RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN...
Transcript of RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN...
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam peerkonomian
daerah dan nasional, antar lain : penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan
dan bio-energi, penyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan. Dalam pembangunan
pertanian 2010-2014, Kementerian Pertanian menetapkan visi yaitu “Terwujudnya
Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk
Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor serta
Kesejahteraan Petani”, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah ; (1) mewujudkan
sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal, (2)
meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan, (3) menumbuh-
kembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan, (4) meningkatkan
nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian, dan (5) meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani.
Untuk mencapai visi dan tujuan tersebut, Kementerian Pertanian mencanangkan
empat target utama, yaitu : (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan,
(2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan
ekspor, serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Sejalan dengan hal tersebut, strategi
yang dikembangkan adalah melaksanakan 7 Gema Revitalisasi, yaitu : (1) revitalisasi
lahan, (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana,
(4) revitalisasi SDM, (5) revitalisasi pembiayaan petani, (6) revitalisasi kelembagaan
petani, dan (7) revitalisasi teknologi dan industry hilir. Dalam hal swasembada dan
swasembada berkelanjutan, pemerintah mentargetkan produksi padi tahun 2012 sebesar
74,13 juta ton GKG dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2015. Selanjutnya target
produksi jagung dan kedelai pada tahun 2014 adalah 31,3 juta ton dan 2,7 juta ton.
Khusus di Provinsi banten, target produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2012 adalah
2,16 juta to; 0,61 juta ton dan 0,41 juta ton. Untuk mencapai target tersebut,
Kementerian Pertanian telah mencanangkan beberapa program strategis diantaranya
adalah SL-PTT yang diluncurkan sejak tahun 2007.
2
BPTP Banten sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang di
daerah merupakan ujung tombak dalam program pendampingan SL-PTT padi, jagung dan
kedelai minimal 60% dari total unit SL-PTT. Program SL-PTT padi, jagung dan kedelai di
Provinsi Banten tahun 2009 masing-masing sebanyak 3.200, 1.030 dan 100 kelompok
yang tersebar di Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak dan Tanggerang. Selanjutnya
tahun 2010 mengalami penurunan, dimana SL-PTT padi dan jagung masing-masing hanya
2.946 dan 70 kelompok, sedangkan SL-PTT kedelai meningkat sebanyak 460 kelompok.
Pelaksanaan SL-PTT padi jagung dan kedelai tersebar di Kabupaten Serang, Pandeglang,
Lebak, Tanggerang dan Kota Serang. Pada tahun 2011, SL-PTT padi, jagung dan kedelai
tersebar di 8 wilayah yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Kota
Serang, Cilegon, Tangerang dan Tangerang Selatan dengan jumlah masing-masing
sebanyak 3.993; 70 dan 515 unit/kelompok.
Keberhasilan peningkatan produksi dan implementasi PTT di tingkat petani bukan
hanya menjadi beban BPTP atau Dinas Pertanian semata, tetapi merupakan tanggung
jawab bersama. Oleh karena itu diperlukan koordinasi, sinkronisasi dan pemahaman yang
sama tentang konsep dan aktualisasi SL-PTT. Dalam tatanan operasional, BPTP bertindak
sebagai pendamping teknologi sekaligus melakukan koordinasi dan pelaksanaan display,
demplot, dan demfarm serta pelatihan bagi Petugas Pemandu Lapang SLPTT.
1.2. Dasar Pertimbangan
Pendampingan program SL-PTT memiliki target untuk mendorong peningkatan
produktivitas, produksi dan kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai. Sasaran
peningkatan produktivitas padi non hibrida adalah 0,5-1,0 ton/ha; padi hibrida 1,5 – 2,5
ton/ha; padi gogo 0,5-1,0 ton/ha; jagung hibrida 2,0 – 3,0 ton/ha dan kedelai 0,5 ton/ha.
Melalui SL-PTT diharapkan produksi padi, jagung dan kedelai di Provinsi Banten
meningkat, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap produksi nasional sebesar 3-
4 %. Harapan tersebut optimis dapat dicapai, karena tersedianya sumberdaya lahan
berupa sawah seluas 202.907 hektar dan lahan kering 435.114 hektar (BPS Provinsi
Banten, 2009). Berdasarkan ARAM III tahun 2010, rataan produktifitas padi, jagung dan
kedelai di Provinsi Banten berturut-turut adalah 5,1; 3,3; dan 1,4 t/ha (BPS, 2010).
3
Produktivitas tersebut masih rendah dibandingkan potensinya, dimana produktivitas
Ciherang/Inpari-1 adalah 8,5 - 10 ton/ha, jagung 10 ton/ha dan kedelai 2,2 – 2,6 ton/ha.
Kesenjangan hasil dapat dikurangi dengan penerapan teknologi melalui pendekatan PTT.
Penerapan PTT padi di Provinsi Banten memperlihatkan hasil yang cukup
memuaskan. Pengkajian PTT padi pada lahan sawah irigasi di Desa Panancangan, Kec.
Cibadak-Kabupaten Lebak menghasilkan GKP 6,1-7,2 ton/ha (varietas Memberamo)
dengan biaya produksi Rp. 4.617.500 dan tingkat keuntungan adalah Rp. 1.841.500,-.
Selanjutnya produktivitas yang diperoleh petani non-kooperator hanya 3,1-3,9 ton/ha
(biaya produksi Rp. 2.510.750,- dan tingkat keuntungan Rp. 699.250,-). Hasil lain
menunjukkan bahwa rataan luas garapan sawah di lokasi kajian adalah 0,62 ha/petani
(Rachman et al., 2003), sedangkan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga adalah
Rp. 5.052.850,- dan Rp. 5.229.500,-. Mayunar et al. (2005) melaporkan bahwa
penerapan PTT di Desa Pegadingan, Kec. Kramatwatu dapat meningkatkan produktivitas
padi sawah sebesar 15,7-36,3 % atau 915-2.115 kg/ha dibanding teknologi petani,
sedangkan tingkat kehilangan hasil pada saat panen dan perontokan gabah berkisar
antara 10-15 %. Selanjutnya di Desa Pamengkang – Kec. Kramatwatu, produktivitas padi
sawah dengan sistem tanam legowo 7,12-9,12 ton/ha (rataan 7,75 ton/ha), sedangkan
pada sistem tanam tegel 5,36-8,16 ton/ha (rataan 6,58 ton/ha).
1.3. Hasil Yang Telah Dicapai
Peranan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten pada pelaksanaan
program SL-PTT adalah sebagai pendamping teknologi dengan target 60 % dari unit
total unit SL-PTT atau sekitar 2.086 unit (tahun 2010) dan 2.693 (tahun 2011). Hasil
kegiatan SL-PTT tahun 2010 antara lain adalah: 1) Sosialisasi dan koordinasi program, 2)
Pelatihan petugas pendamping sebanyak 660 orang terdiri dari petugas lapang (PPL),
Tenaga Harian Lepas (THL), Pengawas Organise Pengganggu Tanaman (POPT),dan stake
holders lainnya yang mendukung pelaksanaan SLPTT di tingkat lapangan, 3) Pelatihan
petani sebanyak 600 orang dengan tersebar pada 5 kabupaten / kota, 4) Demplot PTT
padi, jagung dan kedelai sebanyak 21 di 5 Kabupaten / kota dengan produktivitas demplot
PTT Padi non hibrida 5,0 –7,9 ton/ha; padi hibrida 4,6 – 8,6 ton/ha; padi gogo 3,5 – 4,7
4
ton/ha; jagung 4,1 – 5,2 ton/ha; kedelai 1,3 – 1,7 ton/ha, 5) Display VUB padi (8.197 kg),
jagung (80 kg) dan kedelai (76 kg) di 5 Kabupaten/Kota, dengan produktivitas pada padi
yaitu Varietas Inpari 1 (6,325 ton/ha), Inpari 6 (5,895 ton/ha), Inpari 8 (6,500 ton/ha),
Inpari 10 (6,939 ton/ha), Inpari 13 (5,33 ton /ha) dan Silugonggo (5,273 ton/ha).
Produktivtas display VUB kedelai yaitu Varietas Grobogan (2,05 ton/ha), Anjasmoro (1,62
ton/ha), Argomulyo (1,44 ton/ha), Kaba (1,36 ton/ha), Wilis (0,89 ton/ha) dan
Burangrang (1,28 ton/ha). Sedangkan produktivitas display VUB jagung Varietas Bima 2
adalah 4,73 ton/ha dan Bima 4 adalah 5,08 ton/ha, 6) Narasumber pada pelatihan PL II
(Tingkat Provinsi) dan PL III (Tingkat Kabupaten/Kota) sebanyak 20 kali, 7) pelayanan
teknologi secara on-line melalui SMS/Telp dan internet dengan alamat email sebagai
berikut: [email protected] dan komunitas SLPTT di Facebook dengan alamat
[email protected]. 8) penyebar luasan buku, leeflet dan CD materi juknis
SLPTT, teknologi PTT dan lainnya sejumlah 4.432 buah, 9) Pendampingan teknologi
menghadapi serangan Wereng Batang Coklat (WBC) melalui penyebarluasan buku, CD
dan Leeflet PTT, WBC dan SOP Pengendalian WBC dan penyediaan alat perangkap hama
(Light Trap) sebanyak 9 unit. 10) Produktivitas tanaman padi, jagung dan kedelai
mengalami peningkatan dilihat dari perbandingan produktivitas tanaman pada lokasi
Laboratorium Lapang (LL), Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan
Non SL-PTT. Peningkatan produktivitas untuk padi non hibrida sebesar 23,58% terhadap
LL dan 16,81 terhadap SL-PTT; Padi hibrida 31,61 % terhadap LL dan 28,66% terhadap
SL-PTT; Padi gogo 34,09 % terhadap LL dan 18,18% terhadap SL-PTT; Jagung hibrida
15,69% terhadap LL dan 4,55% terhadap SL-PTT dan Kedelai 32,31% terhadap LL dan
19,73% terhadap SL-PTT.
Sedangkan hasil Kegiatan pendampingan SL-PTT tahun 2011 diantaranya adalah 1)
Pelaksanaan sosialisasi dan koordinasi program, 2) Pelatihan petugas pendamping
sebanyak 440 orang, 3) Demfarm PTT padi sebanyak 4 unit di Kabupaten Serang 2 unit
(KP Singamerta 2,5 ha dan Kecamatan Kramatwatu 6 Ha), Kabupaten Lebak 1 unit
(Kecamatan Cibadak 3 Ha) dan Tangerang 1 unit (Kecamatan Mauk 2 Ha), Varietas yang
dikembangkan adalah Inpari 10 dan 13 dengan produktivitas demfarm berkisar antara
6,57–7,3 ton/ha dengan varietas pembanding yaitu Ciherang produktivitasnya sebesar
5
4,8 – 5,4 ton/ha. Dari hasil demfarm ini telah dihasilkan benih kelas ES sebanyak 7.436 kg
dan telah terdistribusi di Provinsi Banten dan Pekalongan Jawa Tengah, 4) Display VUB
dilaksanakan di 8 Kab/Kota dengan jumlah benih yg disebarluaskan adalah padi non
hibrida 2.550 kg (Inpari 1, 7, 10 dan 13, Inpara 2 dan 5), Padi Gogo 736 kg (Inpago 5
dan 6), jagung 55 kg (Bima 3) dan kedelai 20 kg (Burangrang, Kaba dan Anjasmoro).
Produktivitas tanaman display VUB padi Varietas Inpari 1 (5,71 ton/ha), Inpari 7 (5,41
ton/ha), Inpari 10 (6,939 ton/ha), dan Inpari 13 (5,55 ton /ha), VUB jagung Varietas Bima
3 adalah 4,8 ton/ha. 5) Narasumber pada pelatihan PL II (Tingkat Provinsi) dan PL III
(Tingkat Kabupaten/Kota) sebanyak 20 kali 6) Pelayanan teknologi secara on-line melalui
SMS/Telp dan internet, 7) Penyebar luasan buku Juknis SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai
1500 eksemplar, Buku saku VUB Padi, Jagung dan Kedelai serta Rekomendasi Pemupukan
1.750 eksemplar, Buku OPT Padi 1000 eksemplar, Buku OPT Jagung 100 eksemplar dan
Buku OPT kedelai 150 eksemplar, poster VUB Padi 1000 eksemplar, 8) Pendampingan
teknologi menghadapi serangan Wereng Batang Coklat (WBC) melalui sosialisasi WBC di 8
Kabupaten/Kota,penyebarluasan buku OPT Padi dan Leeflet PTT, WBC dan SOP
Pengendalian WBC, Kunjungan lapang oleh Prof. Baehaki (ahli WBC) dan pertemuan
gerakan pengendalian WBC, 9) Peningkatan produktivitas pada areal SL-PTT untuk padi
non hibrida sebesar 31,61% terhadap LL dan 18,35 terhadap SL-PTT; Padi hibrida
39,52% terhadap LL dan 10,76% terhadap SL-PTT; Padi gogo belum ada yang panen;
Jagung hibrida 45,83% terhadap LL dan 32,69% terhadap SL-PTT dan Kedelai 28,13%
terhadap LL dan 10,42% terhadap SL-PTT.
Berdasarkan Permentan No. 45 tahun 2011, peranan BPTP adalah melakukan
pendampingan teknologi serta merekomendasikan teknologi spesifik lokasi.
Operasionalisasi dari pendampingan tersebut salah satunya adalah melalui diseminasi
VUB dan uji adaptasi untuk mengetahui adaptasi serta preferensi dari petani/konsumen.
Selain itu agar proses percepatan adopsi teknologi PTT dari Laboratorium Lapang (LL) ke
Lokasi SL-PTT dan berdifusi ke lokasi non SL-PTT di sekitarnya, diperlukan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dari Petugas Pemandu Lapang SL-PTT. Jumlah Pemandu
Lapang di Provinsi Banten sangat terbatas. Untuk satu orang Pemandu mendapatkan
tugas 3-7 Kelompok SL-PTT sehingga diperlukan dukungan pihak lain. Contohnya adalah
6
dengan memperkuat lembaga informal yang berada di Kabupaten/Kota/tingkat
kecamatan seperti KTNA, Gapoktan dan Penyuluh Swadaya melalui pelatihan. Melalui
upaya-upaya tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT dapat berdampak positif terhadap
peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani.
1.4. Tujuan Kegiatan
Tujuan umum/akhir kegiatan pendampingan SLPTT adalah “Mempercepat
penerapan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam mendukung produksi dan
penguatan ketahanan pangan”, sedangkan tujuan khusus tahun 2012 adalah:
a. Pendampingan teknologi pada SLPTT padi, jagung, dan kedelai dalam rangka
percepatan adopsi inovasi teknologi dan peningkatan produksi
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani/penyuluh
c. Mendiseminasikan VUB (Varietas Unggul Baru) padi, jagung dan kedelai
d. Memperoleh informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan
preferensi petani
1.5. Keluaran Yang Diharapkan
Keluaran umum/akhir kegiatan pendampingan SLPTT adalah “Percepatan
penerapan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai dalam mendukung produksi dan
penguatan ketahanan pangan”, sedangkan keluaran khusus tahun 2012 adalah :
a. Terlaksananya pendampingan teknologi pada SLPTT padi, jagung dan kedelai di 5
Kabupaten/Kota.
b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan Petani/Penyuluh sebanyak 200 orang.
c. Terdiseminasinya VUB Padi di 5 Kabupaten/Kota, Jagung di 3 Kabupaten dan kedelai di
3 Kabupaten
d. Diperolehnya informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan
preferensi petani
7
1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak
a. Percepatan adopsi varietas unggul padi (3 varietas), jagung (1 varietas) dan kedelai
(3 varietas).
b. Meningkatnya produktivitas padi non hibrida sebesar 0,5 – 1 ton GKG/ha, padi hibrida
2 ton GKG/ha, padi gogo 0,5 – 1 ton GKG/ha, jagung hibrida 2,5 ton PK/ha, dan
kedelai 0,5 ton/ha sebagai dampak dari penyebaran dan pengembangan PTT
c. Terbinanya petugas lapang dan petani SL-PTT padi, jagung dan kedelai di 5 (lima)
Kab./Kota.
d. Dapat dipahami dan diterapkannya konsep PTT padi, jagung dan kedelai oleh petani di
5 Kabupaten/Kota.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Penciri SL-PTT
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan program
Kementerian Pertanian yang dirancang dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
petani, meningkatkan daya saing produk pertanian dan mewujudkan pertanian industrial
pedesaan yang berkelanjutan (Kementrian Pertanian, 2010). SL-PTT dapat diartikan
sebagai wadah pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan untuk mengenali potensi, menyusun rencana usaha tani, mengatasi
permasalahan, mengambil keputusan, dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan
kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan, sehingga
usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tingi da berkelanjutan (Pusbang
Penyuluhan Pertanian, 2008). Sedangkan PTT merupakan suatu model pengelolaan
tanaman dan sumberdaya terpadu yang meliputi pengelolaan tanah, air, hara, hama, dan
gulma serta partisipasi masyarakat/petani (Zaini et al, 2002; Endrizal dan Zumakir, 2007).
Dalam Pedoman Pelaksanaan, SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar
mengajarnya dilakukan di lapangan. Hamparan sawah atau lahan darat milik petani
peserta program disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan tempat praktek sekolah
lapang disebut Laboratorium Lapang (LL). Sekolah lapang seolah-olah menjadikan petani
peserta sebagai murid dan pemandu (PPL, POPT, dan THL) sebagai fasilitator. Adapun
penciri SL-PTT (Dirjen Tanaman Pangan, 2009), adalah : (1) Peserta dan pemandu saling
memberi dan menghargai, (2) Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan
bersama dengan kelompok tani atau gabungan kelompok tani, (3) Komponen teknologi
yang akan diterapkan berdasarkan hasil PRA yang dilakukan oleh peserta, (4) Pemandu
tidak mengajari petani, tetapi petani belajar dengan inisiatif sendiri dan pemandu sebagai
fasilitator melakukan bimbingan, (5) Materi latihan, praktek, dan sarana belajar ada di
lapangan, dan (6) Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam, sehingga dalam periode
tersebut.
