Referat Stroke
-
Upload
fahrunidianiramani -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Referat Stroke
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit cerebrovaskular (CVD) atau stroke yang menyerang kelompok usia
diatas 40 tahun adalah setiap kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh
darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh thrombosis
atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri. Perubahan
dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifat primer karena
kelainan congenital maupun degenerative, atau sekunder akibat proses lain seperti
peradangan, arteriosklerosis, hipertensi, dan diabetes mellitus.
Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkankan gejala (silent) dan
akan muncul secara klinis jika aliran darah ke otak turun sampai ketingkat melampaui
batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi otak (threshold of
brain function activity). Gejala ini menyebabkan sindrom klinik yang disebut stroke.
Gejala klinik tergantung lokalisasi daerah yang mengalami iskemia.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap
lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular.
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau
pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan
darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut
dalam waktu yang sangat singkat.1
B. EPIDEMIOLOGI
Stroke merupakan satu masalah yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat.
Jumlah penderita stroke cenderung meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang
penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif.
Stroke dapat menyerang setiap usia, namun sering terjadi pada usia diatas 40 tahun.
Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia
seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke.1
Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang
paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun. Di negara industri stroke merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah jantung dan keganasan.2
2
C. ANATOMI VASKULARISASI OTAK
Otak memperoleh darah melalui dua sistem, yakni sistem karotis dan sistem vertebralis.3
1. Sistem karotis
Arteri karotis interna merupakan hasil percabangan dari arteri karotis komunis
dekstra dan arteri karotis komunis sinistra. Arteri karotis komunis dekstra berasl dari
percabangan arteri subklavia dekstra, sedangkan arteri karotis komunis sinistra
berasal dari arkus aorta.
Arteri komunis interna setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik
dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus
kavernosus, mempercabangkan arteri optalmika untuk nervus optikus dan retina,
akhirnya bercabang dua : arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak
sistem ini memberi aliran darah ke lobus frontalis, parietalis, dan beberapa lobus
temporalis.
2. Sistem vertebralis
Sistem vertebralis dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal
di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di kolumna
vertebralis servikalis, masuk ke rongga cranium melalui foramen magnum, lalu
mempercabangkan masing-masing sepasang arteri serebelli inferior. Pada batas
medulla oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi arteri basilaris, dan setelah
mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris
berakhir sebagai sepasang cabang arteri serebri posterior, yang melayani daerah lobus
oksipital dan bagian medial lobus temporalis.
Ketiga pasang arteri serebri ini (A. serebri anterior, A. serebri media, A.serebri
posterior) bercabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu
dengan yang lainnya. Cabang-cabangnya yang lebih kecil menembus kedalam
jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri
lainnya. Untuk menjamin pemberian darah ke otak. Ada sekurang-kurangnya 3 sistem
kolateral antara sistem karotis dan vertebral, yaitu:
3
Sirkulus willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh A.
serebri media dekstra dan sinistra, A, komunikan anterior (yang
menghubungkan kedua arteri serebri anterior), sepasang A. serebri posterior,
dan A. komunikan posterior (yang menghubungkan A. serebri media dan
posterior) kanan dan kiri.
Anastomosis antara A. serebri interna dan A. karotis eksternadi daerah orbita,
masing-masing melalui A. optalmika dan A. fasialis ke A. maksilaris eksterna.
Hubungan sistem vertebral dengan arteri karotis eksterna.
