RDTR KOTA MEDAN

45

Click here to load reader

description

RDTR KOTA MEDAN TAHUN 2015 1200

Transcript of RDTR KOTA MEDAN

BAB II

LAPORAN AKHIR

BAB

Isu Pembangunan dan Pengembangan

Kecamatan Medan Denai

Dalam pengembangan Kecamatan Medan Denai perlu ditelaah peluang dan tantangan serta potensi dan permasalahan yang ada di Kecamatan Medan Denai sebagai kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan pembangunan. Potensi pengembangan dan permasalahan pembangunan tersebut tidak terlepas dari kebijakan tata ruang yang lebih makro, dalam hal ini Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan tahun 2028.2.1 RTRW Kota MedanRencana struktur ruang kota merupakan susunan yang diharapkan dari unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, rona lingkungan sosial, dan rona lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural saling berhubungan satu sama lain, sehingga membentuk tata ruang kota. Rencana Struktur Wilayah Kota Medan digambarkan dalam bentuk :

1. Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk yang merupakan perkiraan jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang selanjutnya diuraikan dalam rencana pendistribusian untuk setiap kawasan/kecamatan sesuai dengan daya dukungnya.

2. Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan yang merupakan pengembangan system penyebaran pusat-pusat pelayanan kota yang disusun secara hirarkis dan terstruktur sesuai dengan arahan dan rencana fungsi masing-masing pusat.

3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi merupakan pengembangan sistem jaringan yang menggambarkan pola pergerakkan dan penyebaran prasarana dan saranapenunjangnya.

4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas adalah pengembangan sistem jaringan pelayanan yang memungkinkan kota dapat terlayani secara optimal dengan memperhatikan arahan pengembangan dan distribusi penduduk, sistem pusat-pusat pelayanan serta arah pengembangan kota dalam jangka panjang.2.1.1. Arahan Pengembangan Dan Distribusi PendudukPenyebaran penduduk Kota Medan saat ini tidak merata, terkonsentrasi di kawasan pusat kota seperti di Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Tembung. Sejalan dengan kecenderungan perkembangan fisik kota, saat ini perkembangan permukiman mulai mengarah ke Selatan. Perkembangan permukiman ke arah Selatan perlu dibatasi mengingat kawasan ini merupakan daerah konservasi. Untuk itu pada masa yang akan dating perkembangan permukiman diharapkan akan mengarah ke Utara, seperti Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan.Beberapa pertimbangan dalam penetapan arahan distribusi penduduk adalah:

1. Pertumbuhan penduduk dilihat dari beberapa periode diperoleh kecenderungan pertumbuhan yang meningkat. Pada periode 1980 sampai tahun 1990 pertumbuhan penduduk rata-rata meningkat sebesar 1,5% per-tahun, dan pada tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 pertumbuhan penduduk meningkat sebesar 1,8% per tahun, dan periode 2000 sampai dengan tahun 2007 pertumbuhan penduduk mencapai 2% per tahun.

2 Ketersediaan lahan untuk pengembangan pada setiap kecamatan. Diperkirakan pertumbuhan penduduk masing-masing kecamatan akan bervariasi, pada kecamatan di kawasan pusat kota, diperkirakan penduduknya tidak akan bertambah, karena kepadatan kawasan ini sudah cukup tinggi dan tidak tersedia lahan untuk pengembangan dan bahkan kecenderungan kawasan perumahan beralih fungsi untuk penggunaan komersial.

3 Keberadaan pusatpusat pertumbuhan yang ada seperti pusat sekunder yang akan dikembangkan merupakan salah satu faktor penarik perkembangan perumahan ke kawasan tersebut. Kawasan Kecamatan Medan Marelan dan Medan Amplas merupakan kecamatan yang paling tinggi tingkat perkembangan penduduknya. Di kawasan ini banyak tumbuh kompleks perumahan baru.

4 Rencana pengembangan pusat-pusat pegembangan baru untuk kegiatan perekonomian dan perdagangan akan menarik perkembangan kawasan perumahan kekawasan tersebut, seperti pusat primer utara..

5 Kebijaksanaan pemerintah yang telah ada, dalam menetapkan arah pengembangan kota.Berdasarkan pertimbangan diatas dan kondisi masing-masing kecamatan, maka arahan pengembangan dan strategi distribusi penduduk Kota Medan adalah sebagai berikut :

a) Pengembangan penduduk diarahkan sesuai rencana struktur ruang dan pola ruang.

b) Pengendalian pertambahan penduduk di kawasan pusat kota, berupa pembatasan pembangunan perumahan baru pada kawasan tertentu atau meningkatkan pajak untuk lahan dan bangunan.

c) Mengarahkan perkembangan penduduk ke luar kawasan pusat kota, yaitu pada kawasan-kawasan yang relatif masih sangat rendah tingkat kepadatan dan penggunaan lahannya masih banyak berupa lahan kosong, diawali dengan menyiapkan prasarana/sarana dasar (jalan, jaringan utilitas serta fasilitas sosial dan fasilitas umum).Untuk Kecamatan Medan Denai Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2028 berjumlah 189.233 jiwa dengan kepadatan sekitar 209 Jiwa/Ha.Arahan Distribusi Penduduk Kota Medan Tahun 2028NoKecamatanLuas (Ha)Jumlah Penduduk (Jiwa)

200720182028

1Medan Tuntungan 2.06868.81775.07581.256

2Medan Johor1.458114.143140.450169.592

3Medan Amplas1.119113.099177.147266.374

4Medan Denai905137.443162.505189.233

5Medan Area552107.300102.94699.141

6Medan Kota52782.78379.71977.032

7Medan Maimun29856.82176.03599.087

8Medan Polonia90152.47265.99881.298

9Medan Baru58443.41943.48943.553

10Medan Selayang1.28184.14897.225110.868

11Medan Sunggal1.544108.688118.272127.717

12Medan Helvetia1.316142.777174.140208.592

13Medan Petisah68266.89062.15258.131

14Medan Barat53377.68065.13555.497

15Medan Timur776111.839110.121108.581

16Medan Perjuangan 409103.809116.084128.498

17Medan Tembung799139.256149.319159.097

18Medan Deli 2.084147.403185.392228.361

19Medan Labuhan3.667105.015141.848186.433

20Medan Marelan2.382124.369231.696407.907

21Medan Belawan2.62594.979100.939106.680

Jumlah26.5102.083.1562.475.6872.992.928

Arahan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2028NoKecamatanLuas (Ha)Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha)

