Refrat Dm Tipe 2

download Refrat Dm Tipe 2

of 18

Transcript of Refrat Dm Tipe 2

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    1/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Insiden diabetes mellitus (DM) di dunia, terutama di negara-negara yang

    sedang berkembang meningkat dengan pesat. Penyebabnya antara lain karena

    perubahan gaya hidup masyarakat, dari gaya hidup yang tinggi aktivitas ke pola hidup

    yang rendah aktivitas.dan sudah mulai terjadinya perubahan pola makan masyarakat,

    dari pola makan tradisional ke pola makan ala barat dengan kadar protein, lemak,

    gula, dan garam yang tinggi serta mengandung sedikit serat. Pada tahun 1990, jumlah

    penderita DM di dunia sekitar 80 juta jiwa (Zimmet 91), 110,4 juta jiwa pada tahun

    1994 (Zimmet94), diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 2010 meningkatmenjadi 239,3 juta jiwa dan pada tahun 2025 menjadi 300 juta jiwa. Indonesia

    termasuk kategori 10 besar negara dengan prevalensi DM tertinggi di dunia. Tahun

    1995, negara kita ini menempati peringkat ke 7, dengan jumlah penderita DM sebesar

    4,5 juta jiwa. Urutan ini diperkirakan akan naik pada posisi ke 5 pada tahun 2025,

    dengan perkiraan jumlah penderita sebesar 12,4 juta jiwa. Lebih dari 15 juta

    penduduk Amerika menderita diabetes mellitus tipe 2, dan lebih dari sepertiganya

    tidak waspada. Saat ini, lebih dari 187.000 orang akan meninggal karena diabetes

    mellitus tipe 2, yang juga dikenal dengan non-insulin-dependent diabetes mellitus

    (NIDDM), yang membuatnya menjadi penyebab lematian tertinggi keenam. Setiap

    harinya, lebih dari 2.200 orang didiagnosis dengan penyakit ini.

    Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan

    karakteristik hiperglikemia yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja

    insulin ataupun kedua-duanya. Ada berbagai patogenesis yang melandasi terjadinya

    diabetes melitus, mulai dari destruksi sel beta pankreas oleh karena proses autoimun,

    sampai adanya berbagai macam kelainan yang menyebabkan perifer resisten terhadap

    kerja insulin.

    American Diabetes Association (ADA) pada tahun 1997 telah membagi

    DM berdasarkan etiologinya menjadi empat bagian, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM

    tipe lain-lain (misalnya; MODY, DM yang disebabkan karena obat, infeksi, dll), dan

    1

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    2/18

    DM gestasional. Sebagian besar DM yang terjadi di dunia adalah DM tipe 1 (10%)

    dan DM tipe 2 (90%). Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes

    Melitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel pulau

    Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes

    Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)

    disebabkan karena adanya defek pada sekresi insulin, resistensi insulin di jaringan

    perifer, dan gangguan regulasi produksi glukosa oleh hepar.

    Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk

    menghilangkan keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah

    untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan

    kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebutkegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan

    mengajarkan kegiatan mandiri. Screening untuk diabetes mellitus harunya dimulai

    saat berumur 45 tahun dan diulangi setiap tiga tahu pada orang tanpa factor resiko,

    dan lebih awal serta lebih sering pada pasien dengan factor resiko.

    Pada tinjauan kepustakaan ini akan dipaparkan mengenai patofisiologi

    DM, khususnya DM tipe 2. Referat ini juga membahas tentang diagnosis dan

    penatalaksanaan diabetes mellitus. Alasan dipilihnya bahasan mengenai diabetes

    melitus ini adalah karena tingginya angka kejadian penyakit ini. Serta diharapkan

    agar semakin memahami perkembangan ilmu kedokteran dalam menangani masalah

    DM sehingga dapat menegakkan diagnosis dan menatalaksana pasien DM dengan

    lebih tepat.

