Referat Ileus Novia
-
Upload
mutiara-fadhila -
Category
Documents
-
view
246 -
download
5
description
Transcript of Referat Ileus Novia
BAB IPENDAHULUAN
Ileus adalah keadaan di mana penderita mengalami gangguan passage atau jalannya
makanan dalam usus oleh karena suatu sebab. Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh
obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi
mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus
harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang
disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi,
sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang
menyebabkan strangulasi.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat
lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi
merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut
ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI USUS
Usus halus (small intestine) merupakan bagian dari sistem saluran cerna bawah yang
terletak di bagian intraperitoneal yang terdiri atas duodenum (retroperitoneum), jejenum, dan
ileum. Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. 2,5
Gambar 1. Anatomi Saluran Pencernaan
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau
tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke
sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati,
menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens
membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum
menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli
sinistra. 2,5
2
Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,
membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan
lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki
bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan
turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disini rektum
melanjutkan diri sebagai anus dan perineum. 2,5
B. DEFINISI
Ileus adalah gangguan atau hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2 macam,
yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. 2
Ileus obstruksi atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis
segmen usus tersebut. 2
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan
neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik. 2
C. KLASIFIKASI
Menurut lokasinya, ileus mekanik/obstruktif dibagi menjadi: 2,3
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai
rectum).
3
Menurut stadiumnya, ileus mekanik/obstruktif dibagi menjadi : 1
Ileus Parsial: Obstruksi terjadi sebagian, makanan masih bisa sedikit lewat, dapat
flatus/defekasi sedikit.
Ileus Simple/Komplit: Terjadi sumbatan total tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah
Ileus Strangulasi: Ileus yand disertai terjepitnya pembuluh darah (strangulasi)
sehingga terjadi nekrosis atau ganggren yang ditandai dengan gejala umum berat yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan ganggren. Jadi strangulasi memperlihatkan
kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.
D. ETIOLOGI
Terdapat bermacam penyebab obstruksi usus antara lain :1
1. Hernia inkarserata
Adalah istilah yang menunjukkan suatu keadaan dimana isi kantong hernia tidak
dapat masuk kembali ke rongga peritoneal akibat terjepit di anulus inguinalis. Proses yang
langsung terjadi ialah gangguan aliran darah dan pasase segmen usus yang terjepit (kalau
usus yang masuk) sehingga dapat juga disebut hernia strangulasi. Pada anak dapat dikelola
secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya
berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.
2.Adhesi atau perlekatan usus
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari
rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum, atau pasca operasi. Di
mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Adhesi dapat berupa perlengketan
mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas. Sering
juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi , perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar
pasase usus pulih kembali.
3. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan
hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana diusus halus, tetapi biasanya di
ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
4
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing
yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Obstruksi bisa terjadi di mana-
mana di usus halus, tetapi bila di ileum terminal, tempat lumen paling sempit , cacing ini
menyebabkan kontraksi lokal di dinding usus yang disertai dengan rekasi radang setempat
yang tampak di permukaan peritoneum.
4. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang
muda dan dewasa. Suatu keadaan masuknya suatu segmen usus ke segmen bagian distal
yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh
karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia
jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan, dengan abdominal kolik.
Keluarnya darah dari rektum serta massa yang berbentuk sosis sepanjang kolon yang
merupakan tanda khas.
Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2-12 bulan,dan lebih banyak pada anak laki-
laki. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan
peritonitis.
5. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari
segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa
gejala dan tanda strangulasi.
6. Kelainan kongenital
Gangguan pasase usus yang congenital dapat berupa stenosis dan atresia. Setiap cacat
bawaan berupa stenosis dan atresia dari sebagian saluran cerna akan mengakibatkan obstruksi
setelah bayi mulai menyusui. Stenosis dapat juga terjadi karena penekanan , misalnya pada
5
pancreas anulare. Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum bagian
kedua.
