Referat Test Kalori Revisi
-
Upload
fildzahdinisafitri -
Category
Documents
-
view
729 -
download
8
Transcript of Referat Test Kalori Revisi
PENDAHULUAN
Menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta
menggunakan aktivitas otot yang minimal.
Sistem keseimbangan merupakan kelompok organ yang selalu bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dan keseimbangan baik dalam keadaan statis (diam) maupun dinamis
(bergerak). Secara anatomi sistem keseimbangan terdiri dari sistem vestibuler, visual
(penglihatan) dan propioseptif (somatosensorik). Sistem vestibuler dibagi menjadi dua yaitu
vestibuler perifer dan sentral. Sistem vestibuler perifer terdiri dari organ vestibuler yang
terdapat di telinga dalam, nervus vestibularis (N VIII) dan ganglion vestibularis. Sedangkan
sistem vestibuler sentral terdiri dari nukleus vestibularis di batang otak, serebelum, talamus
dan korteks serebri.
Jika sistem keseimbangan kita (vestibuler, visual dan propioseptik) terserang suatu
penyakit atau gangguan dan tubuh tidak bisa menanggulanginya (melakukan kompensasi)
maka terjadilah gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan dapat diakibatkan oleh
gangguan yang mempengaruhi vestibular pathway, serebelum atau sensory pathway pada
medula spinalis atau nervus perifer.
Orang yang mengalami gangguan keseimbangan dapat mengeluh pusing
berputar/pusing tujuh keliling (vertigo), rasa mau jatuh/goyang/sempoyongan
(disequilibrium), rasa tidak nyaman di kepala (mumet/dizziness), rasa ringan di kepala/rasa
mau pingsan (sinkope). Seringkali keluhan gangguan keseimbangan disertai oleh gejala
otonom seperti rasa berdebar-debar, keringat dingin, rasa cemas, rasa tidak nyaman di daerah
perut, mual sampai muntah. Gejala otonom terjadi terutama bila disebabkan oleh gangguan
pada sistem keseimbangan yang terdapat di telinga dalam (perifer). Kenyataan dalam sehari-
hari penderita yang mengeluh pusing kepala, sering datang bukan ke dokter ahli THT.
Padahal sebagian besar ganggguan keseimbangan (kurang-lebih 80 %) disebabkan oleh
kelainan pada sistem keseimbangan yang berada di telinga dalam. Apalagi bila gangguan
keseimbangan tersebut disertai gejala gangguan pendengaran dan telinga berbunyi.
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan
darahdiukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan
pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa. Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada
Fungsi vestibuler/serebeler (Uji Romberg, tandem gait, uji unterbreger, past ponting test, uji
babinsky weil). Pemeriksaan fungsi vestibuler (uji Dix hallpike, Test kalori,
Elektronistagmus).
BAB I
ANATOMI ORGAN KESEIMBANGAN
(TELINGA)
A. Organ Keseimbangan pada Telinga
Seperti yang telah kita ketahui bahwa telinga merupakan salah satu organ
keseimbangan disamping dipengaruhi mata dan alat perasa pada tendon dalam. Dimana
secara anatomi fungsi keseimbangan pada telinga bagian dalam berada di tulang labirin, yang
terdiri dari bagian vestibuler (kanalis semisirkularis, utriculus, sacculus) dan bagian koklea.
Derivat vesikel otika ini membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin membran yang berisi
endolimfe, satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah
natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe (tinggi natrium rendah kalium)
yang terdapat dalam kapsul otika bertulang.
Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.
Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia dan pada
lapisan ini terdapat pula otolit yang mengan dung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih
besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolit akan
membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus yang sempit yang juga
merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang
tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus.
Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan
mengandung sel-sel rambut krista. Sel- sel rambut menonjol pada pada suatu kupula
gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakan kupula yang
selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.
B. Persarafan
Jalur persarafan yang dilalui dimulai dari nervus-nervus dari utriculus, saculus dan
kanalis semisirkularis membentuk suatu ganglion vestibularis. Jalur keseimbangan terbagi 2
neuron; neuron ke-1; Sel-sel bipolar dari ganglion vestibularis. Neurit-neurit membentuk N.
Vestibularis dari N. Vestibulocochlearis pada dasar liang pendengaran dalam dan menuju
nuklei vestibularis. Nuklei ke-2 dari Nucleus vestibularis lateralis (inti Deiters) keluar
serabut-serabut yang menuju formatio retikularis, ke inti-inti motorik saraf otak ke III, IV
dan V (melalui Fasciculus longitudinalis medialis), ke Nuclei Ruber dan sebagai tractus
vestibulospinalis di dalam batang depan dari medulla spinalis. Dari Nuclei vestibularis
medialis (inti Schwable) dan Nucleus vestibularis inferior (inti Roller) muncul bagian-bagian
tractus vestibulospinal dan hubungan-hubungan ke arah formatio retikularis. Nucleus
vestibularis superior (inti Bechterew) mengirimkan antara lain serabut-serabut untuk otak
kecil.
BAB II
FISIOLOGI KESEIMBANGAN
A. Apparatus Vestibularis
Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea, telinga dalam
memiliki komponen khusus lain, yaitu aparatus vestibularis, yang memberikan informasi
yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan – gerakan kepala
dengan gerakan – gerakan mata dan postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set
struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea- kanalis semisirkularis dan
organ otolit, (utrikulus dan sarkulus).