    2

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    3/18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Anatomi Fisiologis Kelenjar Pankreas

    Pankreas terdiri dari dua jenis jaringan utama, yaitu;

    1. Acini, yang mensekresikan getah pankreas ke dalam duodenum yang

    berguna di dalam proses pencernaan.

    2. Pulau Langerhans, yang mensekresikan insulin dan glukagon langsung ke

    dalam darah.

    Pankreas manusia mempunyai 1 sampai 2 juta pulau Langerhans, setiappulau Langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi

    pembuluh kapiler kecil yang merupakan tempat penampungan hormon yang

    disekresikan oleh sel-sel tersebut.6 Pulau Langerhans mengandung tiga jenis sel

    utama, yaitu sel alfa (), beta (), dan delta (). Sel beta berjumlah 60 %,

    terletak di tengah dari setiap pulau Langerhans dan mensekresikan insulin. Sel

    alfa berjumlah 25%, berfungsi mensekresikan glukagon dan sel delta dengan

    jumlah 10% yang berfungsi mensekresikan somatostatin. Selain itu, paling

    sedikit terdapat satu jenis sel lain, yaitu sel yang disebut sel PP, yang terdapat

    dalam jumlah yang sedikit dalam pulau Langerhans dan mensekresikan hormon

    polipeptida pankreas yang fungsinya masih belum diketahui secara pasti.6

    Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel yang terdapat di dalam pulau

    Langerhans dapat dilihat dari adanya interaksi antara satu hormon dengan

    hormon yang lainnya. Contohnya, insulin menghambat sekresi glukagon, dan

    somatostatin yang menghambat sekresi insulin dan glukagon.6

    II.2 Insulin

    Insulin dihasilkan oleh sel beta pulau Langerhans pankreas. Pembentukan

    insulin diawali oleh terbentuknya sebuah rantai tunggal 86 asam amino yang

    disebut sebagai pre-proinsulin. Kemudian terjadi pelepasan rantai amino

    3

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    4/18

    terminal dari rangkaian pre-proinsulin yang mengakibatkan terbentuknya

    proinsulin. Proinsulin berhubungan dengan insuline-like growth factors I and II,

    yang terikat lemah dengan reseptor insulin. Pemecahan dari sebuah 31-internal

    residu fragmen proinsulin menyebabkan terbentuknya C-peptid dan kedua rantai

    insulin (rantai A yang terdiri dari 21 asam amino dan rantai B yang terdiri dari

    30 asam amino) yang saling dihubungkan oleh rantai disulfida. Insulin dan C-

    peptid disimpan dan disekresikan bersama-sama.2 C-peptide sedikit lebih

    mudah mengalami degradasi di hati dibandingkan dengan insulin, oleh karena

    itu, dapat dijadikan sebagai petanda (marker) terhadap sekresi insulin. Sekarang

    ini, insulin manusia diproduksi dengan menggunakan DNA recombinan.2

    Kadar glukosa darah merupakan kunci pengatur sekresi insulin oleh sel-selbeta pankreas, walaupun asam amino, keton, peptida gastrointestinal dan

    neurotransmitter juga mempengaruhi sekresi insulin. Kadar glukosa darah yang

    > 3,9 mmol/L (70 mg/dl) merangsang sekresi insulin.1,2

    4

    Gambar 2. Diabetes and abnormalitas in glucose-stimulated insulin secretion

    (Adapted from Lowe, 1998.)

