Refrat Bph Radiologi
-
Upload
syamsul-arifin -
Category
Documents
-
view
229 -
download
2
Transcript of Refrat Bph Radiologi
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
1/43
REFERAT RADIOLOGI
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
Oleh :
PRISKA RATHU (07700072)
SANTY DWIANA (07700094)
NURI IDHA F (07700194)
Pembimbing :
dr. BUDI SUHARIYANTO Sp. Rad.
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
PASURUAN
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
2/43
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan ridhonya referat ini dapat penulis selesaikan. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, dan bantuan kepada penulis selama
mengerjakan tugas ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak, Ibu dan keluarga yang membimbing, mendoakan danmensuport penulis untuk menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.
2. dr. Budi Suhariyanto Sp. Rad. selaku pembimbing.3. Seluruh staf di SMF Radiologi RSUD Bangil dan untuk semua pihak
lain yang turut membantu hingga selesainya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Bangil, 24 Desember 2013
Penulis,
Priska Rathu, S. Ked.
Santy Dwiana, S. Ked.
Nuri Idha F, S. Ked.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
3/43
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
1.1. Latar belakang ..................................................................................................... 4
1.2. Batas-batas prostat .............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 9
2.1. Definisi BPH ............................................................................................................ 9
2.2. Etiologi BPH ............................................................................................................ 9
2.3. PATOFISIOLOGI .................................................................................................. 12
2.4 . GAMBARAN KLINIS BPH ........................................................................................ 16
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas................................................................. 20
3. Gejala di luar saluran kemih .................................................................................. 20
2.5. DIAGNOSIS BPH ................................................................................................ 21
a. Anamnesis: gejala obstruktif dan gejala iritatif..................................................... 21
b. Pemeriksaan Fisik .................................................................................................. 21
c. Pemeriksaan Laboratorium ................................................................................... 22
d. Pemeriksaan pencitraan ....................................................................................... 23
e. Pemeriksaan Lain .................................................................................................. 27
2.6. DIAGNOSA BANDING ............................................................................................. 28
2.7. KRITERIA PEMBESARAN PROSTAT .............................................................. 29
2.8.PENATALAKSANAAN ........................................................................................ 30
Obat Penghambat adrenergik a ..................................................................................... 33
Obat Penghambat Enzim 5 Alpha Reduktase ............................................................... 33
Fitoterapi ....................................................................................................................... 33
3. Terapi Operatif ...................................................................................................... 34
2.9. KOMPLIKASI ....................................................................................................... 41
2.10.PROGNOSIS ........................................................................................................ 41
2 .11. PENCEGAHAN ................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 43
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
4/43
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di
sebelah inferior buli-buli dan melingkari uretra posterior. Prostat berbentuk seperti
piramid terbalik dan merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang mengelilingi
uretra pars prostatica. Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars
prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli.
Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria; tebalnya ± 2 cm dan
panjangnya ± 3 cm dengan lebarnya ± 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat
mengelilingi uretra pars prostatika dan ditembus di bagian posterior oleh dua buah
duktus ejakulatorius.
Secara histologi prostat terdiri atas 30-50 kelenjar tubulo alveolar yang
mencurahkan sekretnya ke dalam 15-25 saluran keluar yang terpisah. Saluran ini
bermuara ke uretra pada kedua sisi kolikulus seminalis. Kelenjar ini terbenam
dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh jaringan
ikat kolagen dan serat elastis. Otot membentuk masa padat dan dibungkus oleh
kapsula yang tipis dan kuat serta melekat erat pada stroma. Alveoli dan tubuli
kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk ukurannya, alveoli dan
tubuli bercabang berkali-kali dan keduanya mempunyai lumen yang lebar, lamina
basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat. Jenis epitelnya berlapis atau
bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah tergantung pada
status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma mengandung sekret yang
berbutir-butir halus, lisosom dan butir lipid. Nukleus biasanya satu, bulat dan
biasanya terletak basal. Nukleoli biasanya terlihat ditengah, bulat dan kecil.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
5/43
5
1.2. Batas-batas prostat
1.2.1. Batas superior: basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesicaurinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ
yang lain.