Apartus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Seperti di
koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh
perilimfe. Juga, serupa dengan organ korti, komponen vestibuler masing – masing
mengandung sel rambut yang berespon terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan
oleh gerakan – gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel – sel rambut auditorius, reseptor
vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, tergantung pada arah
gerakan cairan. Namun tidak seperti sistem pendengaran sebagian besar informasi yang
dihasilkan oleh sistem vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional
kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar
kepala. Tiap – tiap telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi
tersusun dalam bidang –bidang yang tegak lurus satu sama lain. Sel- sel rambut reseptif di
setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula -
suatu pembesaran dipangkal kanalis-. Rambut – rambut terbenam dalam suatu lapisan
gelatinosa seperti topi diatasnya yaitu kupula yang menonjol kedalam endolimfe di dalam
ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan seperti gangang laut yang mengikuti
arah gelombang air.
Pada kanalis semisirkularis polarisasi sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis
dan pada rotasi sel-sel dapat tereksitasi dan terinhibisi. Ketiga kanalis ini hampir tegak lurus
satu dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada bidang
yang sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapat tiga pasang kanalis;
horisontal kiri-horisontal kanan, anterior kiri-posterior kanan, posterior kiri –anterior kanan.
Pada waktu rotasi salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara satunya akan
terinhibisi. Misalnya bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan dalam
bidang horisontal yang menimbulkan rotasike kanan maka serabu-serabut aferen dari kanalis
horisontal kanan akan tereksitasi sementara serabut serabut yang kiriakan terinhibisi. Jika
rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan maka kanalis anterior kiri dan kanan
kedua sisi akan tereksitasi sementara kanalis posterior akan terinhibisi.
Perlu diperhatikan bahwa percepatan sudut merupakan rangsangan yang adekuat
untuk serabut aferen kanalis semisirkularis. Suatu kecepatan rotasi yang konstan tidak akan
mengeksitasi serabut-serabut tersebut. Namun tentunya dalam mencapai suatu kecepatan
tertentu harus ada akselerasi, dan dipengaruhi akselerasi ini akan terus berkurang hingga nol
setelah beberapa saat hingga beberapa menit. Keterlambatan ini disebabkan oleh pengolahan
SSP dan inersia kupula serta viskositas endolimfe yang menyebabkan kupula tertinggal
dibelakang perubahan sudut kepala. Sebagai contoh adalah efek dari penghentian mendadak
setelah suatu rotasi ke kanan searah jarum jam. Perlambatan menuju kecepatan nol ini
ekuivalen dengan percepatan arah yang berlawanan searah jarum jam. Dengan demikian,
serabut aferen dari kanalis kiri aka tereksitasi sedangkan serabut yang kanan terinhibisi. Bila
ini dilakukan pada ruangan gelap maka subjek akan merasa bahwa ia berputar ke kiri, setelah
kupula kembali pada posisi istirahat subjek akan merasa berhenti berputar.
Akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) selama rotasi kepala ke segala
arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak disalahsatu kanalis semisirkularis
karena susanan tiga dimensi kanalis tersebut. Ketika kepala mulai bergerak saluran tulang
dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala.
Namun cairan didalam kanalis yang tidak melekat ke tengkorak mula – mula tidak ikut
bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia (kelembaman),
ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sebidang
dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah
gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong kearah yang berlawanan
dengan arah gerakan kepala, membengkokan rambut – rambut sensorik yang terbenam di
bawahnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan gerakan yang sama, endolimfe
akan menyusul dan bergerak bersama kepala, sehingga rambut – rambut kembali ke posisi
tegak mereka.
Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi. Endolimfe
secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala, sementara kepala
melambat untuk berhenti. Akibatnya kupula dan rambut- rambutnya secara sementara
membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawana dengan arah mereka
membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut –
rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan
kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespon jika kepala tidak bergerak atau
ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap.
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut pada organ
otolit. Rambut – rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20 -50 stereosilia yaitu
mikrofilus yang diperkuat oleh aktin dan satu silium, kinosilium. Setiap sel rambut
berorientasi sedemikian rupa, sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi ketika
stereosilianya membengkok kearah kinosilium; pembengkokan kearah yang berlawanan
menyebabkan hiperpolarisasi sel.sel – sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi
dengan ujung – ujung terminal neuron aferen yang akson – aksonnya menyatu dengan akson
struktur vestibularis lain untuk membentuk saraf vestibularis.saraf ini bersatu dengan saraf
auditorius dari koklea untuk membentuk saraf vestibulo koklearis. Depolarisasi sel rambut
meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi diserat – serat aferen; sebaliknya, ketika
sel – sel rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi diserat aferen menurun.
Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai perubahan
rotasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit memberikan informasi mengenai posisi
kepala relatif terhadap gravitasi dan mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan liniear
(bergerak dalam garis lurus tanpa memandang arah).
Utrikulus dan sarkulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga
tulang yang terdapat diantara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambut–rambut pada sel–sel
rambut reseptif di organ–organ ini juga menonjol kedalam suatu lembar gelatinosa diatasnya,
yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan
potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium karbonat–otolit (batu telinga)
yang terbenam dalam lapisan gelatinosa, sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lebih
lembam (inert) daripada cairan di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak,
rambut-rambut di dalam utikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sarkulus
berjajar secara horizontal.
Masa gelatinosa yang mengandung otolit berubah posisi dan membengkokan rambut–rambut
dalam dua cara :
1. Ketika kepala digerakkan ke segala arah selain vertikal (yaitu selain tegak dan
menunduk ), rambut –rambut membengkok sesuai dengan arah gerakan kepala
karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan gelatinosa yang berat.
