan
CREATIVE CLUSTERS
Economic geographers:- Industrial districts;- New industrial spaces;- Territorial production
complexes;- Network regions;- Learning regions.
Legacy dari creative clusters yang dapat dirunut ke belakang, sampai periode tahun 1970an di Eropadan USA
Ragam Creative Clusters di negara-negara lain
PEMBELAJARAN: - pengembangan wilayah
BAD
Khatulistiwa
DAS Kakab
Batulicin
Sasamba
ParepareBank Sejahtera
Palapas
Manado-Bitung
Seram
Biak
Bima Mbay
KAPET
❑ KAPET berada pada 6 koridor ekonomi Indonesia dalam MP3EI (Perpres 32/2011)
❑ Momentum yang harus dimanfaatkan agar pengembangan ke-13 KAPET bersinergi dengan kebijakan
MP3EI:
▪ Sinergisitas dengan MP3EI terkait kebutuhan ruang untuk rencana sentra produksi, sentra kegiatan
industri, dan sentra distribusi yang didukung oleh infrastruktur kawasan.
▪ Konsep RTR KAPET diarahkan untuk mendorong (sub) sektor unggulan masing-masing koridor MP3EI.
INTEGRASI KAPET DENGAN MP3EI
Sinergitas Kebijakan MP3EI dan Pengembangan 13 KAPET
Sekarang menjadi KE (Kawasan Ekonomi), jumlahnya menjadi 14 Kawasan, ditambah Gorontalo. PP 13/2017 RTRWN
KORIDOR MP3EI TEMA PEMBANGUNAN
KEGIATAN EKONOMI UTAMA MP3EI
KAPET KOMODITAS UNGGULAN KAPET
KORIDOR EKONOMI SUMATERA (K1)
Sentra Produksi danPengolahan Hasil Bumidan Lumbung EnergiNasional
Kelapa sawit, Karet,Batu Bara, Perkapalan, Besi Baja
BAD Kelapa sawit dan Perkayuan
KORIDOR EKONOMI KALIMANTAN (K3)
Pusat Produksi danPengolahan HasilTambang & LumbungEnergi Nasional
Kelapa Sawit, Minyak dan Gas, Batubara, Besi Baja, Bauksit, Perkayuan
Khatulistiwa Padi, Jagung, Kelapa sawit, danKaret
DAS Kakab Padi, Karet,Sapi, Ikan, dan Rotan
Batulicin Kelapa sawit dan Perkayuan
Sasamba Kelapa sawit dan Perkayuan
KORIDOR EKONOMI SULAWESI (K4)
Pusat Produksi danPengolahan HasilPertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, danPertambanganNasional
Pertanian Pangan (Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu), Kakao, Perikanan, Nikel, Minyak dan Gas
Manado-Bitung Ikan pelagis, Kelapa, Pariwisata(bahari, ekowisata, MICE) danIndustri
Parepare Sapi, Padi, Kopi, Kakao, dan Udang
Palapas Kakao dan Rumput laut
Bank Sejahtera Kakao, dan Padi sawah
KORIDOR EKONOMI BALI-NUSA TENGGARA (K5)
Pintu GerbangPariwisata danPendukung PanganNasional
Pariwisata, Perikanan, Peternakan
Bima Sapi, Jagung, dan Rumput laut
Mbay Sapi potong
KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEP. MALUKU (K6)
Pusat PengembanganPangan, Perikanan, Energi, danPertambanganNasional
Pertanian Pangan –MIFEE, Tembaga, Nikel, Minyak dan Gas Bumi, Perikanan, Peternakan
Seram Perikanan tangkap, Kelapa dalam, dan Cengkeh
Biak Jeruk manis, Rumput laut, Udang, Teripang dan Pariwisata
SINERGITAS TEMA PEMBANGUNAN MP3EI DAN KOMODITAS UNGGULAN 13 KAPET
B.
Pengembangan KAPET selama ini berdasar pada Prinsip GROWTH POLE THEORY
(teori kutub pertumbuhan)
KONSEP new KAPET SEBAGAI KLASTER EKONOMI/INDUSTRI
❑ Berbasis pengembangan ekonomi lokal (local economic development), dengan bertumpu pada komoditas
unggulan lokal secara selektif.