200720182028

1Medan Tuntungan 2.068333639

2Medan Johor1.4587896116

3Medan Amplas1.119101158238

4Medan Denai905152180209

5Medan Area552194186180

6Medan Kota527157151146

7Medan Maimun298191255333

8Medan Polonia901587390

9Medan Baru584747475

10Medan Selayang1.281667687

11Medan Sunggal1.544707783

12Medan Helvetia1.316108132159

13Medan Petisah682989185

14Medan Barat533146122104

15Medan Timur776144142140

16Medan Perjuangan 409254284314

17Medan Tembung799174187199

18Medan Deli 2.0847189110

19Medan Labuhan3.667293951

20Medan Marelan2.3825297171

21Medan Belawan2.625363841

Jumlah26.5107993113

2.1.2. Rencana Sistem Pusat Pusat Pelayanan

Terdapat 3 (tiga) teori utama tentang gambaran pola perkembangan kota yang selama ini dijadikan bahan analisis dalam mengidentifikasi kecenderungan pola perkembangan suatu kota maupun dalam menentukan pola pengembangan kota dimasa mendatang, yaitu :

a) Teori Lingkaran Konsentrik (concentric zone theory) yang dikembangkan oleh Ernest Burgess (1923). Teori ini mengidentifikasi 5 zona penggunaan lahan, yaitu :

Kawasan pusat kegiatan usaha/niaga (central business district-CBD) yang

merupakan pusat kegiatan Zona transisi yang mencampurkan penggunaan komersial dan industri Zona perumahan penduduk berpendapatan rendah Zona perumahan penduduk berpendapatan sedang Zona perumahan penduduk commuterb) Teori Sektor (sector theory) yang dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939) menyatakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona-zona konsentrik saja, tetapi dalam sector-sektor dengan jenis-jenis perkembangan yang serupa.

c) Teori Banyak Pusat (multiple nuclei theory) dikembangkan oleh Chauncy Harris dan Edward Ullman (1945), yang mengemukakan bahwa pola-pola penggunaan tanah dipandang sebagai serangkaian pusat, yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Setiap pusat berkembang dari interdependensi ruang dari fungi-fungsi tertentu.

Berdasarkan teori-teori di atas, terlihat bahwa pola perkembangan/penggunaan lahan perkotaan Kota Medan lebih mendekati Teori Lingkaran Konsentrik (concentric zone theory) karena sejak periode tahun 1970-an terjadi perkembangan yang hanya memusat di pusat kota saja, kemudian berkembang secara merata ke luar pusat kota.

Aplikasi dari teori/konsep tersebut dituangkan dalam bentuk identifikasi cluster-cluster (kelompok perkembangan yang saling terkait). Cluster-cluster yang diidentifikasikan dan

diprioritaskan pengembangannya adalah :

a) Cluster Pusat Kota dengan fungsi utama sebagai : pusat perdagangan dan jasa;

b) Cluster Kawasan Utara dengan fungsi utamanya sebagai: kawasan industri, Pelabuhan, pariwisata dan perikanan.

Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana system pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Primer dan Pusat Sekunder. Pusat Sekunder harus terintegrasi dengan Pusat Primer. Pengembangan struktur ruang Kota Medan dilakukan dengan beberapa pertimbangan antara lain:

3. Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota (KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain:

Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam pergerakan arus barang dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang melayani sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 % arus keluar Sumatera Utara.

Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang peranan penting dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara dengan wilayah lainnya;

Dalam rangka mengembangkan perdagangan dalam skala regional, nasional, dan internasional ditempuh dengan meningkatkan kemampuan Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Hub Internasional;

4. Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan utara diarahkan sebagai pengembangan:

Pelabuhan penumpang (TOD), pelabuhan laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman.

Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri high technology (KEK), pusat permukiman industri, perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah, water front city, dan theme park.

5. Untuk mewujudkan fungsi dan peranan kawasan Utara sebagai kawasan yang memiliki pelayanan regional dan internasional, maka perlu adanya suatu pusat pelayanan di utara yang juga memiliki skala pelayanan regional (primer), yang disebut dengan istilah Pusat Primer Utara;

4. Sedangkan pusat kota tetap dipertahankan pungsinya sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa skala regional.

5. Kawasan ex Polonia seluas 590 ha merupakan kawasan bernilai jual tinggi karena lokasinya yang berada dipusat kota. Mengingat tingginya harga lahan dan lokasinya yang strategis, daerah ini sesuai untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan kommersial atau untuk perumahan kelas menengah atau menengah atas dengan kepadatan tinggi. Disamping bernilai jual tinggi, kawasan ini juga merupakan paru-paru kota Medan mengingat makin padatnya pembangunan di dalam Kota Medan sendiri dan kurangnya fasilitas taman dan rekreasi dalam kota.

Pada lokasi ini akan dibangun dan dikembangkan sebagai pusat keuangan bertaraf nasional dan regional. Untuk mencapai hal ini pusat keuangan ini dirancang dengan kombinasi pengembangan sarana perkantoran, perbelanjaan, konvensi, rekreasi dan hiburan sehingga menjadi pusat baru yang hidup dan menarik (CBD). Pada kawasan ini dapat juga dikembangkan kawasan perkantoran Pemerintahan Provinsi dan Pemerintah Kota untuk mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan Pusat Kota dan sekaligus mempermudah akses penduduk untuk memperoleh pelayanan di satu kawasan.

6. Pada wilayah pusat kota dan CBD Polonia yang juga memiliki pelayanan regional juga akan dilayani oleh satu pusat pelayanan regional yang wilayah pelayanannya lebih besar dari Pusat Primer Utara, yang disebut dengan Pusat Primer Pusat Kota;

7. Dengan demikian maka di Kota Medan akan memilikin dua pusat primer, 1 (satu) pusat primer di utara dan 1 (satu) pusat primer di Pusat Kota (CBD Polonia)8. Untuk menghubungkan wilayah Utara (Pusat Primer Utara) dan wilayah Pusat Kota (Pusat Primer Pusat Kota) akan dikembangkan transportasi Multimoda.

A. Rencana Pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK)Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 9 (sembilan) Bagian Wilayah Kota (BWK). Antara lain sebagai berikut :

1 BWK Belawan terdiri dari Kecamatan Medan Belawan.

2 BWK Medan Labuhan terdiri dari Kecamatan Medan Labuhan.

3 BWK Medan Marelan, terdiri dari Kecamatan Medan Marelan.

4 BWK Medan Perjuangan terdiri; Kecamatan Medan Perjuangan, dan Kecamatan Medan Tembung.

5. BWK Medan Area terdiri dari Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Kota (kecuali Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid. Ketiga kelurahan tersebut masuk kedalam BWK Pusat Kota), Kecamatan Medan Denai, dan Kecamatan Medan Amplas.

6. BWK Pusat Kota terdiri dari; Kecamatan Medan Polonia; Kecamatan Medan Maimun; Kelurahan Darat dan Petisah Hulu (Kecamatan Medan Baru); Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip (Kecamatan Medan Petisah); Kelurahan Kesawan dan Silalas (Kecamatan Medan Barat); Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu (Kecamatan Medan Timur); Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid (Kecamatan Medan Kota)

7. BWK Medan Helvetia, terdiri dari; Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Petisah (kecuali Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip. Kedua kelurahan tersebut masuk dalam BWK Pusat Kota); Kecamatan Medan Sunggal.