1.2.2. Batas inferior: apex prostat terletak pada permukaan atas diafragmaurogenitalis. Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan
anterior.
1.2.3. Anterior: permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis, dipisahkan dari simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang
terdapat pada cavum retropubica(cavum retziuz). Selubung fibrosa
prostat dihubungkan dengan permukaan posterior os pubis dan
ligamentum puboprostatica. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis
tengah dan merupakan kondensasi vascia pelvis.
1.2.4. Posterior: permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan anterior ampula recti dan dipisahkan darinya oleh septum
retovesicalis (vascia Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa
janin oleh fusi dinding ujung bawah excavatio rectovesicalis
peritonealis, yang semula menyebar ke bawah menuju corpus
perinealis.
1.2.5. Lateral: permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m.levator ani waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis.
Ductus ejaculatorius menembus bagisan atas permukaan prostat untuk
bermuara pada uretra pars prostatica pada pinggir lateral orificium
utriculus prostaticus.
Kelenjar prostat terbagi atas 5 lobus:
1. Lobus medius
2. Lobus lateralis (2 lobus)
3. Lobus anterior
4. Lobus posterior
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
6/43
6
Mc. Neal (1976) membagi prostat dalam beberapa zona, antara lain;
1. Zona fibromuskuler anterior atau VentralSesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona PeriferSesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar
prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal
karsinoma terbanyak.
3. Zona Sentralis.Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus
tengah meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap
inflamasi.
4. Zona Transisional.Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai
kelenjar preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang
lebih 5% tetapi dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular
anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia (BPH).
5. Kelenjar-Kelenjar PeriuretraBagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar
abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.
A. .B.Gambar 1: Pembesaran prostat benigna menyebabkan penyempitan
uretra posterior, A. Skema anatomi zona kelenjar prostat
normal, B. Hiperplasia prostat terjadi pada zona transisional
menyebabkan penyempitan lumen uretra posterior.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
7/43
7
Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron,
yang di dalam sel kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit
aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5a-reduktase.
Dihidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam
sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang
memacu pertumbuhan clan proliferasi sel kelenjar prostat.
Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat
benigna. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun clan ±
80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat
mengakibatkan terganggunya aliran urine sehingga menimbulkan gangguan
miksi
Aliran darah prostat merupakan percabangan dari arteri pudenda interna,
arteri vesikalis inferior dan arteri rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang
dalam kapsula dan stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler yang berkembang
baik dalam lamina propria. Pembuluh vena mengikuti jalannya arteri dan
bermuara ke pleksus sekeliling kelenjar. Pleksus vena mencurahkan isinya ke
vena iliaca interna. Pembuluh limfe mulai sebagai kapiler dalam stroma dan
mengikuti pembuluh darah dam mengikuti pembuluh darah. Limfe terutama
dicurahkan ke nodus iliaka interna dan nodus sakralis.
Persarafan prostat berasal dari pleksus hipogastrikus inferior dan
membentuk pleksus prostatikus. Prostat mendapat persarafan terutama dari
serabut saraf tidak bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom
yang terletak di kapsula dan di stroma. Serabut motoris, mungkin terutama
simpatis, tampak mempersarafi sel-sel otot polos di stroma dan kapsula sama
seperti dinding pembuluh darah.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
8/43
8
F isiologi Prostat
Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama
sekret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen.
Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5). Selain itu
dapat ditemukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase
asam, enzim-enzim lain dan lipid. Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi
melalui kontraksi otot polos. kelenjar prostat juga menghasilkan cairan dan
plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula
seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh
Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.
Fungsi utama prostat adalah menghasilkan cairan untuk semen, yang
mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinolisin.
Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di urethra posterior
untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen lain pada saat ejakulasi.