❑ Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah, pemerintah daerah dan dunia usaha.
❑ Interkonektivitas dan sinergi kegiatan ekonomi hulu-hilir berkelanjutan berbasis masyarakat.
❑ Pengembangan nilai tambah produk unggulan lokal (inovasi).
❑ Pengembangan sumber daya manusia/ketenagakerjaan (pendidikan & pelatihan).
❑ Pengembangan sistem pembiayaan/permodalan, lembaga-lembaga pendukung dan jaringan antarpelaku
lokal/nasional/internasional.
❑ Membentuk keterkaitan (linkage) antara komoditas unggulan → mulai dari tahapan awal berupa usaha-
usaha/kegiatan-kegiatan inti yang independent menuju tahapan akhir rencana berupa sinergitas usaha-
usaha/kegiatan-kegiatan inti yang membentuk ekonomi wilayah yang kuat dan produktif.
PERUBAHAN PARADIGMA PENGEMBANGAN KAPET
KONSEPSI PENATAAN RUANG KSN KAPET3.
Port
Mikro Finance
Bangunan
dan
Furniture
Plastik
Energi Listrik
PeralatanBio Farma
Dairy Product
Peralatan
Komunikasi
Informasi
Teknologi
Fasilitas
Keuangan
dan Bisnis
Pembangkit
Listrik
Jasa
Pelabuhan
Diklat dan
Science
Transport &
Logistik
Peternakan
dan Produk
Turunannya
Birokrasi/
Management
Produk Kimia
Pabrik
Makanan
Instrumen
Kebijakan
KAPET
(Peternakan
Maiwa)
MASTER DEVELOPMENT:
KLASTER MAIWA
KLASTER PETERNAKAN
Master Development: KAPET
Obat
obatan
Kawasan Klaster IndustriKawasan sentra kegiatan ekonomi yang memiliki kelompok industri spesifik yang saling berhubungan oleh jaringan mata rantai proses peningkatan nilai tambah industri komoditasunggulan (core Industri) sebagai lokomotif penarik ekonomikawasan melalui kerjasama industri pendukung (supporting industry), dan industri terkait (related industry) dandidukung oleh lembaga-lembaga keuangan maupunpenelitian, dan dilengkapi oleh lembaga-lembaga pelatihanyang mendorong peningkatan daya saing dan padagilirannya menciptakan keunggulan komparatif kawasanmenjadi lebih kompetitif.
Note:Mary Jo Waits, “The Added Value of the Industry Cluster Approach to Economic Analysis, Strategy Development, and Service Delivery,”Economic Development Quarterly 14, no. 1 (2000): 35–50.
Catatan: Cluster❑ Local government managers and other local officials can enhance the success of
clusters through interventions that cut across a number of domains,including economic development, education and training,workforce development, and infrastructure provision.
❑ Cluster is a relatively new term for the activities in which a region has developed specialized
competencies that allow it to produce goods and services for sale outside the region. Thecluster-based approach has influenced local, regional, state, andnational economic development policy worldwide.
KONSEP new KAPET SEBAGAI KLASTER EKONOMI/INDUSTRI: Konsep Pengembangan Komoditas Unggulan dan Pendukung
Usaha Inti-1 komoditas
Unggulan
Usaha Inti-2 komoditas
unggulan
Usaha Inti-3 komoditas
unggulan
Usaha Inti-1 Komoditas Pendukung
Usaha Inti-3 Komoditas Pendukung
Usaha Inti-2Komoditas Pendukung
Turunan tingkat pertamaUsaha Inti-2
Turunan tingkat pertamaUsaha Inti-3
Turunan tingkat pertamaUsaha Inti-1
Turunan tingkat keduaUsaha Inti-1
TAHAPAN PERKEMBANGAN CLUSTER SECARA TEORITIS
Tahap I Tahap II
Tahap III Tahap IV
ENREKANG
Minapolitan
Padabima
Pelabuhan
Parepare
Pelabuhan
Garongkong
PPI Sumpang
Binangae - Barru
KORIDOR KLASTER AGROPOLITAN
DAN PETERNAKAN KAPET PAREPARE
PT. BULSMAIWAPINRANG
PANGKAJENE
PAREPARE
Waduk?
