Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
-
Upload
safrizal-bin-saleh -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
1/23
Relativisme, Pluralisme, dan Peran Ulama
Oleh M. Anwar Djaelani
Dosen STAI Luqman Al-Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya
Abstrak
Perang pemikiran akan berlangsung abadi. Secara sederhana, satu
pihak akan terus mendakwahkan yang haq, sementara kelompok lain aktif
mengajak kepada yang bathil.
Di internal agama Islam, perang pemikiran itu juga terjadi, yaituantara yang berusaha setia kepada ajaran Islam sesuai sunnah Nabi
Muhammad SAW dengan yang mengusung gagasan liberalisasi pemikiran
Islam.
Ide liberalisasi pemikiran Islam telah berlangsung lama. Lewat ajaran
pokok bernama relativisme, disebarkanlah gagasan tentang nisbinya
pemahaman keagamaan seseorang, sehingga klaim kebenaran harus dijauhi.
Dari relativime, lahir antara lain- pluralisme yang memandang
bahwa semua agama itu sama benar. Bahwa terdapat beragam agama yang
berbeda, itu sekadar berbeda jalan menuju Tuhan yang sama.
Relativisme dan pluralisme bisa meruntuhkan otoritas ulama sebagai
pewaris para Nabi, sebab peran ulama sangat terkurangi dan bahkanternihilkan. Hal ini bisa terjadi karena relativisme dan pluralisme membuat
semua orang merasa punya hak untuk memahami Islam secara pribadi.
Telaah ini berusaha mengkaji relasi relativisme dan pluralime dengan
kemungkinan runtuhnya wibawa ulama yang ditandai dengan terus
mengecilnya peran ulama. Kajian kepustakaan dilakukan untuk menggali
konsep relativisme dan pluralisme. Lalu, konsep itu dihadapkan dengan fakta
kekinian terkait performa ulama sebagai akibat penyebaran relativisme dan
pluralisme.
Kata kunci: Relativisme, pluralisme, perang pemikiran, aqidah, dan
ulama.
I. PendahuluanCorak pemikiran keagamaan yang liberal menghinggapi
sebagian umat Islam dalam waktu relatif lama. Pemikiran itu bertumpu
pada relativisme, yang berpandangan bahwa manusia adalah makhluk
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
2/23
relatif dan oleh karena itu- tak mungkin bisa memahami kebenaran
Islam yang sejati, sebab hanya Allah saja yang mengetahuinya. Sebagai
konsekuensinya, paham itu mencegah manusia untuk melakukan
tindakan pemutlakan kebenaran.
Dari relativisme lahir antara lain- pluralisme. Pluralisme
mengajarkan bahwa semua agama benar. Agama-agama yang ada itu
hanya pilihan berbeda jalan saja dalam menuju Tuhan yang sama.
Pemahaman relativisme dan pluralisme sangat membahayakan
aqidah umat Islam. Padahal, aqidah adalah fondasi keislaman seorang
Muslim yang harus kukuh dan tak boleh ternodai virus apapun. Tanpa
aqidah yang kukuh, sulit membayangkan seorang Muslim dapat
menegakkan syariat Islam dengan baik dan benar serta kesehariannya
berakhlak mulia.
Sebagai ide, relativisme dan pluralisme bukan hal baru. Tapi,
persoalan di bidang pemikiran ini lalu berkembang ke arah yang
cukup mencemaskan karena gencar dipropagandakan lewat berbagai
cara, seperti melalui buku, surat kabar, televisi, seminar, dan lain-lain.
Dengan peta seperti itu, seorang Muslim terutama yang
berstatus ulama- tertantang untuk minimal menahan laju kampanye
relativisme dan pluralisme agar aqidah umat Islam terselamatkan.
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
3/23
II. Tentang Relativisme, Pluralisme, dan UlamaA. Relativisme
1. PengertianDalam diskursus pemikiran keislaman, relativisme adalah
tema penting dan mendasar. Relativisme menurut Hamid Fahmy
Zarkasyi1
adalah ajaran yang berpegang pada prinsip bahwa
kebenaran itu sendiri adalah relatif terhadap (tergantung pada)
pendirian subjek yang menentukan.
