Referat THT

download Referat THT

of 16

description

Referat THT

Transcript of Referat THT

PENDAHULUAN

Struktur kompleks dari saluran napas bagian atas memungkinkan untuk koordinasi dari kedua sistem yaitu sistem respirasi dan menelan. Hubungan struktural dan fisiologis dengan berbagai perubahan struktur saat pertumbuhan dari bayi sampai dewasa. Laring bayi awalnya terletak tinggi di leher, membawa ujung epiglotis ke belakang langit-langit. Struktur faring yang lebih dekat daripada orang dewasa, dan tulang hyoid lebih tinggi. Posisi ini menciptakan pemisahan jalan napas dari saluran pencernaan. Gerakan udara yang didominasi transnasal, sedangkan menelan terjadi melalui saluran lateral yang disekitar epiglotis, ke dalam relung pyriform dan inlet cricopharyngeal. Saat pertumbuhan, laring turun, memisahkan diri dari langit-langit dan menciptakan faring yang lebih besar yang meningkatkan produksi suara dan juga menciptakan saluran untuk makanan dan udara, dan pada akhirnya meningkatkan kemungkinan untuk makanan, benda asing, atau isi lambung memasuki jalan napas.STRIDOR

Tanda-tanda dan gejala anak dengan gangguan pernapasan biasanya berbeda, tergantung pada lokasi dan keparahan obstruksi. Hal ini penting untuk menilai dan melokalisasi tempat dan penyebab obstruksi. Obstruksi jalan napas pada tingkat nasofaring atau orofaring menghasilkan suara bernada rendah pada saat inspirasi disebut stertor atau mendengkur. Supraglottis yang dinamis dan sumbatan pada glotis cenderung menghasilkan stridor pada saat inspirasi disebabkan oleh kolapsnya struktur ini dengan tekanan inspirasi negatif. Lesi pada saluran napas intratoraks menyebabkan stridor ekspirasi. Stridor yang disebabkan oleh laring subglotis dan lesi pada trakea servikal yang paling sering terjadi.

Laring dan trakea bayi jauh lebih kecil daripada orang dewasa. Pada bayi, panjang pita suara adalah 6 sampai 8 mm dan proses vokal dari tulang rawan arytenoid satu setengah kali lebih panjang. Posterior glotis memiliki panjang melintang 4 mm. Subglottis memiliki diameter 5 sampai 7 mm. Trakea panjangnya 4 cm dan memiliki diameter 3,6 mm. Rasio tulang rawan trakea membran adalah 4.5: 1.

Stridor adalah suara yang dihasilkan oleh aliran udara turbulen melalui jalan napas yang obstruksi sebagian. Obstruksi lesi pada saluran udara menghasilkan aliran turbulen. Dengan ruang udara yang sempit, hambatan parsial yang kecil lebih mungkin menyebabkan turbulensi yang signifikan. Inilah sebabnya mengapa bayi dengan infeksi saluran pernapasan atas mungkin menunjukkan tanda-tanda stridor dan croup. Glotis bayi normal (luas penampang perkiraan 14 mm2) menyempit sebesar 35% karena 1 mm edema. Bagian terkecil dari laring normal, subglottis (luas penampang 28,3 mm2), menyempit sebesar 44% karena 1 mm edema. Sebaliknya, sebuah laring dewasa memiliki luas penampang yang jauh lebih besar dan, oleh karena itu apabila terjadi edema 1mm, penyempitan yang terjadi minimal.

Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan Fisik

Luas dan urgensi yang dievaluasi pada pasien yang diagnostik stridor dilakukan dan ditentukan oleh derajat dari distress pasien. Penilaian dimulai dengan menekankan pada riwayat kelahiran, usia saat terjadi stridor, onset, keparahan, perkembangan, dan fluktuasi gejala pernapasan. Gejala yang berkaitan, termasuk suara serak, kesulitan saat makan, dan gangguan napas saat tidur, juga diperhatikan. Mnemonic SPECS-R (severity, progression, eating difficulties, cyanosis, sleep disturbances, and radiologic findings) dapat digunakan untuk mengatur riwayatnya.