9
2.2. Pendekatan PTT
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif
dan dinamis dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani melalui penerepan
komponen teknologi yang bersinergi antara yang satu dengan lainnya, diterapkan secara
partisipatif oleh petani, sehingga menjadi paket teknologi spesifik lokasi (Badan Litbang,
2007). Prinsip utama PTT padi, jagung dan kedelai adalah : (1) Terpadu, artinya sumber
daya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik secara terpadu; (2) Sinergis, artinya
Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar-komponen teknologi
yang saling mendukung; (3) Spesifik Lokasi, artinya memperhatikan kesesuaian teknologi
dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi petani setempat; dan (4) Partisipatif,
artinya petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi
setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium
Lapangan (Dirjen Tanaman Pangan, 2009)
2.3. Komponen Teknologi PTT
Dalam SL-PTT padi sawah, komponen teknologi yang diterapkan dikelompokkan
dalam teknologi dasar dan pilihan (Badan Litbang 2007; 2008; 2009). Komponen
teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi, sedangkan
komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani
setempat (Deptan, 2009). Komponen dasar pada PTT padi sawah adalah : (1) Varietas
unggul baru, (2) Benih bermutu dan berlabel, (3) Pemberian bahan organik melalui
pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang minimal 2
ton/ha, (4) Pengaturan populasi tanaman secara optimal, (5) Pemupukan berdasarkan
kebutuhan tanaman dan status hara tanah, dan (6) Pengendalian hama penyakit dengan
pendekatan PHT. Selanjutnya komponen teknologi pilihan meliputi : (1) Pengolahan tanah
sesuai musim dan pola tanam, (2) Penanaman bibit muda <21 hari, (3) Tanam bibit 1-3
batang/rumpun, (4) Sistem tanam jajar legowo, (5) Pengairan secara efektif dan efisien,
(6) Penyiangan dengan landak atau gasrok, dan (7) Panen tepat waktu, gabah segera
dirontok.
10
Selanjutnya PTT jagung, komponen teknologi dasar adalah : (1) Varietas unggul
baru hibrida atau komposit, (2) Benih bermutu dan berlabel, (3) Populasi 66.000-75.000
tanaman/ha, dan (4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah,
sedangkan teknologi pilihan meliputi : (1) Penyiapan lahan, (2) Pembuatan saluran
drainase atau saluran irigasi, (3) Pemberian Bahan Organik, (4) Pembumbunan, (5)
Pengendalian gulma, dan (6) Panen tepat waktu dan pengeringan segera. Berbeda
dengan padi dan jagung, komponen teknologi dasar pada PTT kedelai adalah : (1)
Varietas unggul, (2) Bibit bermutu, berlabel dan perlakuan benih, (3) Pembuatan saluran
drainase, (4) Pemupukan dan Inokulasi Rhizobium, dan (5) Pengendalin gulma dan PHT
sesuai OPT sasaran, sedangkan teknologi pilihan meliputi : (1) Pengelolaan tanaman,
populasi dan sistem tanam, (2) Pemberian bahan organik/pupuk kandang , (3) Pupuk cair
(PPC, ppk organik, ppk bio-hayati)/ZPT, pupuk mikrom, (4) Pengairan, (5) Amelioran pada
lahan masam, dan (6) Penanganan panen dan pasca panen.
2.4. Laboratorium Lapangan (LL)
Laboratorium Lapang adalah kawasan yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang
berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek
penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani / petani.
Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian
dari kegiatan SL- PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat
melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL
kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat (Deptan, 2009).
Letak petak LL sebaiknya berada dibagian pinggir areal SL-PTT dan berbatasan
langsung dengan areal non SL-PTT, sehingga penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat
dan ditiru oleh petani lainnya. Dalam petak LL dilakukan demonstrasi berbagai komponen
teknologi yang dianggap penting oleh kelompok tani, seperti : varietas unggul baru,
sistem tanam, umur bibit muda, jumlah bibit per lubang, alat perontok, alat penyiang dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan kelompok tani. Laboratorium Lapang juga sebagai
wahana bagi petani untuk mengukur, mengamati, menginterpretasikan serta
membandingkan komponen teknologi budidaya yang didemonstrasikan di LL dengan
11
budidaya yang dilakukan di lahannya masing-masing. Dengan demikian petani dapat
memilih komponen teknologi yang terbaik (Deptan, 2009).
Gambar 1. Kerangka pelaksanaan SL-PTT padi non hibrida
2.5. Pencapaian SL-PTT
Upaya peningkatan padi yang terfokus pada penerapan SL-PTT tahun 2008 pada
areal 1.900.000 ha telah berhasil menjadi pemicu dalam meningkatkan produksi padi 5,46
% (ARAM III 2008). Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT tahun 2008, pada tahun 2009
fokus kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan diperluas menjadi seluas 2.241.000 herktar.
(Dirjen Tanaman Pangan, 2009). Di Provinsi Banten penerapan teknologi PTT memberikan
hasil yang memuaskan jika dibandingkan dengan teknologi petani. Hasil penelitian
(Susilawati dan Saryoko, 2009) menunjukkan bahwa sistem tanam Legowo 2:1
menghasilkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tegel di dua lokasi
pengkajian yaitu 9,28 t/ha (Gunung Cupu) dan 6,99 t/ha (Panosogan). Demikian juga
jumlah bibit 1 yang menunjukkan produktivitas paling tinggi dibandingkan jumlah bibit 3
dan 5 per lubang tanam di kedua lokasi.
12
Penerapan PTT yang meliputi varetas unggul baru (Ciherang, Cibogo, Cigeulis),
benih bermutu, bibit muda umur 12-21 HSS, sistem tanam legowo 4:1 dan tegel,
pemupukan N berdasarkan BWD, pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan perontokan gabah
yang dilaksanakan di Desa Pamengkan, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang
me,berikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan non PTT. Penerapan PTT diyakini
mampu meningkatkan hasil padi sawah sampai 46,5% (rataan 17,2%) dibandingkan
tanpa PTT (musim sebelumnya dengan keuntungan usahatani mencapai Rp.8.119.000-
11.459.800/ha dan R/C 2,15-2,81% (Mayunar, 2011)
13
III. PROSEDUR DISEMINASI
3.1. Pendekatan
Pelaksanaan pendampingan program SL-PTT dilakukan melalui pendekatan
sebagai berikut : (a) Pendampingan teknologi dilakukan dengan cara menjadi narasumber
pada pertemuan teknis/rutin, penyediaan materi diseminasi, pelayanan secara on-line
melalui telepon, sms maupun internet, (b) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
petani/penyuluh swadaya dan PPL melalui pelatihan. Pada kegiatan pelatihan ini
diharapkan terjadi “Spektrum Disemination Multy Chanel “ sehingga informasi dapat
disebarluaskan ke petugas dan petani yang lainnya, (c) Diseminasi VUB padi, jagung dan
kedelai melalui pelaksanaan display VUB padi, jagung dan kedelai sehingga VUB yang
telah dihasilkan dapat dikenal dan diterima oleh petani dan terjadi pergiliran varietas, (d)
Penyediaan informasi potensi pengembangan VUB berdasarkan adaptasi dan preferensi
petani sebagai salah satu dasar untuk menyusun rekomendasi teknologi spesifik lokasi,
validasi rekomendasi pemupukan dan pemilihan varietas secara partisipatif “Participatory
Varietal Selection “, dan (e) Untuk operasionalisi lapangan pada setiap wilayah dibentuk
Liasion Officer (LO).
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang Lingkup kegiatan pendampingan SL-PTT padi, jagung, dan kedelai di 5
Kabupaten/Kota (Kab. Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, dan Kota Serang) meliputi:
Sosialisasi dan koordinasi program, Pelatihan petani/penyuluh swadaya, Display VUB, Uji
adaptasi VUB, Participatory varietal selection , Pengkajian teknologi pemupukan, Temu
Lapang, Supervisi penerapan teknologi, Pendampingan teknologi melalui pertemuan rutin
bulanan di Dinas/Badan Penyuluhan, Penyediaan materi diseminasi SLPTT, layanan
konsultasi SL-PTT, secara langsung maupun layanan on line melalui SMS/Telpon dan face
book, serta Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
14
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan
3.3.1. Bahan
Bahan pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT meliputi : benih padi, benih
jagung, benih kedelai, pupuk kimia, pupuk organik, pestisida dan bahan penunjang yang
lain termasuk petunjuk teknis pelaksanaan SL-PTT. Bahan lainnya untuk materi pelatihan:
ATK, kertas koran, seperangkat perlengkapan “ballot box” dan lain-lain.
3.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan a. Sosialisasi dan Koordinasi Program
Dilaksanakan pada bulan Januari yang dilanjutkan dengan pertemuan rutin
bulanan di Dinas Kabupaten/Kota atau di Badan Penyuluhan/BP4K untuk membahas
kemajuan kegiatan pendampingan SL-PTT, bersama mencari solusi terhadap
permasalahan yang timbul serta dukungan teknologi yang diperlukan.
b. Pelatihan Petani/Penyuluh
Pelatihan akan dilaksanakan pada bulan April di 4 lokasi yaitu di Kabupaten Lebak
sebanyak 45 orang, di Kabupaten Pandeglang 45 orang, di Kabupaten Serang sebanyak
65 orang (termasuk petani/peyuluh swadaya di Kota Serang) dan di Kabupaten Tangerang
sebanyak 45 orang, sehingga jumlah seluruhnya adalah 200 orang. Materi pelatihan
SL-PTT padi, jagung dan kedelai meliputi pengertian PTT dan SL-PTT, Komponen
teknologi PTT padi, jagung dan Kedelai, serta pendalaman beberapa komponen PTT
seperti pengenalan dan pengendalian OPT.
c. Pelaksanaan Display VUB
Display VUB padi akan dilaksanakan pada 5 Kabupaten/Kota, jagung di 3
Kabupaten dan kedelai di 3 Kabupaten. Display VUB padi terdiri dari padi inbrida untuk
padi sawah terdiri dari varietas Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 13. Padi toleran
rendaman yaitu: Inpara 4, Inpara 5 dan Inpara 6. Padi gogo terdiri dari Inpago 4, Inpago
5 dan Inpago 6. Sedangkan padi toleran salinitas adalah varietas banyuasin. Sedangkan
pengenalan VUB untuk jagung hibrida terdiri dari varietas Bima 3 dan Bima 4 dan kedelai
15
terdiri dari varietas Anjasmoro, Grobogan dan Burangrang. Semua benih di atas bersifat
tentatif sesuai dengan ketersediaan benih (Tabel 1).
Operasionalisasi pelaksanaan display adalah: (1) benih yang diperoleh dari Balit
komoditas dikemas 5 kg, (2) benih didistribusikan pada setiap kecamatan sebanyak 20 kg,
yang terdiri dari 4 varietas dan disesuaikan dengan agroekosistem (sawah irigasi/tadah
hujan, sawah rawan banjir, sawah bersifat salin dan lahan kering). Sedangkan display
VUB jagung dan kedelai dilaksanakan pada sentra produksi yaitu Kabupaten Lebak,
Pandeglang dan Serang masing-masing 2 lokasi (2-3 varietas sebanyak 2 kg/varietas).
Tabel 1. Kebutuhan benih display VUB untuk mendukung pendampingan SL-PTT
Varietas Kebutuhan Benih (kg) Pelaksanaan
Padi
Inpari -1 725 April-Mei
Inpari – 6 725
Inpari – 10 725
Inpari- 13 725
Inpara-4 185 April-Mei
Inpara-5 185
Inpara-6 185
Banyuasin 120
Inpago- 4 195 Oktober-November
Inpago-5 195
Inpago-6 195
Situ Bagendit 195
Total Padi 4355
Jagung Hibrida
Bima 3 20 April-Mei
Bima 4 20
Total Jagung 40
Kedelai
Grobogan 20 April-Mei
Anjasmoro 20
Argomulyo 20
Total Kedelai 60
16
d. Teknis Display VUB Padi : pengolahan tanah secara sempurna untuk padi sawah, penggunaan bibit muda 15-
21 HST, cara tanam jajar legowo 2 :1 atau 4:1, pemupukan sesuai dengan rekomendasi
yang tersedia (Permentan, PUTS/PUTK, PHSL), pengendalian OPT secara terpadu dan jika
diperlukan menggunakan pestisida kimia yang dianjurkan, panen dilakukan setelah masak
fisiologis.
Jagung : pengolahan tanah atau tanpa olah tanah sesuai dengan kondisi lahan,
penggunaan jarak tanam 75 cm x 40 cm, atau satu biji per lubang dengan jarak tanam 75
cm x 20 cm. Dapat juga dengan jarak tanam 70 cm x 40 cm, dua biji per lubang atau 70
cm x 20 cm, satu biji per lubang, pemupukan sesuai dengan analisis tanah PUTS/PUTK
dan BWD atau jika tidak tersedia informasi analisis tanah maka pupuk dapat diberikan
dengan dosis 300 – 350 kh/ha urea; 100 – 200 kg/ha SP-36 dan 50 – 100 kg/ha KCl,
pengendalian OPT secara terpadu dan jika diperlukan menggunakan pestisida kimia yang
dianjurkan, panen dilakukan setelah masak fisiologis.
Kedelai : pengolahan tanah atau tanpa pengolahan tanah sesuai dengan kondisi lahan,
Tanam dilakukan dengan cara tugal sedalam 2-3 cm, setiap lubang tanam diisi 2-3 biji.
Jarak tanam yang digunakan bervariasi tergantung tingkat kesuburan tanah yaitu 30 x 15
cm, 40 x 10 cm atau 40 x 20 cm sehingga populasi berkisar 400.000 – 500.000
tanaman/ha. Pemupukan sesuai dengan hasil analisis tanah atau sesuai dengan
agroekosistem setempat, atau jika tidak tersedia informasi mengenai hasil analisis tanah
dapat diberikan pupuk pada lahan kering Alfisol adalah 50 – 100 kg urea, 75 – 150 kg
SP36 dan 50 – 75 KCl/ha. Sedangkan untuk lahan Ultisol pupuk yang digunakan Urea 50
kg/ha, SP36 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Pada lahan yang baru pertama kali ditanam
kedelai, benih perlu diinokulasi dengan inokulum multiguna Rhizoplus dengan dosis 150 g/
50 kg benih. Pengendalian OPT secara terpadu dan jika diperlukan menggunakan
pestisida kimia yang dianjurkan, panen dilakukan setelah masak fisiologis.
17
e. Uji Adaptasi VUB
Uji adaptasi VUB dilaksanakan pada beberapa lokasi display VUB dengan tujuan
memperoleh informasi/data terkait rekomendasi teknologi spesifik lokasi pada lahan
sawah irigasi, lahan sawah lahan banjir, lahan sawah salinitas, lahan kering, uji adaptasi
VUB kedelai dan jagung di lahan sawah/kering. Uji VUB yang akan dilaksanakan terdiri
dari 14 lokasi masing-masing dengan luasan 5.000 m2. Pada uji adaptasi padi lahan
sawah dilakukan pengkajian berbagai rekomendasi pemupukan seperti PUTS/PUTK;
Permentan, PHSL, dibandingkan dengan kondisi eksisting di petani. Jenis pupuk yang
digunakan adalah pupuk yang banyak digunakan petani seperti urea dan NPK Phonska
serta pupuk organik yang tersedia di lokasi pengujian (kompos, kotoran ternak atau
pupuk organik granul).
Pelaksanaan PRA
Pelaksanaan PRA dilakukan sebagai pembelajaran pelaksanaan PRA/RRA/KKP di
kelompok tani pelaksana SLPTT. Pelaksanaan PRA dilakukan di 5 Kab/kota terdiri dari 8
kegiatan. Jadwal pelaksanaan PRA dilakukan pada bulan Maret-Mei. Lokasi yang dipilih
adalah pada lokasi pelaksanaan uji adaptasi VUB. Operasional pelaksanaan PRA diawali
dengan identifikasi lokasi, koordinasi dengan UPT/BPP, pelaksanaan transek, dan
pertemuan PRA.
Participatory Varietal Selection/PVS
Pelaksanaan PVS dilakukan pada lokasi uji adaptasi VUB untuk mengetahui
varietas yang disukai oleh petani atau konsumen. PVS dilaksanakan dua kali pada saat
kondisi tanaman memasuki fase pemasakan. Responden terdiri dari 20-30 orang
perwakilan kelompok tani pria dan wanita, selain itu ada perwakilan dari Penyuluh dan
POPT. Pelaksanaan PVS yang kedua adalah uji rasa untuk mengetahui preferensi petani
dari varietas yang diujikan.
18
Temu Lapang Display VUB
Temu lapang dilaksanakan bersamaan dengan panen raya dengan mengundang
Dinas, Badan Penyuluhan, Penyuluh, POPT, Gapoktan, Poktan, Swasta, Perguruan Tinggi.
Rencana temu lapang akan dilaksanakan bulan Juli 2012.
f. Penyediaan dan Distribusian Materi Diseminasi
Penyediaan materi diseminasi terkait dengan SL-PTT sebanyak 1000 eksemplar
dan didistribusikan pada saat Pelatihan atau Pertemuan dengan Dinas, Badan Penyuluhan,
atau Petani dan Temu lapang.
g. Pendampingan Teknologi
Dilakukan melalui pertemuan rutin bulanan di 5 Dinas Kab/Kota atau Badan
Penyuluhan. Pendampingan teknologi dilaksanakan pada saat pertemuan bulanan di
Dinas/Badan Penyuluhan. Pada saat pertemuan ini disampaikan materi-materi/teknologi
yang dibutuhkan. Selain itu juga dijadikan sebagai sarana untuk menjalin sinergisme
program dan dalam pemecahan masalah secara bersama-sama. Selanjutnya pelaksanaan
pendampingan teknologi melalui media elektronik (sms/telepon/internet). Bentuk
pendampingan lainnya adalah pendampingan dengan memanfaatkan media elektronik
yaitu menggunakan SMS Center, Telepon, Internet (Web/facebook).
h. Supervisi Penerapan Teknologi
Dilakukan dengan melihat kondisi pelaksanaan SL-PTT secara langsung di tingkat
petani. Supervisi ini dilakukan secara sampling yaitu 3 kelompok tani per kecamatan dan
3 Kecamatan tiap Kabupten/kota sehingga diperoleh 45 titik sampling.
i. Penyusunan Data Base
Data base terdiri dari data CPCL SL-PTT, Penyuluh Pendamping, Produksi dan
Produktivitas, data Display VUB, data uji adaptasi VUB, data PVS, data OPT dan data
penunjang lainnya.
19
j. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan tekait dengan monitoring dan evaluasi sebagai bahan
kebijakan maupun perbaikan kegiatan yang dilaksanakan. Laporan kegiatan terdiri dari
laporan bulanan, laporan tengah tahun dan laporan akhir.
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Potensi Lahan Pertanian Berdasarkan survei pertanian tahun 2007, luas lahan sawah di Provinsi Banten
adalah 197.914 ha dan bukan sawah (lahan kering) 424.158 ha. Lahan pertanian sawah
terdiri dari sawah irigasi teknis seluas 48.401 ha, irigasi setengah teknis 17.275 ha, irigasi
sederhana 18.597 ha, irigasi pedesaan 23.767 ha, tadah hujan 88.688 ha dan pasang
surut 1.026 ha (BPS, 2007). Selanjutnya dilaporkan bahwa lahan sawah yang ditanami
padi dua kali setahun seluas 158.794 ha; satu kali 37.576 ha; tidak ditanami 439 ha dan
tidak diusahakan 1.105 ha. Berdasarkan data BPS tahun 2009, luas lahan sawah di
Provinsi Banten adalah 197.530 ha, yang terdiri dari : sawah irigasi teknis seluas 49.018
ha, irigasi setengah teknis 17.553 ha, irigasi sederhana 17.201 ha, irigasi pedesaan
27.415 ha dan tadah hujan 86.343 ha (Tabel 1).
