Referat Neuritis
-
Upload
prathita-amanda -
Category
Documents
-
view
333 -
download
4
description
Transcript of Referat Neuritis
REFERAT
NEURITISPembimbing:
dr. Marjanty, Sp.S
Penyusun: Ritno Ryadi 1102011237
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFRUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 16 NOVEMBER 2015– 20 DESEMBER 2015FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
DEFINISI
Neuritis adalah istilah umum untuk peradangan saraf atau peradangan umum pada system saraf perifer. Gejala tergantung pada saraf yang terlibat, tetapi mungkin termasuk rasa sakit, paresthesia, paresis, hypoesthesia (mati rasa), anestesi, lumpuh, dan hilangnya refleks.
KLASIFIKASIPolineuritis atau Neuritis Multiple
Neuritis Brakial
Neuritis Optik
Neuritis Vestibular
Neuritis Kranial, sering mewakili sebagai Bell’s Palsy
POLINEURITIS
DEFINISI
Polineuritis adalah degenerasi banyak saraf perifer yang simetris yang dapat timbul diantaranya pada keadaan kekurangan vitamin B1, timbul dalam jangka waktu tertentu , tanpa atau melalui jalur peradangan
PATOFISIOLOGINEUROPATI AKSONAL• Mengenai akson dengan efek sekunder pada sarung mielin. Akson yang
terbesar terkena lebih dulu. Jenis lain dari neuropati aksonal disebabkan oleh iskemik akibat vaskulopati. Sisi dari kerusakan aksonal berhubungan dengan innervasi vaskular
NEUROPATI DEMIELIN• Yang terkena adalah sel schwann dari sarung mielin dengan akibat demielinisasi
dari saraf tepi dalam bentuk distribusi segmental
BENTUK GABUNGAN• Kebanyakan neuropati adalah bentuk gabungan dimana mielin lebih terkena dari
pada akson atau sebaliknya
KLASIFIKASI BERDASARKAN LOKASI• Simetris pada kedua sisi• Gangguan sensorik berupa gangguan sensorik dengan
pola kaus kaki.• Kadang parestesia dapat berupa rasa seperti terbakar• Kadang penderita mengeluh sukar berjinjit dan sulit
berdiri dari posisi jongkok• Kelemahan otot dijumpai pada bagian distal kemudian
menyebar ke arah proksimal.• Atrofi otot, hipotoni dan menurunnya refleks tendon
terutama tendon Achilles
Polineuropati sensorik-motorik
simetris
• Gangguan trofik pada kulit • Hilangnya keringat • Gangguan vaskular perifer yang dapat menyebabkan
hipotensi posturalSaraf otonom
KLASIFIKASI BERDASARKAN ETIOLOGI
Penyakit Defisiensi
Gangguan metabolisme Keracunan
Manifestasi alergi Infeksi Neuropati
Kompresi
DIAGNOSIS
• kelemahan otot tungkai bawah
• Kesemutan, rasa baal
• kram• tertusuk-tusuk• rasa terbakar
ANAMNESIS
• Parestesi atau distesi
• Gangguan sensorik tipe sarung tangan dan kaus kaki
• Refleks fisiologis menurun atau menghilang
• Atropi otot-otot distal• Langkah ayam
(steppage gait)
PEMERIKSAAN FISIK
• EMNG : gambaran khas berupa kecepatan hantar saraf yang menurun.
• Biopsi saraf
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING
MIOPATI• suatu kelainan yang ditandai oleh
abnormalnya fungsi otot• Perubahan patologik primer• Tanpa adanya denervasi pada pemeriksaan
klinik, histologik atau neurofisiologi.
PENATALAKSANAAN
Kausal menurut penyebabnya
Simptomatis menurut gejalanya
Suportif vitamin neurotropik
Rehabilitatif fisioterapi.
PROGNOSIS• Pada umumnya polineuropati sembuh dengan gejala
sisa
• Pada beberapa kasus memperlihatkan gejala-gejala yang menetap.
• Apabila terjadi paralisis otot-otot pernapasan maka prognosis akan lebih buruk.
