Referat Qq
-
Upload
risky-nur-iman -
Category
Documents
-
view
62 -
download
11
description
Transcript of Referat Qq
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi seringkali erjadi menyertai penyakit dan dapat dijumpai pada
pasien yang dirawat di rumah sakit maupun pada paien rawat jalan. Masalah giziyang
sering terjadi di rumah sakit adalah protein energy malnutrition (PEM) atau kurang energi
protein (KEP) dengan tanda penurunan berat badan, hilangnya massa otot dan massa
lemak yang akan berlangsung kronis baik sebelum dan sesudah dirawat di rumah sakit.(1)
Malnutrisi akan mengganggu penyembuhan, memperberat penyakit, peningkatan
terjadinya resiko komplikasi,meningkatkan progresifitas penyakit ke arah yang lebih
buruk, infeksi nosokomial, menghambat efektivitas terapi, memperpanjang waktu
perawatan, meningkatkan mortalitas, meningkatkan biaya perawatan dan gangguan
rehabilitasi.(2)
Dukungan nutrisi di rumah sakit sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki stres metabolik dan memelihara atau memperbaiki status gizi pasien itu
sendiri. Pemberian nutrisi yang tepat pada pasien yang dirawat akan meningkatkan atau
mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah malnutrisi, memulihkan keseimbangan
dalam tubuh (homeostasis), serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.(1)
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian yang sangat penting dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh pada rumah sakit untuk mengatasi dan mencegah terjadinya
malnutrisi pada pasien rawat inap dan rawat jalan. Tiga jenis asuhan yang pelaksanaannya
dilakukan melalui kegiatan pelayanan adalah asuhan medis, asuhan keperawatan dan
asuhan gizi. Pelayanan gizi rawat inap adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan yang sesuai dengan penyakit diderita.
Proses pelayanan gizi rawat inap terdiri dari 4 tahap yaitu : (3)
1. Asesmen atau pengkajian gizi dilakukan untuk memperoleh data dan status gizi
pasien. Data gizi disimpulkan dalam bentuk kecukupan konsumsi makanan sesuai
kebutuhan dan masalah yang ditemukan berkaitan dengan masalah gizi.
2. Perencanaan makan dengan penetapan tujuan dan strategi dilakukan untuk
menetapkan preskripsi diet yang tepat, menyediakan makanan sesuai dengan
kebutuhan, selera makan dan kemampuan pasien untuk menerima asupan makanan
melalui oral, enteral atau parenteral.
3. Implementasi pelayanan gizi disusun sesuai rencana dalam hal penyediaan diet yang
tepat disertai dengan konsultasi dan edukasi gizi
4. Monitoring dan evaluasi pelayanan gizi didapat dari hasil pemeriksaan biokimiawi,
status antropometri, asupan makanan, perkembangan penyakit, sikap terhadap
makanan dan kepatuhan diet yang dijalani. Bila dari evaluasi tidak tercapai tujuan
atau timbul masalah baru maka dilakukan penilaian kembali pada tiap tahap dan
proses pelayanan gizi.
Pemenuhan dan penyediaan makanan atau diet dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi secara optimal pada pasien rawat inap memerlukan pengetahuan dan
keterampilan mengenai komposisi zat gizi dan senyawa yang berkhasiat dalam makanan
oral, enteral dan pareneteral serta pencampuran zat gizi, pengetahuan dan keterampilan
tehnik pemberian zat gizi terutama enteral dan parenteral serta memiliki pengetahuan
medis mengenai komplikasi metabolik dan saluran cerna serta harus dapat
mempertimbangkan kecukupan komposisi makronutrien, mikronutrien,mineral, serat serta
cairan karena pada pasien biasanya ada keterbatasan pada penerimaan, pencernaan dan
penyerapan berbagai zat gizi melalui pemberian makanan oral, enteral dan parenteral.(4)
Makanan yang disediakan oleh instalasi gizi RSUP Dr.Kariadi dapat berupa makanan
padat dan cair. Makanan cair dapat diberikan secara per oral maupun melalui pipa
nasogastrik. Makanan cair yang diberikan mempunyai beragam jenis, baik makanan cair
yang mengandung susu sapi, makanan cair tanpa susu, makanan cair khusus. Dari berbagai
macam jenis makanan cair tersebut diantaranya mengandung BCAA (Branch Chain Amino
cid) yakni leucin, isoleucin, dan valin yang, yang sering digunakan untuk pemenuhan
nutrisi pada pasien dengan kondisi tertentu, salah satunya adalah sonde hepar, sonde
tempe.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahas dan mengevaluasi proses
persiapan dan pengolahan, dan evaluasi komposisi makanan cair khusus yang
mengandung BCAA, yakni sonde hepar dan sonde tempe di Instalasi Gizi RSUP Dr
Kariadi Semarang, sehingga berikutnya dapat digunakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pelayanan gizi rumah sakit melalui penyelenggaraan makanan cair
khusus.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
Makanan cair khusus adalah makanan dalam bentuk cairan yang diberikan kepada
pasien dengan kondisi penyakit yang membutuhkan nutrisi khusus misalnya penyakit pada
hepar, ginjal, Diabetes Mellitus (DM), kanker, kelainan saluran cerna, dan kondisi kritis,
sehingga dapat mempercepat kesembuhan dan memperbaiki status gizi pasien. Makanan cair