Di dalam utrikulus tiap – tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan
untuk mengalami depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi
ketika kepala berada dalam segala posisi selain tegak lurus. Dengan demikian
SSP menerima pola – pola aktivitas saraf yang berlainan tergantung pada posisi
kepala dalam kaitannya dengan gravitasi )
2. Rambut – rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan dalam
gerakan linier horizontal ( misalnya bergerak lurus kedepan, kebelakang, atau
kesamping ). Ketika seseorang mulai berjalan kedepan, bagian atas membran
otolit yang berat mula – mula tertinggal di belakang endolimfe dan sel – sel
rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan demikian rambut – rambut
menekuk kebelakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala
yang kedepan. Jika kecepatan berjalan di pertahankan lapisan gelatinosa segera
“menyusul” dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga
rambut – rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan,
lapisan otolit secara singkat terus bergerak kedepan ketika kepala melambat dan
berhenti, membengkokan rambut –rambut kearah depan. Denga demikian sel –
sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linier horizontal,
tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan
konstan.
Sarkulus mempunyai fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespon
secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal ( misalnya bangun dari
tempat tidur ) dan terhadap akselerasi atau deselerasi liner vertikal ( misalnya meloncat –
loncat atau berada dalam elevator ).
Sinyal – sinyal yang berasal dari berbagai komponen apartus vestibularis dibawa
melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis, satu kelompok badan sel saraf di
batang otak, dan ke sereberum.di sini informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan
dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot, untuk :
1. mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan;
2. mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfikasasi ke titik yang
sama walaupun kepala bergerak; dan
3. mempersepsikan gerakan dan orientasi.
Reflek vestibularis berjalan menuju SSP dan bersinap pada neuron inti vestibularis di
batang otak. Selanjutnya neuron vestibularis menuju ke bagian lain dari otak, sebagian
langsung menuju motoneuron yang mensarafi otot-otot ekstraokular dan motoneuron spinalis
yang lain menju formatia retikularis batang otak, serebelum dan lainnya.
B. Refleks Vestibulo-okularis
Hubungan-hubungan langsung inti vestibularis dengan motoneuron ekstraokular
merupakan suatu jaras yang penting dalam mengendalikan gerakan mata dan reflek vestibulo-
okularis (RVO). RVO adalah suatu refleks pada organ pengelihatan yang berfungsi untuk
menstabilkan bayangan pada retina selama kepala bergerak dengan memproduksi sebuah
gerakan mata yang berlawanan dengan gerakan kepala, yang akan mempertahankan
bayangan tetap pada pusat bidang visual. RVO tidak bergantung pada input visual semata,
refleks ini bahkan bekerja saat berada dalam kegelapan total.
RVO diaktifkan oleh sistem vestibular di telinga dalam, di saat kanalis semisircularis
dirangsang dan diaktifkan oleh gerakan kepala yang berputar, maka terjadi pengiriman sinyal
melalui nervus vestibularis (N. VIII) melintasi ganglion Scarpa dan berakhir pada nuklei
vestibularis di batang otak. Dari nuklei ini, serat-serat saraf akan menyilang menuju nucleus
N VI (Abducens) kontralateral dimana serat-serat saraf ini akan bersinaps dengan dengan 2
jalur tambahan. Jalur yang pertama adalah langsung menuju ke m. rectus lateral melalui N.
Abducens. Jalur yang kedua berasal dari nukleus abducens menuju nuklei oculomotor melalui
fasiculus longitudinal medial, yang terdiri dari sekumpulan motorneuron yang berperan pada
aktifitas otot gerak mata, terutama m. rectus medial yang dipersarafi N III (Oculomotorius).
Respon terhadap RVO adalah gerakan mata yang terdiri dari dua komponen yaitu
komponen ’lambat’, yang berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu komponen
’cepat’ yang searah dengan putaran kepala. Komponen lambat mengkompensasi gerakan
kepala dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan pada retina. Komponen cepat berfungsi
untuk kembali mengarahkan tatapan ke bagian lain dari lapangan pandangan. Perubahan arah
gerakan mata selama rangsang vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus normal.
C. Peranan Serebellum
Serebellum,yang melekat di belakang bagian atas batang otak, terletak di bawah
korteks lobus oksipitalis. Serebelum terdiri dari tiga bagian yang secara fungsional berbeda.
Bagian-bagian ini memiliki serangkaian masukan dan keluaran sehingga memiliki fungsi
yang berbeda-beda, yaitu :
1. Vestibuloserebellum penting untuk untuk mempertahankan keseimbangan dan
mengontrol gerak mata.
2. Spinoserebelum mengatur tonus otot dan gerakan volunter yang terampil dan
terkoordinasi.
3. Serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktifitas volunter
dengan memberikan masukan ke daerah-daerah korteks motorik. Bagian ini juga
merupakan daerah serebelum yang terlibat dalam ingatan prosedural.
gejala yang menandai penyakit serebelum semuanya dapat dikaitkan dengan
hilangnya fungsi-fungsi tersebut, antara lain adalah gangguan keseimbangan, nistagmus,
penurunan tonus otot tetapi tanpa paralisis.
BAB III
PEMERIKSAAN FUNGSI KESEIMBANGAN
Sejumlah uji klinis dapat dilakukan untuk menentukan apakah sistem vestibularis
berfungsi normal atau tidak, jika tidak, terdapat pula uji untuk menentukan di mana letak
permasalahan. Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan
yang sederhana yaitu uji Romberg dan uji berjalan (Stepping test) sampai dengan
pemeriksaan secara obyektif yaitu dengan posturografi dan ENG (elektronistagmografi).