Areal PT BULS
Pangkalan Pendaratan Ikan Sumpang Binangae di Barru
Pelabuhan Garongkong
Pelabuhan Parepare
BARRU
Sub Terminal Agribisnis Sumilan
KIPAS
LINGKAR WILIS
Potensi pariwisata, agrobisnis, dan populasidi sekitar lingkar wilis
41
PENAMPANG MELINTANG KAB. TULUNGAGUNG
PENAMPANG MELINTANG KAB. KEDIRI
Potensi pariwisata, agrobisnis, dan populasidi sekitar lingkar wilis
42
PENAMPANG MELINTANG KAB. PONOROGO
PENAMPANG MELINTANG KAB. TRENGGALEK
Potensi pariwisata, agrobisnis, dan populasidi sekitar lingkar wilis
43
PENAMPANG MELINTANG KAB. NGANJUK
PENAMPANG MELINTANG KAB. MADIUN
Kebijakan struktur ruang (RTRW) kabupaten mengarahkan pengembangan pelayanan di lingkar wilis
• Kawasan di sekitar trase Lingkar Wilis diarahkan sebagai pusat–pusat pelayanan skala lokal, baik berstatus PPK atau PPL →perkembangan tidak hanya diarahkan di perkotaan, namun juga perdesaan, khususnya di sekitar rencana trase lingkar wilis
• PPK dan PPL di rencana trase Lingkar Wilis berpotensi menjadi pusat pelayanan pariwisata dan agrobisnis skala lokal
RENCANA POLA RUANG (RTRW) kabupatenMENGARAHKAN PENGEMBANGAN pertanian di lingkar wilis
45
• Setiap kecamatan di 6 kabupaten yang termasuk area Kawasan Lingkar Wilis diarahkan secara dominan dengan guna lahan hutan lindung, hutan produksi, perkebunan dan pertanian guna menjaga kelestarian area kawasan Lingkar Wilis & mengembangkan potensi Kawasan Lingkar Wilis yang lebih dominan yakni potensi agrobisnis.
• Karakter perbukitan dan potensi alamnya mengarahkan Lingkar Wilis untuk fungsi pariwisata.
• Diperlukan arahan terhadap potensi wisata yang terintegrasi dengan kegiatan pertanian/agrowisata
TUNGGAL ROGO MANDIRI: INISIATIF KERJASAMA ANTARDAERAH
46
MENGURANGI DISPARITAS BARAT-TENGAH-TIMURMELALUI INKUBASI LINGKAR WILIS: “TUNGGAL ROGO MANDIRI”
47
INKUBASI TUNGGAL ROGO MANDIRI SEBAGAI UPAYA MENGURANGI DISPARITAS BARAT-TENGAH-TIMUR:• Mengintegrasikan potensi 6 Kabupaten: Pariwisata & Agrobisnis• Menciptakan keterkaitan antarkawasan dalam kerangka pariwisata & agrobisnis• Keterpaduan 6 kawasan dalam konteks pariwisata dan agrobisnis akan memberikan daya ungkit yang tinggi
INTEGRASI TUNGGAL ROGO MANDIRI: inkubasi klaster destinasi wisata dan agrobisnis
48
INTEGRASI TUNGGAL ROGO MANDIRI: inkubasi klaster destinasi wisata dan agrobisnis
49
• Pusat pelayanan jasa akomodasi kepariwisataan
(perhotelan, restoran, dsb)
• Pusat pelayanan transportasi
• Pusat informasi kepariwisataan
• Pusat koleksi komoditas unggulan
• Pusat industri pengolahan dan pengemasan komoditas
unggulan
• Pusat distribusi/pemasaran komoditas unggulan
• Pusat pelayanan transportasi
• Pusat informasi agrobisnis skala kota
