Reklamasi Pasca Penambangan Batubara
-
Upload
resky-ekky -
Category
Documents
-
view
81 -
download
8
description
Transcript of Reklamasi Pasca Penambangan Batubara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumberdaya alam yang meliputi vegetasi, tanah, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
Nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar – besarnya untuk kepentingan
rakyat dan kepentingan pembangunan nasional dengan memperhatikan kelestariannya.
Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut adalah
kegiatan pertambangan batubara yang hingga saat ini merupakan salah satu sector
penyumbang devisa negara. Akan tetapi kegiatan pertambangan apabila tidak
dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan
terutama gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar.
Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia, dan biologi seperti
bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi
dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan – perubahan ini harus dikelola untuk
menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase
yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air
tanah oleh bahan beracun dan lain – lain.
Industri pertambangan umum hubungannya dengan kepentingan lingkungan
yang dimuat dalam Pasal 30 UU No. 11 tahun 1967 yang menyatakan “ Apabila
selesai melakukan penambangan bahan galian pada suatu daerah atau tempat
pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan
mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya lainnya
bagi masyarakat”.
1
Pada setiap Perusahaan pengolahan Batubara dapat mengakibatkan kerusakan
lahan yang sangat luas. Polusi yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan antara
lain polusi tanah, udara, dan air. Kerusakan – kerusakan .
Yang dapat ditimbulkan dari kegiatan penambangan Batubara antara lain :
Tata guna lahan.
Flora dan fauna.
Tekstur dan struktur tanah.
Penurunan produktivitas tanah.
Pemadatan tanah.
Terjadinya erosi dan sedimentasi.
Terjadinya gerakan tanah/longsor.
Terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk.
Perubahan iklim mikro.
Dari beberapa kerusakan – kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan
tersebut harus diatasi setiap perusahaan tersebut melalui kegiatan reklamasi
perusahaan tersebut untuk mengembalikan keadaan lingkungan seperti pada keadaan
sebelumnya dengan kata lain sesuai dengan peruntukannya.
Pada setiap perusahaan tambang Batubara sebelum melakukan operasi perlu
merencanakan kegiatan reklamasinya. Hal ini dilakukan agar nantinya setelah selesai
operasi lahan tersebut tidak ditinggalkan begitu saja sehingga merugikan masyarakat
sekitarnya.
B. Tujuan
2
Maksud dan tujuan pedoman teknis ini adalah sebagai arahan pelaksana di
lapangan agar dalam melakukan reklamasi dapat memperoleh hasil yang optimal.
Pedoman teknis ini membahas teknik reklamasi lahan bekas tambang Batubara dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut :
1. Penetapan sasaran reklamasi.
2. Perencanaan reklamasi.
3. Pembersihan lahan.
4. Tata letak Tanah
5. Pengolahan tanah pucuk.
6. Pengendalian erosi dan sedimentasi.
7. Revegetasi.
Dalam makalah ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu perencanaan,
pelaksanaan, Reklamasi lahan bekas tambang Batubara. Sedangkan kegiatannya
meliputi pekerjaan teknik sipil, teknik vegetatif, teknik kimiawi dan/atau
kombinasinaya.
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Genesa Batubara
Batubara adalah berasal dari tumbuh – tumbuhan yang hidup diair tawar pada
daerah tropis atau sub tropis dimana tumbuh – tumbuhan yang mengandung karbon,
hydrogen, dan sedikit nitrogen serta yang paling banyak adalah “cellulose”
( C6H10O5), kemudian mati tumbang dan terendam air. Dengan sisa tumbuh –
tumbuhan tersebut didalam lingkungan hampa udara ( anaerobic ) maka terjadi proses
biokimia atau hasil kerja “ organisme “.
Skema Proses kimia
Tumbuh – tumbuhan bakteri anaerob Gelly
Gelly Akumulasi dan pemadatan Peat
Setelah terjadi proses biokimia maka tahap selanjutnya terjadi proses
thermodinamika dimana proses geologi terjadi kenaikan tekanan dan temperature
akibat dari pemadatan, maka hal ini disebut proses pembatubaraan.