Volume cairan prostat merupakan ± 25% dari seluruh volume ejakulat.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
9/43
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
10/43
10
Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan
produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan
prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari
fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan
yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon
gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel
sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian
yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian
perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat. Terdapat empat peptic growth factor yaitu: basic
transforming growth factor, transforming growth factor b1, transforming
growth factor b2, dan epidermal growth factor .
3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkuramgnya selyang mati.
Program kematian sel (apoptosisi) pada sel prostat adalah
mekanisme fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar
prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang
selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh
sel-sel di sekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi
sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai
pads prostat oewasa , penambahan jumlah sel-sel prostat baru
dengan yang mati dalam Keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah
sel-sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah
sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga
menyebabkan pertambahan massa prostat.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
11/43
11
Sampai sekarang belum dapat diterangkan secara pasti faktor-faktor yang
menghambat proses apoptosis. Diduga hormon androgen berperan
dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan
kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.
Estrogen diduga mampu memperpanjang usia sel-sel prostat,
sedangkan faktor pertumbuhan TGFQ berperan dalam proses
apoptosis.
4. Teori Sel Stem ( stem cell hypothesis)Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada
seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan “ steady state”,
antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan
adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat
mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan
tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi
lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar
periuretral prostat menjadi berlebihan.
5. Teori Dehidrotestosteron (DHT)Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan
sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan
98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin
(SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron
bebas inilah yang bisa masuk ke dalam “target cell ” yaitu sel prostat
melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel,
testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5
dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma
menjadi “hormone receptor complex”. Kemudian “hormone receptor
complex” ini mengalami transformasi reseptor, menjadi “nuclear
receptor ” yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
12/43
12
chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan
menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan
kelenjar prostat.
2.3. PATOFISIOLOGI
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di
sebelah inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar
buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal
(1976) yang dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat
dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional,
zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Purnomo, 2000). Sjamsuhidajat
(2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan
keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan
terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer.
Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung
pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan
dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase.
Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar
prostat.
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya
perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan
patofisiologi yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan oleh
kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan
kekuatan kontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem
parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada
tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang
bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan
mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
13/43
13
menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan
sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok).
Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang
kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan
detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung kemih. Apabila
keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan
iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup
lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan miksi),
miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas
setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering
berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot
detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency,
disuria).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak
mampu lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari
tekanan sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow
incontinence). Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi.
ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan
traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita
harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam
vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi
dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi
refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005)
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
14/43
14
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars
prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan
peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus
ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot
detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase
penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan
pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang
dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus. Dengan semakin meningkatnya
resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya
tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan
intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-
ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya
gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini
berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
15/43
15
uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra
vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan
kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha
adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun
kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis,
yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.
Hiperplasi prostat
↓
Penyempitan lumen uretra posterior
↓
Tekanan intravesikal ↑
Buli-buli Ginjal dan Ureter
- Hipertrofi otot detrusor - Refluks vesiko-ureter- Trabekulasi Hidroureter- Selula Hidronefrosis
Divertikel buli-buli - Pionefrosis Pilonefritis
Gagal ginjal
Gambaran 2 bagan pengaruh hiperplasia prostat pada saluran kemih
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
16/43
16
2.4 . GAMBARAN KLINIS BPH
Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih
maupun keluhan di luar saluran kemih.
1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah ( LUTS ) terdiri atas gejala
obstruktif dan gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena
penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang
membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan
atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.
Gejalanya ialah :
1. Harus menunggu pada permulaan miksi ( Hesistancy)2. Pancaran miksi yang lemah (weak stream)3. Miksi terputus ( Intermittency)4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling )5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder
emptying ).
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
17/43
17
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih
tergantung tiga faktor, yaitu :
1. Volume kelenjar periuretral2. Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat3. Kekuatan kontraksi otot detrusor
Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi,
sehingga meskipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan
elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi
apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor
maka gejala obstruksi belum dirasakan.