Darah vena dialirkan ke otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke
sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basilaris lateralis, dan seterusnya
melalui vena-vena jugularis, dicurahkan menuju jantung.3
4
D. KLASIFIKASI
Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke dapat
diklasifikasikan sebagai yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.2,3
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh adanya perdarahan
intracranial non traumatik. Stroke hemoragik meliputi perdarahan didalam otak
(intracerebral hemorrhage) dan perdarahan diantara bagian dalam dan luar lapisan pada
jaringan yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage).4
a. Perdarahan intraserebral (PIS)
Perdarahan intraserebral disebut juga perdarahan intraparenkim atau
hematoma intracranial yang bukan disebabkan oleh trauma. Stroke jenis ini terjadi
karena pecahnya arteri otak. Hal ini menyebabkan darah bocor ke otak dan menekan
jaringan-jaringan di otak. Peningkatan tekanan secara tiba-tiba menyebabkan
kerusakan sel-sel otak disekitar genangan darah. Jika jumlah darah yang bocor
meningkat dengan cepat, maka tekanan otak meningkat drastis. Hal ini menyebabkan
hilangnya kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyebab perdarahan
intraserebral yang paling sering adalah hipertensi dan aterosklerosis serebral karena
5
perubahan degenerative yang disebabkan oleh penyakit ini biasanya dapat
menyebabkan rupture pembuluh darah.2,3,4
b. Perdarahan subarachnoid (PSA)
Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan di dalam ruang (ruang
subarachnoid) diantara lapisan dalam (piamater) dan lapisan tengah (arachnoidmater)
pada jaringan yang melindungi otak (meningen). Penyebab yang paling umum adalah
pecahnya tonjolan pada pembuluh darah (aneurisma). Pecahnya pembuluh darah ini
menyebabkan nyeri kepala yang muncul secara tiba-tiba dan hebat, sakit pada leher,
serta mual dan muntah. Peningkatan tekanan diluar otak dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran dengan cepat bahkan kematian.4
Perdarahan subarachnoid diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu
traumatic subarachnoid hemorrhage dan spontaneous subarachnoid hemorrhage.
Traumatic subarachnoid hemorrhage yaitu perdarahan yang menyebabkan
kerusakan otak yang diakibatkan oleh karena trauma.
Spontaneous subarachnoid hemorrhage yaitu perdarahan yang disebabkan karena
adanya ruptur aneurisma atau abnormalitas pembuluh darah pada otak.
b. Stroke Iskemik
Yaitu penderita dengan gangguan neurologik fokal yang mendadak karena
obstruksi atau penyumbatan pembuluh darah otak.4
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya dibagi
atas dua yaitu trombosis cerebri dan emboli cerebri.2,3,4
a. Trombosis cerebri
Biasanya ada kerusakan local pembuluh darah akibat aterosklerosis. Proses
aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada tunika intima arteri besar. Plak
cenderung terbentuk pada percabangan dan tempat yang melengkung. Pembuluh
darah yang mempunyai resiko adalah arteri carotis interna dan arteri vertebralis
bagian atas. Hilangnya tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan
menempel pada permukaan yang terbukasehingga permukaan dinding menjadi kasar.
6
Trombosit akan melepaskan enzim adenosine difosfat yang mengawali proses
koagulasi.3
Adhesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk toksik yang dilepaskan
makrofag dan kerusakan moderat pada permukaan intima. Trombosit juga
melepaskan growth factors yang menstimulasi migrasi dan proliferasi sel otot polos
dan juga berperan pada pembentukan lesi fibrointimal pada subendotelial.
b. Emboli serebri
Emboli menyebabkan stroke ketika arteri di otak teroklusi oleh adanya
thrombus yang berasal dari jantung, arkus aorta, atau arteri besar lain yang terlepas
dan masuk ke dalam aliran darah di aliran darah otak.4
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan gejala klinis :
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Didefinisikan sebagai episode singkat deficit neurologis yang disebabkan oleh
gangguan setempat pada otak atau iskemik yang terjadi dalam waktu kurang dari 24
jam, tanpa adanya infark, serta meningkatkan resiko terjadinya stroke di masa depan
dan penderita dapat pulih sempurna.
7
b. RIND (Reversible Ischemic Neurology Deficit)
Defisit neurologis akan hialng dalam waktu lebih dari 24 jam namun kurang dari 3
minggu, tetapi pasien dapat mengalami pemulihan sempurna.
c. SIE (Stroke In Evolution)
Stroke dimana defisit neurologisnya bertambah berat.
d. Complete stroke ischemic
Stroke yang defisit neurologisnya sudah menetap.
Factor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
e. Keadaan pembuluh darah : bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau
tersumbat oleh thrombus atau embolus.
f. Keaadan darah : hiperviskositas darah, polisitemia (hematokrit yang meningkat),
dapat menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat. Anemia yang berat
menyebabkan oksigenasi ke otak menurun.
g. Kelainan jantung : menyebabkan menurunnya curah jantungantara lain fibrilasi dan
lepasnya ombolus.
E. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi:2
a. Usia
Berdasarkan penelitian, diketahui semakin tua usia semakin besar pula resiko terkena
stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara
alamiah.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki resiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan perempuan. Hal
ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Namun pada perempuan yang
sudah monopouse resiko untuk terkena stroke juga meningkat.
8
c. Herediter
Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara langsung, tetapi gen sangat
berperan besar pada beberapa factor risiko stroke, misalnya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam keluarga terutama jika dua
atau lebih anggota keluarga pernah menderita stroke.
d. Ras
Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar
untuk terkena stroke dibandingkan ras kulit hitam.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi:
a. Hipertensi
Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena stroke
sebanyak 30%. Hipertensi berperan penting untuk terjadinya infark dan perdarahan otak
yang terjadi pada pembuluh darah kecil. Hipertensi mempercepat arterioskleosis sehingga
mudah terjadi oklusi atau emboli pada atau dari pembuluh darah besar. Hipertensi secara
langsung dapat menyebabkan arteriosklerosis obstruktif, lalu terjadi infark lakuner dan
mikroaneurisma. Hal ini dapat menjadi penyebab utama PIS. Baik hipertensi
sistolik maupun diastolik, keduanya merupakan faktor resiko terjadinya stroke.
b. Penyakit Jantung
Pada penyelidikan di luar negeri terbukti bahwa gangguan fungsi jantung secara
bermakna meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke. Penyakit jantung tersebut antara
lain adalah penyakit katup jantung, atrial fibrilasi, aritmia, dan lainnnya.
c. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark otak. Diduga DM
mempercepat terjadinya proses arteriosklerosis, biasa dijumpai arteriosklerosis lebih
berat, lebih tersebar dan mulai lebih dini.
d. Hiperkolesterolemia
Keadaan dimana kadar kolesterol didalam darah berlebih. Hal ini akan menyebabkan
terbentuknya plak pada pembuluh darah, yang akan semakin banyak dan menumpuk
sehingga mengganggu aliran darah.
9
e. Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor resiko stroke. Hal tersebut terkait dengan
tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan obesitas, dimana
biasanya kadar LDL lebih tinggi dari kadar HDL.
f. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini berlaku
untuk semua jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa) dan untuk semua tipe stroke terutama
perdarahan subarachnoid dan stroke infark, merokok mendorong terjadinya
atherosklerosis yang selanjutnya memprovokasi terjadinya thrombosis arteri.
g. Obat-obatan
Obat-obatan kontrasepsi, dan obat-obatan hormonal yang lain.
h. Kelainan-kelainan pada darah
Seperti anemia berat, polisitemia, hiperurisemia, kelainan koagulopati, dan kelainan
darah lainnya.
i. Alkohol
j. Narkoba
F. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis stroke berdasarkan pembuluh darah yang terserang adalah sebagai berikut :3
1. Arteria cerebri anterior
Hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral yang terutama melibatkan tungkai.
2. Arteria serebri media (tersering)
Hemiparesis dan hemihipestesi kontra lateral (biasanya mengenai lengan)
Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral
Gangguan fungsi luhur berupa afasia (apabila hemisfer dominan terkena)
gangguan semua fungsi yang berkaitan dengan bicara dan komunikasi.
Disfasia.
10
3. Arteria serebri posterior ( di lobus otak tengah atau talamus )
Hemianopsi homonym atau kuadrantanopsi kontralateral tanpa disertai gangguan
motorik maupun sensorik.
Gangguan daya ingat terjadi bila infark pada lobus temporalis media.
Aleksia tanpa agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks visual dominan dan
splenium korpus kolosum.
Agnosia dan prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat
infark pada korteks temporooksipitalis inferior.
4. Sistem vertebrobasilar (sirkulasi posterior: manifestasi biasanya dilateral)
Gangguan saraf cranial seperti disartria, diplopia, dan vertigo.
Gangguan serebelar seperti ataksia atau hilang keseimbangan.