8. BWK Medan Selayang terdiri dari; Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Baru (kecuali Kelurahan Darat dan Petisah Hulu. Kedua kelurahan tersebut masuk dalam BWK Pusat Kota); Kecamatan Medan Selayang, dan Kecamatan Medan Johor.

9. BWK Medan Timur terdiri dari; Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Timur (kecuali Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu. Kedua kelurahan tersebut masuk dalam BWK Pusat Kota); Kecamatan Medan Barat (kecuali Kelurahan Kesawan dan Silalas. Kedua kelurahan tersebut masuk dalam BWK Pusat Kota) B. Rencana Sistem Pusat Pusat Pelayanan

Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 2 (dua) pusat primer, yaitu satu Pusat Primer di Utara dan 1 (satu) Pusat Primer di Pusat Kota dan didukung oleh 8 (delapan) Pusat Sekunder sebagai Pusat-pusat BWK. Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota ke arah utara agar perkembangan kota antara bagian selatan dan utara dapat lebih merata. Pengembangan Pusat Primer Utara juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Inti Pusat Kota Medan. Pengembangan pusat - pusat sekunder pada setiap Bagian Wilayah Kota (BWK) berfungsi sebagai penyangga dua pusat primer dan meratakan pelayanan pada skala bagian wilayah kota. Penyebaran pusat sekunder juga dimaksudkan untuk mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar bagian wilayah kota. Dengan demikian maka setiap BWK atau Pusat BWK berpungsi sebagai Pusat Sekunder.

Arahan lokasi dari masing-masing pusat sekunder dan pusat primer ditetapkan sebagai berikut:

1 Memiliki kegiatan ekonomi yang ditandai dengan adanya kegiatan jasa dan perdagangan;

2 Memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi, seperti berada pada jalur jalan arteri dan kolektor, jalan lingkar, jalan tol, dan stasiun kereta api;

3 Kawasan yang memiliki nilai-nilai historis, seperti: kota/permukiman lama, bekas wilayah kesultanan Deli, perkebunan tembakau Belanda, permukiman pribumi di jaman Belanda dan lain sebagainya;

4 Penggunaan lahan eksisting yang mendukung fungsi kegiatan;

5 Potensi pengembangan kawasan dan memiliki ketersediaan lahan pengembangan;

6 Komitmen Pemda, berupa kebijakan yang ada terhadap kawasan.

Gambar 2.2

Rencana Pusat Pusat Pelayanan Kota Medan

Berdasarkan arahan diatas maka lokasi-lokasi Pusat Primer dan Pusat Sekunder di Kota Medan dapat diarahkan sebagai berikut:

1 Pusat Primer Utara, terletak di antara Kecamatan Medan Labuhan dan Medan Marelan, tepatnya disekitar Mesjid Raya Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan.

2 Pusat Primer di Pusat Kota, meliputi 7 (tujuh Kecamatan) di Pusat Kota Medan antara lain:

Kecamatan Medan Polonia;

Kecamatan Medan Maimun;

Kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu);

Kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip);

Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas);

Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu);

Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid).

3 Pusat Sekunder Belawan terletak di Kecamatan Medan Belawan, tepatnya di Kelurahan Belawan Lama.

4 Pusat Sekunder Medan Labuhan, terletak di Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya di persimpangan jalan Marelan Raya dan Jalan Yos Sudarso, diantara Kelurahan Pekan Labuhan dengan Kelurahan Martubung;

5 Pusat Sekunder Medan Marelan, terletak di Kecamatan Medan Marelan, tepatnya dipersimpangan Jalan Marelan Raya dan Jalan Rahmad Budin (Kelurahan Terjun);

6 Pusat Sekunder Medan Perjuangan, terletak di Kecamatan Medan Tembung tepatnya disekitar aksara;

7 Pusat Sekunder Medan Area, terletak di Kecamatan Medan Amplas tepatnya di sekitar persimpangan terminal Amplas, Kelurahan Timbang Deli;

8 Pusat Sekunder Medan Helvetia, terletak di antara Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Petisah tepatnya di Gaperta;

9 Pusat Sekunder Medan Selayang, terletak di Kecamatan Medan Selayang tepatnya di sekitar simpang Pemda;

10 Pusat Sekunder Medan Timur, terletak Kecamatan Medan Timur tepatnya disekitar Pulo Brayan;

Tabel 2.3Rencana Struktur Pusat Pelayanan Kota Medan Tahun 2028

No.PUSAT PELAYANANFungsiSkala

1Pusat Primer Utara Pusat kegiatan jasa dan perdagangan regional Pusat pelayanan transportasi (TOD)

Pusat kegiatan sosial dan budaya

Pusat kegiatan industri Kota Medan Provinsi Sumatera Utara

Regional

2Pusat Primer Pusat Kota Ppusat kegiatan perdagangan/bisnis

Pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintah provinsi dan kota

Pusat pelayanan ekonomi Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara

International

3Pusat Sekunder Medan Belawan Pusat pelayanan transportasi (laut) Pusat kegiatan bongkar-muat dan impor-ekspor

Pusat kegiatan industri

Pusat kegiatan perikanan Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara

International

4Pusat Sekunder Medan Labuhan Pusat kegiatan jasa dan perdagangan

Pusat pelayanan transportasi

Pusat pelayanan kesehatan Bagian Wilayah Kota

5Pusat Sekunder Medan Marelan Pusat kegiatan perdagangan dan kebutuhan pokok (pasar induk)

Pusat kegiatan rekreasi dan wisata Bagian Wilayah Kota Kabupaten Deli Serdang

6Pusat Sekunder Medan Perjuangan Pusat kegiatan perdagangan/bisnis

Pusat pelayanan olahragaBagian Wilayah Kota

7Pusat Sekunder Medan Area Pusat pelayanan ekonomi

Pusat pelayanan transportasiBagian Wilayah Kota

8Pusat Sekunder Medan Helvetia Pusat pelayanan ekonomi

Pusat pelayanan transportasi wilayah bagian barat

Pusat kegiatan social budayaBagian Wilayah Kota

9Pusat Sekunder Medan Selayang Pusat kegiatan perdagangan/bisnis

PendidikanBagian Wilayah Kota

10Pusat Sekunder Medan Timur Pusat kegiatan perdagangan/bisnis

Pusat pelayanan transportasi (TOD)

Pusat kegiatan social-budayaBagian Wilayah Kota

Sumber : RTRW Kota Medan Tahun 2028.