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang
tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot
detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica,
sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh.
Gejalanya ialah :
1. Bertambahnya frekuensi miksi ( Frequency)2. Nokturia3. Miksi sulit ditahan (Urgency)4. Disuria (Nyeri pada waktu miksi)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara
klinis derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas
+ sisa urin > 150 ml.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah
bawah, WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan
miksi yang disebut Skor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS ( International
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
18/43
18
Prostatic Symptom Score). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan
yang berhubungan dengan keluhan miksi ( LUTS ) dan satu pertanyaan yang
berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan
keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu:
- Ringan : skor 0-7- Sedang : skor 8-19- Berat : skor 20-35
Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica
urinaria untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan
mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang
diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
Faktor pencetus
Kompensasi Dekompensasi
(LUTS) Retensi urin
Inkontinensia paradoksa
International Prostatic Symptom Score
Pertanyaan Jawaban dan skor
Keluhan pada bulan terakhirTidak
sekali
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
19/43
19
c. Berapa kali terjadi arus urin
berhenti sewaktu berkemih
0 1 2 3 4 5
d. Berapa kali anda tidak
dapat menahan untuk
berkemih
0 1 2 3 4 5
e. Beraapa kali terjadi arus
lemah sewaktu memulai
kencing
0 1 2 3 4 5
f. Berapa keli terjadi bangun
tidur anda kesulitan memulai
untuk berkemih
0 1 2 3 4 5
g. Berapa kali anda bangun
untuk berkemih di malam hari0 1 2 3 4 5
Jumlah nilai :
0 = baik sekali 3 = kurang
1 = baik 4 = buruk
2 = kurang baik 5 = buruk sekali
Timbulnya dekompensasi vesica urinaria biasanya didahuluioleh beberapa faktor
pencetus, antara lain:
o Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin,menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman
yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi) dan minum air dalam jumlah
yang berlebihan
o Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksualatau mengalami infeksi prostat akut
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
20/43
20
o Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi ototdetrusor atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain:
golongan antikolinergik atau alfa adrenergic.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas
berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang
merupakan tanda dari hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari
infeksi atau urosepsis.
Gambar 3: Penyulit hiperplasia prostat pads saluran kemih
3. Gejala di luar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia
inguinalis atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan
pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh
dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urine. Kadang-
kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu
merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa. Pada colok dubur diperhatikan:
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
21/43
21
(1) tonus sfingterani atau reflek bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan
adanya kelainan buli-buli neurogenik, (2) mukosa rektum, dan (3) keadaan
prostat, antara la in kemungkinan adanya nodul, krepitasi,konsistensi prostat,
simetri antar lobus dan batas prostot
Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi
prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan
tidak didapatkan nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat
keras/teraba nodul dan mungkin di antara lobus prostat ticlak simetri.
2.5. DIAGNOSIS BPH
a. Anamnesis: gejala obstruktif dan gejala iritatif
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus
spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti
benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat
harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)2. Adakah asimetris3. Adakah nodul pada prostate4. Apakah batas atas dapat diraba5. Sulcus medianus prostate6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus
kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum.
Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba.
Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
22/43
22
dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba
krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian
atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan
disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat
teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan
untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk
melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan
miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra,
fimosis, condiloma di daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh
dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang
terdapat nyeri tekan supra simfisis.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.