Relativisme yang dijelaskan Hamid Fahmy Zarkasyi di
atas, sejalan dengan yang dipikirkan Nurcholish Madjid2
yang menulis, bahwa:
Pemahaman seseorang atau kelompok tentang suatu agamabukanlah dengan sendirinya senilai dengan agama itu sendiri.
Ini lebih-lebih lagi benar jika suatu agama diyakini hanya
datang dari Tuhan (wahyu agama samawi) dan bukannya
hasil suatu proses historis dan sosiologis (dengan istilah
agama wahyu atau agama samawi) maka wewenang
menetapkan agama atau tasyri(seharusnya!) hanya ada pada
Tuhan atau berasal dari langit, sementara yang datang dari
manusia itu dari arah bumi (juga seharusnya!) dipandang
sebagai relatif belaka.
Dengan penjelasan Nurcholish Madjid di atas, kita menjadi
paham bahwa relativis3
tidak meyakini adanya tafsir dan
1 Hamid Fahmi Zarkasyi,Liberalisasi Pemikiran Islam, (Ponorogo: CIOS, 2008), 892 Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Dian Rakyat dan Paramadina,
2008), 143
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
4/23
pemahaman absolut terhadap agama. Bagi mereka, di level
amaliyah sehari-hari tidak perlu justifikasi benar atau salah. Oleh
karena itu, relativis tak mengakui adanya klaim kebenaran.
Relativis tak membatasi relativisme berlaku hanya dalam
hal furuiyyah (bersifat cabang) saja, tetapi dalam semua aspek
keagamaan. Relativis selalu membedakan antara Islam yang
bersifat mutlak dengan pemahaman / pemikiran keislaman yang
bersifat relatif.
Ada akibat serius dari berkembangnya relativisme terhadap
umat Islam. Misal, pertama, relativisme meruntuhkan keyakinan
seorang Muslim akan kebenaran Islam, sebab dia lalu merasa
bahwa agama adalah hal yang tidak akan pernah bisa dipahami
oleh manusia. Kedua, relativis tak memandang penting peran
ulama sebagai pewaris para Nabi. Ketiga, umat Islam akan
individualistis karena tak peduli kepada berbagai kemunkaran
yang terjadi di sekelilingnya. Sebab, umat Islam yang terpengaruh
relativisme akan beranggapan bahwa praktik keagamaan adalah
urusan yang bersifat sangat pribadi, yaitu antara seseorang dengan
Tuhannya. Lebih jauh lagi, seseorang itu tak merasa berkewajiban
mendakwahkan Islam.
3 Relativis menunjuk kepada siapapun yang aktif menyebarkan gagasan relativisme maupun
yang sekadar setuju dengan paham itu.
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
5/23
Kecuali (mendiang) Nurcholish Madjid, di kalangan
intelektual Syafii Maarif dikenal sebagai tokoh yang setuju
dengan relativisme. Melalui opini dia di Republika4, Syafii
Maarif berpendapat bahwa:
Al-Quran itu mengandung kebenaran mutlak, karena ia
berhulu dari yang Maha Mutlak. Tetapi sekali ia memasuki
otak dan hati manusia yang serba nisbi, maka penafsiran
yang keluar tidak pernah mencapai posisi mutlak benar,siapa pun manusianya, termasuk /mufassir/ yang dinilai
punya otoritas tinggi, apalagi jika yang menafsirkan itu
manusia-manusia seperti saya.
Dengan relativisme, relativis kerap menyoal tentang keberadaan Islam
otentik. Bagi mereka, Islam otentik sudah tak bisa ditemukan lagi sebab
pemahaman keislaman sangat tergantung kepada pemahaman manusia yang
berubah-ubah di setiap waktu dan tempat.
Relativis melupakan otoritas Rasulullah Muhammad SAW dan para
ulama sebagai pewarisnya. Padahal, dengan status sebagai pewaris Nabi,
ulama yang shalih seharusnya dipahami memiliki peran sebagai penafsir Al-
Quran yang otoritatif dan perlu diikuti.
