Refrat OMSK lengkap
-
Upload
elisse-stephanie -
Category
Documents
-
view
22 -
download
3
description
Transcript of Refrat OMSK lengkap
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Penyakit ini terbagi menjadi
otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing golongan
mempunyai bentuk akut dan kronis, sehingga secara rinci penyakit ini terbagi menjadi
otitis media supuratif akut (OMA), otitis media supuratif kronis (OMSK), otitis media
serosa akut, dan otitis media serosa kronis. Selain itu, terdapat juga otitis media
tuberkulosa, otitis media sifilitika, dan otitis media adhesiva.1 Pada makalah ini, akan
dibahas tentang otitis media supuratif kronik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi dan Latar Belakang
Otitis media supuratif kronis (OMSK), dahulu disebut otitis media perforata (OMP)
atau dalam bahasa awam disebut sebagai congek, ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah, baik
terus-menerus atau hilang timbul. Penyakit ini muncul sebagai kelanjutan dari OMA
yang rekuren, namun dapat pula muncul sebagai kelanjutan dari penyakit lain dan
trauma. OMA dengan perforasi membran timpani akan menjadi OMSK apabila
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, maka
disebut OMS subakut. Perbedaan OMSK dengan otitis media serosa kronis adalah
bahwa pada otitis media serosa kronis tidak disertai adanya perforasi membran
timpani.1,2,5
Penyakit ini sudah dikenal sejak jaman dahulu di berbagai belahan dunia. Orang
Mesir kuno mengenal OMSK sebagai penyakit telinga dan mengobatinya dengan
lemak bebek, boraks, dan susu sapi. Sementara ahli pengobatan tradisional India
mengobati penyakit ini melalui pendekatan medis dan perilaku. Mereka menganggap
bahwa mengkonsumsi mentega, bersikap diam, dan mencegah kelelahan, dapat
mengobati OMSK. Hippocrates memahami bahwa OMSK dapat bersifat rekuren dan
menempatkan pasien pada terapi medis dan perilaku yang berbeda tergantung dari
supurasi yang terjadi. Dia akan meresepkan air hangat, air susu ibu, dan minuman
anggur manis, serta menyarankan kepada pasiennya untuk menghindari sinar
matahari, angin kencang, dan ruangan berasap. Untuk kasus rekuren, Hippocrates
akan menambahkan serbuk topikal berisi timbal oksida dan timbal karbonat.5
McKenzie dan Brothwell (1967) menyatakan tentang dokumentasi OMSK pada
jaman prasejarah dan penemuan kolesteatoma pada tulang tengkorak di Norfolk,
Inggris, yang diduga berasal dari periode Anglo-Saxon. Perubahan radiologi pada
mastoid akibat infeksi ditemukan pada 417 tulang temporal dari pemakaman orang
Indian Dakota Selatan (Gregg, 1965) dan pada 15 tulang temporal orang Iran jaman
prasejarah (Rathbun, 1977).3
2.2. Epidemiologi
Insidensi OMSK tampaknya tergantung pada ras dan faktor sosioekonomi. OMSK
lebih sering ditemukan pada orang Eskimo, Indian Amerika (Fairbanks, 1981), Alaska
(Tschopp, 1977), anak-anak Aborigin Australia (McCafferty, 1977), dan kulit hitam
Afrika Selatan (Meyrick, 1951).3
2.2.1. Frekuensi
Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari satu juta pemasangan saluran ventilasi pada
membran timpani sebagai penatalaksanaan terhadap otitis media dan otitis media
serosa, dan dilaporkan bahwa pada 1 – 3 % yang mendapatkan pemasangan saluran
ventilasi tersebut, akan mengalami OMSK. Selain itu, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa insidensi OMSK mencapai 39 kasus per 100.000 anak-anak dan
remaja berusia 15 tahun ke bawah. Di Inggris, 0,9 % anak-anak dan 0,5 % orang
dewasa menderita OMSK. Sementara di Israel, hanya 0,039 % anak-anak yang
terkena penyakit ini.5
2.2.2. Ras
Beberapa populasi ras tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita OMSK.