Beberapa uji dirancang untuk merangsang suatu organ akhir khusus, misalnya
pengujian sepasang kanalis semisirkularis atau organ otolit pada saat rotasi seluruh badan
dalam ruangan gelap. Uji yang lain dirancang untuk melihat interaksi antara beberapa
masukan sensorik seperti propioseptif otot, masukan visual dan vestibularis, yang semuanya
dapat terjadi dengan perubahan postur tubuh atau kepala.
Pada berbagai uji fungsi vestibularis, dilakukan pengukuran gerakan mata (respon
RVO).Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan evaluasi sistem okulomotorik. Ini dapat
dilakukan dengan memeriksa gerakan mata spontan dalam keadaan terang dan gelap, gerakan
terhadap target visual, saccade dan pursuit tracking.
Pada beberapa uji vestibularis perlu pencegahan fiksasi visual dan rangsang
optokinetik (gerakan penglihatan sekeliling relatif terhadap subyek). Untuk tujuan ini,
rangsangan dapat diberikan dalam ruangan yang sangat gelap, atau dengan mata tertutup, atau
meminta subyek mengenakan kacamata +20 dioptri (kacamata Frenzel). Pada dua kondisi
terakhir, gangguan RVO dapat dikurangi ; kondisi optimum adalah kegelapan total dengan
mata terbuka.
Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan yang
sederhana terlebih dahulu, pemeriksaan-pemeriksaan tersebut antara lain:
1. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.
Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya
pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah
kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada
mata terbuka maupun pada mata tertutup. tentang gangguan keseimbangan karena
gangguan vestibuler, maka input visual diganggu dengan menutup mata dan input
proprioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas tumpuan yang tidak stabil.
2. Uji Berjalan (Stepping Test)
Berjalan di tempat 50 langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1 meter dan
badan berputar lebih dari 30 derajat berarti sudah terdapat gangguan.
3. Tes Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.Pada kelainan vestibuler
posisi penderita akan menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram, kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
tangan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik.Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa.Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
5. Rangsangan Kalori (Uji Kalori)
Rangsangan kalori adalah suatu tes yang menggunakan perbedaan temperatur
untuk mendiagnosa adanya kerusakan saraf ke delapan yang menyebabkan
vertigo. Dengan tes ini dapat ditentukan adanya kanal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Tes ini terdiri dari dua cara, yaitu tes kalori
cara Kobrak dan tes kalori bitermal.
6. Test Nistagmus Spontan
Nylen memberikan kriteria dalam menentukan kuatnya nistagmus ini.Bila
nistagmus spontan ini hanya timbul ketika mata melirik searah dengan
nistagmusnya, maka kekuatan nistagmus itu sama dengan Nylen 1.Bila nistagmus
timbul sewaktu mata melihat ke depan, maka disebut Nylen 2, dan bila nistagmus
tetap ada meskipun mata melirik berlawanan arah nistagmus, maka kekuatannya
disebut Nylen 3.
7. Test Nistagmus Posisi
Tes nistagmus posisi ini dianjurkan oleh Hallpike dan cara ini disebut Perasat
Hallpike. Caranya adalah, mula-mula pasien duduk, kemudian tidur terlentang
sampai kepala menggantung di pinggir meja periksa, lalu kepala diputar ke kiri,
dan setelah itu kepala diputar ke kanan.
Pada setiap posisi nistagmus diperhatikan, terutama pada posisi akhir. Nistagmus
yang terjadi dicatat masa laten, dan intensitasnya. Juga ditanyakan kekuatan
vertigonya secara subyektif. Tes posisi ini dilakukan berkali-kali dan diperhatikan
ada tidaknya kelelahan. Dengan tes posisi ini dapat diketahui kelainan sentral atau
perifer. Pada kelainan perifer akan ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan
dan vertigo biasanya tersasa berat. Pada kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak
ada masa laten, tidak ada kelelahan dan vertigo ringan saja.
8. Test Rotasi
Penderita didudukkan di atas kursi yang diletakkan pada pusat aksis rotasi dari
suatu motor torque dan mempunyai perlengkapan untuk menjaga kepala dan
kaki.Kursi khusus ini dikenal dengan kursi Barany, yang khusus dibuatuntuk tes
ini.Bila subyek duduk tegak dengan memiringkan kepala 30º ke bawah, maka
kanalis horisontalis dapat dirangsang secara maksimum.Gerakan leher dicegah
sehingga rotasi akan menggerakkan tubuh dan kepala bersamaan.Rotasi
dilakukan dengan mata tertutup, dalam satu arah dengan percepatan konstan
dalam waktu singkat (mis. 20 detik) atau secara osilatorik (mis. Sinusoid).Untuk
percepatan konstan dilakukan pengukuran amplitudo dan lamanya respon,
sedangkan untuk rotasi sinusoid diukur fase serta hasil yang didapat.undip&boies
Pada akhir putaran (rotasi) dihentikan mendadak dan penderita langsung disuruh
melihat jari pemeriksa yang dilakukan di depan penderita dan terhadap telinga
yang diperiksa.Pada tes ini dicatat waktu dalam detik, lama pasca nistagmus, dan
pada orang normal akan hilang kurang lebih 25 sampai 35-40 detik.undip
9. Posturografi
Alat pemeriksaan keseimbangan dapat menilai secara obyektif dan kuantitatif
kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan gambaran
yang benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka
input visual diganggu dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan
dengan berdiri di atas tumpuan yang tidak stabil.