2. Musuh Semua Agama
4 LihatRepublika 29 Desember 2006.
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
6/23
Melihat daya rusak relativisme bagi aqidah seorang Muslim, maka
Adian Husaini5
berkesimpulan bahwa:
Paham relativisme akal dan relativisme iman merupakan virus
ganas semisal virus HIV yang berpotensi menggerogoti daya tahan
keimanan seseorang, sebab dengan virus ini, maka seseorang
menjadi tidak yakin dengan kebenaran agamanya sendiri. Dari
virus ini lahirlah sikap skeptic dan agnostic yang senantiasa ragu
dengan kebenaran yang dicapainya.
Relativisme tak hanya dirasakan membahayakan aqidah umat Islam,
tapi bisa menjadi musuh semua agama. Sebab, sikap keragu-raguan atas
kebenaran agama yang dipeluk seseorang bisa menghinggapi semua pemeluk
agama dikarenakan relativisme.
Relativime menghancurkan keyakinan masing-masing pemeluk agama
terhadap agamanya sendiri. Adian Husaini6
mengutip Libertus Jehani -
menulis buku Paus Benediktus XVI, Palang Pintu Iman Katolik- yang
menyebutkan bahwa Paus Benediktus XVI mengingatkan tentang bahaya
relativisme bagi iman Katolik. Eropa kini kata Benediktus XVI- sedang
dalam bahaya besar, karena paham relativisme iman yang mendalam.
B. Pluralisme1. Pengertian
5Adian Husaini,Liberalisasi Islam di Indonesia: Fakta dan Data, (Jakarta: Dewan DawahIslamiyah, 2006), 256Ibid, h. 28
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
7/23
Relativisme menjadi induk dari paham-paham lainnya seperti
antara lain- pluralisme.7
Apa pluralisme? Setelah mengkajinya dari
berbagai aspek, Anis Malik Thoha8
menyatatakan, bahwa:
Pluralisme Agama adalah kondisi hidup bersama (ko-
eksistensi) antaragama (dalam arti yang luas) yang berbeda-
beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-
ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama.
Tetapi, itu pengertian asli (pada awalnya) dan sekarang seperti
dilupakan orang. Maka, Anis Malik Thoha mengkajinya dari segi
konteks di mana pluralisme agama sering digunakan dalam studi-
studi dan wacana-wacana sosio-ilmiah pada era modern ini.
Ternyata, istilah pluralisme telah menemukan definisi dirinya
yang sangat berbeda dengan yang dimiliki semula (dictionary
definition). Maka, dengan bersandar kepada salah satu tokoh
penganjur pluralisme agama yaitu John Hick, Anis Malik Thoha
merumuskan, sejatinya pluralisme agama itu adalah paham yang
menyatakan bahwa Semua agama adalah merupakan manifestasi-
manifestasi dari realitas yang satu. Dengan demikian, semua agama
sama dan tak ada yang lebih baik dari yang lain.9
7Ibid, h. 22-238 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif, 2005), 149Ibid, h. 15
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
8/23
Sementara, lewat fatwanya pada 2005 Majelis Ulama
Indonesia (MUI) secara lebih lugas menjelaskan:
Pluralisme agama adalah paham yang mengajarkan bahwa
semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap
agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama
tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang
benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan
hidup berdampingan di surga.10
Di makalah ini makna pluralisme agama (atau ditulis pluralisme saja)
yang disebut terakhir itulah yang dipakai sebagai dasar telaah.
2. Pluralitas dan Pluralisme
Ide pluralisme adalah satu gagasan yang termasuk kategori
liberalisasi pemikiran Islam. Dalam konteks ini, kita seharusnya bisa
membedakan antara pluralitas dan pluralisme.