NEURITIS BRAKHIALIS
DEFINISILesi pleksus brakhialis adalah lesi saraf yang
menimbulkan kerusakan saraf yang membentuk pleksus brakhialis, mulai dari “radiks” saraf hingga saraf terminal. Keadaan ini dapat menimbulkan gangguan fungsi motorik, sensorik atau autonomic pada ekstremitas atas. Istilah lain yang sering digunakan yaitu neuropati pleksus brakhialis atau pleksopati brakhialis
ETIOLOGI
Trauma
Tumor
Radiation-induced
Entrapment
Idiopatik
PATOFISIOLOGI
Merusak pembuluh darah
Iskemi
Melukai pleksus.
Kompresi berathematome intraneural menjepit jaringan saraf sekitarnya
Pleksus traksi atau kompresi
Bagian cord akar saraf terjadi avulsi
DERAJAT KERUSAKAN KLASIFIKASI SHEDDON (1943)
Neuropraksia Pada atipe ini terjadi kerusakan mielin namun akson tetap intak
Hambatan konduksi saraf
Tidak terjadi kerusakan struktur terminal
Proses penyembuhan lebih cepat
Derajat kerusakan paling ringan
Aksonotmesis Terjadi kerusakan akson namun semua struktur selubung saraf termasuk endoneural masih tetap intak
Degenerasi aksonal segmen saraf distal dari lesi (degenerasi Wallerian)
Pemulihan sensorik cukup baik bila dibandingkan motorik
Neurotmesis Terjadi ruptur saraf
Proses pemulihan sangat sulit terjadi meskipun dengan penanganan bedah
Pemulihan biasanya tidak sempurna dan dibutuhkan waktu serta observasi yang lama.
Merupakan derajat kerusakan paling berat
KLASIFIKASI SUNDERLAND
Tipe I Hambatan dalam konduksi (neuropraksia)
Tipe II Cedera akson tetapi selubung endoneural tetap intak (aksonotmesis)
Tipe III Aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi perineural dan epineural masih intak.
Tipe IV Aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi epineural masih baik.
Tipe V Aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan epineural (neurotmesis)
PLEKSOPATI SUPRAVENTRIKULER
Lesi tingkat radiks• Pada lesi pleksus brakhialis ini berkaitan dengan avulsi radiks• Gambaran klinis sesuai dengan dermatom dan miotomnya• Lesi di tingkat ini dapat terjadi partial paralisis dan hilangnya sensorik inkomplit
Sindroma Erb-Duchenne• Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior • Pada bayi terjadi karena penarikan kepala saat proses kelahiran dengan penyulit distokia bahu• pada orang dewasa terjadi karena jatuh pada bahu dengan kepala terlampau menekuk kesamping• Waiter’s tip position • Kelemahan pada otot biseps brakhialis, brakhialis, pektoralis mayor, subscapularis, rhomboid,
levator scapula dan teres mayor• Refleks bisep biasanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian luar (lateral) dari
lengan atas dan tangan
• Lesi terjadi ditingkat radiks saraf, trunkus saraf atau kombinasinya• Lesi ditingkat ini dua hingga tujuh kali lebih sering terjadi dibanding lesi infraklavikuler.
Sindroma Klumpke’s Paralysis• Lesi di radiks servikal bawah (C8, T1) atau trunkus inferior • Penyebab pada bayi baru dilahirkan adalah karena penarikan bahu • Pada orang dewasa biasanya saat mau jatuh dari ketinggian tangannya memegang sesuatu
kemudian bahu tertarik. • Presentasi klinis berupa deformitas clawhand (kelemahan otot lumbrikalis)• Kelumpuhan pada otot fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum, interosei, tenar dan hipotenar
sehingga tangan terlihat atrofi• Disabilitas motorik sama dengan kombinasi lesi n. Medianus dan ulnaris• Kelainan sensorik berupa hipestesi pada bagian dalam/ sisi ulnar dari lengan dan tangan
Lesi di trunkus superior• Gejala klinisnya sama dengan sindroma Erb • Pada lesi di trunkus superior tidak didapatkan kelumpuhan otot rhomboid, seratus anterior,
levator scapula dan saraf supra - & infraspinatus.• Terdapat gangguan sensorik di lateral deltoid, aspek lateral lengan atas dan lengan bawah
hingga ibu jari tangan
Lesi di trunkus media• Gejala klinis didapatkan kelemahan otot triceps dan otot-otot yang dipersyarafi n.