Ada 3 macam tes posturografi yaitu;
a. Sensory Organization Test (SOT)
Secara obyektif mengidentifikasikan problem pengontrolan posisi dengan
mengukur kemampuan pasien untuk mengefektifkan informasi penglihatan,
vestibuler dan proprioseptif.
1. Eyes open, fixed surface and visual surround.
2. Eyes closed, fixed surface.
3. Eyes open, fixed surface, sway referenced visual surround.
4. Eyes open, sway referenced surface, fixed visual surround.
5. Eyes closed, sway referenced surface.
6. Eyes open, sway referenced surface and visual surround.
b. Motor Control Test (MCT)
Mengukur kemampuan pasien untuk secara cepat dan otomatis pulih dari
provokasi eksternal yang tidak terduga.
c. Tes Adaptasi
Mengukur kemapuan pasien untuk memodifikasi reaksi motorik.
10. Elektronigtagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat
dianalisis secara kuantitatif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetukan apakah
gangguan keseimbangan tersebut disebabkan oleh penyakit di telinga dalam atau
tidak.
Ada empat bagian utama tes dari elektronistagmografi:
1. Tes kalibrasi berguna untuk mengevaluasi rapid eye movements.
2. Tracking test mengevaluasi pergerakan dari mata selama mengikuti gerakan
dari benda target.
3. Tes posisi mengukur nistagmus yang diukurposisikepala.
4. Tes kalori mengukur respon terhadap air panas dan dingin yang dimasukkan
ke dalam liang telinga.
Tes ENG merupakan gold standar untuk mendiagnosis gangguan telinga yang
mengenai satu telinga pada suatu waktu. Sebagai contoh, ENG sangat bagus
untuk mendiagnosis vestibular neuritis. ENG juga berguna untuk mendiagnosis
BPPV dan gangguan keseimbangan bilateral.
BAB IV
UJI KALORI
A. Sejarah
Uji kalori adalah suatu pemeriksaan untuk menguji fungsi keseimbangan. Pertama
kali dicetuskan oleh Robert Barany pada tahun 1906 yang membuatnya meraih Nobel pada
1917. Kemudian pada tahun 1942, Fitzgerald dan Hallpike meyempurnakannya sehingga
dapat diterima secara luas di kalangan praktisi.
B. Fungsi Uji Kalori
Uji kalori berfungsi untuk menilai dan merekam fungsi labirin secara terpisah,
sehingga membuat pemeriksa menjadi lebih mudah menentukan sisi yang mengalami lesi.
Respon yang dihasilkan oleh uji kalori ini berhubungan dengan sistem saraf pusat, hingga
membuat uji ini sangat penting untuk menentukan apakah gangguan keseimbangan yang
terjadi berasal dari sentral atau perifer.
C. Patomekanisme
Test Kalori adalah suatu percobaan yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi dari
kanalis semisircularis horizontal. Beberapa metode stimulasi digunakan untuk mengubah
temperature dari kanalis auditoris eksternal.
Test ini didasari atas suatu prinsip bahwa perubahan temperature pada kanalis
auditiva eksterna akan ditransmisikan ke kanalis semisirkularis sehingga terjadi perubahan
pada densitas endolymph di kanalis semisirkularis horizontal yang secara anatomi lebih dekat
ke liang telinga. Perubahan tadi akan menyebabkan terjadinya aliran dari endolymph dan
perubahan posisi kupula.
Untuk melakukan uji ini, pasien dibaringkan sedemikian rupa sehingga kepala pasien
membentuk sudut 300, yang berguna untuk membuat kanalis semisircularis horizontal dalam
posisi tegak lurus dengan permukaan tanah/lantai.
Penggunaan air hangat (440C) dan air dingin (300C) akan menyebabkan terjadinya aliran
endolymph ke satu arah, dan mencetuskan nystagmus ke arah yang berlawanan.
Penggunaan air yang lebih hangat dari suhu tubuh, akan menyebabkan aliran
ampullopetal, dimana endolymph akan mengalir di dalam kanal menuju ke ampulla.
Menyebabkan kinocilium bergerak mendekati utrikulus dan juga meningkatkan ambang letup
dari sel-sel rambut.
Penggunaan air yang lebih dingin dari suhu tubuh akan menyebabkan terjadinya
aliran ampullofugal. Aliran ini menjauhkan kinocilium dari utrikulus, serta menginhibisi
ambang letup pada sel-sel rambut.
Perangsangan sel-sel rambut pada percobaan dengan air hangat tadi akan
menstimulasi nucleus N III ipsilateral dan N VI kontralateral. Menyebabkan terjadinya
Refleks Vestibulo-okular yang menghasilkan deviasi mata ke arah yang berlawanan dari
telinga yang dialiri dan mencetuskan nistagmus ke arah telinga yang dialiri. Begitu juga
sebaliknya, perangsangan dengan air dingin akan menghasilkan deviasi mata ke arah telinga
yang dialiri dan mencetuskan nistagmus untuk mengkoreksi arah bola mata ke arah yang
berlawanan. Hal ini sering disingkat sebagai COWS (Cold Opposite Warm Same).
D. Jenis-jenis Test Kalori
Test kalori yang biasa dipraktekkan di klinik saat ini terdiri dari dua cara, yang
pertama test kalori dengan cara Kobrak, dan yang kedua yaitu dengan test kalori bitermal.