Tabel 1. Luas baku lahan sawah berdasarkan jenis irigasi di Provinsi Banten
Kabupaten/
Kota
Jumlah Luas Lahan Sawah (ha) Jumlah
(ha) Kec. Desa IT IST IS IP TH
1. Kab. Pandeglang
2. Kab. Lebak 3. Kab. Tangerang
4. Kab. Serang
35
28 29
28
335
345 274
314
2.853
4.124 22.861
14.801
5.289
2.365 3.021
6.177
7.575
4.708 937
3.578
8.964
11.083 -
6.823
30.058
22.559 13.809
14.324
54.739
44.839 40.628
45.685
5. Kota Serang 6. Kota Cilegon
7. Kota Tangerang 6. Kota Tangsel
6 8
13 7
66 43
104 54
3.730 115
534 -
579 -
122 -
284 107
- 12
325 167
- 53
3.403 1.744
417 47
8.321 2.133
1.073 112
Total 154 1.535 49.018 17.553 17.201 27.415 86.343 197.530
Djaenudin dan Sambas (2006) melaporkan, lahan sawah di Provinsi Banten
sebagian besar tergolong tanah Entisol dan Inceptisol dengan luas 191.659 ha, yang
tersebar di Kab. Lebak seluas 19.896 ha; Kab. Pandeglang 40.982 ha; Kab. Serang 73.314
ha; Kab. Tangerang 55.772 ha, Kota Tangerang 717 ha dan Cilegon 978 ha. Pada
kawasan ini dengan pengaturan tata air (drainase) berpotensi diusahakan bawang merah,
cabe, kacang panjang, talas dan tanaman palawija lainnya dengan sistem rotasi.
21
Selain sawah, Provinsi Banten juga memiliki lahan kering pertanian seluas 424.158
ha. Dari luas tersebut, yang digunakan untuk tegal/kebun campuran mencapai 181.786 ha
(42,86 %); ladang/huma 85.000 ha (24,14 %); perkebunan 43.808 ha (10,33 %); hutan
rakyat 61.259 ha (14,44 %); tambak 10.039 ha (2,37 %); kolam/ empang 2.520 ha (0,59
%); padang pengembalaan 4.896 ha (1,15 %); tidak diusahakan 30.656 ha (7,23 %) dan
lainnya seluas 4.194 ha (0,99 %). Lahan kering pertanian terluas terdapat di Kabupaten
Lebak yaitu 182.441 ha (43,01 %), Kab. Pandeglang 117.860 ha (27,79 %), Kab. Serang
82.314 ha (19,41 %), Kab. Tangerang 31.863 ha (7.51 %), Kota Tangerang 1.595 ha
(0,38 %) dan Kota Cilegon 8.085 ha (1,91 %).
Pada kawasan tanaman semusim lahan kering dataran rendah beriklim basah,
jenis tanah tergolong Inceptisol, Ultisol, Alfisol, Oxisol dan Entisol, yang penyebarannya
terdapat di Kab. Serang seluas 2.068 ha dan Kab. Lebak 1.880 ha. Kawasan ini diarahkan
untuk pengembangan padi gogo, jagung dan kacang tanah sebagai komoditas utama,
sedangkan komoditas alternatifnya adalah cabe, melon, jahe dan kapulaga. Selanjutnya
kawasan tanaman tahunan pada lahan-lahan yang tanah utamanya adalah Ultisol,
Inceptisol, Alfisol, Mollisol dan Entisol, yang tersebar di Kab. Lebak 141.308 ha, Kab.
Pandeglang 105.945 ha, Kab. Serang 32.104 ha, Kab. Tangerang 51.748 ha dan Kota
Tangerang 17.943 ha. Komoditas utama pada lahan ini adalah kelapa, melinjo dan
cengkeh, sedangkan komoditas alternatif adalah kelapa sawit, karet dan hortikultura,
buah-buahan (rambutan, durian, duku, salak dan mangis). Selain itu, kawasan tanaman
perkebunan pada dataran rendah beriklim kering diusahakan untuk komoditas mangga,
kedelai dan jarak sebagai komoditas utama, sedangkan komoditas alternatif adalah jeruk,
sukun dan kemiri. Kawasan ini terdapat di Kab. Serang seluas 33.353 ha dan Kota Cilegon
14.663 ha (Djaenudin dan Sambas, 2006).
4.2. Program SL-PTT
Pembangunan adalah proses memperoleh nilai tambah yang dibutuhkan
masyarakat untuk memperbaiki status hidupnya. Untuk memperoleh nilai tambah, maka
pembangunan harus dilakukan dengan efisien yang tinggi, yaitu penggunaan input
22
tertentu guna menghasilkan output yang sebesar-besarnya. Semakin efisien proses
pembangunan, maka semakin besar nilai tambah yang dihasilkan. Efisiensi pembangunan
dapat tercapai melalui penerapan teknologi pada berbagai sektor produksi. Di sektor
pertanian, ketersediaan teknologi masih merupakan faktor penentu produksi. Karena
teknologi menduduki tempat khusus dalam meningkatkan produktivitas dan nilai tambah,
maka penguasaan dan aplikasinya perlu dimiliki oleh masyarakat tani.
Dalam upaya mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras, pemerintah terus
mengupayakan program peningkatan produksi padi melalui berbagai kebijakan. Berbagai
paket teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan produksi padi telah dilaksanakan
melalui berbagai program nasional, diantaranya Bimas tahun 1965, Insus tahun 1979 dan
Supra Insus tahun 1987. Dengan adanya program tersebut, produksi padi nasional terus
meningkat, sehingga pada tahun 1984 Indonesia berhasil berswasembada. Walaupun
berbagai program peningkatan produksi beras telah diimplementasikan, namun produksi
padi nasional belum mencukupi, sehingga impor beras tidak dapat dihindari. Produksi dan
produktivitas padi masih harus ditingkatkan karena peranan beras sebagai sumber kalori
di Indonesia sangat penting, dimana pengeluaran untuk beras berkisar 25-30 % terhadap
total pengeluaran rumah tangga (Wahyuni dan Indraningsih, 2004).
Program-program selanjutnya merupakan penyempurnaan program SUTPA yang
berorientasi holistik dan jangka panjang, namun belum memberikan hasil yang optimal.
PTT yang diimplementasikan dalam program SL-PTT merupakan program peningkatan
produksi padi yang mutakhir, dan telah dirancang sedemikian sempurna berdasarkan
pengalaman, kelemahan dan kekuatan program sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian,
penerapan PTT mampu meningkatkan produktivitas padi sekitar 38 % dengan hasil 7,8-
9,0 ton/ha, sedangkan pada tingkat pengkajian di lahan petani berkisar 6,5-8,0 ton/ha
atau meningkat rata-rata 27 %; sedangkan peningkatan pendapatan Rp. 900.000-
1.200.000,- (Balitpa, 2004). Senjang produktivitas antara penelitian dan pengembangan di
tingkat petani mengindikasikan bahwa potensi peningkatan produktivitas untuk mencapai
swasembada beras masih cukup besar.
23
Provinsi Banten pada tahun 2012 mendapat alokasi program SL-PTT padi non
hibrida, padi gogo, jagung dan kedelai sebanyak 7.545 unit yang tersebar di 5
Kabupaten/Kota. Selain SL-PTT reguler, juga terdapat SL-PTT padi non hibrida spesifik
lokasi sebanyak 40 unit dan peningkatan IP 40 unit serta SL-PTT dari dana kontingensi
seluas 10.000 ha (Tabel 2). Dalam pelaksanaan SL-PTT, koordinasi merupakan salah satu
bagian terpenting dalam kegiatan pendampingan. Kerjasama antara BPTP dengan Dinas
Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Badan Penyuluhan (BP4K) yang serasi dan
harmonis akan mempermudah dalam pelaksanaan. Secara formal, Leading Sektor
kegiatan SL-PTT berada di Dinas Pertanian Kabupaten, namun secara teknis operasional
ditingkat lapangan adalah KCD/UPTD/Pelnis, Korluh, PPL, THL, dan POPT. Dengan
demikian, peran BP4K sangat penting dan strategis dalam menggerakkan tenaga
penyuluh dalam pendampingan di tingkat lapangan.
Tabel 2. Alokasi SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Banten Tahun 2012
Prrogram SL-PTT Sartuan Luas
Lokasi SL-PTT Jumlah (unit/ha) Lebak Pandeglang Serang Tangerang Kt. Serang
Padi Non Hibrida a. Spesifik Lokasi b. Peningkatan IP c. Reguler Padi Ladang/Gogo Jagung
Kedelai
Unit Ha Unit Ha Unit Ha Unit Ha Unit Ha
Unit Ha
20
500
- -
1.580 39.500
400
10.000
10 150
150
1.500
- -
20 500
1.780
44.500
440 11.000
10
150
350
3.500
- -
20 500
1.660
41.500
104 2.600
10
150
15
150
20
500
- -
780 19.500
44
1.100
- -
- -
- -
- -
120 3.000
12
300
- -
- -
40
1.000
40 1.000
5.920
148.000
1.000 25.000
30
450
515
5.150
Pelaksanaan koordinasi dilakukan secara formal dan non formal dengan Dinas
Pertanian Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan (petugas lapang). Beberapa hal yang
menjadi bahasan dalam koordinasi adalah : (1) perencanaan pelaksanaan SL-PTT seperti
CPCL (SL-PTT, LL, demfarm, display), pembinaan serta pelatihan petugas dan petani,
24
(2) pelaksanaan dan monitoring kegiatan (kunjungan ke lapangan, sosialiasi inovasi).
Beberapa kegiatan koordinasi secara formal yang telah dilakukan BPTP dengan Dinas
Pertanian dan Badan Penyuluhan, diantaranya : (1) sosialisasi rencana kegiatan
pendampingan, (2) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan, (3) koordinasi
perkembangan pelaksanaan kegiatan, (4) menjadi narasumber pada pelatihan dan
pertemuan, dan (5) evaluasi pelaksanaan kegiatan. Pihak lain yang terlibat dalam
pertemuan meliputi : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi, Dinas Pertanian Kab./Kota,
BPTPH, BPSB, Balitbangda, Bapeda, Badan Penyuluhan dan Perguruan Tinggi. Selanjutnya
kegiatan koordinasi non formal dilakukan melalui telepon dan sms, antara LO dengan
petugas dinas Kabupaten, Kecamatan dan petugas lainnya.
4.3. Pendampingan Program SL-PTT
Pada saat ini dan dimasa datang, intervensi pemerintah lebih banyak dalam
bentuk pengaturan, pelayanan publik, pembinaan dan pengawasan. Intervensi pemerintah
yang perlu diberikan kepada petani adalah percepatan transfer informasi, perbaikan
teknologi produksi, peningkatan manajemen usahatani, serta pemberdayaan dalam hal
pascapanen dan pemasaran produk. Dengan demikian, pembinaan kepada petani dalam
bentuk pendampingan perlu dilakukan oleh pemerintah. Program pendampingan dapat
sebagai rule atau descretion, sehingga perlu memiliki tujuan dan sasaran yang jelas
(Sumodiningrat, 2004).
Menurut Andness (1980) dalam Sumodiningrat (2004), seorang pendamping
harus memiliki 3 syarat, yaitu (1) memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta
pengetahuan yang luas dibidangnya, (2) memiliki komitmen professional, motivasi dan
kematangan dalam pekerjaan, dan (3) memiliki kemauan yang sangat kuat untuk
membagi apa yang dianggapnya bak bagi semua orang. Selain syarat tersebut,
pendamping perlu memiliki kemampuan untuk dapat berfungsi sebagai : (a) pemrakarsa,
(b) penunjuk jalan, (c) pendorong, (d) pendamai, (e) pengumpul dan pemberi fakta. Agar
fungsi sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik, maka kemampuan berikut perlu
dimiliki, yaitu : mengumpulkan data, identifikasi dan analisis masalah, melakukan
25
interaksi, kemampuan berorganisasi, kemampuan menata proyek, dan kemampuan
memberikan pelatihan.
Berdasarkan hal diatas sekaligus mendukung peningkatan produksi beras, jagung
dan kedelai nasional melalui program SL-PTT, pelaksanaan kegiatan pendampingan yang
dilakukan meliputi penyediaan rekomendasi teknologi spesifik lokasi, pelatihan
petani/penyuluh, display VUB, uji adaptasi VUB pada berbagai agroekosistem, uji
pemupukan serta monitoring dan supervisi penerapan teknologi. Hasil kegiatan
pendampingan program SL-PTT yang dilaksanakan pada tahun 2012, secara rinci disajikan
sebagai berikut.
4.3.1. Pelatihan Petugas/Penyuluh Swadaya
Pelatihan petugas pendamping dilakukan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para petugas pendamping SL-PTT sekaligus menyamakan
persepsi dan pemahaman oleh pelaksana lapangan. Pelatihan bagi pendamping SL-PTT
diarahkan pada petugas lapang seperti PPL, THL, POPT, ataupun stakeholders lainnya
yang mendukung pelaksanaan. Pelatihan pendamping ditujukan untuk meningkatkan
pemahaman serta penyamaan persepsi konsep dan implementasi PTT padi, jagung dan
kedelai. Selain pelatihan terhadap petugas pendamping, pelatihan juga dilakukan kepada
para penyuluh swadaya, yang sebagian besar merupakan anggota Poktan atau Gapoktan
yang secara aktif terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Peserta pelatihan terdiri dari
Penyuluh Swadaya perwakilan semua kecamatan yang mendapatkan program SL-PTT,
Penyuluh Lapangan (PPL), Tenaga Harian Lepas (THL), Pengawas Hama/Penyakit (POPT),
dan stakeholder lainnya yang terkait langsung dengan pelaksanaan di tingkat lapangan.
Pelatihan dilaksanakan sebanyak 6 kali yang dihadiri oleh 300 orang peserta (Tabel 3).
26
Tabel 3. Pelaksanaan Pelatihan Penyuluh Swadaya dan Petugas Lapang
No. Lokasi Wilayah Pendampingan Waktu Pelaksanaan Jumlah Peserta
1 Lebak Lebak 16 April 2012 48
2 Pandeglang Pandeglang 19 April 2012 58
3 Serang Serang , Kota Serang 23 April 2012 57
4 Tangerang Kab. Tangerang 25 April 2012 45
Tujuan melibatkan penyuluh swadaya dalam pelatihan SL-PTT ini adalah untuk
lebih menyebarluaskan informasi teknologi PTT padi, jagung dan kedelai. Diharapkan para
penyuluh swadaya ini dapat menjadi agen atau kader di lingkungan Kecamatan/ Gapoktan
masing-masing. Hal ini akan sangat membantu para petugas pendamping di lapangan.
Peran BPTP Banten dalam pelaksanaan Pelatihan Petugas Pendamping SL-PTT tahun 2012
ini adalah sebagai narasumber pada kegiatan yang terkait dengan pertemuan koordinasi
maupun pertemuan pembekalan bagi para petugas pendamping SL-PTT dan
penyelanggara pelatihan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Badan
Penyuluhan.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun ini tidak ada penyelenggaraan
pelatihan Pemandu Lapang (PL II dan PL III) yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi
maupun Kabupaten dan Kota. Namun ada pertemuan-pertemuan koordinasi yang
dilakukan oleh Dinas Provinsi dan Kabupaten dengan petugas lapang yang dimanfaatkan
sebagai wahana pembekalan bagi petugas pendamping. Selain itu terdapat juga
pertemuan koordinasi yang dilakukan oleh Badan Penyuluhan Kabupaten terkait dengan
program pendampingan SL-PTT dari Badan SDM. Dalam hal ini BPTP diminta sebagai
narasumber pada acara tersebut. Adapun materi yang disampaikan terdiri dari teknologi
PTT padi, jagung dan kedelai, pengenalan VUB, kalender tanam dan teknologi pemupukan
spesifik lokasi. Berikut ini adalah keterlibatan BPTP sebagai narasumber pada acara
27
pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi/Kabupaten dan Badan Penyuluhan
(Tabel 4). Materi yang diberikan pada pertemuan disesuaikan dengan kebutuhan
lapangan, yaitu : (a). Kepemanduan 10%, (b) Teknis SL-PTT padi, jagung dan kedelai
80% yang disampaikan langsung oleh narasumber dari BB Padi dan Tim SL-PTT BPTP;
dan (c) Masalah kebijakan 10%.
Tabel 4. Pelaksanaan Pelatihan SL-PTT sebagai Narasumber
No. Penyelenggara Materi yang disampaikan Waktu
Pelaksanaan
Jumlah
Peserta
1 Distanak
Provinsi Banten
PTT Padi, jagung, kedelai, pengenalan
VUB, kalender tanam, PHSL, penyusunan teknologi spesifik lokasi
Maret, April
dan Juli
80
2 Dinas Pertanian
Kab.Lebak
PTT padi, Kalender tanam dan PHSL Maret 35
3 BP4K Kab Lebak
Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi Program
April 20
4 Distanbun Kab. Pandeglang
Pengenalan VUB, kalender Tanam dan PHSL
Mei 60
5. BP4K
Kab. Pandeglang
Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi
Program
Mei 25
6. Dinas
Kab. Serang
Pengenalan VUB, kalender Tanam dan
PHSL, teknologi penghematan air
Mei 30
7. BPKP
Kab. Serang
Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi
Program
Mei 20
8. BP4K
Kab. Tangerang
Filosofi PTT dan SL-PTT dan sinkronisasi
Program
Mei 25
a. Kepemanduan dan Dinamika Kelompok
Materi kepanduan dan dinamika kelompok diberikan sebagai pre-test untuk
menyegarkan suasana, mempererat hubungan antar petugas pendamping, meningkatkan
keterampilan petugas pendamping dan sebagai cara untuk mengetahui tingkat
pemahaman petugas mengenai PTT dan SL-PTT. Kegiatan pelatihan diawali dengan
kontrak belajar yang merupakan tahapan awal dari pelaksanaan pelatihan, yaitu
pembuatan kesepakatan bersama mengenai pengaturan waktu dan pemilihan materi
pelatihan yang ditawarkan oleh narasumber. Dengan adanya kesepakatan bersama
28
mengenai pengaturan waktu dan materi pelatihan ini diharapkan setiap tahapan
pelatihan akan diikuti oleh semua peserta dengan baik. Setelah itu dilaksanakan pre-test
untuk mengetahui materi apa yang sudah dan belum dipahami peserta.
b. Teknis SL-PTT
Materi teknis yang diberikan pada pelatihan SL-PTT disesuaikan dengan kebutuhan
dan pengetahuan peserta terkait dengan kondisi alam dan serangan OPT yang terjadi
saat ini. Materi yang disampaikan merupakan hasil diskusi dari tim SL-PTT BPTP Banten
dengan Dinas Pertanian setempat mengenai perkembangan dan permasalahan SL-PTT,
sehingga dapat diketahui materi teknis apa yang dibutuhkan oleh petugas pendamping
pada setiap wilayah. Materi teknis disampaikan Dr. Usyati dan Indra Gunawan. SP selaku
peneliti pendamping SL-PTT Provinsi Banten dan Tim SL-PTT BPTP Banten. Selain materi
pilihan, terdapat materi wajib yaitu filosofi PTT dan SL-PTT untuk menyegarkan kembali
mengenai makna dan tujuan dari PTT serta pelaksanaan SL-PTT dan komponen
teknologinya yang merupakan dasar dari rakitan teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan
dari hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) atau Pemahaman Masalah dan Peluang
(PMP) yang dilakukan secara partisipatif. Adapun materi teknis pilihan yang diberikan
adalah sebagai berikut :
Identifikasi OPT dan PHT
Pemberian materi ini berdasarkan identifikasi kebutuhan petani akan pengetahuan
mengenai OPT dan PHT. Peningkatan serangan berbagai OPT khususnya tanaman padi
yang salah satunya disebabkan perubahan iklim juga merupakan alasan pemilihan materi
ini. Selama ini pengetahuan petani dalam mengidentifikasi masih rendah sehingga
seringkali terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan aktif pestisida. Konsep PHT belum
banyak dilaksanakan petani, pada umumnya petani belum menggunakan berbagai teknik
pengendalian OPT yang kompatible, petani lebih suka langsung menggunakan pestisida
kimia tanpa mempertimbangkan tingkat serangan OPT. Materi ini disampaikan oleh
narasumber dari BB Padi dan Tim SLPTT BPTP Banten. Pemberian materi ini dimulai dari
studi kasus yang dilakukan oleh peserta pelatihan dengan mengamati contoh rumpun padi
yang terserang OPT, dilanjutkan dengan diskusi dan penjelasan dari narasumber.
