Refrat Olahraga Dan Hdl
-
Upload
yusuf-allan-lubis -
Category
Documents
-
view
291 -
download
0
Transcript of Refrat Olahraga Dan Hdl
Referat
HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KADAR HDL
(High Density Lipoprotein) DALAM TUBUH
Oleh :
Azhar A Wijaya G0002039
Rossy Marlina Ngahu G0006220
Yusuf Allan Pascana G9911112148
Shaumy Saribanon G9911112129
Pembimbing
Dr. Bambang P., dr, Sp. PD-KGH-FINASIM
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2012
BAB I
Pendahuluan
Kolesterol HDL merupakan suatu lipoprotein yang dihasilkan oleh hati
dan usus. HDL pada awalnya dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol
yang mengandung apo A, C, dan E. HDL berfungsi untuk membawa kolesterol
dari makrofag ke hati, kolesterol yang dibawa ke hati kemudian akan dibawa ke
usus dan dibuang melalui tinja, sehingga HDL akan menurunkan kadar kolesterol
dalam darah. Kadar HDL yang tinggi juga telah dikethaui dapat menurunkan
risiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu, peningkatan kadar kolesterol
HDL merupakan salah satu upaya dalam mencegah, terutama orang-orang yang
memiliki risiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Banyak upaya yang
dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kadar HDL diantaranya adalah
dengan olahraga.
Aktivitas fisik berupa olahraga dan kegiatan harian yang dilakukan secara
rutin dan benar telah diketahui secara luas dapat meningkatkan konsentrasi HDL
kolesterol dan bermanfaat untuk mencegah timbunan lemak di dinding pembuluh
darah (arterosklerosis). Akan tetapi perlu diketahui olahraga yang seperti apa yang
dapat meningkatkan kadar HDL. Karena olahraga yang tidak dilakukan dengan
benar justru dapat merusak tubuh. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas
mengenai bagaimana hubungan olahraga dengan peningkatan kadar kolesterol
HDL.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Olahraga
1. Definisi
Olahraga adalah proses sistematis menggunakan rangsang gerak bertujuan
untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas fungsional tubuh.
(Pollock, 2002)
2. Manfaat Olahraga
Manfaat olahraga dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Manfaat fisik : meningkatkan fungsi organ tubuh seperti jantung,
pembuluh darah , paru-paru, otot, tulang, persendian, perbaikan
metabolisme,mengurangi lemak dalam darah dan menyeimbangkan
kolestrol .
b. Manfaat psikis, olahraga menyebabkan seseorang semakin tahan terhadap
stress dan meningkatkan konsentrasi. Hal tersebut dapat teradi karena
meningkatnya suplai oksigen dalam darah.
c. Manfaat sosial, meningkatkan kepercayaan diri, dan sarana komunikasi
yang efektif. (Djoko P., 2007)
3. Prinsip berolahraga
a. Prinsip overload
Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Bila berolahraga,
maka akan timbul tahap pertama dalam penyesuaian diri, yaitu kelelahan.
Bila pembebanan terhadap tubuh dihentikan, akan muncul tahap
selanjutnya, yaitu recovery (pemulihan) dan penyesuaian. Penyesuaian
tersebut tidak hanya kembali ke tahap awal, tapi juga dapat ke tingkat yang
lebih tinggi. Dengan demikian beban latihan yang lebih tinggi disertai
istirahat yang cukup akan meningkatkan kemampuan ke tahap yang lebih
tinggi juga.
b. Prinsip reversibility
Artinya adaptasi terhadap latihan atau olahraga akan hilang jika latihan
tidak teratur atau berhenti. Dengan demikian diperlukan keteraturan dan
peningkatan beban secara bertahap untuk meningkatkan kebugaran.
c. Prinsip specifity
Sifat spesifik dari olahraga akan mendapatkan tanggapan yang spesifik
juga dari tubuh. Artinya cara dan beban dalam berolahraga harus
disesuaikan dengan tujuan dari melakukan olahraga itu sendiri, contohnya
olahraga untuk meningkatkan fungsi jantung akan berbeda dengan
olahraga untuk meningkatkan fungsi otot. (Thompson, 2001)
4. Takaran berolahraga
a. Intensitas.
Intensitas latihan yang aman dan efektif untuk tubuh atau disebut
THR (Target Heart Rate). THR berkisar 60% - 85% dari denyut jantung
maksimal, dimana denyut jantung maksimal : 220 – umur.
Terdapat cara lain yang lebih mudah, yaitu dengan Talking Test,
yaiut jika saat berolahraga masih dapat berbicara dengan tarikan napas
yang lebih berat daripada saat istirahat, maka intensitas disebut tepat.