2.1.3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi

Pengembangan sistem jaringan transportasi diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi terhadap pusat-pusat kegiatan produksi atau pusat-pusat pelayanan dan pemasaran, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kota Medan yang dilakukan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan udara. Sistem jaringan transportasi Kota Medan yang direncanakan mencakup Sistem Jaringan Transportasi Darat, Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan Transportasi Laut. Ketiga sistem jaringan tersebut akan sangat menentukan struktur dan pola ruang Kota Medan sampai dengan tahun 2028, karena faktor yang paling menentukan dalam pembentukan struktur kota adalah jaringan transportasi, khususnya jaringan transportasi berupa jaringan jalan raya dan jaringan jalan kereta api. Sedangkan sistem jaringan transportasi udara dan laut lebih terkait kepada sistem perpindahan antar moda transportasi.

Tujuan pengembangan sistem jaringan transportasi Kota Medan, adalah untuk :

Meningkatkan aksessibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke Pusat Primar, Pusat Sekunder dan pusat-pusat lingkungan;

Memperkuat interaksi antar pusat-pusat perkembangan/pelayanan di wilayah Kota Medan dan ke wilayah-wilayah sekitarnya (Mebidangro) agar dapat tercipta sinergi perkembangan wilayah,

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan pemerataan pembangunan. A. Angkutan Jalan Raya Rencana angkutan jalan raya, terdiri dari rencana jaringan jalan, terminal, trayek angkutan umum, jalur pejalan kaki dan jalur/ruang untuk evakuasi. Secara ringkar dapat diuraikan sebagai berikut :

Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kota Medan didasari oleh kebijaksanaan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Sumatera Utara, RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro, sistem jaringan jalan eksisting, pola pemanfaatan ruang dan sebaran pusat-pusat pelayanan kegiatan kota. Jaringan jalan yang direncanakan pengembangannya adalah :

1) Jalan Arteri Primer Fungsi Jalan Arteri Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah jalan-jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota-kota besar lainnya (ibukota provinsi), atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara satu kawasan andalan dengan kawasan andalan lainnya dalam satu provinsi, atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara Pusat Primer dan Pusat Primar lainnya dalam wilayah Kota Medan. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan arteri Primer antara lain:

Jalan lingkar luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Tritura, Jalan A.H Nasution, Jalan Ngumban Surbakti, Jalan Gagak Hitam (Simpang Setia Budi Pondok Kelapa), Jalan Asrama, Jalan Kapten Sumarsono, Jalan Cemara, Jalan Jamin Ginting (Simpang Pos-ke arah Berasyagi), dan Jalan Yos Sudarso (Fly Over hingga Belawan). Lebar jalan yang direncanakan minimal 33 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18 meter.

Jalan lingkar luar paling luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Rahmad Buddin, Jalan Kelambir Lima, Jalan Pinang Baris, Jalan Terusan Pinang Baris (Pinang Baris Simpang Melati) dan Jalan Plamboyan Raya. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter. Jalan penghubung yaitu meliputi ruas :

Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera). Lebar jalan yang direncanakan minimal 100 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 52 meter.

Rencana Jalan Tol Medan Binjai. Lebar jalan yang direncanakan minimal 50 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 26 meter.

- Rencana Jalan Lingkar Luar Paling Luar bagian selatan (jalan perbatasan Kota Medan) yaitu meliputi ruas: Simpang Kuala Bekala, Jalan Bunga Rampai 3, Jalan Bunga Rampai, Jalan Stasiun, Jalan Bajak II, Jalan Sumber Utama 2, Jalan Supir, dan Jalan Bendungan. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.

2) Jalan Arteri Sekunder

Fungsi Jalan Arteri Sekunder terhadap transportasi Kota Medan adalah jalan-jalan yang dapat berfungsi sebagai jalur pengalih arus lalu lintas angkutan utama yang menuju ke dan dari Kota Medan untuk mengurangi beban jalan Arteri Primer dan kepadatan lalu-lintas di dalam kota. Selain itu berfungsi juga melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder. Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan arteri primer dan jalan kolektor sekunder sebagai bagian dari kerangka jalan utama wilayah kota. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder, yaitu: Jalan Marelan Raya dan Jalan Sicanang. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.

3) Jalan Kolektor Primer Fungsi Jalan Kolektor Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas-ruas jalan yang melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder maupun. Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan kolektor primer dan arteri sekunder. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder antara lain: Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Letda Sujono. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.

4) Jalan Kolektor Sekunder Fungsi Jalan Kolektor Sekunder terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas-ruas jalan yang melayani pergerakan dari pusat sekunder dengan pusat sekunder lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor Sekunder antara lain: Jalan Pancing dan Jalan Sunggal. Lebar jalan yang direncanakan minimal 33 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18 meter; Jalan Tengku Amir Hamzah, Jalan Bambu, Jalan Pelita II, Jalan Bangau, Jalan Suka Ria, Jalan A.R Hakim, Jalan Halat, Jalan Juanda, Jalan Mongonsidi, Jalan Jamin Ginting (Simpang Dr. Mansyur Simpang Pos), Jalan Rawe, Jalan Kasuari, Jalan Kawat 4, dan Jalan Alfaka 7. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter. Jalan Dr Mansyur, Jalan Setia Budi (Simpang Dr. Mansyur- Simpang Batang Hari), dan Jalan Kapten Muslim. Lebar jalan yang direncanakan minimal 20 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 12 meter;

Tabel 2.4Rencana dan Fungsi Jaringan Jalan Kota Medan

Gambar 2.3Rencana Jaringan Jalan Kota Medan

Gambar 2.4

Rencana Fungsi Jalan Kota Medan

Terminal Rencana pengembangan sistem terminal ialah dengan membangun terminal terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api dan terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal Belawan, Terminal Pinang Baris dan Terminal W. Iskandar. Untuk mendukung pengembangan kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan dibangun sebuah terminal yang terintegrasi dengan Stasin Kereta Api, yaitu terminal Labuhan. Tujuannya adalah untuk mendukung pergerakan orang dan barang dari Medan dan wilayah sekitarnya. Untuk terminal penumpang akan dikembangkan terminal barang dan peti kemas yang diarahkan di Belawan dan Kecamatan Labuhan. Selain itu juga akan direncanakan adanya Terminal Sayur yang diarahkan pengembangannya pada Bagian Selatan Kota, yaitu di Kecamatan Medan Tuntungan (Kelurahan Ladang Bambu). Trayek Angkutan Umum Pengembangan angkutan umum yang direncanakan untuk mendukung pengembangan transportasi multimoda, sehingga angkutan umum berfungsi sebagai feeder terhadap moda yang lainnya. Sistem angkutan umum yang dikembangkan sedapat mungkin memiliki frekuensi pelayanan yang tinggi, sehingga yang dikembangkan adalah halte.Penataan rute angkutan umum dalam rangka meningkatkan distribusi pelayanan serta efisiensi penggunaan jalan adalah sebagai berikut:

1 Memisahkan antara moda angkutan dalam kota dan luar kota. Moda angkutan luar kota (AKAP dan AKDP) tidak diijinkan memasuki pusat kota. Bagi Bus AKAP dan AKDP yang melintasi Kota Medan hanya diijinkan melintasi pada jalan Lingkar Luar, yaitu jalan Tritura, Jalan AH Nasution dan Jalan Ngumban Surbakti.