29
Pemberian materi yang diawali dengan pengamatan langsung terhadap tanaman yang
terserang OPT tersebut dengan harapan materi yang diberikan akan diterima oleh
peserta dengan baik
Hama penyakit tanaman padi dikelompokan menjadi hama mayor dan hama minor.
Hama mayor adalah tikus, wereng batang coklat dan penggerek batang padi, sedangkan
hama minor meliputi anjing tanah, hama putih, pelipat daun, keong mas, kepinding tanah,
walang sangit dan burung. Virus yang menyerang tanaman padi adalah virus kerdil
rumput, kerdil hampa dan tungro. Cendawan yang menyerang tanaman padi adalah blast,
hawar pelepah daun, busuk batang, busuk pelepah daun bendera dan bercak daun
sempit, sedangkan bakteri adalah HDB dan HDJ. Setelah pemberian materi ini diharapkan
pengetahuan peserta dalam identifikasi OPT dan pelaksanaan PHT dapat meningkat.
Selain itu juga disampaikan bahan tayang berupa video pengendalian tikus menggunakan
LTBS (Linear Trap Barrier System) dan CTBS (Community Trap Barrier System).
Kalibrasi Pupuk Kimia dan Pestisida
Materi yang kedua adalah teknis aplikasi pestisida dan pupuk kimia oleh tim
SL-PTT BPTP Banten. Materi teknis aplikasi pupuk kimia dan pestisida ini bertujuan agar
peserta dapat mengetahui teknik aplikasi pupuk kimia dan pestisida secara tepat,
sehingga pestisida dan pupuk kimia dapat bermanfaat sebagaimana fungsinya. Aplikasi
pestisida dan pupuk yang tidak tepat dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan,
pemborosan tenaga dan biaya serta juga dapat mengakibatkan resistensi hama dan
penyakit. Aplikasi pestisida dan pupuk oleh petani dilakukan tanpa memperhitungkan
jumlah dan dosis yang digunakan dalam setiap luasan lahan. Hal tesebut menyebabkan
penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tidak tepat dosis, sehingga pestisida dan
pupuk kimia yang diberikan.
Sebelum peemberian materi dilakukan pre-test terkait dengan materi yang akan
diberikan yaitu : Soal 1 (aplikasi pestisida), seorang petani menyemprot tanaman padi
yang terserang hama penggerek batang menggunakan insektisida berbahan aktif Fipronil.
Umur tanaman saat aplikasi adalah 40 HST. Tiga hari setelah aplikasi dilakukan
30
pengamatan dan ternyata populasi penggerek batang padi hanya berkurang 20 %, apa
penyebabnya ?. Fakta-fakta yang diperoleh : luas petakan yang disemprot adalah 3000
m², pestisida yang terpakai 50 ml, konsentrasi cairan semprot 1 ml/l air, pada label
kemasan tertulis rekomendasi penyemprotan volume tinggi yaitu 0,25 – 0,5 l/ha, dan
pada saat itu di lokasi tersebut belum banyak petani yang menggunakan Regent.
Catatan : Penyemprotan volume tinggi untuk tanaman padi umur 40 HST sebanyak 500
liter/ha.
Soal 2 (aplikasi pemupukan) : Pada satu hamparan lahan di lokasi transmigrasi
Kubangujo-Jambi dilaksanakan demfarm padi gogo. Petani yang terlibat lima orang
dengan luas lahan masing-masing satu ha. Pemupukan pertama dilakukan pada 10 HST,
diberikan pada larikan dengan dosis sesuai yang ditentukan. Dua orang telah
melaksanakan pemupukan kemudian, namun pupuknya kurang. Ada lahan yang belum
dipupuk, masing-masing seluas 2.000 m² dan 3.000 m². Mengapa sampai terjadi hal
tersebut ? carilah solusi agar kejadian yang sama tidak terjadi pada petani yang lain.
Fakta-fakta yang terkumpul : jarak tanam padi gogo 40 x 10 cm, dosis pupuk pertama
setiap hektar adalah Urea 75 kg, TSP/SP-36 150 kg, dan KCL 100 kg.
Teknik Ubinan Padi
Materi ini diberikan dengan tujuan untuk menyamakan persepsi mengenai cara
mengubin, sehingga hasil ubinan yang menentukan produktivitas padi akan tepat. Luas
minimal tanaman yang diubin adalah 10 m² dengan memperhatikan cara tanam seperti
legowo 2:1; 4:1 atau cara tanam lainnya. Hal ini seringkali menjadi rancu pada
pengambilan sampel ubinan yang biasanya 2,5 x 2,5 m2. Teknis pengambilan sampel
tersebut memungkinkan dilakukan jika cara tanam adalah tegel dengan jarak tanam
25 x 25 cm. Sedangkan pada cara tanam legowo terdapat barisan tanaman yang
dirapatkan dan barisan yang dikosongkan, sehingga memerlukan teknis tersendiri dalam
pengambilan sampel ubinan. Paparan materi teknis ubinan ini bertujuan agar peserta
dapat mengubin dengan benar dan sama, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.
31
Teknik Pengambilan Sampel Tanah untuk Pengujian
Selama ini pengetahuan petani mengenai cara pengambilan sampel tanah masih
kurang. Petani biasanya mengambil tanah begitu saja pada satu titik dan menggunakan
tanah tersebut untuk dianalisis. Hal tersebut menjadi alasan dipilihnya materi ini, karena
analisis tanah sangatlah penting untuk menentukan dosis pemupukan yang tepat. Saat ini
alat untuk analisis tanah (PUTS/PUTK) sudah banyak dimiliki oleh instansi terkait,
sehingga untuk memaksimalkan penggunaan alat tersebut petani harus mengetahui cara
pengambilan sampel tanah untuk dianalisis dengan benar. Pengambilan sampel tanah
untuk uji tanah dilakukan sebanyak 10 titik pada 1 lokasi yang mewakili lima ha lahan
secara acak atau diagonal pada areal perakaran (kedalaman sekitar 20 cm). Sampel tanah
yang diperoleh dari 10 titik tersebut kemudian diaduk sampai homogen baru kemudian
diambil secukupnya untuk dijuji menggunakan PUTS/PUTK.
Penggunaan Feromon Sex Penggerek Batang Padi
Penggunaan feromon sex untuk hama Penggerek Batang Padi Kuning (PBPK) dan
Penggerek Tongkol Jagung telah dihasilkan oleh BB Biogen. Pengendalian ini merupakan
salah satu teknis pengendalian ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia
yang diaplikasikan langsung pada tanaman. Prinsip kerja pengendalian menggunakan
feromon sex ini adalah sebagai atraktan atau penarik terhadap serangga jantan
berdasarkan bau yang dihasilkan oleh serangga betina ketika siap untuk kawin. Feromon
sex yang dihasilkan serangga betina dibuatkan tiruannya berupa senyawa kimia sintetis
yang disesapkan pada alat berupa karet (pentil karet) dan dilengkapi toples sederhana
yang diberikan air sabun di dalamnya sebagai alat perangkap. Hal ini menyebabkan
serangga betina tidak dapat kawin dan menghasilkan telur. Pemberian materi pada sesi ini
dilengkapi dengan alat peraga, sehingga peserta pelatihan dapat lebih memahami cara
kerja dan teknis penggunaannya di lapangan.
Teknologi Pengairan Basah dan Kering (PBK)
Teknologi ini dihasilkan berdasarkan realita semakin berkurangnya sumberdaya air
untuk pertanian. Pada lahan sawah dengan irigasi berupa pompanisasi, penggunaan air
yang sesuai dengan kebutuhan tidak berlebihan karena akan menambah biaya
32
pengeluaran dan pertumbuhan tanamn kurang optimal namun juga tidak kekurangan
yang dapat mengurangi hasil. Aplikasi di lapangan berupa penggunaan alat sederhana
terbuat dari pipa paralon atau bambu yang dilubangi. Alat ini dapat digunakan sebagai
alat pengukur kebutuhan air di lahan sawah dimana satu buah pipa memberikan
gambaran kondisi air dalam areal perakaran untuk satuan luasan 0,5 – 1 ha. Penggunaan
pipa ini dapat menghemat penggunaan air sampai dengan 25% tanpa mengurangi hasil.
Kalender Tanam
Kalender tanam saat ini sangat dibutuhkan karena kondisi iklim yang mengalami
perubahan sehingga banyak sekali mempengaruhi waktu dan pola tanam. Kalender tanam
diterbitkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan
Kementerian Pertanian. Tujuan diterbitkannya Kalender Tanam (Katam) ini adalah untuk
memberikan informasi kondisi iklim/cuaca yang berkaitan dengan informasi waktu tanam
sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan panen karena faktor iklim seperti
kekeringan. Informasi katam ini dapat diperoleh dengan cara mengakses internet dengan
mengetik ”katam.info” di Google Search. Pada sesi materi ini dilakukan peragaan untuk
mengakses katam.
Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL)
Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usahatani adalah pemupukan.
Informasi pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi hara
sangat dibutuhkan. Saat ini telah tersedia perangkat lunak Pemupukan Hara Spesifik
Lokasi (PHSL) untuk menentukan dosis pemupukan padi pada lahan sawah irigasi yang
spesifik pada petakan lahan petani. Perangkat lunak ini dihasilkan oleh IRRI yang
bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian. Untuk mengakses PHSL ini dapat
menggunakan internet, android dan Hp. Namun saat ini yang telah siap digunakan adalah
melalui internet dengan alamat website : http://webapps.irri.org/nm/id/index.php.
Keunggulan penggunaan PHSL ini selain spesifik terhadap lokasi langsung pada petakan
petani, juga disesuaikan dengan waktu musim tanam (musim kemarau atau hujan),
varietas, jenis pupuk yang akan digunakan, umur bibit dan target hasil rasional yang
33
diinginkan, juga diberikan informasi waktu aplikasi beserta dosisnya. Pada sesi ini
dilakukan simulasi dengan praktek langsung menggunakan internet.
Sistem Tanam Legowo
Pengertian dan keunggulan cara tanam legowo telah banyak diketahui, namun
aplikasi di lapangan belum sesuai. Penerapan cara tanam legowo di petani banyak yang
hanya mengosongkan barisan tanaman tanpa melakukan sisipan. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya populasi tanaman, sehingga salah satu tujuan dari legowo yaitu
penambahan populasi tanaman tidak tercapai. Pada sesi ini dilakukan simulasi
penghitungan jumlah rumpun tanaman dengan menggunakan tegel, legowo 2:1 dan 4:1
versi tanpa sisipan dan menggunkan sisipan menggunakan alat peraga.
c. Masalah Kebijakan
Materi kebijakan salah satunya adalah mensosialisasikan dukungan BPTP terhadap
pendampingan SLPTT di masing-masing Kabupaten/Kota. Pertemuan dengan LO/Korwil
per Kabupaten, tujuannya untuk lebih mengenal lebih jauh LO (Tim SL PTT BPTP Banten
dengan petugas pendamping SL PTT yang mengikuti pelatihan). Pada pertemuan ini
dibahas beberapa hal seperti : a) calon lokasi dan pendamping untuk pelaksanaan uji
adaptasi VUB dan pemupukan, b) calon lokasi untuk display varietas c) kesepakatan
pelaporan. Di akhir pelaksanaan Pelatihan dilakukan post test untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan pengetahuan dari Penyuluh Swadaya dan Petugas Lapang yang
mengikuti pelatihan dan sebagai bahan masukan bagi penyelenggara pelatihan dalam
meningkatkan kualitas pelaksanaan pelatihan. Adapun hasil atau nilai yang diperoleh dari
pre-test dan post-test disajikan pada Tabel 5
Tabel 5. Hasil Penilaian Pre-Test dan Post-Test Peserta Pelatihan
No. Lokasi Nilai/Score Peningkatan
(%) Pre-Test Post-Test
1 Kabupaten Lebak 63.5 75.6 19.01
2 Kabupaten Pandeglang 65.4 77.6 18.65
3 Kabupaten Serang dan Kota Serang 60.1 70.4 17.14
4 Kabupaten Tangerang 62 74.5 20.16
Rata-rata 62.75 74.53 18.75
34
Dari hasil post-test peserta pelatihan, terdapat peningkatan pengetahuan terhadap
materi yang diberikan yaitu 18,75%. Pada umumnya peserta pelatihan mendapatkan
pemahaman terhadap konsep PTT, varietas dan benih unggul serta konsep PHT dan
pengendalian OPT cukup signifikan, namun demikian masih diperlukan pemahaman yang
lebih mendalam tentang konsep pemupukan PHSL serta konsep PHT dan pengendalian
OPT. Hal ini dapat dilakukan pada saat pertemuan-pertemuan rutin PPL. Selain itu,
konsultasi langsung ke Peneliti/Teknisi BPTP melalui SMS/Telp/Internet (Web) ataupun
pertemuan informal lainnya secara langsung.
4.3.2. Display dan Adaptasi VUB
Pengembangan usahatani padi sawah tidak hanya pada lahan sawah irigasi dan
tadah hujan, melainkan juga pada lahan kering, lahan rawa dan lahan pasang surut. Di
Provinsi Banten, beberapa lokasi terdapat lahan sawah potensi banjir/genangan dan salin.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian adaftasi beberapa VUB padi yang toleran
terhadap kondisi tersebut. Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan, dilakukan PRA
(Participatory Rural Appraisal) dengan tujuan untuk memahami permasalahan dan
peluang serta kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk mengatasi masalah tersebut. PRA
dilakukan melalui KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang) dengan metode FGD (Focus Group
Discussion) yang pesertanya terdiri dari petani pemilik, petani penggarap, buruh tani,
pemilik penggilingan padi, pedagang saprodi serta petugas lapang dan tokoh masyarakat.
Fokus diskusi terkait dengan usahatani dan teknologi yang dibutuhkan untuk
memecahkan permasalahan yang ada di lokasi tersebut. Pelaksanaan PRA dilakukan di 8
lokasi uji adaptasi VUB padi, jagung dan kedelai (Tabel 6).
35
Tabel 6. Pelaksanaan PRA di Provinsi Banten Tahun 2012
No. Lokasi Waktu
Pelaksanaan Jumlah Peserta
Komoditas/ Agroekosistem
1.
Desa Kalanganyar Kec. Kalanganyar-Lebak
29 Maret 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Irigasi
2.
Desa Bojongcae Kec. Cibadak-Lebak
4 April 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Potensi Banjir
3.
Desa Padasuka Kec. Warunggunung-Lebak
24 April 2012
20 orang
Kedelai Lahan Sawah
4.
Desa Pabuaran Kec. Kronjo-Tangerang
5 April 2012
25 orang
Padi Lahan Sawah Potensi Salin
5.
Desa Sukasari Kec. Kaduhejo-Pandeglang
16 April 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Irigasi
6.
Desa Sukajaya Kec. Pontang-Serang
26 April 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Irigasi
7.
Desa Sukmenak Kec. Cikeusal-Serang
31 Mei 2012
20 orang
Jagung Lahan Kering
8.
Desa Margaluyu Kec. Kasemen-Kota Serang
12 April 2012
20 orang
Padi Lahan Sawah Potensi Salin
Wujud lain dukungan Badan Litbang Pertanian terhadap pendampingan SL-PTT
adalah pelaksanaan display varietas. Hal ini merupakan salah satu komitmen yang telah
dibuat antara Dirjen Tanaman Pangan dengan Badan Litbang Pertanian. Penyediaan benih
untuk display varietas dilakukan secara sinergi antara Balit komoditas (BB Padi, Balitkabi
dan Balitsereal) dengan BPTP Banten. Distribusi VUB padi sawah untuk display sebanyak
4.420 kg (12 varietas : Inpari-3, Inpari-4, Inpari-7, Inpari-9, Inpari-10, Inpari-11, Inpari-
13, Inpara-4, Inpara-5, Inpara-6, Banyuasin dan Situ Bagendit)), jagung 45 kg (Bima-2,
Bima-3 dan Bima-4) dan kedelai 60 kg (Argomulyo, Burangrang dan Tanggamus). Display
varietas diharapkan mampu membawa perubahan dalam penggunaan dan penyebaran
benih unggul baru yang sesuai dengan kondisi agroekosistem. Selain itu, diharapkan
36
petani dapat memilih varietas yang paling adaptif dan sesuai preferensi untuk
dikembangkan di wilayah tersebut. Realisasi penyediaan dan distribusi benih padi sawah
irigasi Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11 dan 13 sebanyak 3.590 kg; padi sawah potensi banjir
(Inpara-4 dan Inpara-5) sebanyak 380 kg, padi sawah potensi salin (Banyuasin) sebanyak
120 kg, padi gogo (Inpago-6 dan Situbagendit) sebanyak 330 kg, jagung hibrida (Bima 2,
3 dan 4) sebanyak 45 kg dan kedelai (Burangrang, Argomulyo dan Tanggamus) sebanyak
60 Kg (Tabel 7).
Tabel 7. Distribusi Benih Display VUB Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2012
No. Komoditas/Varietas Lokasi Jumlah (kg)
1 Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kab. Lebak 840
2. Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kab. Pandeglang 1.095
3. Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kab. Serang 830
4. Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kab. Tangerang 710
5. Inpari 3, 4, 7, 9, 10, 11, 13, Inpara 4, 5, Banyuasin Kota Serang 95
Jumlah Benih Padi 3.570
1. Bima 2, 3 dan 4 Kab. Lebak 15
2. Bima 2, 3 dan 4 Kab. Pandeglang 15
3. Bima 2, 3, dan 4 Kab. Serang 15
Jumlah Benih Jagung 45
1. Argomulyo, Burangrang, Tanggamus Kab. Lebak 24
2. Argomulyo, Burangrang, Tanggamus Kab. Pandeglang 18
3. Argomulyo, Burangrang, Tanggamus Kab. Serang 0
Jumlah Benih Kedelai 42
Display VUB padi sawah dilaksanakan pada semua kecamatan yang mendapat
program SL-PTT yaitu Kota Serang, Kab. Serang, Kab. Lebak, Kab. Pandeglang dan Kab.