Namun jika saat berolahraga masih dapat berbicara tapi tersengal-sengal,
maka hal tersebut dianggap penanda intensitas berolahraga terlalu tinggi
b. Frekuensi
Frekuensi yang aman untuk berolahraga adalah 3-4 kali per minggu, dan
sebaiknya dilakukan secara berselang agar memberikan waktu bagi tubuh
untuk beristirahat.
c. Durasi
Menurut Anderson, durasi olahraga yang tepat adalah sekitar 20–60 menit
tanpa berhenti. Hasl nyata dari berolahraga akan tampak nyata setelah
berolahaga rutin 2-3 bulan. (Nossek, 2002)
5. Jenis olahraga
Jenis olahraga yang dianjurkan untuk meningkatkan atau
mempertahankan kebugaran adalah aerobik, melibatkan otot-otot besar, dan
mudah dilakukan sehingga dapat dipertahankan kontinyuitas dan rutinitasnya.
Olahraga tersebut contohnya adalah jogging, bersepeda, berenang, atau senam
aerobik.
6. Risiko berolahraga
a. Resiko berolahraga secara berlebihan
1) Cedera/trauma.
Pada dasarnya olahraga adalah memberikan tekanan pada tubuh,
sehingga olahraga yang berlebihan justru akan menimbulkan cedera pada
otot atau tulang
2) Penurunan massa otot
Olahraga yang berlebihan tanpa diimbangi istirahat dan asupan
nutrisi yang cukup justru akan menimbulkan penurunan massa otot.
3) Melemahkan sistem imun
Olahraga yang berlebihan akan menyebabkan tubuh kelelahan,
sehingga menurunkan sistem imun. Jika tidak diimbangi istirahat dan
asupan nutrisi yang cukup, tubuh akan mudah terserang penyakit
4) Masalah pada sistem kardiovaskuler
Olahraga yang berlebihan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan remodelling struktur dan pembuluh darah jantung yang
patologis. Olahraga yang berlebihan akan mengakibatkan volume overload
sementara di jantung, jika hal ini terus berulang, pada beberapa individu
proses ini akan menyebabkan fibrosis miokard dan aritmia pada atrium
dan ventrikel Selain itu latihan berlebihan yang berkepanjangan dapat
nerhubungan dengan kalsifikasi arteri coroner, disfungsi diastolik, dan
kekakuan pada dinding arteri.
b. Risiko kekurangan olahraga
1) Penyakit Jantung
Kurang berolahraga seakan-akan memberikan sumbangan terbesar
terhadap penyakit jantung. Berolahraga secara kontinyu setiap hari
seperti berenang, berjalan kaki, bersepeda, joging, aerobik maupun
olahraga yang lainnya sangat diperlukan untuk menciptakan tenaga
cadangan bagi jantung. Dengan aktivitas tersebut jantung akan
sanggup menanggung kelebihan serta ketegangan.
2) Ketegangan Syaraf
Berolahraga secara rutin dapat mengurangi ketegangan
syaraf dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya berolahraga secara
kontinyu dapat pula menjaga kesehatan mental. Orang yang biasa
berolahraga, maka akan menghasilkan zat endorpin, zat antistres
yang dihasilkan oleh otak, membuat orang lebih santai.
3) Sakit Pinggang
Sakit pinggang juga bisa disebabkan kurangnya
berolahraga. Duduk dengan posisi buruk dan kelemahan otot akan
menyebabkan sakit pinggang. Penelitian menunjukkan orang yang
kurang berolahraga akan mempunyai otot pinggang yang kaku dan
keras.
4) Kelebihan Berat Badan
Kelebihan berat badan disebabkan oleh beberpa faktor.
Orang yang banyak duduk dan kurang berolahraga merupakan
sebab utama dari kelebihan berat badan.
Kebiasaan yang sering duduk bukan hanya mengganggu
pembakaran kalori, akan tetapi juga mengganggu pengaturan
normal akan pemasukan makanan. Oleh sebab kelebihan berat
badan inilah telah didapati unsur penyumbang utama kepada
berbagai macam penyakit.Dengan cara berdiet saja, penurunan
berat badan akan kurang berhasil, namun dengan berolahraga
secara teratur adalah faktor yang terpenting untuk merawat
kebanyakan orang yang berkelebihan berat badannya.
5) Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah salah satu dari sekian banyak
penyakit metabolik yang makin banyak kejadiannya akibat gaya
hidup yang kurang sehat. Umur, gaya hidup, kegemukan, etnik,
dan negara asal, merupakan berbagai faktor yang memengaruhi
timbulnya penyakit ini. Prevalensi diabetes mencapai puncaknya
pada golongan umur 60-79 tahun.
6) Hipertensi
insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
usia, dan pria memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk
menderita hipertensi lebih awal. Obesitas dapat meningkatkan
kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan lemak dapat menimbulkan
sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah. Kurangnya olahraga meningkatkan risiko menderita
hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering
otot jantung memompa, makin besar tekanan yang dibebankan
pada arteri. (Pollock,
7. Epidimiologi kecelakaan olahraga
Sebuah studi nasional Exercise Related Morbidity (ERM) di Inggris
dan Wales memperkirakan bahwa setiap tahun ada 29 juta kejadian
kecelakaan dalam olahraga yang mengakibatkan luka baru atau berulang.