Pluralitas dan pluralisme memang berasal dari akar kata yang sama,
yaitu plural (yang berarti majemuk atau beragam). Namun, pluralitas berbeda
dengan pluralisme. Pluralitas berarti kemajemukan. Pluralitas/kemajemukan
(semisal suku, bangsa, bahasa, warna kulit, dan lain-lainnya) memang
kehendak Allah.11
10 Lihat FatwaMajelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 29 Juli 2005 berupa Surat Keputusan
bernomor 7/MUNAS VII/MUI/II/2005.
11 Lihat QS Al-Hujuraat [49]: 13, juga QS Ar-Ruum [30]: 22
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
9/23
Ketika Nabi Muhammad SAW memimpin di Madinah, negeri itu
jelas tak homogen. Di Madinah ada beragam kelompok suku bangsa dan
agama. Di masa itu, umat Islam sangat biasa berinteraksi dengan orang-orang
Yahudi. Mereka hidup berdampingan dengan damai.
Pluralisme maknanya berbeda jauh dengan pluralitas. Pluralisme
adalah gagasan yang berujung kepada ajakan mengompromikan aqidah.
Modusnya adalah memberi pembenaran kepada ajaran agama lain.
3.Pluralisme HaramBagi para penganutnya, pluralisme adalah kehendak Tuhan. Dengan
demikian, bagi mereka, sangat relevan -bahkan urgen- untuk mencari titik
temu agama-agama. Lalu, masing-masing agama itu disesuai-sesuaikan.
Jadilah sinkretisme.
Islam, seperti disinggung di depan mengakui pluralitas. Keberadaan
masyarakat yang majemuk, dihormati. Islam tak melarang pemeluknya
berinteraksi sosial dengan umat beragama lain. Namun, prinsip aqidah Islam
sangat bertolak belakang dengan pluralisme. Islam tegas mengatakan bahwa
hanya Islam agama yang diridhai-Nya.12
Dengan demikian, tidak benar klaim
bahwa semua agama benar.
Pluralisme adalah syirik modern, karena menganggap semua agama
adalah benar. Padahal, Allah menegaskan hanya Islam yang benar dan
12 Lihat QS Al-Maaidah [5]: 3.
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
10/23
diterima-Nya. Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam.13
Mengingat bahaya besar yang bisa ditimbulkan pluralisme, maka pada
29 Juli 2005 MUI menerbitkan fatwa lewat Surat Keputusan bernomor
7/MUNAS VII/MUI/II/2005. Diputuskan bahwa pluralisme adalah paham
yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, umat Islam
haram mengikuti paham pluralisme.
Keputusan bahwa pluralisme haram diambil setelah
mempertimbangkan antara lain- bahwa berkembangnya paham pluralisme
agama, liberalisme dan sekularisme serta di kalangan masyarakat telah
menimbulkan keresahan sehingga sebagian masyarakat meminta MUI untuk
menetapkan fatwa tentang masalah tersebut.
Juga, dengan mengingat Firman Allah yang artinya:
Barang siapa mencari agama selaian agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi (QS Ali Imran [3]: 85),
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam (QS Ali
Imran [3]: 19),
Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku (QS Al-Kaafiruun [109]: 6).
13 Lihat QS Ali Imran [3]: 19
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
11/23
Juga dengan mempertimbangkan hadits:
Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorangpun baik
Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini,
kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa, kecuali
ia akan menjadi penghuni neraka (HR Muslim).
Begitu pula dengan riwayat berikut ini: Nabi SAW melakukan
pergaulan sosial secara baik dengan komunitas-komunitas non-Muslim seperti
komunitas Yahudi yang tinggal di Khaibar dan Nasrani yang tinggal di
Najran; bahkan salah seorang mertua Nabi SAW yang bernama Huyay bin
Aththab adalah tokoh Yahudi Bani Quradzah (HR Bukhari -Muslim).
