Referat Qq

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah gizi seringkali erjadi menyertai penyakit dan dapat dijumpai pada pasien yang dirawat di rumah sakit maupun pada paien rawat jalan. Masalah giziyang sering terjadi di rumah sakit adalah protein energy malnutrition (PEM) atau kurang energi protein (KEP) dengan tanda penurunan berat badan, hilangnya massa otot dan massa lemak yang akan berlangsung kronis baik sebelum dan sesudah dirawat di rumah sakit.(1) Malnutrisi akan mengganggu penyembuhan, memperberat penyakit, peningkatan terjadinya resiko komplikasi,meningkatkan progresifitas penyakit ke arah yang lebih buruk, infeksi nosokomial, menghambat efektivitas terapi, memperpanjang waktu perawatan, meningkatkan mortalitas, meningkatkan biaya perawatan dan gangguan rehabilitasi.(2) Dukungan nutrisi di rumah sakit sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki stres metabolik dan memelihara atau memperbaiki status gizi pasien itu sendiri. Pemberian nutrisi yang tepat pada pasien yang dirawat akan meningkatkan atau mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah malnutrisi, memulihkan keseimbangan dalam tubuh (homeostasis), serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.(1) Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh pada

description

medis

Transcript of Referat Qq

Page 1: Referat Qq

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi seringkali erjadi menyertai penyakit dan dapat dijumpai pada

pasien yang dirawat di rumah sakit maupun pada paien rawat jalan. Masalah giziyang

sering terjadi di rumah sakit adalah protein energy malnutrition (PEM) atau kurang energi

protein (KEP) dengan tanda penurunan berat badan, hilangnya massa otot dan massa

lemak yang akan berlangsung kronis baik sebelum dan sesudah dirawat di rumah sakit.(1)

Malnutrisi akan mengganggu penyembuhan, memperberat penyakit, peningkatan

terjadinya resiko komplikasi,meningkatkan progresifitas penyakit ke arah yang lebih

buruk, infeksi nosokomial, menghambat efektivitas terapi, memperpanjang waktu

perawatan, meningkatkan mortalitas, meningkatkan biaya perawatan dan gangguan

rehabilitasi.(2)

Dukungan nutrisi di rumah sakit sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk

memperbaiki stres metabolik dan memelihara atau memperbaiki status gizi pasien itu

sendiri. Pemberian nutrisi yang tepat pada pasien yang dirawat akan meningkatkan atau

mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah malnutrisi, memulihkan keseimbangan

dalam tubuh (homeostasis), serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.(1)

Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting dari pelayanan

kesehatan secara menyeluruh pada rumah sakit untuk mengatasi dan mencegah terjadinya

malnutrisi pada pasien rawat inap dan rawat jalan. Tiga jenis asuhan yang pelaksanaannya

dilakukan melalui kegiatan pelayanan adalah asuhan medis, asuhan keperawatan dan

asuhan gizi. Pelayanan gizi rawat inap adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan yang sesuai dengan penyakit diderita.

Proses pelayanan gizi rawat inap terdiri dari 4 tahap yaitu : (3)

1. Asesmen atau pengkajian gizi dilakukan untuk memperoleh data dan status gizi

pasien. Data gizi disimpulkan dalam bentuk kecukupan konsumsi makanan sesuai

kebutuhan dan masalah yang ditemukan berkaitan dengan masalah gizi.

2. Perencanaan makan dengan penetapan tujuan dan strategi dilakukan untuk

menetapkan preskripsi diet yang tepat, menyediakan makanan sesuai dengan

kebutuhan, selera makan dan kemampuan pasien untuk menerima asupan makanan

melalui oral, enteral atau parenteral.

Page 2: Referat Qq

3. Implementasi pelayanan gizi disusun sesuai rencana dalam hal penyediaan diet yang

tepat disertai dengan konsultasi dan edukasi gizi

4. Monitoring dan evaluasi pelayanan gizi didapat dari hasil pemeriksaan biokimiawi,

status antropometri, asupan makanan, perkembangan penyakit, sikap terhadap

makanan dan kepatuhan diet yang dijalani. Bila dari evaluasi tidak tercapai tujuan

atau timbul masalah baru maka dilakukan penilaian kembali pada tiap tahap dan

proses pelayanan gizi.