Pemeriksaan fisik awal menilai keparahan gangguan pernapasan dan kebutuhan untuk manajemen jalan napas darurat. Pasien dengan gangguan pernapasan berat, terutama anak-anak, membutuhkan perhatian, pemeriksaan noninvasif untuk menghindari memperburuk napas harus dipikirkan. Laju pernapasan dan tingkat kesadaran merupakan indikator yang paling penting dari keparahan. Takipnea sering menjadi tanda pertama gangguan pernapasan pada anak-anak. Pernapasan dangkal dan relatif tenang adalah ciri dari gagal napas dan kelelahan saat bernapas. Peningkatan kerja pernapasan dengan suprasternal, subkostal, dan retraksi interkostal pada pasien stridor menunjukkan obstruksi jalan napas yang signifikan tetapi tidak selalu menghalangi pemeriksaan diagnostik menyeluruh sebelum intervensi jalan napas. Auskultasi dilakukan dengan mendengarkan pada bagian atas lapang paru-paru dan di sepanjang leher, mulut, dan hidung. Proses ini membantu dalam menentukan fase pernapasan (inspirasi, ekspirasi, biphasic) selama terjadi stridor dan intensitas stridor, puncak, dan kualitas.

Pemeriksaan umum, termasuk berat badan, pertumbuhan persentil, dan perkembangan itu penting. Hidung dan rongga mulut dan saluran udara orofaringeal diperiksa untuk melihat apakah ada lesi, inflamasi, neoplasma, hipertrofi adenotonsillar, dan malformasi kongenital. Laringoskopi dapat digunakan pada anak-anak yang usianya lebih dewasa dan lebih korperatif. Endoskopi saluran pernapasan pada pasien yang sadar adalah cara terbaik untuk menilai dinamika saluran nafas atas. Endoskopi dapat melewati kedua nares untuk mengevaluasi nasal bilateral,nasofaring dan fungsi velopharyngeal di samping pemeriksaan orofaringeal, hypopharyngeal, dan dinamika pernapasan pada laring.

Radiologi dan Studi Khusus

Pencitraan radiografi jalan napas kurang penting dalam evaluasi anak dengan stridor. Radiografi thorak dan saluran pernapasan digunakan untuk mengevaluasi kaliber saluran udara yang besar dan parenkim paru. Untuk mendapatkan foto polos yang optimal pada pasien anak, keahlian teknisi radiologi dan penggunaan perangkat yang dirancang khusus untuk menahan anak dalam posisi tegak sangat penting. Foto dengan kilovoltage yang tinggi dipilih, biasanya diperoleh foto yang baik di posisi anteroposterior dan lateral. Ketika ada kecurigaan benda asing, foto dengan kilovoltage yang rendah harus dilakukan untuk memperjelas visualisasi dari objek yang hanya sedikit radiopak. Foto saat inspirasi dan ekspirasi atau foto dengan posisi lateral dekubitus akan melengkapi foto dengan posisi postero anterior dan lateral toraks dalam mengevaluasi yang diduga benda asing radiolusen. Seringkali, foto perlu diulang untuk memperjelas temuan. Foto polos thorak memiliki sensitivitas 73% dan spesifisitas 45% untuk identifikasi benda asing di saluran napas. Fluoroskopi dan MRI teknik yang berguna untuk mengidentifikasi kelainan anatomi (misalnya, kelenjar gondok membesar atau macroglossia) dan kelainan dinamis jalan napas (misalnya, glossoptosis dan faring yang kolaps). Teknik radiografi khusus digunakan untuk mengevaluasi stridor dalam kondisi yang tepat. Barium esophagram berguna untuk mengevaluasi stridor yang diduga disebabkan oleh cincin vaskuler dan trakeoesofageal fistula.

Computed tomography (CT) menegaskan kompresi ekstrinsik jalan napas oleh kelainan vaskular. MR imaging (MRI) menguntungkan dalam mendiagnosis cincin vaskular karena dapat melihat saluran udara dan pembuluh darah secara bersamaan. Kerugian dari MRI adalah memerlukan anestesi umum. CT dengan kontras saat ini teknik yang paling berguna untuk memastikasn suatu keadaan yang diduga atresia choanal atau stenosis dan mengevaluasi anomali pembuluh darah dan massa lesi yang paling mempengaruhi jalan napas. CT tracheobronchography dari saluran pernapasam, telah digunakan untuk mendiagnosa trakea, bronkus, dan stenosis segmental bronkus proksimal dengan menghubungkan antara gambar dan temuan bronchoscopic.