4. Ditolak KristenTak hanya Islam yang menolak pluralisme, tapi juga Kristen.
Kenneth R. Sample14
menyebut, bahwa:
Abad ke-20 telah membawa tantangan yang tidak ada duanya
dalam sejarah kepercayaan Kristen. Pada abad ini relevansi
Kristen dan kebenaran tertingginya telah dipertanyakan
(dengan pertanyaan) yang tidak ada sebelumnya. Serangan
terhadap klaim kebenaran Kristen ini datang dari dua musuh
yang berbeda: Humanisme ateistik yang secular dan pluralismeagama yang berkembang.15
C. Ulama
14 Kenneth R. Sample dalam Hamid Fahmi Zarkasyi, Liberalisasi Pemikiran Islam,
(Ponorogo: CIOS, 2008), 104
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
12/23
1. PengertianSecara bahasa ulama berarti orang yang mengerti atau
orang yang berilmu atau orang yang berpengetahuan.16
Dalam
perspektif Islam, ulama adalah manusia yang berkategori sebagai
pewaris para Nabi. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para Nabi
(HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Dengan perannya yang vital, sesungguhnya seluruh umat Islam
wajib taat kepada ulama, sejauh ulama itu benar-benar setia mengikuti
sunnah Rasulullah SAW. Sebab, setelah Nabi SAW wafat, maka
peran kenabian dalam melakukan dakwah amar makruf nahi munkar
berpindah kepada Sang Pewaris yaitu ulama. Ini, antara lain bersandar
kepada: Para ulama itu sebagai pelita di permukaan bumi ini, sebagai
pengganti-pengganti para Nabi, dan sebagai waris saya, dan sebagai
pewaris para Nabi (HR Ibnu Ady).
Ulama (yang shalih) berperan sebagai pembimbing dan
pembina aqidah umat. Ulama memang harus responsif dengan aktif
memberi pencerahan kepada umat. Sesungguhnya perumpamaan
ulama di bumi adalah seperti bintang-bintang di langit yang
15 Hamid Fahmi Zarkasyi, ,Liberalisasi Pemikiran Islam,, (Ponorogo: CIOS, 2008), 10416 Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi, (Surabaya: Bina Ilmu, 1998), 14
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
13/23
memberikan petunjuk di kegelapan bumi dan laut. Apabila dia
terbenam, maka jalan akan kabur(HR Ahmad).2. Di Tengah Liberalisasi Pemikiran
Sebagai pewaris Nabi, ulama mendapat amanah beramar
makruf nahi munkar (berdakwah mengajak kepada kebaikan dan
memberantas kemunkaran). Saat beramar makruf para ulama relatif
tak menemui masalah. Tapi, saat akan mencegah dan memberangus
kemunkaran, ulama banyak mendapatkan tantangan.
Di antara agenda nahi munkar, ulama akan pasti bertemu
dengan arena yang bernama pertarungan pemikiran. Ada dua sumber
tantangan ulama dalam pertarungan pemikiran. Pertama, yang berasal
dari pihak di luar Islam, yaitu dari kaum Yahudi dan Nasrani.17
Kedua, yang berasal dari kalangan Islam sendiri yang terpengaruh
oleh liberalisasi pemikiran keislaman.
Untuk tantangan jenis kedua itu, dalam konteks Indonesia bisa
disebut bahwa itu dimulai pada tahun 1970-an. Ketika itu, Nurcholish
Madjid mengusung ide sekularisasi. Pada 2 Januari 1970, dia memulis
makalah untuk sebuah diskusi berjudul Keharusan Pembaharuan
Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat. Ide itu lebih
17 Lihat QS Al-Baqarah [2]: 120.
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
14/23
diperkuatnya lagi lewat sebuah pidato di Jakarta pada 21 Oktober
1972 yang berjudul Beberapa Renungan. Seperti yang dikutip Adnin
Armas18
, Nurcholish mengatakan bahwa tidak ada masalah
menggunakan kata sekular untuk Islam, karena memang manusia
adalah makhluk sekular. Tentu saja, pendapat nyleneh itu membuat
repot ulama untuk meralatnya, bahkan hingga kini.
Pada pertengahan 2001, istilah Islam Liberal mulai dikenal
luas di Indonesia, terutama karena nama itu dinisbahkan kepada
lembaga terorganisasi yang mengusungnya yaitu Jaringan Islam
Liberal (JIL). Islam yang membebaskan adalah slogan yang
dikampanyekan oleh JIL secara massif, seperti lewat koran, radio, atau
internet. Tema pokok mereka adalah relativisme (dalam beragama).
