Refkas Hidup Forensik.doc
-
Upload
monika-tatyana-yusuf -
Category
Documents
-
view
119 -
download
10
description
Transcript of Refkas Hidup Forensik.doc
REFLEKSI KASUS HIDUP
MONIKA TATYANA YUSUF20100310057UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
1. Pengalaman Kasus
a. Identitas Pasien
Nama : Sdr. RMR
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jalan Godean Km 5
Tanggal pemeriksaan : 25 Oktober 2015
Peristiwa : Kecelakaan Lalu Lintas
b. Ringkasan kasus
Tanggal 25 Oktober 2015 pukul 15.39 WIB di RSUP dr Sardjito, ± 1 jam sebelum
masuk rumah sakit pasien yang sedang mengendarai sepeda motor mengalami kecelakaan
lalu lintas. Motor yang dikendarai menabrak motor di depannya kemudian mengakibatkan
pasien dan orang yang mengendarai motor di depannya terjatuh ke sebelah kanan dan
kepala pasien bagian kanan dan depan membentur aspal sehingga terdapat luka robek pada
dahi dan pelipis kanan, luka lecet pada ujung hidung, pipi kanan atas, lengan bawah kanan
dan pergelangan tangan kanan. Pasien tidak menggunakan helm. Sesaat setelah kejadian,
pasien tidak sadarkan diri, pasien tidak muntah. Sementara orang yang ditabrak oleh pasien
hanya mengalami luka-luka lecet pada lengan bawah kanan dan tungkai kanan namun
masih sadarkan diri. Pasien beserta orang yang ditabrak segera dibawa ke RSUP dr.
Sardjito, Yogyakarta oleh warga sekitar. Setelah pasien sadar dan dianamnesis pada hari
berikutnya, pasien mengatakan bahwa pasien habis mengonsumsi dua botol minuman keras
dengan merk Mansion pada siang harinya dan semalam mengonsumsi satu botol minuman
keras juga.
c. Keadaan umum : Penurunan kesadaran, sedang, dari mulut berbau alkohol
GCS : E2V2M5 (alkohol)
Vital Sign : TD = 109/60 mmHg
N = 93 x/m
RR = 20x/m
T = 37 C
Kepala :
Conj anemis (-/-), Pupil isokor 3mm/3mm, Reflek cahaya +/+.
-Pada dahi 1 cm di atas sudut alis mata kanan melewati sumbu tengah tubuh sampai
dengan 1 cm di atas alis mata kiri terdapat luka robek warna kemerahan, dasar kulit bagian
dalam, kondisi sudah didapatkan perawatan dengan panjang 12 cm, lebar 0,3 mm.
- Pada pipi kanan atas ± 10 cm dari sumbu tengah tubuh, 0,5 cm di bawah sudut mata
kanan terdapat luka lecet geser berbentuk lingkaran warna kemerahan, dasar kulit, kondisi
sudah didapatkan perawatan.dengan diameter 2 cm.
- Pada ujung hidung tepat di sumbu tengah tubuh, 3 cm dari pangkal hidung terdapat luka
lecet geser berbentuk oval, warna kemerahan, dasar kulit, kondisi sudah didapatkan
perawatan dengan panjang 2 cm, lebar 1 cm.
-Pada pelipis kiri ±11cm dari sumbu tengah tubuh, 0,5 cm sebelah kiri dari sudut mata
kiri, terdapat luka lecet geser berbentuk lingkaran, berwarma kemerahan, dasar kulit,
kondisi sudah didapatkan perawatan, dengan diameter 4 cm.
Thorax : Simetris, ketinggalan gerak (-/-), jejas (-), krepitasi (-), sonor (+/+),
auskultasi vesikuler (+/+).
Abdomen : Datar, Bising usus (+) N, timpani, supel.
Pelvis : Stabil.
Ekstremitas atas :
-Pada lengan kanan bawah, tepat di sumbu tengah lengan kanan terdapat luka lecet geser
berbentuk oval, berwarna kemerahan, dasar kulit, kondisi sudah didapatkan perawatan,
dengan panjang 10 cm, lebar 2cm.
- Pada pergelangan tangan kanan terdapat luka lecet geser, warna kemerahan, dasar kulit,
kondisi sudah didapatkan perawatan, dengan panjang 3 cm, lebar 1 cm.