Pada anak-anak dengan diagnosis obstruksi jalan napas atas dan stridor, tingkat keparahan gangguan pernapasan dan kebutuhan untuk intervensi seringkali sulit untuk ditentukan. Penggunaan detektor apnea dan pulse oximetry yang terus menerus dapat memantau fungsi pernafasan secara obyektif, dan dapat digunakan pada pasien rawat jalan atau rawat inap. Demikian pula, hipoksemia kronis yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru dapat diikuti dengan echocardiography. Polisomnografi dapat digunakan untuk bukti objektif dari gangguan napas saat tidur. Meskipun studi ini tidak memberikan informasi diagnostik tetapi dapat menilai keparahan obstruksi jalan napas dan membantu dokter untuk memutuskan intervensi apa yang akan dilakukan.

Endoskopi saluran pernapasan

Endoskopi diindikasikan untuk stridor yang telah terdiagnosis dan untuk terapi lesi saluran napas tertentu. Prosedur endoskopi paling menantang dilakukan untuk stridor pada anak-anak. Kaliber kecil dari saluran udara, kompleksitas instrumentasi, dan ketidakstabilan fisiologis dari anak kecil relatif menyisakan sedikit ruang untuk kesalahan. Karena tanggung jawab bersama untuk jalan napas pasien, komunikasi yang baik antara endoscopist dan anestesi sangat penting sebelum memulai prosedur. Dokter bedah harus memastikan bahwa personil yang memadai dan peralatan keselamatan yang ada sebelum prosedur dimulai. Umumnya, rigid bronchoscopes dan rod-lens telescopes digunakan dalam penilaian endoskopi pada obstruksi parsial saluran napas karena ventilasi dapat diatur melalui bronkoskop. Nasal dan oral saluran pernapasan, self-inflating bags dengan masker, endotrakeal tube yang tepat, laryngoscopes, dan satu set tracheostomy harus tersedia untuk keadaan darurat jalan nafas. Di ruang operasi, endoscopist dapat melakukan laringoskopi fleksibel saat masih sadar untuk menilai dinamika jalan nafas. Sebelum induksi anestesi, semua peralatan endoskopi dievaluasi oleh endoscopist dan harus siap untuk segera digunakan dalam keadaan darurat. termasuk laringoskop, Hopkins rod-lens telescope, dan bronkoskop dengan Hopkins rod-lens telescope dan kabel lampu, dan penyedotan. Bronkoskop dengan ukuran yang lebih kecil juga harus tersedia.

Microlaryngoscopy dan bronkoskopi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik insuflasi ketika pasien bernapas spontan. Teknik ini memberikan visualisasi yang sangat baik dari laring, trakea, dan bronkus menggunakan Hopkins rod-lens telescope, meminimalkan trauma potensial. Dalam kasus ini, keselamatan dan keamanan jalan napas harus dipastikan. Sekresi bronkus dapat dikirim untuk studi laboratorium, termasuk bakteriologi, tuberkulosis, dan kultur jamur, dan untuk evaluasi makrofag lipid-laden (untuk dicurigai aspirasi), hemosiderin (untuk hemosiderosis), dan eosinofil (untuk alergi bronkopulmonalis).

Perawatan pascaoperasi meliputi pemantauan ketat di ruang pemulihan. Menjaga anak-anak dalam posisi yang nyaman, dengan kepala tempat tidur ditinggikan. Oksigen membantu sampai anak sepenuhnya terjaga. Edema saluran pernapasan yang dapat terjadi setelah endoskopi, dapat diberikan deksametason intravena, 0,5-1,0 mg / kg (sampai dengan 12 mg).

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk anak dengan stridor luas, pembahasan berikut berfokus pada lima etiologi yang paling umum: Laringomalasia, Anomali vaskular, Laringotrakheitis, imobilitas pita suara, dan stenosis subglottic.Laringomalasia

Laringomalasia merupakan penyebab utama stridor pada bayi. Laringomalasia merupakan suatu kelainan dimana terjadi kelemahan struktur supraglotik sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran nafas. Sedangkan pada trakeomalasia, kelemahan terjadi pada dinding trakea. Istilah laringomalasia pertama kali diperkenalkan oleh Jackson pada tahun 1942. Sedangkan trakeomalasia pertama kali diperkenalkan oleh Holinger pada tahun 1952. Laringomalasia merupakan penyebab utama stridor pada bayi. Etiologi laringomalasia masih belum diketahui secara pasti. Tetapi karena tingginya insiden gangguan neuromuskuler pada bayi dengan laringomalasia, beberapa peneliti mempercayai bahwa gangguan ini merupakan bentuk hipotonia laring.6,7 Peneliti lain berpendapat bahwa penyakit refluks gastroesofageal yang ditemukan pada 63% bayi dengan laringomalasia, mungkin berperan, karena menyebabkan edema supraglotis dan mengubah resistensi aliran udara, sehingga menimbulkan obstruksi nafas.