Tema itu lalu bercabang kepada sekularisme, pluralism, kesetaraan
gender, dan lain-lain.
Menghadapi serbuan ide munkar itu, ulama direpotkan. Lewat
mimbar Jumat, majelis pengajian, tulisan di koran, dan lain-lain,
ulama berusaha meluruskan paham tak benar itu.
Sekalipun demikian, para ulama harus bekerja lebih keras lagi,
sebab virus yang disebarkan kaum liberal itu relatif cukup mudah
18 Adnin Armas dalam Hamid Fahmy Zarkasyi, dkk., (Jakarta: Khairul Bayan, 2004), 45
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
15/23
diterima umat Islam antara lain karena yang mereka tawarkan adalah
sesuatu yang dirasakan bersifat meringankan mereka dari ketatnya
syariah, seperti bolehnya kawin beda agama. Khusus yang disebut
terakhir, pernah ada laporan dari majalah Gatra19
bahwa puluhan
muslimah di Sumatera Barat murtad karena bersandar pada fatwa dari
kalangan Islam Liberal tentang bolehnya kawin beda agama.
3. Pengaruh Relativisme dan Pluralisme terhadap Peran Ulama1. Pengaruh Negatif: Delegitimasi Ulama
Berpegang kepada relativime dan pluarlisme, (setidaknya
sebagaian) umat Islam mulai tak memandang penting peran ulama. Sebab,
Karena sifatnya relatif dan tidak absolut, maka ilmu para ulama tidak
dapat dijadikan rujukan, sehingga para ulama itu dianggap tidak memiliki
otoritas dan tidak boleh memberi fatwa.20
Lihat misalnya- dua tulisan di Jawa Pos yang menggugat keputusan
MUI yang menggolongkan kelompok Al-Qiyadah yang memiliki syahadat
Asyhadu alla ilaha illa-Alla wa asyhadu anna Masih al-Mauud Rasul-
Allah serta menyatakan shalat dan puasa tak wajib dikerjakam, sebagai
sesat.
19 Baca Gatra 19/10/2002
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
16/23
Lewat tulisan pada 9/11/2007 yang berjudul Relativitas Kesesatan
Aliran Sesat,21 Pradana Boy ZTF (dosen Fakultas Ilmu Agama Universitas
Muhammadiyah Malang) membela kelompok / aliran sesat Al-Qiyadah
dengan merelatifkan fatwa MUI.
Dia menggugat ulama, dengan menyatakan bahwa fatwa itu memiliki
potensi pemaksaan kebenaran yang sangat tinggi. Hal itu, dikaitkannya
dengan pendapat MUI bahwa salah satu kriteria aliran sesat adalah ketika
menafsirkan Al-Quran di luar ketentuan kaidah-kaidah tafsir yang berlaku.
Boy mendasarkan pemikirannya atas paham relativisme (tafsir).
Tampak, dia berusaha untuk menghilangkan otoritas ulama dalam penafsiran
Al-Quran. Perhatikanlah pernyataan dia:
Jika MUI merujuk kepada seperangkat kaidah yang dihasilkan olehulama
tertentu, MUI telah melakukan kesewenang-wenangan. Seolah-olah
MUI
memiliki hak paling mutlak untuk menentukan metode ini benar dan
metode ini salah.
Lewat tulisannya, Boy menukas, kaidah tafsir menurut siapa? Boy
menyoal, model pendekatan versi siapa? Bukankah lanjut dia- ahli tafsir itu
banyak, seraya menyebut sejumlah tokoh liberal seperti Nasr Hamid Abu
Zayd, Arkoun, Hassan Hanafi, dan sejumlah nama lain.