Proses pembatubaraan akan semakin meningkat kadar C ( zat karbon ) dan
semakin kurang kadar hydrogen ( H ) dan Oksigen ( O ) atau dengan keluarannya
CO2,H2O, dan CH4 dari dalam sisa tumbuh – tumbuhan, maka zat kayu akan
mengalami perubahan yakni : peat, gambut, lignit dan batubara ( sub-bituminius dan
bituminous ) dan anthracite.
5 ( C6H10O5 ) C20H22O4 + 3CH4 + 8 H2O + 6CO2 + CO
( Lignit ) ( Metan ) ( Air ) ( Carbondioksida )
6 ( C6H10O5 ) C22H20O3 + 5CH4 + 10 H2O + 8CO2 + CO
( Bituminius ) ( Metan ) ( Air ) ( Carbondioksida )
B. Sasaran dan Perencanaan Reklamasi
4
Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia, dan biologi seperti
bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi
dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan – perubahan ini harus dikelola untuk
menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase
yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air
tanah oleh bahan beracun dan lain – lain.
Dampak negative seperti yang disebut di atas dapat dicegah atau ditanggulangi
dengan cara mengatur tata letak rencana operasi penambangan. Persiapan rencana
daerah pertambangan lebih baik dalam bentuk seri “ overlay “ photo udara atau
thematic peta topografi yang rinci untuk mendapatkan identifikasi yang jelas tentang
komponen lingkungan fisik yang penting, komponen lingkungan yang sensitive pada
lokasi tersebut. Posisi optimum sarana penunjang di kegiatan penambangan kemudian
diputuskan. Dengan penempatan sarana penunjang pada letak yang tepat maka akan
didapat beberapa manfaat, yaitu :
1. Melindungi jalan tambang dan
kemungkinan areal pengembangannya.
2. Mengoptimasikan jarak
pengangkutan bijih dan lapisan penutup.
3. Menghindari atau memperkecil
pengaruh dampak terhadap lokasi – lokasi yang lingkungannya sensitive.
4. Menghindari dampak kebisingan dan
estates ( termasuk sinar ) disekitar pemakaian lahan yang berdekatan.
5. Membuat rencana penisiran yang
optimum.
6. Mengoptimasikan bentuk akhir
penambangan kea rah bentuk lahan yang sesuai dengan tata guna lahan
setelah penambangan selesai.
Dengan memperhatikan hal – hal di atas maka sasaran dari apa yang
direncanakan dalam kegiatan reklamasi dapat dicapai.
5
B. 1. Sasaran Reklamasi
Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan yaitu :
- Pemulihan lahan bekas tambang Batubara untuk memperbaiki lahan yang
terganggu ekologinya.
- Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya
untuk pemanfaatan selanjutnya.
Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas tambang
batubara agar kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi sehingga dapat
dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan kembali limbah bekas tambang Batubara tersebut
sangat bervariasi untuk daerah yang berbeda. Dalam beberapa kasus dapat dilakukan
pembuatan model penggunaan lahan yang sama sekali dari daerah bekas
penambangan, misalnya menjadi kolam persediaan air, padang golf dan sebagainya
sesuai dengan rencana tata ruang. Dengan demikian peruntukan lahan pada pasca
penambangan harus dikonsultasikan dengan Pemerintah Daerah, pemilik tanah dan
instansi terkait lainnya.
Pelaksanaan reklamasi sedapat mungkin harus dilaksanakan dengan cepat
sepanjang umur tambang. Dengan demikian dapat dicapai efisiensi pemakaian
peralatan, pemindahan dan pengelolaan tanah pucuk.
B. 2. Perencanaan.
Untuk melakukan reklamasi diperlukan perencanaan baik agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Dalam hal ini
reklamasi harus disesuaikan dengan tata ruang. Perencanaan reklamasi harus sudah
disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan program yang
terpadu dalam kegiatan operasi penambangan.