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    5/18

    Setiap kali insulin disekresikan, 50 % nya dipindahkan dan didegradasi oleh

    hati. Insulin yang tidak diekskresi masuk ke dalam sirkulasi sistemik dan

    berikatan dengan reseptornya pada organ target. Hemostasis glukosa

    menggambarkan keseimbangan antara produksi glukosa oleh hepar dan

    penggunaan glukosa oleh jaringan perifer. 1

    Pada waktu berpuasa, kadar insulin yang rendah menyebabkan

    terjadinya glukoneogenesis dan glikogenolisis pada hati untuk mencegah

    terjadinya hipoglikemik. Kadar insulin yang rendah juga menurunkan sintesis

    glikogen, mengurangi ambilan glukosa pada jaringan yang sesitif terhadap

    insulin. Selain itu, kadar insulin yang rendah memberikan umpan balik kepada

    hormon glukagon untuk merangsang terjadinya glikogenolisis dan

    glukoneogenesis. Ini merupakan mekanisme yang sangat penting untuk

    menjamin tersedianya suplai glukosa yang cukup bagi otak.1

    5

    Gambar 3. Pengaturan metabolisme glukosa pada keadaan puasa danhipoglikemik

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    6/18

    Pada waktu sehabis makan, kadar glukosa yang tinggi menyebabkan

    peningkatan kadar insulin dan penurunan kadar glukagon.1

    II.3 Patofisiologi DM Tipe 2

    Diabetes melitus tipe 2 atau Non-insuline Dependent Diabetic Mellitus

    (NIDDM) merupakan suatu kelainan yang heterogenik dengan karakter utama

    hiperglikemik kronik. Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik

    dikatakan memiliki peranan yang penting dalam munculnya DM tipe 2 ini.

    Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan seperti

    gaya hidup, diet, rendahnya aktifitas fisik, obesitas dan tingginya kadar asam

    lemak bebas.

    1,2,4

    Patofisiologi DM tipe 2 terdiri atas 3 mekanisme, yaitu;1,2,4

    1. Resistensi insulin pada jaringan perifer.

    2. Defek sekresi insulin.

    3. Gangguan regulasi produksi glukosa oleh hepar.

    II.3.1 Resistensi terhadap insulin

    Resistensi terhadap insulin terjadi disebabkan oleh penurunan kemampuan

    hormon insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan-jaringan target

    perifer (terutama pada otot dan hati), ini sangat menyolok pada DM tipe 2.

    Resistensi terhadap insulin ini merupakan hal yang relatif. Untuk mencapai

    kadar glukosa darah yang normal dibutuhkan kadar insulin plasma yang lebih

    tinggi. Pada orang dengan DM tipe 2, terjadi penurunan pada penggunaan

    maksimum insulin, yaitu lebih rendah 30 60 % daripada orang normal.

    Resistensi terhadap kerja insulin menyebabkan terjadinya gangguan

    penggunaan insulin oleh jaringan-jaringan yang sensitif dan meningkatkan

    pengeluaran glukosa hati. Kedua efek ini memberikan kontribusi terjadinya

    hiperglikemi pada diabetes. Peningkatan pengeluaran glukosa hati

    digambarkan dengan peningkatan FPG (Fasting Plasma Glukose) atau kadar

    gula puasa (BSN). Pada otot terjadi gangguan pada penggunaan glukosa

    6

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    7/18

    secara non oksidatif (pembentukan glikogen) daripada metabolisme glukosa

    secara oksidatif melalui glikolisis. Penggunaan glukosa pada jaringan yang

    independen terhadap insulin tidak menurun pada DM tipe 2.1,4

    Mekanisme molekular terjadinya resistensi insulin telah diketahui. Level

    kadar reseptor insulin dan aktifitas tirosin kinase pada jaringan otot menurun,

    hal ini merupakan defek sekunder pada hiperinsulinemia bukan defek primer.

    Oleh karena itu, defek pada post reseptor diduga mempunyai peranan yang

    dominan terhadap terjadinya resistensi insulin. Polimorfik dari IRS-1 (Insulin

    Receptor Substrat) mungkin berhubungan dengan intoleransi glukosa.

    Polimorfik dari bermacam-macam molekul post reseptor diduga berkombinasi

    dalam menyebabkan keadaan resistensi insulin.

    1,4

    Sekarang ini, patogenesis terjadinya resistensi insulin terfokus pada defek

    PI-3 kinase (Phosphatidyl Inocytol) yang menyebabkan terjadinya reduktasi

    translokasi dari GLUT-4 (Glukose Transporter) ke membran plasma untuk

    mengangkut insulin. Hal ini menyebabkan insulin tidak dapat diangkut masuk

    ke dalam sel dan tidak dapat digunakan untuk metabolisme sel, sehingga

    kadar insulin di dalam darah terus meningkat dan akhirnya menyebabkan

    terjadinya hiperglikemi.1,4

    7

    Gambar 4. Insulin signal transduction pathway.