Radialis (ekstensor tangan)• Kelainan sensorik biasanya terjadi pada dorsal lengan dan tangan
Lesi di trunkus inferior• Gejala klinisnya yang hampir sama dengan sindroma Klumpke di tingkat radiks.• Terdapat kelemahan pada otot-otot tangan dan jari-jari terutama untuk gerakan
fleksi, selain itu juga kelemahan otot-otot spinal intrinsik tangan• Gangguan sensorik terjadi pada aspek medial dari lengan dan tangan
Lesi Pan-supraklavikular (radiks C5-T1 / semua trunkus)• Pada lesi ini terjadi kelemahan seluruh otot ekstremitas atas• Defisit sensorik yang jelas pada seluruh ekstremitas atas dan mungkin terdapat
nyeri.• Otot rhomboid, seratus anterior dan otot-otot spinal mungkin tidak lemah
tergantung dari letak lesi proksimal (radiks) atau lebih ke distal (trunkus)
PLEKSOPATI INFRAVENTRIKULER
Lesi di fasikulus lateral• Dapat terjadi akibat dislokasi tulang humerus• Lesi disini akan mengenai daerah yang dipersyarafi oleh n. Muskulocutaneus dan
sebagian dari n. Medianus• Gejala klinisnya yaitu kelemahan otot fleksor lengan bawah dan pronator lengan
bawah, sedangkan otot-otot intrinsik tangan tidak terkena• Kelainan sensorik terjadi di lateral lengan bawah dan jari 1 – III tangan.
• Penyebab utama adalah trauma dapat tertutup maupun terbuka• Disertai oleh kerusakan struktur didekatnya
Lesi di fasikulus medial• Disebabkan oleh dislokasi subkorakoid dari humerus• Kelemahan dan gejala sensorik terjadi dikawasan motorik dan sensorik n. Ulnaris• Lesi disini akan mengenai seluruh fungsi otot intrinsik tangan seperti fleksor,
ekstensor dan abduktor jari-jari tangan, juga fleksor ulnar pergelangan tangan• Secara keseluruhan kelaianan hampir menyerupai lesi di trunkus inferior• Kelainan sensorik terlihat pada lengan atas dan bawah medial, tangan dan 2 jari
tangan bagian medial
Lesi di fasikulus posterior• Gejala klinisnya yaitu terdapat kelemahan dan defisit sensorik dikawasan n.
Radialis. • Otot deltoid (abduksi dan fleksi bahu), otot-otot ekstensor lengan, tangan dan jari-
jari tangan mengalami kelemahan• Defisit sensorik terjadi pada daerah posterior dan lateral deltoid,juga aspek dorsal
lengan, tangan dan jari-jari tangan.
PEMERIKSAAN PENUNJANGRADIOGRAFI
• Foto vertebra servikal untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra servikal
• Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur skapula, klavikula atau humerus
• Foto thorak untuk melihat disosiasi skapulothorak serta tinggi diafragma pada kasus paralisa saraf phrenicus.
• CT scan dapat digunakan untuk menilai adanya fraktur tersembunyi yang tidak dapat dinilai oleh x-foto
• Myelografi digunakan pada lesi supraklavikular berat, yang berguna untuk membedakan lesi preganglionik dan postganglionik
• Kombinasi CT dan myelografi lebih sensitif dan akurat terutama untuk menilai lesi proksimal (avulsi radiks)
• MRI dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai jaringan ikat sekitar lesi dan penilaian pleksus brakhialis ekstraforaminal normal atau tidak normal
PENATALAKSANAAN• Penatalaksanaan suportif
• Operasi diindikasikan pada lesi pleksus brakhialis berat
• Jika lesi sangat luas dan perbaikan keseluruhan tidak memungkinkan maka tujuan utama perbaikan bedah adalah mengembalikan fungsi fleksi siku
• kemudian dapat dilanjutkan dengan fungsi ekstensi pergelangan tangan dan fleksi jari-jari.