Hal – hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah
sebagai berikut :
6
1. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
2. Luas areal yang di reklamasi sama dengan luas areal penambangan.
3. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan
mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi.
4. Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak.
5. Menghilangkan atau memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun
sampai tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat
pembuangan.
6. Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
7. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
8. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan.
9. Mencegah masuknya hama dan gulma.
10. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
B. 2. 1. Pemeliharaan Lahan
Pemeliharaan lahan pertambangan merupakan hal yang penting untuk
merencanakan jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi. Jenis perlakuan reklamasi
dipengaruhi berbagai factor yaitu :
1. Kondisi Iklim.
2. Geologi.
3. Jenis Tanah.
4. Bentuk lahan.
5. Air permukaan dan air tanah.
6. Flora dan fauna.
7. Penggunaan lahan.
8. Tata ruang dan lain – lain.
7
Untuk memperoleh data yang dimaksud diperlukan suatu penelitian lapangan.
Dari berbagai factor tersebut di atas, kondisi iklim terutama curah hujan dan jenis
tanah merupakan factor yang terpenting.
B. 2. 2.Pemetaan.
Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya reklamasi
atau sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam pelaksanaan ke dua
kegiatan tersebut. Rencana tapak reklamasi di tetapkan sesuai dengan kondisi setempat
dan rencana kemajuan penambangan. Rencana tapak reklamasi tersebut dilengkapi
dengan peta – peta skala 1 : 1. 000,00 atau skala lainnya yang disetujui, disertai
gambar – gambar teknik bangunan reklamasi. Selanjutnya peta tersebut dilengkapi
dengan peta indeks dengan skala yang memadai.
Didalam peta tersebut digambarkan situasi pertambangan dan lingkungan
misalnya kemajuan penggalian, timbunan tanah penutup, timbunan “ slag “ ,
penyimpanan sementara tanah pucuk, kolam pengendapan, kolam persediaan air,
pemukiman, sungai, jembatan, jalan, revegetasi, dan sebagainya serta mencantumkan
tanggal situasi/ pembuatannya.
B.2.3. Peralatan yang digunakan
Untuk menunjang keberhasilan reklamasi biasanya digunakan antara lain
peralatan – peralatan dan sarana sebagai berikut :
“ Dump truk “
Alat – alat berat untuk meratakan timbunan tanah penutup.
Alat bajak yang dipasangkan pada traktor.
Beberapa jenis alat berat mesin pertanian yang konvensional.
Tugal adalah peralatan pembibitan yang sederhana yang digunakan pada
penyemaian.
Alat berat “ back hoe “ yang dilengkapi dengan gigi yang di tempelan pada
legan bach hoe tersebut sebagai pengganti ember.
8
C. Pelaksanaan reklamasi
Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi
pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari
pekerjaan teknik sipil dan teknik vegetasi. Pekerjaan teknik sipil meliputi : pembuatan
teras, saluran pembuangan air, bangunan pengendali lereng, check dam, penangkap oli
bekas dan lain – lain yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Pekerjaan teknik
vegetatif meliputi : pola tanam, system penanaman, jenis tanaman yang disesuaikan
kondisi setempat, “ cover crop “ dan lain – lain.
Pelaksanaan reklamasi meliputi kegiatan sebagai berikut :
Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang,
pengaturan bentuk lahan, pengaturan/penempatan bahan tambang kadar
rendah yang belum dimanfaatkan.
Pegendalian erosi dan sedimentasi.
Pengelolaan tanah pucuk.
Revegetasi ( penanaman kembali ) dan/atau pemanfaatan lahan bekas
tambang untuk tujuan lainnya.
Mengingat sifat lahannya dan kegiatannya yang memerlukan penjelasan rinci
maka selain kegiatan pelaksanaan reklamasi di atas, dalam pembahasan bab ii juga
dijelaskan mengenai pelaksanaan reklamasi khusus dan reklamasi bekas lubang
tambang batubara
C.1. Persiapan lahan
C.1.1 Pengamanan lahan bekas tambang
Kegiatan ini meliputi :
Pemindahan/ Pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang
tidak digunakan di lahan yang akan di reklamasi.