Gambaran Klinis
Perut bayi tampak buncit tapi tidak tegang, kecuali bila ada perforasi. Hampir semua
bayi dengan obstruksi usus akan muntah, muntahnya berwarna hijau bila letak obstruksinya
distal dari ampula veter. Mekonium biasanya tidak ada, atau kalau ada berupa massa hijau
atau pucat yang meleleh keluar dari anus tanpa dorongan udara. Suhu bayi akan naik jika
sudah terjadi dehidrasi dan sepsis.
7 . Tumor
Tumor usus halus jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia menimbulkan
invaginasi. Proses keganasan seperti karsinoma kolon, dan karsinoma ovarium dapat
menyebabkan obstruksi usus. Obstruksi ini umumnya disebabkan oleh kumpulan metastasis
di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus. Bila pengelolaan konservatif tidak
berhasil, dianjurkan operasi sebagai tindakan paliatif.
8. Tumpukan sisa makanan
Obstruksi usus halus akibat bahan makanan ditemukan pada orang yang pernah
mengalami gastrektomi ; obstruksi terjadi pada daerah anastomosis.
Gambar 4. Penyebab ileus obstruksi
6
E. PATOGENESIS
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat
terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan
ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.
Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos
dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus
yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau
ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan
bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala
dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini.
Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum
turut membesar. 2
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70%
dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan
diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat
mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus
setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.
Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan
syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis
metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan
absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus
adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia. 6
7
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi,maupun oleh muntah. Keadaan umum akan memburuk dalam waktu relative
singkat. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang
menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan
menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi
selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi
abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas
pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat
didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. 1,3
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus. 1,3
8
G. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa
syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan
cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah..
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi
tidak ada lagi flatus atau defekasi. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah
perubahan kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung dan distensi
abdomen. Kolik dan muntah tidak selalu terjadi. 1,3
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi perut , terlihat tanda kolik sebagai gerakan usus atau kejang usus dan
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul
dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran
perut yang tidak pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang
hebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya
distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah
membesar. Pada auskultasi sewaktu serangan kolik, bising usus terdengar jelas sebagai
bunyi nada tinggi atau tidak terdengar sama sekali. 1,3
9
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Penderita tampak gelisah dan
menggeliat sewaktu serangan kolik.
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda-tanda peritonitis atau nyeri tekan,
yang mencakup ‘defance musculair’ involunter dan pembengkakan atau massa di
abdomen.
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar bising usus meningkat dengan nada
tinggi (metallic sound) yang menunjukkan terjadinya dilatasi usus dengan air fluid
level. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas
telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik bisa menurun atau tidak ada. Pada ileus
paralitik biasanya tidak ditemukan bising usus.
Bagian akhir yang harus dilakukan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rectum dan pelvis. Jika terdapat massa atau tumor serta tidak adanya feses di
dalam rektum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah
makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalam rektum, maka sangat
mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,
leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria
yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit jika sudah tinggi
kemungkinan sudah terjadi peritonitis. 3
Pemeriksaan Radiologi
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto abdomen
3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :
10
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction) dan
kolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon
Ileus obstruksi (Ansari, 2007)
11
Gambaran distribusi udara merata diseluruh perut disertai pelebaran usus yang disimpulkan
sebagai Ileus paralitik.
Gambaran sebagian usus halus melebar, tampak air fluid level dan stepladder appearance.
I. DIAGNOSIS BANDING
Ileus paralitik
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan
terjadidistensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi
ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda
dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan
pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana. 3
12
J. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1.Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
2.Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bilaada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembalinormal.
Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbanganektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapidapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang
13
keluar. Selainpemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah danmengurangi distensi abdomen.
Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsissekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yangdisesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi ataupertimbangan untuk dilakukan operasi
K. KOMPLIKASI
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan
perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum. 1
L. PROGNOSIS
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat
dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya
terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga
meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan
obstruksi usus halus.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: EGC
2. Grace, Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga3. Mansjoer, A dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
4. Sherwood, L. 2004. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC5. Seymour, Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : EGC6. Price, S. A. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (S. A. Price, L.
McCarty, & Wilson, Eds.) Jakarta: EGC
15