• Pelayanan jasa akomodasi kepariwisataan skala kecil (home
stay perdesaan, restoran, mini-rest area, dsb)
• Pusat informasi destinasi klaster wisata
• Pusat pelayanan transportasi (halte)
• Pusat pengumpul komoditas unggulan
• Stasiun terminal agrobisnis
• Industri pengemasan rumah tangga skala kecil
• Pusat pelayanan transportasi (halte)
• Pusat informasi agrobisnis skala klaster
• Konektivitas antarkota (jalan nasional; Ring 2)
• Konektivitas antara pusat perkotaan dengan sub pusat di
trase Lingkar Wilis (Ring 1)
• Konektivitas antarsubpusat di dalam kawasan Lingkar Wilis
(Ring 1)
• Konektivitas dari trase Lingkar Wilis ke arah puncak
• klaster destinasi wisata alam serta agrowisata
• area produksi komoditi unggulan, terutama komoditi
perkebunan, hortikultur dan peternakan
PENGEMBANGAN DESTINASI KLASTER PARIWISATAMELALUI inkubasi
50
PENGEMBANGAN DESTINASI KLASTER WISATA MEMPERTIMBANGKAN:❑ Sebaran Permukiman Penduduk Lokal❑ Variasi Jenis Obyek Wisata, dan❑ Sistem Inkubasi Pariwisata (Education,
Enterpreneurship dan Standarisasi Pelayanan)
standarisasi pelayanan pengembangandestinasi cluster pariwisata
51
PENGEMBANGAN AMENITAS:1. LOKET DAN TIC2. HOMESTAY3. RESTAURANT4. INFRASTRUKTUR AIR BERSIH5. INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH6. FASILITAS IBADAT7. FASILITAS KESEHATAN8. LAHAN PARKIR
ILUSTRASI DESTINASI KLASTER PARIWISATA wilayah barat :PONOROGO-TRENGGALEK
52
ILUSTRASI DESTINASI KLASTER PARIWISATA wilayah timur :tulungagung-kediri
PENTAPAHAN pengembangan klaster pariwisatamelalui inkubasi
54
PENGEMBANGAN KLASTER AGRIBISNISMELALUI inkubasi
55
PENGEMBANGAN DILAKUKAN DENGAN PENDEKATAN POHON INDUSTRI:❑ Klaster agribisnis tercipta karena
interaksi antar komoditas atau wilayah yang memiliki singgungan rantai distribusi
❑ Produk agrikultur yang ada sekarang di lingkar wilis, rata-rata masih dijual berupa bahan mentah
❑ Peluang pengembangan produk sangat besar, mengingat kawasan ini kaya berbagai sayur, buah, tanaman hortikultura bahkan hasil ternak
PedagangAntara
SISTEM INDUSTRI HULU HILIR AGRIBISNIS DI LINGKAR WILIS
56
PEMETAAN POHON PRODUKSI AGRIBISNIS:• Simpul pusat industri hulu (pusat
produksi) tersebar sesuai potensi daerah.
• Pusat industri Hilir berada pada masing-masing pusat Kabupaten.
• Proses distribusi komoditas dari hulu ke hilir melalui akses utama (garis putus-putus, selama ini belum terintegrasi satu sama lain).
• Kondisi ini merupakan limitasi pengembangan antar komoditas (mencegah terjadinya interaksi)
Ilustrasi SISTEM INDUSTRI HULU-HILIR AGRIBISNISPRODUK SAPI PERAH
57
POTENSI KLASTER SAPI PERAH:• Khusus terdapat pada
Kabupaten Tulungagung, Trenggalek dan Ponorogo.