Tangerang, dimana setiap kecamatan mendapat benih sebanyak 20 -60 kg yang terdiri
dari 4-12 varietas. Khusus jagung dan kedelai, display VUB dilaksanakan di Kab. Lebak,
Kab. Pandeglang dan Kab. Serang dengan jumlah benih 2 kg/varietas (kedelai) dan 2,5
kg/varietas (jagung). Selain untuk mengenalkan benih unggul baru, kegiatan display
juga dapat berfungsi sebagai produksi benih, karena benih yang didistribusikan berlabel
37
ungu (kelas SS), sehingg hasilnya benih kelas ES. Keragaan hasil display VUB padi sawah
pada beberapa lokasi di Provinsi Banten secara rinci disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Produktivitas display beberapa VUB padi sawah di Provinsi Banten
Varietas
Kab. Pandeglang Kab. Lebak Kab. Serang Kab. Tangerang
Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan
Inpari-1
Inpari-3
Inpari-4
Inpari-6
Inpari-7
Inpari-8
Inpari-9
Inpari-10
Inpari-11
Inpari-13
Inpara-4
Inpara-5
Mekongga
Banyuasin
-
4,9-7,0
4,2-7,2
6,5-7,2
4,0-7,5
5,1-6,8
-
5,6-7,4
-
5,8-8,0
-
4,4-6,8
-
-
-
6,1
5,6
6,8
5,9
5,8
-
6,1
-
6,6
-
5,6
-
-
-
4,2-8,0
4,2-9,6
-
4,9-8,1
-
4,3-9,6
4,3-9,9
5,0-7,4
4,7-9,8
5,2-6,0
3,5-6,2
-
-
-
6,5
5,9
-
6,8
-
7,4
6,4
6,5
6,6
5,6
5,2
-
-
4,2-5,3
4,2-7,2
4,2-8,2
4,5-6,4
5,2-5,8
-
3,5-8,0
4,2-8,8
4,5-8,0
4,0-7,8
5,1-6,5
5,1-6,8
5,6-7,1
6,0-6,8
4,8
6,3
6,6
5,4
5,5
-
6,3
6,8
6,7
6,6
5,6
6,1
6,2
6,5
-
4,2-8,3
5,3-9,2
-
7,3-8,2
-
5,7-6,5
5,4-9,5
7,4-8,7
6,2-9,1
6,5-7,4
6,5-7,0
-
5,2-6,5
-
6,9
7,1
-
7,6
-
6,1
7,5
7,8
7,2
7,1
6,7
-
5,7
Hasil display VUB padi sawah pada beberapa lokasi di Kab. Pandeglang berkisar
antara 4,0-8,0 ton/ha (rataan 5,4-6,8 ton/ha); Kab. Lebak 3,5-9,9 ton/ha (rataan 5,2-7,4
ton/ha); Kab. Serang 3,5-8,8 ton/ha (rataan 4,8-6,8 ton/ha) dan Kab. Tangerang 4,2-9,5
ton/ha (rataan 5,7-7,3 ton/ha). Berdasarkan rataan produktivitas, hasil tertinggi di Kab.
Pandeglang diperoleh pada varietas Inpari-6 yaitu 6,8 ton/ha dan terendah Inpari-4 yaitu
5,6 ton/ha; sedangkan hasil tertinggi dan terendah di Kab. Lebak adalah varietas Inpari-9
(7,4 ton/ha) dan Inpari-4 (5,9 ton/ha). Di Kab. Serang, rataan produktivitas tertinggi dan
38
terendah diperoleh pada varietas Inpari-10 (6,8 ton/ha) dan Ipanri-1 (4,8 ton/ha).
Selanjutnya di Kab. Tangerang, produktivitas tertinggi diperoleh pada varietas Inpari-11
yaitu 7,8 ton/ha, dan terendah pada Inpari-9 yaitu 6,1 ton/ha.
Hasil analisis lebih lanjut diperoleh bahwa rataan produktivitas VUB padi sawah di
Kab. Pandeglang berkisar antara 5,6-6,8 ton/ha; Kab. Lebak 5,2-7,4 ton/ha; Kab. Serang
4,8-6,8 ton/ha dan Kab. Tangerang 6,1-7,8 ton/ha. Apabila dilihat dari rataan setiap
wilayah, produktivitas tertinggi diperoleh di Kab. Tangerang yaitu 6,97 ton/ha, selanjutnya
Kab. Lebak 6,32 ton/ha; Kab. Serang 6,11 ton/ha dan Kab. Pandeglang 6,06 ton/ha.
Selanjutnya apabila dilihat dari jenis VUB, produktivitas tertinggi diperoleh pada varietas
Inpari-11 yaitu 7,0 ton/ha; kemudian diikuti Inpari-13 (6,75 ton/ha); Inpari-10 (6,70
ton/ha) dan Inpari-9 (6,60 ton/ha); sedangkan produktivitas terendah pada varietas
Inpari-1 yaitu 4,80 ton/ha dan Inpari-8 (5,80 ton/ha).
Sebagai komponen teknologi, varietas telah memberikan sumbangan sebesar 56,1
% dalam peningkatan produksi. Selain itu, varietas unggul merupakan salah satu
teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui
peningkatan daya hasil tanaman maupun ketahanannya terhadap cekaman biotik dan
abiotik (Balitpa, 2007). Lebih lanjut dilaporkan, Badan Litbang Pertanian pada periode
2000-2006 telah melepas 59 varietas unggul padi, 45 varietas untuk lahan sawah irigasi, 5
varietas padi gogo dan 9 varietas padi pasang surut. Varietas unggul tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu varietas yang diperuntukkan bagi peningkatan
produktivitas yang melebihi ambang potensi hasil yang sudah melandai, dan varietas
unggul spesifik yang diperuntukkan bagi pencapaian stabilitas hasil dan peningkatan
kualitas produk.
Selain display VUB, kegiatan lainnya yang dilakukan dalam pendampingan SL-PTT
adalah uji adaptasi VUB padi sawah pada agroekosistem lahan sawah irigasi, lahan sawah
potensi banjir/genangan dan lahan sawah potensi salin, yang pelaksanaan kegiatannya
dikawal secara intensif. Pada lahan sawah irigasi dilakukan uji adaptasi terhadap 9 VUB
dengan hasil 3,29-8,90 ton/ha; lahan sawah potensi banjir 5 VUB 3,73-6,74 ton/ha;
39
sedangkan pada lahan sawah potensi salin sebanyak 3 VUB dengan hasil 2,72-8,53
ton/ha. Pada adaptasi VUB di lahan sawah potensi banjir (Desa Bojongcae, Kec. Cibadak-
Lebak) diperoleh hasil sangat rendah yaitu 3,73-5,22 ton/ha; sedangkan hasil terendah
pada lahan sawah potensi salin terdapat di Desa Pagedangan, Kec. Kronjo-Kab.
Tangerang yaitu 2,72-3,56 ton/ha. Rendahnya hasil yang diperoleh pada ke-2 lokasi
tersebut akibat terkena kekeringan, mulai dari stadia keluar malai sampai pengisian biji
dan panen.
Tabel 9. Keragaan hasil VUB padi sawah pada beberapa agroekosistem
No. Agroekosistem dan Lokasi
Jenis VUB
Cara Tanam
T. Tanaman (cm)
Anakan Produktif
Protas (ton/ha)
1.
Lahan Sawah Irigasi
a. Ds. Sukasari Kec. Kaduhejo
Kab. Pandeglang
b. Ds. Gunung Cupu
Kec. Cimanuk
Kab. Pandeglang
c. Ds. Kalanganyar Kec. Kalanganyar
Kab. Lebak
d. Ds. Sukajaya
Kec. Pontang Kab. Serang
g. Ds. Pabuaran Udik
Kec. Jayanti
Kab. Tangerang
h. Ds. Pasuluhan
Kec. Walantaka
Kota Serang
Inpari-3
Inpari-4 Inpari-7
Inpari-10 Inpari-13
Inpari-10
Ciherang
Mekongga
Inpari-3 Inpari-4
Inpari-9
Inpari-10 Inpari-11
Inpari-13
Inpari-3
Inpari-4 Inpari-10
Inpari-13 Ciherang
Inpari-3
Inpari-4
Inpari-10 Inpari-13
Inpari-3
Inpari-4
Inpari-10 Inpari-13
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
103,0
104,0 105,0
103,0 99,0
90,3
115,4
107,4
105,2 104,7
112,3
103,4 102,8
99,4
106,2
104,5 103,6
100,3 102,5
112,4
100,2
106,9 109,1
102,0
106,6
96,4 105,8
19
18 21
19 19
22
13
15
24 25
31
24 19
15
15
19 17
13 13
24
29
24 27
17
21
22 24
6,20
5,30 6,20
7,10 6,20
8,16
7,50
7,20
7,90 6,54
7,35
7,01 7,20
6,53
8,75
7,40 7,50
7,31 8,65
7,24
8,81
7,59 6,29
7,51
8,90
7,51 8,16
2. Lahan Sawah Potensi Salin (LSPS)
40
a. Ds. Pagedangan Ilir
Kec. Kronjo Kab. Tangerang
b. Desa Margaluyu
Kec. Kasemen Kota Serang
Banyuasin
Inpari-9 Inpari-11
Banyuasin
Inpari-9 Inpari-11
Lgw 5:1
Lgw 5:1 Lgw 5:1
Lgw 6:1
Lgw 6:1 Lgw 6:1
79,0
78,1 80,2
106,2
111,7 102,2
15
16 14
24
27 20
3,56
2,65 2,72
7,95
8,53 8.00
3. Lahan Sawah Potensi Banjir (LSPB)
a. Desa Bojongcae
Kec. Cibadak Kab. Lebak
b. Desa Sobang Kec. Sobang
Kab. Pandeglang
Inapri-4
Inpari-7 Inpari-13
Inpara-4
Inapri-3 Inpari-4
Inapri-7
Inpari-13 Inpara-4
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
Lgw 4:1
Lgw 4:1 Lgw 4:1
74,0
76,0 72,7
67,3
97,0 96,3
97,1
94,9 97,1
24
25 26
37
24 22
22
22 23
6,57
6,43 6,74
5,22
3,73 4,80
3,90
4,83 5,22
Pada uji adaptasi lahan sawah irigasi, rataan produktivitas tertinggi diperoleh di
Desa Pasuluhan, Kec. Walantaka – Kab. Serang yaitu 8,02 ton/ha; kemudian diikuti Desa
Sukajaya, Kec. Pontang sebesar 7,92 ton/ha dan Desa Gunung Cupu, Kec. Cimanuk –
Kab. Pandeglang 7,62 ton/ha; sedangkan hasil terendah di Desa Sukasari, Kec. Kaduhejo
–Kab. Pandeglang yaitu 6,20 ton/ha. Apabila dilihat dari varietas, produktivitas Inpari-3
berkisar antara 6,20-8,75 ton/ha ; Inpari-4 5,30-8,90 ton/ha ; Inpari-7 6,20 ton/ha;
Inpari-10 7,01-8,16 ton/ha; Inpari-13 6,29-8,16 ton/ha; Ciherang 7,50-8,65 ton/ha dan
Mekongga 7,20 ton/ha. Berdasarkan rataan produktivitas, hasil tertinggi diperoleh pada
varietas Ciherang yaitu 8,07 ton/ha; kemudian diikuti Inpari-3 (7,52 ton/ha); Mekongga
(7,50 ton/ha); Inpari-10 (7,48 ton/ha); Inpari-4 (7,39 ton/ha); Inpari-13 (6,90 ton/ha)
dan Inpari-7 (6,20 ton/ha). Khusus Inpari-13, walaupun pada beberapa lokasi
menghasilkan produktivitas cukup tinggi, namun banyak dikeluhkan petani dan konsumen
karena susah digebot, rendemen kurang dan adanya butiran kapur. Hasil uji adaftasi
beberapa VUB padi sawah pada berbagai agroekosistem di Provinsi Banten disajikan pada
Tabel 9.
41
4.3.3. Uji Preferensi VUB Padi Sawah
Participatory Varietas Selection (PVS) adalah pemilihan varietas berdasarkan
partisipasi petani dan penyuluh. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan
informasi varietas yang disukai oleh petani, sehingga dapat dijadikan dasar atau acuan
untuk pengembangan varietas di wilayah tersebut. PVS tahap pertama dilakukan di
lapangan, dimana petani menilai dan memilih berdasarkan performansi tanaman seperti
umur, tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai dan jumlah gabah per malai. Tahap
selanjutnya dilakukan setelah panen yaitu menilai berdasarkan performansi bentuk dan
warna gabah, bentuk dan warna beras serta uji rasa nasi dengan menilai warna, aroma,
tekstur dan rasa dari varietas tersebut. Berikut ini adalah PVS yang telah dilakukan dan
varietas yang terpilih pada beberapa lokasi (Tabel 10).
Tabel 10. Pelaksanaan dan hasil uji referensi VUB padi sawah
No. Lokasi Waktu
Pelaksanaan
Varietas Yang Terpilih
Ranking 1 Ranking 2
1.
Desa Pasuluhan Kecamatan Walantaka
9 Juli 2012
Inpari-13
Inpari-10
2. Desa Teluklada
Kecamatan Sobang
12 Juli 2012 Inpari-7 Inpari-4
3. Desa Pabuaran Udik
Kecamatan Jayanti
16 Juli 2012 Inpari-10 Inpari-13
4. Desa Kalanganyar Kecamatan Kalanganyar
16 Juli 2012 Inpari-9 Inpari-3
4.3.4. Temu Lapang
Kegiatan Temu Lapang merupakan salah satu bentuk dukungan BPTP Banten
dalam mendukung kegiatan SLPTT. Temu Lapang dilakukan di lokasi uji adaptasi VUB
kelompoktani Sri Rejeki, Desa Kalang Anyar, Kecamatan Kalang Anyar, Kabupaten Lebak.
Tema temu lapang ini adalah peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui
implementasi teknologi spesifik lokasi (PTT). Jumlah peserta yang hadir 125 orang terdiri
dari : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Dinas Pertanian
Kabupaten Lebak, Badan penyuluhan Kabupaten Lebak, Ka. UPT/Ka. BPP/PPL/THL),
Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan Kelompok tani.
42
Tujuan dilaksanakan temu lapang ini adalah untuk mendiseminasikan komponen
teknologi PTT, diantaranya penggunaan varietas unggul baru seperti: inpari 3, Inpari 4,
Inpari 9, Inpari 10, Inpari 11 dan Inpari 13. Selain itu juga untuk mendiseminasikan
teknologi pemupukan berdasarkan rekomendasi berdasarkan Permentan No. 40 tahun
2007, PUTS dan PHSL yang dibandingkan dengan pemupukan berdasarkan kebiasaan
petani. Pada pelaksanaan temu lapang ini peserta diberikan kesempatan untuk memilih
VUB yang paling disukai berdasarkan performansi tanaman dan selain itu juga dilakukan
uji rasa 10 VUB yaitu Inpari 1, Inpari 3, Inpari 6, Inpari 10, Inpari 13, Inpago 6, Ciherang,
Mekongga, Aek Sibundong, dan Banyuasin. VUB yang paling banyak disukai berdasarkan
performansi tanaman adalah Inpari 9, Inpari 13 dan Inpari 3. Sedangkan rasa nasi yang
paling disukai adalah adalah Inpari 10, Inpari 1 dan Inpari 3.
4.3.5. Uji Pemupukan Padi Sawah
Pupuk merupakan sarana produksi yang penting peranannya dalam meningkatlan
produksi padi. Disisi lain, penggunaan pupuk oleh petani belum efisien dan rasional,
bahkan jumlahnya berlebihan dan tidak memadai, sehingga mempengaruhi produktivitas
dan pendapatan petani. Dalam upaya peningkatan produksi padi dan pendapatan petani
serta pelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan, pemerintah telah mengeluarkan
Keputusan Mentan No. 01/Kpts/SR.130/I/2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P
dan K spesifik lokasi padi sawah. Dalam implementasinya di lapangan, rekomendasi
pemupukan tersebut perlu didukung peta status hara fosfat (P) dan kalium (K) tanah
sawah pada masing-masing daerah (Kasno dan Hidayat, 2006). Untuk tumbuh sempurna,
tanaman padi memerlukan unsur hara makro C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S serta hara
mikro Fe, Mn, Cu, Zn, Si, Bo dan Cl. Unsur hara diserap akar melalui larutan tanah,
oksilasi dan difusi. Proses penyerapan hara oleh akar difasilitasi oleh ketersediaan air yang
cukup. Kebutuhan hara tanaman harus dipenuhi secara seimbang agar pertumbuhan
tanaman optimal (Makarim et al., 2004).
Dalam penerapan PTT padi sawah irigasi, komponen teknologi peningkatan
produktivitas lahan adalah pemberian pupuk organik, pengairan berselang, pemupukan N
berdasarkan BWD serta pemupukan P dan K sesuai hasil analisis tanah dan kebutuhan
43
tanaman. Faktor lingkungan tumbuh tanaman padi yang bisa diintervensi adalah pH
dengan pengapuran dan bahan organik dengan pemberian kompos. Kemampuan tanaman
padi untuk berproduksi tinggi ditentukan oleh pH awal, bukan pH setelah tanah tergenang
(pada sawah irigasi yang bersifat aquik, pH akan naik dari 5 menjadi 7 karena genangan).
Selanjutnya penambahan pupuk organik sampai 2 % dapat meningkatkan hasil, tetapi
penambahan untuk mencapai kandungan karbon organik tanah >2 % tidak lagi
meningkatkan hasil (Makarim et al., 2004). Indigenous Organic Matter (IOM)
menentukan daya pegang hara dan air oleh partikel tanah dan buffering capacity tanah.
Dengan kata lain, IOM adalah indikator dari keberlanjutan kesuburan tanah.
Dalam upaya rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi, telah dilakukan
uji pemupukan pada beberapa lokasi di Provinsi Banten, diantaranya : Kota Serang (Kec.