2 Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal dan berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya. Dalam hal ini angkot diarahkan sebagai angkutan pengumpan (feeder) untuk moda angkutan dengan hirarki yang lebih tinggi diteruskan kepada jalur jalur primer (trunk route) yang dilayani oleh Kereta Api.

3 Pengembangan terminal untuk melayani pergerakan regional dengan membangun terminal terpadu di CBD Polonia.

4 Pengembangan terminal angkutan barang terpadu di Belawan yang dilengkapi dengan pergudangan, perkantoran, pool kendaraan dan terpadu dengan angkutan lanjutannya yaitu kereta api.

5 Penataan pelayanan angkutan paratransit yang berkualitas dan terpadu dengan pelayanan angkutan umum lain. Angkutan paratransit ini merupakan angkutan umum yang tidak mempunyai lintasan dan waktu pelayanan yang tetap. Termasuk dalam angkutan paratransit adalah taksi, becak dan ojek. Sebagai kota jasa, maka kriteria minimum kelengkapan dan pelayanan minimum bagi seluruh angkutan umum kota Medan harus mengikuti ketentuan yang berlaku. Jaringan Pejalan Kaki

Di Kota Medan saat ini belum ada jalur khusus untuk pejalan kaki yang aman dan nyaman. Seluruh moda transportasi, mulai dari sepeda, becak, angkot dan truk masih bercampur dalam satu jalur, sehingga riskan keamanan dan kenyamanan. Belum adanya pemisahan jalur sirkulasi menunjukkan kurang pekanya kondisi eksisting dalam memprioritaskan manusia dalam ruang kota, sementara konsep kota ekologis menekankan pentingnya menempatkan manusia sebagai pihak yang harus dinyamankan setiap kegiatannya. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pengembangan sarana pejalan kaki lebih diprioritaskan pada jalan-jalan utama kota yang masih belum banyak terisi bangunan, sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai jalur khusus pejalan kaki, seperti jalan lingkar luar dan jalan arteri yang dibuat pemisah antara jalur cepat, jalur lambat dan jalur khusus pejalan kaki. Jalur khusus pejalan kaki tersebut sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur hijau jalan.B. Angkutan Kereta Api

Fungsi Jalan/Rel Kereta Api terhadap sistem jaringan transportasi Kota Medan diarahkan sebagai salah satu alternatif angkutan moda transportasi darat , baik untuk mengangkut orang maupun barang inter dan intra regional, yaitu dengan mendorong percepatan realisasi dari pengoperasian jaringan jalan/rel kereta api dengan terkoneksi dalam sistem jaringan kereta api Sumatera (Sumatera Railway) yang mulai digagas beberapa waktu lalu dalam pertemuan Gubernur se-Sumatera di Jambi. Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan dimasa mendatang adalah ;

Jalur Medan Medan Tanjung Pura Hingga Banda Aceh;

Jalur Medan Tebingtingg- Rantauprapat- hingga Pekanbaru;

Jalur Medan Kuala Namo;Selain pengembangan jaringan kereta api baru, juga direncanakan penambahan Stasiun kereta api yang baru. Penambahan stasiun kereta api baru sedapat mungkin dilakukan dengan menghidupkan kembali stasiun-stasiun kereta api yang sudah ada. Beberapa Stasiun Kereta Api yang dapat dikembangkan lagi antara lain :

Stasiun Kereta Api Polu Brayan;

Stasiun Kereta Api Labuhan, dan;

Stasiun Kereta Api di Kecamatan Helvetia.2.1.4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

A. Rencana Sistem Jaringan Energi dan KelistrikanRencana pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan di Kota Medan sampai dengan tahun 2028 dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bangunan PembangkitBangunan pembangkit yang ada di Kota Medan saat ini hanya satu unit, yaitu Bangunan Pembangkit Listrik di Sicanang. Mengingat kebutuhan listrik pada masa yang akan datang terus meningkat, maka perlu dilakukan dengan peningkatan kapasitas beberapa pembangkit di Sistem Sumbagut.

b. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET)Gardu induk tegangan ekstra tinggi (275 KV) yang terdapat di wilayah Sumatera Utara baru terdapat 2 (dua) unit, yaitu; GITET Kuala Tanjung dan GITET Tebingtinggi. Sedangkan GITET yang terdapat di Kota Medan belum ada. Untuk masa yang akan datang, pihak PT. PLN telah berencana untuk menambah Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) di Kota Medan. Lokasinya biasanya disatukan dengan Gardu Induk yang sudah ada, seperti Gardu Induk di Paya Pasir.

c. Gardu IndukGardu induk memiliki tegangan 150 KV. Jumlah gardu induk yang ada saat ini di Kota Medan terdapat sekitar 10 unit. Untuk melayani kebutuhan listrik pada masa yang akan datang maka peningkatan terhadap kavasitas masing-masing gardu induk terus ditingkatkan;

d. Kebutuhan Energi ListrikKebutuhan energi listrik sampai tahun 2028 untuk keperluan domestik (rumah tangga) di Kota Medan diproyeksikan sebesar 610.557,31 Kwh, yang akan melayani 598.586 KK yang terdiri dari 3 kategori, yaitu: rumah kecil, sedang dan besar.

B. Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi di Kota Medan semakin pesat berkembang, terutama jasa

telekomunikasi dan telepon selular. Untuk beberapa daerah masih membutuhkan jasa telekomunikasi jaringan Telkom, karena permasalahan sinyal yang lemah di pemukiman sekitar kebun sawit dan hutan.Berdasarkan jumlah penduduk terkini dan standar teknis bahwa 1 unit rumah dihuni oleh 5 jiwa, maka diperkirakan pada Tahun 2028 dibutuhkan jumlah sambungan telepon rumah (dari Telkom) sebesar 134.682 SST untuk melayani 598.586 unit rumah yang dibagi kedalam beberapa tipe perumahan, mulai tipe rumah berukuran kecil, sedang, hingga tipe rumah berukuran besar di seluruh Kota Medan.Tabel 2.5Rencana Kebutuhan Listrik Kota Medan Tahun 2028

Tabel 2.6

Rencana Kebutuhan Telepon Kota Medan Tahun 2028

C. Gas

Kebutuhan akan Gas di Kota Medan saat ini telah dilayani oleh Perusahaan Nasional Gas (PN Gas). Namun pelayanan gas di Kota Medan saat ini masih sangat terbatas. Keterbatasan gas tersebut disebabkan oleh sedikitnya pasokan gas dari Pertamina serta keterbatasan sumber bahan baku. Dengan demikian maka PN Gas saat ini masih belum mempunyai rencana untuk menambah Pabrik Gas maupun Jaringan Gasnya di Kota Medan. Namun mengingat akan kebijakan pemerintah yang akan mengalihkan bahan bakar minyak dari minyak tanah ke gas, maka pada masa mendatang pihak PN Gas sudah merasa perlu untuk menambah jumlah Pabrik Gas yang ada serta memperluas jaringan gasnya untuk melayani seluruh penduduk di Kota Medan.D. Penyediaan Air Bersih