    (Adapted from Lowe, 1998; Virkamaki et al, 1999)

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    8/18

    Ada teori lain mengenai terjadinya resistesi insulin pada penderita DM

    tipe 2. Teori ini mengatakan bahwa obesitas dapat mengakibatkan terjadinya

    resistensi insulin melalui beberapa cara, yaitu; peningkatan asam lemak bebasyg mengganggu penggunaan glukosa pada jaringan otot, merangsang produksi

    dan gangguan fungsi sel pankreas.1,5

    II.3.2 Defek sekresi insulin

    Defek sekresi insulin berperan penting bagi munculnya DM tipe 2. Pada

    hewan percobaan, jika sel-sel beta pankreas normal, resistensi insulin tidak

    akan menimbulkan hiperglikemik karena sel ini mempunyai kemampuanmeningkatkan sekresi insulin sampai 10 kali lipat. Hiperglikemi akan terjadi

    sesuai dengan derajat kerusakan sel beta yang menyebabkan turunnya sekresi

    insulin. Pelepasan insulin dari sel beta pankreas sangat tergantung pada

    transpor glukosa melewati membran sel dan interaksinya dengan sensor

    glukosa yang akan menghambat peningkatan glukokinase. Induksi

    glukokinase akan menjadi langkah pertama serangkaian proses metabolik

    untuk melepaskan granul-granul berisi insulin. Kemampuan transpor glukosa

    pada DM tipe II sangat menurun, sehingga kontrol sekresi insulin bergeser

    dari glukokinase ke sistem transpor glukosa. Defek ini dapat diperbaiki oleh

    sulfonilurea. 4

    Kelainan yang khas pada DM tipe 2 adalah ketidakmampuan sel beta

    meningkatkan sekresi insulin dalam waktu 10 menit setelah pemberian

    glukosa oral dan lambatnya pelepasan insulin fase akut. Hal ini akan

    dikompensasi pada fase lambat, dimana sekresi insulin pada DM tipe 2

    terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal. Meskipun telah

    terjadi kompensasi, tetapi kadar insulin tetap tidak mampu mengatasi

    hiperglikemi yang ada atau terjadi defisiensi relatif yang menyebabkan

    keadaan hiperglikemi sepanjang hari. Hilangnya fase akut juga berimplikasi

    pada terganggunya supresi glukosa endogen setelah makan dan meningkatnya

    8

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    9/18

    glukoneogenesis melalui stimulasi glukagon. Selain itu, defek yang juga

    terjadi pada DM tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin basal. Normalnya

    sejumlah insulin basal disekresikan secara kontinyu dengan kecepatan 0,5

    U/jam, pola berdenyut dengan periodisitas 12-15 menit (pulsasi) dan 120

    menit (osilasi). Insulin basal ini dibutuhkan untuk meregulasi kadar glukosa

    darah puasa dan menekan produksi hati. Puncak-puncak sekresi yang berpola

    ini tidak ditemukan pada penderita DM tipe 2 yang menunjukan hilangnya

    sifat sekresi insulin yang berdenyut.4

    9

    Gambar 5. Metabolic changes during the development of type 2 diabetes.A. The meanplasma insulin and insulin-mediated glucose uptake during an oral glucose tolerance test

    (OGTT).B. The mean plasma glucose during an OGTT. On the x-axis are groups of: control

    individuals, obese individuals, obese and glucose intolerant individuals, obese individuals

    with diabetes and high insulin, and obese individuals with diabetes and low insulin.

    (From RA DeFronzo: Lilly lecture. The triumvirate: Beta-cell, muscle, liver: A collusion

    responsible for NIDDM. Diabetes 37:667, 1998, with permission.)