• KK yang terlibat dalam proses produksi cukup besar, (1432 KK di Ponorogo)
Kebutuhan infrastruktur:1. Jalur penghubung dari
masing-masing desa sentra produksi ke Pusat Pengumpul Agribisnis
2. Sarana pengolah limbah komunal / sanitasi sebagai fasilitas penunjang produksi sapi perah
Ilustrasi SISTEM INDUSTRI HULU-HILIR AGRIBISNIS PRODUK MANGGA
58
POTENSI KLASTER MANGGA:• Khususnya di sekitaran
Madiun dan Kediri. • Proses distribusinya diluar
lingkar wilis, seperti Blitar dan Surakarta
• Populasi produksi sebanyak 1440 KK di Kabupaten Madiun
• Jumlah produksi bisa mencapai 3.074.243 kuintal
/tahun. Berdasarkan hasil scanning masalah dan kondisi produktivitas tersebut, maka kebutuhan infrastruktur yang diperlukan:1. Jalur penghubung dari
masing-masing pusat pengumpul (PPL) ke pusat pengumpul/ pusat industri
Ilustrasi SISTEM INDUSTRI HULU-HILIR AGRIBISNIS PRODUK KOPI
59
POTENSI KLASTER KOPI:• Biji kopi dari Madiun dan
Nganjuk merupakan salah satu kopi terbaik di nusantara.
• Madiun bahkan memiliki event khusus bertajuk Festival Kopi Nusantara
Berdasarkan potensi eksisting branding kawasan dan kondisi produktivitas, maka kebutuhan infrastruktur yang diperlukan:1. Sarana pendukung
perekonomian dalam mendukung inkubasi agrobisnis (TIC/ Balitbang)
2. Jalur penghubung antara Madiun dan Nganjuk, yang memiliki karakteristik komoditas kopi serupa
Branding
60
FILOSOFI Willys Incorporated: Kesatuan aktivitas business, pertanian, peternakan, perkebunan,
perikanan, tourism, dan aktivitas lain terkait ke dalam kesatuan gerakan perubahan
kesejahteraan masyarakat dan diwujudkan dalam brand image
Agriculture Brand Development: Agribisnis berbasis pertanian, peternakan, perikanan,
perkebunan menuju produk-produk berbasis proses organik.
Eco-Tourism:
– mLinking agricultural activities with touris–Linking agriculture-based business with tourism
Production SUPPORT SYSTEM
61
SISTEM PENUNJANG PRODUKSI:1. EDUCATION AND
ENTERPRENEURSHIP
• Pemberdayaan Masyarakat lokal
• Peningkatan kualitas produk dan layanan
2. DATA AND MONITORING TOOLS
• Sistem Informasi daerah
• Integrasi sistem kelembagaan sektoral dalam fungsi monitoring
3. RESEARCH TOOLS
• Kerjasama dengan pihak perguruan tinggi , K/L dan investor
• Output: peningkatan mutu produk
KONSEP ECOWISATA lingkar wilis
62
PERTANIAN BERKELANJUTAN PARIWISATA HIJAU DI LINGKAR WILIS
Pariwisata Hijau
+
+
++
daur ulang air lim
bah
efis
iens
i ene
rgi
daur ulang sampahpengelolaan
air
“Aktivitas dan fasilitas pariwisata di Kawasan Lingkar Wilis dijiwai oleh prinsip ramah lingkungan yang berlandaskan kepada pola pikir cradle to the grave dari sumber daya yang dimanfaatkan untuk meminimalisir dampak negatif pada lingkungan “
KONSEP ECOWISATA
63
SANITASI BERWAWASAN LINGKUNGAN
PENERAPAN INTEGRASI KONSEP SANITASI:1. DRAINASE2. LIMBAH3. PERSAMPAHAN4. AIR BERSIH
LATAR BELAKANG STUDI
BAPPENAS
- rendahnya pencapaian PDB dari sector ekonomi kreatif (kontribusi tahun2016: PDB 7,44%; pertumbuhan 4,95%);
- tidak memenuhi target akhir RPJMN 2019 (target pertumbuhan 12%).
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024
BEKRAF
CREATIVE CLUSTERS
sebagaisarana/means
Target pencapaianPDB sector creative
Pencarian bentukcreative clusters
KAJIAN di dua kasus:1. Apps & games di Malang
2. Batik di Lasem
Pembelajaran darinegara lain
MASUKAN untuk Rumusan arah kebijakan
nasional ekonomi kreatif: Implementasi creative clusters atau Kawasan Ekonomi Kreatif
Pembelajaran daristudy terdahulu tahun2017 tentang Kawasan
Ekonomi Kreatif
Apakah innovasi dilakukan dalam hal apa?Apakah kreativitas dilakukan? Dalam hal apa?