20Hamid Fahmi Zarkasyi,Liberalisasi Pemikiran Islam, (Ponorogo: CIOS, 2008), 94
21 Lihat Jawa pos, 9/11/2007
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
17/23
Siapa Nasr Hamid Abu Zayd? Atas sejumlah pendapat
kontroversialnya, Nasr Hamid Abu Zayd dinilai ulama Mesir bahwa dia telah
keluar dari Islam. Ulama Mesir-pun menetapkan dia harus diseret ke
pengadilan dan diharuskan bercerai dengan istrinya. Dia kemudian melarikan
diri ke Belanda.
Bahkan, tanpa ragu Boy mengajak pula untuk membandingkannya
dengan tafsir dari kalangan nonMuslim seperti Anthony John, John
Wansbrough, atau Andrew Rippin.
Pada 14/11/07 aktivis JIL Mohamad Guntur Romli menulis Sesatnya
Kriteria Sesat.22 Pada dasarnya, dia menyatakan bahwa kriteria penyesatan
versi MUI harus ditolak, sebab semua orang atau kelompok memiliki derajat
yang sama ketika berusaha memahami wahyu. Itupun kata dia- hakikat
kebenarannya baru sampai pada tahap kebenaran manusiawi dan bukan
kebenarann Ilahi.
Kecuali berusaha melemahkan Al-Quran, kaum liberal juga
melakukan delegitimasi terhadap ulama. Otoritas keagamaan ulama hendak
mereka pasung. Padahal, siapapun tahu, di lapangan hidup apa saja, mesti ada
otoritas dalam menilai sesuatu. Di bidang kesehatan, hanya dokterlah yang
punya otoritas untuk menilai seseorang itu sakit atau tidak. Begitu juga, di
aspek keagamaan. Untuk Islam, maka yang memiliki otoritas menentukan
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
18/23
tafsir (tentu saja termasuk menetapakan sebuah aliran itu sesat atau tidak)
adalah ulama yaitu ulama yang shalih dan bukan ulamaus-su / ulama jahat.
2. Pengaruh Positif: Spirit Dakwah MeningkatDi dunia ini akan selalu ada tantangan. Tetapi, sejauh kita
berusaha keras meresponnya sesuai dengan cara-cara yang digariskan
Islam, tantangan sebesar apapun akan bisa diatasi.
Allah telah menggambarkan tentang adanya sunnatullah
berupa pasangan tantangan dan jawaban, bahwa Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran.23
Berbekal ayat itu, ulama akan terus tertantang untuk beramar-
makruf nahi-munkar. Dalam konteks ini, ulama merasa bahwa
relativisme dan pluralisme adalah virus yang sangat berbahaya
terhadap aqidah umat dan oleh karena itu harus dibasmi.
Sebagai respon atas tantangan di bidang pemikiran itu, ulama
akan tetap bersemangat menggali ilmu-ilmu keislaman. Dengan ilmu
22 LihatJawa Pos, 14/11/200723 Lihat QS Al-Asr [103]: 2-3.
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
19/23
yang cukup, ulama bisa menjawab pemikiran-pemikiran keislaman
yang liberal melalui debat, artikel, buku, dan cara-cara lainnya.
III. Penutup
1. KesimpulanRelativisme adalah paham yang berbahaya, sebab bisa
membuat orang tidak memiliki sikap dalam menentukan mana yang
benar dan yang salah. Tak ada pemahaman mutlak dalam agama
karena kebenaran itu relatif.
Pemahaman relativisme seperti itu sama saja dengan
mengecilkan Allah. Sebab, itu sama saja dengan menilai Allah telah
menurunkan Kitab (wahyu-Nya) yang tidak akan pernah bisa
dipahami oleh manusia. Padahal, Kitab itu diturunkan untuk menjadi
petunjuk bagi manusia.
Sebagaimana induknya, pluralisme sama bahayanya bagi
seorang Muslim karena berpandangan bahwa semua agama itu benar.
Kata penganut pluralisme, agama orang lain yang berbeda itu sekadar
beda cara saja dalam mendekati Tuhan yang sama.