Penurunan kesadaran
Gangguan motorik
Gangguan sensorik
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah
berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke
hemoragik atau stroke non hemoragik. Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis
harus dilakukan seteliti mungkin. Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan
perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.2
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke iskemik berdasarkan anamnesis.
11
2. Pemeriksaan klinis neurologis
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan
antara keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut : 2
Tabel 2. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Infark berdasarkan tanda-tandanya.
3. Scoring untuk menentukan jenis stroke
Algoritma dan penilaian dengan skor stroke.Terdapat beberapa algoritma untuk membedakan stroke antara lain dengan :
a. Penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada.2,3
12
13
b. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score.2,3
Catatan :1. SSS > 1 = Stroke hemoragik 2. -1 > SS > 1 = perlu pemeriksaan penunjang (ST-Scan)3. SSS < -1 = Stroke non hemoragik
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor resiko stroke yang dapat diterapi
atau untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening mencari
infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal, polisitemia, trombosit, gula darah, cholesterol,
dan abnormalitas elektrolit mungkin juga perlu dipertimbangkan.
EKG / Echokardiogram
Tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan pada
pasien stroke untuk mencari sumber emboli. EKG dilakukan untuk melihat apakah
adanya kelainan jantung. Echocardiogram adalah tes dengan gelombang suara yang
dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone pada dada atau turun melalui
esophagus (transesophageal achocardiogram) untuk melihat bilik jantung. Monitor
Holter sama dengan electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap menempel pada
14
dada selama 24 jam atau lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung yang
abnormal.
Computerized tomography (CT scan)
Untuk membantu menentukan penyebab seorang terduga stroke. Suatu CT scan
digunakan untuk mencari perdarahan atau massa di dalam otak. CT Scan berguna untuk
menentukan jenis patologi, lokasi lesi, ukuran lesi, menyingkirkan lesi non vaskuler
Magnetic resonance imaging (MRI)
Menggunakan gelombang magnetik untuk membuat gambaran otak. Gambar yang
dihasilkan MRI jauh lebih detail jikadibandingkan dengan CT scan, tetapi ini bukanlah
pemeriksaan garis depan untuk stroke. jikaCT scan dapat selesai dalam beberapa menit,
MRI perlu waktu lebih dari satu jam. MRI dapatdilakukan kemudian selama
perawatan pasien jika detail yang lebih baik diperlukan untuk pembuatan keputusan
medis lebih lanjut.
H. PENATALAKSANAAN
Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai
mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak mengganggu atau
mengancam fungsi otak. Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan
mortalitas dan mengurangi kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk
memperbaiki aliran darah ke otak secepat mungkin dan melindungi
neuron . Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :
Pengelolaan umum, pedoman 5 B :5,6
1. Breath : Oksigenasi, jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk
mencegah kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga
agar oksigenasi dan ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi. Intubasi pada pasien
dengan GCS < 8.
15
2. Blood : Usahakan aliran darah ke otak semaksimal mungkin dan pengontrolan
tekanan darah. Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan,
karena dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220
mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg
dan atau diastolik > 100 mmHg (stroke hemoragik).
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diawasi kadar gula darah (GD) yang
terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome pasien stroke.
3. Brain : menurunkan tekana intra cranial dan menurunkan udema otak.
4. Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya
dipasang kateter intermitten.
5. Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi, Jaga
supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan.
A. Stroke Iskemik
Umum :
1. Nutrisi.
2. Hidrasi intravena: koreksi dengan NaCL 0,9% jika hipovolemik.
3. Hiperglikemi: pertahankan kadar 80-120 mg/dl. koreksi dengan insulin skala
luncur, bila stabil beri insulin reguler subkutan.
4. Neurorehabilitasi dini: stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak anggota
badan aktif maupun pasif.
5. Perawatan kandung kemih: kateter menetap hanya pada keadaan khusus
(kesadaran menurun, demensia, dan afasia global).
Khusus :
Terapi medik stroke iskemik :5,6
a. Trombolitik: rt-PA intravena / intraarterial pada kurang dari 3 jam setelah
awitan stroke dengan dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg). sebanyak 10% dosis
awal diberi sebagai bentuk bolus, sisanya dilanjutkan melalui infuse dalam
waktu 1jam.
