Referat Imunisasi

download Referat Imunisasi

of 38

description

referat imunisasi

Transcript of Referat Imunisasi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi, mengenai Imunisasi.Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala - kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Dina Siti Daliyanti, SpA sebagai dokter pembimbing dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran diharapkan dari para pembaca.

Jakarta, Mei 2014

Bena Miralda (030.08.056)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.1DAFTAR ISI2BAB I PENDAHULUAN31.1. DEFINISI IMUNISASI....31.2. TUJUAN PEMBERIAN IMUNISASI.31.3. FISIOLOGI IMUNITAS TUBUH31.4. IMUNISASI DAN VAKSINASI..4BAB II JENIS-JENIS IMUNISASI DAN TATA CARA PEMBERIANNYA..62.1. JENIS-JENIS IMUNISASI..62.2. TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI24BAB III JADWAL IMUNISASI DAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI.28BAB IV PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN...34BAB V KESIMPULAN.37DAFTAR PUSTAKA38

BAB IPENDAHULUAN

1.1. DEFINISI IMUNISASIImunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan langsung dimetabolisme oleh tubuh. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologi. 11.2. TUJUAN PEMBERIAN IMUNISASIBeberapa dari tujuan imunsasi adalah sebagai berikut: Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi 21.3. FISIOLOGI IMUNITAS TUBUHRespons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Dikenal dua macam pertahanan tubuh yaitu : Mekanisme pertahanan nonspesifiik disebut juga komponen nonadaptif atau innate artinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau komponen adaptif ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian antigen berikutnya. Hal ini disebabkan telah terbentuknya sel memori pada pengenalan antigen pertama kali. Bila pertahanan nonspesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mikroorganisme yang pertama kali dikenal oleh sistem imun akan dipresentasikan oleh sel makrofag (APC = antigen presenting cel). Pada sel T untuk antigen TD (T dependent) sedangkan antigen TI (T independent) akan langsung diperoleh oleh sel B. 2,3Mekanisme pertahanan spesifik terdiri atas imunitas selular dan imunitas humoral. Imunitas humoral akan menghasilkan antibodi bila dirangsang oleh antigen. Semua antibodi adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut imunoglobulin (Ig) yang dapat dipindahkan secara pasif kepada individu yang lain dengan cara penyuntikan serum. Berbeda dengan imunitas selular hanya dapat dipindahkan melalui sel, contohnya pada reaksi penolakan organ transplantasi oleh sel limfosit dan pada graft versus-host-disease.Proses imun terdiri dari dua fase: Fase pengenalan, diperankan oleh sel yang mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cells), sel limfosit B, limfosit T. Fase efektor, diperankan oleh antibodi dan limfosit T efektor.5,81.4. IMUNISASI DAN VAKSINASIImunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu imunoglobulin yang non-spesifik atau disebut juga gamaglobulin dan imunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non-spesifik digunakan pada anak dengan defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari kematian. Hanya saja perlindungan tersebut tidaklah permanen melainkan hanya berlangsung beberapa minggu saja. Selain itu cara tersebut juga mahal dan memungkinkan anak justru menjadi sakit karena secara kebetulan atau karena suatu kecelakaan serum yang diberikan tidak bersih dan masih mengandung kuman yang aktif. Sedangkan imunoglobulin yang spesifik diberikan pada anak yang belum terlindungi karena belum pernah mendapatkan vaksinasi dan kemudian terserang misalnya difteria, tetanus, hepatitis A dan B.Vaksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit yang peka, antibodi dan sel memori. Cara ini menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. Tujuannya adalah memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen / penyakit yang masuk tersebut. 1,5,7Vaksinasi mempunyai keuntungan: Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya. Vaksinasi cost-effective karena murah dan efektif. Vaksinasi tidak berbahaya. Reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang daripada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara almiah. 5,7,11