Berdasarkan jumlah penduduk terkini, maka dapat diproyeksikan kebutuhan air bersih untuk masing-masing kecamatandi Kota Medan, kebutuhan penambahan unit Sambungan Rumah (SR) dan kebutuhan Kran Umum (KU). Dari Tabel 2.7dapat dilihat bahwa proyeksi kebutuhan total air bersih rata-rata untuk Kota Medan pada Tahun 2028 dengan rencana tingkat pelayanan 90% dibutuhkan air bersih sebesar 6.235,27 liter/detik. Bila dilihat dari meningkatnya jumlah kebutuhan akan air bersih pada tahun 2028, maka perlu adanya langkah-langkah dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih. Langkah langkah ini bertujuan agar dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih pada tahun 2028 dapat terpenuhi dengan secara maksimal.

a. Daerah PelayananDaerah pelayanan PDAM Tirtanadi sudah mencakup seluruh Kota Medan dan sekitarnya. Ada daerah yang sebagian besar penduduk sudah mendapat pelayanan air minum dan ada daerah yang sebagian kecil penduduknya yang mendapat pelayanan air minum. Pada saat ini daerah pelayanan di Kota Medan dan sekitarnya dilayani melalui 14 cabang PDAM Tirtanadi yaitu sebagai berikut : Cabang Utama, Cabang Deli Tua, Cabang Tuasan, Cabang Amplas, Cabang Sunggal, Cabang Medan Labuhan, Cabang Yamin, Cabang Denai, Cabang Cemara, Cabang Padang Bulan, Cabang Sei Agul, Cabang Diski, Cabang Belawan dan Cabang Sibolangit. Cabang tersebut akan terus bertambah sesuai dengan pertambahan jaringan dan pelanggan.

b. Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi

Sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan Kota Medan dan sekitarnya dilakukan dengan pemompaan, baik langsung dari IPA maupun dari reservoir distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena daerah pelayanan Kota Medan dan sekitarnya merupakan daerah yang datar dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relative sama dengan daerah pelayanan tersebut, kecuali pengaliran air mata air/IPA Sibolangit (dengan elevasi + 400 m) dilakukan secara gravitasi langsung ke pelanggan.Tabel 2.7

Rencana Kebutuhan Air Bersih Kota Medan Tahun 2028

E. Sistem Pembuangan Air Hujan

Agar terjamin bekerjanya sistem drainase secara baik, maka harus selalu diusahakan untuk memanfaatkan keadaan topografi wilayah setempat. Selain hal tersebut di atas, perlu juga diperhatikan keseimbangan alam dengan penyediaan ruang terbuka hijau yang luasnya cukup menjamin terjadinya peresapan air yang baik, sehingga debit air hujan yang ada di saluran lebih kecil sehingga dimensi saluran yang dibutuhkan tidak besar. Jaringan drainase yang akan direncanakan di wilayah ini akan mengikuti pola jaringan jalan dan pola aliran air yang ada dengan memperhatikan kemiringan lahan kawasan. Hirarki sistem drainase yang direkomendasikan di Kota Medan antara lain terdiri dari:

3. Saluran primer:

Sungai Badera.

Sungai Belawan.

Sungai Deli.

Sungai Babura.

Sungai Percut.4. Saluran drainase sekunder:

Anak-anak sungai yang ada di Kota Medan

a Sei Selayang.

b Sei Putih.

c Sei Siput.

d Sei Berkala.

e Parit Emas.

f Parit Martondi.

g Sungai Buncong.

h Sungai Pelangkah.

i. Sei Percut Denai.

Saluran sekunder eksisting (buatan) yang ada di pinggir jalan utama.

5. Saluran drainase tersier:

Saluran drainase perumahan.

Saluran drainase permukiman.

Pengembangan sistem yang diusulkan adalah :

1. Melakukan normalisasi saluran drainase dan aliran sungai yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air limbah dan air hujan pada setiap Sistem Sungai (DAS) yaitu:

Sistem Sungai Badera Sungai Belawan.

Sistem Sungai Deli Babura.

Sistem Sungai Kera.

Sistem Sungai Percut dan Sei Tuan.2. Pengembangan fisik untuk saluran drainase pada umumnya terdiri dari pembesaran saluran drainase dan gorong-gorong, pembersihan sampah dan pengerukan sedimen. Pembuatan waduk/kolam penampungan (detention pond) di daerah hulu (up stream) dan di daerah middle stream (tengah) daerah aliran sungai selain juga bisa dimanfaatkan sebagai penampung air hujan, juga dapat digunakan sebagai air baku IPA terdekat.

3. Sosialisasi pembuatan sumur resapan skala rumah dan lingkungan (RT atau RW).

4. Pembangunan sistem polder untuk mengatasi meluapnya sungai pada saat pasang surut air laut, terutama di daerah Medan Utara antara lain di Kampung Mabar, Kawasan Industri Medan (KIM) dan Labuhan Deli.

5. Pengendalian pada kawasan konservasi dan lindung agar dapat tetap berfungsi sebagai kawasan yang telah direkomendasikan dalam rencana tata ruang.

6. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya, yaitu pengendalian ruang pada kawasan-kawasan yang sesuai dengan rekomendasi tata ruangnya.

7. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.8. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna serta berkelanjutan.

9. Penggunaan lahan yang proporsional sesuai dengan peruntukkan guna menjamin terselenggaranya setiap kegiatan pembangunan.F. Sistem Prasarana Air Limbah

Dalam hal pemenuhan kebutuhan penanganan air limbah secara keseluruhan yang

ada di Kota medan sangat dibutuhkan kesiapan dana untuk penanganannya. Karena melihat kondisi perkembangan Kota Medan yang semakin pesat, hal ini harus diiringi dalam hal penanganan dan penyediaan prasarana air limbah yang cukup serius, terutama bagi perumahan dan industri. Dimana kedua kawasan ini sangat berpotensial dalam menghasilkan pencemaran air tanah dan badan-badan air sekitarnya antara lain industri makanan, kimia, logam, industri kayu dan industri CPO.Tabel 2.8

Perkiraan Jumlah Volume Air Limbah Kota Medan Tahun 2028

G. PersampahanUntuk mengantisipasi permasalahan persampahan di Kota Medan saat ini dan yang

akan datang, maka dihitunglah perkiraan timbulan sampah per hari. Berdasarkan jumlah penduduk Tahun 2007 maka diproyeksikan pada Tahun 2028 total jumlah penduduk Kota Medan adalah 2.992.928 jiwa. Berdasarkan standar estimasi timbulan sampah dari Dinas Kebersihan, maka diperkirakan pada Tahun 2028 total timbulan sampah Kota Medan adalah 8188,65 m3/hari. Untuk sarana pengangkut sampah yang dibutuhkan yaitu becak sampah dibutuhkan sebanyak 1.820 unit, Arm roll truk (6 m3) sebanyak 227 unit, arm roll truk (10 m3) sebanyak 136 unit, Tipper truk sebanyak 682 unit dan compactor truk sebanyak 256 unit.