16
b. Antiplatelet: asam salisilat 160-325 mg / hari 48 jam setelah awitan stroke
atau clopidogrel 75 mg / hari.
c. Neuroprotektif: seperti piracetam dosis bolus 12g IV dilanjutkan 4x 3g IV
sampai hari ke empat, hari ke lima dilanjutkan 3x 4g PO sampai minggu ke
empat, minggu ke lima sampai minggu ke 12 diberikan 2x 2,4g PO.
d. Obat untuk sembab otak (edema otak) : cairan hiperosmolar misalnya larutan
manitol 20 % dengan dosis 0,5-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam diberikan cepat
dalam 10-30 menit, larutan gliserol 10 %.
e. Antikoagulansia: Heparin 5000 unit/ 12jam selama 5-10 hari, Low Moleculer
Weight Heparin (enoksaparin / nadroparin) 2 x 0,3-0,4 IU SC abdomen
f. Hipertensi: pada stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan apabila
tekanan sistolik > 220 mmHg dan atau tekanan diastolik > 120 mmHg dengan
penurunan maksimal 20% dari tekanan arterial rata-rata (MAP) awal per hari.
Panduan penurunan tekanan darah tinggi:
- Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolic > 140
mmHg berikan nikardipin (5-15 mg/jam infuse kontinu), diltiazem (5-40
mg/kg/menit infuse kontinu) atau nimodipin (60 mg/4 jam PO)
- Bila tekanan sistolik 180-230 mmHg atau tekanan diastolic 105-140
mmHg, pada keadaan hipertensi gawat darurat (infark miokard, edema
paru kardiogenik, retinopati, nefropati, atau ensefalopati hipertensif) dapat
diberikan: labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit. Ulangi atau gandakan
setiap 10 menit sampai maksimum 300mg atau berikan dosis awal berupa
bolus yang diikuti oleh labetalol drip 2-8 mg/ menit. Selain ini juga dapat
diberikan nikardipin, diltiazem, dan nimodipin.
- Bila tekanan sistolik <180 mmHg dan diastolic <105 mmHg, tangguhkan
pemberian obat anti hipertensi.
B. Stroke hemoragik
Terapi medik perdarahan subarachnoid5,6
17
Penatalaksanaan medik perdarahan subarachnoid oleh pecahnya aneurisma atau
robeknya malformasi arteri-vena belum lah baku. Penatalaksanaan ini mencakup :
a) Tirah baring di ruang tenang
b) Mengupayakan agar penderita tidak mengedan
c) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Tindakan ini merupakan rekomendasi konvensional. Belum dapat di buktikan
bahwa tindakan ini mengurangi perdarahan ulang atau vasospasme ( menciutnya
pembuluh darah ). Namun meningkatnya tekanan intrakranial dan tekanan darah
oleh aktivitas fisik atau lonjakan emosional memang dapat di cegah, sebaiknya di
cegah, tujuan terapi medik antara lain adalah :
1. Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang. Pada orang
yang dasarnya normotensif ( tensi normal )diturunkan sampai sistolik 160
mmhg, pada orang yang hipertensif sedikit lebih tinggi.
2. Penderita harus istirahat total, paling sedikit 4 minggu, agar proliferasi
fibroblastik dan penyembuhan luka pembuluh darah lebih baik.
3. Tekanan darah rongga tengkorak diturunkan dengan cara :
a) Meninggikan posisi kepala 15-30% ( satu bantal )
b) Memberikan obat anti edem
c) Memberikan obat deksametason, selain sebagai antiedem juga
mencegah perlekatan pada arachnoid yang dapat mengakibatkan
hidrosefalus dan peninggian tekanan dalam tengkorak.
4. Mencegah perdarahan ulang, paling sering terjadi selama 2-4 minggu
pertama. Untuk maksud ini dapat di beri obat dari golongan
antifibronolitik, misalnya asam transamat 4-6 gram intravena selama 2
minggu.
5. Mencegah spasme arteri, yang sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 10.
Untuk maksud ini dapat di beri obat nimodipine, 4 kali 30-60 mg sehari
selama 2 minggu.