1. Test Kobrak
Digunakan spuit 5 atau 10 mL, ujung jarum disambung dengan kateter.
Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es (0ºC), sebanyak 5 mL selama
20 detik ke dalam liang telinga. Sebagai akibatnya terjadi transfer panas dari
telinga dalam yang menimbulkan suatu arus konveksi dalam endolimfe.Hal ini
menyebabkan defleksi kupula dalam kanalis yang sebanding dengan gravitasi,
dan rangsangan serabut-serabut aferennya. Suatu cairan dingin yang dialirkan ke
liang telinga kanan akan menimbulkan nistagmus dengan fase lambat ke kanan.
Kecepatan maksimum dari komponen lambat dan lamanya nistagmus diukur bila
tidak timbul penglihatan. Nilai dihitung dengan mengukur lama nistagmus, sejak
air mulai dialirkan sampai nistagmus berhenti. Harga normal 120-150 detik.
Harga yang kurang dari 120 detik merupakan bukti defisit perifer atau adanya
suatu paresis kanal.
2. Test Kalori Bitermal
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick & Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam
air, dingin dan panas.Suhu air dingin adalah 30ºC, sedangkan suhu air panas
adalah 44ºC. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing
250 mL, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang
timbul.Setelah liang telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga
kanan dengan air dingin juga kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu
telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air
dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan
pusingnya).
E. Langkah-langkah Pelaksanaan Uji Kalori
Pelaksanaan uji kalori ini biasanya dilakukan dengan perintah tertulis dari dokter.
Pasien biasanya diminta untuk berpuasa minimal 6 jam sebelum dilaksanakan pengujian, juga
pasien diminta untuk menghentikan konsumsi obat selama kurang lebih 48 jam sebelum
dilaksanakan pengujian.
Pelaksanaan uji kalori ini juga memiliki beberapa kontraindikasi dalam pelaksanaannya,
sehingga baik dokter maupun petugas yang akan melaksanakan pengujian ini harus
memastikan dengan seksama kondisi pasien sebelum dilaksanakan pengujian. Beberapa
kontraindikasi yang dilaporkan antara lain:
- Hipertensi
- Penyakit jantung (arritmia, angina unstable, myocardial infarction
- Gangguan psikotik/neurotic
- Epilepsy
- Riwayat pembedahan mata dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan
- Riwayat pembedahan telinga dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan
Ada juga kondisi-kondisi yang memerlukan perhatian khusus yang bisa menjadi suatu
kontraindikasi dilaksanakannya pengujian ini. Kondisi tersebut antara lain:
- Serumen yang memenuhi liang telinga
- Otitis eksterna
- Effusi pada telinga tengah
- Membrane timpani yang atrofi.
- Perforasi membrane timpani
- Pasien-pasien dengan kavitas pada mastoidnya.
Sebelum dilakukan pengujian, penguji harus memeriksa keadaan telinga luar dan
membrane timpani sebelum dan sesudah dilakukan irigasi dengan menggunakan otoskop.
Setelah semuanya dilakukan, penguji mengisntruksikan pada pasien supaya pasien tetap
nyaman dan tidak tegang selama pemeriksaan berlangsung, informed consent pada pasien
harus dilaksanakan karena pengujian ini dapat menyebabkan terjadinya rasa pusing selama
beberapa menit setelah dilakukan irigasi.
Setelah pasien paham dengan prosedur yang akan dilakukan, pasien kita posisikan
sedemikian rupa sehingga kepala pasien membentuk sudut 300. Dengan posisi seperti ini,
maka kanalis semisirkularis horizontal pasien akan berada pada posisi tegak lurus dengan
permukaan tanah/lantai.
Setelah pasien berada dalam posisi yang sesuai, maka pengujian dapat dilakukan
menggunakan cara Kobrak atau dengan pengujian bitermal.
F. Pencatatan Hasil
Pencatatan hasil uji kalori secara baku dinilai dengan menggunakan table untuk
mencatat lama waktu nistagmus yang terjadi saat liang telinga dialiri oleh baik air dingin
maupun air hangat.
Tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Langkah Telinga Suhu air Arah Nistagmus Waktu Nistagmus
Pertama Kiri 30ºC Kanan Kanan a. …. detik
Kedua Kanan 30ºC Kanan Kanan b. …. detik
Ketiga Kiri 44 ºC Kanan Kanan c. …. detik
Keempat Kanan 44 ºC Kanan Kanan d. …. detik
Hasil tes kalori dihitung dengan menggunakan rumus:
Sensitifitas L – R : (a+c) – (b+d) = <40 detik
Dalam rumus ini dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan.Bila selisih waktu
ini kurang dari 40 detik maka berarti kedua fungsi vestibuler dalam keadaan seimbang.Tetapi
bila selisih ini lebih besar dari 40 detik, maka berarti yang mempunyai waktu nistagmus lebih
kecil mengalami paresis kanal.
G. Intrepretasi Hasil dan Diagnosis
Prinsip yang digunakan sebagai dasar dari uji kalori ini adalah bahwa labirin normal
cenderung merespon secara spontan dan mencolok terhadap nilai normal yang diketahui
sebelumnya.
Sebuah respon yang tidak simetris berkaitan dengan kondisi pasien pada saat sekarang
atau pada waktu lampau. Ketiadaan atau penurunan respon mengindikasikan adanya
disfungsi vestibuler perifer.