Orang Indian Amerika dan Eskimo menunjukkan kecenderungan peningkatan risiko
untuk terkena infeksi ini. Sekira 8 % orang Indian Amerika dan hingga 12 % orang
Eskimo menderita OMSK. Anatomi dan fisiologi tuba Eustachius memiliki peran
penting pada peningkatan risiko ini. Tuba Eustachius pada kedua populasi tersebut
lebih lebar dan lebih terbuka dibandingkan dengan populasi lainnya, sehingga mereka
lebih berisiko untuk mengalami refluks bakteri melalui nasal yang biasa terjadi pada
OMA yang dapat berkembang lebih lanjut menjadi OMSK. Selain kedua populasi
tersebut, populasi lainnya yang memiliki peningkatan risiko terkena OMSK adalah
anak-anak dari Guam, Hong Kong, Afrika Selatan, dan Kepulauan Solomon.5
2.2.3. Jenis Kelamin
Prevalensi OMSK tampaknya terbagi rata antara pria dan wanita, sehingga diduga
penyakit ini tidak memiliki kecenderungan untuk diderita oleh jenis kelamin
tertentu.5
2.2.4. Usia
Prevalensi yang tepat dari OMSK terhadap berbagai kelompok usia belum diketahui
secara pasti. Namun beberapa penelitian menunjukan insidensi tahunan OMSK
mencapai 39 kasus per 100.000 anak-anak dan remaja berusia 15 tahun ke bawah.5
2.3. Etiologi
Mekanisme infeksi saluran telinga tengah terjadi akibat translokasi bakteri dari
saluran telinga luar melalui perforasi memban timpani kemudian masuk ke telinga
tengah. Beberapa ahli menduga bahwa organisme patogen masuk melalui refluks tuba
Eustachius, namun data-data yang mendukung teori ini kurang memuaskan. Sebagian
besar bakteri patogen yang masuk adalah bakteri yang terdapat pada saluran telinga
luar.5
Beberapa penelitian yang berupaya menunjukkan hubungan antara frekuensi penyakit
dengan pendidikan orang tua, perokok pasif, pola menyusui, status sosioekonomi, dan
jumlah infeksi saluran pernafasan atas dalam setahun, tidak memberikan hasil yang
memuaskan.5
Pasien dengan anomali kraniofasial merupakan populasi khusus yang berisiko untuk
menderita OMSK. Celah palatum, sindrom Down, sindrom Cri du Chat, atresia
khoana, celah bibir, dan mikrosefal adalah berbagai kelainan yang dapat
meningkatkan risiko OMSK. Hal ini diduga karena adanya perubahan anatomi dan
fungsi tuba Eustachius pada berbagai kelainan tersebut.5
Jenis bakteri penyebab OMSK berbeda dengan jenis bakteri penyebab OMA.
Organisme yang biasa ditemukan pada OMSK meliputi Pseudomonas aeruginosa,
spesies Proteus, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, difteroid, dan infeki
anaerobik campuran. Bakteri anaerob dan jamur dapat pula berkembang bersama
dengan bakteri aerob secara simbiotik.2,5
Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada
OMSK. Berbagai ahli selama beberapa dekade terakhir menemukan bakteri ini pada
48 – 98 % pasien dengan OMSK. Stafilokokus aureus merupakan organisme tersering
kedua; data menunjukkan bahwa bakteri ini ditemukan pada 15 – 30 % pasien dengan
OMSK. OMSK juga disebabkan oleh berbagai jenis bakteri gram negatif. Bakteri
spesies Klebsiella (10 – 21 %) dan Proteus (10 – 15 %) sedikit lebih sering ditemukan
pada OMSK dibandingkan dengan bakteri gram negatif lainnya.5
Selain faktor bakteri, status sosioekonomi yang rendah, kepadatan penduduk yang
tinggi, gizi buruk, dan penyakit infeksi (seperti campak), turut berperan dalam
perkembangan OMSK. OMSK dapat pula merupakan hasil dari predisposisi genetik,
terutama berkaitan dengan disfungsi tuba Eustachius. Disfungsi ini dapat dilihat pada
berbagai populasi, seperti pada orang Eskimo dan Indian Amerika, dan juga pada
orang dengan celah palatum. Hipertrofi adenoid dan sinustis kronis juga berperan
pada perkembangan OMSK.3
2.4. Patofisiologi
OMSK timbul sebagai kelanjutan dari infeksi akut yang berulang. Patofisiologi
OMSK diawali dengan iritasi dan inflamasi subsekuen pada mukosa telinga tengah.