9
Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah
beracun dan berbahaya dengan perlakuan khusus agar tidak
mencemari lingkungan.
Pembuangan atau penguburan potongan beton dan scrap pada
tempat khusus. Selanjutnya penutupan lubang bukaan tambang
dalam secara aman dan permanent. Melarang atau menutup jalan
masuk kelahan bekas tambang yang akan direklamasi
C.1.2 Pengaturan bentuk lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan
hidrologi setempat. Kegiatan ini meliputi:
a. Pengaturan bentuk lereng
Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi
kecepatan air limpasan; erosi dan sedimentasi serta longsor.
Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk berteras-
teras.
b. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)
Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk
pengaturan air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat
mengurangi kerusakan lahan akibat erosi.
Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tegantung dari bentuk lahan
(topografi) dan luas area yang direklamasi.
C.1.3 Pengaturan/Penempatan Low Grade
Maksud pengaturan dan penempatan “low grade” (Bahan
tambang yang mempunyai nilai ekonomis rendah) adalah agar bahan
tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila ditimbun dalam waktu
yang lama karena belum dapat dimanfaatkan.
10
C.2. Pengendalian erosi dan sedimentasi
Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan p-
penambangan dan setelah penambangan erosi dapat mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah terjadinya endapan Lumpur dan sedimentasi di alur-alur sungai.
Untuk mengendalikan erosi dilakukan tindakan konservasi tanah baik secara teknik
sipil maupun teknik vegetatif.
C.2.1 Erosi oleh angin
Dearth yang peka terhadap erosi angin adalah pantai pasir, daerah semi
kering, atau pada lahan tambang yang dibuka sangat luas. Dampak utama dari
erosi angina adalah :
Penurunan produktifitas lahan.
Gangguan debu.
Terjadinya endapan debu pada selokan, kanan kiri jalan, pagar dan
bangunan-bangunan.
Untuk mengendalikan erosi dalam jangka yang lama digunakan
tanaman tahunan atau tanaman penutup tanah. Namun sebelum tanaman
berfungsi dilakukan tindakan sebagai berikut:
Menggunakan mulsda sebagai penutup lahan.
Membuat kondisi tanah tahan terhadap erosi dengan cara
membiarkan tanah tetap menggumpal membasahi permukaan
tanah, membuat lekukan-lekukan tanah.
Mengurangi kecepatan angin dengan membuat pemecah angina
Dalam penempatan dan pemilihan pemecah angina harus
dipertimbangkan factor-faktor:
Arah angin erosi.
Tinggi dan jarak tanam.
Permeabilitas atau kelulusan angin (Maksimal 40%)
11
Kontinuitas dan panjang pemecah angin.
C.2.2 Erosi oleh air
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi oleh air adalah :
curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, tataguna tanah dan tanaman
penutup tanah.
Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air dan limpasan adalah
sebagai berikut;
a. meminimasikan areal terganggu dengan:
Membuat rencana detail kegiatan penambangan dan
reklamasi.
Membuat batas-batas yang jelas areal tahapan
penambangan.
Penebangan sebatas areal yang akan dilakukan
penambangan.
Pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan
pepohonan.
b. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan:
Pembuatan teras-teras
Pembuatan saluran difersi
Pembuatan SPA
Dam pengendali
Check-dam.
c. Meningkatkan infiltrasi( peresapan air tanah).
Dengan penggaruan tanah searah kontur.
Akibat penggaruan, tanah menjadi gembur dan volume
tanah meningkat sebagai media perakaran tanaman.
12
d. Pengelolaan air keluar dari lokasi pertambangan .
Penyaluran air dari lokasi tambang ke perairan umum harus
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan harus di dalam
wilayah kuasa pertambangan.
Membuat bendungan sediment untuk menampung air yang
banyak mengandung sediment.
Bila curah hujan tinggi perlu dibuat bendungan yang kuat dan
permanen yang dilengkapi saluran pengelak.
Dalam membuat bendungan permanen sebaiknya
dilengkapi : dengan saluran pelimpah, pipa pembuangan, dan
lain – lain yang dianggap perlu.