Analisis komparatif yang dilakukan bertujuan untuk mencari asimetrisitas pada respon
terhadap uji kalori, dan focus pada analisa terhadap labyrinthic paresis (LP) dan directional
predominance (DP). Analisa pada nilai-nilai yang didapatkan bertujuan untuk mengevaluasi
apakah nilai-nilai tersebut berada lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai normalnya.
- Labyrinthic predominance
Labyrinthic predominace (LP) adalah suatu kondisi dimana terjadinya kehilangan atau
penurunan fungsi dari suatu labirin dibandingkan dengan labirin kontralateral. Istilah
ini dipublikasikan oleh Jongkees ketika meneliti perbandingan fungsi vestibuler
perifer. Jongkees menggunakan metode Bitermal dan menegakkan teori bahwa LP
merupakan suatu perbedaan respon dalam nystagmografi pada kedua labirin yang
lebih dari 20%. Labirin yang memiliki respon lebih sedikit pada uji kalori adalah yang
lebih parah tingkat kerusakannya.
Penyebab disfungsi vestibuler unilateral yang biasa terjadi adalah; tumor pada N VIII,
Meniere’s disease, migraine dan penyakit-penyakit serebrovaskuler.
- Directional preponderance
Jongkees pertama kali mendeskripsikan DP sebagai sebuah kecenderungan
peningkatan intensitas nistagmus ke beberapa arah jika dibandingkan dengan yang
lain.
DP biasa terjadi pada pasien yang mengalami nistagmus spontan. Juga pada pasien
dengan gangguan vestibuler sentral maupun perifer atau cedera pada korteks. DP juga
bisa terjadi pada orang normal. Dengan variable sebanyak itu, DP tidak selalu
berkorelasi dengan gangguan vestibuler dan tidak memiliki nilai untuk menunjukkan
letak lesi.
- Hyperreflexia
Hiperreflexia sering diasosiasikan sebagai gangguan dari sistem vestibuler sentral
maupun perifer. Keadaan ini adalah suatu situasi dimana pengujian kalori
menginduksi nistagmus melebihi nilai normal.
Pada gangguan vestibuler perifer, hyperreflexia bisa terlihat pada labirin yang
kontralateral dari labirin yang mengalami deficit respon.
Hyperreflexia bilateral bisa diobservasi pada gangguan vestibuler sentral. Pada
keadaan normal, Cerebellar flocculus akan menginhibisi nucleus dari nucleus-nukleus
vestibular, yang akan menginhibisi RVO. Lesi pada bagian ini akan berefek pada
fungsi inhibisi tersebut, meningkatkan keadaan terkesitasi pada nucleus vestibular dan
menyebabkan terjadinya hyperreflexia bilateral. Hal ini menjelaskan kenapa keadaan
ini sering terlihat pada pasien multiple sclerosis.
Perubahan-perubahan pada telinga yang tidak berhubungan dengan lesi labyrin baik
sentral maupun perifer bisa menginduksi terjadinya hyperreflexia. Seperti perubahan
temperature pada telinga akibat uji kalori, perforasi membrane tympani dan
kecemasan bisa berujung pada hyperreflexia. Bahkan pada penelitian disebutkan
bahwa uji kalori merupakan penyebab hyperreflexia tersering.
- Hyporeflexia
Hiporeflexia adalah suatu keadaan dimana nistagmus yang timbul dari pengujian
kalori berada di bawah nilai normal. LP dan DP biasanya normal pada pasien-pasien
ini, juga tidak adanya asimetrisitas. Bagaimanapun, keadaan ini juga tidak
mengindikasikan fungsi vestibular yang normal.
Penurunan respon bilateral terhadap pengujian kalori bisa dilihat pada pasien yang
menggunakan obat-obatan yang mendepresi fungsi labirin.
Persisten hyporeflexia bisa dihubungkan dengan obat-obatan ototoksik. Penyebab lain
dari keadaan hyporeflexia ini adalah infeksi sistemik, seperti sifilis congenital
maupun acquired, gangguan pada SSP, benign intracranial hypertension dan ataxia
Friedriech.
Gangguan metabolic juga dapat menyebabkan hyporeflexia, seperti Wernicke-
Korsakoff encephalopathy dan Sindrom Cogan.
- Arreflexia
Arreflexia adalah hilangnya respon terhadap pengujian kalori. Gangguan pada labirin
yang menyebabkan arreflexia tidak serta merta menyebabkan hilangnya fungsi
sepenuhnya.
Test rotasi diperlukan bila terdapat arreflexia untuk mengetahui apakah terdapat
kerusakan pada organ vestibuler perifer bilateral.
Arefflexia bilateral yang terjadi setelah pengujian kalori yang disertai dengan
absennya respon pada uji rotasi, diassosiasikan dengan penurunan fungsi
keseimbangan tubuh, terutama terlihat pada pasien dengan pengelihatan yang buruk
karena hilangnya RVO.
Obat-obatan ototoksik juga dapat menyebabkan arreflexia bilateral, contohnya adalah
gentamicin
- Gangguan Supresi Nistagmus
Gangguan neurologis yang menyebabkan inhibisi dari supresi nistagmus setelah
dilakukan uji kalori biasanya adalah perubahan pada pergerakan okulomotor. Jika
gangguan yang terjadi bilateral, ada kemungkinan keterlibatan batang otak dan
cerebellum.
- Caloric Inversion
Respon yang terjadi ke arah yang berlawanan dengan yang diharapkan dinamakan
caloric inversion. Sangat jarang terjadi dan dihubungkan dengan gangguan pada
batang otak. Bisa juga terjadi karena adanya nistagmus congenital yang arahnya
berlawanan dengan yang diharapkan pada pemeriksaan, juga kemungkinan adanya
perforasi membrane tympani.