2.2 POTENSI PENGEMBANGAN KECAMATAN MEDAN DENAI Potensi pengembangan Kecamatan Medan Denai meliputi:

1. Fisik alam

a. Kondisi topografi yang landai di kawasan pusat kota sangat mendukung dalam pengembangan kawasan perkotaan.

2. Kependudukan

a.Potensi SDM yang besar mendukung bagi pengembangan Kecamatan Medan Denai berbasis partisipasi masyarakat.3. Infrastruktura.Jaringan Jalan membentuk Pola Grid sehingga mempermudah pemerataan sarana dan prasarana

b.Terdapat Jalan Tol Balmera yang mempermudah aksesibilitas regional dengan wilayah di sekitarnya dan memberikan akses bagi kegiatan perdagangan dan jasa di dalam kawasan perencanaan.

c.Debit air tanah besar sehingga Kecamatan Medan Denai tidak akan kekurangan persediaan air bersih.

d.Jaringan telepon, listrik, dan persampahan telah menjangkau di seluruh wilayah Kecamatan Medan Denai.

4. Ekonomi

a. Perkembangan industri yang cukup pesat yang ditandai dengan berdirinya beberapa industri skala besar, menengah dan kecil. Diantaranya adalah dengan adanya Industri Pengolahan Kopi.

5. Pemanfaatan ruang

a.masih banyak tersedia lahan kosong

b.Struktur kota multiple nuklei

2.3 PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KECAMATAN MEDAN DENAIDisamping terdapat beberapa potensi untuk pengembangan Kecamatan Medan Denai, terdapat pula permasalahan yang dapat menghambat pengembangan Kecamatan Medan Denai. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah :2.3.1 Isu Masalah dari Jarinng AspirasiPerencanaan yang bersifat Bottom up merupakan perencanaan yang didasarkan pada aspirasi stakeholder termasuk masyarakat di dalamnya, sehingga perencanaan tersebut mampu mengekomodir segala kepentingan masyarakat dari berbagai golongan. Untuk Perencanaaan RDTR Kecamatan Medan Denai ini, telah dilakukan penjaringan aspirasi Stakeholder, adapun isu dan masalah dari jaring aspirasi tersebut antara lain:Penjaringan Aspirasi Stakeholder Terkait Pengembangan

Kecamatan Medan Denai

NO.KelurahanKeplingAspirasi

1.Tegal Sari Mandala III- Kemacetan di Simpang Mandala By Pass dan Jl. Denai bukan dikarenakan tidak adanya lampu lalu lintas, namun dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan rambu-rambu lalu lintas. Harapan ke depan ada baiknya diusulkan polisi menjaga lalu lintas di lokasi tersebut.

Kemacetan itu salah satu penyebabnya yaitu adanya Pedagang Kaki Lima yang berada di pinggiran jalan. Pihak Kelurahan sudah pernah mengambil tindakan, namun hanya sebatas surat. Harapannya adanya dinas ketertiban atau cara lain untuk menanggulangi hal tersebut.

Pembelah jalan (median) didepan gason di Jl Denai yang putus telah banyak memakan korban (terjadi kecelakaan di lokasi tersebut). Masalah itu telah dimuat dikoran namun belum ada tanggapan. Harapannya pembatas jalan (median) yang putus tersebut dilanjutkan kembali atau adanya rambu-rambu lalu lintas.

Kepling XI Menyarankan adanya traffic light di Jl. Denai-Perjuangan (Persimpangan Sekolah YP. Hikamatul, dikarenakan padatnya di lokasi tersebut pada pagi dan sore hari.

Setiap hujan di daerah Lingkungan X,XI,XII,XIII sering terjadi banjir. Oleh sebab itu perlu adanya pengaturan drainase yang benar.

Parit di Jl. Denai perlu diperdalam. Eksisting parit tersebut sekarang itu dicor bagian atasnya

Daerah drainase yang pas yaitu yang mengalir ke sungai denai

Kepling VII Parit sulang saling Tegal Sari Mandala III (Jl. Bromo-simp.Mandala, kira-kira 80 m). Pada daerah Bromo parit sedikit bersih, namun ke arah Denai makin rendah.

2.MentengKepling IV Mohon dibangun 1 drainase. Karena drainase yang ada sekarang itu (di daerah PTKI segitiga taman Jl. Seksama) dianggap kurang dapat mengatasi masalah banjir yang menjadi permasalahan utama (jika hujan 800 kk terendam air di lingkungan V dan VI). Drainase yang diharapkan di buat itu dari jalan protokol menuju pinggir sungai, karena terdapat jalan yang tembus sungai (Jl. Simalungun). Atau cara lain mengatasi banjir di lingkungan itu yaitu dengan memperdalam parit yang sekarang ada.

- Perlu adanya pengorekan parit sulang saling di Jl. Raya Menteng-Bromo (lingk XI,XII,XIII,XV)

3.BinjaiKepling I Pencegahan banjir dengan pengorekan parit sulang saling sampai ke sungai denai. Hal tersebut dikarenakan saat ini parit sulang saling (1000m) ini melimpah di lingk.I.

Lingkungan XVI Ada drainase yang tidak berfungsi (Jl. Pelajar Ujung, Lewat Komp. Unimed). Sebagai tambahan perlu adanya rencana parit di komp. Unimed tersebut.

4.Tegal Sari Mandala IILingkungan IX Daerah ini sering terjadi banjir, terutama di 4 titik sekolah yang ada di lingkungan ini. Jika hujan dan banjir di daerah ini (Jl. Tangguk Bongkar IX dan Jl. Tangguk Bongkar X), 2 minggu baru bisa kering dan pohon-pohon sulit untuk tumbuh. Untuk itu drainase di kawasan ini perlu diperhatikan

Masalah peraturan mengenai memelihara kaki empat. Hal ini merisaukan karena membuat kawasan ini terkesan kumuh

Diharapkan IMB benar-benar bisa ditegakkan, dikarenakan ada pabrik yang saat ditanya tidak memiliki IMB namun tetap terus bisa dibangun

5.Masukan Tambahan Rencana Jalan lingkar luar timur yang tembus Jl. Letda Sujono apa masih akan dilanjutkan atau tidak. Kalau memang tidak jadi sekarang jadi untuk apa. Dari narasumber Bp. Fadli pembangunannya akan dipindahkan ke Gg.Padang. namun dari pendamping konsultan mengatakan jika jalan lingkar luar timur itu sudah pernah dibuat, hal tersebut dilihat dari adanya trase. Namun, kabar dari narasumber tersebut tidak benar, yang benar hanya lebarnya saja yang diubah, yang harusnya 48 m menjadi 16 m.