Respon inflamasi menyebabkan edema mukosa. Proses peradangan yang berlangsung
pada akhirnya menyebabkan ulserasi mukosa dan kerusakan epitel. Upaya tubuh
untuk menanggulangi infeksi atau peradangan menghasilkan jaringan granulasi yang
dapat berkembang menjadi polip dalam rongga telinga tengah. Siklus inflamasi,
ulserasi, infeksi, dan pembentukan jaringan granulasi dapat terus berlanjut, sehingga
menyebabkan kerusakan tulang di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan berbagai
komplikasi dari OMSK.5
Walaupun belum terbukti, kepentingan hubungan antara bakteri anaerob dengan
bakteri aerob pada OMSK diduga meningkatkan virulensi infeksi ketika kedua jenis
bakteri tersebut berkembang di telinga tengah. Dengan memahami mikrobiologi
penyakit ini, ahli kesehatan dapat mengembangkan suatu rencana penatalaksanaan
dengan efikasi terbaik dan morbiditas terendah.2,5
2.5. Jenis
OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe
aman) dan OMSK tipe ”maligna” (tipe tulang = tipe bahaya). Berdasarkan aktifitas
sekret yang keluar, dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif ialah
OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK
tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.1
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya
tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak
terdapat kolesteatoma.1
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe
tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik, terkadang
terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar
komplikasi yang berbahaya timbul pada OMSK tipe maligna.1
2.6. Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Apabila
diperlukan, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan.
2.6.1. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis OMSK melalui anamnesis, maka pemeriksa perlu
menanyakan / mengetahui hal-hal sebagai berikut:1,5
Sekret keluar dari telinga tengah, baik terus-menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Gangguan pendengaran pada telinga yang terkena.
Riwayat OMA rekuren, perforasi karena trauma, atau pemasangan saluran ventilasi.
Adanya demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan adanya komplikasi
intratemporal atau intrakranial.
Riwayat OMSK persisten harus dicurigai sebagai adanya kolesteatoma.
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan hal-hal sebagai berikut:1,5
Kanalis akustikus eksterna dapat terlihat edema dan biasanya tampak keras.
Sekret dapat berupa encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Perforasi membran timpani.
Adanya jaringan granulasi yang terlihat pada kanalis media atau rongga telinga
tengah.
Mukosa telinga tengah yang terlihat melalui perforasi membran timpani, dapat terlihat
edema atau polipoid, pucat atau edema.
2.6.3. Pemeriksaan Penunjang
· Laboratorium
- Penatalaksanaan OMSK dapat dilakukan tanpa pemeriksaan laboratorium.
- Sebelum terapi sistemik dilakukan, pemeriksaan kultur harus dilakukan untuk
mengetahui sensitifitas.
· Pencitraan
- CT Scan
1. Jika OMSK tidak responsif terhadap terapi
medikamentosa, maka CT scan terhadap tulang temporal dapat memberikan
penjelasan. Alasan yang mungkin terjadi pada kegagalan terapi termasuk
kolesteatoma atau adanya benda asing.
2. CT scan perlu dilakukan apabila pemeriksa
curiga adanya proses neoplastik pada telinga tengah atau untuk mengantisipasi
komplikasi intratemporal atau intrakranial.
3. CT scan dapat menunjukkan adanya erosi
tulang akibat kolesteatoma, erosi osikular, keterlibatan apeks petrosus, mastoiditis
koalesen, erosi saluran Fallopi, dan abses subperiosteal.
- MRI
1. Lakukan pemeriksaan MRI pada tulang
temporal dan otak jika diduga adanya komplikasi intratemporal atau intrakranial.
2. MRI pun dapat menunjukkan adanya
peradangan dura, trombosis sinus sigmoid, labirintitis, serta abses bakteri, ekstradural,
dan intrakranial.