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    10/18

    II.3.3 Produksi Glukosa Hati

    Hati merupakan salah satu jaringan yang sensitif terhadap insulin. Pada

    keadaan normal, insulin dan gukosa akan menghambat pemecahan glikogen

    dan menurunkan glukosa produk hati. Pada penderita DM tipe 2 terjadi

    peningkatan glukosa produk hati yang tampak pada tingginya kadar glukosa

    darah puasa (BSN). Mekanisme gangguan produksi glukosa hati belum

    sepenuhnya jelas.1,4

    Pada penelitian yang dilakukan pada orang sehat, terjadi peningkatan

    kadar insulin portal sebesar 5 U/ml di atas nilai dasar akan menyebabkan

    lebih dari 50% penekanan produksi glukosa hati. Untuk mencapai hasil yang

    demikian, penderita DM tipe 2 ini membutuhkan kadar insulin portal yang

    lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan terjadinya resistensi insulin pada hati.

    Peningkatan produksi glukosa hati juga berkaitan dengan meningkatnya

    glukoneogenesis (lihat gambar 3) akibat peningkatan asam lemak bebas dan

    hormon anti insulin seperti glukagon. 1,4

    II.4 Komplikasi DM Tipe 2

    Secara garis besar, komplikasi DM tipe 2 dapat dibedakan menjadi

    komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut terdiri dari DKA (Diabetis Keto

    Acidosis), NKHS (Non Ketotik Hiperosmolar State), dan hipoglikemia.

    Sedangkan komplikasi kronik bermanifestasi pada multipel organ. Komplikasi

    kronik terbagi atas dua bagian, yaitu vaskular dan non vaskular. Gangguan

    vaskular terdiri dari mikro vaskular (retinopati, neuropati, nefropati) dan

    makro vaskular (coronary artery disease, penyakit pembuluh darah tepi,

    stroke), komplikasi non vaskular terdiri dari gangguan ereksi, gastroparesis,

    dan kelainan kulit.1

    10

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    11/18

    BAB III

    Ketoasidosis Diabetik (KAD)

    KAD merupakan suatu sindroma yang terdiri dari trias: hiperglikemia,

    ketosis, dan acidemia.

    Ada beberapa faktor pencetus terjadinya KAD, antara lain:1,7

    1. DM tipe 1 yang tak terdiagnosa

    2. Pemakaian insulin yang tidak adekuat, karena anoreksia, muntah, atau

    ketakutan akan hipoglikemia.

    3. Infeksi

    4. Penyakit akut, seperti; trauma, pankreatitis, CVA, miokard infark.

    5. Pengobatan, seperti; steroid, peritamidin, dan peritonial dialisis.6. Gangguan endokrin, seperti; hipertiroid, feocromositoma.

    Patofisiologi KAD

    Pada dasarnya patofisiologi KAD adalah gangguan keseimbangan

    hormonal. KAD biasanya terjadi pada DM tipe I.

    11

    Komplikasi DM

    Akut Keto Asidosis Diabetic

    Hiper Osmolar Non Ketotik

    Hipoglikemia

    Kronik

    Vaskular

    Makro

    Mikro

    PJK

    Stoke

    Penyakit pmbuluh

    darah tepi

    Retinopati

    Nefropati

    Neuropati

    Non vaskular

    Gang. Ereksi

    Gastroparesis Kelainan kulit

    Bagan 1. Pembagian komplikasi DM 1

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    12/18

    Ada 3 faktor yang berperan sehingga timbul KAD, yaitu;1,7

    1. Defisiensi insulin.

    Pemakaian insulin dalam jumlah yang kurang adekuat atau

    defisiensi insulin menimbulkan diuresis osmotik, yang selanjutnya akan

    terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Defisiensi

    insulin menimbulkan glukoneogenesis dan glikogeolisis, disamping itu

    juga terjadi lipolisis dan pembentuka asam lemak bebas (FFA).