Anomali Vaskular

Anomali kongenital dari pembuluh darah besar mencapai sekitar 5% dari kasus stridor pada anak-anak. Gejala saluran napas yang disebabkan oleh trakea atau kompresi bronkial. Anomali vaskular yang menyebabkan kompresi trakea meliputi arteri innominate yang menekan trakea, cincin vaskular (arkus aorta ganda), dan sling arteri pulmonalis. Arteri subklavia kanan yang menyimpang adalah anomali vaskular mediastinal yang paling umum, pasien hanya mengalami disfagia ringan tanpa obstruksi jalan napas yang signifikan. Laryngotracheobronchitis

Laryngotracheobronchitis adalah sumber infeksi yang paling umum dari stridor pada anak-anak. meskipun penyebab paling umum adalah parainfluenza virus tipe 1, virus lain seperti virus pernafasan syncytial, influenza A, dan jenis parainfluenza 2/3 juga dapat menyebabkan laryngotracheobronchitis. Usia kejadian yang paling umum adalah dari usia 6 bulan sampai 3 tahun, meskipun jarang terjadi pada bayi dengan usia kurang dari satu tahun. Ketika terjadi laryngotracheobronchitis pada anak dengan usia kurang dari 1 tahun, kemungkinan stenosis harus dipikirkan.Imobilitas pita suara

Imobilitas pita suara adalah penyebab paling umum bawaan ketiga stridor, terjadi pada hampir 10% kasus. penyebab imobilitas pita suara termasuk penyebab neurologis seperti malformasi arnold-chiari atau hidrosefalus, trauma dari peregangan cedera saraf laring berulang selama proses melahirkan, atau trauma dari cedera saraf selama operasi jantungStenosis subglotis

Stenosis subglotis adalah penyempitan bawaan atau didapat dari subglottis. Subglottis adalah daerah yang membentang dari permukaan bawah pita suara untuk margin inferior kartilago krikoid. Bagian tersempit jalan nafas bayi adalah subglottis dan ukuranya 4 sampai 7 mm. Kurang dari 4 mm pada bayi baru lahir atau 3,5 mm pada bayi prematur adalah diagnostik stenosis subglotis.

Pengelolaan

Kegagalan pernapasan adalah prioritas awal selama pengelolaan bayi atau anak dengan stridor. Peralatan resusitasi yang memadai harus dipertahankan dalam pengaturan di mana pasien dievaluasi. Bila perlu, ventilasi dibantu atau dikendalikan oleh posisi pasien dengan kepala lebih rendah dan dilakukan manuver jaw thrust. Sekret diambil dengan suction. Menempatkan masker ventilasi dengan bag, mamberikan ventilasi tekanan positif dengan 100% oksigen biasanya memungkinkan penyelamat untuk menstabilkan pasien sebelum pindah tempat atau mencoba manajemen jalan napas definitif.

Jika posisi dan ventilasi tekanan positif tidak memadai untuk ventilasi, dokter mempersiapkan untuk intubasi endotrakeal. Sebuah laringoskop dengan pisau berukuran tepat, berbagai macam ukuran tabung endotrakeal, dan suction disusun sebelum mencoba intubasi. Untuk anak yang lebih dari 2 tahun, pipa endotrakeal yang berukuran tepat (diameter) dapat diperkirakan dengan membagi usia anak (dalam tahun) dengan 4 dan kemudian menambahkan 4.

Jika intubasi endotrakeal gagal maka penyelamat harus berusaha melakukan tindakan tracheostomy darurat. Krikotiroidotomi tidak dianjurkan pada bayi dan anak-anak karena membran krikotiroid yang sempit. Resiko tracheostomy darurat termasuk kegagalan untuk membangun jalan napas, pertukaran gas yang tidak memadai, perforasi esofagus, dan perdarahan yang tidak terkendali. Setelah jalan napas telah diamankan, pasien ditempatkan dalam pengaturan terkontrol untuk pengelolaan lebih lanjut. Hal ini biasanya membutuhkan pemindahan ke ruang operasi untuk endoskopi dan operasi.ASPIRASIEvaluasi dan Diagnosis

Aspirasi adalah penetrasi sekresi mulut dan hidung, partikel makanan, atau refluxate melalui pita suara. Aspirasi meliputi mekanisme menelan, epiglotis, lipatan aryepiglottic, posisi pita suara yg abnormal, dan refleks batuk. Sejumlah kecil aspirasi terjadi secara normal, terutama saat tidur, batuk dan silia dari mukosa yang biasanya menyebabkan aspirasi tersebut. Oleh karena itu, hanya ketika terjadi komplikasi bronkopulmoner terjadi baru dikatakan aspirasi dianggap patologis. Faktor predisposisi untuk aspirasi patologis termasuk perubahan status mental, gangguan neurologis menelan, dan kelainan lokal pada saluran aerodigestive.