Ekstremitas bawah : Dalam batas normal.
2. Masalah yang dikaji
Pada kasus ini, apabila orang yang ditabrak pasien melaporkan kepada polisi tentang
kejadian yang dialami, apa saja yang perlu dibuktikan bahwa pengendara sepeda motor
tersebut (pasien) telah melakukan kelalaian sehingga menyebabkan kecelakaan lalu lintas
dan bagaimana hal tersebut dapat membuktikan adanya kesalahan pad apengendara sepeda
motor?
3. Analisa Kasus
Pada kasus ini apabila diterima laporan dari korban tentang tindak pidana
kecelakaan lalu lintas, maka penyelidik berhak mencari keterangan dan barang bukti sesuai
dengan Pasal 5 KUHAP, serta sesuai dengan Pasal 7 KUHAP, penyidik karena
kewajibannya mempunyai wewenang mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
Pada kasus kecelakaan lalu lintas terdapat dua jenis yaitu a motor vehicle traffic
accident yaitu setiap kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya dan non motor-vehicle
traffic accident yaitu setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai
jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan
kendaraan bermotor. Pada kasus ini termasuk pada a motor vehicle traffic accident.
Pada kasus ini adanya kecelakaan lalu lintas dapat dilihat dari adanya kerusakan
benda yaitu sepeda motor milik korban maupun pelaku, kemudian menentukan derajat luka
pada korban serta dapat dilihat pola kelainan (luka) pada pengemudi sepeda motor dalam
hal ini baik korban maupun pelaku yang sama-sama pengemudi sepeda motor yaitu; luka
karena impak primer pada tungkai, luka karena impak sekunder pada bagian tubuh lain,
sebagai akibat benturan tubuh dengan bagian lain dari kendaraan lawan, fraktur
tengkorak, luka yang terjadi sekunder, seringkali merupakan penyebab kematian pada
korban karena yang mengalami kerusakan adalah bagian kepala namun dalam hal ini tidak
diketahui apakah ada luka sekunder pada korban atau tidak karena tidak dilakukan
pemeriksaan pada korban. Pada pelaku dilakukan CT Scan dan ditemukan terdapat lesi
hiperdens yang mengikuti sulcus di lobus frontalis dekstra, tidak ditemukan diskontinuitas
pada sistema tulang sehingga didapatkan kesan Sub Arachnoid Hemorrhage lobus frontalis
dekstra.
Jika hal ini dilaporkan, luka-luka pada korban harus dinilai derajat lukanya baik
yang ringan, sedang, dan berat karena kaitannya adalah pada hukuman yang akan
ditimpakan pada pelaku. Terdapat kualifikasi luka berdasarkan visum et repertum yaitu
luka ringan/luka derajat I/luka golongan C; apabila luka tersebut tidak menimbulkan
penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban. Luka sedang/luka derajat II/luka
golongan B; apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan
korban untuk sementara waktu. Luka berat/luka derajat III/luka golongan Amenurut KUHP
pasal 60 yaitu; luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut,
luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya, hilangnya salah satu
panca indra korban, cacat besar, terganggunya akan selama > 4minggu, gugur atau matinya
janin dalam kandungan ibu.
Selain hal tersebut diatas yang dibutuhkan lainnya adalah pemeriksaan
laboratorium yaitu pemeriksaan toksikologik yang ditujukan untuk mencari data apakah
pada korban terdapat obat, atau alkohol, yang dapat menimbulkan gangguan kapabilitas di
dalam mengemudikan kendaraannya. Selain itu ada pemeriksaan histopatologis
(mikroskopik) bertujuan untuk mengetahui apakah pada korban terdapat penyakit yang
kambuh sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan; selain kemungkinan bahwa
penyakit itu yang menyebabkan kematian bukan kecelakaannya.