Kasemen dan Kec. Walantaka), Kabupaten Serang (Kec. Pontang dan Kec. Tanara),
Kabupaten Pandeglang (Kec. Kaduhejo), Kabupaten Lebak (Kec. Kalanganyar) dan
Kabupaten Tangerang (Kec. Kronjo dan Kec. Jayanti). Metode pemupukan yang diuji
adalah Permentan, PUTS, PHSL dan cara petani, sedangkan VUB padi sawah yang
digunakan meliputi Inpari-10, Inpari-13 dan Banyuasin dengan hasil GKP berkisar antara
4,19-9,17 ton/ha (Tabel 11). Secara keseluruhan terlihat bahwa produktivitas VUB
Inpari-10 berkisar antara 5,88 – 7,67 ton/ha (rataan 6,52 t/ha), Inpari-13 berkisar 6,73
– 9,17 ton/ha (rataan 7,56 t/ha) dan Banyuasin 4,19 – 8,11 ton/ha (rataan 6,22 ton/ha)
Pada uji pemupukan ini, produktivitas terendah diperoleh di Kecamatan Kronjo-Kab.
Tangerang yaitu 4,19-4,76 ton/ha (rataan 4,42 ton/ha). Rendahnya produktivitas yang
diperoleh disebabkan terjadinya kekeringan, mulai pada saat keluar malai sampai
pengisian biji dan panen. Namun demikian, pada beberapa lokasi lainnya cukup tinggi
sehingga dapat dikembangkan pada lahan-lahan sawah yang wilayahnya berpotensi salin
terutama di pantai utara Banten (Kota Serang, Kab. Serang dan Kab. Tangerang).
44
Tabel 11. Keragaan hasil uji pemupukan padi sawah di Provinsi Banten
Lokasi Pengujian
Jenis Pupuk dan Hasil
Metode Pemupukan
Permentan PUTS PHSL Petani
1. Kota Serang
a. Kec. Walantaka
b. Kec. Kasemen
Urea NPK Phonska
SP-36 KCl
Varietas Hasil GKP
Urea NPK Phonska
SP-36
P.Organik Varietas
Hasil GKP
185 kg 200 kg
17 kg -
Inpari-10 7,35 t/ha
185 kg 200 kg
17 kg
- Banyuasin
8,05 t/ha
160 kg 120 kg
- 20 kg
Inpari-10 6,94 t/ha
135 kg 200 kg
10 kg
- Banyuasin
8,00 t/ha
225 kg 225 kg
- -
Inpari-10 7,67 t/ha
250 kg 200 kg
-
- Banyuasin
8,11 t/ha
100 kg 100 kg
- -
Inpari-10 5,88 t/ha
250 kg 200 kg
-
500 kg Banyuasin
7,95 t/ha
2. Kab. Serang a. Kec. Pontang
b. Kec. Tanara
Urea
NPK Phonska SP-36
Varietas
Hasil GKP
Urea NPK Phonska
KCl
P. Organik Varietas
Hasil GKP
135 kg
200 kg -
Inpari-10
7,79 t/ha
191 kg 120 kg
-
- Inpari-10
4,86 t/ha
180 kg
190 kg 17 kg
Inpari-10
7,79 t/ha
242 kg 180 kg
55 kg
- Inpari-10
5,21 t/ha
225 kg
150 kg -
Inpari-10
7,50 t/ha
200 kg 150 kg
-
- Inpari-10
5,14 t/ha
200 kg
300 kg -
Inpari-10
7,60 t/ha
150 kg 150 kg
-
500 kg Inpari-10
4,43 t/ha
3. Kab. Pandeglang
Kec. Kaduhejo
Urea NPK Phonska
KCl Varietas
Hasil GKP
185 kg 120 kg
- Inpari-10
4,60 t/ha
172 kg 240 kg
40 kg Inpari-10
6,10 t/ha
200 kg 200 kg
- Inpari-10
5,70 t/ha
150 kg 150 kg
- Inpari-10
6,40 t/ha
4. Kab. Lebak Kec. Kalanganyar
Urea
NPK Phonska SP-36
P- Organik
Varietas Hasil GKP
135 kg
200 kg 17 kg
400 kg
Inpari-10 6,89 t/ha
185 kg
200 kg 17 kg
400 kg
Inpari-10 6,95 t/ha
200 kg
175 kg -
400 kg
Inpari-10 7,04 t/ha
100 kg
300 kg 17 kg
500 kg
Inpari-10 6,78 t/ha
45
5. Kab. Tangerang
a. Kec. Kronjo
b. Kec. Jayanti
Urea NPK Phonska
KCl P. Organik
Varietas Hasil GKP
Urea NPK Phonska
P. Organik Varietas
Hasil GKP
191 kg 180 kg
- -
Banyuasin 4,43 t/ha
200 kg 250 kg
- Inpari-13
7,07 t/ha
200 kg 150 kg
5 kg -
Banyuasin 4,76 t/ha
200 kg 150 kg
- Inpari-13
7,30 t/ha
200 kg 150 kg
- -
Banyuasin 4,31 t/ha
150 kg 175 kg
- Inpari-13
9,17 t/ha
150 kg 150 kg
- 500 kg
Banyuasin 4,19 t/ha
150 kg 200 kg
500 kg Inpari-13
6,73 t/ha
Hasil analisis lain menunjukkan bahwa dosis pupuk pada semua lokasi pengujian
sangat beragam pada setiap metode. Dosis pupuk kimia (Urea, Phonska, SP-36 dan/atau
KCl) pada metode Permentan berkisar antara 335 – 450 kg/ha; PUTS 300 – 452 kg/ha;
PHSL 325 – 450 kg/ha dan cara petani 200 – 500 kg/ha; sedangkan penggunaan pupuk
organik atau kompos masih sedikit dan sangat rendah yaitu 400-500 kg/ha. Produktivitas
VUB padi sawah yang diperoleh pada pengujian pupuk dengan acuan Permentan berkisar
antara 4,43 – 8,05 ton/ha (rataan 6,59 ton/ha), metode PUTS 4,76 – 8,00 ton/ha (rataan
6,83 ton/ha), metode PHSL 4,31 – 9,17 ton/ha (rataan 7,07 ton/ha) dan cara petani
adalah 4,19 – 7,95 ton/ha (rataan 6,50 ton/ha). Berdasarkan rataan produkltivitas yang
diperoleh, metode PHSL lebih baik dibandingkan PUTS, Permentan dan cara petani.
Berdasarkan status hara P tanah sawah di Banten dapat dikelompokan menjadi 3
yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tanah sawah berstatus P-rendah seluas 121.650 ha
(61,32 %); P-sedang 26.584 (13-40%) dan P-tinggi 50.151 ha (25,28%). Tanah sawah
P-rendah terdapat di Kab. Lebak, Serang dan Tangerang, sedangkan di Kab. Pandeglang
70 % tanah sawahnya berstatus P-tinggi. Selanjutnya tanah sawah berstatus hara
K rendah seluas 56.823 ha (28,64 %); K-sedang 102.596 ha (51,72 %) dan K-rendah
38.966 ha (19,64 %). Tanah sawah di Prov. Banten pada umumnya berstatus K sedang
dan rendah. Tanah sawah berstatus K-rendah terluas terdapat di Kab. Serang, disusul
Kab. Lebak dan Kab. Tangerang (Kasno dan Hidayat, 2006). Rekomendasi pemupukan P
Spesifik Lokasi adalah : (1) P-rendah (< 20 mg P2O5/100g) dipupuk dengan 100 kg
SP-36/ha; (2) P-sedang (20-40 mg P2O5/100 g) dipupuk dengan 75 kg SP-36/ha); dan
46
(3) P-tinggi (> 40 mg P2O5/100g) dipupuk 50 kg SP-36/ha. Sedangkan tanah sawah yang
berstatus K-rendah (<10 mg K2O/100 g) dipupuk dengan 100 kg KCl/ha atau tidak perlu
dipupuk bila mengembalikan jerami 5 ton/ha ke tanah sawah.
Sebagian besar lahan sawah intensifikasi di Pulau Jawa dan Bali telah terakumulasi
oleh unsur hara P, sehingga akan merusak lingkungan dan bahkan terjadi penurunan
efisiensi pemupukan. Penurunan efisiensi pemupukan berkaitan erat dengan faktor tanah,
baik secara kimia maupun fisika dan biologi tanah. Oleh karena itu perlu pemberian pupuk
organik melalui pengembalian sisa panen (brangkasan), mengingat dalam sistem
usahatani tanaman pangan berkelanjutan akan terjadi pengangkutan unsur hara dari
dalam tanah, baik melalui hasil panen maupun brangkasan. Pada sistem usahatani padi
dengan hasil 8,0 t/ha, akan mengangkut hara dari dalam tanah berupa N 269 kg/ha; 44
kg P2O5; 207 kg K2O ; 28 kg Mg dan 24 kg S (Kartaatmadja et.al, 2000). Dengan
demikian, utnuk menjamin stabilitas hasil dan berkelanjutan sistem produksi, maka
pengembalian hara dalam bentuk bahan/pupuk organik mutlak diperlukan.
Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah, menyuburkan tanah dan menambah unsur hara, menambah humus,
mempengaruhi kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah, disamping dapat
meningkatkan mengikat air. Pada tanah dengan kandungan C-organik tinggi, unsur hara
menjadi lebih tersedia bagi tanaman sehingga pemupukan lebih efisien (Tisdale et al.,
1990; Havin et al., 1999). Hasil penelitian Karama (1990) menunjukkan bahwa pengunaan
pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah serta mengurangi penggunaan pupuk
N, P dan K. Selanjutnya Adiningsih (2000) dan Dwiyanto (2000) mengemukakan bahwa
pemberian pupuk organik 1,5-2,0 t/ha pada lahan sawah dapat memberikan dampak
positif terhadap hasil panen.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana –
Bali, produktivitas padi sawah varietas Ciherang pada takaran pupuk organik 5 t/ha, 10
t/ha dan 15 t/ha secara berurutan adalah 5,12 t/ha; 6,10 t/ha dan 6,48 t/ha, sedangkan
sebagai kontrol dengan cara petani (Urea 350 t/ha, SP-36 100kg/ha dan KCl 50 kg/ha)
47
adalah 6,66 t/ha (Karama et al., 2008). Kondisi lahan sawah di lokasi penelitian
mempunyai pH, C-organik, N-total dan P-tersedia yang rendah, sedangkan K-tersedia
sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat
meningkatkan pH tanah dan P-tersedia serta penurunan K-tersedia. Selanjutnya Hartati
dan Setyorini (2008) melaporkan, penggunaan pupuk organik takaran 10-15 t/ha yang
dikombinasikan dengan jerami dan arang sekam mampu mencukupi kebutuhan hara
tanaman padi dalam sistem pertanian organik (jerami padi 5 t/ha dan arang sekam 300
kg/ha).
4.3.6. Monitoring dan Supervisi Penerapan Teknologi Usahatani padi masih tetap memiliki daya saing, namun dengan tingkat kelayakan
yang semakin marjinal. Tingkat daya saing usahatani padi sangat sensitif terhadap
penurunan produktivitas, tingkat harga dan perubahan nilai tukar rupiah. Ketiga faktor
tersebut merupakan kendala yang sulit ditangani dalam mempertahankan keunggulan
komparatif usahatani padi (Rachman et al., 2004). Selanjutnya dilaporkan bahwa
keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani padi di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh faktor teknis, ekonomis dan sosial-kelembagaan. Beberapa faktor teknis yang
mempengaruhi adalah iklim, infrastruktur irigasi, aksesibilitas lokasi dan tingkat adopsi
teknologi seperti penggunaan pupuk, pestisida dan benih yang akan mempengaruhi
produktivitas dan kualitas hasil. Beberapa faktor ekonomi yang sangat berpengaruh
adalah harga input dan output, nilai tukar rupiah, tingkat upah dan suku bunga, dimana
faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan mekanisme pasar input, tenaga kerja dan
pasar modal di pedesaan.
Berdasarkan data BPS Provinsi Banten tahun 2009, luas baku lahan sawah di
Provinsi Banten adalah 197.530 ha. Selanjutnya dilaporkan bahwa pada periode 2007-
2011, luas panen padi di Provinsi Banten berkisar antara 325.953-374.717 ha dengan
produksi 1.710.894 – 1.915.996 ton (produktivitas 50,29-52,98 kw/ha). Berdasarkan
kesepakatan sementara dengan Kabupaten/Kota, sesaran produksi padi di Provinsi Banten
tahun 2012 adalah 2.130.142 ton; sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 secara
48
berurutan adalah 2.225.998 ton dan 2.326.168 ton. Dalam rangka pencapaian sasaran
produksi padi, Provinsi Banten pada tahun 2012 mendapat alokasi program SL-PTT padi
non-hibrida seluas 168.000 ha dan padi ladang/gogo 25.000 ha.
Tabel 12. Keragaan hasil SL-PTT padi sawah di Provinsi Banten tahun 2012
Wilayah Pendampingan
Jml. Lokasi Luas (ha)
Produktivitas (ton/ha) Penggunaan VUB Desa Poktan LL SL Non-SL
1. Kab. Pandeglang - Kec. Panimbang
- Kec. Sobang
- Kec. Cimanuk - Kec. Saketi
- Kec. Kaduhejo - Kec. Mandalalangi
- Kec. Sukaresmi
- Kec. Cipeucang - Kec.Pandeglang
- Kec. Sumur
6
7
11 13
9 15
4
9 4
4
88
80
62 36
32 32
28
19 18
14
2.200
2.000
1.550 900
800 800
700
475 450
350
6.65
5.73
7.79 9.92
7,50 6.69
6.26
5.75 7.82
6.05
5.82
5.21
6.91 6.82
7,35 6.03
5.84
5.45 5.61
5.39
5.75
5.06
6.25 6.63
6,87 5.80
5.25
5.32 5.36
5.20
Inpari-13
Ciherang
Ciherang Mekongga
Ciherang Ciherang
Ciherang
Ciherang Ciherang
Inpari-13
2. Kab. Tangerang
- Kec. Mauk
- Kec. Gunung Kaler - Kec. Kemiri
- Kec. Legok - Kec. Mekarbaru
- Kec. Kronjo
- Kec. Sukamulya
12
9 7
11 8
10
8
68
42 40
38 29
27
22
1.700
1.050 1.000
950 725
675
550
5.17
4.65 3.72
6.91 4.70
6.16
7.01
4.84
3.81 3.47
6.36 4.55
5.51
6.56
4.60
3.55 3.14
5.67 3.58
4.94
6.10
Ciherang
Chr, Inp-13 Ciherang
Ciherang Chrg, Inp-13
Chrg, Inp-13
Ciherang
3. Kab. Lebak
- Desa Pasirhaur
- Desa Cipanas - Desa Luhurjaya
- Desa Sipayung - Desa Bintangsari
1
1 1
1 1
7
5 5
4 2
175
125 125
100 50
6,25
6,84 7,78
7,60 6,36
5,12
6,40 7,20
7,28 5,76
4,85
6,08 6,72
6,94 5,50
Ciherang
Ciherang Ciherang
Ciherang Ciherang
4. Kab. Serang
- Desa Penggalang - Desa Pulo
- Desa Pamong - Desa Pegadingan
- Desa Pamengkang
1 1
1 1
1
7 9
8 5
11
175 225
200 125
275
5,96 5,71
6,40 4,42
6,40
5,60 5,45
5,45 4,20
6,15
5,26 5,24
5,30 2,58
4,75
Ciherang Ciherang
Ciherang Ciherang
Ciherang
5. Kota Serang - Kel. Warung Jaud
- Kel. Kilasah
- Kel.Terumbu - Kel. Sawah Luhur
- Kel. Bendung
1
1
1 1
1
6
5
7 6
6
150
125
175 150
150
6,25
7,14
6,91 6,63
6,70
5,47
6,52
6,37 5,87
6,03
4,80
6,00
5,76 5,58
5,50
Ciherang
Ciherang
Ciherang Ciherang
Ciherang
49
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data pada 10 kecamatan di
Kabupaten Pandeglang, produktivitas padi sawah pada LL berkisar antara 5,73-9,92
ton/ha, hamparan SL 5,21-7,35 ton/ha dan non-SL 5,06-6,87 ton/ha. Di Kabupaten
Tangerang, produktivitas padi sawah pada 7 kecamatan berkisar antara 3,72-7,01 ton/ha
(LL); 3,47-6,56 ton/ha (hamparan SL) dan non-SL 3,14-6,10 ton/ha. Selanjutnya di Kota
Serang, produktivitas padi sawah pada 5 kelurahan berkisar antara 6,25-7,14 ton/ha (LL)
dan hamparan SL 5,47-6,52 ton/ha, sedangkan non-SL 4,80-6,0 ton/ha. Keragaan hasil
SL-PTT padi sawah di Provinsi Banten pada tahun 2012 disajikan pada Tabel 12.
Penerapan teknologi di LL 100% menggunakan benih unggul berlabel (swadaya
maupun dari CBN/BLBU), sistem tanam tegel dan legowo (2:1; 4:1; 5:1; 6:1 dan >8:1),
umur bibit 15 - 25 HST, jumlah bibit 2-3 bibit; dosis pupuk bervariasi mulai dari urea 100
– 200 kg/ha, phonska 150 – 300 kg/ha, penggunaan pupuk organik (kompos, pupuk
kandang, POG, POC dan katalis), pengendalian OPT secara reguler atau disesuaikan
dengan serangan OPT, pengendalian gulma secara manual dan gasrok/landak. Keragaan
penerapan teknologi dapat dilihat pada Tabel 13. Khusus di Kabupeten Lebak,
penerapan komponen teknologi oleh petani belum optimal. Komponen dasar PTT berupa
varietas unggul baru sudah dikenal di seluruh kecamatan melalui display. Namun
demikian, belum banyak ditanam petani karena keterbatasan benin. Selain itu,
penggunaan benih berlabel oleh petani sudah mencapai sekitar 85 % karena adanya
bantuan dari program SL-PTT (benih BLBU atau CBN).
Sistem atau cara tanam yang digunakan petani masih bervariasi, yaitu legowo 2:1,
4:1, 5:1, 6:1, 8:1 serta tanam tegel dan bintang. Sistem tanam yang dominan adalah
legowo 4:1 dan selanjutnya tanam tegel. Masih banyaknya petani yang menggunakan
cara tanam tegel disebabkan rendahnya pengetahuan buruh tani atau tenaga tandur
terhadap manfaat jajar legowo. Rekomendasi pemupukan oleh PPL mengacu pada BWD
dan Permentan 2007, sedangkan aplikasi PHSL baru dalam tahap sosialisasi oleh BPTP
Banten, sehingga dampaknya baru terlihat pada tahun depan. Selanjutnya pengendalian
hama terpadu sudah mencapai 85 %.