Walaupun hanya sebagian kecil, dari seluruh kejadian tersebut 9,8
diantaranya mengakibatkan cedera yang berpotensi serius dan membutuhkan
perawatan, atau tidak dapat melakuka olahraga yang biasa mereka lakukan
lagi. Sepak bola menyumbang lebih dari 25% dari ERM, tapi resiko cedera
serius dalam rugby tiga kali lebih besar dari sepak bola. Lebih dari sepertiga
dari ERM terjadi pada pria berusia 16-25 tahun. Cedera yang paling sering
dilaporkan adalah keseleo dan strain dari ekstremitas bawah. (Nicholl J.P et
al., 2012)
Sedangkan di Amerika, sebuah survei tahun 2004 melaporkan bahwa
20% orang dewasa (38 juta) naik sepeda di luar rumah dan 73% (138 juta)
berjalan selama 30 hari sebelum survei. Selama periode ini, 1% sampai 1,5%
melaporkan bahwa mereka telah terluka saat melakukan kegiatan ini. Pada
anak-anak, lebih dari 3,5 juta anak usia 14 dan di bawah menerima perawatan
medis untuk cedera olahraga setiap tahun. Cedera yang terkait dengan
partisipasi dalam olahraga dan kegiatan rekreasi mencapai 21 persen dari
semua cedera otak pada anak di Amerika Serikat. (CDC, 2008)
B. High Density Lipoprotein (HDL)
1. Definisi
HDL-C (High Density Lipoprotein-Cholesterol) adalah lipoprotein
dengan berat jenis tinggi, mempunyai ukuran 7,5-10 µm. Setiap HDL-C
terdiri dari 50% protein, 20% kolesterol, 5% trigleserid dan 25%
phospolipid. Fraksi HDL dalam plasma bervariasi dalam ukuran,
bentuk,komposisi, dan muatan listrik pada permukaannya. Partikel HDL
bila dilihat dengan mikroskop elektron akan tampak sebagai partikel sferis
atau diskoidal. Pada plasma normal kebanyakan berbentuk sferis. Unsur
lipid yang dominan pada molekul ini adalah kolesterol dan fosfolipid.
HDL berfungsi sebagai tempat penyimpanan apolipoprotein C dan
apolipoprotein E yang dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan
VLDL. (Murray et al, 2003).
Kolesterol HDL berperan pada proses Reverse Cholesterol
Transport (RCT) atau pengangkutan balik kolesterol, di mana HDL dapat
meningkatkan refluks kelebihan kolesterol dari jaringan perifer dan
mengembalikan ke hati untuk diekskresikan melalui empedu (Rader,
2006). Sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau
mencegah terjadinya proses aterosklerosis (Bahri, 2003). Kolesterol HDL
dapat membersihkan plak (ateroma) yang berada di arteri dan
membawanya kembali ke hati untuk dikeluarkan atau digunakan kembali
oleh tubuh. Hal ini merupakan alasan mengapa kolesterol dengan HDL
(HDL-C) disebut sebagai kolesterol baik. Kadar HDL-C yang tinggi
memberikan efek perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular, dan
rendahnya kadar HDL-C (kurang dari 40 mg/dL) meningkatkan risiko
penyakit jantung (AHA, 2008). Selain itu, HDL diduga memiliki efek
antiaterogenik, antara lain: menghambat oksidasi Low Density Lipoprotein
(LDL), menghambat inflamasi endotel, meningkatkan produksi nitrit oksida
endotel, meningkatkan bioavailabilitas prostasiklin, dan menghambat
koagulasi dan agregasi platelet. Namun, mekanisme molekular terhadap
efek tersebut belum dapat dijelaskan (Rader, 2006).
Gambar 1. Overview of the Steps in Reverse Cholesterol Transport
Metabolism by HDL
Source: Adapted from Miller (2003)
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang
mengandung apolipoprotein (apo) A, C, dan; dan disebut dengan HDL
nascent. HDL nascent berasal dari sel hati dan usus, berbentuk gepeng dan
mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag
untuk mengambil kolsterol yang tersimpan dalam makrofag. Setelah
mengambil kolesterol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL
dewasa yang berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent maka
kolesterol yang berada dalam makrofag harus dibawa kepermukaan
membran sel oleh suatu transporter yang disebut dengan adenosine
triphosphatase-binding transporter atau disingkat dengan ABC-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dri makrofag, kolesterol bebas
akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lechitin cholesterol
acyltreansferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesteol ester dalam HDL
yang dibawa oleh HDL akan mengambil 2 jalur. Jalur pertama ialah ke
hati dan ditangkap oleh scavenger reseptor class B type 1 dikenal dengan
SR-B1. Jalur kedua adalah kolesterol dalam HDL akan dipertukarkan
dengan trigliserid dari VLDL dan ILD dengan bantuan cholesterol ester
transfer protein.Dengan demikian fungdi HDL sebagai penyerap.