PEMBEDAHAN PRIMER
Neurolysis
• Melepaskan constrictive scar tissue disekitar saraf
Neuroma excision
• Bila neuroma besar, harus dieksisi dan saraf dilekatkan kembali dengan teknik end-to-end atau nerve grafts
Nerve grafting
• Bila “gap” antara saraf terlalu besar, sehingga tidak mungkin dilakukan tarikan. Saraf yang sering dipakai adalah n suralis, n lateral dan medial antebrachial cutaneous, dan cabang terminal sensoris pada n interosseus posterior
Neurotization
• Neurotization pleksus brachialis digunakan umumnya pada kasus avulsi pada akar saraf spinal cord. Saraf donor yang dapat digunakan : hypoglossal nerve, spinal accessory nerve, phrenic nerve, intercostal nerve, long thoracic nerve dan ipsilateral C7 nerve. Intraplexual neurotization menggunakan bagian dari root yang masih melekat pada spinal cord sebagai donor untuk saraf yang avulsi.
NEURITIS OPTIKNeuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi
saraf optik akibat berbagai macam penyakit
Inflamasi lokal
• Uveitis dan retinitis
• Oftalmia simpatika
• Meningitis
• Penyakit sinus dan infeksi orbita
Inflamasi general yaitu:
• Infeksi syaraf pusat
• Multiplel sklerosis
• Acute disseminated encephalomyelitis
• Neuromyelitis optic (Devic disease)
• Syphilis
• Tuberkulosis
• Leber's disease
Toksin endogen
• Penyakit infeksi akut, seperti influenza, malaria, measles, mumps, pneumonia
• Fokus septik pada gigi, tonsil, infeksi fokal
• Penyakit metabolik: diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis
Intoksikasi racun eksogen seperti tobacco, etil alcohol, metil alkohol.
ETIOLOGI
FAKTOR RESIKOUSIA
• Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga tetapi frekuensinya lebih sedikit.
JENIS KELAMIN
• Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki.
RAS
• Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih dari pada ras yang lain
KLASIFIKASI
• Pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan lokal di nervus saraf optik dan dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi
PAPILITIS
• Peradangan saraf optik yang terdapat dibelakang bola mata sehingga tidak menimbulkan kelainan fundus mata.
NEURITIS RETROBULBA
R
PATOGENESIS PAPILITIS • Nervus optikus mengandung serabut-serabut syaraf yang
mengantarkan informasi visual dari sel-sel nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak
• Retina mengandung sel fotoreseptor, merupakan suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan menghubungkan ke sel-sel retina lain disebut sel ganglion
• Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang disebut akson ke dalam otak.
• Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls visual ke otak. Inflamasi yang terjadi pada neuritis optik yang akan menyebabkan sinyal visual terganggu dan pandangan menjadi lemah
GEJALA DAN TANDA PAPILITIS• VISUS TURUN MENDADAK
• RASA SAKIT DI MATA TERUTAMA SAAT PENEKANAN
• KADANG DISERTAI DEMAM ATAU SETALAH DEMAM
PEMERIKSAAN FISIK PAPILITIS• Gangguan lapang pandang dapat terjadi pada penglihatan perifer dan menyempit secara
konsentris
• Skotoma sentral
• Sekosentral atau para sentral
• RAPD yaitu kelainan pupil yang sering dijumpai dengan adanya tanda pupil Marcus Gunn.