Konsekuensi aspirasi pada paru-paru bervariasi dengan durasi gangguan yang mendasarinya dan jenis aspirasi. Potensi gejala sisa aspirasi termasuk batuk kronis, suara serak, pneumonia, dan fibrosis paru. Faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi untuk dijadikan penyebab dari penyakit pernafasan yaitu jenis bakteri, lokasi, dan mekanisme pertahanan. Contoh apabila pneumonia aspirasi didapat di rumah sakit lebih cenderung melibatkan organisme resisten daripada yang terjadi di dalam masyarakat.Radiografi dan Studi Khusus Diagnostik

Videofluoroscope Swallow Study

Videofluoroscope Swallow Study (VFSS) meneliti fungsi aerodigestive dengan menelan barium yang sudah dimodifikasi. Selama penelitian, terapis dan ahli radiologi melakukan penelitian dengan fluoroskopi. Gambar disesuaikan untuk melihat bibir, langit-langit, dinding faring posterior, dan esophagus.

Umumnya, tiga konsistensi makan diteliti: cairan (barium cair), pasta (barium lunak) dan padat (kue yang dilapisi dengan barium). Bayi diberi makan susu formula dengan sejumlah kecil barium. Pemberian makanan melalui jarum suntik mungkin diperlukan untuk melakukan penelitian pada pasien dengan persiapan atau pasien dengan menelan yang abnormal. Selama fluoroscopy, terapis mengamati gerak dan koordinasi dari empat fase menelan, mencatat efek posisi dan sikap kompensasi. Penelitian ini memungkinkan evaluasi yang luas dari struktur yang terlibat dalam menelan.

Endoskopi

Endoskopi dapat memainkan peran penting dalam evaluasi aspirasi. Laringoskopi dan bronkoskopi dapat mengidentifikasi kelainan struktural, seperti sumbing atau trakeo fistula laring. Esophagoscopy dengan biopsi dapat mengidentifikasi esofagitis, fistula esofagus, atau striktur.

Lainnya

Penelitian lain yang mungkin berguna dalam situasi tertentu termasuk CT atau MRI untuk mengevaluasi manometri otak dan batang otak dapat diindikasikan untuk mengevaluasi aspirasi ketika diduga gangguan motilitas esofagus dan kelainan manometric sfingter tone esofagus bagian atas. Pemeriksaan pH adalah Gold Standard yang digunakan untuk mendiagnosa GERD ketika diduga aspirasi berasal dari bawah.

Diagnosis Banding

Laryngeal clefts

Laryngeal clefts adalah anomali kongenital yang dihasilkan dari kegagalan nafas untuk memisahkan dari kerongkongan selama celah embryogenesis.laryngeal yang dinilai sebagai kelas 1 hanya melibatkan otot interarytenoid, kelas 2 yang melibatkan bagian dari krikoid, kelas 3 yang melibatkan seluruh krikoid, dan kelas 4 memperluas celah ke dalam trakea.Tracheoesophageal Fistula

TEF adalah anomali kongenital lain yang menyebabkan aspirasi karena koneksi abnormal antara trakea ke kerongkongan. Sejauh ini, jenis yang paling umum adalah atresia esofagus dengan TEF distal bersamaan di hampir 90% kasus

Pengelolaan Medis

Beberapa pasien dengan pneumonia aspirasi memerlukan rawat inap di unit perawatan intensif dengan terapi pernapasan dan fasilitas untuk mengelola kegagalan pernapasan. Intubasi jangka pendek atau bronkoskopi mungkin diperlukan.

Pengobatan aspirasi kronis memerlukan pendekatan multidisiplin, dengan pilihan intervensi ditentukan oleh tingkat keparahan dan sumber aspirasi, kondisi yang mendasari pasien (status medis dan neurologis), dan potensi rehabilitasi. Terapi menelan dapat bekerja dengan pasien dengan mengubah konsistensi makanan mereka, menyesuaikan postur mereka saat menelan, dan melatih mereka untuk menghembuskan napas sambil menelan.