Triasilgliserol merupakan unsur lipid yang dominan dalam
kilomikron dan VLDL, sedangkan kolesterol dan fosfolipid masing-
masing dominan dalam LDL dan HDL. Triasilgliserol diangkut dari usus
dalam bentuk kilomikron dan dari hati dalambentuk VLDL. Kilomikron
ini bertanggung jawab dalam pengangkutan semua lipid dari makanan ke
dalam . Walaupun kilomikron dan VLDL sama-sama mengandung
apolipoprotein C dan E, namun lipoprotein nascent atau lipoprotein yang
baru disekresikan hanya mengandung sedikit apolipoprotein tersebut atau
tidak mengandung sama sekali, dan komplemen lengkap polipeptida apo C
dan E akan terlihat diekstraksi mealui pemindahan dari HDL begitu
kilomikron dan VLDL memasuki sirkulasi darah. Pembersihan kilomikron
berlabel dalam darah berlangsug cepat. Triasilgliserol pada kilomikron dan
VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase. Reaksi dengan lipoprotein
lipase menyebabkan hilangnya kurang lebih 90% triasilgliserol pada
kilomikron dan hilangnya apo C yang kembali pada HDL tetapi tidak apo
E. Sisa kilomikron relatif menjadi lebih kaya dengan kolesterol dan ester
kolesteril karena hilangnya triasilgliserol. Perubahan yang serupa juga
terjadi pada VLDL dengan pembentukan sisa VLDL atau IDL.
Kilomikron sisa akan diambil oleh hati lewat endositosis yang
diantarai oleh reseptor, sedangkan senyawa ester kolesterol dan
triasilgliserol akan dihidrolisis serta dimetabolisme. Pengambilan ini
nampaknya diantarai oleh reseptor yang spesifik untuk apo E. Sejumlah
penelitian memperlihatkan bahwa VLDL merupakan prekusor IDL dan
IDL merupakan prekusor LDL. IDL dapat langsung diambil oleh hati
lewat reseptor LDL (Apo B-100,E) atau dikonversi menjadi LDL.
Sebagian besar LDL dibentuk dari VLDL, namun terdapat beberapa bukti
yang menunjukkan bahwa sebagian produksi LDL dilaksanakan oleh hati.
HDL disintesis oleh hati maupun intestinum. Namun demikian,
HDL nascent (HDL yang baru diekskresikan) dari intestinum tidak
mengandung apolipoprotein C atau E, tetapi hanya mengandung
apolipoprotein A. Jadi apo C dan E disintesis dalam hati dan dipndahkan
dalan HDL intestinum ketika HDL ini memasuki sirkulasi darah. Fungsi
utama HDL adalah untuk tempat penyimpanan apo E dan C yang
dibutuhkan dalam metabolisme kilomikron dan dan VLDL.
Laki laki cenderung mempunyai kadar HDL yang rendah, dengan
ukuran lebih kecil dan kadar kolesterol lebih rendah daripada wanita.
Risiko timbulnya penyakit jantung akibat aterosklerosis pada pria juga
lebih tinggi. Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa konsentrasi HDL
yang tinggi (lebih dari 60 mg/dL) dapat melindungi dari penyakit
kardiovaskular seperti stroke iskemik dan infark miokard. Konsentrasi
HDL yang rendah (di bawah 40 mg/dL untuk pria, di bawah 50 mg/dL
untuk wanita) meningkatkan risiko penyakit akibat aterosklerosis. Orang-
orang dengan kadar LDL sangat rendah tidak terlindung dari beberapa
faktor risiko jika kadar HDL mereka tidak cukup tinggi.
2. Manfaat HDL
a. Peran HDL-Kolesterol Sebagai Anti-Aterogenik (Adam, 2011)
Sedikitnya ada empat mekanisme dimana HDL-cholesterol bersifat
sebagai kardioprotektif yaitu:
1) Sebagai “reverse cholesterol transport”
2) Mencegah oksidasi LDL-kolesterol,
3) Menurunkan kadar “adhesion proteins” seperti vascular cell adhesion
molecules, intercellular adhesion molecules, E-selectin, dan
4) Meningkatkan fibrinolisis.
Efek kardioprotektif dari HDL-kolesterol terutama oleh karena
sifatnya yang dapat mengangkut kolesterol ester dari jaringan, termasuk
kolesterol yang sudah berada dalam makrofag, dan membawanya ke hati
atau membawanya ke lipoprotein lainnya yang mengandung
apolipoprotein B (apolipoprotei-B-containinglipoproteins) yaitu VLDL,
IDL, dan LDL. “Nascent HDL” dibentuk dari hati dan usus, dan terutama
terdiri atas fosolipid dan apolipoprotein A-1 dan sedikit sekali kolesterol.