C.3. Pengelolaan tanah pucuk.
Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk
dengan lapisan tanah lain. Hal ini penting karena tanah merupakan media tumbuh bagi
tanaman dan merupakan salah satu factor penting untuk keberhasilan pertumbuhan
tanaman pada kegiatan reklamasi.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :
Pengamatan profil tanah dan identi perlapisan tanah tersebut sampai
endapan bahan galian.
Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan – lapisan tanah dan ditempatkan
pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya. Timbunan tanah pucuk
tidak melebihi 2 meter.
Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah
pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0,15 m.
Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun
dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan
khusus dengan cara mengisolasi dan memisahkannya.
13
Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk
menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah.
Bila lapisan tanah pucuk tipis, perlu dipertimbangkan :
1. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka
terhadap erosi sehingga perlu penanganan konservasi tanah dan
pertumbuhan tanaman dengan segera.
2. Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman.
3. Percampuran tanah pucuk dengan tanah lain. Hal – hal yang perlu
dihindari dalam pemanfaatan tanah pucuk adalah apabila :
- Sangat berpasir ( > 70 % pasir atau kerikil ).
- Sangat berlempung ( > 60 % lempung ).
- Mempunyai pH < 5.00 atau > 8.00.
- Mengandung khlorida 3 %.
- Mempunyai electrical conductivity ( e c ) 400 milisiemens/meter.
4. Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup yang cepat
tumbuh dan menutup permukaan tanah.
C. 4. Revegetasi
Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti : persiapan
penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.
Usaha pengendalian erosi dan pengawetan tanah dan air akan dilakukan dengan
penanaman kembali ( revegetasi ) didasarkan para peranan tanaman. Untuk pemulihan
keadaan lahan pasca tambang batubara akan ditempuh dengan jalan pemanfaatan
tanaman penutup penanaman tanaman pokok sebagai pelindung.
C. 4. 1. Pemupukan
Sebelum menggunakan pupuk untuk keberhasilan revegetasi maka,
dilakukan beberapa usaha, antara lain :
a. Penggunaan gypsum
14
- Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang banyak
mengandung lempung dan untuk mengurangi pembentukan kerak
tanah pada tanah padat.
- Bila lapisan tanah bagian bawah yang diperbaiki maka perlu dibuat
alur garukan yang dalam agar gypsum dapat diserap.
- Pengolahan biasanya dilakukan sekali saja. Pengaruh pengolahan
dengan gypsum akan tahan beberapa tahun dimana tumbuh-tumbuhan
sudah mampu menghasilkan bahan organic sendiri.
b. Penggunaan kapur
- Kapur digunakan khususnya untuk mengatur PH akan tetapi dapat
juga memperbaiki struktur tanah.
- Pengaturan PH dapat merangsang tersedianya zat hara untuk tanaman
dan mengurangi zat beracun.
- Kapur atau batu gamping giling kasar dan kapur dolomite
mempunyai daya kerja yang lebih lambat akan tetapi pengaruhnya
dalam menetralisir ph lebih lama dibandingkan dengan kapur tohor.
- Tingkat penyesuaian ph akan bergantung dari tingkat keasaman jenis
tanah dan kualitas batu gamping.
c. Penggunaan mulsa jerami dan bahan organic lainnya
- Mulsa adalah bahan yang disebarkan dipermukaan tanah sebagai
upaya perbaikan kondisi tanah untuk penyesuaian biji pada
pertumbuhan awal tanaman.
- Selain untuk mengendalikan erosi juga bermanfaat untuk
mempertahankan kelembaban dan mengatur suhu permukaan tanah.
- Penyebaran mulsa secara mekanis dapat menggunakan alat pertanian
biasa (misalnya penyebaran pupuk kandang) atau dengan alat khusus,
biasanya digunakan jerami atau batang padi yang dicampur dengan
biji tumbuhan.
d. Pupuk
15
- Persyaratan penggunaan pupuk akan sangat berfariasi sesuai dengan
kondisi dan maksud peruntukan lahan sesudah penimbangannya.