Sebagai paham, pertama, relativisme dan pluralisme
sangat berbahaya bagi keimanan seorang Muslim. Kedua, relativisme
dan pluralisme menohok keberadaan ulama sebagai pewaris para Nabi.
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
20/23
Ulama yang seharusnya berada di posisi terhormat menjadi
terdeligitimasi. Sebab, dengan beranggapan bahwa kebenaran itu
relatif dan semua agama sama benar, maka tak perlu bimbingan
keislaman dari seseorang yang dianggap punya otoritas untuk itu,
yaitu ulama.
Berikutnya, ada akibat lain relativisme terhadap orang
yang beragama. Mereka yang tak berakidah kuat akan menjadi tak
yakin akan agamanya, permisif, individualistis, dan -terutama- tak
peduli untuk memberantas kemunkaran. Maka, setidaknya, muncul
dua fenomena yang bisa dihasilkan oleh relativisme.
Pertama, akan ada orang/kelompok yang merasa mendapat
justifikasi untuk secara mudah menafsiri ajaran agamanya sekalipun
dia tak mempunyai kecakapan yang memadai untuk itu. Pada bagian
ini, kemunculan aliran sesat menjadi sangat berpeluang.
Kedua, masyarakat di sekitar munculnya aliran sesat itu
akan tak peduli sekalipun di lingkungan terdekatnya bermunculan
praktik kemungkaran, sebab itu urusan yang sangat pribadi dan yang
mereka lakukan adalah memanfaatkan hak yang dipunyainya dalam
memahami serta menafsiri agamanya.
2. Saran
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
21/23
Menghadapi serbuan virus relativisme dan pluralisme,
ulama harus beramal-shalih lebih kuat. Pertama, pegang erat peran
sebagai pewaris para Nabi dengan terus istiqomah berdakwah beramar
maruf nahi munkar. Kedua, secara internal, bentengi aqidah umat
Islam dari kemungkinan terkotori oleh virus relativisme dan
pluralisme. Ketiga, secara eksternal, harus aktif membendung
relativisme lewat berbagai cara, misal lewat pengajian, penulisan
artikel di media cetak, penulisan buku, dan lain-lain. Intinya, para
ulama diharapkan terlibat aktif mewarnai berbagai arena pertarungan
pemikiran.
Ketiga saran di atas, semuanya terarah kepada
pengembalian peran ulama sebagai pewaris para Nabi. Oleh karena
kebenaran itu adalah dari Allah, maka para ulama tak boleh sekali-kali
ragu-ragu dalam beramal-shalih.
Terakhir, ulama yang shalih hendaknya menjadikan perjuangan
menanggulangi virus relativisme dan pluralisme sebagai prioritas
utama gerakan dakwah. []
Daftar Pustaka
Kitab Suci:
Al-Quran (dan terjemahnya)
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
22/23
Buku:
Hasyim, Umar,Mencari Ulama Pewaris Nabi, (Surabaya: Bina Ilmu, 1998)
Husaini, Adian, Liberalisasi Islam di Indonesia: Fakta dan Data, (Jakarta:
Dewan Dawah Islamiyah, 2006)
Husaini, Adian dan Abdurrahman Al-Baghdadi,Hermeneutika dan Tafsir Al
Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007)
Madjid, Nurcholish, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Dian Rakyat dan
Paramadina, 2008)
Thoha, Anis Malik, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta:
Perspektif,
2005)
Zarkasyi, Hamid Fahmi, Liberalisasi Pemikiran Islam, (Ponorogo: CIOS,
2008)
Zarkasyi, Hamid Fahmy, dkk., Tantangan Sekularisasi dan Liberalisasi di
Dunia
Islam, (Jakarta: Khairul Bayan, 2004)
Dokumen:
Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bernomor 7/MUNAS
VII/MUI/II/2005 tentang Pluralisme Agama dalam Pandangan
Islam,
tanggal 29 Juli 2005.
-
7/22/2019 Relativism Pluralisme Dan Peran Ulama
23/23
Surat Kabar
Republika, 29/12/2006
Jawa pos, 9/11/07, 14/11/07
Majalah:
Gatra 19/10/2002