PEMERIKSAAN PENUNJANG PAPILITIS• Pada pemeriksaan fundus ditemukan hiperemi papil saraf optik dengan batas yang kabur
• pelebaran vena retina sentralis dan edema papil
• Kadang-kadang sekitar papil terlihat bergaris-garis disebabkan edema, sehingga serabut saraf menjadi renggang
GEJALA DAN TANDA NEURITIS RETROBULBAR
• Visus sangat terganggu disertai amaurosis fugax• Terasa berat dibagian belakang bola mata
• Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan
• Sakit kepala
• Pada neuritis gambaran fundus normal pada awal
• Degenerasi saraf optik akibat degenerasi serabut saraf
• Atrofi desenden akan terlihat papil pucat dengan batas tegas
• Gangguan lapang pandang
DIAGNOSIS NEURITIS RETROBULBAR
• Anamnesis
• Tanda dan gejala klinis
• Pada pemeriksaan oftalmoskopi tidak ditemukan apa-apa
• Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti MRI, analisis cairan serebrospinal, Visually Evoked Potensials Test (VEP) dan serologi
DIAGNOSIS BANDING NEURITIS OPTIK
• Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy
• Syndrom viral dan post viral
• Ablasio retina
• Okulsi arteri vena sentralis
• Papil edema
PENATALAKSANAAN JANGKA PENDEK
• Metilprednisolon
• Prednison
JANGKA PANJANG
• interferon β 1a
PROGNOSIS• Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau mendekati sempurna setelah 6-12 minggu
• Derajat keparahan kehilangan penglihatan awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan
• Pasien dengan acute demyelinating optic neuritis berlanjut menjadi kelainan pada penglihatan yang mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya.
• Kelainan tajam penglihatan (15-30%),
• Sensitivitas kontras (63-100%),
• Penglihatan warna (33-100%),
• Lapang pandang (62-100%),
• Stereopsis (89%),
• Terang gelap (89-100%),
• Reaksi pupil afferent (55-92%),
• Diskus optikus (60-80%),
• Visual-evoked potensial (63-100%).
NEURITIS VESTIBULAR
DEFINISI
Neuritis vestibularis adalah suatu bentuk penyakit organik yang terbatas pada apparatus vestibular dan terlokalisir pada perjalanan saraf ke atas mencakup nuklei vestibular pada batang otak. Pada pasien ini muncul vertigo dengan dengan spektrum luas disertai sakit kepala yang bermula dari pandangan gelap sesaat sampai ketidakseimbangan yang kronis, disertai kelainan tes kalori unilateral maupun bilateral.
ETIOLOGIInfeksi Herpes simplex virus tipe 1, dengan kenyataan :
• Pola endemik
• Studi post mortem : degenerasi inflamatif
• Peningkatan protein pada liquor serebrospinalis
• Ditemukan HSV-1 DNA dan RNA di ganglion vestibularis
Iskemia pada pembuluh darah yang memperdarahi bagian telinga
PATOFISIOLOGI• Infeksi virus pada alat keseimbangan di telinga dalam.
• Terjadi serangan vertigo berulang beberapa jam atau beberapa hari
• Seringkali disertai perasaan cemas
• Seringkali dialami setelah infeksi virus sebelumnya, tidak disertai gangguan maupun penurunan pendengaran.
• Temuan klinis menunjukan adanya disrupsi mendadak dari masukan neuron dari salah satu labirin
• Sensasi vertigo dan nistagmus
• Adanya nistagmus spontan horizontal (komponen major: horizontal, komponen minor : vertikal dan torsial)
• Adanya gangguan respons terhadap stimulasi kalorik, menunjukan bahwa aktivitas afferen dari kanalis semisirkularis horizontal terganggu
GAMBARAN KLINISGambaran klinis pada stadium akut
• vertigo
• Nistagmus spontan dan gangguan respons kalorik.
• kelainan-kelainan pada stimulasi galvanik, test rotasional, test gerakan mata lain
Vertigo biasanya digambarkan sebagai tipe rotasional. pasien sering membuat pernyataan yang membingungkan dan kontradiktif tentang arah rotasi. Macam vertigonya antara lain, sebagai berikut :
1. Sensasi gerak diri sendiri yang subjektif murni searah dengan fase cepat nistagmus spontannya (ke sisi telinga yang sehat).
2. Tendensi untuk jatuh ke arah telinga yang sakit disebabkan oleh reaksi vestibulospinal kompensatorik.
3. Ilusi liingkungan sekeliliingnnya berputar (bukan dirinya yang berputar).
DIAGNOSISKriteria diagnosis Neuritis Vestibularis sebagai berikut :
• Vertigo berat dan nausea spontan, onset dalam beberapa jam, menetap lebih dari 24 jam.
• Sikap (stance) dan gaya jalan : ataksik
• Nistagmus spontan, arah menetap, horizontal, ke arah telinga yang sehat, menetap lebih dari 24 jam.