    Defisiensi insulin menyebabkan penurunan pemakaian glukosa

    perifer, sehingga menambah hiperglikemia, dehidrasi serta penurunan

    aliran darah. Asam lemak bebas akan menyebabkan ketogenesis

    ketonemia, selanjutnya ketouria dan gangguan elektrolit. Dekompensasimetabolik ini akan menyebabkan asidosis.7

    2. Peningkatan hormon kontra insulin.

    Telah terbukti bahwa pada KAD didapatkan peningkatan jumlah

    hormon kontra insulin (counter regulatory hormones) seperti,

    glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan. Pemakaian

    steroid pada kasus-kasus tertentu, termasuk pada perawatan DM gestasi

    dapat memicu terjadinya KAD.

    Efek hormon-hormon ini adalah menambah produksi gula, serta

    menambah katabolisme tubuh (keseimbangan nitrogen negatif). Selain

    menghambat pengambilan glukosa oleh otot, juga merangsang

    glukoneogenesis, glikogenolisis dan lipolisis.

    3. Dehidrasi.

    Diuresis osmotik akibat hiperglikemia akan menimbulkan

    dehidrasi, kadang-kadang oleh karena gangguan gastrointestinal.

    Rehidrasi yang adekuat sangat penting pada KAD, selain mengurangi

    hiperglikemi, juga memperbaiki ketosis.

    HONK (Hiperosmolar Non Ketotik)

    12

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    13/18

    HONK biasanya terjadi pada DM tipe 2. Faktor-faktor pencetus

    terjadinya HONK, antara lain; infeksi, miokard infark, CVA. Gejala klinis

    yang ditemukan yaitu; hipotensi, takikardi, dan penurunan kesadaran.

    Patofisiologi HONK.

    Ada dua faktor yang melatarbelakangi terjadinya HONK, yaitu:1

    1. Defisiensi insulin

    2. Konsumsi cairan yang kurang

    Defisiensi insulin menyebabkan terjadinya peningkatan produksi

    glukosa oleh hati (melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis) dan

    gangguan pemakaian glukosa di jaringan otot. Hiperglikemi merangsangterjadinya diuresis osmotik yang memicu terjadinya pengosongan cairan

    intravaskular. Hal ini terjadi karena penggantian cairan tubuh yang inadekuat.

    Ketidakadaan ketosis pada HONK belum jelas. Mungkin pada HONK,

    defisiensi insulin hanya bersifat relatif dan sedikit lebih berat daripada KAD.

    Selain itu, dari beberapa penelitian, pada HONK juga ditemukan juga kadar

    hormon kontra insulin dan kadar asam lemak bebas (FFA) yang lebih rendah

    daripada KAD. Kemungkinan yang lain adalah karena hati mampu untuk

    membentuk sedikit keton atau juga mungkin rasio insulin glukagon yang

    masih belum cukup untuk memicu ketogenesis.

    13

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    14/18

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    15/18

    protein kinase C (PKC) yang menyebabkan terjadinya berbagai

    komplikasi pada penderita DM. Contohnya; aktivasi PKC akibat

    hiperglikemi merubah transkripsi gen untuk fibronektin, kolagen tipe 4,

    protein kontraktil, dan protein matrik ektraseluler pada sel endotelial

    dan sel-sel neuron secara invitro. Faktor pertumbuhan (GF) mempunyai

    peranan yang penting dalam menyenbabkan berbagai komplikasi.

    Faktor pertumbuhan vaskuler endotelian (VEGF) meningkat secara

    lokal pada retinopati proliferatif dan menurun setelah terapi laser

    fotokoagulasi. Transforming Growth Faktor- (TGF-) meningkat

    pada nefropati diabetik dan merangsang pembentukan membran basal

    kolagen dan fibronektin oleh sel mesangial. Faktor pertumbuhanlainnya, seperti faktor pertumbuhan epidermal, faktor pertumbuhan

    insulin I, hormon pertumbuhan (GH), faktor pertumbuhan fibroblas,

    dan bahkan insulin mempunyai peranan dalam mengakibatkan berbagai

    komplikasi pada penderita DM.