khusus bisa diberikan kepada penderita yang dirawat di rumah sakit secara oral maupun
enteral. Makanan cair khusus diberikan per oral dengan tujuan sebagai suplemen atau sebagai
pengganti makanan padat apabila asupan dari makanan padat tidak adekuat atau
memungkinkan, misalnya karena ada gangguan mengunyah, menelan, dan gangguan
lambung. Makanan cair khusus diberikan secara enteral ke sistem saluran cerna melalui pipa
atau kateter untuk memenuhi kebutuhan pasien yang membutuhkan nutrisi khusus dan tidak
memungkinkan diberikan makanan melalui oral. Pemberian nutrisi secara enteral disebut
nutrisi enteral. Melalui jalur enteral makanan dapat diberikan dalam bentuk blenderized dan
makanan cair, baik formula komersial maupun racikan rumah sakit. Makanan ini disebut juga
makanan enteral.(5)
Makanan Enteral
Makanan enteral diklasifikasikan menjadi dua, yaitu makanan enteral standar yang
digunakan untuk pasien dengan fungsi saluran cerna yang normal dan makanan enteral
spesifik yang digunakan pada pasien dengan kondisi penyakit yang membutuhkan nutrisi
khusus misalnya penyakit pada ginjal, DM, penyakit hati, dan kondisi kritis.(2,7)
Makanan enteral dapat mempunyai komposisi yang seluruhnya dalam bentuk
makronutrient utuh (formula polimerik) atau mengandung kombinasi makronutrient yang
terhidrolisis (formula oligomerik). Formula polimerik dianjurkan untuk pasien dengan
fungsi digesti dan absorbsi yang normal. .(2,8) Makanan enteral mengandung
karbohidrat sekitar 30 – 70% dari energi total dengan jenis glukosa polimer, sukrosa,
laktosa dan fruktosa. Protein dan asam amino pada makanan enteral sekitar 4 - 32% dari
kalori total yang biasanya menggunakan kedelai, kasein, laktalbumin, whey, dan albumin
telur sebagai sumber protein.(2,8) Lemak yang digunakan pada makanan enteral
merupakan kombinasi asam lemak tak jenuh ganda, asam lemak tak jenuh tunggal, asam
lemak rantai sedang / Medium Chain Trigliserid (MCT), lipid struktural dan asam lemak
essensial (n3 dan n6). Makanan enteral ada yang mengandung serat larut seperti gum dan
pectin yang dapat difermentasi oleh bakteri kolon menghasilkan asam lemak rantai pendek
dan serat tidak larut seperti polisakarida kedelai dan serat tumbuhan yang berguna untuk
membentuk massa tinja.(2,7,8) Sebagian besar makanan enteral mengandung vitamin dan
mineral yang dosisnya memenuhi 100% angka kecukupan yang dianjurkan dalam setiap
1000 - 1500 mL. Pada formula tertentu antioksidan terdapat dalam jumlah besar, termasuk
vitamin A, C dan seng. Antioksidan berperan dalam penyembuhan luka dan pemulihan
penyakit.(2,8) Makanan enteral yang menyediakan 1 kkal/ml biasanya mengandung ±
850 mL air setiap liternya. Larutan dengan bentuk protein atau karbohidrat utuh
mempunyai osmolaritas lebih rendah daripada larutan yang mengandung asam amino
bebas atau monosakarida dan disakarida. Osmolaritas makanan cair yang lebih tinggi
daripada osmolaritas serum (≈275–290 mOsm/L) akan mengakibatkan lingkungan di
saluran cerna menjadi hipertonik sehingga dapat menimbulkan diare osmotik. .(2,7)
Makanan enteral dapat dikonsumsi melalui oral sebagai makanan utama untuk
pasien dengan diet cair maupun sebagai makanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan
pasien yang tidak dapat makan makanan padat dalam jumlah cukup dan dapat pula
diberikan melalui jalur enteral menggunakan pipa/nasogastric tube (NGT) dengan indikasi
tertentu, seperti adanya gangguan neurologis atau penurunan kesadaran, trauma pada
muka, oral dan esophagus, penyakit Crohn, sepsis,dll. (2,9)
Makanan Cair Khusus/Sonde
Instalasi gizi RSUP Dr. Kariadi menyediakan makanan cair khusus / makanan enteral
khusus berupa formula komersial maupun racikan rumah sakit. Makanan cair di RSUP Dr.
Kariadi disebut dengan sonde. Dikenal beberapa macam sonde yang disediakan di instalasi
dapur yaitu: sonde dewasa, sonde anak, dan beberapa sonde khusus (sonde hepar, sonde DM,
sonde putih telur, sonde rendah protein, sonde tanpa susu (sari kacang hijau dan sari tempe).
Sonde tersebut ada yang diracik sendiri oleh rumah sakit dan ada yang berupa formula
komersial seperti hepatosol, diabetasol, peptisol, nefrisol, nutrican, peptamen, dll.
Jumlah sonde yang dibuat oleh instalasi gizi RSUP Dr. Kariadi tiap bulan rata-rata
sejumlah 835 porsi (1 porsi=500 cc), dengan rata-rata per hari sejumlah 27,8 porsi (5)
Dengan jumlah yang cukup banyak tersebut maka perlu pemantauan, pengawasan dan
evaluasi berkala dalam penyelenggaraannya untuk menjaga kualitas pelayanan gizi sehingga
kesembuhan dan perbaikan status gizi pasien.yang diharapkan dapat tercapai.
1. Indonesia Pdsgk. Pedoman tata laksana gizi klinik. Jakarta: PDGKI; 2008. 3-5 p.2. Nelms Marcia SK, Lacey Karen, Long sara. Nutrition Theraphy and Pathophisiology: Wadsworth; 2010.3. Almatsier S. Penuntun Diet. Indonesia IGRdAD, editor. Jakarta: Gramedia; 2010.4. Waspadji S SS. Daftar Bahan Makanan Penukar. 3 ed. RSCM Ig, editor. Jakarta: FK UI; 2010.5. Daldiyono. Kapita Selekta Nutrisi Klinik. Jakarta: Perhimpunan nutrisi Enteraldan Parenteral Indonesia; 1998.