• Caloric canal paresis yang unilateral bermakna.
• Otoscopy normal, pendengaran normal.
• Defisit neurologik lain : tidak ada.
PEMERIKSAAN
• Dilakukan pemeriksaan fungsi pendengaran dan elektronistagmografi
• Memasukkan sejumlah kecil air es ke dalam setiap saluran telinga lalu pergerakan mata pasien direkam
• Nistagmus
• Tes Romberg yang dipertajam (sharpen Romberg Test)
• Stepping test
• Salah tunjuk (past pointing)
PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGIS
• Pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama
• Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis
• Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi
• Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut
PENATALAKSANAAN (2)• ANTIHISTAMIN
• ANTIKOLINERGIK
• ZAT SIMPATOMIMETIK
BELL’S PALSY
DEFINISI
Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (N.VII), terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis atau kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
ETIOLOGI
TEORI ISKEMIK VASKULER
TEORI INFEKSI VIRUS
TEORI HEREDITER
TEORI IMUNOLOGI
PATOFISIOLOGI
Kelumpuhan fasialis LMN
Terjepit di dalam foramen stilomastoideum
Adanya edema dan ischemia menyebabkan kompresi dari N.VII dalam kanalis tulang ini,
N.VII berjalan melalui bagian dari tulang temporal (kanalis fasialis)
GAMBARAN KLINIS• Mendadak
• Bell’s palsy hampir selalu unilateral
• Hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total
• Pada sisi wajah yang terkena lipatan nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur air menetes dari sudut ini, kelopak mata tidak dapat dipejamkan sehingga fisura papebra melebar serta kerut dahi menghilang
• Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka kelopak mata pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka
• Bila khorda timpani terkena, terjadi gangguan pengecapan dari 2/3 depan lidah yang merupakan kawasan sensorik khusus N.intermedius
• Bila terkena saraf yang menuju ke m.stapedius akan terjadi hiperakusis
DIAGNOSA
Anamnesa :
• Rasa nyeri
• Gangguan atau kehilangan pengecapan
• Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka atau di luar ruangan
• Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis, herpes
Pemeriksaan motorik nervus fasialis: • Mengerutkan dahi : lipatan kulit dahi hanya
tampak pada sisi yang sehat saja
• Mengangkat alis : alis pada sisi yang sakit tidak dapat diangkat
• Memejamkan mata dengan kuat : pada sisi yang sakit kelompak mata tidak dapat menutupi bola mata dan berputarnya bola mata ke atas dapat dilihat
• Mengembungkan pipi : pada sisi yang tidak sehat pipi tidak dapat dikembungkan
• Memperlihatkan gigi geliginya: sudut mulut sisi yang lumpuh tidak dapat diangkat sehingga mulut tampaknya mencong ke arah sehat. Dan juga sulcus nasolabialis pada sisi wajah yang sakit mendatar
PEMERIKSAAN Pemeriksaan sensorik pada nervus fasialis.
• Sensasi pengecapan diperiksa sebagai berikut : rasa manis diperiksa pada bagian ujung lidah dengan bahan berupa garam, dan rasa asam diperiksa pada bagian tengah lidah dengan bahan asam sitrat
• Pengecapan 2/3 depan lidah : pengecapan pada sisi yang tidak sehat kurang tajam
Pemeriksaan Refleks
• Pemeriksaan reflek kornea baik langsung maupun tidak langsung
• Selain itu juga dapat diperiksa refleks nasopalpebra pada orang sehat
• Pengetukan ujung jari pada daerah diantara kedua alis langsung dijawab dengan pemejaman kelopak mata pada sisi, sedangkan pada paresis facialis jenis perifer terdapat kelemahan kontraksi m. orbikularis oculi (pemejaman mata pada sisi sakit).