Pemenuhan dan penyediaan makanan atau diet dilaksanakan untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi secara optimal pada pasien rawat inap memerlukan pengetahuan dan

keterampilan mengenai komposisi zat gizi dan senyawa yang berkhasiat dalam makanan

oral, enteral dan pareneteral serta pencampuran zat gizi, pengetahuan dan keterampilan

tehnik pemberian zat gizi terutama enteral dan parenteral serta memiliki pengetahuan

medis mengenai komplikasi metabolik dan saluran cerna serta harus dapat

mempertimbangkan kecukupan komposisi makronutrien, mikronutrien,mineral, serat serta

cairan karena pada pasien biasanya ada keterbatasan pada penerimaan, pencernaan dan

penyerapan berbagai zat gizi melalui pemberian makanan oral, enteral dan parenteral.(4)

Makanan yang disediakan oleh instalasi gizi RSUP Dr.Kariadi dapat berupa makanan

padat dan cair. Makanan cair dapat diberikan secara per oral maupun melalui pipa

nasogastrik. Makanan cair yang diberikan mempunyai beragam jenis, baik makanan cair

yang mengandung susu sapi, makanan cair tanpa susu, makanan cair khusus. Dari berbagai

macam jenis makanan cair tersebut diantaranya mengandung BCAA (Branch Chain Amino

cid) yakni leucin, isoleucin, dan valin yang, yang sering digunakan untuk pemenuhan

nutrisi pada pasien dengan kondisi tertentu, salah satunya adalah sonde hepar, sonde

tempe.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahas dan mengevaluasi proses

persiapan dan pengolahan, dan evaluasi komposisi makanan cair khusus yang

mengandung BCAA, yakni sonde hepar dan sonde tempe di Instalasi Gizi RSUP Dr

Kariadi Semarang, sehingga berikutnya dapat digunakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan mutu pelayanan gizi rumah sakit melalui penyelenggaraan makanan cair

khusus.

Page 3: Referat Qq

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

Makanan cair khusus adalah makanan dalam bentuk cairan yang diberikan kepada

pasien dengan kondisi penyakit yang membutuhkan nutrisi khusus misalnya penyakit pada

hepar, ginjal, Diabetes Mellitus (DM), kanker, kelainan saluran cerna, dan kondisi kritis,

sehingga dapat mempercepat kesembuhan dan memperbaiki status gizi pasien. Makanan cair

khusus bisa diberikan kepada penderita yang dirawat di rumah sakit secara oral maupun

enteral. Makanan cair khusus diberikan per oral dengan tujuan sebagai suplemen atau sebagai

pengganti makanan padat apabila asupan dari makanan padat tidak adekuat atau

memungkinkan, misalnya karena ada gangguan mengunyah, menelan, dan gangguan

lambung. Makanan cair khusus diberikan secara enteral ke sistem saluran cerna melalui pipa

atau kateter untuk memenuhi kebutuhan pasien yang membutuhkan nutrisi khusus dan tidak

memungkinkan diberikan makanan melalui oral. Pemberian nutrisi secara enteral disebut

nutrisi enteral. Melalui jalur enteral makanan dapat diberikan dalam bentuk blenderized dan

makanan cair, baik formula komersial maupun racikan rumah sakit. Makanan ini disebut juga

makanan enteral.(5)

Makanan Enteral

Makanan enteral diklasifikasikan menjadi dua, yaitu makanan enteral standar yang

digunakan untuk pasien dengan fungsi saluran cerna yang normal dan makanan enteral

spesifik yang digunakan pada pasien dengan kondisi penyakit yang membutuhkan nutrisi

khusus misalnya penyakit pada ginjal, DM, penyakit hati, dan kondisi kritis.(2,7)

Makanan enteral dapat mempunyai komposisi yang seluruhnya dalam bentuk

makronutrient utuh (formula polimerik) atau mengandung kombinasi makronutrient yang

terhidrolisis (formula oligomerik). Formula polimerik dianjurkan untuk pasien dengan

fungsi digesti dan absorbsi yang normal. .(2,8) Makanan enteral mengandung

karbohidrat sekitar 30 – 70% dari energi total dengan jenis glukosa polimer, sukrosa,

laktosa dan fruktosa. Protein dan asam amino pada makanan enteral sekitar 4 - 32% dari

kalori total yang biasanya menggunakan kedelai, kasein, laktalbumin, whey, dan albumin

telur sebagai sumber protein.(2,8) Lemak yang digunakan pada makanan enteral

merupakan kombinasi asam lemak tak jenuh ganda, asam lemak tak jenuh tunggal, asam