- Pupuk organic (Lumpur kotoran, pupuk alami, darah dan tulang dan
sebagainya) umumnya bermanfaat sebagai pengubah sifat tanah.
- Pemberian pupuk dalam bentuk butir atau tablet dapat dilakukan pada
jarak 10-15 cm dibawah atau disebelah tiap lubang semaian.
C.4.2 Pemilihan jenis tumbuhan
Pada umumnya program revegetasi tambang diarahkan pada
penanaman jenis tumbuhan asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan local yang
sesuai dengan kondisi dengan tanah setempat. Apabila revegetasi bertujuan
untuk menghidupkan kembali bermacam spesies local dan bersifat permanen,
maka pemilihan spesies yang sesuai perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
- Pengamatan spesies tumbuhan yang tumbuh secara alamiah pada setiap
daerah yang sudah lama terganggu dekat lokasi reklamasi sehingga
pengelompokan dan pertumbuhannya dapat diidentifikasi.
- Pengamatan tanah dan kondisi penirisan dimana soesieslokal yang berbeda
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lokasi bekas tambang.
- Pemilihan jenis tanaman yang dapat menghasilkan biji dan dapat
memperbanyak diri secara alami.
C.4.3 Pengumpulan biji dan ekstrasi
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengumpulkan biji antara lain:
- Tentukan daerah pengumpulan dan spesies yang diinginkan sebelum biji
tersebut matang.
- Hindarkan buah yang menunjukkan adanya tanda serangan-serangan
gangguan jamur.
- Kumpulkan hanya biji yang matang saja.
16
- Kelompokkan biji yang berkulit keras menunjukan kematangan bila
warnanya sudah berubah hijau kecoklatan.
- Bila pengeringan udara tidak memadai untuk membuka kelopak biji,
ekstrasi dengan pemanasan mungkin diperlukan.
C.4.4 Penyimpanan biji
- Untuk menghindarkan infeksi jamur bersihkan biji sebersi mungkin dari
kotoran-kotoran sebelum disimpan.
- Berikan tanda pengenal secara jelas dengan mencantumkan jenis bijih,
tanggal pengumpulan, lokasi, dan sebagainya.
- Simpan biji didalam wadah kering bebas serangga dan kutuserta bubuhi
dengan serbuk anti jamur dan serangga, dengan temperature dibawah 20oC.
C.4.5 Persiapan pembenihan
Metode yang dipakai untuk persiapan pembenihan tergantung pada topografi
dari lokasi, rencana pemanfaatan lahan, tingkat kesuburan dan pupuk yang digunakan
serta teknik penaburan dan penanaman yang dilakukan. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan yakni:
- Mencegah terjadinya pemadatan, pembongkaran dan erosi dengan cara
menghindarkan gangguan pada tanah saat kondisi basah dan lengket,
kering atau berserabut.
- Penggunaan pupuk paling baik dilakukan pada waktu penyamaian benih.
- Kecepatan waktu persiapan pembenihan dan penaburan saat kritis untuk
keberhasilan penanaman. Hal ini dilakukan sebelum mulai musim hujan.
Serta cukup kelembaban tanah.
- Bila penanaman biji dilakukan secara manual maka penyiapan lahan untuk
pembenihan paling baik dilakukan dengan penggaruan yang dalam atau
pembajakan.
17
C.4.6 Metode penanaman
Terdapat beberapa pilihan tentang metode penanaman kembali dari tumbuhan
asli apabila diperlukan. Metode penanaman yang dipilih akan bergantung pada ukuran
dan sifat dari lokasi dan tersedianya jenis tanaman. Beberapa pertimbangan untuk
menetapkan pilihan antara lain :
a. Penyemaian langsung :
Metode yang sangat ekonomis untuk revegetasi tetapi hanya pada tingkat
tumbuh biji dan penyemaian yang cukup tinggi.
Keuntungannya adalah upah buruh yang rendah, penaburan biji secara acak
dan tidak memerlukan pengecekan terhadap tingkat pertumbuhan setelah
selesai penanaman.