· Lain-lain
- Audiogram sebaiknya juga dilakukan. Pada pasien dengan OMSK, pasien
diduga akan menderita tuli konduktif. Namun jika pasien menderita tuli campuran,
maka hal ini menunjukkan penyakit tersebut berada dalam keadaan lebih ekstensif,
sehingga pemeriksa harus sadar terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
2.7. Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat mengering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu:1
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologis yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higienis yang kurang.
2.7.1. Medikamentosa
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci
telinga berupa larutan H2O2 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang, maka
terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika
dan kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di
pasaran saat ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu,
Djaafar (2004) menganjurkan agar obat tetes telinga tidak diberikan terus-menerus
lebih dari 1 atau 2 minggu, atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi
terhadap penisilin), sebelum tes hasil resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai
karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam
klavulanat.1
2.7.2. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada OMSK adalah sebagai berikut:3
· Perforasi yang bertahan lebih dari 6 minggu.
· Otore yang berlangsung lebih dari 6 minggu setelah menggunakan antibiotik.
· Pembentukan kolesteatoma.
· Bukti radiografi adanya mastoiditis kronis.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
kolesteatoma, sarana yang tersedia, serta pengalaman operator. Beberapa jenis
pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:1
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy).
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini, dilakukan pembersihan ruang
mastoid dari jaringan patologis. Tujuannya ialah agar infeksi tenang dan telinga tidak
berair lagi. Pada operasi ini, fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatoma yang
sudah meluas, Pada operasi ini, rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari
semua jaringan patologis. Dinding batas antara lubang telinga luar dan telinga tengah
dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi
satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologis dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol agar tidak terjadi infeksi kembali.
Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karir
pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi
serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen,
tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar lubang telinga menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi. (Operasi Bondy).
Opeasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior
lubang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan
patologis dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4. Miringoplasti.
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan
nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membrana timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK
tipe benigna dengan perforasi yang menetap. Opearasi ini dilakukan pada OMSK tipe
benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh
perforasi membran timpani.
5. Timpanoplasti.
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat
atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini, dilakukan rekonstruksi membran timpani dan rekonstruksi tulang
pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan,
maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V. Sebelum rekonstruksi
dikerjakan, dilakukan terlebih dahulu eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang operasi ini
terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 – 12 bulan.
6. Pendekatan kombinasi timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty).
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan
dinding posterior lubang telinga).
Pembersihan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan
melalui dua jalan (combined approach), yaitu melalui lubang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK
tipe maligna belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kolesteatoma
kambuh kembali.
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada OMSK adalah sebagai berikut:2,5
Mastoiditis.
Apisitis petrosus.
Osteomielitis basis kranii otogenik.
Paralisis wajah.
Labirintitis.
Trombosis sinus sigmoid.
Infeksi sistem saraf pusat.
BAB III
PENUTUP
Dengan memperhatikan pembahasan pada bab sebelumnya, kita menjadi sadar
bahwa OMSK merupakan salah satu penyakit pada telinga yang dapat menyebabkan
kerusakan lebih lanjut pada berbagai organ lain apabila tidak ditangani sejak dini
secara tepat. Oleh karena itu, setelah memperhatikan pembahasan pada makalah ini,
kita diharapkan mampu untuk mengenali penyakit tersebut agar dapat melakukan
pencegahan serta melakukan penatalaksaan sedini dan seoptimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar, Z.A. 2004. Kelainan Telinga Tengah. Dalam E.A. Soepardi dan N.
Iskandar, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga – Hidung – Tenggorok - Kepala –
Leher. Edisi V Cetakan IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Jackler, R.K.; Kaplan, M.J. 2002. Ear, Nose, & Throat. Dalam L.M. Tierney, Jr.,
S.J. McPhee, dan M.A. Papadakis; Current Medical Diagnosis & Treatment 2002. San
Fransisco: Lange Medical Books / McGraw-Hill.
3. Jain, A.; Knight, J.R. 2003. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Surgical
Treatment. www.emedicine.com: situs internet.
4. Jones, M.; Wilson, L. 2004. Otitis Media. www.emedicine.com: situs internet.
5. Parry, D.; Roland, P.S. 2005. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical
Treatment. www.emedicine.com: situs internet.