BAB IIJENIS-JENIS IMUNISASI DAN TATA CARA PEMBERIANNYA

2.1. JENIS-JENIS IMUNISASI Imunisasi BCGBacillus Calmette-Guerin.BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksin yang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1 dosis BCG pada tahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.Kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada penyakit TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasi hepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya > 10 g dianggap memiliki kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurang jika telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya, tetapi data ini tidak konsisten. Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan atau dilakukan uji tuberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan) untuk mengetahui apakah anak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi). Kekebalan untuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena itu anak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC.Perlu diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada hubungannya dengan hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka suntikan) dilengan. Jadi, tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka imunisasinya dianggap gagal.BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.BCG tidak dapat diberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia (kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderita infeksi HIV.Reaksi sesudah imunisasi BCG1.Reaksi normallokal 2 minggu:indurasi, eritema kemudian menjadi pustula 3 - 4 minggu :pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan) 8 - 12 minggu:ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm2.Reaksi pada kelenjar Merupakan respon selular pertahanan tubuh Kadang terjadidi kel.axilla dan supraklavikula Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-) Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan Komplikasi1. Abses ditempat suntikan Abses bersifat tenang (cold abses) sehinggatidak perlu terapi Abses matangaspirasi

2. Limfadenitis Supurativa Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi Bila telah matang di aspirasi Terapi tuberkulostatika mempercepat pengecilanReaksi pada yang pernah tertular TBC: Koch phenomen-Reaksi lokal BCG berjalan cepat (2 - 3 hari sesudah imunisasi),4 - 6 minggu timbul scar.

Imunisasi bayi > 2 bulan, dilakukan tes Tuberkulin (Mantoux): Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman TBC Menyuntikkan 0,1 ml PPD didaerah flexor lengan bawah secara intrakutan Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam penyuntikan Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan < 5 mm :negatif 6 - 9 mm:meragukan > 10 mm:positif Test Mantoux (-) : Imunisasi (+) :pemeriksaan TBC Meragukan: Ulang 2 minggu

Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya untuk mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG, pada umur 0-l2 bulan, tetap disetujui. Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. WHO tetap menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M.deltoidus kanan dan tidak di tempat lain (bokong. paha), penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan (tidak tepat lemak subkutis yang tebal), ulkus yang terbentuk tidak membantu struktur otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior), dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabi!a diperlukan. Vaksin BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena menfaatnya diragukan mengingat (1) efektivitas perlindungan hanya 40%, (2) sekitar 70% kasus Tuberkulosis berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan (3) kasus dewasa dengan BTA (bakteri tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi (23-36%) walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak. Saat ini sedang dikembangkan vaksin BCG baru yang lebih efektif. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada infeksi HIV).Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu Imunisasi Hepatitis BImunisasi hepatitis B ini merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh anak. Yang potensial melalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah, bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga.Tidak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata, bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal. Penyakit baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah. Upaya pencegahan adalah langkah terbaik, jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.Jumlah pemberian sebanyak 3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia pemberian sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir dengan syarat; kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.Lokasi penyuntikan pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.Tanda keberhasilan, tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. Kontra indikasi, tidak dapat diberikan pada anak yang sakit berat. 3 PolioImunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang kedua inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalau yang tetes mudah diberikan, murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. Sedangkan injeksi, efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemahPolio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil. Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita atau makanan dan minuan yang dicemari. Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai dengan jadwal imunisasi. 4,5Cara pemberian dan dosis: (IPV)Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru.