50
Tabel 13. Penerapan Komponen Teknologi PTT pada LL di Prov. Banten
Wilayah Pendampingan Penggunaan VUB Jenis dan Dosis Pupuk Komponen PTT Lainnya
1. Kab. Lebak
- Kec. Kalanganayar
- Kec. Warunggunung
- Kec. Cibadak
- Kec. Rangkasbitung
Ciherang, Inpari-13, IR-64, Mekongga,
Mira, Sidenuk
Ciherang, Inpari-1, Inpari-13, Sidenuk,
Mekongga.
Ciherang, Inpari-1, 6, 9,10, 13, Mira
dan Sidenuk
Ciherang, Cigeulis,
Sarinah, Sidenuk
dan Mira-1.
Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha;
POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.
Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha;
POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.
Urea 100 kg/ha; NPK Phonska 200 kg/ha;
POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.
Urea 100 kg/ha; NPK
Phonska 200 kg/ha;
POC Greemont 8 l dan Plant Catalyst 3 kg.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, 6:1 dan
10:1 (90 %) dan tegel 15 %.
Umur bibit <20 HSS, legowo 4:1 dan 10:1
(80 %) dan tegel.
Umur bibit <20 HSS, legowo 4:1, 8:1 dan
tegel
Umur bibit <21 HSS,
legowo 2:1, 4:1, 8:1
(30 %) dan tegel.
2. Kab. Pandeglang - Kec. Kaduhejo
- Kec. Majasari
- Kec. Menes
Ciherang
Ciherang, Inpari-13
Ciherang, Inpari-13
Urea 150 kg/ha, NPK
Phonska 180 kg/ha dan PO 500 kg/ha.
Urea 200 kg/ha dan NPK Phonska 180
kg/ha.
Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 180 kg/ha.
Umur bibit <21 HSS,
legowo 4:1, PHT dan panen.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, PHT dan
panen.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, PHT.
3. Kab. Tangerang - Kec. Tangerang
Ciherang
Urea 100 kg/ha, NPk
Phonska 150 kg/ha
dan PO 500 kg/ha
Umur bibit 20-25
HSS, legowo 4:1, 5:1
(25 %), tegel (75%), gasrok, PHT.
4. Kab. Serang - Kec. Cikeusal
- Kec. Kramatwatu
Ciherang dan
Inpari-13
Ciherang, Inpari-13
Urea 200 kg/ha, NPK
Phonska 300 kg/ha,
Bokashi 600 kg/ha.
Urea 200 kg/ha, NPK Phonska 300 kg/ha,
Bokashi 600 kg
Umur bibit <21 HSS,
legowo 4:1, tegel,
gasrok dan PHT.
Umur bibit <21 HSS, legowo 4:1, tegel,
gasrok dan PHT.
51
- Kec. Ciruas
Ciherang, Inpari-13 Urea 200 kg/ha, NPK
Phonska 300 kg/ha, PBokashi 300 kg
Umur bibit <21 HSS,
legowo 4:1, tegel, gasrok dan PHT.
5. Kota Serang
- Kec. Kasemen
- Kec. Walantaka
Ciherang, Inpari-13
Ciherang, Inpari-13
Urea 150 kg/ha, NPK
Phonska 150 kg/ha, POC 12 l, POG 210 kg.
Urea 150 kg/ha, NPK
Phonska 150 kg/ha, POC 12 l, POG 210 kg.
Umur bibit <21 HSS,
legowo 4:1, 8:1, 10:1, tegel, gasrok
dan PHT.
Umur bibit <21 HSS,
legowo 4:1, 8:1, 10:1, tegel, gasrok
dan PHT.
Komponen lainnya adalah penggunaan pupuk organik baru sekitar 70 %, namun
dosisnya belum sesuai rekomendasi karena rendahnya daya beli dan pengetahuan petani
mengenai manfaat pupuk organik. Bahan organik yang digunakan berupa kotoran ternak
(kambing, domba, sapi, kerbau, ayam) dan kompos yang dibuat dari jerami. Komponen
teknologi pilihan berupa bibit muda sebagian besar berumur 15-21 HSS, jumlah bibit 1-3
batang/lubang sudah mencapai 75 %, sedangkan pengairan belum menggunakan
intermitten, karena sebagian besar lahan sawah adalah tadah hujan. Selanjutnya cara
penyiangan yang dominan dilakukan petani adalah dengan tangan dan landak/gasrok,
sedangkan waktu panen, perontokan gabah dan penggunaan alat sudah cukup baik yaitu
90-95 %.
4.3.7. Pencetakan dan Distribusi Media Diseminasi
Dalam mendukung pelaksanaan pendampingan SL-PTT di Provinsi Banten,
kegiatan lain yang dilakukan adalah pencetakan dan penyebarluasan materi diseminasi
teknologi dalam bentuk buku Kalender Tanam (500 eksp.), Petunjuk Penggunaan PHSL
(500 eksp.), buku OPT padi/jagung/kedelai dan CD teknologi PTT padi serta perangkat
lunak melalui internet, Hp dan Android guna mengakses rekomendasi pemupukan spesifik
lokasi. Buku – buku tersebut telah didistribusikan kepada Penyuluh Pendamping Lapang
(PPL), Tenaga Harian Lepas (THL), Penyuluh Swadaya dan Petani serta Dinas Pertanian
dan BPP lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota (Tabel 14).
52
Tabel 14. Distribusi Materi Diseminasi Pendampingan SLPTT
Kabupaten/Kota Buku Katam Buku PHSL Buku Saku OPT
CD Padi Jagung Kedelai
Lebak 100 100 30 5 5 28
Pandeglang 80 80 35 5 5 35
Serang 70 70 30 5 5 28
Tangerang 70 70 30 29
Kota Serang 20 20 5 6
KSPP 10 10 10
SL Iklim 50 50
Temu Lapang 100 100
Jumlah 500 500 140 15 15 126
4.3.8. Pelayanan Teknologi
Pelayanan teknologi dalam rangka mendukung program SL-PTT dilakukan secara
langsung ataupun tidak langsung. Bentuk pelayanan teknologi secara langsung dilakukan
menjadi narasumber pada pertemuan sosialisasi dan koordinasi serta peningkatan
kapasitas SDM yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/
Kota dan Badan Penyuluhan. Selain pertemuan tingkat Provinsi atau Kabupaten, BPTP
juga menghadiri undangan sebagai narasumber pada sejumlah pertemuan SL-PTT tingkat
Kecamatan (Tabel 15). Sedangkan pelayanan teknologi secara on-line melalui SMS/Telp
dan internet dengan alamat email sebagai berikut: [email protected] dan
komunitas SLPTT di Facebook dengan alamat [email protected].
Tabel 15. Narasumber Pertemuan SL-PTT Tingkat Kecamatan/Poktan
No. Lokasi Waktu Materi
1. Kec. Kalang Anyar Maret PTT Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL
2. Kec. Cibadak April PTT Padi, Legowo, PBK, Pengenalan VUB,PHSL
3. Kec. Warung Gunung April PTT Kedelai, Pemupukan
4. Kec. Kadu Hejo April PTT Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL
5. Kec. Kronjo April PTT Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL
6. Kec. Pontang April PTT Padi, Legowo, PBK, caplak inovatif, PHSL
7. Kec. Bojonegara Juni PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL, feromon sex
8. Kec. Bandung Juni PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL
9. Kec. Tanara Juni PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL
10. Kec. Kramatwatu Juni PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL
11. Kec. Walantaka Mei PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL
12. Kec. Cipocok Juli PTT Padi, Legowo, PBK, PHSL
53
Contoh Layanan Via Telepon/SMS
No Tanggal Nama Alamat No. HP Bentuk Koneksi Isi
1 3/22/2012 Ka. UPT Pertanian
Kecamatan Muncang,kabupaten Lebak 085883587515 SMS
Informasi hasil ubinan display Varietas Inpari 7 6.72 ton/ha, Inpari 10 6.88 Ton/ha, Inpari 13 8.64 to./ha GKP
2 3/26/2012 Lomri (Ka. UPT Banjarsari)
Kecamatan Banjarsari, Kab. Lebak SMS
Informasi hasil ubinan Varietas Ibpari 13 5.2 kg dan Inpari 10 4.5 Kg
3 4/21/2012 Gatot 081311535730 SMS Permohonan informasi dimana membeli BWD
4 5/28/2012 Agung Lili Saputra
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS
Informasi penanaman benih display dengan umur bibit 18 hari, dan pengaturaan jarak tanam jajar legowo 4 : 1
5 6/25/2012 Agung Lili Saputra
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS
Informasi adanya serangan hama WBC dan keong mas pada lokasi display VUB
6 6/25/2012 Agung Lili Saputra
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS
Informasi luas serangan WBC yaitu 30 % dan sudah dikendalikan dan sudah membaik
7 6/26/2012 Lomri (Ka. UPT Banjarsari)
Kecamatan Banjarsari, Kab. Lebak 087772838298 SMS
Informasi lokasi display VUB, Kelompok tani Mekarsari, nama petani Saripudin, Varietas Inpari 13, 10 dan 7
Kelompok Tani Harapan Makmur Desa Cibatur Cikeusik, nama petani Nurjaya, Varietas Inpari 5 dan 4, tanggal sebar jum'at 23 Maret 2012
8 7/5/2012 Agung Lili Saputra
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS
informasi kekeringan pada lokasi display sehingga harus dilakukan pemompaan
9 7/12/2012 POPT Angsana Kecamatan Angsana, Kabupaten Lebak 08176524632 SMS
Informasi tanaman padi yang puso akibat kekeringan Desa Angsana 15 ha, umur 84 HST. Desa Sumur Laban 10 ha, umur 77 HST, Desa Padaherang
10 ha umur 84 HST. Desa Padamulya 10 ha, umur 80 HST, Desa Cikayas 15 ha, umur 70 HST, Desa Cipinang 15 ha, umur 84 HST. Desa Kramatmanik
15 ha, umur 77 HsT. Desa Kadubadak 5 ha umur 77 hst. Jumlah satu Kecamatan 105 ha
10 7/24/2012 Agung Lili Saputra
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS
Permohonan informasi peneliti bidang sayuran di BPTP Bantean untu menjadi narasumber untuk komoditas kol bunga
Informasi produksi display Inpari 10 240 kg, luas lahan 400 m
11 7/28/2012 Agung Lili Saputra
Ds. Tambang Ayam, Kec. Anyer, Kab. Serang 081585161931 SMS
Informasi display inpari 13 seluas 100 m terancam gagal padakelompok tani Matahari desa Mekarsari Anyer
54
Contoh Komunikasi dan Layanan Via Facebook
Sosialisi dan koordinasi kegiatan SLPTT 2012 dengan Dinas Pertanian Kabupaten
tangerang dan Badan Penyuluhan Kab. Tangerang
LikeUnlike · · Share · 15 February at 17:17 via Mobile ·
Fk Thl Kab Tangerang and 3 others like this.View all 7 comments
Slptt Banten Agus Leo's sosialisasi apa? klo ke dinas rencananya
hari senin kita akan ke Dinas Pertanian Kabupaten Lebak
Agung Lili Saputra selalu bu tenang aja, petani anyer lagi
semngat2nya neh kegiatan, hanya beberapa oknum yang ngak jelas bikin
bingung
16 February at 14:02 · Like
Mohon dengan sangat bagi yang sudah panen Display VUB dari BPTP Banten
segera melaporkan hasilnya...terimakasih
LikeUnlike · · Share · 13 March at 14:53 ·
Wahyu SP likes this.
Maulana Ghofirudin untuk invago yg di tanam di kelompok
mekar mukti ds jagaraksa kec muncang tidak tumbuh, kaqena ketika stlh
tanam datang musim kemarau, yg satu lagi belum panen, terimakasih.
13 March at 15:44 · Like
kami berupaya mensukseskan produksi beras 10 juta ton 2014
6 July at 09:23 · Jawara Tani BantenDEMFARM ANYER 2012
55
Contoh Laporan yang Dikirim Secara On Line melalui e-mail
No
.
Tanggal Nama Alamat e-mail Isi Berita
1. 28 Feb 2012 Gunawan Ahmad [email protected] Realisasai SL-PTT Banten per November 2012
2. 30 April 2012 Gunawan Ahmad [email protected] CPCL SL-PTT Banten 2012
3. 4 April 2012 Gunawan Ahmad [email protected] Undangan acara Peningkatan Kapasitas Pemandu Lapang SL-PTT di
Hotel Nuansa Bali dengan penyelenggara Distanak Provinsi Banten
4. 15 Juni 2012 Irfan Afandi [email protected] Laporan bencana banjir di lokasi display padi Kec. Cisoka Poktan
Janur Sejahtera Desa Bojong Loa
5. 3 Juli 2012 Arief Arianto [email protected] Laporan Display Varietas di BPP Kronjo Kab. Tangerang
6. 4 Juli 2012 Gunawan Ahmad [email protected] Data realisasai SL-PTT 2011 dan 2012 Provinsi Banten
7. 11 Juli 2012 Zaldi Dhuhana [email protected] Realisasi tanam dan panen SL-PTT 2011, realisasi tanam SL-PTT
2012 Kab. Serang
8. 21 Mei 2012 Agung Lili saputra [email protected] Laporan SL-PTT padi dan Demfarm BP3K Kec. Anyer
9. 18 Juni 2012 Denny Iskandar [email protected] Draft matrik bahan penyusunan teknologi spesifik lokasi
10. 9 Juli 2012 Johan
Marsuditama
[email protected] Laporan realisasi SL-PTT Kabupaten Lebak
56
4.3.9. Pembuatan Data Base
Pembuatan data base dilakukan untuk mempermudah arus data dan informasi dari
tingkat kelompok sampai ke tingkat pusat. Selama ini kelemahan dalam suatu kegiatan
salah satunya adalah tidak adanya sistem data yang baik. Dengan adanya data base yang
memenuhi kualifikasi akan mempermudah monitoring, evaluasi serta pelaporan kegiatan
SL-PTT. Data base yang dibuat oleh BPTP Banten dirancang sesuai dengan arahan dari
pusat. Data base meliputi : a) kelompok tani, b) komoditas, c) petugas pendamping
tingkat kecamatan, d) UPTD, e) pendamping tingkat Kecamatan/Desa, dan beberapa data
base yang menyangkut data produksi yang dicapai serta data Display VUB, data uji
adaptasi VUB, data PVS, data OPT dan data penunjang lainnya. Salah satu contoh
database yang disusun disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Data base penyuluh pendamping SL-PTT di Provinsi Banten tahun 2012.
Wilayah
Pendampingan
Nama
Poktan
Kontak Person
Nama PPL No. HP
Kab. Pandeglang - D. Mehendra, Kec. Cibaliung
- D. Ciseureuheum, Kec. Cigeulis
- D. Tangkilsari, Kec. Cimanggu - D. Kiarapayun, Kec. Cibitung
- D. Cibarani, Kec. Cisata - D. Gerendoong, Kec. Koroncong
Jaya Mukti 2
Setia Karya
Banyu Asin Simpati
Saluyu Jaya Harapan Jaya 1
Abas Sudiana, SP
Gaos, SP
Eman Suherman, SP Tapip Mulyanto, SP
Nendi, STp -
081219995071
081314307724
081385376644 081380612218
081318861428 -
Kab. Lebak - D. Jatake, Kec. Panggarangan
- D. Lbk. Peundeuy, Kec. Cihara
- D. Pamubulan, Kec. Bayah - D. Cibareno, Kec. Cilograng
- D. Cikadu, Kec. Cibeber - D. Kapunduhan, Kec. Cijaku
- D. Cigemblong, Kec. Cigemblong - D. Kerta, Kec. Banjarsari
Bina Tani I
Cigaber
Raksa Alam Batu Jaya
Anugrah Tani II Karya Mukti
Bangun Jaya Saluyu
Eri Ahmad Fatoni
Karnali
Iyan Sopiyan Dedi Suparman
Eman S Salim
Aman Subarman Lomri
081388556464
08176059651
081380074247 081911735675
08179046023 081380804077
085921373688 08170155980
Kab. Tangerang - D. Kayuagung, Kec. Sepatan
- D. Kedaungarat, Sepatan Timur
- D. Pondokelor, Sepatan Timur - D. Sukawali, Kec. Pakuhaji
- D. Pagedangan Ilir, Kec. Kronjo - D. Pabuaran, Kec. Jayanti
Sukatani
Mayor
Rawa Bambu Sukadiri
Makmur Beringin Abadi
N. Nurhayati
Subandi
Ibrohim Melani
Susilawati Suharna
021 59371814
085285478537
081314740100 081310204810
085282787559 085284983340
57
4.3.10. Penyusunan Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi Salah satu tugas utama BPTP dalam pendampingan program strategis
Kementerian Pertanian berdasarkan Permentan No. 45 tahun 2011 adalah
menyediakan rekomendasi teknologi spesifik lokasi. Berdasarkan hal tersebut, BPTP
Banten melalui kegiatan SLPTT telah melakukan upaya-upaya dalam penyusunan
rekomendasi teknologi spesifik lokasi tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan
mengumpulkan bahan atau data-data terkait dengan kondisi wilayah, sumberdaya
lahan, iklim, topografi, keberadaan atau status OPT, informasi keunggulan VUB, hasil
penelitian dan data-data lainnya yang diperoleh dari berbagai institusi seperti Dinas
Pertanian, BPTPH, BBSDLP, Badan Meteorologi, BB Padi dan sebagainya. Selain
informasi yang dikumpulkan berdasarkan data sekunder juga dilakukan wawancara
serta penyebarluasan kuisioner ke seluruh kecamatan mengenai kondisi eksisting
berdasarkan fakta di lapangan.
Untuk memperkaya informasi yang dikumpulkan, kegiatan pengkajian pada
kegiatan pendampingan SL-PTT juga telah dilakukan dan masih berjalan di lapangan.
Kajian tersebut adalah melalui display VUB padi yang disebar di seluruh kecamatan, uji
adaptasi varietas dan pengujian validasi pemupukan serta dilengkapi dengan uji
preferensi VUB melalui Participatory Varietal Selection (pemilihan varietas berdasarkan
kesukaan petani secara partisipatif). Berikut ini adalah data daerah endemis OPT yang
telah dihimpun terkait dengan salah satu unsur dalam menentukan rekomendasi VUB
dan teknologi lainnya disajikan pada Tabel 17, 18, 19 dan 20.