Pemeriksaan toksikologik yang dapat dilakukan pada pelaku adalah pemeriksaan
alkohol dengan metode mikrodifusi CONWAY dengan reagensia ANTIE dibuat dari
Kalium-dikhromat, aquades, dan asam sulfat pekat. Taruh 2 ml reagen ANTIE pada center
chamber, kemudian 1 ml darah pada outer chamber kiri, dan 1 ml kalium karbonat pada
outer chamber kanan kemudian dicampurkan perlahan-lahan maka akan didapatkan hasil
center chamber;
warna kuning kenari : alkohol negative
warna kuning sedikit hijau : alkohol sekitar 80mg%
warna kuning kehijauan : alkohol sekitar 150mg%
warna hijau sedikit kuning : alkohol sekitar 230 mg%
warna biru kehijauan : alkohol sekitar 300mg%
Gejala yang Diakibatkan Oleh Toksisitas Alkohol (etanol)
Gejala Klinis Konsentrasi alkohol dalam darah (%)
1. Gangguan berupa penurunan keapikan ketrampilan tangan dan perubahan tulisan tangan
10-20mg%
2. Penciutan lapang pandang, penurunan ketajaman penglihatan, dan pemanjangan waktu reaksi. Ketrampilan mengemudi mulai menurun, dan lebih jelas lagi pada kadar 150mg%
30-40mg%
3. Gangguan penglihatan 3 dimensi, kedalaman pandangan dan gangguan pendengaran. Gangguan psikis yaitu; penurunan kemampuan memusatkan perhatian, konsentrasi, asosiasi, dan analisa.
80mg%
4. Gejala banyak bicara, reflex menurun, inkoordinasi otot-otot kecil.
200mg%
5. Gejala penglihatan kabur, tak dapat mengenali warna, konjungtiva merah, dilatasi pupil, diplopic, sukar memusatkan pandangan/penglihatan. Pembicaraan kacau, tremor tangan dan bibir, kterampilan menurun, inkoordinasi otot dan tonus otot muka menghilang
250-300mg%
6. Aktivitas motorik hilang sama sekali, timbul stupor dan koma, pernafasan perlahan dan dangkal, depresi pusat pernafasan.
400-500mg%
7. Penderita biasanya meninggal dalam 1-4 jam setelah koma 10-16 jam
500-600mg%
Perlu dipertimbangkan kesalahan pengukuran dan kesalahan perkiraan kecepatan
eliminasi sebesar 10mg% per jam karena kadar alkohol darah yang diperoleh pada
pemeriksaan belum menunjukkan kadar alkohol darah pada saat kejadian. Maka dari itu,
sebagai contoh bila ditemukan kadar alkohol darah 50mg% yang diperiksa 3 jam setelah
kejadian akan memberikan angka 80mg% pada saat kejadian.
Pada kasus ini pasien dalam anamnesis mengonsumsi 2 botol minuman keras
bermerk Mansion dimana menurut Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1997 minuman keras
terbagi dalam 3 kategori; Kategori A (kadar alkohol 5%), Kategori B (kadar alkohol 5-
20%), Kategori C (kadar alkohol 20-55%). Minuman keras Mansion of House termasuk
dalam kategori C.. Jika dalam anamnesis pasien mengatakan sehabis minum minuman
keras Mansion of House 2 botol berarti kadar alkohol yang dikonsumsi 50-100 mg%,
namun sayangnya pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan toksikologik dan juga berarti
kemungkinan penyebab kecelakaan lalu lintas adalah mengemudi dibawah pengaruh
alkohol yang mengakibatkan adanya gangguan kapabilitas dalam mengemudi.
4. Kesimpulan
Hal-hal yang perlu diperiksa dalam kecelakaan lalu lintas kaitannya dengan
kedokteran forensik adalah pemeriksaan luka-luka pada korban untuk menentukan jenis
luka ringan, sedang, atau berat, serta adakah kecacatan yang dialami, pola luka pada
kecelakaan lalu lintas, pemeriksaan toksikologik seperti alkohol dalam darah dan/atau urin
serta jika didapatkan korban meninggal dapat dilakukan pemeriksaan histopaatologik untuk
mengetahui penyakit yang pada saat kambuh dapat membuat berkurangnya kapabilitas
dalam mengemudi.
5. Referensi
Abdussalam, H.R. (2006). Forensik. Restu Agung : Jakarta.
Darmono. (2009). Farmasi Forensik dan Toksikologi. Penerbit Universitas Indonesia (UI
Press) : Jakarta.
Idries, Abdul Mun’im, dr. (2009). Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara
Publisher : Tangerang Selatan.
Sampurna, Budi. (2006). Ilmu Kedokteran Forensik dan Profesi. Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran :Universitas Indonesia.