1. Darah :
- Ureum dan Kreatinin
- Elektrolit
- Blood urea nitrogen
- Prostate Specific Antigen (PSA)
- Gula darah
2. Urin :
- Kultur urin + sensitifitas test
- Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
- Sedimen
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari
jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas
kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
23/43
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
24/43
24
2. Pielografi Intravena (IVP)
Persiapan : Lab: ureum < 60 mg %, Creatinine < 2 mg %, BNO, skin test
Indikasi:
- Kelainan kongenital- Tumor ginjal / tumor abdomen (kelainan hematuri)- Batu traktus urinarius ( kolik, hematuri)- Trauma abdomen ( ruptur ginjal / ureter)- Tumor kandungan, staging ca.cervix
Kontraindikasi:
- Alergi zat kontras- Fungsi ginjal menurun (gagal ginjal kronik)- Decomp Cordis- Infeksi akut urinarius- Retensi cairan berlebihTeknik pemeriksaan IVP:
- Pasien diinjeksi zat kontras IV (biasanya vena cubiti)- Foto I: 5 menit sesudah injeksi kontras → AP: menilai neprogram (sekresi
kontras ke parenkim ginjal)
- Foto II: 15 menit sesudah injeksi → AP: menilai ekstresi pelvikalisis sistemdan ureter.
- Foto III: release film (30 menit): untuk mendapatkan gambaran selurustraktus urinarius.
- Foto IV: post miksi → AP: untuk mengukur residual urine / kontraksi vesikaurinaria.
Interpretasi / Penilaian IVP:
- Nephrogram: simetris, shape, size, posisi, renal orientasi (paralel ke psoasmargin), kontur (smooth, lobulated), parenkim.
- PCS: waktu, adekuat, opak homogen, shape, caliber, single/ double- Ureter: caliber, no abnormal displacement, no obstruksi drainage
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
25/43
25
- Blast: shape, contour, (smooth / sharp), indentasi, homogen, filling/additionaldefect, residu urine minimal.
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:
1. Kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis
2. Memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya
indentasi prostat (pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter
di sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish
3. Penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi,
divertikel, atau sakulasi vesica urinaria
4. Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
3. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka
sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
4. USG
Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan
pembesaran prostat maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
26/43
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
27/43
27
5. Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan
urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran
kemungkinan tumor di dalam vesica urinaria atau sumber perdarahan dari atas bila
darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain itu
juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra
pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.
6. MRI atau CT jarang dilakukan
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam – macam
potongan.
e. Pemeriksaan Lain
1. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh : -
daya kontraksi otot detrusor, tekanan intravesica, resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju
pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah
menjadi 6 – 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 – 15 ml/detik. Semakin berat
derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
2. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak
dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot
detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan
pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths
Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran
urin dapat diukur.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
28/43
28
3. Pemeriksaan Volume Residu Urin
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat
sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin
yang masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah
miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu
membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi
urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100
cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada
penderita prostat hipertrofi.
2.6. DIAGNOSA BANDING
1. Kelemahan detrusor kandung kemih
a. kelainan medula spinalis
b. neuropatia diabetes mellitus
c. pasca bedah radikal di pelvis
d. farmakologik
2. Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh :
a. kelainan neurologik
b. neuropati perifer
c. diabetes mellitus
d. alkoholisme
e. farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)
3. Obstruksi fungsional :
a. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi
detrusor dengan relaksasi sfingter
b. ketidakstabilan detrusor
4. Kekakuan leher kandung kemih :
a. Fibrosis
5. Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh :
a. hiperplasia prostat jinak atau ganas
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
29/43
29
b. kelainan yang menyumbatkan uretra
c. uretralitiasis
d. uretritis akut atau kronik
e. striktur uretra
6. Prostatitis akut atau kronis
2.7. KRITERIA PEMBESARAN PROSTAT
Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya adalah :
1. Rektal gradingBerdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum :
- derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum- derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum- derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum- derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum
2. Berdasarkan jumlah residual urine- derajat 1 : - derajat 2 : 50-100 ml- derajat 3 : >100 ml- derajat 4 : retensi urin total
3. Intra vesikal grading- derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet- derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara
ureter
- derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter- derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter
4. Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat padauretroskopi derajat 1 : kissing 1 cm
- derajat 2 : kissing 2 cm- derajat 3 : kissing 3 cm- derajat 4 : kissing >3 cm6
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
30/43
30
2.8.PENATALAKSANAAN
Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan
menyebabkan penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi
menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume
urin, yaitu:
- Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok duburditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang
dari 50 ml.
- Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajatsatu, prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih
dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
- Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dansisa urin lebih dari 100 ml
- Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total.Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan
berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO Prostate Symptom Score).
Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi.
Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu
dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah
dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.
Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan
untuk menentukan cara penanganan.
Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkandapat diberikan pengobatan secara konservatif.
Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensioperatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih
ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita
masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa
dicoba dengan pengobatan konservatif.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
31/43
31
Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari
60 gram. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi
tidak akan selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi
terbuka.
Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialahmembebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang
kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat
dengan TURP atau operasi terbuka.
Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala,
meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang
berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia
prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir
dikembangkan pula beberapa terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan
kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah. Mengingat gejala klinik
hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran kelenjar periuretral,
menurunnya elastisitas leher vesika, dan berkurangnya kekuatan detrusor, maka
pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :
1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat2. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor
Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah menghilangkan obstruksi
pada leher vesica urinaria. Hal ini dapat dicapai dengan cara medikamentosa,
pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif.
Pilihan Terapi pada Hiperplasi Prostat Benigna
Observasi Medikamentosa OperasiInvasif
Minimal
Watchfull Penghambat Prostatektomi terbuka TUMT
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
32/43
32
waiting adrenergik α TUBD
Penghambat
reduktase α
Fitoterapi
Hormonal
Endourologi
1. TUR P2. TUIP3. TULP (laser)
Strent uretra
dengan
prostacath
TUNA
Terapi Konservatif Non Operatif 1. Observasi (Watchful waiting)
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat yang diberikan
adalah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia,
menghindari obat-obatan dekongestal (parasimpatolitik), mengurangi minum
kopi, dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi. Setiap 3
bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok
dubur.
2. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk:
1. mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongana blocker (penghambat alfa adrenergik)
2. menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadarhormon testosteron/dehidrotestosteron (DHT)
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
33/43
33
Obat Penghambat adrenergik a
Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam
prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha
adrenergik. Seperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher vesica banyak
terdapat reseptor alpha adrenergik. Obat-obatan yang sering digunakan prazosin,
terazosin, doksazosin, dan alfuzosin. Obat penghambat alpha adrenergik yang
lebih selektif terhadap otot polos prostat yaitu α1a (tamsulosin), sehingga efek
sistemik yang tak diinginkan dari pemakai obat ini dapat dikurangi. Dosis dimulai
1 mg/hari sedangkan dosis tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis
alpha 1 adrenergik untuk mengurangi obstruksi pada vesica tanpa merusak
kontraktilitas detrusor.
Obat-obatan golongan ini memberikan perbaikan laju pancaran urine,
menurunkan sisa urine dan mengurangi keluhan. Obat-obat ini juga memberi
penyulit hipotensi, pusing, mual, lemas, dan meskipun sangat jarang bisa terjadi
ejakulasi retrograd, biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan
dalam waktu 1-2 minggu setelah pemakaian obat.
Obat Penghambat Enzim 5 Alpha Reduktase
Obat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari. Obat
golongan ini dapat menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostat
yang membesar dapat mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada
golongan alpha blocker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangat
besar. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido dan
ginekomastia.
Fitoterapi
Merupakan terapi alternatif yang berasal dari tumbuhan. Fitoterapi yang
digunakan untuk pengobatan BPH adalah Serenoa repens atau Saw Palmetto dan
Pumpkin Seeds. Keduanya, terutama Serenoa repens semakin diterima
pemakaiannya dalam upaya pengendalian prostatisme BPH dalam konteks
“watchfull waiting strategy”.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
34/43
34
Saw Palmetto menunjukkan perbaikan klinis dalam hal:
frekuensi nokturia berkurang aliran kencing bertambah lancar volume residu di kandung kencing berkurang gejala kurang enak dalam mekanisme urinaria berkurang.