Oleh karena hanya sedikit mengandung kolesterol maka “nascent HDL”
sanggup menarik kolesterol lebih banyak dari jaringan lain. Asam lemak
bebas dari lecithin ditransfer ke kolesterol bebas di “nascent HDL” dengan
bantuan lecithin-cholesterol acyl transferase. Akibatnya HDL akan
mengandung kolesterol ester dan disebut HDL matang (mature HDL
partcle). Kolesterol ester yang terkandung dalam HDL-kolesterol ini siap
untuk di pindahkan ke tempat lain, yaitu :
1) Sekitar 50% ke hati yang mempunyai reseptor HDL-kolesterol(dikenal
dengan nama reseptor SR-B1),
2) Sisanya 50% kolesterol ester tersebut ditukarkan ke VLDL, IDL, dan
LDL
b. Peran HDL dalam meningkatkan produksi NO
Peningkatan produksi NO oleh HDL, disebabkan oleh karena HDL
menstimulasi aktivitas eNOS pada sel endotel (Mineo et al, 2003). NO
sendiri diketahui memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu
menyebabkan vasodilatasi baik secara langsung maupun tidak langsung
(menghambat pengaruh dari vasokonstriktor yaitu angiotensin II dan saraf
simpatis), efek anti trombotik (menghambat adhesi platelet), efek
antiinflamasi (menghambat adhesi leukosit), dan efek anti proliferasi
(menghambat hiperplasi dari otot polos).
c. Peran HDL sebagai Anti Oksidan
Sehubungan dengan fungsi kolesterol HDL sebagai antioksidan, dikenal enzim
yaitu Paraoxonase 1, dibawa oleh HDL ke endotel pembuluh darah, kemudian
dilepaskan dan akan mengikat LDL teroksidasi (Richard dan James, 2004).
PON1 merangsang konversi kolesterol ester dan akumulasi dalam HDL, mencegah
pembentukan hidroperoksida lipid dan fosfolipid teroksidasi, dan menghidrolisis spesies
tersebut begitu sudah terbentuk.
d. Peran HDL sebagai Anti Inflamasi
HDL merupakan salah satu faktor endogen penting dalam
menghambat proses inflamasi, dapat mengikat dan menetralisasir
lipopolisakarida sehingga berperan dalam modulasi inflamasi akut dan
kronik dengan cara menghambat aktivitas beberapa mediator inflamasi.
Efek anti-inflamasi ini juga berkaitan dengan molekul antioksidasi yang
dimiliki oleh HDL.
e. Peran HDL sebagai Anti Trombosis dan Anti Aktivasi Platelet
HDL merangsang endotheliocytes pembuluh darah untuk menghasilkan
prostasiklin menghalangi pembentukan tromboksan activator trombosit A-2
menghalangi platelet activation factor synthase sehingga mengurangi produksi
platelet (O'Connell dan Genest, 2001).
3. Cara Meningkatkan HDL
a. Memasang Target
Kadar kolesterol diukur dalam satuan miligram (mg) kolesterol per
desiliter (dL) darah. Sebagian besar orang harus mencapai kadar 60 mg/dL
atau lebih. Jika di bawah 40 mg/dL akan meningkatkan risiko penyakit
jantung.
Pada pria, kadar kolesterol HDL rata-rata berkisar 40-50 mg/dL.
Berbeda dengan wanita, hormon wanita dapat memberikan efek positif
pada kolesterol HDL. Rata-rata kadar kolesterol HDL pada wanita berkisar
50-60 mg/dL. Namun, baik pria dan wanita akan lebih baik jika
menaikkan rata-rata tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya masing-masing
orang rutin mengecek kadar profil lipid, sehingga dapat segera diketahui
apakah kadar HDL dalam tubuh sudah sesuai dengan kisaran normal atau
belum.
b. Diit Yang Sesuai
1) Minum Jus Jeruk
Sebuah penelitian membuktikan bahwa mengkonsumsi tiga gelas
jus jeruk (orange juice) setiap hari, bisa meningkatkan tingkat HDL
sampai 21% dalam waktu tiga minggu. Meskipun penelitian ini masih
harus dikembangkan, tetapi diyakini bahwa penyebabnya naiknya
kadar HDL adalah karena tingginya kandungan antioksidan pada jeruk.
Bahan makanan lain yang juga memiliki kandungan antioksidan tinggi
adalah buah-buahan dan sayuran.
2) Niasin
Niasin (vitamin B3) juga dipercaya bisa meningkatkan HDL.
Menurut Michael Poon dari Cabrini Medical Center New York, orang
yang memiliki HDL rendah bisa mengkonsumsi 500 mg hingga 1000
mg niasin tiap hari untuk meningkatkan kadar HDL dalam darah
mereka. Tetapi mereka juga tetap harus berhati-hati jika mengonsumsi
niasin dari produk suplemen karena bisa menimbulkan efek samping
yang membahayakan.
Niasin banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan
alpukat. Dr. R. Altshull untuk pertama kalinya menemukan khasiat
niasin untuk menurunkan kadar kolesterol. vitamin ini dapat
menurunkan produksi VLDL (very low density lipoprotein) di hati
sehingga produksi kolesterol total, LDL< dan trigliserida menurun.
Dengan mengonsumsi 3-6 gram niasin setiap hari, kadar kolesterol
total dapat diturunkan sebanyak 15-20%, kadar trigliserida turun 45-
50%, dam kadar HDL meningkat hingga 20%. Bahkan dengan 1-1,5
gram niasin sehari, kadar LDL sudah turun 15-30% dan HDL
meningkat secara nyata (Harlinawati, 2006).