PEMERIKSAAN (2)Stethoscope Loudness Test
• Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai fungsi dari muskulus stapedius. Pasien diminta menggunakan stetoskop kemudian dibunyikan garpu tala pada membran stetoskop, maka suara yang keras akan terlateralisasi ke sisi muskulus stapedius yang lumpuh
Schirmer Blotting Test
• Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi lakrimasi. Digunakan benzene yang menstimulasi refleks nasolacrimalis sehingga dapat dibandingkan keluar air mata dapat dibandingkan antara sisi yang lumpuh dan yang normal
Pemeriksaan radiologis
• Pemeriksaan Radiologis yang dapat dilakukan untuk Bell‘s Palsy antara lain adalah MRI dimana pada pasien dengan Bell Palsy dapat timbul gambaran kelainan pada nervus fasialis. Selain itu pemeriksaan MRI juga berguna apabila penderita mengalami Kelumpuhan wajah yang berulang, agar dapat dipastikan apakah kelainan itu hanya merupakan gangguan pada nervus Fasialis ataupun terdapat tumor
DIAGNOSA BANDINGOTITIS MEDIA SUPURATIVA DAN MASTOIDITIS
HERPES ZOSTER OTICUS
TRAUMA KAPITIS
SINDROMA GUILLAIN – BARRE DAN MIASTENIA GRAVIS
TUMOR INTRAKRANIALIS
LEUKIMIA
PENATALAKSANAAN TERAPI MEDIKAMENTOSA :
• Kortikosteroid dapat digunakan salah satu contohnya adalah prednison atau methylprednisolon 80 mg (medrol) dosis awal dan diturunkan secara bertahap (tappering off) selama 7 hari.
• Penggunaan obat antiviral (acyclovir) dengan kortioksteroid. Penggunaan Aciclovir 400 mg sebanyak 5 kali per hari P.O selama 10 hari. Atau penggunaan Valacyclovir 500 mg sebanyak 2 kali per hari P.O selama lima hari, penggunaan Valacyclovir memiliki efek yang lebih baik.
TERAPI OPERATIF
Indikasi terapi operatif yaitu
• Produksi air mata berkurang menjadi < 25%
• Aliran saliva berkurang menjadi < 25%
• Respon terhadap tes listrik antara sisi sehat dan sakit berbeda 2,5 mA.
TUJUAN REHABILITASI MEDIK
• Meniadakan keadaan cacat bila mungkin
• Mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin
• Melatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan bekerja dengan apa yang tertinggal.
KOMPLIKASI
Crocodile tear phenomenon
Synkinesis
Clonic fasial spasm (Hemifacial spasm)
Kontraktur
PROGNOSIS• Antara 80-85% penderita akan sembuh sempurna dalam waktu 3 bulan
• Paralisis ringan atau sedang pada saat gejala awal terjadi merupakan tanda prognosis baik
• Denervasi otot-otot wajah sesudah 2-3 minggu menunjukkan bahwa terjadi degenerasi aksonal dan hal demikian ini menunjukkan pemulihan yang lebih lama dan tidak sempurna
• Pemulihan daya pengecapan lidah dalam waktu 14 hari pasca awitan biasanya berkaitan dengan pemulihan paralisis secara sempurna. Apabila lebih 14 hari, maka hal tersebut menunjukkan prognosis yang buruk
KESIMPULAN • Neuritis adalah istilah umum untuk peradangan saraf atau peradangan umum pada
sistem saraf perifer
• Gejala tergantung pada saraf yang terlibat, tetapi mungkin termasuk rasa sakit, paresthesia, paresis, hypoesthesia (mati rasa), anestesi, lumpuh, dan hilangnya refleks
• Jenis-jenis neuritis meliputi: Polineuritis atau Neuritis Multiple, Neuritis Brakial, Neuritis Optik, Neuritis Vestibular, Neuritis Kranial, sering mewakili sebagai Bell’s Palsy.
• Neuritis dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, termasuk infeksi , cidera kimia, trauma fisik, radiasi, atau disebabkan oleh karena penyakit lain
• Manifestasi klinis pada neuritis bergantung pada lesi yang terkena
• Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
• Terapi pada neuritis terdiri dari terapi farmakologi dan terapi non farmakologi yang meliputi terapi bedah dan terapi rehabilitasi medik
• Prognosis pada kasus neuritis juga dipengaruhi oleh berbagai faktor serta lokasi peradangan pada saraf.
TERIMA KASIH