Kontra indikasi:Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.Efek SampingPada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.Pada saat ini telah beredar di Indonesia IPV (Inactivated Polio Vaccine) disamping OPV (Oral Polio Vaccine) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin IPV berisi antigen polio (polio 1,2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi virus polio hidup. Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat diberikan pada anak sehat, maupun yang menderita imunokompromais. Dapat pula diberikan dalam waktu bersamaan dengan vaksin DTP. Jadwal Polio-O diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik polio maka sesuai pedoman program imunisasi nasional untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang lebih tinggi diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan setelah lahir. Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat bayi meninggalkan rumah sakit/ rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk keperluan ini , IPV dapat menjadi alternatif. Untuk imunisasi dasar polio (polio 2,3,4), interval diantaranya tidak kurang dari 4 minggu. Dosis OPV, 2 tetes per-oral sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuskular.Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun). DPTDeskripsi Vaksin DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat, thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus. Komposisi tiap ml mengandung toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf, toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertusis yang diinaktivasi 24 IU Aluminium fosfat 3 mg, Thimerosal 0,1 mg.Dosis dan cara pemberian vaksin harus dikocok dulu untuk membuat homogeny suspensi.Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat penyuntikkan. Penyuntikan di bagian pantat pada anak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai saraf pinggul. Tidak boleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal, satu dosis adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringe yang steril.Di negara-negara dimana pertusis merupakan ancaman bagi bayi muda, imunisasi DPT harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib dan vaksin Yellow Fever.Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan suntikan pertama DPT. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertusis. Imunisasi DPT kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama DPT. Komponen pertusis harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini. Untuk individu penderita virus human immunodefficiency (HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberi imunisasi DPT sesuai dengan standar jadwal tertentu. CampakSebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi. Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahan dan berair, anak merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare, satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius. Kemudian akan muncul bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak.Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merahpun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Menjaga stamina dan konsumsi makanan bergizi, pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.Jika tidak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru dan radang otak. Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan kematian pada anak.Usia dan jumlah pemberian sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Karena, antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). 5

MMR

Virus campak Schwarz hidup dilemahkan dlm embrio ayam Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia Simpan 2 - 8 CKontra indikasi imunodepresi, alergi telur, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6 12 minggu), alergi neomisin, kanamisin. Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5 ml, secara subkutan. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lainnya. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan imunisasi campak-2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun.

Haemophilus Influenza tipe b (Hib) Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi yang beredar di Indonesia yaitu:PRP-T dan PRP-OMP (PRP outer membrane protein complex) Jadwal imunisasi Vaksinasi PRP-T diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan. Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak diperlukan. Vaksin Hib dapat diberikan secara bersamaan dengan DTwP atau DTaP dalam bentuk vaksinasi kombinasi. Dosis Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular. Tersedia vaksin kombinasi DTwP/Hib atau DTaP/Hib (vaksin kombinasi berisi vaksin PRP-T) dalam kemasan Prefilled syringe 0,5 ml. Ulangan Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP pada umur 18 bulan Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali. Demam Tifoid

Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntik (polisakarida) dan oral. Vaksin capsular Vi polysaccharide diberikan intramuskular atau subkutan pada umur lebih dari 2 tahun, ulangan di lakukan setiap 3 tahun. Tifoid oral diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikemas dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun. Vaksin oral pada umumnya diperlukan untuk turis yang akan berkunjung ke daerah endemis tifoid. 1,2,9,10,20

Hepatitis A

Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under exposure). Jadwal imunisasi Vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin kombinasi hepB/hepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan, terutama untuk catch-up immunization yaitu mengejar imunisasi hepB sebelumnya atau vaksin hepB yang tidak lengkap. Dosis pemberian Dosis 720 U diberikan dua kali dengan interval 6 bulan, intramuskular di daerah deltoid.Kombinasi hepB/hepA (berisi hepB 10 mgr dan hepA 720 ) dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml intramuskular. 1,2,9,10,20