3) Perhatikan Asupan Glycemic
Glycemic index (GI) menunjukkan seberapa banyak suatu
makanan dapat meningkatkan kadar gula di dalam tubuh. Semakin
banyak asupan makanan yang bisa meningkatkan glycemic (GI tinggi),
nampaknya makin rendah kadar HDL. Karena itu, anjuran tatalaksana
NCEP (National Cholesterol Education Program) adalah
mengkonsumsi bahan makanan yang tidak meningkatkan kadar gula
dalam darah seperti biji-bijian (gandum), buah-buahan, sayuran,
makanan bebas lemak dan sejenisnya.
Pada glukosa darah tinggi akan menginduksi sintesis kolesterol dan
glukosa akan dimetabolisme menjadi Acetyl CoA. Acetyl CoA ini
merupakan prekusor utama dalam biosintesis kolesterol. Sehingga
akan menyebabkan produksi VLDL-trigliserida yang berlebihan oleh
hati. Trigliserid VLDL besar juga dipertukarkan dengan kolesterol
ester dari HDL dan dihasilkan HDL miskin kolesterol ester tapi kaya
trigliserid. Pemindahan cholesteryl ester dari inti triglyceride-rich
lipoproteins ke HDL dikatalisasi oleh enzim cholesteryl ester transfer
protein (CETP). HDL yang bentuk demikian menjadi lebih mudah
dikatabolisme oleh ginjal sehingga jumlah HDL serum menurun
(Waspadji, 2008; Adam, 2006).
4) Makanan Kaya Serat
Makanan kaya serat ini bisa diperoleh dari sayur-sayuran dan
buah-buahan. Serat yang ada dalam makanan akan membuang
kelebihan kolesterol bersamanya melalui tinja.
5) Memilih Lemak sehat
Diet yang sehat meliputi beberapa lemak, namun ada batasannya.
Diet yang sehat bagi jantung, 25-35% dari total kalori harian berasal
dari lemak, tetapi lemak jenuh sebaiknya dihitung kurang dari 7% dari
total kalori harian. Hindari makanan yang mengandung lemak trans,
yang dapat meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan HDL.
Misalnya, margarin, produk roti, dan semua yang mengandung minyak
sayur terhidrogenasi sebagian (partially hydrogenated vegetable oil).
Lemak tak jenuh tunggal(Monounsaturated fat) ditemukan dalam
zaitun, minyak kacang & canola yang lebih sehat dan meningkatkan
HDL. Kacang-kacangan, ikan, dan makanan lain yang mengandung
asam lemak omega-3 merupakan pilihan yang baik.
6) Manfaat Kacang Kedelai
Kedelai dipercaya sebagai produk yang bisa menggantikan produk
makanan hewani seperti susu, misalnya. Produk kedelai memiliki
kandungan lemah jenuh yang rendah tetapi tinggi kandungan lemak
tak jenuhnya. Produk kedelai juga memiliki kandungan serat yang
tinggi. Sebuah penelitian membuktikan bahwa protein kedelai dengan
isoflavon di dalamnya bisa meningkatkan HDL sampai 3%, dan
mengurangi risiko terserang penyakit jantung hingga 5%.
c. Berhenti Merokok
Merokok menurunkan kolesterol HDL dan meningkatkan
kecenderungan darah untuk menggumpal. Jika berhenti merokok maka
kadar HDL dalam darah akan meningkat sebesar 15% hingga 20%. Untuk
berhenti merokok dapat dicoba lebih dari satu strategi pada waktu yang
bersamaan. Misalnya, kombinasikan pengobatan untuk menurunkan efek
nikotin dengan kelompok pendukung atau konseling.
Rokok mengandung lebih dari 4000 racun yang berbahaya
Merokok berpengaruh pada metabolisme kolesterol dimana diantara
VLDL IDL LDL dan HDL merokok lebih mempengaruhi kolesterol HDL
dan LDL yaitu menurunkan kolesterol HDL dan meningkatkan kolesterol
LDL (Arifin et al, 2010). Mekanisme penurunan kadar HDL yang
disebabkan oleh rokok antara lain menurut Gapner, et al 2011, yaitu
bahwa rokok dapat menurunkan kadar lecithin-cholesterol acyl-
transferase, padahal enzim ini berperan dalam proses esterifikasi
kolesterol bebas dan enzim ini juga diduga dapat meningkatkan kadar
HDL. Selain itu kandungan nikotin dalam rokok juga dapat mempengaruhi
kadar HDL. Nikotin, merupakan salah satu komponen rokok yang aktif
secara farmakologis merangsang aktivitas saraf simpatis dan menyebabkan
pelepasan katekolamin yang berakibat terjadinya lipolisis, sehingga kadar
asam lemak bebas meningkat sedangkan fraksi kolesterol HDL mengalami
penurunan dalam plasma (Arifin et al, 2010).. Selain nikotin, bahan kimia
tertentu yang ditemukan dalam asap rokok, yaitu akrolein, dapat merusak
HDL sehingga mengganggu tugas HDL dalam mengumpulkan kolesterol
LDL.
d. Menjaga berat badan yang sehat.