Biji dapat ditabur dengan tangan, peralatan pertanian konvensional atau
yang dimodifikasikan atau dengan penyemprotan dengan udara dan
dicampur air dan sebagainya.
Pilih metode pembibitan yang cocok dengan lahan pembibitan.
Pencampuran biji halus dengan pasir atau serbuk gergaji dan sebagainya,
akan membantu pendistribusian yang merata.
b. Penanaman semaian
- Diperlukan pemasok yang dapat dipercaya atau pembangunan persemaian
di lapangan.
- Keuntungan persemaian antara lain : penggunaan biji yang tersedia jadi
efisien, pengendalian terhadap adanya campuran jenis biji tidak ada
pembatasan jenis – jenis tumbuhan yang termasuk didalam program
revegetasi.
- Tanam bibit sepanjang jalur bajakan atau pada gundukan tanah yang sudah
diratakan bila lokasinya mempunyai drainase yang lebih baik.
- Tanam bibit saat tanah dalam keadaan lembab dan sebelum musim
penghujan.
18
- Beberapa traktor yang diperlengkapi dengan alat penanam bibit mekanis
dapat digunakan.
c. Pencangkokan
- Pencangkokan pohon dewasa dan semak dapat dilakukan pada lokasi
tertentu.
- Keuntungannya termasuk efek pertumbuhan langsung dan kemungkinan
memperoleh sumber biji yang tepat.
- Kelemahannya adalah mempunyai resiko kegagalan yang tinggi.
- Bila pohon dewasa diperlukan untuk program reklamasi, pembangkangan
harus sudah selesai pada saat peralatan pemindahan tanah dan angkut
masih berada di lokasi.
C. 4.7. Pemeliharaan tanaman
Tingkat keberhasilan dari semua metode penanaman akan berkurang bila tidak
dilakukan pemeliharaan yang baik. Untuk itu perlu dilakukan hal – hal berikut :
- Pemugaran atau perlindungan tiap pohon diperlukan tetapi tidak pada
penanaman skala besar.
- Hindarkan pengairan yang berlebihan pada daerah yang sudah ditabuh dengan
biji sampai tiba musim hujan.
- Penyiraman semaian harus dikurangi sedikit demi sedikit untuk mencegah
ketergantungan yang berlebihan atau terjadinya akar permukaan.
- Penggunaan pupuk, tambahan biji atau penyulaman penanaman mungkin
diperlukan.
- Kerusakan akibat serangga dan kutu adalah hal biasa, khususnya bila program
revegetasi menghasilkan tanaman atau rumput - rumputan yang jaran didapati
di daerah tersebut.
D. Kegiatan reklamasi Khusus pada tambang batubara
19
Pada kondisi tanah tertentu pelaksanaan reklamasi memerlukan perlakuan
khusus untuk mengatasinya misalnya batuan limbah, tailing, logam – logam berat, dan
bahan kimia beracun. Adapun cara untuk mengatasinya :
a. Batuan limbah
Umumnya batuan limbah dalam kegiatan penambangan sangat besar
jumlahnya sehingga lokasi dan cara penimbunan serta reklamasi harus
direncanakan sedini mungkin. Semua batuan limbah tersebut sedapat mungkin
dikembalikan ke tempat asalnya. Kalau tidak memungkinkan maka limbah
batuan tersebut harus ditimbun pada suatu tempat diluar kegiatan
penambangan. Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk membuat tempat
pembuangan batuan limbah tersebut :
- Perencanaan tata letak, bentuk dan lokasi tempat pembuangan harus
merupakan bagian dalam perencanaan penambangan.
- Volume batuan limbah, profil lereng, pengendalian air tambang pada
daerah dimana terjadi genangan air termasuk pengelolaan air tambang
bersifat asam.
- Kemiringan lereng timbunan batuan limbah bervariasi sesuai dengan jenis
batuan yang ditimbun, topografi local dan pola curah hujan.