- Caloric Perversion
Caloric perversion adalah nistagmus yang terjadi vertical pada pengujian. Keadaan ini
jarang terjadi dan dihubungkan dengan gangguan pada basal ventrikel ke-4 di batang
otak. Contohnya adalah multiple sclerosis.
BAB V
KESIMPULAN
Telinga merupakan salah satu organ keseimbangan disamping dipengaruhi mata dan
alat perasa pada tendon dalam. Secara anatomi fungsi keseimbangan pada telinga bagian
dalam berada di tulang labirin, yang terdiri dari bagian vestibuler (kanalis semisirkularis,
utriculus, sacculus) dan bagian koklea. Jalur keseimbangan terbagi 2 neuron,yaitu ; neuron
1,Sel-sel bipolar dari ganglion vestibularis (Neurit-neurit membentuk N. Vestibularis dari N.
Vestibulocochlearis pada dasar liang pendengaran dalam dan menuju nuklei vestibularis) dan
Nucleus vestibularis lateralis (inti Deiters) keluar serabut-serabut yang menuju formatio
retikularis, ke inti-inti motorik saraf otak ke III, IV dan V (melalui Fasciculus longitudinalis
medialis), ke Nuclei Ruber dan sebagai tractus vestibulospinalis di dalam batang depan dari
medulla spinalis.
Telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam
bidang –bidang yang tegak lurus satu sama lain. Di setiap kanalis semisirkularis terdapat Sel-
sel rambut reseptif yang terletak di atas suatu bubungan (ridge), terletak di ampula (suatu
pembesaran dipangkal kanalis). Rambut – rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa
seperti topi diatasnya yaitu kupula yang menonjol kedalam endolimfe di dalam ampula.
Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan seperti gangang laut yang mengikuti arah
gelombang air.
Pada waktu rotasi salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara satunya
akan terinhibisi. Misalnya bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan dalam
bidang horisontal yang menimbulkan rotasike kanan maka serabu-serabut aferen dari kanalis
horisontal kanan akan tereksitasi sementara serabut serabut yang kiriakan terinhibisi. Jika
rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan maka kanalis anterior kiri dan kanan
kedua sisi akan tereksitasi sementara kanalis posterior akan terinhibisi.
Sejumlah uji klinis dapat dilakukan untuk menentukan apakah sistem vestibularis
berfungsi normal atau tidak. Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari
pemeriksaan yang sederhana terlebih dahulu, pemeriksaan-pemeriksaan tersebut antara lain
(Uji Romberg, Uji berjalan (stepping test), tes unterberger, past-pointing tes ( uji tunjuk
barany), rangsangan kalori (uji kalori), test Nistagmus spontan, test Nistagmus Posisi, test
Rotasi, Posturografi, Elektronigtagmogram.
Test kalori merupakan suatu pemeriksaan untuk menguji fungsi keseimbangan.
Pertama kali dicetuskan oleh Robert Barany pada tahun 1906 yang membuatnya meraih
Nobel pada 1917. Kemudian pada tahun 1942, Fitzgerald dan Hallpike meyempurnakannya
sehingga dapat diterima secara luas di kalangan praktisi.
Test kalori berfungsi untuk menilai dan merekam fungsi labirin secara terpisah,
sehingga membuat pemeriksa menjadi lebih mudah menentukan sisi yang mengalami lesi.
Respon yang dihasilkan oleh uji kalori ini berhubungan dengan sistem saraf pusat, hingga
membuat uji ini sangat penting untuk menentukan apakah gangguan keseimbangan yang
terjadi berasal dari sentral atau perifer.
Test ini didasari atas suatu prinsip bahwa perubahan temperature pada kanalis
auditiva eksterna akan ditransmisikan ke kanalis semisirkularis sehingga terjadi perubahan
pada densitas endolymph di kanalis semisirkularis horizontal yang secara anatomi lebih dekat
ke liang telinga. Perubahan tadi akan menyebabkan terjadinya aliran dari endolymph dan
perubahan posisi kupula.
Untuk melakukan uji ini, pasien dibaringkan sedemikian rupa sehingga kepala pasien
membentuk sudut 300, yang berguna untuk membuat kanalis semisircularis horizontal dalam
posisi tegak lurus dengan permukaan tanah/lantai. Penggunaan air hangat (440C) dan air
dingin (300C) akan menyebabkan terjadinya aliran endolymph ke satu arah, dan mencetuskan
nystagmus ke arah yang berlawanan. Jenis-jenis test kalori : test kobrak dan test kalori
bitermal. .
Beberapa kontraindikasi yang dilaporkan antara lain:
- Hipertensi
- Penyakit jantung (arritmia, angina unstable, myocardial infarction
- Gangguan psikotik/neurotic
- Epilepsy
- Riwayat pembedahan mata dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan
- Riwayat pembedahan telinga dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan
Ada juga kondisi-kondisi yang memerlukan perhatian khusus yang bisa menjadi suatu
kontraindikasi dilaksanakannya pengujian ini. Kondisi tersebut antara lain:
- Serumen yang memenuhi liang telinga
- Otitis eksterna
- Effusi pada telinga tengah
- Membrane timpani yang atrofi.
- Perforasi membrane timpani
- Pasien-pasien dengan kavitas pada mastoidnya.
Sebelum dilakukan pengujian, penguji harus memeriksa keadaan telinga luar dan
membrane timpani sebelum dan sesudah dilakukan irigasi dengan menggunakan otoskop.