18
Terapi medik perdarahan intraserebral6
1. Jalan nafas dan oksigenasi
2. Kontrol tekanan darah. Penatalaksanaannya sama seperti pada stroke iskemik
dengan syarat:
a. Tekanan darah diturunkan bila tekanan sistolik > 105 mmHg.
b. Pada fase akut tekanan darah tinggi, tekanan darah tidak boleh diturunkan
lebih dari 20%.
c. Pemberian anti perdarahan: Epsilon aminocaproat 30 - 36 gr/hari, Asam
Traneksamat 6 x 1 gr untuk mencegah lisisnya bekuan darah
yang sudah terbentuk oleh tissue plasminogen. Evaluasi status koagulasi
seperti pemberian protamin 1 mg pada pasien yang mendapatkan heparin
100 mg & 10 mg vitamin K intravena pada pasien yang mendapat warfarin
dengan prothrombine time memanjang. Untuk mengurangi kerusakan
jaringan iskemik disekeliling hematom dapat diberikan obat-obat yang
mempunyai sifat neuroproteksi.
3. Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial
4. Identifikasi sumber perdarahan yang mungkin dapat di perbaiki dengan tindakan
bedah.
Belum ada persesuaian pendapat mengenal peranan pembedahan pada srtoke
hemoragik. Namun, pada keadaan tertentu di butuhkan operasi darurat untuk
mengeluarkan bekuan darah dari otak. Pada bekuan darah di otak kecil, umumnya di
butuhkan tindakan operasi, mencegah terjadinya tekanan pada batang otak dan
terjadinya hidrosefalus.
19
I. PROGNOSA
Prognosis tergantung pada jenis stroke dan sindrom klinis stroke. Kemungkinan
hidup setelah menderita stroke bergantung pada lokasi, ukuran, lesi, serta usia pasien, dan
penyakit yang menyertai sebelum stroke.2,6
Stroke hemoragik memiliki prognosis buruk. Faktor yang dapat memperkirakan
mortalitas dini meliputi status neurologis yang buruk, usia tua, aneurisma yang besar, dan
hipertensi. Pada 30 hari pertama resiko meninggal 50 %, sedangkan pada stroke iskemik
hanya 10 %.6
Stroke iskemik memiliki prognosis dipengaruhi usia pasien, penyebab stroke dan
kondisi medis lain yang mengawali atau menyertai stroke. Penderita yang selamat
memiliki resiko tinggi mengalami stroke kedua.6
20
BAB III
KESIMPULAN
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap
lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular.
Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang
paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun. Di negara industri stroke merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah jantung dan keganasan.
Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke dapat
diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke hemoragik. Dimana stroke ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor resiko yaitu ada faktor resiko yang dapat dimodifikasi
dan juga ada factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Penegakan diagnosa stroke dapat diawali dengan anamnesa, bila sudah ditetapkan
sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan stroke
tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragik atau stroke non hemoragik.
Selanjutnya adalah pemeriksaan klinis neurologis, pada pemeriksaan ini dicari tanda-
tanda (sign) yang muncul. Lalu dengan sistem scoring untuk menentukan jenis strok,
penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada dan penetapan jenis
stroke berdasarkan Siriraj Stroke Score. Dan dengan pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, EKG, ST-scan dan MRI jika diperlukan.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Yayasan Stroke Indonesia . tahun 2020 angka kejadian stroke meningkat tajam .
2007. (diakses 21 desember 2014). Diunduh dari URL : http;//www.yastroki.or.id
2. Lumbantobing.2007.Stroke Bencana Perdarahan Otak.FKUI. Jakarta
3. Priguna S, 2008. Neurologi Klinik Dasar . Jakarta : Dian Rakyat. Hal : 269-292
4. Lumbantobing.2007.Neurologi klinik, Fakultas kedokteran UI. Jakarta
5. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Konsensus
Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, Jakarta, 1999.
6. Dewanto George dkk.2007.Diagnosis Tatalaksana Penyakit Saraf, Fakultas
Kedokteran UNIKA ATMAJAYA. Jakarta : EGC
22