- Revegetasi merupakan cara jangka panjang terbaik untuk memantapkan
permukaan timbunan.
b. Tailing
Untuk mengatasi tailing maka di bangun dam tailing. Penutupan
dengan lapisan vegetasi yang dapat tumbuh dengan sendirinya merupakan cara
yang paling baik untuk reklamasi dan stabilitas jangka panjang. Sifat fisik dan
kimiawi tailing perlu dirubah untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang
memuaskan. Metode yang digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman
adalah :
a. Penggunaan bahan organic dan mulsa
20
Dengan menggunakan misalnya Lumpur kotoran, mulsa organic, abu
terbang sebagai material pencampuran pada tailing, maka dapat memberikan
manfaat antara lain : Memberikan tambahan mikroorganisme pada media
pertumbuhan, dapat mengurangi sifat racun pada tailing, karakteristik tekstur
dan struktur tanah bertambah baik, dll.
b. Perbaikan pH
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki pH adalah dengan
penambahan kapur, kapur hidrat, dan Kerak dari pabrik pemurnian.
c. Pemakaian pupuk, pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk nitrogen,
posfor, dan lain – lain.
d. Irigasi.
e. Penggunaan tanah pucuk, dengan penimbunan tanah pucuk pada tailing.
c. Bahan kimia beracun.
Sisa bahan kimia yang ada harus segerah dimusnahkan atau dengan
kata lain diamankan pada tempat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
E. Reklamasi pada infrastruktur dan bekas bukaan tambang
Diusahakan jalang tambang yang ditinggalkan dikonsultasikan dulu pada
instansi yang terkait apakah jalan tambang tersebut masih diperlukan atau tidak. Kalau
masih diperlukan tidak perlu ditutup. Kalau memang tidak dipakai maka jalan tersebut
diusahakan ditutup dengan penanaman pepohonan.
Apabila penambangan secara terbuka diterapkan umumnya akan meninggalkan
lubang atau cekungan pada akhir penambangan , terjadinya lubang – lubang ini dapat
diminimalkan apabila menimbunan kembali tanah penutup dilakukan dengan segera.
dan merupakan bagian pekerjaan penambangan.
Lubang – lubang tambang yang tidak bias dihindari, dan berdasarkan
perhitungan tidak dapat ditimbun kembali, maka lubang – lubang tersebut haruslah
21
dalam kondisi aman. Pemanfaatan lubang bekas tambang tergantung pada kondisi
daerah serta kondisi dari lubang tersebut. Alternatif pemanfaatannya antara lain
sebagai berikut :
- Habitat satwa liar atau budidaya.
- Waduk.
- Tempat penimbunan bahan buangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Reklamasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengembalikan
keadaan suatu daerah seperti keadaan sebelumnya atau sesuai dengan
peruntukannya.
2. Pelaksanaan reklamasi pada tambang batubara sebagai berikut :
22
- Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang,
pengaturan bentuk lahan, pengaturan atau penempatan bahan tambang
kadar rendah yang belum dimanfaatkan.
- Pengendalian erosi dan sedimentasi.
- Pengelolaan tanah pucuk.
- Revegetasi ( penanaman kembali ) dan/atau pemanfaatan lahan bekas
tembang untuk tujuan lain.
3. Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti : persiapan
penanaman, cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemanfaatan
tanaman.
4. Mulsa adalah bahan yang disebarkan dipermukaan tanah sebagai upaya
perbaikan kondisi tanah untuk penyesuaian biji pada pertumbuhan awal
tanaman.
B. Saran
Agar setiap perusahaan tambang harus melakukan reklamasi pada daerah bekas
tambang yang telah ditinggal agar tidak merugikan penduduk sekitarnya, serta tidak
menimbulkan bencana alam. Kegiatan reklamasi juga harus dilakukan sedemikian
rupa agar kegiatan reklamasi terlaksana dengan baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Soeharto Oemar, Teknik reklamasi daerah bekas tambang , Bandung, 1996.
2. Arsyad, Perencanaan reklamasi lahan bekas tambang Batubara pada PT. Citra
Mulia Persada Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan, Makassar, 2005
23
24