Berat badan dapat mempengaruhi kadar kolesterol. Bagi
orang0orang dengan kelebihan berat badan, penurunan berat badan
beberapa pon saja dapat meningkatkan kadar HDL. Setiap kehilangan 1 kg
(2 pon), HDL dapat bertambah 0.35 mg/dL dan kurang lebih 1 mg/dL
untuk setiap 3 kg (6 pon).
e. Olahraga
Menurut penelitian, olahraga yang dilakukan paling tidak selama
30 menit sehari, dapat meningkatkan HDL. Dan dalam suatu studi,
aktivitas aerobik yang rutin seperti seperti berjalan, jogging, bersepeda,
skating, mengayuh perahu, dan berenang dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL 3-9%. Telah dianjurkan untuk melakukan aktifitas
kardiovaskular dengan intensitas sedang sampai tinggi (50-80% maximum
heart rate). Aktifitas fisik ini harus dilakukan sekitar 30-60 menit, minimal
5 kali dalam seminggu. Untuk memulai program, sebaiknya diawali
dengan intensitas rendah kemudian secara bertahap ditingkatkan.
f. Farmakologis
Dari kajian ini ditemukan bahwa untuk pengobatan farmakologik,
obat yang paling efektif meningkatkan HDL adalah niasin, dan niasin
harus diberikan dalam dosis tinggi. Statin, niacin, dan fibrat merupakan
obat yang dapat meningkatkan HDL, tetapi obat-obat ini juga dapat
menimbulkan efek samping. Paling tidak, sebanyak sepertiga pasien tidak
dapat mentoleransi niasin dosis tinggi. Efek samping yang paling sering
ditemukan adalah kulit merah dan gatal, yang sangat mengganggu.
Meskipun ada cara-cara untuk mengurangiefek samping ini, tetapi hal ini
tidak efektif untuk semua pasien.
3. Olahraga Dapat Meningkatkan HDL
Banyak penelitian yang menganjurkan bahwa endurance exercise
memiliki hubungan positif dengan peningkatan kadar kolesterol HDL pada
pria. Akan tetapi, pada wanita hubungan antara endurance exercise dengan
kolesterol HDL masih belum jelas. Respon terhadar kadar kolesterol HDL
akan berbeda tiap individu tergantung pada intensitas, durasi dan frekuensi
latihan, kadar kolesterol awal, dan lamanya periode latihan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Couillard et al, 2001
endurance exercise yang dilakukan secara reguler dapat sangat membantu
terhadap pria dengan kadar kolesterol HDL yang rendah, kadar trigliserid
yang meningkat, dan obesitas tipe abdominal. Akan tetapi, pada beberapa
subjek penelitian yang diketahui memiliki kadar HDL yang rendah akibat dari
isolated hipoalfalipoproteinemia menunjukkan respon yang kurang. Jenis
aktifitas fisik yang dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL yaitu aktifitas
fisik dengan intensitas sedang-berat yang dilakukan selama minimal 30 menit
dan 3 kali dalam seminggu (Leon & Sanchez, 2001). Berdasarkan hasil meta-
analysis yang dilakukan oleh Kodama et al, 2007, aktifitas fisik yang aerobik
terbukti dapat meningkatkan kadar HDL 2.53 mg/dl dan dengan kata lain
dapat menurunkan risiko penyakit jantung sekitar 5.1% pada pria dan 7.6%
pada wanita. Akan tetapi pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan
kadar HDL pada subjek yang obesitas sangat sulit jika hanya mengandalkan
aktifitas fisik. Menurunkan berat badan yang dikombinasi dengan pembatasan
kalori dan aktifitas fisik merupakan cara yang lebih efektif.
Mekanisme bagaimana olahraga dapat meningkatkan kadar kolesterol
HDL belum sepenuhnya diketahui tetapi diyakini terdapat hubungan
setidaknya dalam meningkatkan ekspresi dari Lipoprotein Lipase (LPL).
Aktifitas LPL sudah dikenal memiliki hubungan positif dengan kadar
kolesterol, dan olahraga juga diketahui dapat meningkatkan aktifitas LPL
trigliserid (Thompson and Rader, 2001).
LPL adalah suatu enzim yang memiliki peranan penting dalam
metabolisme lipoprotein dimana enzim ini dapat masuk ke dalam endothelium
melalui heparin sulphate proteoglikan, kemudian mengkatalisis proses
hidrolisis dari trigliserida pokok (TGs) yang berasal dari Triglyceride-rich
Lipoportein (TGRL), seperti kilomikron dan VLDL, dan menghasilkan asam
lemak bebas. Setelah proses hidrolisis TGRL oleh LPL, kemudian kolesterol
bebas, fosfolipid, dan apolipoprotein pun dihasilkan, yang akhirnya akan
beperan dalam proses maturasi HDL (Glades et al, 1993).
Peningkatan kadar HDL kolesterol melalui olahraga diketahui
menurunkan katabolisme apolipoprotein HDL, tapi tidak terlalu rendah.