Mekanisme kerja obat diduga kuat:
menghambat aktivitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptorandrogen
bersifat antiinflamasi dan anti oedema dengan cara menghambat aktivitasenzim cyclooxygenase dan 5 lipoxygenase.
3. Terapi Operatif
Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan
penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi
saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang
tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa.
Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi
transuretra.
1. Prostatektomi terbukaa.1. Retropubic infravesica (Terence Millin)
Keuntungan :
Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar padasubservikal
Mortaliti rate rendah Langsung melihat fossa prostat Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli Perdarahan lebih mudah dirawat Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama
bila membuka vesika
Kerugian :
Dapat memotong pleksus santorini Mudah berdarah
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
35/43
35
Dapat terjadi osteitis pubis Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan
dari dalam vesika
Komplikasi : perdarahan, infeksi, osteitis pubis, trombosis
a.2. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)
Keuntungan :
Baik untuk kelenjar besar Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit :
batu buli, batu ureter distal, divertikel, uretrokel, adanya sistostomi,
retropubik sulit karena kelainan os pubis, kerusakan sphingter eksterna
minimal.
Kerugian :
- Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding
vesica sembuh
Sulit pada orang gemuk Sulit untuk kontrol perdarahan Merusak mukosa kulit Mortality rate 1 -5 %
Komplikasi :
Striktura post operasi (uretra anterior 2 – 5 %, bladder neckstenosis 4%) Inkontinensia (
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
36/43
36
a.3. Transperineal
Keuntungan :
Dapat langssung pada fossa prostat Pembuluh darah tampak lebih jelas Mudah untuk pinggul sempit Langsung biopsi untuk karsinoma
Kerugian :
Impotensi Inkontinensia Bisa terkena rektum Perdarahan hebat Merusak diagframa urogenital
b. Prostatektomi Endourologi
b.1.Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP)
Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir
seluruhnya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan
bersama kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan berhasil guna, bisa terjadi
ejakulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil
terbaik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah. Untuk
keperluan tersebut, evaluasi urodinamik sangat berguna untuk membedakan
pasien dengan obstruksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini berperan selektif
dalam penentuan perlu tidaknya dilakukan TUR.
Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di
seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan
mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi
tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah
berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik
pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah
H2O steril (aquades).
Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan
ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
37/43
37
pada saat reseksi. Kelebihan air dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia
relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma
ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah
meningkat, dan terdapat bradikardi.
Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh
dalam keadaan koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TURP ini adalah
sebesar 0,99%. Karena itu untuk mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai
cairan non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aquades, antara
lain adalah cairan glisin, membatasi jangka waktu operasi tidak melebihi 1 jam,
dan memasang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada buli-buli
selama reseksi prostat.
Keuntungan :
Luka incisi tidak ada Lama perawatan lebih pendek Morbiditas dan mortalitas rendah Prostat fibrous mudah diangkat Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol
Kerugian :
Teknik sulit Resiko merusak uretra Intoksikasi cairan Trauma sphingter eksterna dan trigonum Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar Alat mahal Ketrampilan khususKomplikasi:
- Selama operasi: perdarahan, sindrom TURP, dan perforasi
- Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi lokal atau sistemik
- Pasca bedah lanjut: inkontinensia, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd,
dan striktura uretra.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
38/43
38
b.2.Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran
prostatnya mendekati normal.Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan
pada pasien yang umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau
incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini
juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti
yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong yang menyerupai alat
penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara ureter sampai dekat ke
verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul prostat.
Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya
kejadian ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR.
b.3.Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser prostatectomy)
Oleh karena cara operatif (operasi terbuka atau TUR P) untuk mengangkat prostat
yang membesar merupakan operasi yang berdarah, sedang pengobatan dengan
TUMT dan TURF belum dapat memberikan hasil yang sebaik dengan operasi
maka dicoba cara operasi yang dapat dilakukan hampir tanpa perdarahan.
Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk
masing-masing lobus prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu
ablasi akan ditemukan pop corn effect sehingga tampak melalui sistoskop terjadi
ablasi pada permukaan prostat, sehingga uretra pars prostatika akan segera
menjadi lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan yang
akan menyebabkan “laser nekrosis” lebih dalam setelah 4-24 minggu sehingga
hasil akhir nanti akan terjadi rongga didalam prostat menyerupai rongga yang
terjadi sehabis TUR.
Keuntungan bedah laser ialah :
1. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadiretensi akibat bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi
2. Teknik lebih sederhana3. Waktu operasi lebih cepat4. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
39/43
39
6. Resiko impotensi tidak ada7. Resiko ejakulasi retrograd minimalKerugian :
Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional)
3. Invasif Minimal
1. Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT)Cara memanaskan prostat sampai 44,5°C – 47°C ini mulai diperkenalkan dalam
tiga tahun terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang
membesar ini dengan gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang
ultarasonik atau gelombang radio kapasitif akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis
jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul
prostat sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. lanjut
mengenai cara kerja dasar klinikal, efektifitasnya serta side efek yang mungkin
timbul.
Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan
microwave kedalam jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan
tinggi maka perlu dilengkapi dengan surface costing agar tidak merusak mucosa
ureter. Dengan proses pendindingan ini memang mucosa tidak rusak tetapi
penetrasi juga berkurang.
Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang
“radio frequency” yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya
prostat juga arah dari gelombang radio frequency dapat diarahkan oleh elektrode
yang ditempel diluar (pada pangkal paha) sehingga efek panasnya dapat menetrasi
sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain oleh karena kateter yang ada alat
pemanasnya mempunyai lumen sehingga pemanasan bisa lebih lama, dan selama
pemanasan urine tetap dapat mengalir keluar.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
40/43
40
2. Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD)Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan
jalan melakukan commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui
operasi terbuka (transvesikal).
Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar.
Mekanismenya:
- Kapsul prostat diregangkan- Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut- Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars
prostatika dirusak
3. Trans Urethral Needle Ablation (TUNA)Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk
menghasilkan ablasi termal pada prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik
guna mencapai tujuan untuk menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal,
tidak invasif dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan.
4. Stent UrethraPada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja
kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral
dibuat dari logam bercampur emas yang dipasang diujung kateter (Prostacath).
Stents ini digunakan sebagai protesis indwelling permanen yang ditempatkan
dengan bantuan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk memasangnya,
panjang uretra pars prostatika diukur dengan USG dan kemudian dipilih alat yang
panjangnya sesuai, lalu alat tersebut dimasukkan dengan kateter pendorong dan
bila letak sudah benar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat dilepas
dari kateter pendorong. Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi
infravesikal yang juga kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara
apabila kondisi penderita belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang
lebih invasif.
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
41/43
41
2.9. KOMPLIKASI
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat
dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Inkontinensia Paradoks2. Batu Kandung Kemih3. Hematuria4. Sistitis5. Pielonefritis6. Retensi Urin Akut Atau Kronik7. Refluks Vesiko-Ureter8. Hidroureter9. Hidronefrosis10. Gagal Ginjal
2.10.PROGNOSIS
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap
individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak
segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi
kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh
nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga
menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.
2 .11. PENCEGAHAN
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi
pembesaran kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan
utamanya saw palmetto. Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan
sejenis minyak, yang bersama-sama dengan hormon androgen dapat menghambat
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
42/43
-
8/13/2019 Refrat Bph Radiologi
43/43
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Bemigna. Buku Ajar Bedah bagian 2,Jakarta: EGC,1994
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta :EGC 1997
3. Purnomo B.P. Buku Kuliah Dasar- Dasar Urologi, Jakarta :C.V Sagung Seto,2000.
4. Jane Bates. Abdominal Ultrasound How, Why and When. Toronto: ChurchillLivingstone, 2004
5. http://www.guideline.gov/summary/summary.aspx?ss=15&doc_id=3740&nbr=2966(free article)
6. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1502354 (freearticle)