Masukan Tambahan Pendamping Untuk masalah titik drainase yang menjadi permasalahan dan masukan titik2 drainase yang diberikan oleh kepling, konsultan perlu melakukan peninjauan terhadap titik2 tersebut, terutama untuk parit sulang saling.

Perlu adanya info lebih kebenaran mengenai masalah jalan lingkar luar timur

Mengenai pembebasan lahan di ex pabrik Batu Bata (PD. AIA (aneka industri)), yang dulunya dikelola pemprovsu, dapat digunakan untuk RTH.

Sumber: Hasil Penjaringan Aspirasi Masyarakat, 2008

2.3.2 Isu Masalah dari Hasil Analisis

1. Fisik Alam:

Kelurahan Binjai dan Kelurahan Tegal Sari Mandala III rawan banjir akibat meluapnya air dari parit sulang saling

Kondisi topografi yang landai juga berpotensi menimbulkan genangan jika tidak diimbangi dengan pengembangan sistem drainase yang baik

2. Kependudukan

Kepadatan penduduk per kelurahan tinggi.

3. Infrastruktur:

Buruknya kondisi dan dimensi saluran drainase di kelurahan Medan Tenggara, Tegal Sari Mandala II, Tegal Sari Mandala II, Menteng dan Binjai sehingga seringkali terjadi luapan dan mengakibatkan banjir.

Sebagian jalan dalam kondisi buruk, sehingga menghambat aksesibilitas dan perkembangan kecamatan Medan Denai.

Beberapa median jalan rusak, mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

4. Pemanfaatan Ruang

Terbatasnya ruang terbuka hijau hal ini terbukti dengan jumlah taman yang ada belum memenuhi standar kebutuhan penduduk di Kecamatan Medan Denai.

Percampuran Industri dengan Permukiman.

Beberapa RTH kurang terawat dan tidak berfungsi.5. Ekonomi

Kondisi pengembangan sektor industri masih memiliki kelemahan, diantaranya adalah belum sepenuhnya berbasis pada potensi unggulan lokal

Belum memanfaatkan IPTEK dalam usaha/industri kecil dan menengah

Gambar 2.6. Kondisi Prasarana Jalan Yang Kurang Baik

Tabel 2.10. Analisis Potensi dan Masalah Kecamatan Medan DenaiNOSEKTORPOTENSIMASALAHARAHAN

1Fisik Dasar Wilayahnya bertopografi datar Rawan terjadi banjir akibat buruknya saluran drainase1) Perbaikan kondisi sungai, melalui upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup di kawasan bantaran, yang tidak sebatas pada penanaman tanaman tetapi sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung.

2) Perlunya perbaikan kondisi sungai melalui perbaikan tebing, sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah pada tebing sungai, pembangunan bendung sebagai upaya untuk memenuhi pasokan air baku untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

3) Perlunya upaya mempertahankan kualitas udara agar tetap baik dengan membatasi aktivitas yang bersifat polutan

Daerah rawan longsor terutam pada tepi Sungai Denai

2Kependudukan Potensi SDM yang besar Kepadatan penduduk per kelurahan tinggi1) Pengarahan perkembangan penduduk ke arah Kelurahan Binjai yang masih jarang penduduk

2) Pemberdayaan masyarakat di bidang industri, perdagangan dan jasa untuk peningkatan ekonomi masyarakat

3Ekonomi Perkembangan industri yang cukup pesat yang ditandai dengan berdirinya beberapa industri skala besar, menengah dan kecil, misanya adanya Industri Pengolahan Kopi. Kondisi pengembangan sektor industri masih memiliki kelemahan, diantaranya adalah belum sepenuhnya berbasis pada potensi unggulan lokal Belum memanfaatkan IPTEK dalam usaha/industri kecil dan menengah1) Peningkatan produktivitas sektor ekonomi potensial, melalui pembenahan infrastruktur yang mampu mendukung fungsi-fungsi perekonomian di Kecamatan Medan Denai

2) Peningkatan sistem transportasi umum, untuk menunjang aktivitas penduduk di Kecamatan Medan Denai

3) Pengembangan industri yang berbasis IPTEK, terutama untuk mendorong industri kecil dan menengah sehingga dapat terjadi peningkatan produksi dan pendapatan

4) Pengembangan industri berbasis masyarakat,

4PSD-PU1) Pembuatan perlintasan kereta api2) Peningkatan kualitas jalan

3) Pembenahan sistem sanitasi lingkungan permukiman

4) Pembangunan sistem air bersih

5) Pembangunan dan perbaikan kualitas sistem drainase

6) Pembangunan sistem persampahan

7) Peningkatan prasarana kelistrikan dan telekomunikasi

8) Peningkatan kualitas layanan fasilitas kesehatan, fasilitas olah raga dan ruang terbuka hijau

- jalan Jaringan Jalan Berbentuk Membentuk Pola Grid

Terdapat Jalan Tol Balmera Terdapat beberapa jalan yang rusak

Beberapa median jalan rusak, mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

Terdapat perlintasan dengan rel kereta api

- air bersih Debit air tanah besar

- jaringan listrik Telah menjangkau seluruh kecamatan

- jaringan telepon Telah menjangkau seluruh kecamatan

- jaringan drainase Buruknya kualitas jaringan yang ada mengakibatkan beberapa daerah menjadi rawan banjir

7Pemanfaatan ruang Tersedianya lahan kosong Struktur kota multiple nuklei Kurangnya ruang terbuka hijau1) Pengaturan kawasan dengan fungsi lindung yang cukup: sungai, potensi air, ruang terbuka hijau.

2) Pengaturan guna lahan dan zoning codes.

3) Pengaturan perumahan rakyat.

4) Pengaturan sistem transportasi umum.

5) Pengarahan lokasi kegiatan ekonomi dan pengaturan guna lahan.

6) Pengaturan jaringan jalan dan infrastruktur lainnya.

7) Perencanaan fasilitas sosial dan fasilitas umum.

8) Perencanaan jaringan utilitas.

9) Pengaturan bangunan melalui building codes.

Besarnya lahan terbangun hampir 80%

Adanya permukiman kumuh

Percampuran Industri Dengan Permukiman

Sumber: Hasil analisis, 2008

Gbr. 2.1. Teori-Teori Pola Perkembangan/Penggunaan Tanah Perkotaan

Gambar 2.5. Percampuran Kegiatan

PAGE Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Medan Denai II -16