Walaupun mekanisme penurunan katabolisme HDL dengan olahraga juga
mungkin berhubungan dengan aktifitas LPL mengingat LPL juga memiliki
peranan penting dalam mengatur fractional catabolic rate (FCR)
apolipoprotein HDL. Selain itu juga mungkin dikarenakan olahraga memiliki
efek fisiologis lain yang dapat mempengaruhi turnover dari HDL dan efek
tersebut mungkin berbeda tergantung dari faktor-faktor metabolic, seperti
adipositas visceral, resistensi insulin, dan kadar trigliserid (Thompson and
Rader, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Adam, John M.F. 2011. Peran HDL Kolesterol dalam Mencegah Penyakit Arteri
Koroner pada Penderita Diabetes. Makassar: Bagian Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
A d a m , J . M . F . D i s l i p i d e m i a . D a l a m B u k u a j a r I l m u
P e n y a k i t D a l a m . E d i t o r Sudoyo AW dkk.Jilid III Edisi IV.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Jakarta .2006:1948-54.
Afrin, et al, 2010. Effect of cigarette smoking on HDL-C in adolescent.
Bangladesh Medical Journal, 39 (2), p : 1.
Anonim. 2006. Cara Meningkatkan Kolesterol Baik HDL.
http://medicastore.com/med/artikel.php?id=164. (8 Juli 2012).
Bahri, Anwar. 2003. Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi.
Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Barter P., Gotto A.M., LaRosa J.C., et al. HDL Cholesterol, Very Low Levels of
LDL Cholesterol, and Cardiovascular Events. N Engl J Med 357: 1301-10
Couillard C., Despres J., Lamarche B., Bergeron J., Gagnon J., Leon A., et al.
2001. Effect of endurance training on plasma HDL cholesterol levels
depend on levels of triglycerides. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 21:1226-
1232.
Drexel H. 2006. Reducing risk by raising HDL-cholesterol: The evidence. Suppl
F. 8: F23-F29.
Gepner, et al, 2011. Effects of smoking and smoking cessation on lipids and
lipoproteins: outcomes from a randomized clinical trial. Am Heart J. 2011;
161(1): 145–151.
Guy Slowik, FRCS. 2009. Exercise Affects Cholesterol.
http://www.ehealthmd.com/Iibrary/Iowercholesterol/LC_exercise.html. (8
Juli 2012)
Harlinawati, Y. 2006. Terapi Jus Untuk Kolesterol. Jakarta: Puspa Swara.
High-density lipoprotein. New World Encyclopedia. Last updated: January 24,
2009.
Irianto, P.D. 2007. Olahraga yang Aman dan Efektif untuk Kebugaran. Cakrawala
Pendidikan. p. 115-127.
Kodama S., Tanaka S., Saito K., Shu M., Sone Y., Onitake F., et al. 2007. Effect
of aerobic exercise training on serum levels of high-density lipoprotein
cholesterol. Arch Intern Med. 167:999-1008.
Leon A., Sanchez O. 2001. Response of blood lipids to exercise training alone or
combined with dietary intervention. Med. Sci. Sports Exerc., Vol. 33, No.
6, Suppl., pp. S502–S515.
Miller, M. 2003. Raising an isolated low HDL-C level: Why, how and when?
Cleveland Clinic Journal of Medicine, 70(6), 553-560.
Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W., Bani A.P.,
Sikumbang T.M.N, editor. 2003. Biokoimia Harper 25th ed. Jakarta : EGC.
p. 254-281.
Mineo C., Yuhanna I.S., Quon M.J., Shaul P.W. 2003. High density lipoprotein-induced
endothelial nitric-oxide synthase activation is mediated by Akt and MAP
kinases. J Biol Chem. 278(11):9142-9.
Nazario, Brunilada. 2011. 8 Ways to Help Boost Your "Good" Cholesterol.
http://www.webmd.com/heart/how-to-boost-your-good-cholesterol?
page=2. (8 Juli 2012)
NCIPC. Preventing Injuries in Sports, Recreation, and Exercise.
http://wwwn.cdc.gov/pubs/ncipc.aspx. (8 Juli 2012)
NCSS. Sports Injury Facts. http://www.sportssafety.org/sports-injury-facts/. (8 Juli 2012)
Nicholl J.P, Coleman P.,Williamst B.T. 2012. The epidemiology of sports and exercise related injury in the United Kingdom. Br J Sports Med
Nossek, J. 1992. General Theory of Training, Lagos : Pan African LTD
Pollock, M.L. 1994. Exercise Health and Diseases. New York : WB Sounder.
Rader D.J. 2006. Molecular regulation of HDL metabolism and
function: implication for noveltherapies. The journal of Clinical Investigation
[serial online] [cited 2012 Jul 6]; 116(12):3090-3100.
Thompson P.D., Rader D.J. 2001. Does exercise increase HDL cholesterol in those who
need it the most?. Arterioscler Thromb Vasc Biol21:1097-1098.
Thompson P.J.L. 1991. Introduction to Coaching Theory. IAAF Edition.
W a s p a d j i S . U p d a t e : P e n g o b a t a n D i s l i p i d e m i a D i a b e t i k .
D a l a m : S u r a b a y a Diabetes Update-XVII. Surabaya 2008:95-9