58
Tabel 17. Status OPT di Kabupaten Lebak pada Musim Kemarau
No. Locals
Kategori Daerah
BLB Tungro Tikus WBC Penggerek
Batang
1 Banjarsari Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
2 Bayah Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
3 Bojong Manik Aman Aman Potensial Aman Potensial
4 Cibadak Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
5 Cibeber Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
6 Cigemblong Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
7 Cihara Aman Aman Potensial Potensial Potensial
8 Cijaku Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
9 Cikulur Aman Potensial Potensial Potensial Potensial
10 Cileles Aman Aman Potensial Potensial Potensial
11 Cilograng Aman Aman Potensial Potensial Potensial
12 Cimarga Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
13 Cipanas Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
14 Cirinten Aman Aman Potensial Potensial Aman
15 Curug Bitung Aman Aman Potensial Aman Potensial
16 Gunung Kencana Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
17 Kalang Anyar Potensial Potensial Potensial Aman Potensial
18 Lebak Gedong Potensial Aman Potensial Aman Potensial
19 Leuwidamar Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
20 Maja Potensial Potensial Endemis Potensial Potensial
21 Malingping Sporadis Aman Sporadis Endemis Sporadis
22 Muncang Potensial Potensial Potensial Aman Potensial
23 Panggarangan Potensial Aman Potensial Sporadis Sporadis
24 Rangkasbitung Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
25 Sajira Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
26 Sobang Aman Aman Potensial Potensial Potensial
27 Wanasalam Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial
28 Warung Gunung Potensial Sporadis Potensial Potensial Potensial Sumber : BPTPH 2012
59
Tabel 18. Status OPT di Kabupaten Pandeglang pada Musim Kemarau
No. Lokasi
Kategori Daerah
BLB Tungro Tikus WBC
Penggerek
Batang
1 Angsana Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
2 Banjar Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
3 Bojong Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial
4 Cadasari Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
5 Carita Potensial Potensial Aman Potensial Potensial
6 Cibaliung Aman Aman Potensial Potensial Potensial
7 Cibitung Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
8 CiGeulis Potensial Aman Aman Potensial Potensial
9 Cikedal Potensial Potensial Aman Potensial Potensial
10 Cikeusik Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
11 Cimanggu Potensial Potensial Aman Potensial Potensial
12 Cimanuk Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial
13 Cipeucang Aman Potensial Potensial Potensial Potensial
14 Cisata Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
15 Jiput Sporadis Sporadis Potensial Potensial Potensial
16 Kadu Hejo Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
17 Karang Tanjung Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
18 Keroncong Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
19 Labuan Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial
20 Majasari Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
21 Mandalawangi Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial
22 Mekar Jaya Potensial Potensial Sporadis Potensial Potensial
23 Menes Potensial Sporadis Aman Potensial Potensial
24 Munjul Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial
25 Pagelaran Potensial Aman Sporadis Sporadis Potensial
26 Pandeglang Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
27 Panimbang Potensial Aman Sporadis Potensial Sporadis
28 Patia Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
29 Picung Potensial Potensial Sporadis Endemis Potensial
30 Pulo Sari Potensial Sporadis Aman Sporadis Potensial
31 Saketi Potensial Potensial Potensial Potensial Sporadis
32 Sindang Resmi Potensial Potensial Potensial Endemis Potensial
33 Sobang Potensial Aman Aman Potensial Potensial
34 Sukaresmi Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial
35 Sumur Potensial Potensial Aman Potensial Potensial Sumber : BPTPH 2012
60
Tabel 19. Status OPT di Kabupaten dan Kota Serang pada Musim Kemarau
No. Locals
Kategori Daerah
BLB Tungro Tikus WBC Penggerek
Batang
1 Anyer Potensial Aman Aman Aman Sporadis
2 Bandung Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
3 Baros Aman Potensial Potensial Potensial Potensial
4 Binuang Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
5 Bojonegara Potensial Aman Aman Aman Potensial
6 Carenang Potensial Aman Potensial Potensial Sporadis
7 Cikande Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
8 Cikeusal Potensial Potensial Aman Potensial Potensial
9 Cinangka Aman Potensial Potensial Potensial Potensial
10 Ciomas Aman Potensial Potensial Aman Aman
11 Ciruas Potensial Aman Potensial Sporadis Potensial
12 Gunung sari Aman Aman Aman Sporadis Potensial
13 Jawilan Aman Aman Potensial Aman Potensial
14 Kibin Aman Aman Potensial Potensial Potensial
15 Kopo Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
16 Kragilan Aman Aman Potensial Potensial Potensial
17 Kramat Watu Potensial Aman Potensial Aman Potensial
18 Mancak Aman Potensial Potensial Potensial Potensial
19 Pabuaran Aman Potensial Aman Sporadis Potensial
20 Padarincang Potensial Potensial Potensial Sporadis Potensial
21 Pamarayan Aman Aman Potensial Potensial Potensial
22 Petir Aman Potensial Potensial Potensial Potensial
23 Pontang Potensial Aman Potensial Potensial Sporadis
24 Pulo Ampel Potensial Aman Aman Aman Potensial
25 Tanara Potensial Aman Endemis Potensial Potensial
26 Tirtayasa Aman Aman Potensial Potensial Potensial
27 Tunjung Teja Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial
28 Waringin Kurung Aman Aman Aman Potensial Potensial
Kota Serang
29 Cipocok Aman Potensial Aman Potensial Potensial
30 Curug Aman Aman Aman Potensial Potensial
31 Kasemen Potensial Aman Potensial Endemis Potensial
32 Serang Aman Aman Potensial Potensial Potensial
33 Taktakan Aman Aman Aman Aman Potensial
34 Walantaka Aman Aman Potensial Potensial Potensial Sumber : BPTPH 2012
61
Tabel 20. Status OPT di Kabupaten Tangerang pada Musim Kemarau
No. Locals
Kategori Daerah
BLB Tungro Tikus WBC Penggerek
Batang
1 Balaraja Aman Aman Potensial Sporadis Potensial
2 Cikupa Aman Aman Potensial Aman Potensial
3 Cisauk Aman Aman Potensial Potensial Potensial
4 Cisoka Aman Aman Potensial Aman Potensial
5 Curug Aman Aman Potensial Potensial Potensial
6 Gunung Kaler Aman Aman Potensial Aman Potensial
7 Jambe Aman Aman Potensial Potensial Potensial
8 Jayanti Aman Aman Potensial Potensial Potensial
9 Kameri Aman Aman Potensial Potensial Potensial
10 Kampung Melayu Aman Aman Potensial Aman Potensial
11 Kelapa Dua Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
12 Kosambi Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
13 Kresek Aman Aman Potensial Potensial Potensial
14 Kronjo Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
15 Legok Aman Aman Aman Potensial Potensial
16 Mauk Aman Aman Potensial Aman Potensial
17 Mekar Baru Aman Aman Potensial Potensial Potensial
18 Pagedangan Aman Aman Potensial Aman Potensial
19 Pakuhaji Potensial Aman Potensial Aman Sporadis
20 Panongan Potensial Aman Potensial Potensial Potensial
21 Pasar Kemis Aman Aman Aman Aman Potensial
22 Rajeg Aman Aman Potensial Aman Sporadis
23 Sepatan Aman Aman Sporadis Aman Potensial
24 Sepatan Timur Aman Aman Potensial Aman Potensial
25 Sindang Jaya Aman Aman Aman Aman Potensial
26 Solear Aman Aman Potensial Potensial Potensial
27 Suka Mulya Aman Aman Potensial Potensial Sporadis
28 Sukadiri Potensial Aman Potensial Aman Potensial
29 Teluk Naga Sporadis Aman Sporadis Aman Sporadis
30 Tigaraksa Potensial Aman Potensial Aman Potensial Sumber : BPTPH 2012
62
4.3.11. Identifikasi Wilayah Rawan Bencana
Antisipasi terhadap tingkat produksi padi yang disebabkan adanya daerah
rawan bencana perlu dipertimbangkan secara seksama. Hingga bulan maret 2011, luas
lahan pertanaman padi yang terkena dampak dari bencana banjir dan kekeringan di
Provinsi Banten mencapai lebih dari 6.000 ha. Sebanyak 5.963 ha lahan pertanaman
padi terkena dampak banjir/longsor pada fase pertanaman dengan pusat terjadinya
bencana berada di Kabupaten Pandeglang yang mencapai 4.411 ha (Tabel 22)
Tabel 22. Bencana Alam Komoditas Padi di Prov. Banten 2010-2011
No Kabupaten/Kota
Banjir / Longsor Kekeringan
Tanaman Persemaian Tanaman Persemaian
1 Serang 744 273 55 0
2 Pandeglang 4411 42 0 0
3 Lebak 808 65 0 0
4 Tangerang 0 0 0 0
5 Kota Serang 0 0 0 0
6 Kota Cilegon 0 0 0 0
7 Kota Tangerang 0 0 0 0
8 Kota Tangerang Selatan 0 0 0 0
Jumlah 5963 380 55 0
Sementara itu, BMKG bersama dengan Bakorsustanal dan inas PU juga telah
mengeluarkan peta prakiraan daerah potensi banjir untuk bulan Mei 2011 di Provinsi
Banten. Beberapa wilayah yang berpotensi banjir dengan tingkat rendah sampai
sedang merupakan daerah sentra produksi padi di Provinsi Banten, antara lain
kecamatan Pontang, Walantaka, Cileles dan Rangkasbitung.
63
Gambar 2. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Mei 2011 Provinsi Banten
4.4. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya
Permasalahan teknis dan non teknis dalam pelaksanaan SL-PTT di lapangan
adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan benih BLBU untuk SLPTT sebagian terlambat, sehingga
pelaksanaan SLPTT menjadi tidak sesuai dengan jadwal yang direncanakan.
2. Pelaksanaan pertemuan SLPTT di petani kurang optimal baik dari jumlah
pertemuan, jumlah peserta SLPTT yang hadir, tempat pertemuan yang tidak
dekat dengan lahan SLPTT dll.
3. Tidak semua kelompok SLPTT melaksanakan KKP terlebih dahulu.
4. Tidak semua lokasi SLPTT tersedia sarana yang cukup terutama pengairan,
karena tidak semua lokasi SLPTT merupakan lahan yang memiliki irigasi yang
baik sehingga mempengaruhi terhadap hasil/produksi.
5. Laboratorium Lapang (LL) belum difungsikan dengan baik sebagai
demplot/wahana belajar bagi peserta SLPTT.
64
6. Pelaksanaan SLPTT terutama untuk jagung dan kedelai dalam satu unit
beberapa tidak dapat dilaksanakan secara serentak dan kondisi lahan
terpencar-pencar.
7. Pada lokasi SLPTT yang bukan merupakan daerah produksi jagung dan kedelai
seringkali tidak dapat dilkukan panen tua karena petani beranggapan panen
muda untuk jagung dan kedelai lebih menguntungkan.
8. Terjadi Kekeringan dan serangan hama dan penyakit.
Adapun permasalahan non teknis diantaranya adalah:
1. SK penetapan CPCL SLPTT terlambat karena usulan CPCL dan hasil perifikasi
berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena ketua atau anggota ada yang
meninggal, domisili pindah, berubah status lahan (dijual), doubel program dll.
2. Dana pendampingan SLPTT sebagian terlambat sehingga tidak singkron antara
pelaksanaan penanaman dengan pertemuan yang dilaksanakan oleh kelompok
peserta SLPTT.
3. Jumlah SDM Petugas Pemandu lapang dengan jumlah binaannya belum
berimbang, sebagai contoh di Lebak satu orang binaan bisa mendampingi
sampai
4. Teknis pelaporan dari tingkat kelompok/desa ke Kecamatan kemudian ke
Kabupaten dan Provinsi belum efektif sehingga seringkali terlambat informasi
yang diterima.
Upaya Pemecahan Masalah
Keterlambatan benih BLBU SLPTT untuk musim tanam April-Mei diberikan
benih CBN, sedangkan untuk yang tanam bulan Maret menggunakan benih
swadaya yang berlabel.
Sebagian unit pendampingan SLPTT penanaman benih untuk display varietas
dilaksanakan tidak bersamaan dengan pelaksanaan SLPTT, yaitu di musim
berikutnya.
65
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Alokasi program SLPTT padi non hibrida, padi gogo, jagung dan kedelai di provinsi
Banten Tahun 2012 sebanyak 7.545 unit tersebar di 5 wilayah, yaitu : Kab. Lebak,
Kab. Pandeglang, Kab. Tangerang, Kab. Serang dan Kota Serang. Selain itu juga
terdapat SL-PTT padi non hibrida spesifik lokasi sebanyak 40 unit, peningkatan IP 40
unit dan SL-PTT dari dana kontingensi seluas 10.000 ha.
2. Pelaksanaan Pelatihan Penyuluh Swadaya/Petani dan Petugas Pendamping SL-PTT
telah dilaksanakan sebanyak 4 kali di Kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang dan
tangerang yang diikuti oleh 208 orang peserta pada bulan April 2012 dan berhasil
meningkatkan pengetahuan para peserta sebesar 18,75%.
3. Distribusi benih padi untuk display sebanyak 4.420 kg (12 varietas), jagung hibrida
30 kg (3 varietas) dan kedelai 45 kg (3 varietas). Produktivits padi hasil display di
Kab. Pandeglang berkisar antara 4,0-8,0 ton/ha; Kab. Kebak 3,5-9,9 ton/ha; Kab.
Tangerang 4,2-9,5 ton/ha dan kab. Serang 3,5-8,8 ton/ha. Selanjutnya produktivitas
kedelai di Kec. Warung Gunung, kab. Lebak adalah 1,44-1,92 ton/ha.
4. Pada pengujian pupuk, metode PHSL lebih baik dibandingkan yang lainnya.
Produktivitas padi sawah berdasarkan acuan pemetaan adalah 4,43-8,05 ton/ha
(rataan 6,59 ton/ha); metode PUTS 4,76-8,0 ton/ha (rataan 6,83 ton/ha); metode
PHSL 4,31-9,17 ton/ha (rataan 7,07 ton/ha) dan cara petani 4,19-7,95 ton/ha
(rataan 6,50 ton/ha).
5. Produkstivitas padi sawah pada LL di Kab. Pandeglang berkisar antara 5,73-9,92
ton/ha (rataan 7,02 ton/ha), Kab. Tangerang 3,72-7,01 ton/ha (rataan 5,78 ton/ha)
dan di kota Serang 6,25-7,14 ton/ha (rataan 6,73 ton/ha).
6. Produktivitas padi sawah pada hamparan SL di Kab. Pandeglang berkisar antara
5,21-7,35 ton/ha (rataan 6,04 ton/ha), Kab. Tangerang 3,47-6,56 ton/ha (rataan,
5,01 ton/ha), Kab. Lebak 5,12-7,28 ton/ha (rataan 6,35 ton/ha), Kab. Serang 4,20-
6,15 ton/ha (rataan 5,37 ton/ha) dan di Kota Serang 5,47-6.52 ton/ha (rataan 6,05
ton/ha).
7. Produktivitas padi sawah pada non SL-PTT di Kab. Pandeglang berkisar antara 5,20-
6,87 ton/ha (rataan 5,75 ton/ha), Kab. Tangerang 3,14-6,10 ton/ha (rataan 4,51
ton/ha), Kab. Lebak 4,85-6,94 ton/ha (rataan 6,02 ton/ha), Kab. Serang 2,58-5,26
ton/ha (rataan 4,63 ton/ha) dan di Kota Serang 4,80-6,0 ton/ha (rataan 5,53
ton/ha).
66
8. Varietas padi sawah yang banyak disukai pertani berdasarkan uji preferensi
(Participatory Vartial Selection “PVS”) di Kec. Walantaka, Sobang, Jayanti dan
Kalanganyar adalah Inpari-7, Inpari-9, Inpari-10 dan Inpari-13 (pilihan pertama),
sedangkan pilihan ke-2 adalah Inpari-3 dan Inpari-4.
9. Penyediaan materi diseminasi pada 5 Kabupaten/Kota terdiri dari Kalender Tanam
sebanyak 500 eksemplar dan Buku PHSL 500 eksemplar.
10. Data base yang disusun untuk mendukung program meliputi : data poktan,
komoditas, petugas pendamping tingkat kecamatan dan UPTD serta data sasaran
dan capaian produksi.
11. Komponen teknologi dasar SL-PTT padi sawah yang cukup tinggi diterapkan adalah
penggunaan VUB, benih bersertifikat, bibit muda serta pengendalian hama dan OPT
(80-90 %), sedangkan jumlah bibit dan pemupukan berdasarkan kebutuhan
tanaman 40-50 %. Komponen yang cukup rendah adalah pengairan berselang,
penggunaan pupuk organik dan sistem tanam legowo (10-20 %).
12. Adanya kekeringan dan serangan hama dan penyakit mengakibatkan sasaran luas
panen dan produksi padi tidak tercapai.
67
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Padi Sawah. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Badan Litbang Pertanian. 2008. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Jagung. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Badan Litbang Pertanian. 2009. Petunjuk Teknis Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Kedelai. Badan Litbang Pertanian. 40 hal. Balitpa. 2007. Penelitian Padi Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Beras
Nasional. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 22 hal. Balitpa. 2004. Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan
Nasional. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 23 hal. Banten Dalam Angka. 2009. Badan Pusat Statistik. Departemen Pertanian (Deptan). 2010. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah Tahun 2010. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. 123 hal.
Dirjen Tanaman Pangan. 2009. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2009. 110 hal. Endrizal dan Jumakir. 2007. Keragaan beberapa varietas padi unggul baru dan
kelayakan usahatani padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Jambi. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Volume 10 nomor 3 November 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
Kasryno, F., M. Badrun dan E. Pasandara. Land Grbabbing : Perampasan Hak
Konstitusional Masyarakat. Penerbit Yayasan Pertanian Mandiri (YAPARI)). Jakarta. 125 hal.
Las. I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane dan S. Abdurachman. 2002.
Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi sawah Irigasi. Departemen Pertanian. 37 hal.
Mayunar. 2011. Kajian produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah melalui
pengelolaan tanaman terpadu di Kramatwatu kabupaten Serang. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementrian Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Buku 3. Hal 1256-1263.
Makarim, A.K., D. Pasaribu, Z. Zaini, dan I. Las. 2005. Analisis dan Sinstesis
Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Balai Penelitian Tanaman Padi, Puslitbangtan. 18 hal.
68
Makrim, A.K., I. Las, A.M. Fagi, I.N. Widiarta, dan D. Pasaribu. 2004. Padi Tipe Baru : Budi Daya dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Balai Penelitian Tanaman Padi. Puslitbang Tanaman Pangan. 50 hal. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. 2008. Pedoman Umum Sekolah Lapang
PTT Padi. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Badan Pengembangan SDM, Departemen Pertanian. 33 hal.
Rachman, B., P. Simatupang, dan T. Sudaryanto. 2004. Efisiensi dan Daya Saing
Sistem Usahatani Padi. Prosiding Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani Beberapa Komoditas Pertanian di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Deptan. 11-27.
Rachmat, R. dan Suismono. 2007. Teknologi Pengolahan Padi Terpadu dengan
Pendekatan Sistem Manajemen Mutu. Balai besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 41 hal.
Sumodiningrat, G. 2004. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian.
PT. Bina Rena Pariwara (Cetakan Pertama) : 150 hal. Wahyuni, S. dan K.S. Indaraningsih. 2004. Dinamika Program dan Kebijakan
Peningkatan Produksi Padi. Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), Vol. 21 (2) : 143 – 156.
Zaini Z. Irsal las, Suwarno, Budi H, Eko A. 2002. Pedoman Umum Kegiatan
Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu 2002. Departemen Pertanian. Jakarta