Page 4: Referat Qq

lemak rantai sedang / Medium Chain Trigliserid (MCT), lipid struktural dan asam lemak

essensial (n3 dan n6). Makanan enteral ada yang mengandung serat larut seperti gum dan

pectin yang dapat difermentasi oleh bakteri kolon menghasilkan asam lemak rantai pendek

dan serat tidak larut seperti polisakarida kedelai dan serat tumbuhan yang berguna untuk

membentuk massa tinja.(2,7,8) Sebagian besar makanan enteral mengandung vitamin dan

mineral yang dosisnya memenuhi 100% angka kecukupan yang dianjurkan dalam setiap

1000 - 1500 mL. Pada formula tertentu antioksidan terdapat dalam jumlah besar, termasuk

vitamin A, C dan seng. Antioksidan berperan dalam penyembuhan luka dan pemulihan

penyakit.(2,8) Makanan enteral yang menyediakan 1 kkal/ml biasanya mengandung ±

850 mL air setiap liternya. Larutan dengan bentuk protein atau karbohidrat utuh

mempunyai osmolaritas lebih rendah daripada larutan yang mengandung asam amino

bebas atau monosakarida dan disakarida. Osmolaritas makanan cair yang lebih tinggi

daripada osmolaritas serum (≈275–290 mOsm/L) akan mengakibatkan lingkungan di

saluran cerna menjadi hipertonik sehingga dapat menimbulkan diare osmotik. .(2,7)

Makanan enteral dapat dikonsumsi melalui oral sebagai makanan utama untuk

pasien dengan diet cair maupun sebagai makanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan

pasien yang tidak dapat makan makanan padat dalam jumlah cukup dan dapat pula

diberikan melalui jalur enteral menggunakan pipa/nasogastric tube (NGT) dengan indikasi

tertentu, seperti adanya gangguan neurologis atau penurunan kesadaran, trauma pada

muka, oral dan esophagus, penyakit Crohn, sepsis,dll. (2,9)

Makanan Cair Khusus/Sonde

Instalasi gizi RSUP Dr. Kariadi menyediakan makanan cair khusus / makanan enteral

khusus berupa formula komersial maupun racikan rumah sakit. Makanan cair di RSUP Dr.

Kariadi disebut dengan sonde. Dikenal beberapa macam sonde yang disediakan di instalasi

dapur yaitu: sonde dewasa, sonde anak, dan beberapa sonde khusus (sonde hepar, sonde DM,

sonde putih telur, sonde rendah protein, sonde tanpa susu (sari kacang hijau dan sari tempe).

Sonde tersebut ada yang diracik sendiri oleh rumah sakit dan ada yang berupa formula

komersial seperti hepatosol, diabetasol, peptisol, nefrisol, nutrican, peptamen, dll.

Jumlah sonde yang dibuat oleh instalasi gizi RSUP Dr. Kariadi tiap bulan rata-rata

sejumlah 835 porsi (1 porsi=500 cc), dengan rata-rata per hari sejumlah 27,8 porsi (5)

Dengan jumlah yang cukup banyak tersebut maka perlu pemantauan, pengawasan dan

Page 5: Referat Qq

evaluasi berkala dalam penyelenggaraannya untuk menjaga kualitas pelayanan gizi sehingga

kesembuhan dan perbaikan status gizi pasien.yang diharapkan dapat tercapai.

1. Indonesia Pdsgk. Pedoman tata laksana gizi klinik. Jakarta: PDGKI; 2008. 3-5 p.2. Nelms Marcia SK, Lacey Karen, Long sara. Nutrition Theraphy and Pathophisiology: Wadsworth; 2010.3. Almatsier S. Penuntun Diet. Indonesia IGRdAD, editor. Jakarta: Gramedia; 2010.4. Waspadji S SS. Daftar Bahan Makanan Penukar. 3 ed. RSCM Ig, editor. Jakarta: FK UI; 2010.5. Daldiyono. Kapita Selekta Nutrisi Klinik. Jakarta: Perhimpunan nutrisi Enteraldan Parenteral Indonesia; 1998.