Varisela

Kesepakatan Satgas Imunisasi IDAI Efektif vaksin tidak diragukan lagi, namun cakupan imunisasi tinggi oleh karena harganya masih mahal sehingga belum terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, maka imunisasi rutin belum dapat terlaksana. Pada cakupan yang rendah, dapat mengubah epidemiologi penyakit dari masa anak ke dewasa (pubertas), sehingga akibatnya angka kejadian varisela orang dewasa akan meningkat dibandingkan anak. Diketahui bahwa dampak penyakit varisela pada orang dewasa lebih berat daripada anak, apalagi terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan bayi menderita sindrom varisela konginetal dengan angka yang tinggi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka imunisasi varisela diberikan pada anak yang lebih besar, namun kurang dari 13 tahun. Jadwal imunisasi Untuk menghindarkan perubahan penyakit tersebut, pada saat ini imunisasi varisela direkomendasikan pada umur 10-12 tahun yang belum terpajan. Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, vaksinasi dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah kontak. Dosis Dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali.Untuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu. 1,2,9,10,20

Vaksin kombinasi Gambar :DPaT + Hib gambar: DPwT + Hib(Infanrix-Hib ,Tetract-Hib ) Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib DPwT/DPaT : dalam vial Hib dalam PFS (prefilled syringe) Sebelum disuntikkan, dicampur dengan menyedot DPwT/DPaT ke dalam PFS Hib

Kontra indikasi Sama dengan komponen masing-masing vaksin.1,20

Vaksin Pneumokokus

Mencegah IPD (Invasive Pneumococcus Diseases) Septikemia / bakteremia Pneumonia Meningitis Mencegah Non IPD : Otitis media Sinusitis Konjugasi antigen dengan protein difteria T cell dependent cell memory (+) kekebalan bertahan lama Jadwal : 2, 4, 6, 12 -15 bulan. 1,20

RINGKASAN IMUNISASI BERDASARKAN UMUR PEMBERIANSaatlahirHepatitis B-1

Polio-OHB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan, apabila status HbsAg-B bersamaan dengan vaksin HB-1. apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui bahwa ibu HsbAg positif maka masih dapat diberikan HB-lg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hariPolio-O diberikan saat kunjung pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk menghindari btransmisi virus vaksin kepada bayi lain).

1 bulanHepatitisB-2HB-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan

0-2BulanBCGBCG dapat diberikan sejak lahir. apabila BCG akan diberikan pada umur>3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin lebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulanDPT-1

Hib-1

Polio-1DTP diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwP atau DTaP atau diberikan secara kombinasi.Hib diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan Hib dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP.Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulanDPT-2

Hib-2Polio-2DTP-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2.Atau:Dikombinasikan dengan Hib-2.Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan

6 bulanDTP 3Hib 3Polio 3HepatitisB-3DTP 3 diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib 3 (PRP-T).Apabila mempergunakan Hib OMP,Hib 3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan. Polio 3 diberikan bersamaan dengan DTP 3.HB-3 diberikan umur 3-6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulanCampakCampak-1 diberikan pada umur 9 bulan. Campak-2 pada SD kls 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, Campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18bulanMMR

Hib-4Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

18 bulanDTP-4Polio-4DTP-4 (DTwP atau Dtap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4

2 tahunHepatitis AVaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2-3 tahunTifoidVaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahunDTP-5Polio-5DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwP/DTaP)Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5

6 tahunMMRDiberikan untuk cath-up immunization pada anak yang belum mendapat MMR-1

10 tahundT/TTVariselaMenjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahunVaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

JADWAL IMUNISASI TIDAK TERATUR

Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah menghasilkan respons imunologi sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mempunyai antibodi yang optimal. Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal karena belum mendapat imunisasi lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan masih dibawah kadar ambang perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long immunity) sebagaimana bila imunisasinya lengkap. Dengan demikian kita harus menyelesaikan jadwal imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum selesai.

Tabel : Rekomendasi jadwal untuk vaksinasi yang tidak teratur.

BCGUmur 12 bulan, imunisasi kapan saja namun sebaiknya dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin apabila negatif berikan BCG dengan dosis 0,1 ml intrakutan

DTwP atau DTaPBila dimulai dengan DTwp boleh dilanjutkan dengan DTaP. Berikan dT pada anak >7 tahun, jangan DTwP atau DTaP apabila vaksin tersedia. Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak waktu /interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya. Bila belum pernah imunisasi dasar usia