Manajemen bedah

Prosedur bedah untuk aspirasi dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: kontrol sialorrhea dan kontrol laring. Bedah kontrol sialorrhea baik untuk mengurangi produksi saliva atau mengubah lokasi di mana air liur masuk dan mencakup berbagai prosedur seperti mengubah rute saluran saliva, eksisi kelenjar ludah, atau kombinasi dari prosedur di atas. Kontrol laring dapat dicapai dengan medialisasi pita suara, trakeostomi, penutupan laring, dan pemisahan laryngotracheal.BATUK

Batuk merupakan mekanisme fisiologis normal untuk membersihkan stimulus asing dari saluran pernapasan. Batuk yang kronis atau terus menerus merupakan gejala dari gangguan yang mendasarinya dan membutuhkan penyelidikan untuk menentukan penyebab spesifik. Pengobatan potensial mungkin setelah diagnosis yang tepat telah ditetapkan.

Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan Fisik

Batuk merupakan salah satu gejala yang paling umum yang pasien mencari bantuan medis. Kebanyakan penyakit yang berhubungan dengan batuk disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan dari bakteri atas virus. Ketika batuk menjadi kronis, berulang, atau tidak melayani fungsi yang berguna, otolaryngologist dapat berkonsultasi untuk evaluasi lebih luas. Sejarah awal berkonsentrasi pada durasi dan karakter batuk. Batuk produktif berhubungan dengan penyakit tracheobronchial; Batuk produktif lebih mungkin disebabkan oleh lesi saluran napas bagian atas atau asma. Post nasal drainase dan gastroesophageal reflux menyebabkan batuk yang berhubungan dengan pembukaan tenggorokan. Perokok aktif atau pasif dan paparan racun lingkungan adalah penyebab umum dari batuk kronis pada orang dewasa. Dokter harus mencari gejala yang berhubungan alergi, infeksi saluran pernapasan atas berulang, atau sinusitis.

Pemeriksaan fisik lengkap meliputi perhatian khusus pada kepala dan leher, saluran pernapasan, dada, dan sistem kardiovaskular. Inspeksi langsung dan tidak langsung dari nasofaring, hipofaring, dan laring sangatlah penting. Telinga harus diperiksa untuk melihat apakah ada serumen, peradangan, dan iritasi pada membran timpani. Hal ini membantu untuk mengetahui dan mengkarakterisasi kualitas batuk dan jumlah produksi sputum.

Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi

Hasil pemeriksaan awal untuk batuk kronis termasuk hitung darah lengkap dengan eosinofil, rontgen dada, dan pemeriksaan dahak untuk sitologi, bakteri, TBC, dan jamur. Radiografi toraks dapat mengungkapkan proses patologis yang tidak jelas pada pemeriksaan fisik. Membandingkan pandangan inspirasi dan ekspirasi dapat menunjukkan hiperinflasi yang disebabkan oleh benda asing radiolusen atau neoplasma endobronkial. CT scan sinus paranasal mengevaluasi sinusitis yang mungkin mendasari.

Dokter harus meminta pengujian fungsi paru ketika ada riwayat penyakit paru-paru obstruktif kronis. Pengujian dapat mendeteksi hiperaktif saluran udara dan mendiagnosa varian batuk asma, penyebab paling umum dari batuk kronis. Pada bayi dan anak-anak kecil atau jika pemeriksaan tidak tersedia, percobaan terapi albuterol dapat digunakan sebagai pengganti.Endoskopi

Jika hasil pemeriksaan awal, termasuk laboratorium dan studi radiologis, tidak bisa di diagnostik, maka otolaryngologist harus mempertimbangkan endoskopi. Meskipun endoskopi tidak diindikasikan dalam pemeriksaan untuk stridor atau aspirasi, hal ini berguna dalam kasus-kasus diagnostik sulit. Inspeksi saluran napas lengkap meliputi laring dan saluran trakeobronkial. Bronkoskopi fleksibel paling sering dilakukan pada orang dewasa di bawah anestesi topikal; rigid bronkoskopi dan anestesi umum digunakan dalam kasus-kasus pediatrik. Diagnosis endoskopi pada pasien dengan batuk kronis termasuk kelainan kongenital saluran napas, neoplasma, dan benda asing.Diagnosis Banding

Pasien dengan batuk akut (