Apakah dilakukan penelitian dan pengembangan dalam kegiatanproduksi batik?
Siapa yang melakukan penelitian dan pengembangan?
GRATIS? MEMBAYAR? LEMBAGA
PENELITIAN (R&D)
Produsenbatik
Produsenbatik
DESIGNER BATIK
UNIVERSITAS
PEMERINTAH PUSAT
LEMBAGA KEUANGAN (BANK dll)
PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG
PEMERINTAH PROVINSI
LEMBAGA LUAR
NEGERI?
8. BAGAIMANA PERKEMBANGAN INNOVASI DAN KREATIVITAS BATIK LASEM?
DINAS PARIWISATA?
BEKRAF? PENGUSAHA/BISNIS/
INVESTOR?
DESIGNER BATIK
9. APAKAH ADA KERJASAMA UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DALAM BERKREASI?- di antara kelompok, internal kelompok, antar individu?(value co-creation)
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
KERJASAMA DI DALAM KELOMPOK?
KERJASAMA ANTARKELOMPOK?
KERJASAMA ANTARINDIVIDU
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
DESIGNER BATIK
Apakah ada system makloon?
Model system makloon seperti apa?
Apakah gambar seperti ini atau ada cara/model jaringan kerjasama produksi yang lain?
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Design batik
Design baju
Desain:- Kebaya- Kain saja- Kemeja- Produk non baju
Design nonpakaian
10. SISTEM PRODUKSI DAN CO-PRODUKSI?contoh model 1
memberikan
Mengerjakan saja
PemilikMerek
BATIK DESIGNER
INDIVIDU/IBU RUMAH
TANGGA INDIVIDU/IBU RUMAH
TANGGA
INDIVIDU/IBU RUMAH
TANGGA
INDIVIDU/IBU RUMAH
TANGGA
INDIVIDU PENGRAJIN/IBU RUMAH TANGGA/PEKERJA BATIK
Apakah ada system makloon?
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Produsenbatik
Design batik
Design baju
Desain:- Kebaya- Kain saja- Kemeja- Produk non baju: - Tas computer, sepatu, sandal,
tas, dll
Design nonpakaian
Produsenbatik
Mana yang seringdisorder/dipesan?
11. SISTEM PRODUKSI DAN CO-PRODUKSI?contoh model 2
PemilikMerek
BATIK DESIGNER
A Pre-multiple-helix concept: pada kasus Batik Tulis Lasem
A
G
B
CM+
Media tidak terdefinisi perannyadengan jelas; by default M akanaktif bila paham bahwa aktivitasekonomi kreatif ternyata pantasuntuk ditampilkan.
Government terlibat secarasangat signifikan sebagaipendukung (nurturing) dalamperkembangan Batik TulisLasem, antara lain dalampenciptaan generasi barupengusaha batik, dan intellectual product.
Akademik tidak terlibat di dalamperkembangan teknis Batik TulisLasem secara langsung, namunmendukung dari sisi pembinaanmanagemen bisnis dari para anggota komunitas, khususnyadalam hal tata buku.
Koneksi awal Batik TulisLasem adalah ikatan yang sangat kuat dari komunitasdan bisnis. Anggotakomunitas juga adalahpelaku bisnis.
Triple helix concept tidak sepenuhnya terjadi, karena relasiAkademik dan Bisnis tidak berkembang dengan jelas.
Gambar x. Rangkaian proses produksi informal dan sekaligus relasi pengusaha dan pekerja Batik Tulis Lasem
SIKM di Kawasan perkotaan/perdesaan Lasem
cluster creative: Kampung Jelekong, Kabupaten Bandung5
PRODUKSI LUKISAN
PRODUKSI WAYANG GOLEK
SOCIAL REPRODUCTION:- Pertunjukan wayang golek;
cluster creative: Kampung Designer5
https://www.youtube.com/watch?v=l9xpgTvW61w
cluster creative: hair products5
https://www.youtube.com/watch?v=kuBoG6CodRM
TERIMA KASIHHp/WA: 081384278757; e-mail: [email protected]