    Walaupun telah diketahui bahwa hiperglikemik memicu terjadinya

    berbagai komplikasi pada penderita DM, tapi masih belum diketahui apakah

    semuanya mempunyai patofisiologi yang sama ataukah ada proses tertentu

    yang melatarbelakangi semua komplikasi pada masing-masing organ. Selain

    teori-teori di atas, stress oksidatif dan radikal bebas yang merupakan

    konsekuensi dari hiperglikemik mungkin juga dapat menyebabkan berbagai

    komplikasi pada penderita DM.

    15

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    16/18

    KESIMPULAN

    Diabetes adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

    hiperglikemia yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin

    ataupun kedua-duanya.

    ADA pada tahun 1997 telah membagi DM berdasarkan etiologinya menjadi

    empat bagian, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain-lain (misalnya;

    MODY,DM yang disebabkan karena obat, infeksi, dll), dan DM gestasional.

    Sebagian besar DM yang terjadi di dunia adalah DM tipe 1 (10%) dan DM

    tipe 2 (90%).

    DM tipe 2 merupakan DM yang disebabkan karena adanya defek pada sekresi

    insulin, resistensi insulin di jaringan perifer, dan gangguan regulasi produksi

    glukosa oleh hepar.

    Insiden DM di dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang

    meningkat dengan pesat.

    Pada tahun 1990, jumlah penderita DM di dunia sekitar 80 juta jiwa (Zimmet

    91), 110,4 juta jiwa pada tahun 1994 (Zimmet 94), diperkirakan jumlah

    penderita DM pada tahun 2010 meningkat menjadi 239,3 juta jiwa dan padatahun 2025 menjadi 300 juta jiwa.

    Indonesia termasuk kategori 10 besar negara dengan prevalensi DM tertinggi

    di dunia. Tahun 1995, negara kita ini menempati peringkat ke 7, dengan

    jumlah penderita DM sebesar 4,5 juta jiwa. Urutan ini diperkirakan akan naik

    pada posisi ke 5 pada tahun 2025, dengan perkiraan jumlah penderita sebesar

    12,4 juta jiwa (International Diabetes Monitor, April 1999).

    Secara garis besar, komplikasi DM tipe 2 dapat dibedakan menjadi komplikasi

    akut dan kronik. Komplikasi akut terdiri dari DKA (Diabetis Keto Acidosis),

    NKHS (Non Ketotik Hiperosmolar State), dan hipoglikemia. Sedangkan

    komplikasi kronik bermanifestasi pada multipel organ. Komplikasi kronik

    terbagi atas dua bagian, yaitu vaskular dan non vaskular. Gangguan vaskular

    16

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    17/18

    terdiri dari mikro vaskular (retinopati, neuropati, nefropati) dan makro

    vaskular (coronary artery disease, penyakit pembuluh darah tepi, stroke),

    komplikasi non vaskular terdiri dari gangguan ereksi, gastroparesis, dan

    kelainan kulit.

    17

  • 7/28/2019 Refrat Dm Tipe 2

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Power AC. Diabetes Mellitus. Harrisons Prinsiples of Internal Medicine, 15th.

    New York: Mc. Graw Hill Companies Inc.; 2001

    2. American Diabetes Association: Diagnosis and Classification of Diabetes

    Mellitus. Diabetes Care; 2004

    3. Price,A. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus.Patofisiologi:

    Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC; 1995.

    4. Wiyono P, dkk. Glimepiride; Generasi Baru Sulsonilurea. Dexa Medica. Vol17, Sub bagian Endokrenologi dan Metabolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam

    FK UGM; 2004.

    5. Arisman. Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme. Palembang. Bagian Ilmu

    Gizi FK Unsri; 2004.

    6. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC;

    1997.

    7. Zemmer, J. Diabetes Mellitus Type 2. Drugs use review newsletter. Division

    of Medical Services. Jefferson city; 2002.

    8. Abrahamson, M. Best Practise of Medicine: DM in Adults. New York city.

    December; 2003

    18